Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Shollana
Persentasi dari kelompok 2 yang berjudul "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam". yang beranggotakan : Shollana M, Danang Wahyu T, Muhammad Wahyu D, dan Nurul F. Husna.
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
teologi islam muncul pada masa nabi muhammad saw wafat sehingga menimbulkan banyak masalah pada umat islam kala itu sahabat-sahabt rasullullah yaitu pada masa sahabat umar bin khatab berakhir sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan muncul dua kelompok besar yang dipimpin oleh sahabat nabi yaitu usman bin afwan dan ali bin abi thalib kedua kelompok besar ini melakukan musyawarah yang akhirnya usman bin affan lah yang mendapat suara terbanyak untuk menjadi pemegang kekuasaan namun, dilain pihak kelompok ali sangat tidak terima dengan hasil musyawarah akhirnya terjadilah perang antara mereka itulah awal mula munculnya teologi islam.
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Shollana
Persentasi dari kelompok 2 yang berjudul "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam". yang beranggotakan : Shollana M, Danang Wahyu T, Muhammad Wahyu D, dan Nurul F. Husna.
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
teologi islam muncul pada masa nabi muhammad saw wafat sehingga menimbulkan banyak masalah pada umat islam kala itu sahabat-sahabt rasullullah yaitu pada masa sahabat umar bin khatab berakhir sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan muncul dua kelompok besar yang dipimpin oleh sahabat nabi yaitu usman bin afwan dan ali bin abi thalib kedua kelompok besar ini melakukan musyawarah yang akhirnya usman bin affan lah yang mendapat suara terbanyak untuk menjadi pemegang kekuasaan namun, dilain pihak kelompok ali sangat tidak terima dengan hasil musyawarah akhirnya terjadilah perang antara mereka itulah awal mula munculnya teologi islam.
Sejarah munculnya aliran Mu’tazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke-2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan Khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha‟ Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di Madinah tahun 700 M.
Kelompok pemuja akal ini muncul di kota Bashrah (Irak) pada abad ke-2 Hijriyah, antara tahun 105-110 H, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan dan khalifah Hisyam bin Abdul Malik
mu’tazilah adalah aliran teologi yang muncul pada masa Bani Umayyah berkisar antara 115-110 H, dipimpin oleh Washil bin Atho. Yang menganut lima ajaran dasar.
Ilmu Tasawuf telah tumbuh dan berkembang sejak lama, tepatnya sejak zamannya Nabi Muhammad Saw. Ilmu Tasawuf memiliki banyak manfaat, salah satunya dapat menjadi alat untuk menghadapi kehidupan ini. Dengan tasawuf, orang-orang besar Islam seperti Diponegoro, Imam Bonjol, dan Cik Di Tiro menentang penjajahan. Dengan tasawuf, Amir Abdul Kadir al-Jazairi berani melawan Prancis.
Pada abad kedua, Tasawuf hanya terkenal di Kufah dan Bashrah. Baru pada permulaan abad ketiga, Tasawuf mulai tumbuh dan berkembang secara luas ke kota-kota lain, bahkan hingga ke kota Baghdad. Pada masa itu, esensi Tasawuf terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Ilmu Jiwa, Ilmu Akhlak, dan Ilmu Metafisika atau ilmu tentang hal yang gaib.
Potongan dari Buku
Potongan Buku
Judul Buku : Perkembangan dan Pemurnian Tasawuf
Penulis : Prof. Dr. Hamka
Penerbit : Republika
Cetakan : I, Juni 2016
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. ALIARAN ASY’ARIAH
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Dra. Safni Rida, M.Pd.I.
5 PA C
Disusun Oleh :
Abda Achdani :13621065
Faizal Munandar :13621066
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
CURUP
2015
2. 2
BAB I
A. Latar Belakang
Aliran Asy’ariyah yang berkembang pada abad ke-4 dan ke-5/ke-10 dan ke-11.
Aliran ini merupakan salah satu aliran yang muncul atas reaksi terhadap Muktazilah
sebagai paham yang memprioritaskan akal sebagai landasan dalam beragama.
Ketidaksepakatan terhadap doktrin-doktrin Mu’tazilah tersebut memunculkan aliran
Asy’ariyah yang dipelopori oleh Abu Al-Hasan Al-Asy’ari. Doktrin-doktrin yang
dikemukan beliau dan para pengikutnya merupakan penengah diantara aliran-aliran yang
ada pada saat itu.
Pada perkembangan selanjutnya aliran ini banyak dianut oleh mayoritas umat Islam
karena dianggap sebagai aliran Sunni yang mampu mewakili cara berpikir yang diharapkan
umat Islam di tengah-tengah pergolakan hati akibat beberapa aliran yang datang lebih dulu.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian dan Latarbelakang Munculnya Aliran Asy’ariyah ?
b. Bagaimana Pemikiran Al-Asy’arih ?
c. Bagaimana Ciri-Ciri Penganut Aliran Asy’ariyah ?
d. Siapa Tokoh-Tokoh Aliran Asy’ariyah ?
C. Tujuan
Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang Pengertian dan
Latarbelakang Munculnya Aliran Asy’ariyah, Bagaimana Pemikiran Al-Asy’ari,
Bagaimana Ciri-Ciri Penganut Aliran Asy’ariyah, Siapa Tokoh-Tokoh Aliran Asy’ariyah.
3. 3
BAB II
A. Pengertian dan Latarbelakang Munculnya Aliran Asy’ariyah
Asy’ariyah adalah sebuah aliran yang menganut iktikad yang diajarkan oleh nabi
Muhammad SAW dan diikuti oleh sahabat-sahabatnya. Aliran ini dinisbatkan kepada
pendirinya yaitu Imam Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari, keturunan Abu Musa al-
Asy’ari, seorang tahkim dalam peristiwa Perang Siffin dari pihak Ali. Dia lahir di kota
Bashrah tahun 260 H (873 M) dan meninggal tahun 324 H (935 M) di Baghdad1.
Pada awalnya Al-Asy’ari ini berguru kepada tokoh mu’tazilah waktu itu, yang
bernama Abu Ali Al-Jubai.dalam pembelajaran itu ia membandingkan berbagai pemikiran
yang telah ada dan ilmu yang sedang berkembang. Ia juga merenungkan dan
membandingkan ajaran-ajaran Mu’tazilah dengan paham ahli-ahli fikih dan hadis2
Ketika Berumur 40 tahun beliau merenungkan antara ajaran-ajaran Mu’tazilah
dengan paham ahli-ahli fiqih dan hadits, di dalam rumahnya selama 15 hari. Tepat pada
hari jumat, dia berdiri di atas mimbar mesjid Bashrah dan secara resmi menyatakan keluar
dari Mu’tazilah.
Dalam Khutbahnya beliau Mengatakan sebagai berikut :
“Wahai masyarakat, barangsiapa mengenal aku, sungguh dia telah mengenalku.
Barangsiapa yang tidak mengenalku maka aku mengenalnya sendiri. Aku adalah Fulan
bin Fulan. Dahulu aku berpendapat bahwa al-Qur’an adalah makhluk, bahwasanya allah
tidak melihat dengan mata, bahwasanya perbuatan-perbuatan yang jelek aku sendiri yang
memperbuatnya. Aku bertaubat mencabut dan menolak paham-paham mu’tazilah dan
keluar darinya”3.
Adapun sebab terpenting Asy’ari meninggalkan Mu’tazilah adalah karena adanya
perpecahan yang dialami kaum muslimin yang bisa menghancurkan mereka sendiri, kalau
seandainya tidak diakhiri. Dia mendambagakan kesatuan umat, dia sangat khawatir kalau
al-Qur’an dan Hadits menjadi korban dari paham-paham Mu’tazilah yang dianggapnya
1 Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1996,Hal.121
2 Safni Rida , Ilmu Kalam , Curup:LP2 Stain Curup,2010,Hal.192
3 Ibid,
4. 4
semakin menyimpang dan menyesatkan masyarakat karena Mu’tazilah lebih
mementingkan akal fikiran4.
B. Pemikiran Al-Asy’ari
Al-Asy’aria menentang dengan keras yang mengatakan bahwa akal pikiran dalam
agama atau membahas soal-soal yang tidak perna disinggung oleh rasullah merupakan
suatu kesalahan. Dalam hal ini ia juga mengingkari orang yang berlebihan menghargai akal
pikiran, karena tidak mengakui sifat-sifat tuhan.
Beberapa pendapat Al-Asy’ari adalah sebagai berikut:
a. Sifat
Al-Asy’ari mengakui sifat-sifat Tuhan (Wujud, Qadim, Baqa, Wahdania,
Sama’, Basyar, Kalam, dan Seterusnya ), sesuai Dzat Tuhan itu sendiri dan
sama sekali tidak menyerupai sifat-sifat mahkluk.
b. Kekuasaan dan Perbuatan Manusia
Al-Asy’ari mengatakan bahwa manusia tidak berkuasa menciptakan
sesuatu , tetapi berkuasa untuk berbuat.
c. Melihat Tuhan Pada Hari Kiamat
Al-Asy’ari mengatakan bahwa tuhan dapat dilihat, tetapi tidak menuntut
cara tertentu dan tidak pula arah tertentu. Dasarnya adalah firman Allah dalam
surat al-Qiyamah ayat 22-23;
ٌةَرَِّاضن ٍذِئَمْوَي ٌوهُجُوٌةَرِاظَن اَ
ِِّبَر ََٰلِإ
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada
Tuhannyalah mereka Melihat5”
d. Dosa Besar
4 Hasan Alansory,Aliran Asy’ariah, diakses dari http://alansoryh.blogspot.co.id/2014/09/aliran-asyariyah.html
pada tanggal 28 Nov 2015
5 Al-quran dan Terjemahan Juz 1-30 Edisi Revisi Tahun 2006,Surah Al-qiyamah 75:22-23.Surabaya:KaryaAgung
Surabaya.
5. 5
Al-Asy’ari mengatakan bahwa orang mukmin yang mengesakan Tuhan
tetapi fasik, terserah kepada Tuhan , apakah akan diampuni dan langsung masuk
surga atau akan dijatuhi siksa karena kefasikannya6.
C. Ciri-Ciri Penganut Aliran Asy’ariyah
Ciri-ciri yang menganut aliran Asy’ariyah adalah sebagai berikut:
a. Mereka berpikir sesuai dengan Undang-Undang alam dan mereka juga mempelajari
itu.
b. Iman adalah membenarkan dengan hati, amal perbuatan adalah kewajiban untuk
berbuat baik dan terbaik bagi manusia, dan mereka tidak mengkafirkan orang yang
berdosa besar.
c. Kehendak tuhan dalam konsep Asy’ariah terletak pada kehendak mutlak-Nya7.
D. Tokoh-Tokoh Aliran Asy’ariyah
Setelah meninggalnya Abu Hasan al-Asy’ari maka aliran Asy’ariyah ini mengalami
kemunduran atau kesurutan. Maka pada saat itu juga muncul pihak-pihak yang yang
menentang aliran asy’ariyah tersebut, seperti pengikut mazhab Hambali. Ketika itu
muncullah seorang menteri dari Bani Saljuk yang bernama Nidhomul Muluk (m. 485
H/1092 M)8. mendirikan dua buah madrasah yang terkenal yaitu, Nidhomiyah di Naisabur
dan di Baghdad.
Kemudian tokoh-tokoh ulama terkenal yang berperan dalam kemajuan aliran
Asy’ariyah tersebut adalah :
a. Abu Bakar bin Tayyib al- Baqillany (m. 403 H/1013 M), lahir di kota Bashrah. Kitab
karangannya yang terkenal ialah at-Tamhid, berisi antara lain tentang atom, sifat dan
cara pembuktian.
b. Abu al- Ma’aly bin Abdillah al- Juwainy (419-478 H/1028-1085M), lahir di kota
Naisabur, kemudian pindah ke kota Mu’askar dan akhirnya sampai di Baghdad. Dia
6 Safni Rida,Op.cit,Hal.196
7 Ibid,Hal.200
8 Sahilun ANasir, Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta:CV. Rajawali,1996 hal.162
6. 6
mengikuti ajaran-ajaran al- Baqillany dan al- Asy’ari. Kitab karangannya dibidang
tauhid yang terkenal antara lain:
1. Qawalidu ‘Aqaidu yang menguraikan tentang prinsip-prinsip akidah
2. Al Burhan fie Ashuli Fiqhi menerangkan tentang masalah iman dan ilmu yang
digali berdasarkan sumber-sumber makrifat dan obyeknya.
3. Al Irsyad fie Qowathi’i I-llah fie Ushuli i-‘Aqaid menerangkan tentang pokok-
pokok kepercayaan dan kewajiban pertama seorang muslim dewasa terhadap
agama.
4. Masailul Imam Abdul Haqqi ash Shaqati wa Ajwibatihi lil Imam Abil Ma’ati,
kitab ini berisi jawaban masalah-masalah yang dipertanyakan orang seperti alam
itu baru, isra’ mi’raj, dll.
c. Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al-Gazali (450-505 H/1059-1111M) lahir
di kota Thus, negeri Khurasan. Gurunya adalah Imam Juwainy. Kitabnya yang terkenal
adalah Bidayatul Hidayah suatu kitab pengantar ilmu tasauf dan Ihya’ ‘Ulumudddin
yang berisi tentang cara-cara menghidupkan kembali jiwa beragama yang waktu itu
mulai luntur.
d. Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf as Sanusi, lahir di kota Tilimsan Aljazair (833-
895H/1427-1490M). Diantara kitab karangannya adalah: Aqidah Ahli Tauhid, berisi
pandangan-pandangan tauhid dan Ummul Barahin berisi pembagian sifat-sifat wajib,
mustahil, dan jaiz bagi Allah dan Rasul-Nya.
e. Imam Abu Abdillah Muhammad at-Taimi al Kubro ibnu Khatib Fahruddin ar Razi.
Lahir di Persia 543H. Dia menulis kitab ilmu kalam, fiqih, tafsir dan lain-lain.
f. Abdul Fattah Muhammad Abdul Karim ibnu Abi Bakar Ahmad asy Syahrastani. Lahir
di Khurasan (479-574H/1086-1153M). kitab karangannya yang terkenal al Milal Wan
Nihal. Menerangkan golongan-golongan dalam Islam dan berbagai paham keagamaan
dan falsafat. Kitab ini terdiri dari 3 juz dalam satu jilid9.
9 Hasan Alansory,Loc.cit.
7. 7
BAB III
A. Analisis
Asy'ariyah adalah mazhab teologi yang disandarkan kepada Imam Abul Hasan al-
Asy'ari (w.324 H/936 M). Asy'ariyah mengambil dasar keyakinannya dari Kullabiyah,
yaitu pemikiran dari Abu Ali Al-Jubai. dalam meyakini sifat-sifat Allah. Kemudian
mengedepankan akal (rasional) diatas tekstual ayat (nash) dalam memahami Al-Qur'an dan
Hadits.
Adapun secara pemikiran Aliran asy’ariah dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Wahyu dan akal
kaum asy’ariyah berpendapat akal memang dapat mengetahui adanya Tuhan.
Tetapi akal tidak dapat mengetahui cara berterima kasih kepada Tuhan. Untuk
mengetahui hal-hal tersebut diperlukan wahyu. Melalui wahyu manusia bisa
mengetahuinya. Tanpa wahyu, manusia tidak akan tahu.
b. Pelaku dosa besar
Terhadap pelaku dosa besar, agaknya al-asy’ari, sebagai wakil ahl-as-Sunah,
tidak mengkafirkan orang-orang yang sujud ke baitullah (ahl-al-qiblah) walaupun
melakukan dosa besar, seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka masih tetap
sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat
dosa besar. Akan tetapi jika dosa besar itu dilakukannya dengan anggapan bahwa hal
ini dibolehkan (halal) dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang telah kafir.
Adapun balasan di akhirat kelak bagi pelaku dosa besar, apabila ia meninggal
dan tidak sempat bertaubat, maka menurut al-asy’ari, hal itu bergantung pada kebijakan
Tuhan Yang Maha Esa berkehendak mutlaq. Dari paparan singkat ini, jelaslah bahwa
asy’ariyah sesungguhnya mengambil posisi yang sama dengan murji’ah, khususnya
dalam pernyataan yang tidak mengkafirkan para pelaku dosa besar.
c. Sifat-sifat Tuhan
8. 8
Kaum asy’ariyah membawa penyelesaian yang berlawanan dengan Mu’tazilah
mereka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat. Menurut aliran
asy’ariyah sendiri tidak dapat diingkari bahwa Tuhan mempunyai sifat, karena
perbuatan-perbuatan nya, di samping menyatakan bahwa Tuhan mengetahui dan
sebagainya, juga menyatakan bahwa ia mempunyai pengetahuan, kemauan, dan daya.
d. Iman dan kufur
Menurut aliran ini, dijelaskan oleh syahrastani, iman secara esensial adalah
tasdiq bil al janan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qaul dengan lesan dan
melakukan berbagai kewajiban utama (amal bil arkan) hanya merupakan furu’ (cabang-
cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan
kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan nya beserta apa yang mereka bawa
dari-Nya, iman secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang tidak akan hilang
kecuali ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut
e. Perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia
Dalam menggambarkan hubungan perbuatan manusia dengan qodrat dan iradat
Tuhan, Abu Hasan Ali Bin Ismail al-Asy’ari menggunakan paham kasb yang dimaksud
dengan al- Kasb adalah berbarengan kekuasaan manusia dengan perbuatan Tuhan.
Artinya apabila seseorang ingin melakukan suatu perbuatan, perbuatan itu baru
terlaksana jika sesuai dengan kehendak Tuhan.
f. Kehendak muthlak dan keadilan Tuhan
Mereka percaya pada kemutlakan kekuasaan Tuhan, berpendapat bahwa
perbuatan Tuhan tidak mempunyai tujuan, yang mendorong Tuhan untuk berbuat
sesuatu semata-mata adalah kekuasan dan kehendak mutlak-Nya dan bukan karena
kepentingan manusia atau tujuan yang lain.
Landasan surat al-Buruj ayat 16
ُديِرُي اَمِل ٌالَّعَف
9. 9
Artinya
“Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.”10
Secara keseluruhan Kaum asy’ariyah membawa penyelesaian yang berlawanan
dengan Mu’tazilah mereka dengan tegas mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat.
Menurut aliran asy’ariyah sendiri tidak dapat diingkari bahwa Tuhan mempunyai sifat,
karena perbuatan-perbuatan nya, di samping menyatakan bahwa Tuhan mengetahui
dan sebagainya, juga menyatakan bahwa ia mempunyai pengetahuan, kemauan, dan
daya. Menurut sub sekte murji’ah yang ekstrim adalah mereka yang berpandangan
bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan
seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak
keimanannya, bahkan keimanannya masih sempurna dalam pandangan Tuhan.
Kehendak mutlak Tuhan,
10 Al-quran dan Terjemahan Juz 1-30 Edisi Revisi Tahun 2006,Surah suratal-Burujayat16.Surabaya:Karya Agung
Surabaya.
10. 10
BAB IV
A. Simpulan
Nama Al-Asy’ariyah diambil dari nama Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari
yang dilahirkan dikota Bashrah (Irak) pada tahun 260 H/875 M. ayahnya wafat ketika ia
masih kecil dan ibunya menikah lagi dengan tokoh Muktazilah waktu itu, yang bernama
Abu Ali Al-Jubai. Berkat didikan ayah tirinya Al-asy’ari kemudian menjadi tokoh
muktazilah.Dalam beberapa waktu lamanya ia merenungkan dan mempertimbangkan
antara ajaran-ajaran Muktazillah dengan paham ahli-ahli fiqih dan hadist.Al-asy’ari
menganut paham muktazilah hanya sampai ia berusia 40 tahun. Setelah itu , secara tiba-
tiba ia mengumumkan di hadapan jama’ah masjid Bashrah bahwa dirinya telah
meninggalkan faham muktazilah.
Aliran Asy’ariyah istilah lain dari Ahlu Sunah Wal Al- Jama’ah merupakan salah
satu dari beberapa aliran kalam. Aliran Asy’ariyah menjadi penengah antara aliran
Jabbariyyah dan Muktazilah, Karena perbuatan manusia mempunyai kehendak dan daya.
Asy’ariyah menegaskan pula bahwa perbuatan dosa besar tidak mengkafirkan dan tidak
gugur ke islamannya. Apabila pelaku dosa meninggal dan belum sempat bertobat maka
tergantung kebijakan dari Allah. Bila mendapat syafaat Nabi SAW bisa saja mengampuni
dosanya. sehingga terbebas dari siksa Neraka atau kebalikannya mendapat siksa
neraka.Tidak seperti pemahaman Muktazilah yaitu orang yang melakukan dosa besar akan
berada di dua tempat .
11. 11
DAFTAR ISI
Safni Rida , Ilmu Kalam , Curup:LP2 Stain Curup,2010
Sahilun A Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta: CV. Rajawali,1996
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996
Hasan Alansory, Aliran Asy’ariah, http://alansoryh.blogspot.co.id/2014/09/aliran-
asyariyah.html (diakses pada 28 Nov 2015)
Nandha, Aliran Asyariyah, http://nandhadhyzilianz.blogspot.co.id/2013/01/ilmu-kalam-
tentang-asyariyah.html (Diakses 28 Nov 2015)