3. Bayi cloning adalah keturunan yang dihasilkan melalui
teknik kloning, di mana materi genetik dari organisme
induk disalin dan ditempatkan dalam sel telur yang telah
dikosongkan intinya.
4. Beberapa ulama dan cendekiawan memiliki pendapat yang
berbeda tentang bayi cloning. Beberapa menyatakan bahwa bayi
cloning tidak diperbolehkan dengan alasan bahwa bayi cloning
melibatkan campur tangan manusia dalam penciptaan kehidupan
yang melampaui batas yang ditetapkan oleh Allah.
Sedangkan yang lainnya berpendapat bahwa bayi cloning dapat
diterima dalam konteks penelitian medis dan pengobatan, asalkan
tujuan utamanya adalah untuk kebaikan dan kesejahteraan umat
manusia.
5. Beberapa faktor yang melatarbelakangi terciptanya bayi
cloning adalah:
• Kemajuan dalam teknologi
• Masalah Kesuburan
• Tujuan Medis atau Penelitian
• Keinginan untuk Memiliki Anak yang Identik
• Keinginan untuk Memperpanjang Kehidupan
6. Pandangan hukum Indonesia tentang kloning bayi
mencerminkan prinp-prinsip
etika, moral, dan perlindungan hak asasi manusia. Dalam
konteks hukum di
Indonesia, kloning bayi dilarang dan dianggap sebagai
pelanggaran yang serius
terhadap norma hukum dan etika.
7. Dalam pandangan hukum Islam, cloning dan proses
reproduksi aseksual harus dinilai dengan hati-hati.
Beberapa Ulama dan cendekiawan Islam telah
mengemukakan pandangan beragam terkait isu ini,
terutama karena teknologi cloning adalah fenomena
yang baru dalam konteks sejarah Islam.
8. "Dan sungguh, Kami telah
menciptakan manusia dari
saripati (berasal) dari tanah."
"Kemudian Kami
menjadikannya air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim)."
"Kemudian, air mani itu Kami jadikan
sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang
melekat itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian, Kami menjadikannya
makhluk yang (berbentuk) lain.
Mahasuci Allah, Pencipta yang paling
baik."
9. Bahwa kloning manusia, terutama kloning bayi,
adalah isu yang kompleks dan menantang,
melibatkan berbagai aspek, termasuk etika,
moral, hukum, agama, dan ilmu pengetahuan.
Dalam konteks Islam, pandangan
tentang kloning manusia dapat bervariasi
tergantung pada interpretasi ulama-ulama
dan prinsip-prinsip agama. Pertimbangan utama
mencakup perlindungan terhadap
nyawa dan martabat manusia, serta konsep
keluarga dan keturunan.