Dokumen tersebut membahas tentang hukum agraria dan sejarah perkembangannya di Indonesia, mulai dari pengertian agraria, hukum tanah adat dan barat sebelum UUPA, ketentuan UUPA, serta konversi hak atas tanah menurut UUPA."
Hukum agraria adalah himpunan peraturan yang mengatur bagaimana seharusnya para pejabat pemerintah menjalankan tugas dibidang keagrariaan seperti pertanahan, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Peraturan tersebut mencakup hukum adat, barat, administratif, swapraja, dan antar golongan.
hak atas tanah yang bersifat sementara dan konversi UUPA 5/1960.pptadi setyawan
Dokumen tersebut membahas ketentuan-ketentuan konversi hak atas tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960, termasuk pengertian dan jenis konversi, riwayat singkat konversi, dan konversi berbagai hak atas tanah seperti hak barat, hak Indonesia, dan hak swapraja.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum agraria di Indonesia yang mengatur tentang tanah, air, dan ruang angkasa berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria nomor 5 tahun 1960. Dokumen ini menjelaskan pengertian agraria, asas-asas hukum agraria, hak-hak atas tanah, serta sejarah terbentuknya hukum agraria di Indonesia."
Dokumen tersebut membahas pengertian dan sejarah hukum agraria di Indonesia, mulai dari pengertian tanah, hak atas tanah, hukum agraria kolonial, landasan hukum agraria pasca kemerdekaan berdasarkan UUPA seperti hak bangsa Indonesia, hak menguasai negara, dan hak ulayat masyarakat hukum adat. Juga dibahas macam-macam hak penguasaan atas tanah dan perkembangan secara historis.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi tanah terlantar menurut hukum positif dan hukum adat, kriteria penentuan tanah sebagai tanah terlantar, serta proses identifikasi dan penelitian tanah yang terindikasi terlantar.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kepemilikan tanah di Indonesia, termasuk definisi land tenure, kategori hak atas tanah menurut UUPA 1960, dan perkembangan kebijakan kepemilikan tanah di Indonesia."
Dokumen tersebut membahas tentang hukum agraria dan sejarah perkembangannya di Indonesia, mulai dari pengertian agraria, hukum tanah adat dan barat sebelum UUPA, ketentuan UUPA, serta konversi hak atas tanah menurut UUPA."
Hukum agraria adalah himpunan peraturan yang mengatur bagaimana seharusnya para pejabat pemerintah menjalankan tugas dibidang keagrariaan seperti pertanahan, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Peraturan tersebut mencakup hukum adat, barat, administratif, swapraja, dan antar golongan.
hak atas tanah yang bersifat sementara dan konversi UUPA 5/1960.pptadi setyawan
Dokumen tersebut membahas ketentuan-ketentuan konversi hak atas tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960, termasuk pengertian dan jenis konversi, riwayat singkat konversi, dan konversi berbagai hak atas tanah seperti hak barat, hak Indonesia, dan hak swapraja.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum agraria di Indonesia yang mengatur tentang tanah, air, dan ruang angkasa berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria nomor 5 tahun 1960. Dokumen ini menjelaskan pengertian agraria, asas-asas hukum agraria, hak-hak atas tanah, serta sejarah terbentuknya hukum agraria di Indonesia."
Dokumen tersebut membahas pengertian dan sejarah hukum agraria di Indonesia, mulai dari pengertian tanah, hak atas tanah, hukum agraria kolonial, landasan hukum agraria pasca kemerdekaan berdasarkan UUPA seperti hak bangsa Indonesia, hak menguasai negara, dan hak ulayat masyarakat hukum adat. Juga dibahas macam-macam hak penguasaan atas tanah dan perkembangan secara historis.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi tanah terlantar menurut hukum positif dan hukum adat, kriteria penentuan tanah sebagai tanah terlantar, serta proses identifikasi dan penelitian tanah yang terindikasi terlantar.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem kepemilikan tanah di Indonesia, termasuk definisi land tenure, kategori hak atas tanah menurut UUPA 1960, dan perkembangan kebijakan kepemilikan tanah di Indonesia."
makalah konversi UUPA 5/1960 dan hak atas tanah yang bersifat sementara.docadi setyawan
Makalah ini membahas tentang ketentuan-ketentuan konversi pada UU No. 5 Tahun 1960 mengenai Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan hak atas tanah yang bersifat sementara. Secara ringkas, makalah ini menjelaskan pengertian dan jenis konversi, riwayat singkat konversi, konversi hak milik atas tanah, dan macam-macam hak atas tanah yang bersifat sementara seperti hak gadai dan hak menump
Dokumen tersebut membahas mengenai hak-hak agraria berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria. Dokumen tersebut menjelaskan berbagai jenis hak atas tanah seperti hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, serta ketentuan dan syarat-syarat yang terkait dengan masing-masing hak tersebut.
Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn. teresa irene
Dokumen tersebut merangkum tentang hukum agraria di Indonesia. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa hukum agraria adalah aturan yang mengatur tentang tanah. Hukum agraria Indonesia didasarkan pada UUD 1945 dan Undang-Undang Pokok Agraria 1960 yang menyatukan hukum tanah nasional berdasarkan hukum adat. Dokumen tersebut juga menjelaskan lembaga-lembaga hukum agraria seperti pendaft
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaRizki Gumilar
Makalah ini membahas mengenai hak warga negara asing terhadap penguasaan tanah di Indonesia. Secara garis besar, subjek hukum yang dapat memiliki hak penguasaan tanah adalah warga negara Indonesia dan badan hukum nasional, meskipun warga negara asing juga dapat memiliki hak penguasaan tanah sementara berdasarkan UUPA dan peraturan terkait.
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah hukum agraria Indonesia sebelum dan sesudah tahun 1960. Pada masa kolonial, hukum agraria didasarkan pada hukum barat, adat, dan hukum antar golongan. Pasal pentingnya adalah Pasal 51 tahun 1870 yang memberikan hak atas tanah kepada pemerintah kolonial. Setelah kemerdekaan, UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 menyatakan bahwa sumber daya alam dipergunakan
Dokumen tersebut membahas tentang hak ulayat menurut hukum adat. Hak ulayat adalah hak kolektif masyarakat adat atas tanah yang dikuasai secara bersama. Hak ulayat memberikan wewenang dan kewajiban terkait tanah yang berada di wilayah kekuasaan masyarakat adat. Dokumen ini juga membahas definisi, fungsi, dan contoh penerapan hak ulayat menurut hukum adat di Indonesia.
Undang-undang ini menetapkan dasar-dasar hukum agraria di Indonesia. Hukum ini menyatakan bahwa seluruh tanah, air, dan ruang angkasa di Indonesia dimiliki oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat. Hukum ini juga mengatur berbagai hak atas tanah yang dapat dimiliki warga negara serta tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat.
Peraturan Presiden ini mengatur tentang Reforma Agraria di Indonesia untuk menciptakan keadilan dalam penguasaan dan pemilikan tanah serta meningkatkan kesejahteraan petani. Reforma Agraria dilaksanakan melalui penataan aset tanah melalui redistribusi tanah negara dan legalisasi tanah warga, diikuti dengan penguatan akses petani terhadap modal dan bantuan untuk peningkatan produksi pertanian.
Jual beli tanah hak milik yang bertanda bukti petuk pajak bumiSumardi Arahbani
Jual beli tanah hak milik yang dibuktikan dengan petuk pajak bumi (kutipan letter C) harus memenuhi syarat sah. Syarat sahnya adalah adanya perbuatan hukum jual beli yang dibuktikan dengan akta pejabat pembuat akta tanah, bukan hanya akta di bawah tangan.
Peraturan Presiden ini mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Perubahan tersebut mencakup pengaturan tentang definisi pengadaan tanah, cara pengadaan tanah, pembentukan panitia pengadaan tanah, tugas panitia, dan penetapan besaran ganti rugi.
Peraturan Presiden No. 36 Tahumn 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaa...infosanitasi
Peraturan Presiden ini mengatur tentang pengadaan tanah untuk pelaksanaan pembangunan kepentingan umum secara cepat dan transparan dengan memperhatikan hak atas tanah. Pengadaan tanah dapat dilakukan dengan cara pelepasan hak atau pencabutan hak atas tanah berdasarkan undang-undang. Panitia pengadaan tanah dibentuk untuk membantu proses pengadaan tanah melalui musyawarah guna mencapai kesepakatan
Penertiban tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantarCV Maju Bersama Bangsa
Makalah ini membahas dampak sosial dan akibat hukum penertiban tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantar sebagai bagian dari pelaksanaan reformasi agraria di Indonesia. Penertiban dimaknai sebagai penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai peraturan perundang-undangan agar dapat dibagikan kepada petani miskin.
Kasus sengketa tanah hak ulayat di Kota Jayapura, Papua terjadi karena proses jual beli tanah yang tidak sesuai prosedur hukum adat maupun peraturan pertanahan, sehingga menimbulkan tumpang tindih kepemilikan tanah."
makalah konversi UUPA 5/1960 dan hak atas tanah yang bersifat sementara.docadi setyawan
Makalah ini membahas tentang ketentuan-ketentuan konversi pada UU No. 5 Tahun 1960 mengenai Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan hak atas tanah yang bersifat sementara. Secara ringkas, makalah ini menjelaskan pengertian dan jenis konversi, riwayat singkat konversi, konversi hak milik atas tanah, dan macam-macam hak atas tanah yang bersifat sementara seperti hak gadai dan hak menump
Dokumen tersebut membahas mengenai hak-hak agraria berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria. Dokumen tersebut menjelaskan berbagai jenis hak atas tanah seperti hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, serta ketentuan dan syarat-syarat yang terkait dengan masing-masing hak tersebut.
Konsepsi Hukum Agraria Nasional 2021 - DIAH TRIMURTI SALEH,S.E.,S.H., M.Kn. teresa irene
Dokumen tersebut merangkum tentang hukum agraria di Indonesia. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa hukum agraria adalah aturan yang mengatur tentang tanah. Hukum agraria Indonesia didasarkan pada UUD 1945 dan Undang-Undang Pokok Agraria 1960 yang menyatukan hukum tanah nasional berdasarkan hukum adat. Dokumen tersebut juga menjelaskan lembaga-lembaga hukum agraria seperti pendaft
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaRizki Gumilar
Makalah ini membahas mengenai hak warga negara asing terhadap penguasaan tanah di Indonesia. Secara garis besar, subjek hukum yang dapat memiliki hak penguasaan tanah adalah warga negara Indonesia dan badan hukum nasional, meskipun warga negara asing juga dapat memiliki hak penguasaan tanah sementara berdasarkan UUPA dan peraturan terkait.
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah hukum agraria Indonesia sebelum dan sesudah tahun 1960. Pada masa kolonial, hukum agraria didasarkan pada hukum barat, adat, dan hukum antar golongan. Pasal pentingnya adalah Pasal 51 tahun 1870 yang memberikan hak atas tanah kepada pemerintah kolonial. Setelah kemerdekaan, UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 menyatakan bahwa sumber daya alam dipergunakan
Dokumen tersebut membahas tentang hak ulayat menurut hukum adat. Hak ulayat adalah hak kolektif masyarakat adat atas tanah yang dikuasai secara bersama. Hak ulayat memberikan wewenang dan kewajiban terkait tanah yang berada di wilayah kekuasaan masyarakat adat. Dokumen ini juga membahas definisi, fungsi, dan contoh penerapan hak ulayat menurut hukum adat di Indonesia.
Undang-undang ini menetapkan dasar-dasar hukum agraria di Indonesia. Hukum ini menyatakan bahwa seluruh tanah, air, dan ruang angkasa di Indonesia dimiliki oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat. Hukum ini juga mengatur berbagai hak atas tanah yang dapat dimiliki warga negara serta tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat.
Peraturan Presiden ini mengatur tentang Reforma Agraria di Indonesia untuk menciptakan keadilan dalam penguasaan dan pemilikan tanah serta meningkatkan kesejahteraan petani. Reforma Agraria dilaksanakan melalui penataan aset tanah melalui redistribusi tanah negara dan legalisasi tanah warga, diikuti dengan penguatan akses petani terhadap modal dan bantuan untuk peningkatan produksi pertanian.
Jual beli tanah hak milik yang bertanda bukti petuk pajak bumiSumardi Arahbani
Jual beli tanah hak milik yang dibuktikan dengan petuk pajak bumi (kutipan letter C) harus memenuhi syarat sah. Syarat sahnya adalah adanya perbuatan hukum jual beli yang dibuktikan dengan akta pejabat pembuat akta tanah, bukan hanya akta di bawah tangan.
Peraturan Presiden ini mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Perubahan tersebut mencakup pengaturan tentang definisi pengadaan tanah, cara pengadaan tanah, pembentukan panitia pengadaan tanah, tugas panitia, dan penetapan besaran ganti rugi.
Peraturan Presiden No. 36 Tahumn 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaa...infosanitasi
Peraturan Presiden ini mengatur tentang pengadaan tanah untuk pelaksanaan pembangunan kepentingan umum secara cepat dan transparan dengan memperhatikan hak atas tanah. Pengadaan tanah dapat dilakukan dengan cara pelepasan hak atau pencabutan hak atas tanah berdasarkan undang-undang. Panitia pengadaan tanah dibentuk untuk membantu proses pengadaan tanah melalui musyawarah guna mencapai kesepakatan
Penertiban tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantarCV Maju Bersama Bangsa
Makalah ini membahas dampak sosial dan akibat hukum penertiban tanah kelebihan maksimum, tanah absentee, dan tanah terlantar sebagai bagian dari pelaksanaan reformasi agraria di Indonesia. Penertiban dimaknai sebagai penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai peraturan perundang-undangan agar dapat dibagikan kepada petani miskin.
Kasus sengketa tanah hak ulayat di Kota Jayapura, Papua terjadi karena proses jual beli tanah yang tidak sesuai prosedur hukum adat maupun peraturan pertanahan, sehingga menimbulkan tumpang tindih kepemilikan tanah."
Dokumen tersebut membahas tentang hukum tanah adat yang mencakup hak ulayat, hak persekutuan atas tanah, hak individu, dan berbagai jenis transaksi tanah menurut hukum adat."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang kewenangan Pemerintah Daerah atas hak penguasaan tanah.
2) Hak penguasaan tanah yang dapat dikuasai Pemerintah Daerah adalah Hak Pakai dan Hak Pengelolaan.
3) Kewenangan Pemerintah Daerah atas tanah Hak Pakai adalah menggunakan tanah untuk kepentingan tugas, sedangkan atas tanah Hak Pengelolaan
1. Dokumen tersebut membahas tentang hukum agraria Indonesia dan pengertian hukum tanah nasional berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) 1960.
2. UUPA menetapkan tujuan dan asas-asas hukum tanah nasional seperti asas nasional, hak menguasai dari negara, pengakuan hak ulayat masyarakat hukum adat, dan fungsi sosial setiap hak atas tanah.
3. Dokumen juga menj
Dokumen tersebut membahas tentang konversi hak atas tanah, termasuk definisi konversi, tujuan konversi, dan jenis-jenis konversi hak atas tanah berdasarkan asal-usulnya seperti hak barat, bekas hak Indonesia, dan bekas tanah swapraja.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian agraria dan hukum agraria. Secara ringkas, agraria merujuk kepada urusan tanah pertanian dan sumber daya alam lainnya, sedangkan hukum agraria adalah kaidah hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sumber daya tersebut dan kewenangan pemerintah di bidang agraria. Dokumen ini juga menjelaskan sejarah perkembangan hukum tanah di Indonesia.
Sumber hukum tanah di Indonesia meliputi hukum tanah adat, kebiasaan, tanah swapraja, tanah partikelir, tanah negara, tanah garapan, hukum tanah Belanda dan Jepang, serta berbagai jenis tanah khusus seperti tanah bondo deso, tanah bengkok, tanah wedi kengser, dan tanah res extra commercium.
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar hukum pertanahan di Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa sebelum UUPA berlaku, terdapat dualisme hukum tanah di Indonesia antara hukum tanah adat dan barat. UUPA kemudian menciptakan kesatuan hukum tanah nasional berdasarkan konsep hukum tanah adat."
1. Nama : Ady Prabowo
Nim : P2B219026
Tugas Resume Akta Pertanahan
A. Tanah Terlantar
Pegertian Tanah Terlantar Pegertian tanah terlantar dapat dilihat dalam berbagai konsepsi
yakni konsepsi Hukum Adat, Hukum Islam dan Hukum Nasional.
1. Pegertian Tanah Terlantar Dalam Konsepsi Hukum Adat.
Ditinjau dari sudut pandang hukum adat persoalan tanah terlantar ini dapat
mengandung berbagai makna. Dalam lingkungan suatu hak ulayat, setiap warga
negara persekutuan mempunyai hak yang sama untuk mengerjakan tanah yang ada
di lingkungan masyarakat hukumnya. Tanah yang diserahkan kepadanya adalah
untuk dikerjakan, dan hasil kerjanya ini dipandang sebagai investasi yang menjadikan
adanya hubungan hukum antara seorang penggarap dengan tanah yang digarapnya.
Semakin banyak investasi yang ditananamkannya pada tanah tersebut dalam artian
semakin intensif penggarapan yang ia lakukan, semakin kuat hubungannya dengan
tanah tersebut. Dimana bilamana investasinya menjadi berkurang, karena kurangnya
penggarapan yang ia lakukan maka hubungannya pun menjadi semakin melemah,
sehingga akhirnya hapus sama sekali. Bilamana ia tidak menggarap sama sekali tanah
tersebut, yang sekarang dapat kita sebut dengan tindakan menelantarkan tanah, maka
atas tanahnya pun menjadi hapus. Chalisah Parlindungan, berpendapat bahwa sifat
komunal hak atas tanah dalam hukum adat begitu menonjol, sehingga sudah ada
istilahistilah dari tanah terlantar misalnya di daerah Tapanuli disebut dengan nama
salipi ni tartar di Sulawesi orang menyebutnya dengan nama tanah kebo. Sebenarnya
dalam beberapa daerah di Indonesia istilah tanah terantar tersebut sudah ada, tetapi
tidak secara terinci menyebutnya dan sanksi apa yang diberikan oleh Pengetua Adat
atau tindakan apa yang akan diberikan untuk tanah-tanah terlantar tersebut. Konsep
tanah telantar menurut hukum adat dapat ditemukan dalam pengertian-pengertian
tanah telantar menurut Hukum Adat. Berikut pengertian tanah telantar dalam
beberapa wilayah Hukum Adat di Indonesia:
a. Sulawesi Selatan (Bugis) Dalam masyarakat Bugis, tanah telantar disebut
dengan istilah Tona Kabu, Tona Kallanggelung Amo. Adapun kriteria tanah
yang dikategorikan sebagai tanah tersebut adalah tanah sawah yang ditinggalkan
selama 10 tahun atau lebih. Hal itu dilihat melalui indikasi-indikasi yaitu
pematang-pematangnya tidak kelihatan lagi, dan semua tanda-tandanya sudah
hilang secara keseluruhan.
b. Bengkulu Dalam masyarakat Bengkulu, tanah telantar disebut dengan Tanah
Sakueh Dajurawi. Adapun yang disebut sebagai Tanah Sakueh Dajurawi adalah
tanah ladang yang ditinggalkan sesudah menuai.
c. Jambi Dalam masyarakat Jambi, tanah telantar disebut dengan istilah Balukar
Toewo, yaitu tanah ladang yang ditinggalkan selama 3 tahun atau lebih.
2. d. Sumatera Utara Dalam masyarakat Sumatera Utara, tanah telantar disebut
dengan istilah Soppalan, yaitu tanah bekas yang ditinggalkan dan telah
ditumbuhi alang-alang, tanah bekas ladang yang belum lama ditinggalkan dan
telah menjadi semak, tanah yang sengaja ditelantarkan untuk penggembalaan
ternak masyarakat, dan tanah yang baru sekali dibuka kemudian telantar.
e. Aceh Di Aceh, apabila pada sebidang tanah sama sekali tidak ada aktivitas
pemanfaatan tanah itu selama 3 bulan, maka hak okupasi dan hilang tanah
kembali kepada hak ulayat.
f. Maluku Di Maluku, tanah dinyatakan terlantar apabila dalam jangka waktu 10-
15 tahun tidak dimanfaatkan dan tanah kembali menjadi hak pertuanan (ulayat).
g. Kalimantan Selatan (Banjar) Di Kalimantan Selatan, tanah bekas ladang yang
ditinggalkan 2 musim atau lebih akan kembali menjadi padang atau tanah tanpa
pemilik.
2. Pegertian Tanah Terlantar Dalam Konsepsi Hukum Islam.
Dalam konsepsi hukum Islam pegertian tanah terlantar disebut dengan nama tanah
mawat. Al-Mawat secara etimologi berarti yang mati atau lawan dari hidup. Al-
mawat memiliki arti yaitu sesuatu yang tidak mempunyai roh atau tanah yang tidak
berpenghuni atau tidak seorang pun memanfaatkannya. Al-Mawat berarti sesuatu
yang tidak mempunyai roh dan tanah tidak ada pemilik atasnya. Pengertian tanah
al-mawat ini sendiri ada banyak banyak sekali definisi yang dikemukakan oleh ahli-
ahli fiqih Islam. Diantaranya pengertian yang dirumuskan ahli fiqih empat mazhab
seperti dikutip Awang sebagai berikut:
a. Menurut Abu Hanifah, tanah mawat ialah tanah yang berjauhan dari sesuatu
kawasan yang telah diusahakan dan tiada kedapatan air.
b. Menurut Mazhab Maliki, tanah mawat ialah tanah yang bebas daripada
pemilikan tertentu melalui usaha seseorang dan tidak ada tanda-tanda sebagai ia
telah diusahakan.
c. Menurut al-Mawardi dari Mazhab Syafi’i, tanah mawat ialah tanah yang belum
diusahakan.
d. Menurut Imam Ahmad bin Hanbal, tanah mawat ialah tanah yang diketahui
tidak dimiliki oleh siapapun dan tidak kedapatan tandatanda tanah itu telah
diusahakan.
Sedangkan menurut golongan Syiah Imamiyah, tanah mawat ialah tanah yang
diatasnya tidak ada kepentingan apapun dan terbiar, baik disebabkan oleh ketiadaan
air maupun ditenggelami air dan sebagainya.
Penulis Hukum Islam di Indonesia, diantaranya Lubis mengemukakan bahwa
tanah mati ialah tanah yang tidak dimiliki orang dan tidak dikhususkan untuk hak
umum atau hak khusus. Tanah untuk hak umum ialah tanah yang diwakafkan kepada
umum, seperti tanah wakaf untuk orang miskin, atau tanah yang dijadikan jalan raya,
Sedangkan tanah untuk hak khusus misalnya tanah yang diwakafkan untuk
seseorang seperti untuk si Umar.
3. 3. Pegertian Tanah Terlantar Dalam Konsepsi Hukum Nasional. Dalam konsepsi
hukum nasional pengaturan mengenai tanah terlantar dapat ditemukan dalam pasal
27 UUPA, yang berbunyi:
Hak Milik hapus bila:
a. Tanahnya jatuh kepada negara,
1. Karena pencabutan hak berdasarkan pasal 18;
2. Karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya;
3. Karena diterlatarkan;
4. Karena ketentuan pasal 21 ayat (3) dan 26 ayat (2).
b. Tanahnya musnah Serta dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar, yang
dalam pasal 2 PP ini menyatakan bahwa Obyek Penertiban tanah terlantar
meliputi tanah yang sudah diberikan hak oleh Negara berupa hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan, ataudasar penguasaan
atas tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan
sesuai dengan keadaanya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar
penguasaanya. Yang kemudian menurunkan aturan teknis berupa Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011
Tentang Tata Cara Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.
B. Tanah Absentee
Istilah tentang tanah absentee tidak akan ditemukan dalam peraturan perundangan,
namun dapat dipahami bahwa tanah absentee adalah pemilikan tanah yang letaknya di luar
daerah tempat tinggal yang empunya (Harsono, 2007: 385). Aturan mengenai
tanah absentee tercantum dalam Pasal 10 ayat (1) UU NO.5 Tahun 1960 disebutkan bahwa
: Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada
asasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan
mencegah cara-cara pemerasan. Selanjutnya dalam PP No. 41 Tahun 1964 tentang
Perubahan dan Tambahan PP 224 Tahun 1960 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan
Pemberian Ganti Kerugian, khususnya Pasal 3a diatur bahwa pemilik tanah pertanian yang
berpindah tempat atau meninggalkan tempat kediamannya keluar kecamatan tempat letak
tanah itu selama dua tahun berturut-turut dan ia tidak melaporkan kepada pejabat yang
berwenang, maka ia diwajibkan memindahkan hak miliknya itu kepada orang lain.
Pada intinya larangan pemilikan tanah ini berlaku jika objek tanahnya adalah tanah
pertanian. Cukup sulit untuk mendapatkan istilah yang definitif menurut peraturan
perundang-undangan tentang apa yang dimaksud dengan tanah pertanian. Dalam Instruksi
bersama Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan Menteri Agraria tanggal 5
Januari 1961 disebutkan bahwa tanah pertanian adalah sebagai berikut:
“Tanah pertanian ialah juga semua tanah perkebunan, tambak untuk perikanan, tanah
tempat penggembalaan ternak, tanah belukar bekas ladang dan hutan yang menjadi
tempat mata pencaharian bagi yang berhak. Pada umumnya tanah pertanian adalah
semua tanah yang menjadi hak orang, selainnya tanah untuk perumahan dan
perusahaan. Bila atas sebidang tanah luas berdiri rumah tempat tinggal seorang, maka
pendapat setempat itulah yang menentukan berapa luas bagian yang dianggap halaman
rumah dan berapa yang merupakan tanah pertanian” (Harsono, 2007: 372)
4. Pelarangan pemilikan tanah absentee ini biasanya disebabkan tanah-tanah pertanian ini
berada di desa-desa, sedangkan pemiliknya berada di luar desa. Dengan keadaan demikian
maka sangat besar kemungkinan tanah tersebut tidak akan diusahakan atau dimanfaatkan
untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan, sehingga akhirnya tujuan pembangunan
masyarakat melalui reformasi di bidang pertanahan tidak tercapai.
C. Sikap Pemerintah Terhadap Tanah Telantar
Tanah terlantar merupakan kondisi tanah yang tidak diberdayakan oleh pemiliknya.
Kondisi tanah seperti ini banyak terdapat wilayah Indonesia. “Tanah terlantar akan
ditertibkan,” demikian ujar Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan
Pertanahan Nasional (BPN), Sofyan A. Djalil usai menyerahkan sertipikat kepada
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Direktur Utama PT Garam, Perwakilan
Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR), Perwakilan Kepolisian RI,
serta Bupati Kabupaten Nagakeo di Aula Prona Lantai 7, Jakarta, Selasa (14/11).
“Tanah terlantar sangat banyak dinegeri ini dan untuk menatanya perlu waktu. Banyak
masalah hukum mengenai tanah terlantar karena begitu dibawa ke Pengadilan, kita kalah
tapi kita akan terus memperjuangakan supaya tanah di Indonesia memberikan manfaat bagi
masyarakat,” ujar Sofyan.
Sofyan mengatakan lebih lanjut bahwa tanah terlantar akan lebih bermanfaat untuk
membangun fasilitas umum yang berguna bagi masyarakat. “Tanah terlantar tersebut bisa
dibuat untuk fasilitas olahraga seperti lapangan sepakbola tapi bisa juga digunakan untuk
fasilitas militer,” kata Sofyan.
Menteri ATR/Kepala BPN juga mengungkapkan untuk mengelola aset-aset milik
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) maupun TNI telah menandatangani Memorandum
of Understanding pada tanggal 3 November 2017. “Kementerian ATR/BPN telah
bekerjasama untuk pensertipikatan aset-aset TNI. Karena berdasarkan laporan Kemenhan,
luas tanah yang dimiliki oleh Kemenhan serta TNI sebanyak 330.000 hektar dan yang
bersertipikat baru ¼ nya saja. Mudah-mudahan kami bisa membantu dalam
mensertipikatkan aset-aset tersebut,” ungkap Sofyan.
Pada kesempatan yang sama, Kementerian ATR/BPN juga menyerahkan sertipikat
waduk, situ, danau kepada Kementerian PUPR. Sofyan mengatakan bahwa saat ini banyak
situ yang hilang karena sudah banyak jadi pemukiman penduduk. “Tujuan dari
diberikannya sertipikat adalah agar kita terus melestarikan keberadaan situ karena berguna
untuk menampung air dan dapat mengurangi banjir,” kata Sofyan.
Selain menyerahkan sertipikat tanah kepada Kementerian/Lembaga Negara serta
Kepala Daerah, Menteri ATR/BPN juga menandatangani Kesepakatan Bersama dengan
Universitas Diponegoro. “Kementerian ATR/BPN juga berwenang mengatur mengenai
penataan ruang namun tidak memiliki instrumen di daerah karena tata ruang merupakan
wewenang pemerintah daerah. Untuk itu, Dirjen Tata Ruang harus bekerjasama dengan
5. banyak civitas agar setiap jajaran Kementerian ATR/BPN dapat lebih mengerti mengenai
penataan ruang,” pungkasnya.
Kegiatan Penyerahan Sertipikat Tanah serta Penandatanganan Kesepakatan Bersama
dengan Universitas Diponegoro merupakan rangkaian Acara Seminar Nasional dengan
Tema “Memasuki Era Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah” yang
diselenggarakan dalam rangka Hari Tata Ruang Nasional Tahun 2017.