Hukum agraria adalah himpunan peraturan yang mengatur bagaimana seharusnya para pejabat pemerintah menjalankan tugas dibidang keagrariaan seperti pertanahan, pertanian, kehutanan, dan perikanan. Peraturan tersebut mencakup hukum adat, barat, administratif, swapraja, dan antar golongan.
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaRizki Gumilar
Subjek hukum yang memiliki hak pengelolaan, khususnya yaitu hak milik adalah warga negara Indonesia, badan hukum nasional yang diberi kewenangan oleh undang-undang. Adapun warga negara asing dan badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia juga mendapatkan hak penguasaan tanah yang diatur dalam Pasal 41 dan 42 UUPA. Lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah jo. PP nomor 41 tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Pasal 21 ayat 3 UUPA juga menentukan, bahwa orang asing yang sesudah tanggal 24 september 1960 memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan juga mendapatkan hak milik yang bersifat sementara yang setelahnya harus diserahkan kembali pada negara. Cara-cara yang disebutkan seperti diatas adalah cara memperoleh hak tanpa melakukan sesuatu tindakan positif yang sengaja ditujukan pada terjadinya peralihan hak yang bersangkutan.
Ada pameo kuno menyebutkan jika hukum senantiasa hidup di dalam masyarakat, hukum berkembang di dalam masyarakat. Dalam buku yang berjudul “ Dasar-Dasar hukum dan pengadilan”, Prof. Subekti, SH mengatakan bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagian pada rakyatnya.
Hak WNA Terhadap Penguasaan Tanah di IndonesiaRizki Gumilar
Subjek hukum yang memiliki hak pengelolaan, khususnya yaitu hak milik adalah warga negara Indonesia, badan hukum nasional yang diberi kewenangan oleh undang-undang. Adapun warga negara asing dan badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia juga mendapatkan hak penguasaan tanah yang diatur dalam Pasal 41 dan 42 UUPA. Lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah jo. PP nomor 41 tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Pasal 21 ayat 3 UUPA juga menentukan, bahwa orang asing yang sesudah tanggal 24 september 1960 memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan juga mendapatkan hak milik yang bersifat sementara yang setelahnya harus diserahkan kembali pada negara. Cara-cara yang disebutkan seperti diatas adalah cara memperoleh hak tanpa melakukan sesuatu tindakan positif yang sengaja ditujukan pada terjadinya peralihan hak yang bersangkutan.
Ada pameo kuno menyebutkan jika hukum senantiasa hidup di dalam masyarakat, hukum berkembang di dalam masyarakat. Dalam buku yang berjudul “ Dasar-Dasar hukum dan pengadilan”, Prof. Subekti, SH mengatakan bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang dalam pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagian pada rakyatnya.
HAK MILIK dalam UU AGRARIA DI INDONESIAfajararyanto4
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) merupakan landasan hukum utama yang mengatur hak atas tanah dan sumber daya alam terkait di Indonesia. UUPA mengidentifikasi berbagai jenis hak atas tanah, yang memberikan wewenang kepada individu atau entitas untuk memanfaatkan atau memiliki tanah sesuai dengan tujuan dan kepentingan tertentu.
Salah satu hak yang paling mendasar dan luas adalah **Hak Milik**. Pasal 20 UUPA menetapkan bahwa hak milik memberikan pemiliknya wewenang penuh untuk memiliki, memegang, menggunakan, memanfaatkan, dan memusakakan benda-benda, termasuk tanah, sesuai dengan keinginan dan kepentingannya. Ini adalah hak yang paling komprehensif dan kuat dalam hal kepemilikan tanah.
Selanjutnya, **Hak Guna Usaha** memberikan wewenang kepada individu atau entitas untuk memanfaatkan tanah untuk kegiatan pertanian. Dengan izin ini, pemegang hak dapat menanam dan memanen hasil hutan yang tumbuh di atas tanah, memberikan kontribusi penting dalam sektor pertanian dan pengelolaan sumber daya alam.
**Hak Guna Bangunan** memberikan izin untuk mendirikan dan memiliki bangunan di atas tanah yang bukan merupakan hak milik. Hal ini memungkinkan pemilik bangunan untuk mengembangkan dan memanfaatkan lahan dengan membangun struktur sesuai dengan peruntukannya.
Sementara itu, **Hak Pakai** membolehkan individu atau keluarga untuk memakai dan memperoleh hasil dari tanah negara atau tanah milik orang lain untuk kepentingan pribadi atau keluarga. Hak ini memberikan fleksibilitas kepada pemegangnya untuk memanfaatkan tanah tanpa harus memiliki kepemilikan penuh.
Selanjutnya, **Hak Sewa** memungkinkan individu atau entitas untuk menggunakan tanah atau bangunan yang dimiliki oleh pihak lain dengan membayar sejumlah uang atau nilai tertentu. Hal ini sering digunakan dalam transaksi properti komersial atau tempat tinggal.
**Hak Membuka Tanah** memberikan wewenang untuk membuka tanah untuk kepentingan pertanian atau kegiatan lain yang memerlukan pengolahan tanah. Ini adalah hak yang penting dalam pengembangan sektor pertanian dan pengelolaan lahan.
**Hak Memungut Hasil Hutan** memungkinkan individu atau entitas untuk mengambil hasil hutan yang tumbuh di atas tanah negara atau tanah hak milik. Hak ini mendukung kegiatan pengelolaan hutan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Selain hak-hak tersebut, UUPA juga memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menetapkan jenis hak lainnya melalui undang-undang yang lebih khusus dan mengatur hak-hak sementara sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 53 UUPA.
Dengan demikian, UUPA memberikan kerangka hukum yang komprehensif untuk mengatur hak atas tanah di Indonesia, memastikan bahwa tanah dapat dimanfaatkan dengan efisien dan sesuai dengan kepentingan nasional dan masyarakat.
2. Agre berarti tanah atau sebidang tanah
Agrarius berarti persawahan, perladangan,
pertanian.
Agraria berarti urusan pertanahan atau tanah
pertanian juga urusan pemilikan tanah
Agrarian selalu diartikan tanah dan dihubungkan
usaha pertanian
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
3. Agraria mempunyai arti sangat luas yaitu meliputi bumi,
air dan dalam batas-batas tertentu juga ruang angkasa
serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
4. Keseluruhan kaidah-
kaidah hukum baik
tertulis maupun tidak
tertulis yang mengatur
mengenai bumi, air dan
dalam batas-batas
tertentu juga ruang
angkasa serta kekayaan
alam yang terkandung
didalamnya.
Merupakan bagian dari
hukum agrarian dalam
arti luas yaitu hukum
tanah atau hukum
tentang tanah yang
mengatur mengenai
permukan atau kulit bumi
saja atau pertanian
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
5. Ialah kaidah-kaidah hukum baik tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur mengenai bumi, air dan dalam batas-batas tertentu juga
ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
Hukum agraria menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan
akan memungkinkan para pejabat administrasi yang bertugas
mengurus soal-soal tentang agraria, melakukan tugas mereka.
Hukum agrarian adalah himpunan peraturan yang mengatur
bagaimana seharusnya para pejabat pemerintah menjalankan
tugas dibidang keagrariaan
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
6. “Melindungi segenap bangsa indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial”
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
7. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum
agraria nasional, yang merupakan alat untuk
membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan
bagi negara dan rakyat, dalam rangka masyarakat
yang adil dan makmur
Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan
dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan
Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian
hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat
seluruhnya
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
9. Asas nasionalisme
Asas dikuasai oleh Negara
Asas hukum adat yang disaneer
Asas fungsi social
Asas kebangsaan atau (demokrasi)
Asas non diskriminasi (tanpa pembedaan)
Asas gotong royong
Asas unifikasi
Asas pemisahan horizontal (horizontale scheidings
beginsel)
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
10. 1. Hak Milik,
2. Hak Guna-Usaha,
3. Hak Guna-Bangunan,
4. Hak Pakai,
5. Hak Sewa,
6. Hak Membuka Tanah, dan Hak Memungut-hasil Hutan,
7. Hak-hak Lain Yang Tidak Termasuk Dalam Hak-hak
Tersebut Diatas Yang Akan Ditetapkan Dengan Undang-
undang Serta Hak-hak Yang Sifatnya Sementara
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
11. • Dasar hukum untuk pemilikan hak milik atas tanah yaitu pasal 20-27 UUPA
• Mempunyai sifat turun temurun
• Terkuat dan terpenuh
• Mempunyai fungsi social
• Dapat beralih atau dialihkan
• Dibatasi oleh ketentan sharing (batas maksimal) dan dibatasi oleh jumlah
penduduk
• Batas waktu hak milik atas tanah adalah tidak ada batas waktu selama
kepemilikan itu sah berdasar hukum
• Subyek hukum hak milik atas tanah yaitu WNI asli atau keturunan, badan
hukum tertentu
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
12. Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara, dalam jangka waktu paling lama 25 tahun atau 35 tahun untuk perusahaan, guna
perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan.
Hak guna-usaha diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar, dengan
ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus memakai investasi modal yang
layak dan tehnik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan zaman.
Yang dapat mempunyai hak guna-usaha ialah.
• warga-negara Indonesia;
• badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia,
Hak guna-usaha hapus karena:
1) jangka waktunya berakhir;
2) dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi;
3) dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir;
4) dicabut untuk kepentingan umum;
5) diterlantarkan;
6) tanahnya musnah.
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
13. Hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh Negara dalam
jangka waktu tertentu sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 29
UUPA untuk perusahaan pertanian atau peternakan.
• Jangka waktu 25 tahun dan perusahaan yang memerlukan waktu
yang cukup lama bisa diberikan selama 35 tahun
• Hak yang harus didaftarkan
• Dapat beralih karena pewarisan
• Obyek HGU yaitu tanah negara menurut pasal 28 UUPA jo pasal 4
ayat 2, PP 40/96
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
14. Hak untuk menggunakan dan / atau memungut hasil dari tanah yang
dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi
wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan
pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dan
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa
menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan UU 'Mi.
Cara memberikan hak pakai
• selama j angka waktu yang tertentu selama tanahnya dipergunakan
untuk keperluan tertentu.
• dengan Cuma2 dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa
apapun.
• pemberian hak pakai tidak boleh dan disertsi syarat2
yang mengandung pemerasan
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
15. Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah,
apabila ia berhak mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan
bangunan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai
sewa.
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
16. Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan adalah hak yang
berasal dari hukum adat sehubungan dengan adanya hak ulayat. Hak ini
hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia dan diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Meskipun bisa memungut hasil hutan secara sah,
bukan berarti pemilik hak membuka tanan dan memungut hasil hutan
memperoleh hak milih atas tanah tersebut.
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
17. MASA KOLONIAL
SEBELUM S/D
1870
SESUDAH 1870
SESUDAH 1942
MASA
KEMERDEKAAN S/D
1960
(UUPA)
HUKUM
AGRARIA
ZAMAN VOC
ZAMAN DAENDELS
ZAMAN REFFLES
ZAMAN
CULTURSTELSEL
AGRARISCHE WET 1870
AGRARIA BELSUIT S.
1870-118
UU No 58 Thn 1954 Ttg
Penyelesaian Soal Pemakaian
Tanah Perkebunan Oleh Rakyat
UU No 19 Thn 1956 Ttg
Penentuan Perusahaan
Pertanian/Perkebunan Milik
Belanda Yang Dikenakan
Sosialisasi
UU No 29 Thn 1956 Ttg
Peraturan Pemerintah Dan
Tindakan-tindakan Mengenai
Tanah Perkembunan
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
18. Sebelum 1870
1. Sejak datang Belanda 1602 semua pedagang dikenakan hak kadastral
untuk hak-hak barat
2. Zaman Raffles mulai dikenakan pajak tanah
3. 1830: Tanam Paksa yaitu tanah rakyat ditanami tanaman ekspor
4. Awal perambahan hutan oleh rakyat karena tanah usaha untuk tanam
paksa
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
19. HUKUM AGRARIA KOLONIAL
AW-1870
1. Politik Pertahan Kolonial dituangkan dalam Agrarische Wet 1870 (AW) yang
diundangkan dalam S 1870-55
2. AW pelaksanaannya diatur dengan Agrarische Belsuit (AB) yang
diundangkan dalam S 1870-118- Domein Verklaring
3. Dualisme Hukum Tanah
a. Hukum Tanah Barat b. Hukum Tanah Adat
- Hak Eigendom - HM Adat
- Hak Erfpacht - Hak Ulayat
- Hak Optstal
4. Belum ada pendaftaran tanah yang efektif
- Legal Cadastre - Fiscal Cadastre
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
20. HUKUM AGRARIA KOLONIAL
Agrarische Besluit (AB)
AB terdiri dari tiga bab, yaitu ;
1) Pasal 1-7 tentang hak atas tanah;
2) Pasal 8-8b tentang pelepasan tanah;
3) Pasal tentang peraturan campuran.
Domein Verklaring (Pernyataan Domein) ,membuat peraturan bahwa yg berhak
memberi tanah pada pihak lain adalah pemerintah. Yang membagi :
1) Vrijlands Domein atau tanah negara bebas, yaitu tanah yang di atasnya
tidak ada hak penduduk bumi putera.
2) Onvrijlands Domein atau tanah negra tidak bebas, yaitu tanah yang di
atasnya ada hak penduduk maupun desa.
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
21. Sesudah Tahun Pada periode sesudah tahun 1942, terjadi situasi yang cenderung
pada :
a. Periode kacau di bidang pemerintahan mengakibatkan kebijaksanaan
pemanfaatana tanah dan penguasaan tanah tidak tertib;
b. . Tujuan utama, usaha menunjang kepentingan Jepang;
c. Permulaan akupasi liar pada tanah-tanah perkebunan atau penebangan liar;
d. Usaha pengembalian kembali perkebunan milik Belanda;
e. Kerusakan fisik tanah karena politik bumihangus dan penggunaan tanah
melampaui batas kemampuannya.
Sedangakan mengenaihak atas tanah mengenal peristilahan yang lain ;
a. Hak persekutuan atas tanah yaitu hak ulayatl;
b. Hak perorangan atas tanah :
1) Hak milik, hak yayasan;
2) Hak wenang pilih, hak mendahulu;
3) Hak menikmati hasil;
4) Hak pakai;
5) Hak imbal jabatan;
6) Hak wenang beli.
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN
22. 1945
1. Usaha-usaha pembaharuan Hukum Tanah setelah proklamasi dan tindakan-
tindakan untuk mengatasi masalah-masalah yang perlu segera diselesaikan
2. Sejarah Pembentukan UUPA
HERMAWATI-20150101001-HUKUM AGRARIA-PPKn-VI--UNASMAN