SlideShare a Scribd company logo
SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) 
DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH) 
JAWA DAN MADURA 
GHINA SHADRINA 
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH 
PROGRAM DIPLOMA 
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 
BOGOR 
2014
ii 
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI 
Dengan ini saya menyatakan karya ilmiah ini adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir laporan ini. 
Bogor, Juni 2014 
Ghina Shadrina 
J3G111037
ABSTRAK 
GHINA SHADRINA. Sertifikasi Benih Tanaman Gmelina (Gmelina arborea) di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Tanjung Sari Sumedang. M. RAHMAD SUHARTANTO 
Gmelina memiliki banyak manfaat, serat kayunya lebih halus sehingga mudah pengerjaannya sewaktu diolah menggunakan mesin atau sewaktu masuk kemesin pengolahan. Kayu gmelina bermutu baik diperoleh dari benih yang juga bermutu baik, benih bermutu saat ini masih sangat terbatas dari segi jenis maupun jumlahnya. Benih bermutu baik diperoleh dari sumber benih dan ditangani dengan prosedur yang benar. Sistem pengawasan atau pengendalian mutu juga diperlukan sehingga benih-benih yang diedarkan mendapatkan jaminan mutu melalui sistem sertifikasi benih. Tata cara sertifikasi benih Gmelina adalah pengajuan surat permohonan, pembentukan tim, pengambilan contoh, pengujian mutu fisik dan fisiologis, hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis, penerbitan sertifikat mutu benih dan pemasangan label. 
Kata kunci : Kayu, mutu, sertifikasi 
ABSTRACT 
GHINA SHADRINA. Gmelina seed quality certification at Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) of Java and Madura, Sumedang. M.RAHMAD SUHARTANTO. 
Gmelina has many benefits, fiber is softer so easier process when processed using machine to machine processing or during entry, Gmelina wood of good quality were also obtained from the seeds of good quality, seed quality is still very limited in terms of type and number. Good quality seed obtained from seed sources and handled with proper procedures. Supervision or quality control system is also required so that the seeds that get circulated through the quality assurance system of seed certification. The procedure of gmelina seed certification are the submision of proposal letter, team establishing, sampling, the physic and physiology quality testing , the results of physic and physiology quality testing, the publishing of seed quality certificate and label installation. 
Keyword: wood, quality, certification
ii 
RINGKASAN 
GHINA SHADRINA. Sertifikasi Benih Gmelina (Gmelina arborea) di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Tanjung Sari Sumedang. M.RAHMAD SUHARTANTO 
Hutan Indonesia merupakan hutan tropis terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Rebuplik Kongo. Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung salah satunya yaitu untuk memenuhi kebutuhan manusia, sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung yaitu sebagai penyerap CO2 dan penghasil O2. Tanaman kehutanan yang cukup banyak memiliki manfaat yaitu tanaman gmelina 
Gmelina arborea (family: Verbenaceae) adalah pohon penghasil kayu yang berharga; jenis ini tersebar secara alami di Asia Tenggara. Kayunya mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku pulp, particle board, dan lembaran vinir. Selain itu kayunya dapat dijadikan sebagai alat-alat rumah tangga, kerangka pintu, cocok untuk furniture, digunakan untuk membuat tiruan anggota badan manusia, instrument musik, jembatan, tangki air, perahu, kertas, dan gagang korek api. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman industri yang bersifat komersial (Herawan dan Ismail 2011). Benih yang bermutu diperlukan untuk mendapatkan kayu gmelina yang berkualitas. Benih yang bermutu harus melalui proses sertifikasi guna mengetahui dan menjamin mutu benih gmelina. 
Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Beberapa permasalahan yang menyebabkan ketersediaan benih bermutu/berkualitas ini masih terbatas antara lain: (i) sumber benih untuk sebagian besar tanaman kehutanan masih sangat terbatas; (ii) kualitas sumber daya manusia dalam penanganan benih masih sangat terbatas (iii) para stake holder dibidang perbenihan baik pengumpul maupun pembeli/pengguna belum dapat menangani benih dan bibit dengan baik. 
Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang meliputi mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Pemeriksaan mutu genetik dapat dilakukan melalui pemeriksaan sumber benih. Pemeriksaan laboratorium atas mutu fisik dan fisiologis dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. 
Tata cara sertifikasi benih adalah sebagai berikut: 1) Surat permohonan. 2) Pembentukan tim. 3) Pengambilan contoh benih. 4) Penolakan pengambilan contoh benih. 5) Pengujian mutu fisik dan fisiologis. 6) Hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis. 7) Penerbitan atau pengeluaran sertifikat mutu benih Surat keterangan mutu benih. 8) Pemasangan label. 9) Balai atau lembaga sertifikasi dapat membatalkan sertifikat mutu benih. 
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih.Benih bermutu tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat) dan secara keseluruhan berpenampilan baik (Mugnisjah dan Setiawan, 2004). Mutu suatu calon benih akan diketahui setelah dilakukan pengujian benih di laboratorium yang mempunyai peran sangat penting dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat.
Tugas akhir ini merupakan hasil pengamatan penulis selama praktik kerja lapangan yaitu pada tanggal 10 Februari 2014 sampai dengan 12 April 2014 yang dilakukan di BPTH Jawa dan Madura Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat. Praktik Kerja Lapang ini bertujuan untuk mengetahui teknik sertifikasi mutu benih tanaman hutan khususnya benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa dan Madura Tanjungsari Sumedang. 
Kegiatan sertifikasi mutu benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa Madura yaitu benih gmelina (Gmelina arborea) memiliki standar mutu layak edar. Kemurniannya yaitu 99.9% dengan standar 98%-100% dan kadar air benihnya yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 gram dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%. Berdasarkan Dirjen RLPS No. P. 01/V-PTH/2007, dapat dikatakan bahwa hasil pengujian benih gmelina memenuhi syarat layak edar dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian karena sumber benihnya tidak bersertifikat, apabila sumber benih telah disertifikasi, maka BPTH akan mengeluarkan sertifikat benih.
iv 
SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) 
DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH) 
JAWA DAN MADURA 
GHINA SHADRINA 
Laporan Praktik Kerja Lapangan 
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya 
pada Program Diploma Keahlian Teknologi Industri Benih 
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH 
PROGRAM DIPLOMA 
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 
BOGOR 
2014
Judul Tugas Akhir : Sertifikasi Benih Gmelina (Gmelina arborea) 
di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura 
Nama : Ghina Shadrina 
NIM : J3G111037 
Disetujui oleh 
Dr Ir M.R.Suhartanto, MSi 
Pembimbing 
Diketahui oleh 
Dr Ir Bagus. P. Purwanto, MAgr Dr Ir Abdul Qadir, MSi 
Direktur Koordinator Program Keahlian 
Tanggal Lulus:
vii 
PRAKATA 
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Sertifikasi Benih Gmelina di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura”. 
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. M. Rahmat Suhartanto MSi, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir, Orang Tua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan secara materil dan do’a, Seluruh Tim Dosen Program Keahlian Teknologi Industri Benih, Bapak Iip selaku pembimbing lapangan dan seluruh staff Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura, yang telah mengizinkan untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan, dan teman-teman TIB yang telah membantu dan memberi dukungan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. 
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat kedepannya . 
Bogor, Juni 2014 
Ghina Shadrina
viii
ix 
DAFTAR ISI 
DAFTAR TABEL viii 
DAFTAR GAMBAR viii 
DAFTAR LAMPIRAN viii 
1 PENDAHULUAN 1 
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 2 METODE PELAKSANAAN 3 2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3 
2.2 Prosedur Pelaksanaan 3 
2.3 Data dan Sumber Data 4 
3 KEADAAN UMUM BPTH JAWA DAN MADURA 4 
3.1 Sejarah 4 
3.2 Kedudukan BPTH Jawa dan Madura di Departemen Kehutanan 5 
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi 5 
2.3.1 Tugas Pokok 5 
2.3.2 Fungsi 5 
3.4 Visi dan Misi 5 
3.5 Susunan Organisasi 6 
3.6 Wilayah Kerja BPTH Jawa dan Madura 7 
3.7 Sarana dan Prasarana 7 
3.8 Letak Geografis 7 
3.9 Sejarah Terbentuknya Laboratorium Pengujian Benih 7 
4 KEGIATAN SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) 8 
4.1 Sertifikasi Mutu Benih 8 4.2 Tata Cara Sertifikasi Benih 10 
4.2.1 Pengajuan Surat Permohonan Sertifikasi 11 
4.2.2 Pembentukan Tim Pengawas 11 
4.2.3 Pengambilan Contoh Kirim 12 
4.2.4 Pengujian Mutu Benih 12 
4.2.6 Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis 19 
4.2.7 Penerbitan Sertifikasi Mutu Benih 20 
4.2.8 Pemasangan Label 20 
4.2.9 Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat benih 20 
5 KESIMPULAN DAN SARAN 21 
5.2 Kesimpulan 21 
5.2 Saran 21 DAFTAR PUSTAKA 22 
LAMPIRAN 23
x 
DAFTAR TABEL 
1 Data hasil uji kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 14 
2 Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 15 
3 Data hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 18 
4 Jumlah benih segar tidak tumbuh dan benih mati pada pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 18 
DAFTAR GAMBAR 
1 Struktur Organisasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan 6 
2 Lokasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura 7 
3 Bentuk pohon, tandan bunga, bunga, buah, biji batu, dan penampang biji gmelina 9 
4 Bunga Gmelina arborea dan buah yang belum masak 9 
5 Buah Gmelina arborea yang sudah masak 10 
6 Alur sertifikasi benih tanaman hutan 11 
7 Kegiatan pengambilan contoh benih gmelina 12 
8 Alur pengujian mutu benih tanaman hutan 13 
9 Kegiatan uji kemurnian gmelina 15 
10 Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 17 
11 Kegiatan penaburan gmelina dengan media pasir 19 
12 Kecambah gmelina menggunakan media pasir pada hari ke 22 19 
DAFTAR LAMPIRAN 
1 Surat permohonan sertifikasi mutu benih 24 
2 Surat keterangan asal usul benih 25 
3 Format keterangan contoh benih 26 
4 Berita acara pengambilan contoh benih 27 
5 Berat maksimum pengambilan contoh benih 28 
6 Kartu Pengujian Benih 30 
7 Perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan pengujian kadar air 32 
8 Daftar jenis perlakuan pendahuluan sebelum pengujian daya berkecambah 35 
9 Standar benih layak edar 38 
10 Sertifikat mutu benih tanaman hutan 41 
11 Keterangan hasil pengujian mutu benih 43
1 
1 PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Hutan Indonesia merupakan hutan tropis yang terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Indonesia memiliki luas 1 860 359.67 km2 daratan, 5.8 juta km2 wilayah perairan dan 81 000 km garis pantai, Indonesia ditempatkan pada urutan kedua setelah Brazil dalam hal tingkat keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi Indonesia meliputi 10% spesies tanaman berbunga, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptil dan amfibi, 17% spesies burung, serta 25% spesies ikan yang terdapat di dunia (Sumargo et al. 2011). 
Meningkatnya laju kerusakan hutan dan luas lahan yang terdegradasi di Indonesia sudah sangat menghawatirkan. Secara umum, dari 105 juta Ha luas kawasan hutan di Indonesia, 57.7 juta Ha (55%) mengalami kerusakan.Tahun 1984, lahan terdegradasi mencapai 9.7 juta Ha, pada tahun 1994 meningkat menjadi 23.2 juta Ha dimana 15.1 juta Ha di luar kawasan hutan dan 8.1 juta Ha di dalam kawasan hutan (Syam 2007). 
Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung yaitu memenuhi kebutuhan manusia seperti sumber bahan makanan dan kayu tanaman hutan sebagai bahan baku untuk membuat alat rumah tangga, sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung yaitu untuk penyerapan air saat hujan sehingga dapat mencegah terjadinya bencana banjir. Djajapertjunda dan Djamhuri (2013) mengatakan, manfaat hutan secara langsung dapat dinikmati oleh manusia adalah hutan berupa kayu yang sudah digunakan sejak manusia lahir. Hutan berperan sebagai salah satu sumber untuk mendapatkan bahan makanan seperti buah-buahan, hewan hasil pemburuan, pakaian dari kulit kayu, kayu sebagai bahan kayu perkakas, dan bahan pembuat kayu rumah. Manfaat hutan secara tidak langsung sebagai penyangga kehidupan, diantaranya (i) gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi flora dan fauna; (ii) Bank Lingkungan Regional dan Global yang tidak ternilai baik sebagai pengatur iklim, penyerap CO2, serta penghasil oksigen; (iii) fungsi hidrologi yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutan dan plasma nutfah yang dikandungnya; (iv) sumber bahan obat-obatan; (v) ekoturisme; dan (vi) Bank Genetik yang hampir tidak terbatas. 
Mengingat peran dan fungsi hutan sangat dibutuhkan, maka perlu ditempuh upaya pengembalian fungsi hutan melalui pembangunan hutan tanaman baru dan kegiatan rehabilitasi hutan serta lahan. Faktor yang menentukan keberhasilan penanaman tersebut salah satunya adalah penyediaan benih dan bibit yang cukup, baik dari segi jumlah, jenis, maupun mutunya. Sertifikasi sumber benih, mutu benih, dan mutu bibit ini dilakukan oleh BPTH. 
Berdasarkan SK. 20 /PTH-3/2012 tentang standar mutu fisik dan fisologis benih tanaman hutan, peranan benih bermutu sangat penting dalam hubungannya dengan keberhasilan pembangunan hutan dan rehabilitasi lahan. Sejalan dengan era memanfaatkan flora dan fauna untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia, tetapi juga terus mendorong meningkatnya produksi hasil hutan khususnya kayu agar dapat dimanfaatkan dalam skala industri, maka pengadaan
2 
benih bermutu sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Tanaman hutan yang cukup banyak memiliki banyak manfaat yaitu tanaman gmelina. 
Gmelina merupakan tanaman eksotik, sebaran alaminya di Burma, India. Hutan tanaman di Indonesia antara lain terdapat di Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Sumber benih terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Tumbuh secara alami pada ketinggian 0-800 m dpl dengan curah hujan 1200-3000 mm/tahun. Jenis ini tumbuh pada tanah berlapisan dalam, subur dan berdrainase baik. Toleran terhadap tanah berlapisan dangkal, berpasir, tanah padat, tanah asam asalkan tidak pada tanah berdrainase buruk. Bunga dan buah tanaman gmelina terlihat sepanjang tahun, buah akan masak setelah 1.5 bulan sejak bunga muncul. 
Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Gmelina memiliki banyak manfaat sebagai bahan bangunan ataupun perabotan rumah tangga, gmelina dapat menjadi bahan pembuatan meubel furniture, bagian tengah plywood, batang korek api, alas sepatu, papan, bubur kertas, papan partikel, bahan baku kayu lapis, papan triplek, peti pembungkus, pulp, dan konstruksi darurat yang ringan, namun tidak cocok untuk konstruksi yang bersifat permanen. Serat kayunya lebih halus sehingga mudah pengerjaannya sewaktu diolah menggunakan mesin atau sewaktu masuk kemesin pengolahan. 
Kayu gmelina bermutu baik diperoleh dari benih yang juga bermutu baik, benih bermutu saat ini masih sangat terbatas dari segi jenis maupun jumlahnya. Benih bermutu baik diperoleh dari sumber benih dan ditangani dengan prosedur yang benar. Sistem pengawasan atau pengendalian mutu juga diperlukan sehingga benih-benih yang diedarkan mendapatkan jaminan mutu melalui sistem sertifikasi benih. Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Beberapa permasalahan yang menyebabkan ketersediaan benih bermutu/berkualitas ini masih terbatas antara lain: (i) sumber benih untuk sebagian besar tanaman kehutanan masih sangat terbatas; (ii) kualitas sumber daya manusia dalam penanganan benih masih sangat terbatas (iii) para stake holder dibidang perbenihan baik pengumpul maupun pembeli/pengguna belum dapat menangani benih dan bibit dengan baik. 
Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang meliputi mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Pemeriksaan mutu genetik dapat dilakukan melalui pemeriksaan sumber benih. Pemeriksaan laboratorium atas mutu fisik dan fisiologis dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. 
1.2 Tujuan 
Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah: 1. Menambah wawasan dalam bidang sertifikasi benih tanaman hutan khususnya benih gmelina. 2. Mempelajari langsung sertifikasi benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura. 3. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam sertifikasi benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura. 4. Memperoleh pengalaman di dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian khususnya benih.
3 
2 METODE PELAKSANAAN 2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2014 sampai dengan 12 April 2014, Lokasi Praktik Kerja Lapangan bertempat di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura. 
2.2 Prosedur Pelaksanaan 
Metode pelaksanaan PKL dilakukan sebagai berikut : 
1. Kuliah dan Pengenalan Keadaan Umum BPTH Jawa Madura 
Kegiatan pengenalan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Madura secara umum, bertujuan untuk mengetahui secara jelas tentang keadaan umum BPTH, mengetahui struktur organisasi, sejarah dan perkembangan BPTH Jawa Madura, visi dan misi, serta sistem organisasi BPTH. 
2. Pengenalan Kondisi Lapang dan Laboratorium 
Pengenalan kondisi lapangan dan Laboratorium dilaksanakan di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Madura. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenali dan memahami keadaan lapangan dan Laboratorium BPTH Jawa Madura. 
3. Kegiatan Praktik Lapang dan Laboratorium Secara Umum 
a. Pengujian Mutu Benih di Laboratorium 
Kegiatan pengujian benih di laboratorium yang dilakukan antara lain pengujian rutin seperti pengujian daya berkecambah, pengujian kadar air, pengujian kemurnian benih dan penentuan bobot 1000 butir. 
b. Sertifikasi Benih Tanaman Hutan 
Pelaksanaan kegiatan sertifikasi benih dilakukan dengan mengambil contoh benih di UD. Tanjung Harapan Tanjungsari Sumedang Jawa Barat, serta kegiatan pengujian mutu benih yaitu dengan menguji mutu benih tanaman kehutanan di laboratorium. 
Kegiatan sertifikasi benih yang dilakukan meliputi: 
a. Surat permohonan 
b. Pembentukan Tim 
c. Pengambilan Contoh 
d. Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis, yang meliputi: 
 Analisa Kemurnian 
 Penentuan Bobot 1000 Butir 
 Pengujian Kadar Air 
 Uji Daya Berkecambah 
e. Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis 
f. Penerbitan Sertifikat Benih dan atau Surat Keterangan Hasil Pengujian Benih 
g. Pemasangan Label 
Selain pelaksanaan kegiatan praktik pengambilan contoh untuk sertifikasi benih, kegiatan praktik pembibitan dilakukan di kebun persemaian permanen
4 
Cimanggis sebagai pengenalan secara umum tentang produksi bibit tanaman hutan dan praktik beberapa teknik perbanyakan tanaman hutan secara vegetatif. 
c. Studi Pustaka 
Kegiatan studi pustaka bertujuan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan untuk penyusunan laporan akhir kegiatan PKL dan membandingkan hasil kegiatan PKL dengan sumber atau referensi. Kegiatan ini dilakukan di perpustakaan dan media internet. 
d. Diskusi dan Wawancara. 
Kegiatan diskusi dan wawancara dilakukan melalui wawancara terhadap produsen benih dan pegawai BPTH Jawa Madura mengenai masalah-masalah yang ditemukan pada saat melakukan praktik. 
e. Evaluasi 
Kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap hari pada akhir kegiatan.Selain itu melakukan diskusi dan evaluasi pada saat presentasi laporan akhir PKL oleh pihak BPTH Jawa Madura. 
2.3 Data dan Sumber Data 
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak BPTH Jawa dan Madura seperti kepala Balai dan staf BPTH. Data diperoleh dari pengamatan langsung penulis selama mengukuti kegiatan Prektek Kerja Lapangan (PKL). Data sekunder diperoleh dari literatur pada BPTH, Balai Teknologi Perbenihan (BTP), dan sumber data sekunder lainnya berupa skripsi, laporan praktik kerja lapangan, jurnal, dan internet. 
3 KEADAAN UMUM BPTH JAWA DAN MADURA 
3.1 Sejarah 
Tahun 1976 Dirjen Kehutanan melaksanakan proyek reboisasi dan penghijauan, dengan luas areal 2 055 000 Ha dengan tanaman Pinus merkusii, sebagai langkah penyelamatan hutan, tanah dan air. Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945, menyebutkan ”Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Pembentukan tiga unit pelaksanaan teknis produksi benih bertujuan untuk menunjang penyediaan benih yang salah satunya berkedudukan di Bandung, Jawa Barat. 
Kegiatan penyediaan benih nasional tidak mungkin dalam bentuk proyek terus-menerus, tetapi perlu dikembangkan dalam institusi kehutanan, maka dibentuklah Balai Produksi dan Pengujian Benih Provinsi Jawa Barat melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 102/Kpts-II/1984. Tahun 1998 BPPB (Balai Produksi dan Pengujian Benih) diganti menjadi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Bandung, yang mulai difungsikan pada tanggal 11 Maret 1999 sejak pelantikan Kepala Balai BPPB Bandung. 
Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 202/Kpts- II/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPTH
5 
Bandung untuk meningkatkan hasil kerja Balai Produksi dan Pengujian Benih dipandang perlu untuk menyempurnakan SK. Menteri Kehutanan No. 102/Kpts II/1984 maka dikeluarkan, selanjutnya BPTH Bandung berubah nama menjadi BPTH Jawa dan Madura sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 663/Kpts-II/2002 tanggal 7 maret 2002 tentang organisasi dan tata kerja Balai Perbenihan Tanaman Hutan. 
3.2 Kedudukan BPTH Jawa dan Madura di Departemen Kehutanan 
BPTH Jawa dan Madura adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial dibidang perbenihan dan pembibitan tanaman hutan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS). 
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi 
Berdasarkan Keputusan Menteri No. 663/Kpts II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTH menjelaskan bahwa BPTH memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: 
2.3.1 Tugas Pokok 
BPTH mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi, dan akreditasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih, pemantauan peredaran dan distribusi benih dan bibit tanaman hutan, penyajian informasi perbenihan dan pembibitan. 
2.3.2 Fungsi 
BPTH menyelenggarakan fungsi yaitu (a) Penyusunan rencana perbenihan dan pembibitan, (b) pengelolaaan SB dan pengujian benih, (c) pengembangan model perbenihan dan pembibitan, (d) pemantauan SB, peredaran, distribusi benih dan bibit serta pelaksanaan karantina benih dan bibit, (e) pengelolaan sistim informasi, (f) penyelenggaraan sistim informasi dan akreditasi terhadap lembaga sertifikasi benih dan bibit. 
3.4 Visi dan Misi 
Visi dari BPTH Jawa dan Madura (BPTH) adalah Optimasi Fasilitasi Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman dalam mendukung Pembangunan Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 
Misi yang dilakukan oleh BPTH yaitu (a) Memantapkan kebijakan bidang perbenihan tanaman hutan, (b) memperkuat kapasitas kelembagaan bidang perbenihan tanaman hutan, (c) mendorong pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan berbasis benih dan bibit berkualitas.
6 
3.5 Susunan Organisasi 
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 663/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTH memiliki susunan organisasi yang terdiri dari: 
1. Kepala Balai 
Kepala balai bertugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi dan akreditasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih, pemantauan peredaran dan distribusi benih dan bibit tanaman 
2. Sub Bagian Tata Usaha 
Sub bagian tata usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga balai. 
3. Seksi Sumber Benih 
Seksi sumber benih mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, pengelolaan sumber benih, dan pengembangan model perbenihan dan pembibitan, serta penerapan teknologi tepat guna pengembangan sumber benih. 
4. Seksi Peredaran Benih 
Seksi peredaran benih mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan peredaran benih dan distribusi benih dan bibit tanaman hutan, karantina benih dan bibit tanaman hutan, pengembangan model kelembagaan pebenihan dan pembibitan, sertifikasi dan akreditasi lembaga sertifikasi benih dan bibit, dan pemantauan hama dan penyakit benih dan bibit tanaman hutan. 
5. Seksi Informasi Benih 
Seksi Informasi Benih bertugas melakukan penyiapan bahan pengelolaan sistem informasi perbenihan dan pembibitan tanaman hutan. 
6. Kelompok Jabatan Fungsional 
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan fungsional sesuai dengan keahlian masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 
Sumber : Dephut Dirjen RLPS, Kumpulan Peraturan Perundangan 2004 
Gambar 1 Struktur Organisasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan 
Kepala Balai 
Seksi Sumber Benih 
Seksi Informasi 
Seksi Peredaran 
Ka Sub Bag Tata Usaha 
Kelompok Fungsional 
Laboratorium Pengujian Benih
7 
3.6 Wilayah Kerja BPTH Jawa dan Madura 
BPTH berdasarkan surat keputusan menteri kehutanan nomor 663/Kpts- II/2002 tanggal 7 maret 2002, berkedudukan di Bandung. Wilayah kerja BPTH Jawa dan Madura mencangkup seluruh wilayah Pulau Jawa dan Madura. 
3.7 Sarana dan Prasarana 
BPTH Jawa dan Madura berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 Sumedang Jawa Barat. BPTH Jawa dan Madura memiliki perangkat ruang kerja berupa ruang kepala balai, ruang sub bagian tata usaha, ruang seksi sumber benih, ruang seksi peredaran benih, ruang jabatan fungsional, ruang informasi, ruang rapat, laboratorium, rumah kaca, ruang penyimpaan benih (DCS/Dry Cold Storage), dapur, toilet, lapang parkir dan mushola. 
3.8 Letak Geografis 
BPTH Jawa dan Madura berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 PO BOX 19 Tanjungsari Sumedang Jawa Barat. BPTH Jawa Madura berada diantara 06°52’30’’ sampai dengan 06°56’00’’ LU dan 108°52’00’’ BT sampai dengan 108°55’00’’BT. BPTH Jawa dan Madura juga terletak pada ketinggian 968 mdpl dengan luas 0.2 ha. 
Gambar 2 Lokasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura 
3.9 Sejarah Terbentuknya Laboratorium Pengujian Benih 
Sejalan dengan pembentukan wadah perbenihan tanaman hutan tahun 1976 berupa Unit Produksi Benih (UPB) yang berkedudukan di Bandung, merupakan bagian dari proyek perbenihan yang dikelola oleh Direktorat Reboisasi (Ditsi), maka institusi yang memproduksi benih Pinus merkusii ini, selain dilengkapi dengan alat-alat produksi dan penyimpanan, juga dilengkapi dengan laboratorium pengujian benih sehingga benih yang didistribusikan oleh UPB hampir ke seluruh nusantara ini sudah dilengkapi dengan label mutu benih.
8 
Tahun 1984 keluar SK Menteri Kehutanan mengenai pembentukan Balai Produksi dan Pengujian Benih (BP2B) untuk tiap propinsi di Indonesia dan terealisasihanya BP2B Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. BP2B ini pada kenyataannya tidak memproduksi benih, tetapi tetap melaksanakan pengujian benih dalam rangka pengawasan dan pengendalian mutu benih yang beredar. 
Tahun 1998 BP2B berganti nama menjadi Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) dengan wilayah kerja yang lebih luas, sebagai contoh BP2B Jawa Barat menjadi BPTH Bandung dengan wilayah kerja meliputi pulau Jawa dan Madura, dengan fasilitas pengujian yang lebih lengkap karena adanya bantuan dari pemerintah Denmark melalui Indonesia Forest seed Project (IFSP). 
Tahun 2002 BPTH Bandung berganti nama lagi disesuaikan dengan wilayah kerjanya menjadi BPTH Jawa dan Madura. Kegiatan pengujian mutu benih terus berjalan dari tahun ke tahun tidak terpengaruh oleh nama instansi yang berubah-ubah dan sarana prasarana pengujian terus dilengkapi serta kemampuan personil terus ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan baik di dalam maupun luar negeri. 
4 KEGIATAN SERTIFIKASI BENIH GMELINA 
(Gmelina arborea) 
4.1 Sertifikasi Mutu Benih 
Gmelina arborea (family: Verbenaceae) adalah pohon penghasil kayu yang berharga; jenis ini tersebar secara alami di Asia Tenggara. Kayunya mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku pulp, particle board, dan lembaran vinir. Selain itu kayunya dapat dijadikan sebagai alat-alat rumah tangga, kerangka pintu, cocok untuk furniture, digunakan untuk membuat tiruan anggota badan manusia, instrument musik, jembatan, tangki air, perahu, kertas, dan gagang korek api. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman industri yang bersifat komersial (Herawan dan Ismail 2011). Benih yang bermutu diperlukan untuk mendapatkan kayu gmelina yang berkualitas. Benih yang bermutu harus melalui proses sertifikasi guna mengetahui dan menjamin mutu benih gmelina. 
Menurut Direktorat perbenihan tanaman hutan (2002), pohon gmelina dapat mencapai 30-40 m, batang silindris, diameter rata-rata 50-140 cm. kulit halus atau bersisik, warna coklat muda sampai abu-abu. Ranting halus licin atau berbulu halus. Buah kuning terang, mengelompok dalam tandan besar (30-350 bunga per tandan). Daun bersilang, bergerigi atau bercuping, berbentuk jantung, ukuran 10-25 cm x 5-18 cm. Bunga sempurna, panjang mencapai 25 mm, berbentk tabung dengan 5 helai mahkota. Bunga mekar pada malam hari dan penyerbukan dilakukan oleh lebah. Gambar 3.1 merupakan bentuk pohon gmelina, Gambar 3.2 merupakan tandan bunga, Gambar 3.3 merupakan bunga gmelina, Gambar 3.4 adalah buah gmelina, 3.5 adalah biji batu gmelina, dan Gambar 3.6 merupakan penampang biji gmelina (a. benih, b. ruang kosong, c.
9 
endocarp, d. celah biji). Bunga dan buah yang belum masak dapat dilihat pada Gambar 4 dan buah gmelina yang sudah masak dapat dilihat pada Gambar 5. 
Sumber: Direktorat perbenihan tanaman hutan, 2002 
Gambar 3 Bentuk pohon, tandan bunga, bunga, buah, biji batu, dan penampang biji gmelina 
Sumber: Lithosolv, 2012 
Gambar 4 Bunga Gmelina arborea dan buah yang belum masak
10 
Buah gmelina memiliki struktur berdaging, panjangnya 25-35 mm, kulit mengkilat, mesokarp lunak, dan agak manis. Biji gmelina memiliki kulit yang keras seperti batu, panjangnya 16-25 mm, permukaan licin, satu ujung bulat, ujung lainnya runcing. Terdiri dari 4 ruang, jarang dijumpai 5 ruang. Sedikitnya satu ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari dua biji batu. Ukuran benih meningkat menurut ukuran biji, yaitu panjang 6-9 mm. 
Sumber: Restorasi Habitat Orang Utan Indonesia, 2013 
Gambar 5 Buah Gmelina arborea yang sudah masak 
Menurut Sudrajat dan Nurhasybi (2007), untuk menjamin mutu benih yang diedarkan, sistem sertifikasi benih harus diterapkan. Standar pengujian mutu fisik dan fisiologis sangat penting untuk ditetapkan dengan seksama karena beberapa alasan pada sertifikasi benih tanaman hutan. Pertama, metode pengujian yang baku diharapkan akan memastikan hasil yang seragam apabila pengujian suatu lot benih akan dikerjakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kedua, keakuratan data pengujian mutu benih diperlukan dalam perencanaan pembangunan hutan tanaman, khususnya dalam pengadaan bahan tanaman untuk program penanaman, pemuliaan pohon, dan konservasi sumberdaya genetik. Ketiga, sebagai acuan dalam penerapan aspek legalitas perbenihan. Standar pengujian mutu benih ini harus terus diperbaiki dan dilengkapi mengingat hasil-hasil penelitan menggunakan kelompok benih yang berbeda. Selain itu, standar mutu benih yang layak edar juga perlu ditetapkan yang sangat berguna untuk perencanaan pengadaan bibit di persemaian dan perlindungan terhadap pengguna benih. 
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Benih bermutu tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat) dan secara keseluruhan berpenampilan baik (Mugnisjah dan Setiawan 2004). Mutu suatu calon benih akan diketahui setelah dilakukan pengujian benih di laboratorium yang mempunyai peran sangat penting dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat. 
4.2 Tata Cara Sertifikasi Benih 
Prosedur sertifikasi tanaman kehutanan tidak sama dengan sertifikasi tanaman pangan dan hortikultura, apabila tanaman pangan dan hortikultura dimulai dari permohonan sertifikasi dan diawali dengan pemeriksaan pedahuluan yang dilakukan sebelum dilakukan pertanaman, lalu pemeriksaan lapang vegetatif,
11 
kemudian pemeriksaan lapang generatif, pemeriksaan menjelang panen, pemeriksaan alat pengolahan benih, dan pengawasan pemasangan label. 
Sertifikasi tanaman kehutanan dibagi menjadi 3 bagian yaitu sertifikasi sumber benih yang dilakukan dengan mengklasifikasi tegakan atau pohon induk benih, lalu sertifikasi bibit dan sertifikasi benih, adapun Tata cara sertifikasi benih berdasarkan SK Dirjen RLPS No. P. 04/V-PTH/2007 adalah sebagai berikut: 
Gambar 6 Alur sertifikasi benih tanaman hutan 
4.2.1 Pengajuan Surat Permohonan Sertifikasi 
Surat permohonan sertifikasi benih dapat diajukan kepada BPTH oleh perorangan, koperasi, BUMN, BUMD, BUMS, dinas/intansi pemerintah dan lembaga perbenihan lainnya kepada BPTH atau lembaga sertifikasi. Pengajuan surat permohonan dapat dilakukan satu minggu setelah kegiatan pengunduhan. Surat permohonan sertifikasi benih dapat dilihat pada Lampiran 1. 
4.2.2 Pembentukan Tim Pengawas 
Setelah surat permohonan sertifikasi diterima, BPTH membentuk tim sebanyak dua orang untuk melaksanakan pengambilan contoh benih dan memeriksa keterangan asal usul benih. Surat keterangan asal-usul benih dapat dilihat pada Lampiran 2. 
Sertifikat mutu benih 
Surat keterangan hasil pengujian 
Pemilik benih 
Permohonan sertifikasi 
BPTH/ lembaga sertifikasi 
Label benih 
1. Keterangan asal- usul benih 
2. Keterangan contoh benih 
3. BA pengambilan contoh benih 
Pemeriksaan dokumen dan pengambilan contoh benih 
1. Kemurnian 
2. Bobot 1000 butir 
3. Kadar air 
4. Daya kecambah 
Pengujian mutu fisik-fisiologis 
1 
2 
3 
6 
7 
4 
5a 
5b
12 
4.2.3 Pengambilan Contoh Kirim Pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari beberapa bagian dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh dilakukan dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama dengan menggunakan tangan seperti pada Gambar 7. Benih yang terambil dari setiap pengambilan contoh disebut contoh primer sedangkan gabungan contoh-contoh primer disebut contoh komposit. Contoh benih yang diambil secara acak dari contoh komposit ini dapat digunakan sebagai contoh kirimanm dari contoh kiriman ini kemudian diambil contoh kerja secara acak. Berat minimal contoh kirim untuk benih gmelina yaitu 3500 g dan berat minimal contoh kerja benih gmelina 1 750 g. Pengambilan contoh dilakukan dengan tangan yaitu tangan dimasukkan dengan telapak tangan terbuka dan pada saat dikeluarkan jari tangan hendaknya menggenggam benih secara rapat sehingga tidak satu pun benih yang terlepas ketika tangan dikeluarkan dari dalam wadah. Pengambilan contoh benih harus dilengkapi berita acara seperti yang tercantum pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Standar pengambilan contoh benih tanaman hutan dapat dilihat pada Lampiran 5. 
Gambar 7 Kegiatan pengambilan contoh benih gmelina 
4.2.4 Pengujian Mutu Benih Pengujian benih adalah analisa mutu fisik dan fisiologis lot benih. Pengujian benih meliputi beberapa tolok ukur seperti berat benih, kemurnian, perkecambahan, dan kadar air. Pengujian benih dapat dilakukan pada tahapan yang berbeda dari penanganan benih, pemrosesan benih dan penyimpanan benih. Tolok ukur baku seperti berat benih, kemurnian, dan perkecambahan sangatlah penting dalam perhitungan kebutuhan benih (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan 2002). 
Tujuan pengujian laboratorium adalah untuk mengetahui mutu fisik dan fisiologis kelompok calon benih dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium harus mewakili kelompok calon benih yang telah lulus pada tahap sertifikasi sebelumnya, jelas pembentukan kelompoknya dan seragam mutunya (Homogen). Pengujian laboratorium hanya dapat dilakukan setelah pengolahan calon benih.
13 
Pedoman pengujian contoh benih di laboratorium mengacu pada peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI)7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. 
Pengujian laboratorium mutu fisik bertujuan untuk mengetahui kondisi penampilan fisik benih seperti kadar air, warna, kesegaran, kebersihan, ukuran/ berat dan keseragaman benih. Pengujian mutu fisiologis bertujuan untuk mengetahui daya hidup (viabilitas), daya kecambah, daya tumbuh, kekuatan tumbuh/daya simpan (vigor), dan kesehatan benih. Hasil dari pengujian laboratorium didokumentasikan dikartu pengujian seperti yang tercantum pada Lampiran 6. 
Gambar 8 Alur pengujian mutu benih tanaman hutan 
4.2.4.1 Pengujian Kemurnian Benih Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi- materi non benih, atau benih tanaman lain yang tidak diharapkan, kemurnian benih dinyatakan dalam persen (%). Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Analisis kemurnian dilakukan untuk menentukan presentase berat komposisi suatu contoh benih dan mengidentifikasi benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang terdapat dalam contoh benih. Berat contoh kerja awal benih gmelina 1 783.96 g, berat contoh kerja dipisahkan menjadi 3 bagian yaitu benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih. 
Laboratorium BPTH/ Lembaga Sertifikasi 
Dokumentasi penerimaan benih 
Penyiapan contoh kerja 
Penentuan kadar air 
Analisis Kemurnian 
Penentuan bobot 1000 butir 
Uji daya kecambah 
Dokumentasi Pengujian Benih 
Penerbitan sertifikasi mutu benih atau surat keterangan hasil pengujian
14 
Rumus penghitungan persentase benih murni (BM), benih tanaman lain (BTL), dan kotoran benih (KB) adalah sebagai berikut: 
% BM = BM x 100% 
(BM + BTL + KB) 
% BTL = BTL x 100% 
(BM + BTL + KB) 
%KB = KB x 100% 
(BM + BTL + KB) 
Hasil pengujian kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura dapat dilihat pada Tabel 1. 
Tabel 1 Data hasil uji kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 
Berat Contoh Kerja (g) 
1 783.96 
(g) 
(%) 
Benih murni 
1 783.81 
99.9 
Kotoran benih 
0.14 
0.008 
Benih tanaman lain 
0 
0 
Jumlah 
1 783.95 
99.9 
Perubahan berat = x 100% 
= x 100%= 0.0003% 
Hasil pengujian kemurnian benih gmelina (Gmelina arborea), presentase benih murni 99.9%, benih tanaman lain 0%, kotoran benih 0.008%, dan perubahan berat 0.0003%. Standar kemurnian benih gmelina berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu 98% sampai 100%, jika presentase benih murni dibawah 98% maka harus dilakukan pengujian ulang. Presentase perubahan berat yang ditoleransi yaitu 5%, jika presentase perubahan berat diatas 5% maka harus dilakukan pengujian ulang.
15 
Gambar 9 Kegiatan uji kemurnian gmelina 
4.2.4.2 Penentuan Bobot 1000 butir 
Penentuan bobot bertujuan untuk menentukan bobot 1000 butir contoh benih.Berat 1000 butir benih ditimbang dari benih murni. Penentuan bobot 1000 butir dilakukan sebanyak 8 ulangan, masing-masing ulangan terdapat 100 butir benih dan ditimbang dalam gram. Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina dapat dilihat pada Tabel 2. 
Tabel 2 Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 
Ulangan 
Berat (X) @100 butir 
X2 
1 
51.47 g 
2 649.16 
2 
53.32 g 
2 843.02 
3 
51.87 g 
2 690.49 
4 
50.65 g 
2 565.42 
5 
52.74 g 
2781.51 
6 
52.87 g 
2 795.24 
7 
54.64 g 
2 985.53 
8 
53.98 g 
2 913.84 
Jumlah 
421.54 
22 224.22 
Rata-rata 
52.69 
2 778.027 
Keragaman (S2) = 
= 
= 
= 
= 1.75 
Keragaman baku (S) = 
= 
= 1.323
16 
CV = x 100% 
= x 100% 
= 2.51% 
Bobot 1000 butir = 10 x (X) 
= 10 x 52.69 
= 526.9 gram 
1 kg benih = x 1000 
= x 1000 
= 1 897.9 
= 1 898 butir benih 
Perhitungan dilakukan terhadap contoh kerja secara acak terhadap 100 butir benih dengan ulangan 8 kali. Koefisien variasi dari perhitungan tersebut tidak boleh lebih dari 4.0%. Apabila koefisien variasi lebih dari nilai tersebut, maka nilai ulangan yang terendah dan tertinggi di buang, kemudian ditimbang kembali, jika koefisien variasinya masih diatas 4.0%, maka dilakukan pengujian ulang sebanyak 16 kali ulangan. Berdasarkan hasil pengujian bobot 1000 butir, didapatkan koefisien variasi 2.51% dan bobot 1000 butir benih gmelina yaitu 526.9 g dengan standar 400-700 g, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian ulang. 
4.2.4.3 Pengujian Kadar Air 
Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi keadaan disekitarnya. Kadar air yang selau berubah-ubah sesuai dengan laju deteriorasi benih yang pada akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas benih. 
Kadar air merupakan hasil perhitungan dari hilangnya berat (kandungan air) ketika benih dikeringkan sesuai ketentuan yang ditetapkan. Kadar air dinyatakan dalam persen berat dari berat contoh sebelum pengeringan (berat basah). Metoda yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin. Kadar air ditentukan dua ulangan yang berat setiap contoh tergantung diameter wadah yang digunakan yaitu (a) diameter kurang 8 cm, berat contoh 4 hingga 5 gram, dan (b) diameter lebih 8 cm, berat contoh 10 gram (Sudrajat dan Nurhasybi 2007). 
Tujuan pengujian kadar air adalah untuk mengetahui kadar air benih dengan menggunakan metode yang sesuai bagi ketentuan pengujian sedangkan pengujian kadar air itu sendiri adalah berat air yang hilang karena proses pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. 
Terdapat 3 metode pengujian kadar air yaitu dengan menggunakan Metode oven dengan suhu rendah konstan (103 ± 2)0C , Metode oven dengan suhu tinggi konstan (130-133)0C dan dengan menggunakan Moisture Tester, sebelum dilakukan pengujian kadar air benih gmelina, sebaiknya benih ditumbuk terlebih dahulu agar mempermudah proses hilangnya kadar air dari benih. Perlakuan awal benih tanaman hutan sebelum dilakukan pengujian kadar air dapat dilihat pada Lampiran 7.
17 
Pengujian kadar air benih pada kegiatan praktik kerja lapangan di BPTH Jawa Madura menggunakan Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 yang dapat dilihat pada Gambar 10, Hasil pengujian kadar air benih gmelina telah sesuai dengan standar mutu benih tanaman hutan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu standar kadar air benih gmelina ≤13%, ulangan 1 pengujian kadar air menggunakan Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 yaitu 12.82% selama 33 menit 50 detik, dan ulangan 2 yaitu 12.70% selama 34 menit 10 detik. 
Gambar 10 Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 
4.2.4.4 Pengujian Daya Berkecambah 
Uji perkecambahan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi perkiraan daya tumbuh benih di lapangan dan menyediakan nilai relatif suatu lot terhadap lot benih lainnya. Pengujian perkecambahan diprioritaskan dilakukan di laboratorium, karena kondisi laboratorium, misalnya suhu, kelembaban, dan cahaya dapat dilakukan sehingga hasil yang sama akan diperoleh apabila uji ulang akan dilaksanakan. Hasil pengujian dinyatakan dalam persen (jumlah kecambah normal dibandingkan dengan abnormal dan mati). 
Pada prinsipnya, uji perkecambahan dilakukan terhadap benih murni hasil uji kemurnian, kecuali benih ukuran kecil (seperti Eucaliptus). Benih berukuran kecil diuji berdasarkan berat. Uji perkecambahan dilaksanakan di bawah kondisi yang baik untuk perkecambahan. Pada akhir masa pengujian, benih dan kecambah diperiksa dan dihitung. Penghitungan dilakukan dengan melihat kecambah normal, kecambah abnormal dan benih yang tidak berkecambah. Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki struktur kecambah penting yang berkembang baik. Panjang kecambah harus paling tidak dua kali panjang benihnya. Kecambah harus dalam keadaan sehat. Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal: 
a. Kecambah rusak yaitu kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. 
b. Kecambah cacat atau tidak seimbang yaitu kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. 
c. Kecambah busuk yaitu kecambah berpenyakit parah. Pertumbuhan kecambah normal tidak mungkin dicapai oleh kecambah ini.
18 
Sedangkan benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi: 
a. Benih segar tidak tumbuh yaitu benih keras yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. 
b. Benih mati yaitu benih yang sampai akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar dan tidak berkecambah. 
Pengamatan pengujian daya berkecambah benih gmelina dilakukan pada hari ke 16 dan hari ke 22. Hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura dapat dilihat pada Tabel 3. 
Tabel 3 Data hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 
Tanggal 
Hari ke 
Ulangan 1 
Ulangan 2 
Ulangan 3 
Ulangan 4 
N 
Abn 
N 
Abn 
N 
Abn 
N 
Abn 
4-04-14 
16 
56 
0 
52 
0 
41 
0 
39 
0 
10-04-14 
22 
13 
0 
20 
0 
22 
0 
23 
0 
Σ perulangan 
69 
0 
72 
0 
63 
0 
62 
0 
% perulangan 
69 
72 
63 
62 
Rata-rata DB 
67 % 
Keterangan: 
N : Kecambah normal 
Abn : Kecambah abnormal 
Presentase daya kecambah benih gmelina telah sesuai dengan standar mutu benih tanaman hutan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu daya kecambah 65%, rata-rata hasil pengujian daya kecambah benih gmelina yaitu 67%, sehingga tidak perlu pengujian ulang. Jumlah Benih segar tidak tumbuh dan benih mati dapat dilihat pada Tabel 4. 
Tabel 4 Jumlah benih segar tidak tumbuh dan benih mati pada pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 
kategori 
Ulangan 1 
Ulangan 2 
Ulangan 3 
Ulangan 4 
Rata-rata 
BSTT 
28 
27 
35 
30 
30 
BM 
3 
1 
2 
8 
4 
Keterangan: 
BSTT : Benih segar tidak tumbuh 
BM : Benih mati 
Berdasarkan hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina, terdapat cukup banyak benih segar tidak tumbuh yaitu dengan rata-rata 30 butir benih, hal tersebut dikarenakan benih gmelina memiliki kulit yang keras sehingga diperlukan perlakuan pematahan dormansi dengan perendaman air suhu normal (27-280C) lebih lama, hal tersebut juga dapat disebabkan oleh ketidakseragamannya waktu panen.
19 
Gambar 11 Kegiatan penaburan gmelina dengan media pasir 
Kegiatan penaburan gmelina dilakukan di rumah kaca sebanyak 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir benih gmelina, sebelum kegiatan penaburan, benih gmelina diberi perlakuan awal berupa perendaman dengan air suhu normal (27-280C) selama 24-48 jam. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah pematahan dormansi terhadap kulit benih gmelina yang keras. Perlakuan awal benih tanaman hutan sebelum dilakukan pengujian daya berkecambah dapat dilihat pada Lampiran 8. 
Gambar 12 Kecambah gmelina menggunakan media pasir pada hari ke 22 
4.2.6 Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis 
Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis benih, BPTH atau lembaga sertifikasi akan mengeluarkan surat keterangan lulus hasil pengujian karena sumber benih dari benih gmelina ini tidak bersertifikat. Surat keterangan lulus hasil pengujian ini berlaku untuk 1 lot benih. 
Setelah hasil pengujian didapat, kemudian hasil dari pengujian diberikan ke bagian peredaran benih yang telah ditulis di dalam kertas hasil pengujian, untuk selanjutnya dianalisis hasil dari pengujian tersebut. Hasil analisa tersebut benih dapat dikelompokan ke dalam standar mutu benih layak edar atau benih tidak layak edar, apabila memenuhi standar layak edar maka benih akan disertifikasi dan dikeluarkan sertifikat atau surat keterangan saja. Standar benih layak edar dapat diketahui berdasarkan tabel standar benih layak edar tertera pada lampiran 9.
20 
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa benih gmelina memiliki standar mutu layak edar. Kemurniannya telah memenuhi syarat yaitu 99.9% dengan standar 98%-100% dan kadar air benihnya pun memenuhi syarat yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 g dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%. 
4.2.7 Penerbitan Sertifikasi Mutu Benih 
Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis benih gmelina, apabila hasil pengujian memenuhi syarat dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan, BPTH akan menerbitkan sertifikat mutu benih seperti yang tertera pada Lampiran 10 apabila sumber benihnya bersertifikat, dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian seperti yang tertera pada Lampiran 11 apabila sumber benihnya tidak bersertifikat. 
4.2.8 Pemasangan Label 
Benih yang lulus dalam pengujian mutu fisik dan fisiologis, setelah sertifikat benih atau surat keterangan hasil pengujian dikeluarkan oleh Balai atau Lembaga Sertifikasi, pemohon dapat membuat atau memasang label. Label yang tertulis pada kemasan benih adalah identitas yang memberikan informasi mengenai mutu dari benih yang diproduksi. Data yang tercantum merupakan identitas dari benih, sehingga sangat bermanfaat untuk pihak konsumen pada saat akan membeli atau menggunakan benih tersebut. Kualitas fisik, fisiologis, dan genetik dapat diketahui dengan melihat label yang tetera pada benih. Jumlah label yang dikeluarkan harus mendapat pengesahan dari pihak BPTH dan pemilik benih berkewajiban untuk memberikan informasi tentang label yang telah dipasang kepada pihak BPTH, untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan dari label yang dipasang disetiap kemasan benih. Label yang telah dicetak dipasang pada setiap lot benih yang diujikan. Label benih harus memuat data-data sebagai berikut: 1) Nomor Lot, 2) Berat bersih, 3) Tanggal Uji, 4) Kemurnian, 5) Daya berkecambah, 6) Berat 1000 butir, 7) Jumlah benih 1000 butir, 8) Masa berlaku pengujian, 9) Disertifikasi oleh, 10) Nomer sertifikat. (BPTH Jawa dan Madura, 2006). 
4.2.9 Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat benih 
Balai atau lembaga sertifikasi benih memiliki kewenangan dalam menerbitkan dan membatalkan sertifikat benih, apabila sertifikat benih telah diterbitkan oleh balai atau lembaga yang bersangkutan, lalu terjadi kesalahan atau terbukti bahwa label benih yang dipasang tidak sesuai dengan sertifikat benih.
21 
5 KESIMPULAN DAN SARAN 
5.2 Kesimpulan 
Tata cara sertifikasi benih adalah sebagai berikut : 1) Surat permohonan. 2) Pembentukan tim. 3) Pengambilan contoh benih. 4) Penolakan pengambilan contoh benih. 5) Pengujian mutu fisik dan fisiologis. 6) Hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis. 7) Penerbitan atau pengeluaran sertifikat mutu benih Surat keterangan mutu benih. 8) Pemasangan label. 9) Balai atau lembaga sertifikasi dapat membatalkan sertifikat mutu benih. 
Kegiatan sertifikasi mutu benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa Madura yaitu benih gmelina (Gmelina arborea) memiliki standar mutu layak edar berdasarkan SNI 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. Kemurniannya yaitu 99.9% dengan standar 98-100% dan kadar air benihnya yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 g dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%. Berdasarkan Dirjen RLPS No. P. 01/V-PTH/2007, dapat dikatakan bahwa hasil pengujian benih gmelina memenuhi syarat layak edar dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian karena sumber benihnya tidak bersertifikat, apabila sumber benih telah disertifikasi, maka BPTH akan mengeluarkan sertifikat benih. 
5.2 Saran 
1. Sebaiknya benih ditumbuk terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian kadar air untuk mempermudah proses penghilangan kadar air dalam benih. 
2. Benih gmelina harus diberi perlakuan awal sebelum pengujian daya kecambah yaitu perendaman dengan air dingin selama 24-48 jam untuk pematahan dormansi benih gmelina yang memiliki kulit keras. 
3. Perlu perawatan sarana dan prasana, terutama untuk laboratorium pengujian mutu fisikdan fisiologis benih sehingga hasil pengujian yang didapatkan maksimal dan lebih akurat.
22 
DAFTAR PUSTAKA 
Balai Perbenihan Tanaman Hutan. 2013. Manual Produksi Bibit Berkualitas Gmelina (Gmelina arborea Roxb). Sumedang (ID): Kementrian Kehutanan. 
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Informasi Singkat Benih No. 16, Januari 2002 Gmelina arborea. Bandung (ID): Indonesia Forest Seed Project. 
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Petunjuk Teknis pengujian Mutu Fisik-Fisiologi Benih. Jakarta. 
Djajapertjunda S, Djamhuri E. 2013. Hutan dan Kehutanan Indonesia dari Masa ke Masa. Bogor (ID): IPB Press. 
Herawan T dan Ismail B. 2011. Pengaruh Jenis Eksplan Dan Umur Kultur Pada Kultur Jaringan Gmelina arborea.Warna Benih Vol. 12 No. 1. 
Lithosolv, 2012. Kaans (Gmelina arborea). PLUS [Internet]. [diunduh 2014 Juni 26]; https://plus.google.com/106703490111409046426/posts. 
Mugnisjah W.Q. dan Setiawan A. 2006. Produksi benih. Bumi Aksara. Jakarta. 
Restorasi Habitat Orang Utan Indonesia, 2013. Titik Pelepasliaran, Tempat Dimulainya Kehidupan Baru. [Internet] [diunduh 2014 juni 26]; http://theforestforever.com/ID/release-point-where-the-new-life-begins/ 
Sudrajat DJ dan Nurhasybi. 2007. Produksi dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Hutan. Prosiding seminar “Teknologi Perbenihan Untuk Peningkatan Produktifitas Hutan Tanaman Rakyat di Sumatra Barat”. Sumargo W, Nanggara SG, Nainggolan FA, Apriani I. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009. FWI [Internet]. [diunduh 2014 Maret 03]; fwi.or.id/wp-content/uploads/2013/02/PHKI_2000- 2009_FWI_low-res.pdf. Syam S. 2007. Strategi Pengembangan Kelembagaan Perbenihan Tanaman Hutan Di Indonesia: Kendala Dan Tantangan. Produksi dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Hutan. Prosiding seminar “Teknologi Perbenihan Untuk Peningkatan Produktifitas Hutan Tanaman Rakyat di Sumatra Barat”.
23 
LAMPIRAN
24 
Lampiran 1 Surat permohonan sertifikasi mutu benih 
CONTOH SURAT PERMOHONAN SERTIFIKASI MUTU BENIH 
KOP SURAT PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR BENIH *) 
Nomor : 
Blanko : 
Hal : Permohonan Sertifikasi Mutu Benih. 
Kepada Yth 
Kepala Dinas Provinsi/ 
Kabupaten/Kota/Balai *) 
Di 
......................................... 
Dengan hormat, 
Dengan ini kami: 
Nama : ……………………………………………………………………… 
Alamat : ……………………………………………………………………… 
Provinsi / Kabupaten/ Kecamatan / Desa 
Nomor Telepon / Faximile / Email : ……………………................................ 
Bermaksud untuk mensertifikatkan mutu Genetik/Fisik Benih Tanaman Hutan : 
Nama Spesies : …………………………………………… (lokal dan latin) 
Jumlah Lot Benih : ……………….. gr/kg *) 
Lokasi : ………………………………………………………………………………… 
(Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/Desa) 
Bersama ini kami lampirkan surat keterangan asal-usul benih. 
Demikian permohonan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih. 
…………………………………. 
( Ttd ) 
Pemohon 
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
25 
SURAT KETERANGAN 
ASAL USUL BENIH 
1. Nama Species (lokal dan latin) : 
2. Nomor Sumber Benih : 
3. Lokasi Sumber Benih : 
4. Kelas Sumber Benih : 
5. Tinggi Tempat Sumber Benih : 
6. Posisi Geografi Sumber Benih : 
7. Volume/Berat Benih : gr/kg *) 
…………………., 
……………………………… 
Pemilik Sumber 
Benih, 
……………………………. 
Lampiran 2 Surat keterangan asal usul benih
26 
Lampiran 3 Format keterangan contoh benih 
FORMAT KETERANGAN CONTOH BENIH 
Nomor Uji 
(dilengkapi oleh lab) 
KETERANGAN CONTOH BENIH 
(Contoh diambil oleh petugas dari Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota/Balai) *) 
A. Keterangan Pemilik Benih 
1. Nama 
2. Alamat 
3. Nomor Telepon/Fax/E-Mail 
B. Keterangan Lot Benih 
1. Nama spesies 
(lokal & latin) 
2. Nomor Sumber Benih 
3. Kelas Sumber Benih 
Berat Lot Benih (gr/kg)*) 
Jumlah Wadah 
Jenis Wadah 
Tanggal Panen 
C. Keterangan Contoh Benih 
1. Nama pengambil contoh 
2. Institusi 
3. Tanggal ambil contoh 
4. Berat contoh 
5. Metode pengambilan contoh 
D. Pengujian yang diperlukan 
Kemurnian 
Berat 1.000 Butir 
Kadar Air 
Daya Kecambah 
Uji Tetrazolium 
Uji Belah 
Tanggal penerimaan contoh 
Nama dan tanda tangan 
Yang menyerahkan 
Yang menerima 
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
27 
Lampiran 4 Berita acara pengambilan contoh benih 
BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH BENIH 
Nomor. : BA ............. 
Pada hari ini ................... tanggal.................. bulan ..................... tahun ......... yang bertanda tangan di bawah ini: 
1. Nama : 
Jabatan : 
Alamat : 
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 
2. Nama : 
Jabatan : 
Alamat : 
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA 
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih: 
a. Nama Species : ............................. (lokal dan latin) 
b. Jumlah Lot Benih : ………………..gr/kg*) 
c. Jumlah contoh : …………………gr/kg*) 
milik PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menyerahkan sampel benih kepada PIHAK PERTAMA untuk dilakukan pengujian mutu benih. 
Demikian Berita Acara Pengambilan Contoh Benih ini dibuat sebagai bukti telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih. 
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, 
.......................... ..........................
28 
Lampiran 5 Berat miminum pengambilan contoh benih 
No. 
Jenis Tanaman 
Berat Maksimum Seed Lot 
(kg) 
Berat 
Minimum Contoh Kiriman 
(gr) 
Berat 
Minimum 
Contoh Kerja Kemurnian 
(gr) 
1. 
Acacia auriculiformis 
1000 
70 
35 
2. 
Acacia mangium 
1000 
70 
35 
3. 
Agathis lorantifolia 
1000 
1000 
500 
4. 
Altimgia exelsa 
1000 
50 
25 
5. 
Dalbergia latifolia 
1000 
200 
100 
6. 
Eucallyptus urophylla 
1000 
25 
5 
7. 
Eucallyptus dehlupta 
1000 
10 
2 
8. 
Paraserianthes falcataria 
1000 
110 
55 
9 
Pinus merkusii 
1000 
120 
60 
10. 
Santalum album 
1000 
1000 
500 
11. 
Swietenia sp. 
1000 
400 
200 
12. 
Tectona grandis 
1000 
2000 
1000 
13. 
Callopogonium mucunoides 
20000 
400 
40 
14. 
Centrosema juncea 
10000 
700 
70 
15. 
Centrosema pubescens 
20000 
600 
60 
16. 
Leucaena leucocephala 
1000 
350 
175 
17. 
Leucaena glauca 
1000 
250 
125
29 
18. 
Pinus caribea 
1000 
100 
50 
19. 
Pinus kesiya 
1000 
80 
40 
20. 
Pinus ocarpa 
1000 
70 
35 
21. 
Calliandra tetragona 
1000 
160 
80 
22. 
Toona sureni 
1000 
250 
125 
23. 
Gmelina arborea 
1000 
3500 
1750 
24. 
Sesbania grandiflora 
1000 
270 
135 
25. 
Schleichera oleosa 
1000 
3000 
1500 
26. 
Melia azedarachta 
1000 
2500 
1250 
27. 
Caesalpinia sappan 
1000 
3200 
1600 
28. 
Acacia Arabica 
1000 
80 
40 
29. 
Acacia Arabica 
1000 
1200 
600 
30. 
Cassia siamea 
1000 
140 
70 
31. 
Ceiba Pentandra 
1000 
350 
175
30 
Lampiran 6 Kartu Pengujian Benih
31
32 
Lampiran 7 Perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan pengujian kadar air 
No 
Jenis 
Nama Lokal 
Perlakuan 
1 
Acacia arabica 
- 
Digiling 
2 
Acacia aulacocarpa 
Karpa 
Digiling 
3 
Acacia auriculiformis 
Akor 
Digiling 
4 
Acacia crassicarpa 
Krasi 
Digiling 
5 
Acacia mangium 
Mangium 
Digiling 
6 
Acacia villosa 
- 
Digiling 
7 
Agathis loranthifolia 
Damar 
Dipotong 
8 
Aleurites moluccana 
Kemiri 
Dipotong 
9 
Alstonia scholaris 
Pulai 
- 
10 
Altingia excelsa 
Rasamala 
- 
11 
Anacardium occidentale 
Jambu monyet 
Dipotong 
13 
Anthocephalus cadamba 
Jabon 
- 
12 
Anthocephalus chinensis 
Jabon 
- 
14 
Calliandra calothyrsus 
Kaliandra merah 
Digiling 
15 
Calliandra tetragona 
Kaliandra putih 
Digiling 
16 
Ceiba pentandra 
Kapuk/Randu 
Digiling 
17 
Dalbergia latifolia 
Sonokeling 
Digiling 
18 
Duabanga moluccana 
Rajumas 
- 
19 
Eucalyptus camaldulensis 
- 
-
33 
20 
Eucalyptus deglupta 
Leda 
- 
21 
Eucalyptus pellita 
Pelita 
- 
22 
Eucalyptus urophylla 
Ampupu 
- 
23 
Fragrea fragrans 
Tembesu 
- 
24 
Gliricidia sepium 
Gamal 
Digiling 
25 
Gmelina arborea 
Jati putih 
Diretakktan kemudian dikeluarkan benihnya 
26 
Khaya anthotheca 
Mahoni Uganda 
Dipotong 
27 
Leucaena glauca 
Lamtoro 
Digiling 
28 
Leucaena leucocephala 
Lamtoro Gung 
Digiling 
29 
Manilkara kauki 
Sawo kecik 
Digiling 
30 
Melia azedarach 
Mindi 
Digiling 
31 
Paraserianthes falcataria 
Sengon 
Digiling 
32 
Pericopsis mooniana 
Kayu kuku 
Digiling 
33 
Pinus merkusii 
Pinus/Tusam 
- 
34 
Santalum album 
Cendana 
Digiling 
36 
Schleichera oleosa 
Kesambi 
Digiling 
35 
Senna siamea 
Johar 
Digiling 
37 
Sesbania grandiflora 
Turi 
Digiling 
38 
Swietenia macrophylla 
Mahoni 
Dipotong 
39 
Tectona grandis 
Jati 
Diretakkan kemudian dikeluarkan
34 
benihnya 
40 
Toona sureni 
Suren 
- 
41 
Zanthoxyllum rhetsa 
Panggal buaya 
-
35 
Lampiran 8 Daftar jenis perlakuan pendahuluan sebelum pengujian daya berkecambah 
No 
Jenis 
Nama Lokal 
Perlakuan awal 
Media 
Lama 
(minggu) 
1 
Acacia arabica 
- 
Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian rendam dalam air dingin 24 jam 
UDK 
2 
2 
Acacia aulacocarpa 
Karpa 
Idem 
UDK 
2 
3 
Acacia auriculiformis 
Akor 
Idem 
UDK 
2 
4 
Acacia crassicarpa 
Krasi 
Idem 
UDK 
2 
5 
Acacia mangium 
Mangium 
Idem 
UDK 
2 
6 
Acacia villosa 
Idem 
UDK 
2 
7 
Agathis loranthifolia 
Damar 
Tidak perlu 
UAK 
3 
8 
Aleurites moluccana 
Kemiri 
Direndam air 3 hari 
Pasir 
3-5 
9 
Alstonia scholaris 
Pulai 
Tidak perlu 
UDK 
3 
10 
Altingia excelsa 
Rasamala 
Tidak perlu 
UDK 
3 
11 
Anacardium occidentale 
Jambu monyet 
Direndam dalam air dingin 24 jam 
Pasir 
4 
13 
Anthocephalus cadamba 
Jabon 
Tidak perlu 
Pasir 
5 
12 
Anthoceph 
Jabon 
Tidak perlu 
UDK 
2
36 
alus chinensis 
14 
Calliandra calothyrsus 
Kaliandra merah 
Direndam dalam air dingin 24 jam 
UDK 
2 
15 
Calliandra tetragona 
Kaliandra putih 
Direndam dalam air dingin 24 jam 
UDK 
2 
16 
Ceiba pentandra 
Kapuk/ Randu 
Direndam dalam air dingin 24 jam 
Pasir 
3 
17 
Dalbergia latifolia 
Sonokeling 
Direndam dalam air dingin 24 jam 
UDK 
3 
18 
Duabanga moluccana 
Rajumas 
Tidak perlu 
UDK 
2 
19 
Eucalyptus camaldulensis 
- 
Tidak perlu 
UDK 
3 
20 
Eucalyptus deglupta 
Leda 
Tidak perlu 
UDK 
3 
21 
Eucalyptus pellita 
Pelita 
Tidak perlu 
UDK 
3 
22 
Eucalyptus urophylla 
Ampupu 
Tidak perlu 
UDK 
2 
23 
Fragrea fragrans 
Tembesu 
Tidak perlu 
UDK 
3 
24 
Gliricidia sepium 
Gamal 
Direndam dalam air dingin 24 jam 
UDK 
2 
25 
Gmelina arborea 
Jati putih 
Direndam dalam air dingin 24 jam 
Pasir 
3 
26 
Khaya anthotheca 
Mahoni Uganda 
Tidak perlu 
Pasir 
3 
27 
Leucaena glauca 
Lamtoro 
Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian rendam dalam air dingin 24 jam 
UDK 
2 
28 
Leucaena leucocephala 
Lamtoro Gung 
Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian 
UKDdp 
2
37 
rendam dalam air dingin 24 jam 
29 
Manilkara kauki 
Sawo kecik 
Direndam air dingin 24 jam 
Pasir 
5 
30 
Melia azedarach 
Mindi 
Diretakkan pada bagian ujung. 
Pasir 
3 
31 
Paraserianthes falcataria 
Sengon 
Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian rendam dalam air dingin 24 jam 
UKDdp 
2 
32 
Pericopsis mooniana 
Kayu kuku 
Direndam dalam air dingin 24 jam 
UKDdp 
3 
33 
Pinus merkusii 
Pinus/Tusam 
Tidak perlu 
UDK 
3 
34 
Santalum album 
Cendana 
Direndam air dingin 24 jam. 
Pasir 
6 
36 
Schleichera oleosa 
Kesambi 
Direndam air dingin 24 jam 
Pasir 
3 
35 
Senna siamea 
Johar 
Direndam dalam air dingin 24 jam 
Pasir 
10 
37 
Sesbania grandiflora 
Turi 
Direndam dalam air dingin 24 jam 
Pasir 
2 
38 
Swietenia macrophylla 
Mahoni 
Tidak perlu 
Pasir 
4 
39 
Tectona grandis 
Jati 
Dioven 48 jam, suhu 80o C. 
Pasir 
4 
40 
Toona sureni 
Suren 
Tidak perlu 
UDK 
4 
41 
Zanthoxyllum rhetsa 
Panggal buaya 
Tidak diketahui 
Tanah 
Tidak diketahui
38 
Lampiran 9 Standar benih layak edar 
No 
Jenis 
Nama Lokal 
kecambah rata-rata (%) 
Berat 1.000 butir rata- rata (g) 
Kemurnian rata-rata (%) 
Kadar air rata- rata (%) 
1. 
Acacia arabica 
- 
70 – 85 
360 
93 – 97 
7 – 9 
2. 
Acacia aulacocarpa 
Karpa 
70 – 85 
12 – 25 
93 – 98 
6 – 7 
3. 
Acacia auriculiformis 
Akor 
70 – 85 
13 – 18 
93 – 98 
6 – 7 
4. 
Acacia crassicarpa 
Krasi 
70 – 85 
27 
94 – 98 
6 – 7 
5. 
Acacia mangium 
Mangium 
80 – 95 
8 – 15 
92 – 98 
6 – 7 
6. 
Acacia villosa 
- 
70 – 85 
16 
92 – 96 
6 – 7 
7. 
Agathis loranthifolia 
Damar 
90 – 100 
200 – 250 
95 – 98 
30 
8. 
Aleurites moluccana 
Kemiri 
40 – 50 
2.800 
99 – 100 
10 – 12 
9. 
Alstonia scholaris 
Pulai 
90 – 100 
11 – 27 
90 – 95 
6 – 7 
10. 
Altingia excelsa 
Rasamala 
40 – 50 
6 
70 – 80 
10 –12 
11. 
Anacardium occidentale 
Jambu monyet 
60 – 80 
3.300 – 7.700 
100 
10 – 15 
12. 
Anthocephalus chinensis 
Jabon 
- 
0,038 – 0,056 
- 
8 – 9 
13. 
Anthocephalus cadamba 
Jabon 
- 
0,038 – 0,056 
- 
8 – 9 
14. 
Calliandra calothy 
Kaliandra merah 
75 – 90 
50 – 55 
94 – 99 
8 – 9
39 
rsus 
15. 
Calliandra tetragona 
Kaliandra putih 
75 – 90 
32 
94 – 99 
6 – 7 
16. 
Ceiba pentandra 
Kapuk/ randu 
90 – 95 
22 – 100 
94 – 97 
10 – 12 
17. 
Dalbergia latifolia 
Sonokeling 
80 – 95 
48 
96 – 98 
8 – 9 
18. 
Duabanga moluccana 
Rajumas 
65 – 75 kc/g 
0,1 
- 
8 – 9 
19. 
Eucalyptus camaldulensis 
- 
700 kc/g 
1,2 – 1,4 
- 
8 – 9 
20. 
Eucalyptus deglupta 
Leda 
1.000 – 2. 000 kc/g 
0,5 
- 
8 – 9 
21. 
Eucalyptus pellita 
Pelita 
1.500 kc/g 
0,32 
- 
8 – 9 
22. 
Eucalyptus urophylla 
Ampupu 
210 – 410 kc/g 
0,6 – 0,7 
- 
8 – 9 
23. 
Fragrea fragrans 
Tembesu 
65 – 80 
0,2 
- 
8 – 9 
24. 
Gliricidia sepium 
Gamal 
90 – 100 
90 – 200 
91 – 95 
8 – 9 
25. 
Gmelina arborea 
Jati putih 
60 
400 – 700 
98 – 100 
10 – 12 
26. 
Khaya anthotheca 
Mahoni Uganda 
90 – 100 
260 – 500 
95 – 98 
8 – 10 
27. 
Leucaena glauca 
Lamtoro 
65 – 90 
45 – 50 
95 – 98 
8 – 9 
28. 
Leucaena leucocephala 
Lamtorogung 
50 – 80 
50 – 60 
95 – 98 
8 – 9
40 
29. 
Manilkara kauki 
Sawo kecik 
70 – 80 
600 – 800 
100 
10 – 12 
30. 
Melia azedarach 
Mindi 
70 – 85 
700 
99 – 100 
10 – 12 
31. 
Paraserianthes falcataria 
Sengon 
70 – 90 
16 – 26 
93 – 99 
6 – 7 
32. 
Pericopsis mooniana 
Kayu kuku 
60 –70 
140 – 230 
95 – 98 
8 – 9 
33. 
Pinus merkusii 
Pinus/Tusam 
70 – 80 
16 – 20 
93 – 98 
8 – 10 
34. 
Santalum album 
Cendana 
40 – 60 
140 – 230 
95 – 98 
8 – 10 
35. 
Schleichera oleosa 
Kesambi 
70 – 80 
600 
95 – 98 
30 
36. 
Senna siamea 
Johar 
75 – 90 
22 – 28 
94 – 97 
8 – 9 
37. 
Sesbania grandiflora 
Turi 
85 – 90 
33 – 58 
92 – 96 
6 – 7 
38. 
Swietenia macrophylla 
Mahoni 
60 – 80 
400 – 700 
96 – 98 
8 – 9 
39. 
Tectona grandis 
Jati 
40 – 60 
400 
99 – 100 
10 – 12 
40. 
Toona sureni 
Suren 
50 – 80 
2 – 16 
96 – 98 
8 – 9 
41. 
Zanthoxyllum rhetsa 
Panggal buaya 
10 – 30 
45 – 60 
96 – 98 
8 – 10
41 
Lampiran 10 Sertifikat mutu benih tanaman hutan 
Bagian Depan
42 
Bagian Belakang
43 
Lampiran 11 Keterangan hasil pengujian mutu benih
44
45 
RIWAYAT HIDUP 
Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada Tanggal 9 November 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Imam Widasa dan Ida Farida. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Islam Nursalam Bekasi pada tahun 1999,kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDIT Al-fidaa bekasi lulus pada tahun 2005, lalu melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Tashfia Boarding School Bekasi lulus pada tahun 2008, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Tambun Selatan Bekasi, penulis aktif organisasi sebagai anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) pada tahun 2009/2010 dan lulus pada tahun 2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor di Program Keahlian Teknologi Industri Benih pada tahun yang sama melalui jalur undangan resmi (USMI), pada tahun 2012/2013 penulis aktif organisasi sebagai bendahara umum Kelompok Pemerhati Lingkungan (KPL) Angsana.

More Related Content

What's hot

Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiAGROTEKNOLOGI
 
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
UPT Perpustakaan UniB
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
novhitasari
 
Contoh Rencana studi
Contoh Rencana studiContoh Rencana studi
Contoh Rencana studi
Putra Teguh Dwi
 
12 kul dan-responsi-uji-lanjut-multiple-comparison-tests
12 kul dan-responsi-uji-lanjut-multiple-comparison-tests12 kul dan-responsi-uji-lanjut-multiple-comparison-tests
12 kul dan-responsi-uji-lanjut-multiple-comparison-tests
ardillah15
 
Kontribusiku bagi indonesia
Kontribusiku bagi indonesiaKontribusiku bagi indonesia
Kontribusiku bagi indonesia
Putra Teguh Dwi
 
F2. gmo & biosafety protocol
F2. gmo & biosafety protocolF2. gmo & biosafety protocol
F2. gmo & biosafety protocolWahyu Yuns
 
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)Ade Setiawan
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
UNESA
 
Hama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karetHama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karetfebrianiwijaya7
 
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaanContoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
Ringga Arie Suryadi
 
Tanaman Transgenik
Tanaman TransgenikTanaman Transgenik
Tanaman Transgenik
f' yagami
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
UNESA
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposRizka Pratiwi
 

What's hot (20)

LAPORAN PKL ACC BISMILAH
LAPORAN PKL ACC BISMILAHLAPORAN PKL ACC BISMILAH
LAPORAN PKL ACC BISMILAH
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
 
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Contoh Rencana studi
Contoh Rencana studiContoh Rencana studi
Contoh Rencana studi
 
Laporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARETLaporan Budidaya KARET
Laporan Budidaya KARET
 
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimunMakalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
 
12 kul dan-responsi-uji-lanjut-multiple-comparison-tests
12 kul dan-responsi-uji-lanjut-multiple-comparison-tests12 kul dan-responsi-uji-lanjut-multiple-comparison-tests
12 kul dan-responsi-uji-lanjut-multiple-comparison-tests
 
Kontribusiku bagi indonesia
Kontribusiku bagi indonesiaKontribusiku bagi indonesia
Kontribusiku bagi indonesia
 
F2. gmo & biosafety protocol
F2. gmo & biosafety protocolF2. gmo & biosafety protocol
F2. gmo & biosafety protocol
 
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Rancangan Acak Kelompok (RAK)
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...
 
Hama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karetHama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karet
 
Cara cari uji bnj (hsd)
Cara cari uji bnj (hsd)Cara cari uji bnj (hsd)
Cara cari uji bnj (hsd)
 
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaanContoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaan
 
Poliploidi
PoliploidiPoliploidi
Poliploidi
 
Tanaman Transgenik
Tanaman TransgenikTanaman Transgenik
Tanaman Transgenik
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 
07. rak
07. rak07. rak
07. rak
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
 

Viewers also liked

Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatanPermenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Agung Oktavianto
 
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)Hari Prasetyo
 
Permentan 39 th 2006 ttg produksi, sertifikasi & peredaran benih bina
Permentan 39 th 2006 ttg produksi, sertifikasi & peredaran benih binaPermentan 39 th 2006 ttg produksi, sertifikasi & peredaran benih bina
Permentan 39 th 2006 ttg produksi, sertifikasi & peredaran benih bina
Ghina Shadrina
 
Sertifikasi benih Gmelina arborea di BPTH Jawa dan Madura
Sertifikasi benih Gmelina arborea di BPTH Jawa dan MaduraSertifikasi benih Gmelina arborea di BPTH Jawa dan Madura
Sertifikasi benih Gmelina arborea di BPTH Jawa dan Madura
Ghina Shadrina
 
Acara ii persemaian
Acara ii persemaianAcara ii persemaian
Acara ii persemaianperdos5 cuy
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Arif nor fauzi
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG
PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNGPENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG
PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNGSelamat Pagi
 
Proposal kbr 2011
Proposal kbr 2011Proposal kbr 2011
Proposal kbr 2011
irwandeni
 
LAPORAN PRAKTIK KERJA KEGIATAN USAHA PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI PT. ULTRA PET...
LAPORAN PRAKTIK KERJA KEGIATAN USAHA PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI PT. ULTRA PET...LAPORAN PRAKTIK KERJA KEGIATAN USAHA PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI PT. ULTRA PET...
LAPORAN PRAKTIK KERJA KEGIATAN USAHA PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI PT. ULTRA PET...Muh Romdont
 
Add 1 rks pka p-09 kab kebumen
Add 1 rks pka p-09 kab kebumenAdd 1 rks pka p-09 kab kebumen
Add 1 rks pka p-09 kab kebumenHeru Kurniawan
 
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...Pipiet Noorch
 
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnyaOperator Warnet Vast Raha
 
Perkembangan Teknologi Kelas 3 tema 2 Buku Siswa
Perkembangan Teknologi Kelas 3 tema 2 Buku SiswaPerkembangan Teknologi Kelas 3 tema 2 Buku Siswa
Perkembangan Teknologi Kelas 3 tema 2 Buku Siswa
Sisilia Herjanti
 
Buah _biji
Buah  _bijiBuah  _biji
Buah _biji
Mahmuda17
 

Viewers also liked (20)

9. pengujian-benih
9. pengujian-benih9. pengujian-benih
9. pengujian-benih
 
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatanPermenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan
 
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
 
Permentan 39 th 2006 ttg produksi, sertifikasi & peredaran benih bina
Permentan 39 th 2006 ttg produksi, sertifikasi & peredaran benih binaPermentan 39 th 2006 ttg produksi, sertifikasi & peredaran benih bina
Permentan 39 th 2006 ttg produksi, sertifikasi & peredaran benih bina
 
Sertifikasi benih Gmelina arborea di BPTH Jawa dan Madura
Sertifikasi benih Gmelina arborea di BPTH Jawa dan MaduraSertifikasi benih Gmelina arborea di BPTH Jawa dan Madura
Sertifikasi benih Gmelina arborea di BPTH Jawa dan Madura
 
Acara ii persemaian
Acara ii persemaianAcara ii persemaian
Acara ii persemaian
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG
PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNGPENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG
PENGARUH PERLAKUAN MATRICONDITIONING TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH JAGUNG
 
Proposal kbr 2011
Proposal kbr 2011Proposal kbr 2011
Proposal kbr 2011
 
LAPORAN PRAKTIK KERJA KEGIATAN USAHA PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI PT. ULTRA PET...
LAPORAN PRAKTIK KERJA KEGIATAN USAHA PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI PT. ULTRA PET...LAPORAN PRAKTIK KERJA KEGIATAN USAHA PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI PT. ULTRA PET...
LAPORAN PRAKTIK KERJA KEGIATAN USAHA PEMELIHARAAN SAPI PERAH DI PT. ULTRA PET...
 
Add 1 rks pka p-09 kab kebumen
Add 1 rks pka p-09 kab kebumenAdd 1 rks pka p-09 kab kebumen
Add 1 rks pka p-09 kab kebumen
 
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
Permen_Kehutanan_P.8Tahun2013_pedoman_pkbng_phutanan_masy_pdesa_bbasis_konser...
 
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
 
Ppt mutiara
Ppt mutiaraPpt mutiara
Ppt mutiara
 
Perkembangan Teknologi Kelas 3 tema 2 Buku Siswa
Perkembangan Teknologi Kelas 3 tema 2 Buku SiswaPerkembangan Teknologi Kelas 3 tema 2 Buku Siswa
Perkembangan Teknologi Kelas 3 tema 2 Buku Siswa
 
Ppt itb klp 2
Ppt itb klp 2Ppt itb klp 2
Ppt itb klp 2
 
Anmorfistum
AnmorfistumAnmorfistum
Anmorfistum
 
9. produksi benih
9. produksi benih9. produksi benih
9. produksi benih
 
Buah _biji
Buah  _bijiBuah  _biji
Buah _biji
 

Similar to Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

Sertifikasi_Benih_PEMULIAAN_5.ppsx
Sertifikasi_Benih_PEMULIAAN_5.ppsxSertifikasi_Benih_PEMULIAAN_5.ppsx
Sertifikasi_Benih_PEMULIAAN_5.ppsx
AkbarHidayatullahZai
 
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docxPERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
ALDINOBSM
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
agronomy
 
Pkm ai-09-ipb-nita-uji fisik buah -----
Pkm ai-09-ipb-nita-uji fisik buah -----Pkm ai-09-ipb-nita-uji fisik buah -----
Pkm ai-09-ipb-nita-uji fisik buah -----urf
 
Perbanyakan vegetatif kelapa_sawit_unggul_secara_kultur_jaringan-andal_yakinu...
Perbanyakan vegetatif kelapa_sawit_unggul_secara_kultur_jaringan-andal_yakinu...Perbanyakan vegetatif kelapa_sawit_unggul_secara_kultur_jaringan-andal_yakinu...
Perbanyakan vegetatif kelapa_sawit_unggul_secara_kultur_jaringan-andal_yakinu...
Andal Yakinudin
 
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdfAnalisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
Andesson1
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPBLaporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Zoliand Sobilhaqq II
 
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - IndonesiaLaporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
Arum Setyorini
 
pengetahuan bahan hasil pertanian
pengetahuan bahan hasil pertanianpengetahuan bahan hasil pertanian
pengetahuan bahan hasil pertanian
khalifahadrianiputri
 
PENGGUNAAN SERBUK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA I...
PENGGUNAAN SERBUK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA I...PENGGUNAAN SERBUK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA I...
PENGGUNAAN SERBUK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA I...
Ramaiyulis Ramai
 
Laporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pameloLaporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pamelo
Ekal Kurniawan
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Tidar University
 
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembuProses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Pascasarjana POLITEKNIK NEGERI JEMBER
 

Similar to Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea) (20)

Sertifikasi_Benih_PEMULIAAN_5.ppsx
Sertifikasi_Benih_PEMULIAAN_5.ppsxSertifikasi_Benih_PEMULIAAN_5.ppsx
Sertifikasi_Benih_PEMULIAAN_5.ppsx
 
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docxPERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
 
Internship Report
Internship ReportInternship Report
Internship Report
 
Profile IPB
Profile IPB Profile IPB
Profile IPB
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
 
Gaharu
GaharuGaharu
Gaharu
 
Pkm ai-09-ipb-nita-uji fisik buah -----
Pkm ai-09-ipb-nita-uji fisik buah -----Pkm ai-09-ipb-nita-uji fisik buah -----
Pkm ai-09-ipb-nita-uji fisik buah -----
 
Perbanyakan vegetatif kelapa_sawit_unggul_secara_kultur_jaringan-andal_yakinu...
Perbanyakan vegetatif kelapa_sawit_unggul_secara_kultur_jaringan-andal_yakinu...Perbanyakan vegetatif kelapa_sawit_unggul_secara_kultur_jaringan-andal_yakinu...
Perbanyakan vegetatif kelapa_sawit_unggul_secara_kultur_jaringan-andal_yakinu...
 
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdfAnalisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
Analisis Usaha Tani padi sawah di kec. Kuala Cenaku Kab Inhu (Skripsi).pdf
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
Tugas 2 gnetika
Tugas 2 gnetikaTugas 2 gnetika
Tugas 2 gnetika
 
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPBLaporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
Laporan Tugas Akhir Program Diploma IPB
 
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - IndonesiaLaporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
Laporan Prakerin PT. Industri Jamu Borobudur Semarang - Indonesia
 
pengetahuan bahan hasil pertanian
pengetahuan bahan hasil pertanianpengetahuan bahan hasil pertanian
pengetahuan bahan hasil pertanian
 
Koch2
Koch2Koch2
Koch2
 
PENGGUNAAN SERBUK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA I...
PENGGUNAAN SERBUK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA I...PENGGUNAAN SERBUK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA I...
PENGGUNAAN SERBUK KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA I...
 
Laporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pameloLaporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif pamelo
 
Rdhp upbs
Rdhp upbsRdhp upbs
Rdhp upbs
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembuProses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
 

Recently uploaded

A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
Ekhwan2
 
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptxTugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
fauzandika
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
AjrunAzhiima
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
ssuser283069
 
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.pptBAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
Ggproject
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
renprogarksd3
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
AssyifaFarahDiba1
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
acehirfan
 
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdfKTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
khalisahumairahh
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
BanjarMasin4
 

Recently uploaded (13)

A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
 
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptxTugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
Tugas Sequence Diagram Rekayasa Perangkat Lunak.pptx
 
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptxKanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan.visi guru penggerakpptx
 
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.pptBAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
BAB 5 SIKLUS INVESTASI DAN PENDANAAN.ppt
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
 
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdfKTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
KTSP Raudhatul Athfal Kementerian Agama.pdf
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
 

Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)

  • 1. SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH) JAWA DAN MADURA GHINA SHADRINA PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
  • 2.
  • 3.
  • 4. ii PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan karya ilmiah ini adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir laporan ini. Bogor, Juni 2014 Ghina Shadrina J3G111037
  • 5. ABSTRAK GHINA SHADRINA. Sertifikasi Benih Tanaman Gmelina (Gmelina arborea) di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Tanjung Sari Sumedang. M. RAHMAD SUHARTANTO Gmelina memiliki banyak manfaat, serat kayunya lebih halus sehingga mudah pengerjaannya sewaktu diolah menggunakan mesin atau sewaktu masuk kemesin pengolahan. Kayu gmelina bermutu baik diperoleh dari benih yang juga bermutu baik, benih bermutu saat ini masih sangat terbatas dari segi jenis maupun jumlahnya. Benih bermutu baik diperoleh dari sumber benih dan ditangani dengan prosedur yang benar. Sistem pengawasan atau pengendalian mutu juga diperlukan sehingga benih-benih yang diedarkan mendapatkan jaminan mutu melalui sistem sertifikasi benih. Tata cara sertifikasi benih Gmelina adalah pengajuan surat permohonan, pembentukan tim, pengambilan contoh, pengujian mutu fisik dan fisiologis, hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis, penerbitan sertifikat mutu benih dan pemasangan label. Kata kunci : Kayu, mutu, sertifikasi ABSTRACT GHINA SHADRINA. Gmelina seed quality certification at Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) of Java and Madura, Sumedang. M.RAHMAD SUHARTANTO. Gmelina has many benefits, fiber is softer so easier process when processed using machine to machine processing or during entry, Gmelina wood of good quality were also obtained from the seeds of good quality, seed quality is still very limited in terms of type and number. Good quality seed obtained from seed sources and handled with proper procedures. Supervision or quality control system is also required so that the seeds that get circulated through the quality assurance system of seed certification. The procedure of gmelina seed certification are the submision of proposal letter, team establishing, sampling, the physic and physiology quality testing , the results of physic and physiology quality testing, the publishing of seed quality certificate and label installation. Keyword: wood, quality, certification
  • 6. ii RINGKASAN GHINA SHADRINA. Sertifikasi Benih Gmelina (Gmelina arborea) di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Tanjung Sari Sumedang. M.RAHMAD SUHARTANTO Hutan Indonesia merupakan hutan tropis terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Rebuplik Kongo. Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung salah satunya yaitu untuk memenuhi kebutuhan manusia, sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung yaitu sebagai penyerap CO2 dan penghasil O2. Tanaman kehutanan yang cukup banyak memiliki manfaat yaitu tanaman gmelina Gmelina arborea (family: Verbenaceae) adalah pohon penghasil kayu yang berharga; jenis ini tersebar secara alami di Asia Tenggara. Kayunya mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku pulp, particle board, dan lembaran vinir. Selain itu kayunya dapat dijadikan sebagai alat-alat rumah tangga, kerangka pintu, cocok untuk furniture, digunakan untuk membuat tiruan anggota badan manusia, instrument musik, jembatan, tangki air, perahu, kertas, dan gagang korek api. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman industri yang bersifat komersial (Herawan dan Ismail 2011). Benih yang bermutu diperlukan untuk mendapatkan kayu gmelina yang berkualitas. Benih yang bermutu harus melalui proses sertifikasi guna mengetahui dan menjamin mutu benih gmelina. Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Beberapa permasalahan yang menyebabkan ketersediaan benih bermutu/berkualitas ini masih terbatas antara lain: (i) sumber benih untuk sebagian besar tanaman kehutanan masih sangat terbatas; (ii) kualitas sumber daya manusia dalam penanganan benih masih sangat terbatas (iii) para stake holder dibidang perbenihan baik pengumpul maupun pembeli/pengguna belum dapat menangani benih dan bibit dengan baik. Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang meliputi mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Pemeriksaan mutu genetik dapat dilakukan melalui pemeriksaan sumber benih. Pemeriksaan laboratorium atas mutu fisik dan fisiologis dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. Tata cara sertifikasi benih adalah sebagai berikut: 1) Surat permohonan. 2) Pembentukan tim. 3) Pengambilan contoh benih. 4) Penolakan pengambilan contoh benih. 5) Pengujian mutu fisik dan fisiologis. 6) Hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis. 7) Penerbitan atau pengeluaran sertifikat mutu benih Surat keterangan mutu benih. 8) Pemasangan label. 9) Balai atau lembaga sertifikasi dapat membatalkan sertifikat mutu benih. Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih.Benih bermutu tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat) dan secara keseluruhan berpenampilan baik (Mugnisjah dan Setiawan, 2004). Mutu suatu calon benih akan diketahui setelah dilakukan pengujian benih di laboratorium yang mempunyai peran sangat penting dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat.
  • 7. Tugas akhir ini merupakan hasil pengamatan penulis selama praktik kerja lapangan yaitu pada tanggal 10 Februari 2014 sampai dengan 12 April 2014 yang dilakukan di BPTH Jawa dan Madura Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat. Praktik Kerja Lapang ini bertujuan untuk mengetahui teknik sertifikasi mutu benih tanaman hutan khususnya benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa dan Madura Tanjungsari Sumedang. Kegiatan sertifikasi mutu benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa Madura yaitu benih gmelina (Gmelina arborea) memiliki standar mutu layak edar. Kemurniannya yaitu 99.9% dengan standar 98%-100% dan kadar air benihnya yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 gram dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%. Berdasarkan Dirjen RLPS No. P. 01/V-PTH/2007, dapat dikatakan bahwa hasil pengujian benih gmelina memenuhi syarat layak edar dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian karena sumber benihnya tidak bersertifikat, apabila sumber benih telah disertifikasi, maka BPTH akan mengeluarkan sertifikat benih.
  • 8. iv SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH) JAWA DAN MADURA GHINA SHADRINA Laporan Praktik Kerja Lapangan Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Diploma Keahlian Teknologi Industri Benih PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
  • 9. Judul Tugas Akhir : Sertifikasi Benih Gmelina (Gmelina arborea) di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Nama : Ghina Shadrina NIM : J3G111037 Disetujui oleh Dr Ir M.R.Suhartanto, MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Bagus. P. Purwanto, MAgr Dr Ir Abdul Qadir, MSi Direktur Koordinator Program Keahlian Tanggal Lulus:
  • 10.
  • 11. vii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Sertifikasi Benih Gmelina di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura”. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. M. Rahmat Suhartanto MSi, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir, Orang Tua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan secara materil dan do’a, Seluruh Tim Dosen Program Keahlian Teknologi Industri Benih, Bapak Iip selaku pembimbing lapangan dan seluruh staff Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura, yang telah mengizinkan untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan, dan teman-teman TIB yang telah membantu dan memberi dukungan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat kedepannya . Bogor, Juni 2014 Ghina Shadrina
  • 12. viii
  • 13. ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 2 METODE PELAKSANAAN 3 2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3 2.2 Prosedur Pelaksanaan 3 2.3 Data dan Sumber Data 4 3 KEADAAN UMUM BPTH JAWA DAN MADURA 4 3.1 Sejarah 4 3.2 Kedudukan BPTH Jawa dan Madura di Departemen Kehutanan 5 3.3 Tugas Pokok dan Fungsi 5 2.3.1 Tugas Pokok 5 2.3.2 Fungsi 5 3.4 Visi dan Misi 5 3.5 Susunan Organisasi 6 3.6 Wilayah Kerja BPTH Jawa dan Madura 7 3.7 Sarana dan Prasarana 7 3.8 Letak Geografis 7 3.9 Sejarah Terbentuknya Laboratorium Pengujian Benih 7 4 KEGIATAN SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) 8 4.1 Sertifikasi Mutu Benih 8 4.2 Tata Cara Sertifikasi Benih 10 4.2.1 Pengajuan Surat Permohonan Sertifikasi 11 4.2.2 Pembentukan Tim Pengawas 11 4.2.3 Pengambilan Contoh Kirim 12 4.2.4 Pengujian Mutu Benih 12 4.2.6 Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis 19 4.2.7 Penerbitan Sertifikasi Mutu Benih 20 4.2.8 Pemasangan Label 20 4.2.9 Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat benih 20 5 KESIMPULAN DAN SARAN 21 5.2 Kesimpulan 21 5.2 Saran 21 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 23
  • 14. x DAFTAR TABEL 1 Data hasil uji kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 14 2 Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 15 3 Data hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 18 4 Jumlah benih segar tidak tumbuh dan benih mati pada pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 18 DAFTAR GAMBAR 1 Struktur Organisasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan 6 2 Lokasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura 7 3 Bentuk pohon, tandan bunga, bunga, buah, biji batu, dan penampang biji gmelina 9 4 Bunga Gmelina arborea dan buah yang belum masak 9 5 Buah Gmelina arborea yang sudah masak 10 6 Alur sertifikasi benih tanaman hutan 11 7 Kegiatan pengambilan contoh benih gmelina 12 8 Alur pengujian mutu benih tanaman hutan 13 9 Kegiatan uji kemurnian gmelina 15 10 Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 17 11 Kegiatan penaburan gmelina dengan media pasir 19 12 Kecambah gmelina menggunakan media pasir pada hari ke 22 19 DAFTAR LAMPIRAN 1 Surat permohonan sertifikasi mutu benih 24 2 Surat keterangan asal usul benih 25 3 Format keterangan contoh benih 26 4 Berita acara pengambilan contoh benih 27 5 Berat maksimum pengambilan contoh benih 28 6 Kartu Pengujian Benih 30 7 Perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan pengujian kadar air 32 8 Daftar jenis perlakuan pendahuluan sebelum pengujian daya berkecambah 35 9 Standar benih layak edar 38 10 Sertifikat mutu benih tanaman hutan 41 11 Keterangan hasil pengujian mutu benih 43
  • 15. 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Indonesia merupakan hutan tropis yang terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Indonesia memiliki luas 1 860 359.67 km2 daratan, 5.8 juta km2 wilayah perairan dan 81 000 km garis pantai, Indonesia ditempatkan pada urutan kedua setelah Brazil dalam hal tingkat keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi Indonesia meliputi 10% spesies tanaman berbunga, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptil dan amfibi, 17% spesies burung, serta 25% spesies ikan yang terdapat di dunia (Sumargo et al. 2011). Meningkatnya laju kerusakan hutan dan luas lahan yang terdegradasi di Indonesia sudah sangat menghawatirkan. Secara umum, dari 105 juta Ha luas kawasan hutan di Indonesia, 57.7 juta Ha (55%) mengalami kerusakan.Tahun 1984, lahan terdegradasi mencapai 9.7 juta Ha, pada tahun 1994 meningkat menjadi 23.2 juta Ha dimana 15.1 juta Ha di luar kawasan hutan dan 8.1 juta Ha di dalam kawasan hutan (Syam 2007). Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung yaitu memenuhi kebutuhan manusia seperti sumber bahan makanan dan kayu tanaman hutan sebagai bahan baku untuk membuat alat rumah tangga, sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung yaitu untuk penyerapan air saat hujan sehingga dapat mencegah terjadinya bencana banjir. Djajapertjunda dan Djamhuri (2013) mengatakan, manfaat hutan secara langsung dapat dinikmati oleh manusia adalah hutan berupa kayu yang sudah digunakan sejak manusia lahir. Hutan berperan sebagai salah satu sumber untuk mendapatkan bahan makanan seperti buah-buahan, hewan hasil pemburuan, pakaian dari kulit kayu, kayu sebagai bahan kayu perkakas, dan bahan pembuat kayu rumah. Manfaat hutan secara tidak langsung sebagai penyangga kehidupan, diantaranya (i) gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi flora dan fauna; (ii) Bank Lingkungan Regional dan Global yang tidak ternilai baik sebagai pengatur iklim, penyerap CO2, serta penghasil oksigen; (iii) fungsi hidrologi yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutan dan plasma nutfah yang dikandungnya; (iv) sumber bahan obat-obatan; (v) ekoturisme; dan (vi) Bank Genetik yang hampir tidak terbatas. Mengingat peran dan fungsi hutan sangat dibutuhkan, maka perlu ditempuh upaya pengembalian fungsi hutan melalui pembangunan hutan tanaman baru dan kegiatan rehabilitasi hutan serta lahan. Faktor yang menentukan keberhasilan penanaman tersebut salah satunya adalah penyediaan benih dan bibit yang cukup, baik dari segi jumlah, jenis, maupun mutunya. Sertifikasi sumber benih, mutu benih, dan mutu bibit ini dilakukan oleh BPTH. Berdasarkan SK. 20 /PTH-3/2012 tentang standar mutu fisik dan fisologis benih tanaman hutan, peranan benih bermutu sangat penting dalam hubungannya dengan keberhasilan pembangunan hutan dan rehabilitasi lahan. Sejalan dengan era memanfaatkan flora dan fauna untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia, tetapi juga terus mendorong meningkatnya produksi hasil hutan khususnya kayu agar dapat dimanfaatkan dalam skala industri, maka pengadaan
  • 16. 2 benih bermutu sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Tanaman hutan yang cukup banyak memiliki banyak manfaat yaitu tanaman gmelina. Gmelina merupakan tanaman eksotik, sebaran alaminya di Burma, India. Hutan tanaman di Indonesia antara lain terdapat di Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Sumber benih terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Tumbuh secara alami pada ketinggian 0-800 m dpl dengan curah hujan 1200-3000 mm/tahun. Jenis ini tumbuh pada tanah berlapisan dalam, subur dan berdrainase baik. Toleran terhadap tanah berlapisan dangkal, berpasir, tanah padat, tanah asam asalkan tidak pada tanah berdrainase buruk. Bunga dan buah tanaman gmelina terlihat sepanjang tahun, buah akan masak setelah 1.5 bulan sejak bunga muncul. Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Gmelina memiliki banyak manfaat sebagai bahan bangunan ataupun perabotan rumah tangga, gmelina dapat menjadi bahan pembuatan meubel furniture, bagian tengah plywood, batang korek api, alas sepatu, papan, bubur kertas, papan partikel, bahan baku kayu lapis, papan triplek, peti pembungkus, pulp, dan konstruksi darurat yang ringan, namun tidak cocok untuk konstruksi yang bersifat permanen. Serat kayunya lebih halus sehingga mudah pengerjaannya sewaktu diolah menggunakan mesin atau sewaktu masuk kemesin pengolahan. Kayu gmelina bermutu baik diperoleh dari benih yang juga bermutu baik, benih bermutu saat ini masih sangat terbatas dari segi jenis maupun jumlahnya. Benih bermutu baik diperoleh dari sumber benih dan ditangani dengan prosedur yang benar. Sistem pengawasan atau pengendalian mutu juga diperlukan sehingga benih-benih yang diedarkan mendapatkan jaminan mutu melalui sistem sertifikasi benih. Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Beberapa permasalahan yang menyebabkan ketersediaan benih bermutu/berkualitas ini masih terbatas antara lain: (i) sumber benih untuk sebagian besar tanaman kehutanan masih sangat terbatas; (ii) kualitas sumber daya manusia dalam penanganan benih masih sangat terbatas (iii) para stake holder dibidang perbenihan baik pengumpul maupun pembeli/pengguna belum dapat menangani benih dan bibit dengan baik. Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang meliputi mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Pemeriksaan mutu genetik dapat dilakukan melalui pemeriksaan sumber benih. Pemeriksaan laboratorium atas mutu fisik dan fisiologis dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah: 1. Menambah wawasan dalam bidang sertifikasi benih tanaman hutan khususnya benih gmelina. 2. Mempelajari langsung sertifikasi benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura. 3. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam sertifikasi benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura. 4. Memperoleh pengalaman di dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian khususnya benih.
  • 17. 3 2 METODE PELAKSANAAN 2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2014 sampai dengan 12 April 2014, Lokasi Praktik Kerja Lapangan bertempat di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura. 2.2 Prosedur Pelaksanaan Metode pelaksanaan PKL dilakukan sebagai berikut : 1. Kuliah dan Pengenalan Keadaan Umum BPTH Jawa Madura Kegiatan pengenalan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Madura secara umum, bertujuan untuk mengetahui secara jelas tentang keadaan umum BPTH, mengetahui struktur organisasi, sejarah dan perkembangan BPTH Jawa Madura, visi dan misi, serta sistem organisasi BPTH. 2. Pengenalan Kondisi Lapang dan Laboratorium Pengenalan kondisi lapangan dan Laboratorium dilaksanakan di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Madura. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenali dan memahami keadaan lapangan dan Laboratorium BPTH Jawa Madura. 3. Kegiatan Praktik Lapang dan Laboratorium Secara Umum a. Pengujian Mutu Benih di Laboratorium Kegiatan pengujian benih di laboratorium yang dilakukan antara lain pengujian rutin seperti pengujian daya berkecambah, pengujian kadar air, pengujian kemurnian benih dan penentuan bobot 1000 butir. b. Sertifikasi Benih Tanaman Hutan Pelaksanaan kegiatan sertifikasi benih dilakukan dengan mengambil contoh benih di UD. Tanjung Harapan Tanjungsari Sumedang Jawa Barat, serta kegiatan pengujian mutu benih yaitu dengan menguji mutu benih tanaman kehutanan di laboratorium. Kegiatan sertifikasi benih yang dilakukan meliputi: a. Surat permohonan b. Pembentukan Tim c. Pengambilan Contoh d. Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis, yang meliputi:  Analisa Kemurnian  Penentuan Bobot 1000 Butir  Pengujian Kadar Air  Uji Daya Berkecambah e. Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis f. Penerbitan Sertifikat Benih dan atau Surat Keterangan Hasil Pengujian Benih g. Pemasangan Label Selain pelaksanaan kegiatan praktik pengambilan contoh untuk sertifikasi benih, kegiatan praktik pembibitan dilakukan di kebun persemaian permanen
  • 18. 4 Cimanggis sebagai pengenalan secara umum tentang produksi bibit tanaman hutan dan praktik beberapa teknik perbanyakan tanaman hutan secara vegetatif. c. Studi Pustaka Kegiatan studi pustaka bertujuan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan untuk penyusunan laporan akhir kegiatan PKL dan membandingkan hasil kegiatan PKL dengan sumber atau referensi. Kegiatan ini dilakukan di perpustakaan dan media internet. d. Diskusi dan Wawancara. Kegiatan diskusi dan wawancara dilakukan melalui wawancara terhadap produsen benih dan pegawai BPTH Jawa Madura mengenai masalah-masalah yang ditemukan pada saat melakukan praktik. e. Evaluasi Kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap hari pada akhir kegiatan.Selain itu melakukan diskusi dan evaluasi pada saat presentasi laporan akhir PKL oleh pihak BPTH Jawa Madura. 2.3 Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak BPTH Jawa dan Madura seperti kepala Balai dan staf BPTH. Data diperoleh dari pengamatan langsung penulis selama mengukuti kegiatan Prektek Kerja Lapangan (PKL). Data sekunder diperoleh dari literatur pada BPTH, Balai Teknologi Perbenihan (BTP), dan sumber data sekunder lainnya berupa skripsi, laporan praktik kerja lapangan, jurnal, dan internet. 3 KEADAAN UMUM BPTH JAWA DAN MADURA 3.1 Sejarah Tahun 1976 Dirjen Kehutanan melaksanakan proyek reboisasi dan penghijauan, dengan luas areal 2 055 000 Ha dengan tanaman Pinus merkusii, sebagai langkah penyelamatan hutan, tanah dan air. Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945, menyebutkan ”Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Pembentukan tiga unit pelaksanaan teknis produksi benih bertujuan untuk menunjang penyediaan benih yang salah satunya berkedudukan di Bandung, Jawa Barat. Kegiatan penyediaan benih nasional tidak mungkin dalam bentuk proyek terus-menerus, tetapi perlu dikembangkan dalam institusi kehutanan, maka dibentuklah Balai Produksi dan Pengujian Benih Provinsi Jawa Barat melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 102/Kpts-II/1984. Tahun 1998 BPPB (Balai Produksi dan Pengujian Benih) diganti menjadi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Bandung, yang mulai difungsikan pada tanggal 11 Maret 1999 sejak pelantikan Kepala Balai BPPB Bandung. Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 202/Kpts- II/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPTH
  • 19. 5 Bandung untuk meningkatkan hasil kerja Balai Produksi dan Pengujian Benih dipandang perlu untuk menyempurnakan SK. Menteri Kehutanan No. 102/Kpts II/1984 maka dikeluarkan, selanjutnya BPTH Bandung berubah nama menjadi BPTH Jawa dan Madura sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 663/Kpts-II/2002 tanggal 7 maret 2002 tentang organisasi dan tata kerja Balai Perbenihan Tanaman Hutan. 3.2 Kedudukan BPTH Jawa dan Madura di Departemen Kehutanan BPTH Jawa dan Madura adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial dibidang perbenihan dan pembibitan tanaman hutan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS). 3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Keputusan Menteri No. 663/Kpts II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTH menjelaskan bahwa BPTH memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: 2.3.1 Tugas Pokok BPTH mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi, dan akreditasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih, pemantauan peredaran dan distribusi benih dan bibit tanaman hutan, penyajian informasi perbenihan dan pembibitan. 2.3.2 Fungsi BPTH menyelenggarakan fungsi yaitu (a) Penyusunan rencana perbenihan dan pembibitan, (b) pengelolaaan SB dan pengujian benih, (c) pengembangan model perbenihan dan pembibitan, (d) pemantauan SB, peredaran, distribusi benih dan bibit serta pelaksanaan karantina benih dan bibit, (e) pengelolaan sistim informasi, (f) penyelenggaraan sistim informasi dan akreditasi terhadap lembaga sertifikasi benih dan bibit. 3.4 Visi dan Misi Visi dari BPTH Jawa dan Madura (BPTH) adalah Optimasi Fasilitasi Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman dalam mendukung Pembangunan Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Misi yang dilakukan oleh BPTH yaitu (a) Memantapkan kebijakan bidang perbenihan tanaman hutan, (b) memperkuat kapasitas kelembagaan bidang perbenihan tanaman hutan, (c) mendorong pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan berbasis benih dan bibit berkualitas.
  • 20. 6 3.5 Susunan Organisasi Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 663/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTH memiliki susunan organisasi yang terdiri dari: 1. Kepala Balai Kepala balai bertugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi dan akreditasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih, pemantauan peredaran dan distribusi benih dan bibit tanaman 2. Sub Bagian Tata Usaha Sub bagian tata usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga balai. 3. Seksi Sumber Benih Seksi sumber benih mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, pengelolaan sumber benih, dan pengembangan model perbenihan dan pembibitan, serta penerapan teknologi tepat guna pengembangan sumber benih. 4. Seksi Peredaran Benih Seksi peredaran benih mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan peredaran benih dan distribusi benih dan bibit tanaman hutan, karantina benih dan bibit tanaman hutan, pengembangan model kelembagaan pebenihan dan pembibitan, sertifikasi dan akreditasi lembaga sertifikasi benih dan bibit, dan pemantauan hama dan penyakit benih dan bibit tanaman hutan. 5. Seksi Informasi Benih Seksi Informasi Benih bertugas melakukan penyiapan bahan pengelolaan sistem informasi perbenihan dan pembibitan tanaman hutan. 6. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan fungsional sesuai dengan keahlian masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumber : Dephut Dirjen RLPS, Kumpulan Peraturan Perundangan 2004 Gambar 1 Struktur Organisasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Kepala Balai Seksi Sumber Benih Seksi Informasi Seksi Peredaran Ka Sub Bag Tata Usaha Kelompok Fungsional Laboratorium Pengujian Benih
  • 21. 7 3.6 Wilayah Kerja BPTH Jawa dan Madura BPTH berdasarkan surat keputusan menteri kehutanan nomor 663/Kpts- II/2002 tanggal 7 maret 2002, berkedudukan di Bandung. Wilayah kerja BPTH Jawa dan Madura mencangkup seluruh wilayah Pulau Jawa dan Madura. 3.7 Sarana dan Prasarana BPTH Jawa dan Madura berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 Sumedang Jawa Barat. BPTH Jawa dan Madura memiliki perangkat ruang kerja berupa ruang kepala balai, ruang sub bagian tata usaha, ruang seksi sumber benih, ruang seksi peredaran benih, ruang jabatan fungsional, ruang informasi, ruang rapat, laboratorium, rumah kaca, ruang penyimpaan benih (DCS/Dry Cold Storage), dapur, toilet, lapang parkir dan mushola. 3.8 Letak Geografis BPTH Jawa dan Madura berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 PO BOX 19 Tanjungsari Sumedang Jawa Barat. BPTH Jawa Madura berada diantara 06°52’30’’ sampai dengan 06°56’00’’ LU dan 108°52’00’’ BT sampai dengan 108°55’00’’BT. BPTH Jawa dan Madura juga terletak pada ketinggian 968 mdpl dengan luas 0.2 ha. Gambar 2 Lokasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura 3.9 Sejarah Terbentuknya Laboratorium Pengujian Benih Sejalan dengan pembentukan wadah perbenihan tanaman hutan tahun 1976 berupa Unit Produksi Benih (UPB) yang berkedudukan di Bandung, merupakan bagian dari proyek perbenihan yang dikelola oleh Direktorat Reboisasi (Ditsi), maka institusi yang memproduksi benih Pinus merkusii ini, selain dilengkapi dengan alat-alat produksi dan penyimpanan, juga dilengkapi dengan laboratorium pengujian benih sehingga benih yang didistribusikan oleh UPB hampir ke seluruh nusantara ini sudah dilengkapi dengan label mutu benih.
  • 22. 8 Tahun 1984 keluar SK Menteri Kehutanan mengenai pembentukan Balai Produksi dan Pengujian Benih (BP2B) untuk tiap propinsi di Indonesia dan terealisasihanya BP2B Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. BP2B ini pada kenyataannya tidak memproduksi benih, tetapi tetap melaksanakan pengujian benih dalam rangka pengawasan dan pengendalian mutu benih yang beredar. Tahun 1998 BP2B berganti nama menjadi Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) dengan wilayah kerja yang lebih luas, sebagai contoh BP2B Jawa Barat menjadi BPTH Bandung dengan wilayah kerja meliputi pulau Jawa dan Madura, dengan fasilitas pengujian yang lebih lengkap karena adanya bantuan dari pemerintah Denmark melalui Indonesia Forest seed Project (IFSP). Tahun 2002 BPTH Bandung berganti nama lagi disesuaikan dengan wilayah kerjanya menjadi BPTH Jawa dan Madura. Kegiatan pengujian mutu benih terus berjalan dari tahun ke tahun tidak terpengaruh oleh nama instansi yang berubah-ubah dan sarana prasarana pengujian terus dilengkapi serta kemampuan personil terus ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan baik di dalam maupun luar negeri. 4 KEGIATAN SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) 4.1 Sertifikasi Mutu Benih Gmelina arborea (family: Verbenaceae) adalah pohon penghasil kayu yang berharga; jenis ini tersebar secara alami di Asia Tenggara. Kayunya mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku pulp, particle board, dan lembaran vinir. Selain itu kayunya dapat dijadikan sebagai alat-alat rumah tangga, kerangka pintu, cocok untuk furniture, digunakan untuk membuat tiruan anggota badan manusia, instrument musik, jembatan, tangki air, perahu, kertas, dan gagang korek api. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman industri yang bersifat komersial (Herawan dan Ismail 2011). Benih yang bermutu diperlukan untuk mendapatkan kayu gmelina yang berkualitas. Benih yang bermutu harus melalui proses sertifikasi guna mengetahui dan menjamin mutu benih gmelina. Menurut Direktorat perbenihan tanaman hutan (2002), pohon gmelina dapat mencapai 30-40 m, batang silindris, diameter rata-rata 50-140 cm. kulit halus atau bersisik, warna coklat muda sampai abu-abu. Ranting halus licin atau berbulu halus. Buah kuning terang, mengelompok dalam tandan besar (30-350 bunga per tandan). Daun bersilang, bergerigi atau bercuping, berbentuk jantung, ukuran 10-25 cm x 5-18 cm. Bunga sempurna, panjang mencapai 25 mm, berbentk tabung dengan 5 helai mahkota. Bunga mekar pada malam hari dan penyerbukan dilakukan oleh lebah. Gambar 3.1 merupakan bentuk pohon gmelina, Gambar 3.2 merupakan tandan bunga, Gambar 3.3 merupakan bunga gmelina, Gambar 3.4 adalah buah gmelina, 3.5 adalah biji batu gmelina, dan Gambar 3.6 merupakan penampang biji gmelina (a. benih, b. ruang kosong, c.
  • 23. 9 endocarp, d. celah biji). Bunga dan buah yang belum masak dapat dilihat pada Gambar 4 dan buah gmelina yang sudah masak dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber: Direktorat perbenihan tanaman hutan, 2002 Gambar 3 Bentuk pohon, tandan bunga, bunga, buah, biji batu, dan penampang biji gmelina Sumber: Lithosolv, 2012 Gambar 4 Bunga Gmelina arborea dan buah yang belum masak
  • 24. 10 Buah gmelina memiliki struktur berdaging, panjangnya 25-35 mm, kulit mengkilat, mesokarp lunak, dan agak manis. Biji gmelina memiliki kulit yang keras seperti batu, panjangnya 16-25 mm, permukaan licin, satu ujung bulat, ujung lainnya runcing. Terdiri dari 4 ruang, jarang dijumpai 5 ruang. Sedikitnya satu ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari dua biji batu. Ukuran benih meningkat menurut ukuran biji, yaitu panjang 6-9 mm. Sumber: Restorasi Habitat Orang Utan Indonesia, 2013 Gambar 5 Buah Gmelina arborea yang sudah masak Menurut Sudrajat dan Nurhasybi (2007), untuk menjamin mutu benih yang diedarkan, sistem sertifikasi benih harus diterapkan. Standar pengujian mutu fisik dan fisiologis sangat penting untuk ditetapkan dengan seksama karena beberapa alasan pada sertifikasi benih tanaman hutan. Pertama, metode pengujian yang baku diharapkan akan memastikan hasil yang seragam apabila pengujian suatu lot benih akan dikerjakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kedua, keakuratan data pengujian mutu benih diperlukan dalam perencanaan pembangunan hutan tanaman, khususnya dalam pengadaan bahan tanaman untuk program penanaman, pemuliaan pohon, dan konservasi sumberdaya genetik. Ketiga, sebagai acuan dalam penerapan aspek legalitas perbenihan. Standar pengujian mutu benih ini harus terus diperbaiki dan dilengkapi mengingat hasil-hasil penelitan menggunakan kelompok benih yang berbeda. Selain itu, standar mutu benih yang layak edar juga perlu ditetapkan yang sangat berguna untuk perencanaan pengadaan bibit di persemaian dan perlindungan terhadap pengguna benih. Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Benih bermutu tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat) dan secara keseluruhan berpenampilan baik (Mugnisjah dan Setiawan 2004). Mutu suatu calon benih akan diketahui setelah dilakukan pengujian benih di laboratorium yang mempunyai peran sangat penting dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat. 4.2 Tata Cara Sertifikasi Benih Prosedur sertifikasi tanaman kehutanan tidak sama dengan sertifikasi tanaman pangan dan hortikultura, apabila tanaman pangan dan hortikultura dimulai dari permohonan sertifikasi dan diawali dengan pemeriksaan pedahuluan yang dilakukan sebelum dilakukan pertanaman, lalu pemeriksaan lapang vegetatif,
  • 25. 11 kemudian pemeriksaan lapang generatif, pemeriksaan menjelang panen, pemeriksaan alat pengolahan benih, dan pengawasan pemasangan label. Sertifikasi tanaman kehutanan dibagi menjadi 3 bagian yaitu sertifikasi sumber benih yang dilakukan dengan mengklasifikasi tegakan atau pohon induk benih, lalu sertifikasi bibit dan sertifikasi benih, adapun Tata cara sertifikasi benih berdasarkan SK Dirjen RLPS No. P. 04/V-PTH/2007 adalah sebagai berikut: Gambar 6 Alur sertifikasi benih tanaman hutan 4.2.1 Pengajuan Surat Permohonan Sertifikasi Surat permohonan sertifikasi benih dapat diajukan kepada BPTH oleh perorangan, koperasi, BUMN, BUMD, BUMS, dinas/intansi pemerintah dan lembaga perbenihan lainnya kepada BPTH atau lembaga sertifikasi. Pengajuan surat permohonan dapat dilakukan satu minggu setelah kegiatan pengunduhan. Surat permohonan sertifikasi benih dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.2.2 Pembentukan Tim Pengawas Setelah surat permohonan sertifikasi diterima, BPTH membentuk tim sebanyak dua orang untuk melaksanakan pengambilan contoh benih dan memeriksa keterangan asal usul benih. Surat keterangan asal-usul benih dapat dilihat pada Lampiran 2. Sertifikat mutu benih Surat keterangan hasil pengujian Pemilik benih Permohonan sertifikasi BPTH/ lembaga sertifikasi Label benih 1. Keterangan asal- usul benih 2. Keterangan contoh benih 3. BA pengambilan contoh benih Pemeriksaan dokumen dan pengambilan contoh benih 1. Kemurnian 2. Bobot 1000 butir 3. Kadar air 4. Daya kecambah Pengujian mutu fisik-fisiologis 1 2 3 6 7 4 5a 5b
  • 26. 12 4.2.3 Pengambilan Contoh Kirim Pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari beberapa bagian dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh dilakukan dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama dengan menggunakan tangan seperti pada Gambar 7. Benih yang terambil dari setiap pengambilan contoh disebut contoh primer sedangkan gabungan contoh-contoh primer disebut contoh komposit. Contoh benih yang diambil secara acak dari contoh komposit ini dapat digunakan sebagai contoh kirimanm dari contoh kiriman ini kemudian diambil contoh kerja secara acak. Berat minimal contoh kirim untuk benih gmelina yaitu 3500 g dan berat minimal contoh kerja benih gmelina 1 750 g. Pengambilan contoh dilakukan dengan tangan yaitu tangan dimasukkan dengan telapak tangan terbuka dan pada saat dikeluarkan jari tangan hendaknya menggenggam benih secara rapat sehingga tidak satu pun benih yang terlepas ketika tangan dikeluarkan dari dalam wadah. Pengambilan contoh benih harus dilengkapi berita acara seperti yang tercantum pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Standar pengambilan contoh benih tanaman hutan dapat dilihat pada Lampiran 5. Gambar 7 Kegiatan pengambilan contoh benih gmelina 4.2.4 Pengujian Mutu Benih Pengujian benih adalah analisa mutu fisik dan fisiologis lot benih. Pengujian benih meliputi beberapa tolok ukur seperti berat benih, kemurnian, perkecambahan, dan kadar air. Pengujian benih dapat dilakukan pada tahapan yang berbeda dari penanganan benih, pemrosesan benih dan penyimpanan benih. Tolok ukur baku seperti berat benih, kemurnian, dan perkecambahan sangatlah penting dalam perhitungan kebutuhan benih (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan 2002). Tujuan pengujian laboratorium adalah untuk mengetahui mutu fisik dan fisiologis kelompok calon benih dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium harus mewakili kelompok calon benih yang telah lulus pada tahap sertifikasi sebelumnya, jelas pembentukan kelompoknya dan seragam mutunya (Homogen). Pengujian laboratorium hanya dapat dilakukan setelah pengolahan calon benih.
  • 27. 13 Pedoman pengujian contoh benih di laboratorium mengacu pada peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI)7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. Pengujian laboratorium mutu fisik bertujuan untuk mengetahui kondisi penampilan fisik benih seperti kadar air, warna, kesegaran, kebersihan, ukuran/ berat dan keseragaman benih. Pengujian mutu fisiologis bertujuan untuk mengetahui daya hidup (viabilitas), daya kecambah, daya tumbuh, kekuatan tumbuh/daya simpan (vigor), dan kesehatan benih. Hasil dari pengujian laboratorium didokumentasikan dikartu pengujian seperti yang tercantum pada Lampiran 6. Gambar 8 Alur pengujian mutu benih tanaman hutan 4.2.4.1 Pengujian Kemurnian Benih Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi- materi non benih, atau benih tanaman lain yang tidak diharapkan, kemurnian benih dinyatakan dalam persen (%). Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Analisis kemurnian dilakukan untuk menentukan presentase berat komposisi suatu contoh benih dan mengidentifikasi benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang terdapat dalam contoh benih. Berat contoh kerja awal benih gmelina 1 783.96 g, berat contoh kerja dipisahkan menjadi 3 bagian yaitu benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih. Laboratorium BPTH/ Lembaga Sertifikasi Dokumentasi penerimaan benih Penyiapan contoh kerja Penentuan kadar air Analisis Kemurnian Penentuan bobot 1000 butir Uji daya kecambah Dokumentasi Pengujian Benih Penerbitan sertifikasi mutu benih atau surat keterangan hasil pengujian
  • 28. 14 Rumus penghitungan persentase benih murni (BM), benih tanaman lain (BTL), dan kotoran benih (KB) adalah sebagai berikut: % BM = BM x 100% (BM + BTL + KB) % BTL = BTL x 100% (BM + BTL + KB) %KB = KB x 100% (BM + BTL + KB) Hasil pengujian kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Data hasil uji kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura Berat Contoh Kerja (g) 1 783.96 (g) (%) Benih murni 1 783.81 99.9 Kotoran benih 0.14 0.008 Benih tanaman lain 0 0 Jumlah 1 783.95 99.9 Perubahan berat = x 100% = x 100%= 0.0003% Hasil pengujian kemurnian benih gmelina (Gmelina arborea), presentase benih murni 99.9%, benih tanaman lain 0%, kotoran benih 0.008%, dan perubahan berat 0.0003%. Standar kemurnian benih gmelina berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu 98% sampai 100%, jika presentase benih murni dibawah 98% maka harus dilakukan pengujian ulang. Presentase perubahan berat yang ditoleransi yaitu 5%, jika presentase perubahan berat diatas 5% maka harus dilakukan pengujian ulang.
  • 29. 15 Gambar 9 Kegiatan uji kemurnian gmelina 4.2.4.2 Penentuan Bobot 1000 butir Penentuan bobot bertujuan untuk menentukan bobot 1000 butir contoh benih.Berat 1000 butir benih ditimbang dari benih murni. Penentuan bobot 1000 butir dilakukan sebanyak 8 ulangan, masing-masing ulangan terdapat 100 butir benih dan ditimbang dalam gram. Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura Ulangan Berat (X) @100 butir X2 1 51.47 g 2 649.16 2 53.32 g 2 843.02 3 51.87 g 2 690.49 4 50.65 g 2 565.42 5 52.74 g 2781.51 6 52.87 g 2 795.24 7 54.64 g 2 985.53 8 53.98 g 2 913.84 Jumlah 421.54 22 224.22 Rata-rata 52.69 2 778.027 Keragaman (S2) = = = = = 1.75 Keragaman baku (S) = = = 1.323
  • 30. 16 CV = x 100% = x 100% = 2.51% Bobot 1000 butir = 10 x (X) = 10 x 52.69 = 526.9 gram 1 kg benih = x 1000 = x 1000 = 1 897.9 = 1 898 butir benih Perhitungan dilakukan terhadap contoh kerja secara acak terhadap 100 butir benih dengan ulangan 8 kali. Koefisien variasi dari perhitungan tersebut tidak boleh lebih dari 4.0%. Apabila koefisien variasi lebih dari nilai tersebut, maka nilai ulangan yang terendah dan tertinggi di buang, kemudian ditimbang kembali, jika koefisien variasinya masih diatas 4.0%, maka dilakukan pengujian ulang sebanyak 16 kali ulangan. Berdasarkan hasil pengujian bobot 1000 butir, didapatkan koefisien variasi 2.51% dan bobot 1000 butir benih gmelina yaitu 526.9 g dengan standar 400-700 g, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian ulang. 4.2.4.3 Pengujian Kadar Air Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi keadaan disekitarnya. Kadar air yang selau berubah-ubah sesuai dengan laju deteriorasi benih yang pada akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas benih. Kadar air merupakan hasil perhitungan dari hilangnya berat (kandungan air) ketika benih dikeringkan sesuai ketentuan yang ditetapkan. Kadar air dinyatakan dalam persen berat dari berat contoh sebelum pengeringan (berat basah). Metoda yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin. Kadar air ditentukan dua ulangan yang berat setiap contoh tergantung diameter wadah yang digunakan yaitu (a) diameter kurang 8 cm, berat contoh 4 hingga 5 gram, dan (b) diameter lebih 8 cm, berat contoh 10 gram (Sudrajat dan Nurhasybi 2007). Tujuan pengujian kadar air adalah untuk mengetahui kadar air benih dengan menggunakan metode yang sesuai bagi ketentuan pengujian sedangkan pengujian kadar air itu sendiri adalah berat air yang hilang karena proses pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Terdapat 3 metode pengujian kadar air yaitu dengan menggunakan Metode oven dengan suhu rendah konstan (103 ± 2)0C , Metode oven dengan suhu tinggi konstan (130-133)0C dan dengan menggunakan Moisture Tester, sebelum dilakukan pengujian kadar air benih gmelina, sebaiknya benih ditumbuk terlebih dahulu agar mempermudah proses hilangnya kadar air dari benih. Perlakuan awal benih tanaman hutan sebelum dilakukan pengujian kadar air dapat dilihat pada Lampiran 7.
  • 31. 17 Pengujian kadar air benih pada kegiatan praktik kerja lapangan di BPTH Jawa Madura menggunakan Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 yang dapat dilihat pada Gambar 10, Hasil pengujian kadar air benih gmelina telah sesuai dengan standar mutu benih tanaman hutan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu standar kadar air benih gmelina ≤13%, ulangan 1 pengujian kadar air menggunakan Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 yaitu 12.82% selama 33 menit 50 detik, dan ulangan 2 yaitu 12.70% selama 34 menit 10 detik. Gambar 10 Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 4.2.4.4 Pengujian Daya Berkecambah Uji perkecambahan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi perkiraan daya tumbuh benih di lapangan dan menyediakan nilai relatif suatu lot terhadap lot benih lainnya. Pengujian perkecambahan diprioritaskan dilakukan di laboratorium, karena kondisi laboratorium, misalnya suhu, kelembaban, dan cahaya dapat dilakukan sehingga hasil yang sama akan diperoleh apabila uji ulang akan dilaksanakan. Hasil pengujian dinyatakan dalam persen (jumlah kecambah normal dibandingkan dengan abnormal dan mati). Pada prinsipnya, uji perkecambahan dilakukan terhadap benih murni hasil uji kemurnian, kecuali benih ukuran kecil (seperti Eucaliptus). Benih berukuran kecil diuji berdasarkan berat. Uji perkecambahan dilaksanakan di bawah kondisi yang baik untuk perkecambahan. Pada akhir masa pengujian, benih dan kecambah diperiksa dan dihitung. Penghitungan dilakukan dengan melihat kecambah normal, kecambah abnormal dan benih yang tidak berkecambah. Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki struktur kecambah penting yang berkembang baik. Panjang kecambah harus paling tidak dua kali panjang benihnya. Kecambah harus dalam keadaan sehat. Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal: a. Kecambah rusak yaitu kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. b. Kecambah cacat atau tidak seimbang yaitu kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. c. Kecambah busuk yaitu kecambah berpenyakit parah. Pertumbuhan kecambah normal tidak mungkin dicapai oleh kecambah ini.
  • 32. 18 Sedangkan benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi: a. Benih segar tidak tumbuh yaitu benih keras yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. b. Benih mati yaitu benih yang sampai akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar dan tidak berkecambah. Pengamatan pengujian daya berkecambah benih gmelina dilakukan pada hari ke 16 dan hari ke 22. Hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Data hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura Tanggal Hari ke Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 N Abn N Abn N Abn N Abn 4-04-14 16 56 0 52 0 41 0 39 0 10-04-14 22 13 0 20 0 22 0 23 0 Σ perulangan 69 0 72 0 63 0 62 0 % perulangan 69 72 63 62 Rata-rata DB 67 % Keterangan: N : Kecambah normal Abn : Kecambah abnormal Presentase daya kecambah benih gmelina telah sesuai dengan standar mutu benih tanaman hutan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu daya kecambah 65%, rata-rata hasil pengujian daya kecambah benih gmelina yaitu 67%, sehingga tidak perlu pengujian ulang. Jumlah Benih segar tidak tumbuh dan benih mati dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah benih segar tidak tumbuh dan benih mati pada pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura kategori Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4 Rata-rata BSTT 28 27 35 30 30 BM 3 1 2 8 4 Keterangan: BSTT : Benih segar tidak tumbuh BM : Benih mati Berdasarkan hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina, terdapat cukup banyak benih segar tidak tumbuh yaitu dengan rata-rata 30 butir benih, hal tersebut dikarenakan benih gmelina memiliki kulit yang keras sehingga diperlukan perlakuan pematahan dormansi dengan perendaman air suhu normal (27-280C) lebih lama, hal tersebut juga dapat disebabkan oleh ketidakseragamannya waktu panen.
  • 33. 19 Gambar 11 Kegiatan penaburan gmelina dengan media pasir Kegiatan penaburan gmelina dilakukan di rumah kaca sebanyak 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir benih gmelina, sebelum kegiatan penaburan, benih gmelina diberi perlakuan awal berupa perendaman dengan air suhu normal (27-280C) selama 24-48 jam. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah pematahan dormansi terhadap kulit benih gmelina yang keras. Perlakuan awal benih tanaman hutan sebelum dilakukan pengujian daya berkecambah dapat dilihat pada Lampiran 8. Gambar 12 Kecambah gmelina menggunakan media pasir pada hari ke 22 4.2.6 Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis benih, BPTH atau lembaga sertifikasi akan mengeluarkan surat keterangan lulus hasil pengujian karena sumber benih dari benih gmelina ini tidak bersertifikat. Surat keterangan lulus hasil pengujian ini berlaku untuk 1 lot benih. Setelah hasil pengujian didapat, kemudian hasil dari pengujian diberikan ke bagian peredaran benih yang telah ditulis di dalam kertas hasil pengujian, untuk selanjutnya dianalisis hasil dari pengujian tersebut. Hasil analisa tersebut benih dapat dikelompokan ke dalam standar mutu benih layak edar atau benih tidak layak edar, apabila memenuhi standar layak edar maka benih akan disertifikasi dan dikeluarkan sertifikat atau surat keterangan saja. Standar benih layak edar dapat diketahui berdasarkan tabel standar benih layak edar tertera pada lampiran 9.
  • 34. 20 Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa benih gmelina memiliki standar mutu layak edar. Kemurniannya telah memenuhi syarat yaitu 99.9% dengan standar 98%-100% dan kadar air benihnya pun memenuhi syarat yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 g dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%. 4.2.7 Penerbitan Sertifikasi Mutu Benih Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis benih gmelina, apabila hasil pengujian memenuhi syarat dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan, BPTH akan menerbitkan sertifikat mutu benih seperti yang tertera pada Lampiran 10 apabila sumber benihnya bersertifikat, dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian seperti yang tertera pada Lampiran 11 apabila sumber benihnya tidak bersertifikat. 4.2.8 Pemasangan Label Benih yang lulus dalam pengujian mutu fisik dan fisiologis, setelah sertifikat benih atau surat keterangan hasil pengujian dikeluarkan oleh Balai atau Lembaga Sertifikasi, pemohon dapat membuat atau memasang label. Label yang tertulis pada kemasan benih adalah identitas yang memberikan informasi mengenai mutu dari benih yang diproduksi. Data yang tercantum merupakan identitas dari benih, sehingga sangat bermanfaat untuk pihak konsumen pada saat akan membeli atau menggunakan benih tersebut. Kualitas fisik, fisiologis, dan genetik dapat diketahui dengan melihat label yang tetera pada benih. Jumlah label yang dikeluarkan harus mendapat pengesahan dari pihak BPTH dan pemilik benih berkewajiban untuk memberikan informasi tentang label yang telah dipasang kepada pihak BPTH, untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan dari label yang dipasang disetiap kemasan benih. Label yang telah dicetak dipasang pada setiap lot benih yang diujikan. Label benih harus memuat data-data sebagai berikut: 1) Nomor Lot, 2) Berat bersih, 3) Tanggal Uji, 4) Kemurnian, 5) Daya berkecambah, 6) Berat 1000 butir, 7) Jumlah benih 1000 butir, 8) Masa berlaku pengujian, 9) Disertifikasi oleh, 10) Nomer sertifikat. (BPTH Jawa dan Madura, 2006). 4.2.9 Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat benih Balai atau lembaga sertifikasi benih memiliki kewenangan dalam menerbitkan dan membatalkan sertifikat benih, apabila sertifikat benih telah diterbitkan oleh balai atau lembaga yang bersangkutan, lalu terjadi kesalahan atau terbukti bahwa label benih yang dipasang tidak sesuai dengan sertifikat benih.
  • 35. 21 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.2 Kesimpulan Tata cara sertifikasi benih adalah sebagai berikut : 1) Surat permohonan. 2) Pembentukan tim. 3) Pengambilan contoh benih. 4) Penolakan pengambilan contoh benih. 5) Pengujian mutu fisik dan fisiologis. 6) Hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis. 7) Penerbitan atau pengeluaran sertifikat mutu benih Surat keterangan mutu benih. 8) Pemasangan label. 9) Balai atau lembaga sertifikasi dapat membatalkan sertifikat mutu benih. Kegiatan sertifikasi mutu benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa Madura yaitu benih gmelina (Gmelina arborea) memiliki standar mutu layak edar berdasarkan SNI 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. Kemurniannya yaitu 99.9% dengan standar 98-100% dan kadar air benihnya yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 g dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%. Berdasarkan Dirjen RLPS No. P. 01/V-PTH/2007, dapat dikatakan bahwa hasil pengujian benih gmelina memenuhi syarat layak edar dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian karena sumber benihnya tidak bersertifikat, apabila sumber benih telah disertifikasi, maka BPTH akan mengeluarkan sertifikat benih. 5.2 Saran 1. Sebaiknya benih ditumbuk terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian kadar air untuk mempermudah proses penghilangan kadar air dalam benih. 2. Benih gmelina harus diberi perlakuan awal sebelum pengujian daya kecambah yaitu perendaman dengan air dingin selama 24-48 jam untuk pematahan dormansi benih gmelina yang memiliki kulit keras. 3. Perlu perawatan sarana dan prasana, terutama untuk laboratorium pengujian mutu fisikdan fisiologis benih sehingga hasil pengujian yang didapatkan maksimal dan lebih akurat.
  • 36. 22 DAFTAR PUSTAKA Balai Perbenihan Tanaman Hutan. 2013. Manual Produksi Bibit Berkualitas Gmelina (Gmelina arborea Roxb). Sumedang (ID): Kementrian Kehutanan. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Informasi Singkat Benih No. 16, Januari 2002 Gmelina arborea. Bandung (ID): Indonesia Forest Seed Project. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Petunjuk Teknis pengujian Mutu Fisik-Fisiologi Benih. Jakarta. Djajapertjunda S, Djamhuri E. 2013. Hutan dan Kehutanan Indonesia dari Masa ke Masa. Bogor (ID): IPB Press. Herawan T dan Ismail B. 2011. Pengaruh Jenis Eksplan Dan Umur Kultur Pada Kultur Jaringan Gmelina arborea.Warna Benih Vol. 12 No. 1. Lithosolv, 2012. Kaans (Gmelina arborea). PLUS [Internet]. [diunduh 2014 Juni 26]; https://plus.google.com/106703490111409046426/posts. Mugnisjah W.Q. dan Setiawan A. 2006. Produksi benih. Bumi Aksara. Jakarta. Restorasi Habitat Orang Utan Indonesia, 2013. Titik Pelepasliaran, Tempat Dimulainya Kehidupan Baru. [Internet] [diunduh 2014 juni 26]; http://theforestforever.com/ID/release-point-where-the-new-life-begins/ Sudrajat DJ dan Nurhasybi. 2007. Produksi dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Hutan. Prosiding seminar “Teknologi Perbenihan Untuk Peningkatan Produktifitas Hutan Tanaman Rakyat di Sumatra Barat”. Sumargo W, Nanggara SG, Nainggolan FA, Apriani I. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009. FWI [Internet]. [diunduh 2014 Maret 03]; fwi.or.id/wp-content/uploads/2013/02/PHKI_2000- 2009_FWI_low-res.pdf. Syam S. 2007. Strategi Pengembangan Kelembagaan Perbenihan Tanaman Hutan Di Indonesia: Kendala Dan Tantangan. Produksi dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Hutan. Prosiding seminar “Teknologi Perbenihan Untuk Peningkatan Produktifitas Hutan Tanaman Rakyat di Sumatra Barat”.
  • 38. 24 Lampiran 1 Surat permohonan sertifikasi mutu benih CONTOH SURAT PERMOHONAN SERTIFIKASI MUTU BENIH KOP SURAT PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR BENIH *) Nomor : Blanko : Hal : Permohonan Sertifikasi Mutu Benih. Kepada Yth Kepala Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota/Balai *) Di ......................................... Dengan hormat, Dengan ini kami: Nama : ……………………………………………………………………… Alamat : ……………………………………………………………………… Provinsi / Kabupaten/ Kecamatan / Desa Nomor Telepon / Faximile / Email : ……………………................................ Bermaksud untuk mensertifikatkan mutu Genetik/Fisik Benih Tanaman Hutan : Nama Spesies : …………………………………………… (lokal dan latin) Jumlah Lot Benih : ……………….. gr/kg *) Lokasi : ………………………………………………………………………………… (Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/Desa) Bersama ini kami lampirkan surat keterangan asal-usul benih. Demikian permohonan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih. …………………………………. ( Ttd ) Pemohon Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
  • 39. 25 SURAT KETERANGAN ASAL USUL BENIH 1. Nama Species (lokal dan latin) : 2. Nomor Sumber Benih : 3. Lokasi Sumber Benih : 4. Kelas Sumber Benih : 5. Tinggi Tempat Sumber Benih : 6. Posisi Geografi Sumber Benih : 7. Volume/Berat Benih : gr/kg *) …………………., ……………………………… Pemilik Sumber Benih, ……………………………. Lampiran 2 Surat keterangan asal usul benih
  • 40. 26 Lampiran 3 Format keterangan contoh benih FORMAT KETERANGAN CONTOH BENIH Nomor Uji (dilengkapi oleh lab) KETERANGAN CONTOH BENIH (Contoh diambil oleh petugas dari Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota/Balai) *) A. Keterangan Pemilik Benih 1. Nama 2. Alamat 3. Nomor Telepon/Fax/E-Mail B. Keterangan Lot Benih 1. Nama spesies (lokal & latin) 2. Nomor Sumber Benih 3. Kelas Sumber Benih Berat Lot Benih (gr/kg)*) Jumlah Wadah Jenis Wadah Tanggal Panen C. Keterangan Contoh Benih 1. Nama pengambil contoh 2. Institusi 3. Tanggal ambil contoh 4. Berat contoh 5. Metode pengambilan contoh D. Pengujian yang diperlukan Kemurnian Berat 1.000 Butir Kadar Air Daya Kecambah Uji Tetrazolium Uji Belah Tanggal penerimaan contoh Nama dan tanda tangan Yang menyerahkan Yang menerima Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
  • 41. 27 Lampiran 4 Berita acara pengambilan contoh benih BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH BENIH Nomor. : BA ............. Pada hari ini ................... tanggal.................. bulan ..................... tahun ......... yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. Nama : Jabatan : Alamat : Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih: a. Nama Species : ............................. (lokal dan latin) b. Jumlah Lot Benih : ………………..gr/kg*) c. Jumlah contoh : …………………gr/kg*) milik PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menyerahkan sampel benih kepada PIHAK PERTAMA untuk dilakukan pengujian mutu benih. Demikian Berita Acara Pengambilan Contoh Benih ini dibuat sebagai bukti telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih. PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, .......................... ..........................
  • 42. 28 Lampiran 5 Berat miminum pengambilan contoh benih No. Jenis Tanaman Berat Maksimum Seed Lot (kg) Berat Minimum Contoh Kiriman (gr) Berat Minimum Contoh Kerja Kemurnian (gr) 1. Acacia auriculiformis 1000 70 35 2. Acacia mangium 1000 70 35 3. Agathis lorantifolia 1000 1000 500 4. Altimgia exelsa 1000 50 25 5. Dalbergia latifolia 1000 200 100 6. Eucallyptus urophylla 1000 25 5 7. Eucallyptus dehlupta 1000 10 2 8. Paraserianthes falcataria 1000 110 55 9 Pinus merkusii 1000 120 60 10. Santalum album 1000 1000 500 11. Swietenia sp. 1000 400 200 12. Tectona grandis 1000 2000 1000 13. Callopogonium mucunoides 20000 400 40 14. Centrosema juncea 10000 700 70 15. Centrosema pubescens 20000 600 60 16. Leucaena leucocephala 1000 350 175 17. Leucaena glauca 1000 250 125
  • 43. 29 18. Pinus caribea 1000 100 50 19. Pinus kesiya 1000 80 40 20. Pinus ocarpa 1000 70 35 21. Calliandra tetragona 1000 160 80 22. Toona sureni 1000 250 125 23. Gmelina arborea 1000 3500 1750 24. Sesbania grandiflora 1000 270 135 25. Schleichera oleosa 1000 3000 1500 26. Melia azedarachta 1000 2500 1250 27. Caesalpinia sappan 1000 3200 1600 28. Acacia Arabica 1000 80 40 29. Acacia Arabica 1000 1200 600 30. Cassia siamea 1000 140 70 31. Ceiba Pentandra 1000 350 175
  • 44. 30 Lampiran 6 Kartu Pengujian Benih
  • 45. 31
  • 46. 32 Lampiran 7 Perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan pengujian kadar air No Jenis Nama Lokal Perlakuan 1 Acacia arabica - Digiling 2 Acacia aulacocarpa Karpa Digiling 3 Acacia auriculiformis Akor Digiling 4 Acacia crassicarpa Krasi Digiling 5 Acacia mangium Mangium Digiling 6 Acacia villosa - Digiling 7 Agathis loranthifolia Damar Dipotong 8 Aleurites moluccana Kemiri Dipotong 9 Alstonia scholaris Pulai - 10 Altingia excelsa Rasamala - 11 Anacardium occidentale Jambu monyet Dipotong 13 Anthocephalus cadamba Jabon - 12 Anthocephalus chinensis Jabon - 14 Calliandra calothyrsus Kaliandra merah Digiling 15 Calliandra tetragona Kaliandra putih Digiling 16 Ceiba pentandra Kapuk/Randu Digiling 17 Dalbergia latifolia Sonokeling Digiling 18 Duabanga moluccana Rajumas - 19 Eucalyptus camaldulensis - -
  • 47. 33 20 Eucalyptus deglupta Leda - 21 Eucalyptus pellita Pelita - 22 Eucalyptus urophylla Ampupu - 23 Fragrea fragrans Tembesu - 24 Gliricidia sepium Gamal Digiling 25 Gmelina arborea Jati putih Diretakktan kemudian dikeluarkan benihnya 26 Khaya anthotheca Mahoni Uganda Dipotong 27 Leucaena glauca Lamtoro Digiling 28 Leucaena leucocephala Lamtoro Gung Digiling 29 Manilkara kauki Sawo kecik Digiling 30 Melia azedarach Mindi Digiling 31 Paraserianthes falcataria Sengon Digiling 32 Pericopsis mooniana Kayu kuku Digiling 33 Pinus merkusii Pinus/Tusam - 34 Santalum album Cendana Digiling 36 Schleichera oleosa Kesambi Digiling 35 Senna siamea Johar Digiling 37 Sesbania grandiflora Turi Digiling 38 Swietenia macrophylla Mahoni Dipotong 39 Tectona grandis Jati Diretakkan kemudian dikeluarkan
  • 48. 34 benihnya 40 Toona sureni Suren - 41 Zanthoxyllum rhetsa Panggal buaya -
  • 49. 35 Lampiran 8 Daftar jenis perlakuan pendahuluan sebelum pengujian daya berkecambah No Jenis Nama Lokal Perlakuan awal Media Lama (minggu) 1 Acacia arabica - Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian rendam dalam air dingin 24 jam UDK 2 2 Acacia aulacocarpa Karpa Idem UDK 2 3 Acacia auriculiformis Akor Idem UDK 2 4 Acacia crassicarpa Krasi Idem UDK 2 5 Acacia mangium Mangium Idem UDK 2 6 Acacia villosa Idem UDK 2 7 Agathis loranthifolia Damar Tidak perlu UAK 3 8 Aleurites moluccana Kemiri Direndam air 3 hari Pasir 3-5 9 Alstonia scholaris Pulai Tidak perlu UDK 3 10 Altingia excelsa Rasamala Tidak perlu UDK 3 11 Anacardium occidentale Jambu monyet Direndam dalam air dingin 24 jam Pasir 4 13 Anthocephalus cadamba Jabon Tidak perlu Pasir 5 12 Anthoceph Jabon Tidak perlu UDK 2
  • 50. 36 alus chinensis 14 Calliandra calothyrsus Kaliandra merah Direndam dalam air dingin 24 jam UDK 2 15 Calliandra tetragona Kaliandra putih Direndam dalam air dingin 24 jam UDK 2 16 Ceiba pentandra Kapuk/ Randu Direndam dalam air dingin 24 jam Pasir 3 17 Dalbergia latifolia Sonokeling Direndam dalam air dingin 24 jam UDK 3 18 Duabanga moluccana Rajumas Tidak perlu UDK 2 19 Eucalyptus camaldulensis - Tidak perlu UDK 3 20 Eucalyptus deglupta Leda Tidak perlu UDK 3 21 Eucalyptus pellita Pelita Tidak perlu UDK 3 22 Eucalyptus urophylla Ampupu Tidak perlu UDK 2 23 Fragrea fragrans Tembesu Tidak perlu UDK 3 24 Gliricidia sepium Gamal Direndam dalam air dingin 24 jam UDK 2 25 Gmelina arborea Jati putih Direndam dalam air dingin 24 jam Pasir 3 26 Khaya anthotheca Mahoni Uganda Tidak perlu Pasir 3 27 Leucaena glauca Lamtoro Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian rendam dalam air dingin 24 jam UDK 2 28 Leucaena leucocephala Lamtoro Gung Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian UKDdp 2
  • 51. 37 rendam dalam air dingin 24 jam 29 Manilkara kauki Sawo kecik Direndam air dingin 24 jam Pasir 5 30 Melia azedarach Mindi Diretakkan pada bagian ujung. Pasir 3 31 Paraserianthes falcataria Sengon Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian rendam dalam air dingin 24 jam UKDdp 2 32 Pericopsis mooniana Kayu kuku Direndam dalam air dingin 24 jam UKDdp 3 33 Pinus merkusii Pinus/Tusam Tidak perlu UDK 3 34 Santalum album Cendana Direndam air dingin 24 jam. Pasir 6 36 Schleichera oleosa Kesambi Direndam air dingin 24 jam Pasir 3 35 Senna siamea Johar Direndam dalam air dingin 24 jam Pasir 10 37 Sesbania grandiflora Turi Direndam dalam air dingin 24 jam Pasir 2 38 Swietenia macrophylla Mahoni Tidak perlu Pasir 4 39 Tectona grandis Jati Dioven 48 jam, suhu 80o C. Pasir 4 40 Toona sureni Suren Tidak perlu UDK 4 41 Zanthoxyllum rhetsa Panggal buaya Tidak diketahui Tanah Tidak diketahui
  • 52. 38 Lampiran 9 Standar benih layak edar No Jenis Nama Lokal kecambah rata-rata (%) Berat 1.000 butir rata- rata (g) Kemurnian rata-rata (%) Kadar air rata- rata (%) 1. Acacia arabica - 70 – 85 360 93 – 97 7 – 9 2. Acacia aulacocarpa Karpa 70 – 85 12 – 25 93 – 98 6 – 7 3. Acacia auriculiformis Akor 70 – 85 13 – 18 93 – 98 6 – 7 4. Acacia crassicarpa Krasi 70 – 85 27 94 – 98 6 – 7 5. Acacia mangium Mangium 80 – 95 8 – 15 92 – 98 6 – 7 6. Acacia villosa - 70 – 85 16 92 – 96 6 – 7 7. Agathis loranthifolia Damar 90 – 100 200 – 250 95 – 98 30 8. Aleurites moluccana Kemiri 40 – 50 2.800 99 – 100 10 – 12 9. Alstonia scholaris Pulai 90 – 100 11 – 27 90 – 95 6 – 7 10. Altingia excelsa Rasamala 40 – 50 6 70 – 80 10 –12 11. Anacardium occidentale Jambu monyet 60 – 80 3.300 – 7.700 100 10 – 15 12. Anthocephalus chinensis Jabon - 0,038 – 0,056 - 8 – 9 13. Anthocephalus cadamba Jabon - 0,038 – 0,056 - 8 – 9 14. Calliandra calothy Kaliandra merah 75 – 90 50 – 55 94 – 99 8 – 9
  • 53. 39 rsus 15. Calliandra tetragona Kaliandra putih 75 – 90 32 94 – 99 6 – 7 16. Ceiba pentandra Kapuk/ randu 90 – 95 22 – 100 94 – 97 10 – 12 17. Dalbergia latifolia Sonokeling 80 – 95 48 96 – 98 8 – 9 18. Duabanga moluccana Rajumas 65 – 75 kc/g 0,1 - 8 – 9 19. Eucalyptus camaldulensis - 700 kc/g 1,2 – 1,4 - 8 – 9 20. Eucalyptus deglupta Leda 1.000 – 2. 000 kc/g 0,5 - 8 – 9 21. Eucalyptus pellita Pelita 1.500 kc/g 0,32 - 8 – 9 22. Eucalyptus urophylla Ampupu 210 – 410 kc/g 0,6 – 0,7 - 8 – 9 23. Fragrea fragrans Tembesu 65 – 80 0,2 - 8 – 9 24. Gliricidia sepium Gamal 90 – 100 90 – 200 91 – 95 8 – 9 25. Gmelina arborea Jati putih 60 400 – 700 98 – 100 10 – 12 26. Khaya anthotheca Mahoni Uganda 90 – 100 260 – 500 95 – 98 8 – 10 27. Leucaena glauca Lamtoro 65 – 90 45 – 50 95 – 98 8 – 9 28. Leucaena leucocephala Lamtorogung 50 – 80 50 – 60 95 – 98 8 – 9
  • 54. 40 29. Manilkara kauki Sawo kecik 70 – 80 600 – 800 100 10 – 12 30. Melia azedarach Mindi 70 – 85 700 99 – 100 10 – 12 31. Paraserianthes falcataria Sengon 70 – 90 16 – 26 93 – 99 6 – 7 32. Pericopsis mooniana Kayu kuku 60 –70 140 – 230 95 – 98 8 – 9 33. Pinus merkusii Pinus/Tusam 70 – 80 16 – 20 93 – 98 8 – 10 34. Santalum album Cendana 40 – 60 140 – 230 95 – 98 8 – 10 35. Schleichera oleosa Kesambi 70 – 80 600 95 – 98 30 36. Senna siamea Johar 75 – 90 22 – 28 94 – 97 8 – 9 37. Sesbania grandiflora Turi 85 – 90 33 – 58 92 – 96 6 – 7 38. Swietenia macrophylla Mahoni 60 – 80 400 – 700 96 – 98 8 – 9 39. Tectona grandis Jati 40 – 60 400 99 – 100 10 – 12 40. Toona sureni Suren 50 – 80 2 – 16 96 – 98 8 – 9 41. Zanthoxyllum rhetsa Panggal buaya 10 – 30 45 – 60 96 – 98 8 – 10
  • 55. 41 Lampiran 10 Sertifikat mutu benih tanaman hutan Bagian Depan
  • 57. 43 Lampiran 11 Keterangan hasil pengujian mutu benih
  • 58. 44
  • 59. 45 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada Tanggal 9 November 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Imam Widasa dan Ida Farida. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Islam Nursalam Bekasi pada tahun 1999,kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDIT Al-fidaa bekasi lulus pada tahun 2005, lalu melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Tashfia Boarding School Bekasi lulus pada tahun 2008, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Tambun Selatan Bekasi, penulis aktif organisasi sebagai anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) pada tahun 2009/2010 dan lulus pada tahun 2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor di Program Keahlian Teknologi Industri Benih pada tahun yang sama melalui jalur undangan resmi (USMI), pada tahun 2012/2013 penulis aktif organisasi sebagai bendahara umum Kelompok Pemerhati Lingkungan (KPL) Angsana.