Tugas akhir ini membahas tentang sertifikasi benih Gmelina arborea di Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura. Gmelina memiliki banyak manfaat, antara lain untuk bahan baku pulp, particle board, furnitur, dan alat-alat rumah tangga. Benih bermutu diperlukan untuk memperoleh kayu Gmelina berkualitas. Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui mutu benih secara genetik, fisik,
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Puring (Codiaeum variegatum (Lam.) Blume.) atau disebut juga croton termasuk keluarga Euphorbiaceae. Selain dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tanaman puring juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Salah satu cara memperbanyak tanaman ini adalah dengan cara perbanyakan vegetatif, menggunakan teknik penyambungan atau enten (grafting).
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Puring (Codiaeum variegatum (Lam.) Blume.) atau disebut juga croton termasuk keluarga Euphorbiaceae. Selain dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tanaman puring juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Salah satu cara memperbanyak tanaman ini adalah dengan cara perbanyakan vegetatif, menggunakan teknik penyambungan atau enten (grafting).
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
Senyawa organik menyimpan energi dalam susunan atomnya. Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari simpanan kimiawi dapat digunakan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul kompleks disebut jalur katabolik. Suatu proses katabolik, fermentasi, merupakan perombakan parsial gula yang terjadi tanpa bantuan oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling umum dan paling efisien ialah respirasi seluler, di mana oksigen dikonsumsi sebagai reaktan bersama-sama dengan bahan bakar organik.
Dalam sel eukariotik, mitokondria mewadahi sebagian besar perlengkapan metabolik yang digunakan untuk respirasi seluler. Walau sangat berbeda mekanismenya, respirasi pada prisipnya serupa dengan pembakaran bensin dalam mesin mobil setelah oksigen dicampiur dengan bahan bakar (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi, dan buangannya adalah karbon dioksida dan air (Campbell dkk., 2002: 159).
Proses keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + ATP
glukosa oksigen karbon dioksida air energi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju respirasi, begitu pula dengan semakin tinggi suhu maka semakin cepat cepat laju respirasi.
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaanRingga Arie Suryadi
Kumpulan Contoh Program Kreativitas Mahasiswa
Dapatkan secara GRATIS berbagai Ebook dan Video Pengembangan Diri, Leadership dan Manajemen SDM.
CHAT Minat Ebook Yhi_Profesi_Nama Lengkap_Domisili
Kirim ke WhatsApp Tim Young HRD Indonesia - 085852316552
Salam Persahabatan dan Semoga Bermanfaat
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Laporan Fisiologi Tumbuhan VI Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Keca...UNESA
Senyawa organik menyimpan energi dalam susunan atomnya. Dengan bantuan enzim, sel secara sistematik merombak molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi produk limbah yang berenergi lebih rendah. Sebagian energi yang diambil dari simpanan kimiawi dapat digunakan untuk melakukan kerja; sisanya dilepas sebagai panas. Jalur metabolisme yang melepaskan energi simpanan dengan cara memecah molekul kompleks disebut jalur katabolik. Suatu proses katabolik, fermentasi, merupakan perombakan parsial gula yang terjadi tanpa bantuan oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling umum dan paling efisien ialah respirasi seluler, di mana oksigen dikonsumsi sebagai reaktan bersama-sama dengan bahan bakar organik.
Dalam sel eukariotik, mitokondria mewadahi sebagian besar perlengkapan metabolik yang digunakan untuk respirasi seluler. Walau sangat berbeda mekanismenya, respirasi pada prisipnya serupa dengan pembakaran bensin dalam mesin mobil setelah oksigen dicampiur dengan bahan bakar (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi, dan buangannya adalah karbon dioksida dan air (Campbell dkk., 2002: 159).
Proses keseluruhan dapat dirangkum sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + ATP
glukosa oksigen karbon dioksida air energi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin rendah suhu, maka semakin lambat laju respirasi, begitu pula dengan semakin tinggi suhu maka semakin cepat cepat laju respirasi.
Contoh makalah program kreativitas mahasiswa kewirausahaanRingga Arie Suryadi
Kumpulan Contoh Program Kreativitas Mahasiswa
Dapatkan secara GRATIS berbagai Ebook dan Video Pengembangan Diri, Leadership dan Manajemen SDM.
CHAT Minat Ebook Yhi_Profesi_Nama Lengkap_Domisili
Kirim ke WhatsApp Tim Young HRD Indonesia - 085852316552
Salam Persahabatan dan Semoga Bermanfaat
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
1. Ada 145 botol media steril yang dihasilkan dari praktikum pembutan media MS (Murashige & Skoog), yaitu media A sejumlah 47 botol, media B sejumlah 50 botol, dan media C sejumlah 48 botol, dan tidak ada yang mengalami kontaminasi.
2. Pada eksplan embrio Kacang Tanah (Arachis hypogaea) yang ditanam pada botol media MS (Murashige & Skoog) ada 3 eksplan dan semuanya mengalami kontaminasi bakteri yang dapat dilihat dari warna akar dan tunas kacang tanah yang berwarna jingga.
3. Faktor-faktor penyebab kontaminasi dalam kultur jaringan pada praktikum ini adalah:
- Organisme kecil yang masuk ke dalam media berupa bakteri
- Botol kultur atau alat-alat tanam yang kurang steril
- Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor
- Kecerobohan dalam pelaksanaan
Indonesia merupakan negara yang sangat potensial untuk pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit. Saat ini, kelapa sawit sudah secara luas ditanam di Pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua, dan pulau-pulau lainnya. Potensi lahan untuk penanaman baru kebun kelapa sawit masih cukup luas. Lahan-lahan tersebut terutama berada di Kalimantan dan Papua. Perkebunan kelapa sawit membawa dampak yang besar terhadap kemajuan perekonomian masyarakat Indonesia, terutama pada daerah perkebunan dan pengolahan hasil sawit. Oleh karena sumbangan yang besar dalam perekonomian Indonesia, ekspansi dan intensifikasi lahan sawit di Indonesia terus dilakukan hingga saat ini.
Bibit unggul kelapa sawit dan teknologi-teknologi pendukung diperlukan untuk mendukung ekspansi dan intensifikasi kebun kelapa sawit. Bibit unggul diperlukan dalam jumlah besar bisa diperoleh dari berbagai macam teknik. Teknik pemuliaan tanaman dapat menghasilkan bibit unggul dengan cara menyeleksi indukan kelapa sawit unggul dan pembuahan dilakukan pada bibit sawit unggul pula. Hal ini diharapkan bisa menghasilkan anakan kelapa sawit yang unggul seperti induknya. Cara perbanyakan kelapa sawit dengan perkawinan ini masih memiliki kelemahan, yaitu fenotip anak yang dihasilkan tidak bisa dijamin persis keunggulannya dan menghasilkan banyak variasi fenotip dalam tiap perkawinan. Hal ini karena pencampuran gen akan membuat banyak sekali variasi pada anakan dan variasi-variasi yang terjadi belum tentu merupakan sifat yang diinginkan.
Asian Agri melalui PT Tunggal Yunus Estate melakukan perbanyakan kelapa sawit unggul menggunakan teknik vegetatif, yaitu melalui kultur jaringan,
untuk mengatasi kelemahan reproduksi generatif kelapa sawit dalam penyediaan benih unggul. Indukan kelapa sawit dengan sifat-sifat yang luar biasa unggul diperbanyak dan ditanam kembali di lapangan untuk melihat hasilnya. Selain digunakan untuk perbanyakan kelapa sawit untuk ditanam di lahan produksi, PT
Tunggal Yunus Estate melalui COPPU juga melakukan perbanyakan pohon-pohon induk yang digunakan dalam produksi benih unggul. Beberapa pohon-pohon induk Dura dan Pisifera yang digunakan memiliki sifat-sifat yang sangat unggul tetapi jumlahnya terbatas. Untuk mengatasi hal ini, kultur jaringan merupakan salah satu solusinya.
File ini berbasis hasil laporan Praktik Kerja Lapangan untuk mendapatkan gelar A.Md jurusan Teknologi Industri Benih, Program Diploma, Institut Pertanian Bogor
makalah ini dibuat oleh saya sendiri khalifah adriani putri untuk memenuhi tugas mata kuliah PBHP (PENGETAHUAN BAHAN HASIL PERTANIAN) nahh agar lebih bermanfaat lagi untuk orang banyak saya menberkan tugas ini atau mempostingnya agar dapat dilihat dan menjadi bahan bacaan untuk teman-teman. sekiaann
Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr) merupakan salah satu buah eksotis tropika Indonesia yang sudah lama dikenal oleh masyarakat, selain buahnya berukuran besar, jeruk pamelo memiliki rasa segar dan daya simpan lama. Kesuksesan perbanyakan jeruk pamelo dengan teknik cangkok, dipengaruhi faktor perakaran dan ketersediaan hormon tanaman. Praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) Root-Up terhadap pertumbuhan akar cangkok pada jeruk pamelo (Citrus maxima Burm.).
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
Tugas akhir Ghina shadrina Sertifikasi benih kehutanan (Gmelina arborea)
1. SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea)
DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH)
JAWA DAN MADURA
GHINA SHADRINA
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2.
3.
4. ii
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan karya ilmiah ini adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir laporan ini.
Bogor, Juni 2014
Ghina Shadrina
J3G111037
5. ABSTRAK
GHINA SHADRINA. Sertifikasi Benih Tanaman Gmelina (Gmelina arborea) di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Tanjung Sari Sumedang. M. RAHMAD SUHARTANTO
Gmelina memiliki banyak manfaat, serat kayunya lebih halus sehingga mudah pengerjaannya sewaktu diolah menggunakan mesin atau sewaktu masuk kemesin pengolahan. Kayu gmelina bermutu baik diperoleh dari benih yang juga bermutu baik, benih bermutu saat ini masih sangat terbatas dari segi jenis maupun jumlahnya. Benih bermutu baik diperoleh dari sumber benih dan ditangani dengan prosedur yang benar. Sistem pengawasan atau pengendalian mutu juga diperlukan sehingga benih-benih yang diedarkan mendapatkan jaminan mutu melalui sistem sertifikasi benih. Tata cara sertifikasi benih Gmelina adalah pengajuan surat permohonan, pembentukan tim, pengambilan contoh, pengujian mutu fisik dan fisiologis, hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis, penerbitan sertifikat mutu benih dan pemasangan label.
Kata kunci : Kayu, mutu, sertifikasi
ABSTRACT
GHINA SHADRINA. Gmelina seed quality certification at Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) of Java and Madura, Sumedang. M.RAHMAD SUHARTANTO.
Gmelina has many benefits, fiber is softer so easier process when processed using machine to machine processing or during entry, Gmelina wood of good quality were also obtained from the seeds of good quality, seed quality is still very limited in terms of type and number. Good quality seed obtained from seed sources and handled with proper procedures. Supervision or quality control system is also required so that the seeds that get circulated through the quality assurance system of seed certification. The procedure of gmelina seed certification are the submision of proposal letter, team establishing, sampling, the physic and physiology quality testing , the results of physic and physiology quality testing, the publishing of seed quality certificate and label installation.
Keyword: wood, quality, certification
6. ii
RINGKASAN
GHINA SHADRINA. Sertifikasi Benih Gmelina (Gmelina arborea) di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura Tanjung Sari Sumedang. M.RAHMAD SUHARTANTO
Hutan Indonesia merupakan hutan tropis terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Rebuplik Kongo. Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung salah satunya yaitu untuk memenuhi kebutuhan manusia, sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung yaitu sebagai penyerap CO2 dan penghasil O2. Tanaman kehutanan yang cukup banyak memiliki manfaat yaitu tanaman gmelina
Gmelina arborea (family: Verbenaceae) adalah pohon penghasil kayu yang berharga; jenis ini tersebar secara alami di Asia Tenggara. Kayunya mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku pulp, particle board, dan lembaran vinir. Selain itu kayunya dapat dijadikan sebagai alat-alat rumah tangga, kerangka pintu, cocok untuk furniture, digunakan untuk membuat tiruan anggota badan manusia, instrument musik, jembatan, tangki air, perahu, kertas, dan gagang korek api. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman industri yang bersifat komersial (Herawan dan Ismail 2011). Benih yang bermutu diperlukan untuk mendapatkan kayu gmelina yang berkualitas. Benih yang bermutu harus melalui proses sertifikasi guna mengetahui dan menjamin mutu benih gmelina.
Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Beberapa permasalahan yang menyebabkan ketersediaan benih bermutu/berkualitas ini masih terbatas antara lain: (i) sumber benih untuk sebagian besar tanaman kehutanan masih sangat terbatas; (ii) kualitas sumber daya manusia dalam penanganan benih masih sangat terbatas (iii) para stake holder dibidang perbenihan baik pengumpul maupun pembeli/pengguna belum dapat menangani benih dan bibit dengan baik.
Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang meliputi mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Pemeriksaan mutu genetik dapat dilakukan melalui pemeriksaan sumber benih. Pemeriksaan laboratorium atas mutu fisik dan fisiologis dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan.
Tata cara sertifikasi benih adalah sebagai berikut: 1) Surat permohonan. 2) Pembentukan tim. 3) Pengambilan contoh benih. 4) Penolakan pengambilan contoh benih. 5) Pengujian mutu fisik dan fisiologis. 6) Hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis. 7) Penerbitan atau pengeluaran sertifikat mutu benih Surat keterangan mutu benih. 8) Pemasangan label. 9) Balai atau lembaga sertifikasi dapat membatalkan sertifikat mutu benih.
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih.Benih bermutu tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat) dan secara keseluruhan berpenampilan baik (Mugnisjah dan Setiawan, 2004). Mutu suatu calon benih akan diketahui setelah dilakukan pengujian benih di laboratorium yang mempunyai peran sangat penting dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat.
7. Tugas akhir ini merupakan hasil pengamatan penulis selama praktik kerja lapangan yaitu pada tanggal 10 Februari 2014 sampai dengan 12 April 2014 yang dilakukan di BPTH Jawa dan Madura Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat. Praktik Kerja Lapang ini bertujuan untuk mengetahui teknik sertifikasi mutu benih tanaman hutan khususnya benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa dan Madura Tanjungsari Sumedang.
Kegiatan sertifikasi mutu benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa Madura yaitu benih gmelina (Gmelina arborea) memiliki standar mutu layak edar. Kemurniannya yaitu 99.9% dengan standar 98%-100% dan kadar air benihnya yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 gram dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%. Berdasarkan Dirjen RLPS No. P. 01/V-PTH/2007, dapat dikatakan bahwa hasil pengujian benih gmelina memenuhi syarat layak edar dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian karena sumber benihnya tidak bersertifikat, apabila sumber benih telah disertifikasi, maka BPTH akan mengeluarkan sertifikat benih.
8. iv
SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea)
DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH)
JAWA DAN MADURA
GHINA SHADRINA
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada Program Diploma Keahlian Teknologi Industri Benih
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
9. Judul Tugas Akhir : Sertifikasi Benih Gmelina (Gmelina arborea)
di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura
Nama : Ghina Shadrina
NIM : J3G111037
Disetujui oleh
Dr Ir M.R.Suhartanto, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Bagus. P. Purwanto, MAgr Dr Ir Abdul Qadir, MSi
Direktur Koordinator Program Keahlian
Tanggal Lulus:
10.
11. vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Sertifikasi Benih Gmelina di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. M. Rahmat Suhartanto MSi, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, dan dukungan dalam penulisan Tugas Akhir, Orang Tua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan secara materil dan do’a, Seluruh Tim Dosen Program Keahlian Teknologi Industri Benih, Bapak Iip selaku pembimbing lapangan dan seluruh staff Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura, yang telah mengizinkan untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan, dan teman-teman TIB yang telah membantu dan memberi dukungan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat kedepannya .
Bogor, Juni 2014
Ghina Shadrina
13. ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 2 METODE PELAKSANAAN 3 2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3
2.2 Prosedur Pelaksanaan 3
2.3 Data dan Sumber Data 4
3 KEADAAN UMUM BPTH JAWA DAN MADURA 4
3.1 Sejarah 4
3.2 Kedudukan BPTH Jawa dan Madura di Departemen Kehutanan 5
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi 5
2.3.1 Tugas Pokok 5
2.3.2 Fungsi 5
3.4 Visi dan Misi 5
3.5 Susunan Organisasi 6
3.6 Wilayah Kerja BPTH Jawa dan Madura 7
3.7 Sarana dan Prasarana 7
3.8 Letak Geografis 7
3.9 Sejarah Terbentuknya Laboratorium Pengujian Benih 7
4 KEGIATAN SERTIFIKASI BENIH GMELINA (Gmelina arborea) 8
4.1 Sertifikasi Mutu Benih 8 4.2 Tata Cara Sertifikasi Benih 10
4.2.1 Pengajuan Surat Permohonan Sertifikasi 11
4.2.2 Pembentukan Tim Pengawas 11
4.2.3 Pengambilan Contoh Kirim 12
4.2.4 Pengujian Mutu Benih 12
4.2.6 Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis 19
4.2.7 Penerbitan Sertifikasi Mutu Benih 20
4.2.8 Pemasangan Label 20
4.2.9 Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat benih 20
5 KESIMPULAN DAN SARAN 21
5.2 Kesimpulan 21
5.2 Saran 21 DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23
14. x
DAFTAR TABEL
1 Data hasil uji kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 14
2 Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 15
3 Data hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 18
4 Jumlah benih segar tidak tumbuh dan benih mati pada pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura 18
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur Organisasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan 6
2 Lokasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura 7
3 Bentuk pohon, tandan bunga, bunga, buah, biji batu, dan penampang biji gmelina 9
4 Bunga Gmelina arborea dan buah yang belum masak 9
5 Buah Gmelina arborea yang sudah masak 10
6 Alur sertifikasi benih tanaman hutan 11
7 Kegiatan pengambilan contoh benih gmelina 12
8 Alur pengujian mutu benih tanaman hutan 13
9 Kegiatan uji kemurnian gmelina 15
10 Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 17
11 Kegiatan penaburan gmelina dengan media pasir 19
12 Kecambah gmelina menggunakan media pasir pada hari ke 22 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Surat permohonan sertifikasi mutu benih 24
2 Surat keterangan asal usul benih 25
3 Format keterangan contoh benih 26
4 Berita acara pengambilan contoh benih 27
5 Berat maksimum pengambilan contoh benih 28
6 Kartu Pengujian Benih 30
7 Perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan pengujian kadar air 32
8 Daftar jenis perlakuan pendahuluan sebelum pengujian daya berkecambah 35
9 Standar benih layak edar 38
10 Sertifikat mutu benih tanaman hutan 41
11 Keterangan hasil pengujian mutu benih 43
15. 1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan Indonesia merupakan hutan tropis yang terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Indonesia memiliki luas 1 860 359.67 km2 daratan, 5.8 juta km2 wilayah perairan dan 81 000 km garis pantai, Indonesia ditempatkan pada urutan kedua setelah Brazil dalam hal tingkat keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi Indonesia meliputi 10% spesies tanaman berbunga, 12% spesies mamalia, 16% spesies reptil dan amfibi, 17% spesies burung, serta 25% spesies ikan yang terdapat di dunia (Sumargo et al. 2011).
Meningkatnya laju kerusakan hutan dan luas lahan yang terdegradasi di Indonesia sudah sangat menghawatirkan. Secara umum, dari 105 juta Ha luas kawasan hutan di Indonesia, 57.7 juta Ha (55%) mengalami kerusakan.Tahun 1984, lahan terdegradasi mencapai 9.7 juta Ha, pada tahun 1994 meningkat menjadi 23.2 juta Ha dimana 15.1 juta Ha di luar kawasan hutan dan 8.1 juta Ha di dalam kawasan hutan (Syam 2007).
Hutan memiliki manfaat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung yaitu memenuhi kebutuhan manusia seperti sumber bahan makanan dan kayu tanaman hutan sebagai bahan baku untuk membuat alat rumah tangga, sedangkan manfaat hutan secara tidak langsung yaitu untuk penyerapan air saat hujan sehingga dapat mencegah terjadinya bencana banjir. Djajapertjunda dan Djamhuri (2013) mengatakan, manfaat hutan secara langsung dapat dinikmati oleh manusia adalah hutan berupa kayu yang sudah digunakan sejak manusia lahir. Hutan berperan sebagai salah satu sumber untuk mendapatkan bahan makanan seperti buah-buahan, hewan hasil pemburuan, pakaian dari kulit kayu, kayu sebagai bahan kayu perkakas, dan bahan pembuat kayu rumah. Manfaat hutan secara tidak langsung sebagai penyangga kehidupan, diantaranya (i) gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi flora dan fauna; (ii) Bank Lingkungan Regional dan Global yang tidak ternilai baik sebagai pengatur iklim, penyerap CO2, serta penghasil oksigen; (iii) fungsi hidrologi yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutan dan plasma nutfah yang dikandungnya; (iv) sumber bahan obat-obatan; (v) ekoturisme; dan (vi) Bank Genetik yang hampir tidak terbatas.
Mengingat peran dan fungsi hutan sangat dibutuhkan, maka perlu ditempuh upaya pengembalian fungsi hutan melalui pembangunan hutan tanaman baru dan kegiatan rehabilitasi hutan serta lahan. Faktor yang menentukan keberhasilan penanaman tersebut salah satunya adalah penyediaan benih dan bibit yang cukup, baik dari segi jumlah, jenis, maupun mutunya. Sertifikasi sumber benih, mutu benih, dan mutu bibit ini dilakukan oleh BPTH.
Berdasarkan SK. 20 /PTH-3/2012 tentang standar mutu fisik dan fisologis benih tanaman hutan, peranan benih bermutu sangat penting dalam hubungannya dengan keberhasilan pembangunan hutan dan rehabilitasi lahan. Sejalan dengan era memanfaatkan flora dan fauna untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia, tetapi juga terus mendorong meningkatnya produksi hasil hutan khususnya kayu agar dapat dimanfaatkan dalam skala industri, maka pengadaan
16. 2
benih bermutu sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Tanaman hutan yang cukup banyak memiliki banyak manfaat yaitu tanaman gmelina.
Gmelina merupakan tanaman eksotik, sebaran alaminya di Burma, India. Hutan tanaman di Indonesia antara lain terdapat di Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Sumber benih terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Tumbuh secara alami pada ketinggian 0-800 m dpl dengan curah hujan 1200-3000 mm/tahun. Jenis ini tumbuh pada tanah berlapisan dalam, subur dan berdrainase baik. Toleran terhadap tanah berlapisan dangkal, berpasir, tanah padat, tanah asam asalkan tidak pada tanah berdrainase buruk. Bunga dan buah tanaman gmelina terlihat sepanjang tahun, buah akan masak setelah 1.5 bulan sejak bunga muncul.
Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Gmelina memiliki banyak manfaat sebagai bahan bangunan ataupun perabotan rumah tangga, gmelina dapat menjadi bahan pembuatan meubel furniture, bagian tengah plywood, batang korek api, alas sepatu, papan, bubur kertas, papan partikel, bahan baku kayu lapis, papan triplek, peti pembungkus, pulp, dan konstruksi darurat yang ringan, namun tidak cocok untuk konstruksi yang bersifat permanen. Serat kayunya lebih halus sehingga mudah pengerjaannya sewaktu diolah menggunakan mesin atau sewaktu masuk kemesin pengolahan.
Kayu gmelina bermutu baik diperoleh dari benih yang juga bermutu baik, benih bermutu saat ini masih sangat terbatas dari segi jenis maupun jumlahnya. Benih bermutu baik diperoleh dari sumber benih dan ditangani dengan prosedur yang benar. Sistem pengawasan atau pengendalian mutu juga diperlukan sehingga benih-benih yang diedarkan mendapatkan jaminan mutu melalui sistem sertifikasi benih. Menurut BPTH Jawa dan Madura (2013), Beberapa permasalahan yang menyebabkan ketersediaan benih bermutu/berkualitas ini masih terbatas antara lain: (i) sumber benih untuk sebagian besar tanaman kehutanan masih sangat terbatas; (ii) kualitas sumber daya manusia dalam penanganan benih masih sangat terbatas (iii) para stake holder dibidang perbenihan baik pengumpul maupun pembeli/pengguna belum dapat menangani benih dan bibit dengan baik.
Sertifikasi benih bertujuan untuk mengetahui kualitas benih yang meliputi mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Pemeriksaan mutu genetik dapat dilakukan melalui pemeriksaan sumber benih. Pemeriksaan laboratorium atas mutu fisik dan fisiologis dilakukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah: 1. Menambah wawasan dalam bidang sertifikasi benih tanaman hutan khususnya benih gmelina. 2. Mempelajari langsung sertifikasi benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura. 3. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam sertifikasi benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura. 4. Memperoleh pengalaman di dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian khususnya benih.
17. 3
2 METODE PELAKSANAAN 2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini akan dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2014 sampai dengan 12 April 2014, Lokasi Praktik Kerja Lapangan bertempat di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura.
2.2 Prosedur Pelaksanaan
Metode pelaksanaan PKL dilakukan sebagai berikut :
1. Kuliah dan Pengenalan Keadaan Umum BPTH Jawa Madura
Kegiatan pengenalan Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Madura secara umum, bertujuan untuk mengetahui secara jelas tentang keadaan umum BPTH, mengetahui struktur organisasi, sejarah dan perkembangan BPTH Jawa Madura, visi dan misi, serta sistem organisasi BPTH.
2. Pengenalan Kondisi Lapang dan Laboratorium
Pengenalan kondisi lapangan dan Laboratorium dilaksanakan di Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa Madura. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenali dan memahami keadaan lapangan dan Laboratorium BPTH Jawa Madura.
3. Kegiatan Praktik Lapang dan Laboratorium Secara Umum
a. Pengujian Mutu Benih di Laboratorium
Kegiatan pengujian benih di laboratorium yang dilakukan antara lain pengujian rutin seperti pengujian daya berkecambah, pengujian kadar air, pengujian kemurnian benih dan penentuan bobot 1000 butir.
b. Sertifikasi Benih Tanaman Hutan
Pelaksanaan kegiatan sertifikasi benih dilakukan dengan mengambil contoh benih di UD. Tanjung Harapan Tanjungsari Sumedang Jawa Barat, serta kegiatan pengujian mutu benih yaitu dengan menguji mutu benih tanaman kehutanan di laboratorium.
Kegiatan sertifikasi benih yang dilakukan meliputi:
a. Surat permohonan
b. Pembentukan Tim
c. Pengambilan Contoh
d. Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis, yang meliputi:
Analisa Kemurnian
Penentuan Bobot 1000 Butir
Pengujian Kadar Air
Uji Daya Berkecambah
e. Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis
f. Penerbitan Sertifikat Benih dan atau Surat Keterangan Hasil Pengujian Benih
g. Pemasangan Label
Selain pelaksanaan kegiatan praktik pengambilan contoh untuk sertifikasi benih, kegiatan praktik pembibitan dilakukan di kebun persemaian permanen
18. 4
Cimanggis sebagai pengenalan secara umum tentang produksi bibit tanaman hutan dan praktik beberapa teknik perbanyakan tanaman hutan secara vegetatif.
c. Studi Pustaka
Kegiatan studi pustaka bertujuan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan untuk penyusunan laporan akhir kegiatan PKL dan membandingkan hasil kegiatan PKL dengan sumber atau referensi. Kegiatan ini dilakukan di perpustakaan dan media internet.
d. Diskusi dan Wawancara.
Kegiatan diskusi dan wawancara dilakukan melalui wawancara terhadap produsen benih dan pegawai BPTH Jawa Madura mengenai masalah-masalah yang ditemukan pada saat melakukan praktik.
e. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap hari pada akhir kegiatan.Selain itu melakukan diskusi dan evaluasi pada saat presentasi laporan akhir PKL oleh pihak BPTH Jawa Madura.
2.3 Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak BPTH Jawa dan Madura seperti kepala Balai dan staf BPTH. Data diperoleh dari pengamatan langsung penulis selama mengukuti kegiatan Prektek Kerja Lapangan (PKL). Data sekunder diperoleh dari literatur pada BPTH, Balai Teknologi Perbenihan (BTP), dan sumber data sekunder lainnya berupa skripsi, laporan praktik kerja lapangan, jurnal, dan internet.
3 KEADAAN UMUM BPTH JAWA DAN MADURA
3.1 Sejarah
Tahun 1976 Dirjen Kehutanan melaksanakan proyek reboisasi dan penghijauan, dengan luas areal 2 055 000 Ha dengan tanaman Pinus merkusii, sebagai langkah penyelamatan hutan, tanah dan air. Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar 1945, menyebutkan ”Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Pembentukan tiga unit pelaksanaan teknis produksi benih bertujuan untuk menunjang penyediaan benih yang salah satunya berkedudukan di Bandung, Jawa Barat.
Kegiatan penyediaan benih nasional tidak mungkin dalam bentuk proyek terus-menerus, tetapi perlu dikembangkan dalam institusi kehutanan, maka dibentuklah Balai Produksi dan Pengujian Benih Provinsi Jawa Barat melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 102/Kpts-II/1984. Tahun 1998 BPPB (Balai Produksi dan Pengujian Benih) diganti menjadi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Bandung, yang mulai difungsikan pada tanggal 11 Maret 1999 sejak pelantikan Kepala Balai BPPB Bandung.
Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 202/Kpts- II/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPTH
19. 5
Bandung untuk meningkatkan hasil kerja Balai Produksi dan Pengujian Benih dipandang perlu untuk menyempurnakan SK. Menteri Kehutanan No. 102/Kpts II/1984 maka dikeluarkan, selanjutnya BPTH Bandung berubah nama menjadi BPTH Jawa dan Madura sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 663/Kpts-II/2002 tanggal 7 maret 2002 tentang organisasi dan tata kerja Balai Perbenihan Tanaman Hutan.
3.2 Kedudukan BPTH Jawa dan Madura di Departemen Kehutanan
BPTH Jawa dan Madura adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial dibidang perbenihan dan pembibitan tanaman hutan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS).
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Keputusan Menteri No. 663/Kpts II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTH menjelaskan bahwa BPTH memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
2.3.1 Tugas Pokok
BPTH mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi, dan akreditasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih, pemantauan peredaran dan distribusi benih dan bibit tanaman hutan, penyajian informasi perbenihan dan pembibitan.
2.3.2 Fungsi
BPTH menyelenggarakan fungsi yaitu (a) Penyusunan rencana perbenihan dan pembibitan, (b) pengelolaaan SB dan pengujian benih, (c) pengembangan model perbenihan dan pembibitan, (d) pemantauan SB, peredaran, distribusi benih dan bibit serta pelaksanaan karantina benih dan bibit, (e) pengelolaan sistim informasi, (f) penyelenggaraan sistim informasi dan akreditasi terhadap lembaga sertifikasi benih dan bibit.
3.4 Visi dan Misi
Visi dari BPTH Jawa dan Madura (BPTH) adalah Optimasi Fasilitasi Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman dalam mendukung Pembangunan Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Misi yang dilakukan oleh BPTH yaitu (a) Memantapkan kebijakan bidang perbenihan tanaman hutan, (b) memperkuat kapasitas kelembagaan bidang perbenihan tanaman hutan, (c) mendorong pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan berbasis benih dan bibit berkualitas.
20. 6
3.5 Susunan Organisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 663/Kpts-II/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPTH memiliki susunan organisasi yang terdiri dari:
1. Kepala Balai
Kepala balai bertugas melaksanakan penyusunan rencana, sertifikasi dan akreditasi perbenihan dan pembibitan, pengelolaan sumber benih, pemantauan peredaran dan distribusi benih dan bibit tanaman
2. Sub Bagian Tata Usaha
Sub bagian tata usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga balai.
3. Seksi Sumber Benih
Seksi sumber benih mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, pengelolaan sumber benih, dan pengembangan model perbenihan dan pembibitan, serta penerapan teknologi tepat guna pengembangan sumber benih.
4. Seksi Peredaran Benih
Seksi peredaran benih mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan peredaran benih dan distribusi benih dan bibit tanaman hutan, karantina benih dan bibit tanaman hutan, pengembangan model kelembagaan pebenihan dan pembibitan, sertifikasi dan akreditasi lembaga sertifikasi benih dan bibit, dan pemantauan hama dan penyakit benih dan bibit tanaman hutan.
5. Seksi Informasi Benih
Seksi Informasi Benih bertugas melakukan penyiapan bahan pengelolaan sistem informasi perbenihan dan pembibitan tanaman hutan.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan fungsional sesuai dengan keahlian masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sumber : Dephut Dirjen RLPS, Kumpulan Peraturan Perundangan 2004
Gambar 1 Struktur Organisasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan
Kepala Balai
Seksi Sumber Benih
Seksi Informasi
Seksi Peredaran
Ka Sub Bag Tata Usaha
Kelompok Fungsional
Laboratorium Pengujian Benih
21. 7
3.6 Wilayah Kerja BPTH Jawa dan Madura
BPTH berdasarkan surat keputusan menteri kehutanan nomor 663/Kpts- II/2002 tanggal 7 maret 2002, berkedudukan di Bandung. Wilayah kerja BPTH Jawa dan Madura mencangkup seluruh wilayah Pulau Jawa dan Madura.
3.7 Sarana dan Prasarana
BPTH Jawa dan Madura berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 Sumedang Jawa Barat. BPTH Jawa dan Madura memiliki perangkat ruang kerja berupa ruang kepala balai, ruang sub bagian tata usaha, ruang seksi sumber benih, ruang seksi peredaran benih, ruang jabatan fungsional, ruang informasi, ruang rapat, laboratorium, rumah kaca, ruang penyimpaan benih (DCS/Dry Cold Storage), dapur, toilet, lapang parkir dan mushola.
3.8 Letak Geografis
BPTH Jawa dan Madura berlokasi di Jalan Raya Tanjungsari Km. 22 PO BOX 19 Tanjungsari Sumedang Jawa Barat. BPTH Jawa Madura berada diantara 06°52’30’’ sampai dengan 06°56’00’’ LU dan 108°52’00’’ BT sampai dengan 108°55’00’’BT. BPTH Jawa dan Madura juga terletak pada ketinggian 968 mdpl dengan luas 0.2 ha.
Gambar 2 Lokasi Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura
3.9 Sejarah Terbentuknya Laboratorium Pengujian Benih
Sejalan dengan pembentukan wadah perbenihan tanaman hutan tahun 1976 berupa Unit Produksi Benih (UPB) yang berkedudukan di Bandung, merupakan bagian dari proyek perbenihan yang dikelola oleh Direktorat Reboisasi (Ditsi), maka institusi yang memproduksi benih Pinus merkusii ini, selain dilengkapi dengan alat-alat produksi dan penyimpanan, juga dilengkapi dengan laboratorium pengujian benih sehingga benih yang didistribusikan oleh UPB hampir ke seluruh nusantara ini sudah dilengkapi dengan label mutu benih.
22. 8
Tahun 1984 keluar SK Menteri Kehutanan mengenai pembentukan Balai Produksi dan Pengujian Benih (BP2B) untuk tiap propinsi di Indonesia dan terealisasihanya BP2B Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. BP2B ini pada kenyataannya tidak memproduksi benih, tetapi tetap melaksanakan pengujian benih dalam rangka pengawasan dan pengendalian mutu benih yang beredar.
Tahun 1998 BP2B berganti nama menjadi Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) dengan wilayah kerja yang lebih luas, sebagai contoh BP2B Jawa Barat menjadi BPTH Bandung dengan wilayah kerja meliputi pulau Jawa dan Madura, dengan fasilitas pengujian yang lebih lengkap karena adanya bantuan dari pemerintah Denmark melalui Indonesia Forest seed Project (IFSP).
Tahun 2002 BPTH Bandung berganti nama lagi disesuaikan dengan wilayah kerjanya menjadi BPTH Jawa dan Madura. Kegiatan pengujian mutu benih terus berjalan dari tahun ke tahun tidak terpengaruh oleh nama instansi yang berubah-ubah dan sarana prasarana pengujian terus dilengkapi serta kemampuan personil terus ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan baik di dalam maupun luar negeri.
4 KEGIATAN SERTIFIKASI BENIH GMELINA
(Gmelina arborea)
4.1 Sertifikasi Mutu Benih
Gmelina arborea (family: Verbenaceae) adalah pohon penghasil kayu yang berharga; jenis ini tersebar secara alami di Asia Tenggara. Kayunya mempunyai prospek yang baik untuk bahan baku pulp, particle board, dan lembaran vinir. Selain itu kayunya dapat dijadikan sebagai alat-alat rumah tangga, kerangka pintu, cocok untuk furniture, digunakan untuk membuat tiruan anggota badan manusia, instrument musik, jembatan, tangki air, perahu, kertas, dan gagang korek api. Sehingga cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman industri yang bersifat komersial (Herawan dan Ismail 2011). Benih yang bermutu diperlukan untuk mendapatkan kayu gmelina yang berkualitas. Benih yang bermutu harus melalui proses sertifikasi guna mengetahui dan menjamin mutu benih gmelina.
Menurut Direktorat perbenihan tanaman hutan (2002), pohon gmelina dapat mencapai 30-40 m, batang silindris, diameter rata-rata 50-140 cm. kulit halus atau bersisik, warna coklat muda sampai abu-abu. Ranting halus licin atau berbulu halus. Buah kuning terang, mengelompok dalam tandan besar (30-350 bunga per tandan). Daun bersilang, bergerigi atau bercuping, berbentuk jantung, ukuran 10-25 cm x 5-18 cm. Bunga sempurna, panjang mencapai 25 mm, berbentk tabung dengan 5 helai mahkota. Bunga mekar pada malam hari dan penyerbukan dilakukan oleh lebah. Gambar 3.1 merupakan bentuk pohon gmelina, Gambar 3.2 merupakan tandan bunga, Gambar 3.3 merupakan bunga gmelina, Gambar 3.4 adalah buah gmelina, 3.5 adalah biji batu gmelina, dan Gambar 3.6 merupakan penampang biji gmelina (a. benih, b. ruang kosong, c.
23. 9
endocarp, d. celah biji). Bunga dan buah yang belum masak dapat dilihat pada Gambar 4 dan buah gmelina yang sudah masak dapat dilihat pada Gambar 5.
Sumber: Direktorat perbenihan tanaman hutan, 2002
Gambar 3 Bentuk pohon, tandan bunga, bunga, buah, biji batu, dan penampang biji gmelina
Sumber: Lithosolv, 2012
Gambar 4 Bunga Gmelina arborea dan buah yang belum masak
24. 10
Buah gmelina memiliki struktur berdaging, panjangnya 25-35 mm, kulit mengkilat, mesokarp lunak, dan agak manis. Biji gmelina memiliki kulit yang keras seperti batu, panjangnya 16-25 mm, permukaan licin, satu ujung bulat, ujung lainnya runcing. Terdiri dari 4 ruang, jarang dijumpai 5 ruang. Sedikitnya satu ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari dua biji batu. Ukuran benih meningkat menurut ukuran biji, yaitu panjang 6-9 mm.
Sumber: Restorasi Habitat Orang Utan Indonesia, 2013
Gambar 5 Buah Gmelina arborea yang sudah masak
Menurut Sudrajat dan Nurhasybi (2007), untuk menjamin mutu benih yang diedarkan, sistem sertifikasi benih harus diterapkan. Standar pengujian mutu fisik dan fisiologis sangat penting untuk ditetapkan dengan seksama karena beberapa alasan pada sertifikasi benih tanaman hutan. Pertama, metode pengujian yang baku diharapkan akan memastikan hasil yang seragam apabila pengujian suatu lot benih akan dikerjakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kedua, keakuratan data pengujian mutu benih diperlukan dalam perencanaan pembangunan hutan tanaman, khususnya dalam pengadaan bahan tanaman untuk program penanaman, pemuliaan pohon, dan konservasi sumberdaya genetik. Ketiga, sebagai acuan dalam penerapan aspek legalitas perbenihan. Standar pengujian mutu benih ini harus terus diperbaiki dan dilengkapi mengingat hasil-hasil penelitan menggunakan kelompok benih yang berbeda. Selain itu, standar mutu benih yang layak edar juga perlu ditetapkan yang sangat berguna untuk perencanaan pengadaan bibit di persemaian dan perlindungan terhadap pengguna benih.
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Benih bermutu tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat) dan secara keseluruhan berpenampilan baik (Mugnisjah dan Setiawan 2004). Mutu suatu calon benih akan diketahui setelah dilakukan pengujian benih di laboratorium yang mempunyai peran sangat penting dalam menyajikan data hasil pengujian yang tepat dan akurat.
4.2 Tata Cara Sertifikasi Benih
Prosedur sertifikasi tanaman kehutanan tidak sama dengan sertifikasi tanaman pangan dan hortikultura, apabila tanaman pangan dan hortikultura dimulai dari permohonan sertifikasi dan diawali dengan pemeriksaan pedahuluan yang dilakukan sebelum dilakukan pertanaman, lalu pemeriksaan lapang vegetatif,
25. 11
kemudian pemeriksaan lapang generatif, pemeriksaan menjelang panen, pemeriksaan alat pengolahan benih, dan pengawasan pemasangan label.
Sertifikasi tanaman kehutanan dibagi menjadi 3 bagian yaitu sertifikasi sumber benih yang dilakukan dengan mengklasifikasi tegakan atau pohon induk benih, lalu sertifikasi bibit dan sertifikasi benih, adapun Tata cara sertifikasi benih berdasarkan SK Dirjen RLPS No. P. 04/V-PTH/2007 adalah sebagai berikut:
Gambar 6 Alur sertifikasi benih tanaman hutan
4.2.1 Pengajuan Surat Permohonan Sertifikasi
Surat permohonan sertifikasi benih dapat diajukan kepada BPTH oleh perorangan, koperasi, BUMN, BUMD, BUMS, dinas/intansi pemerintah dan lembaga perbenihan lainnya kepada BPTH atau lembaga sertifikasi. Pengajuan surat permohonan dapat dilakukan satu minggu setelah kegiatan pengunduhan. Surat permohonan sertifikasi benih dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2.2 Pembentukan Tim Pengawas
Setelah surat permohonan sertifikasi diterima, BPTH membentuk tim sebanyak dua orang untuk melaksanakan pengambilan contoh benih dan memeriksa keterangan asal usul benih. Surat keterangan asal-usul benih dapat dilihat pada Lampiran 2.
Sertifikat mutu benih
Surat keterangan hasil pengujian
Pemilik benih
Permohonan sertifikasi
BPTH/ lembaga sertifikasi
Label benih
1. Keterangan asal- usul benih
2. Keterangan contoh benih
3. BA pengambilan contoh benih
Pemeriksaan dokumen dan pengambilan contoh benih
1. Kemurnian
2. Bobot 1000 butir
3. Kadar air
4. Daya kecambah
Pengujian mutu fisik-fisiologis
1
2
3
6
7
4
5a
5b
26. 12
4.2.3 Pengambilan Contoh Kirim Pengambilan contoh benih adalah mengambil benih dari beberapa bagian dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi satu. Penarikan contoh dilakukan dengan mengambil benih dari berbagai sudut pada wadah terpilih dalam jumlah yang sama dengan menggunakan tangan seperti pada Gambar 7. Benih yang terambil dari setiap pengambilan contoh disebut contoh primer sedangkan gabungan contoh-contoh primer disebut contoh komposit. Contoh benih yang diambil secara acak dari contoh komposit ini dapat digunakan sebagai contoh kirimanm dari contoh kiriman ini kemudian diambil contoh kerja secara acak. Berat minimal contoh kirim untuk benih gmelina yaitu 3500 g dan berat minimal contoh kerja benih gmelina 1 750 g. Pengambilan contoh dilakukan dengan tangan yaitu tangan dimasukkan dengan telapak tangan terbuka dan pada saat dikeluarkan jari tangan hendaknya menggenggam benih secara rapat sehingga tidak satu pun benih yang terlepas ketika tangan dikeluarkan dari dalam wadah. Pengambilan contoh benih harus dilengkapi berita acara seperti yang tercantum pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Standar pengambilan contoh benih tanaman hutan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Gambar 7 Kegiatan pengambilan contoh benih gmelina
4.2.4 Pengujian Mutu Benih Pengujian benih adalah analisa mutu fisik dan fisiologis lot benih. Pengujian benih meliputi beberapa tolok ukur seperti berat benih, kemurnian, perkecambahan, dan kadar air. Pengujian benih dapat dilakukan pada tahapan yang berbeda dari penanganan benih, pemrosesan benih dan penyimpanan benih. Tolok ukur baku seperti berat benih, kemurnian, dan perkecambahan sangatlah penting dalam perhitungan kebutuhan benih (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan 2002).
Tujuan pengujian laboratorium adalah untuk mengetahui mutu fisik dan fisiologis kelompok calon benih dilakukan uji laboratorium. Uji laboratorium harus mewakili kelompok calon benih yang telah lulus pada tahap sertifikasi sebelumnya, jelas pembentukan kelompoknya dan seragam mutunya (Homogen). Pengujian laboratorium hanya dapat dilakukan setelah pengolahan calon benih.
27. 13
Pedoman pengujian contoh benih di laboratorium mengacu pada peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI)7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan.
Pengujian laboratorium mutu fisik bertujuan untuk mengetahui kondisi penampilan fisik benih seperti kadar air, warna, kesegaran, kebersihan, ukuran/ berat dan keseragaman benih. Pengujian mutu fisiologis bertujuan untuk mengetahui daya hidup (viabilitas), daya kecambah, daya tumbuh, kekuatan tumbuh/daya simpan (vigor), dan kesehatan benih. Hasil dari pengujian laboratorium didokumentasikan dikartu pengujian seperti yang tercantum pada Lampiran 6.
Gambar 8 Alur pengujian mutu benih tanaman hutan
4.2.4.1 Pengujian Kemurnian Benih Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi- materi non benih, atau benih tanaman lain yang tidak diharapkan, kemurnian benih dinyatakan dalam persen (%). Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Analisis kemurnian dilakukan untuk menentukan presentase berat komposisi suatu contoh benih dan mengidentifikasi benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang terdapat dalam contoh benih. Berat contoh kerja awal benih gmelina 1 783.96 g, berat contoh kerja dipisahkan menjadi 3 bagian yaitu benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih.
Laboratorium BPTH/ Lembaga Sertifikasi
Dokumentasi penerimaan benih
Penyiapan contoh kerja
Penentuan kadar air
Analisis Kemurnian
Penentuan bobot 1000 butir
Uji daya kecambah
Dokumentasi Pengujian Benih
Penerbitan sertifikasi mutu benih atau surat keterangan hasil pengujian
28. 14
Rumus penghitungan persentase benih murni (BM), benih tanaman lain (BTL), dan kotoran benih (KB) adalah sebagai berikut:
% BM = BM x 100%
(BM + BTL + KB)
% BTL = BTL x 100%
(BM + BTL + KB)
%KB = KB x 100%
(BM + BTL + KB)
Hasil pengujian kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data hasil uji kemurnian benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura
Berat Contoh Kerja (g)
1 783.96
(g)
(%)
Benih murni
1 783.81
99.9
Kotoran benih
0.14
0.008
Benih tanaman lain
0
0
Jumlah
1 783.95
99.9
Perubahan berat = x 100%
= x 100%= 0.0003%
Hasil pengujian kemurnian benih gmelina (Gmelina arborea), presentase benih murni 99.9%, benih tanaman lain 0%, kotoran benih 0.008%, dan perubahan berat 0.0003%. Standar kemurnian benih gmelina berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu 98% sampai 100%, jika presentase benih murni dibawah 98% maka harus dilakukan pengujian ulang. Presentase perubahan berat yang ditoleransi yaitu 5%, jika presentase perubahan berat diatas 5% maka harus dilakukan pengujian ulang.
29. 15
Gambar 9 Kegiatan uji kemurnian gmelina
4.2.4.2 Penentuan Bobot 1000 butir
Penentuan bobot bertujuan untuk menentukan bobot 1000 butir contoh benih.Berat 1000 butir benih ditimbang dari benih murni. Penentuan bobot 1000 butir dilakukan sebanyak 8 ulangan, masing-masing ulangan terdapat 100 butir benih dan ditimbang dalam gram. Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data penentuan bobot 1000 butir benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura
Ulangan
Berat (X) @100 butir
X2
1
51.47 g
2 649.16
2
53.32 g
2 843.02
3
51.87 g
2 690.49
4
50.65 g
2 565.42
5
52.74 g
2781.51
6
52.87 g
2 795.24
7
54.64 g
2 985.53
8
53.98 g
2 913.84
Jumlah
421.54
22 224.22
Rata-rata
52.69
2 778.027
Keragaman (S2) =
=
=
=
= 1.75
Keragaman baku (S) =
=
= 1.323
30. 16
CV = x 100%
= x 100%
= 2.51%
Bobot 1000 butir = 10 x (X)
= 10 x 52.69
= 526.9 gram
1 kg benih = x 1000
= x 1000
= 1 897.9
= 1 898 butir benih
Perhitungan dilakukan terhadap contoh kerja secara acak terhadap 100 butir benih dengan ulangan 8 kali. Koefisien variasi dari perhitungan tersebut tidak boleh lebih dari 4.0%. Apabila koefisien variasi lebih dari nilai tersebut, maka nilai ulangan yang terendah dan tertinggi di buang, kemudian ditimbang kembali, jika koefisien variasinya masih diatas 4.0%, maka dilakukan pengujian ulang sebanyak 16 kali ulangan. Berdasarkan hasil pengujian bobot 1000 butir, didapatkan koefisien variasi 2.51% dan bobot 1000 butir benih gmelina yaitu 526.9 g dengan standar 400-700 g, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian ulang.
4.2.4.3 Pengujian Kadar Air
Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi keadaan disekitarnya. Kadar air yang selau berubah-ubah sesuai dengan laju deteriorasi benih yang pada akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas benih.
Kadar air merupakan hasil perhitungan dari hilangnya berat (kandungan air) ketika benih dikeringkan sesuai ketentuan yang ditetapkan. Kadar air dinyatakan dalam persen berat dari berat contoh sebelum pengeringan (berat basah). Metoda yang ditetapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin. Kadar air ditentukan dua ulangan yang berat setiap contoh tergantung diameter wadah yang digunakan yaitu (a) diameter kurang 8 cm, berat contoh 4 hingga 5 gram, dan (b) diameter lebih 8 cm, berat contoh 10 gram (Sudrajat dan Nurhasybi 2007).
Tujuan pengujian kadar air adalah untuk mengetahui kadar air benih dengan menggunakan metode yang sesuai bagi ketentuan pengujian sedangkan pengujian kadar air itu sendiri adalah berat air yang hilang karena proses pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih.
Terdapat 3 metode pengujian kadar air yaitu dengan menggunakan Metode oven dengan suhu rendah konstan (103 ± 2)0C , Metode oven dengan suhu tinggi konstan (130-133)0C dan dengan menggunakan Moisture Tester, sebelum dilakukan pengujian kadar air benih gmelina, sebaiknya benih ditumbuk terlebih dahulu agar mempermudah proses hilangnya kadar air dari benih. Perlakuan awal benih tanaman hutan sebelum dilakukan pengujian kadar air dapat dilihat pada Lampiran 7.
31. 17
Pengujian kadar air benih pada kegiatan praktik kerja lapangan di BPTH Jawa Madura menggunakan Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 yang dapat dilihat pada Gambar 10, Hasil pengujian kadar air benih gmelina telah sesuai dengan standar mutu benih tanaman hutan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu standar kadar air benih gmelina ≤13%, ulangan 1 pengujian kadar air menggunakan Moisture Tester Mettle Toledo HR 68 yaitu 12.82% selama 33 menit 50 detik, dan ulangan 2 yaitu 12.70% selama 34 menit 10 detik.
Gambar 10 Moisture Tester Mettle Toledo HR 68
4.2.4.4 Pengujian Daya Berkecambah
Uji perkecambahan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi perkiraan daya tumbuh benih di lapangan dan menyediakan nilai relatif suatu lot terhadap lot benih lainnya. Pengujian perkecambahan diprioritaskan dilakukan di laboratorium, karena kondisi laboratorium, misalnya suhu, kelembaban, dan cahaya dapat dilakukan sehingga hasil yang sama akan diperoleh apabila uji ulang akan dilaksanakan. Hasil pengujian dinyatakan dalam persen (jumlah kecambah normal dibandingkan dengan abnormal dan mati).
Pada prinsipnya, uji perkecambahan dilakukan terhadap benih murni hasil uji kemurnian, kecuali benih ukuran kecil (seperti Eucaliptus). Benih berukuran kecil diuji berdasarkan berat. Uji perkecambahan dilaksanakan di bawah kondisi yang baik untuk perkecambahan. Pada akhir masa pengujian, benih dan kecambah diperiksa dan dihitung. Penghitungan dilakukan dengan melihat kecambah normal, kecambah abnormal dan benih yang tidak berkecambah. Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki struktur kecambah penting yang berkembang baik. Panjang kecambah harus paling tidak dua kali panjang benihnya. Kecambah harus dalam keadaan sehat. Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal:
a. Kecambah rusak yaitu kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat.
b. Kecambah cacat atau tidak seimbang yaitu kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional.
c. Kecambah busuk yaitu kecambah berpenyakit parah. Pertumbuhan kecambah normal tidak mungkin dicapai oleh kecambah ini.
32. 18
Sedangkan benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:
a. Benih segar tidak tumbuh yaitu benih keras yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal.
b. Benih mati yaitu benih yang sampai akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar dan tidak berkecambah.
Pengamatan pengujian daya berkecambah benih gmelina dilakukan pada hari ke 16 dan hari ke 22. Hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Data hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura
Tanggal
Hari ke
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 4
N
Abn
N
Abn
N
Abn
N
Abn
4-04-14
16
56
0
52
0
41
0
39
0
10-04-14
22
13
0
20
0
22
0
23
0
Σ perulangan
69
0
72
0
63
0
62
0
% perulangan
69
72
63
62
Rata-rata DB
67 %
Keterangan:
N : Kecambah normal
Abn : Kecambah abnormal
Presentase daya kecambah benih gmelina telah sesuai dengan standar mutu benih tanaman hutan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan yaitu daya kecambah 65%, rata-rata hasil pengujian daya kecambah benih gmelina yaitu 67%, sehingga tidak perlu pengujian ulang. Jumlah Benih segar tidak tumbuh dan benih mati dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah benih segar tidak tumbuh dan benih mati pada pengujian daya berkecambah benih gmelina di BPTH Jawa dan Madura
kategori
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 4
Rata-rata
BSTT
28
27
35
30
30
BM
3
1
2
8
4
Keterangan:
BSTT : Benih segar tidak tumbuh
BM : Benih mati
Berdasarkan hasil pengujian daya berkecambah benih gmelina, terdapat cukup banyak benih segar tidak tumbuh yaitu dengan rata-rata 30 butir benih, hal tersebut dikarenakan benih gmelina memiliki kulit yang keras sehingga diperlukan perlakuan pematahan dormansi dengan perendaman air suhu normal (27-280C) lebih lama, hal tersebut juga dapat disebabkan oleh ketidakseragamannya waktu panen.
33. 19
Gambar 11 Kegiatan penaburan gmelina dengan media pasir
Kegiatan penaburan gmelina dilakukan di rumah kaca sebanyak 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 100 butir benih gmelina, sebelum kegiatan penaburan, benih gmelina diberi perlakuan awal berupa perendaman dengan air suhu normal (27-280C) selama 24-48 jam. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah pematahan dormansi terhadap kulit benih gmelina yang keras. Perlakuan awal benih tanaman hutan sebelum dilakukan pengujian daya berkecambah dapat dilihat pada Lampiran 8.
Gambar 12 Kecambah gmelina menggunakan media pasir pada hari ke 22
4.2.6 Hasil Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis
Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis benih, BPTH atau lembaga sertifikasi akan mengeluarkan surat keterangan lulus hasil pengujian karena sumber benih dari benih gmelina ini tidak bersertifikat. Surat keterangan lulus hasil pengujian ini berlaku untuk 1 lot benih.
Setelah hasil pengujian didapat, kemudian hasil dari pengujian diberikan ke bagian peredaran benih yang telah ditulis di dalam kertas hasil pengujian, untuk selanjutnya dianalisis hasil dari pengujian tersebut. Hasil analisa tersebut benih dapat dikelompokan ke dalam standar mutu benih layak edar atau benih tidak layak edar, apabila memenuhi standar layak edar maka benih akan disertifikasi dan dikeluarkan sertifikat atau surat keterangan saja. Standar benih layak edar dapat diketahui berdasarkan tabel standar benih layak edar tertera pada lampiran 9.
34. 20
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa benih gmelina memiliki standar mutu layak edar. Kemurniannya telah memenuhi syarat yaitu 99.9% dengan standar 98%-100% dan kadar air benihnya pun memenuhi syarat yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 g dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%.
4.2.7 Penerbitan Sertifikasi Mutu Benih
Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis benih gmelina, apabila hasil pengujian memenuhi syarat dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan, BPTH akan menerbitkan sertifikat mutu benih seperti yang tertera pada Lampiran 10 apabila sumber benihnya bersertifikat, dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian seperti yang tertera pada Lampiran 11 apabila sumber benihnya tidak bersertifikat.
4.2.8 Pemasangan Label
Benih yang lulus dalam pengujian mutu fisik dan fisiologis, setelah sertifikat benih atau surat keterangan hasil pengujian dikeluarkan oleh Balai atau Lembaga Sertifikasi, pemohon dapat membuat atau memasang label. Label yang tertulis pada kemasan benih adalah identitas yang memberikan informasi mengenai mutu dari benih yang diproduksi. Data yang tercantum merupakan identitas dari benih, sehingga sangat bermanfaat untuk pihak konsumen pada saat akan membeli atau menggunakan benih tersebut. Kualitas fisik, fisiologis, dan genetik dapat diketahui dengan melihat label yang tetera pada benih. Jumlah label yang dikeluarkan harus mendapat pengesahan dari pihak BPTH dan pemilik benih berkewajiban untuk memberikan informasi tentang label yang telah dipasang kepada pihak BPTH, untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan dari label yang dipasang disetiap kemasan benih. Label yang telah dicetak dipasang pada setiap lot benih yang diujikan. Label benih harus memuat data-data sebagai berikut: 1) Nomor Lot, 2) Berat bersih, 3) Tanggal Uji, 4) Kemurnian, 5) Daya berkecambah, 6) Berat 1000 butir, 7) Jumlah benih 1000 butir, 8) Masa berlaku pengujian, 9) Disertifikasi oleh, 10) Nomer sertifikat. (BPTH Jawa dan Madura, 2006).
4.2.9 Balai atau Lembaga Sertifikasi dapat membatalkan sertifikat benih
Balai atau lembaga sertifikasi benih memiliki kewenangan dalam menerbitkan dan membatalkan sertifikat benih, apabila sertifikat benih telah diterbitkan oleh balai atau lembaga yang bersangkutan, lalu terjadi kesalahan atau terbukti bahwa label benih yang dipasang tidak sesuai dengan sertifikat benih.
35. 21
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Kesimpulan
Tata cara sertifikasi benih adalah sebagai berikut : 1) Surat permohonan. 2) Pembentukan tim. 3) Pengambilan contoh benih. 4) Penolakan pengambilan contoh benih. 5) Pengujian mutu fisik dan fisiologis. 6) Hasil pengujian mutu fisik dan fisiologis. 7) Penerbitan atau pengeluaran sertifikat mutu benih Surat keterangan mutu benih. 8) Pemasangan label. 9) Balai atau lembaga sertifikasi dapat membatalkan sertifikat mutu benih.
Kegiatan sertifikasi mutu benih gmelina (Gmelina arborea) di BPTH Jawa Madura yaitu benih gmelina (Gmelina arborea) memiliki standar mutu layak edar berdasarkan SNI 7627:2011 tentang mutu benih tanaman hutan. Kemurniannya yaitu 99.9% dengan standar 98-100% dan kadar air benihnya yaitu 12.82% pada ulangan 1 dan 12.70% pada ulangan 2 dengan standar ≤13%, penentuan bobot 1000 butir benih gmelina 526.9 g dengan standar rata-rata yaitu 400-700 g dan daya berkecambah 67% dengan standar 65%. Berdasarkan Dirjen RLPS No. P. 01/V-PTH/2007, dapat dikatakan bahwa hasil pengujian benih gmelina memenuhi syarat layak edar dan akan mengeluarkan surat keterangan hasil lulus pengujian karena sumber benihnya tidak bersertifikat, apabila sumber benih telah disertifikasi, maka BPTH akan mengeluarkan sertifikat benih.
5.2 Saran
1. Sebaiknya benih ditumbuk terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian kadar air untuk mempermudah proses penghilangan kadar air dalam benih.
2. Benih gmelina harus diberi perlakuan awal sebelum pengujian daya kecambah yaitu perendaman dengan air dingin selama 24-48 jam untuk pematahan dormansi benih gmelina yang memiliki kulit keras.
3. Perlu perawatan sarana dan prasana, terutama untuk laboratorium pengujian mutu fisikdan fisiologis benih sehingga hasil pengujian yang didapatkan maksimal dan lebih akurat.
36. 22
DAFTAR PUSTAKA
Balai Perbenihan Tanaman Hutan. 2013. Manual Produksi Bibit Berkualitas Gmelina (Gmelina arborea Roxb). Sumedang (ID): Kementrian Kehutanan.
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Informasi Singkat Benih No. 16, Januari 2002 Gmelina arborea. Bandung (ID): Indonesia Forest Seed Project.
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Petunjuk Teknis pengujian Mutu Fisik-Fisiologi Benih. Jakarta.
Djajapertjunda S, Djamhuri E. 2013. Hutan dan Kehutanan Indonesia dari Masa ke Masa. Bogor (ID): IPB Press.
Herawan T dan Ismail B. 2011. Pengaruh Jenis Eksplan Dan Umur Kultur Pada Kultur Jaringan Gmelina arborea.Warna Benih Vol. 12 No. 1.
Lithosolv, 2012. Kaans (Gmelina arborea). PLUS [Internet]. [diunduh 2014 Juni 26]; https://plus.google.com/106703490111409046426/posts.
Mugnisjah W.Q. dan Setiawan A. 2006. Produksi benih. Bumi Aksara. Jakarta.
Restorasi Habitat Orang Utan Indonesia, 2013. Titik Pelepasliaran, Tempat Dimulainya Kehidupan Baru. [Internet] [diunduh 2014 juni 26]; http://theforestforever.com/ID/release-point-where-the-new-life-begins/
Sudrajat DJ dan Nurhasybi. 2007. Produksi dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Hutan. Prosiding seminar “Teknologi Perbenihan Untuk Peningkatan Produktifitas Hutan Tanaman Rakyat di Sumatra Barat”. Sumargo W, Nanggara SG, Nainggolan FA, Apriani I. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009. FWI [Internet]. [diunduh 2014 Maret 03]; fwi.or.id/wp-content/uploads/2013/02/PHKI_2000- 2009_FWI_low-res.pdf. Syam S. 2007. Strategi Pengembangan Kelembagaan Perbenihan Tanaman Hutan Di Indonesia: Kendala Dan Tantangan. Produksi dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Hutan. Prosiding seminar “Teknologi Perbenihan Untuk Peningkatan Produktifitas Hutan Tanaman Rakyat di Sumatra Barat”.
38. 24
Lampiran 1 Surat permohonan sertifikasi mutu benih
CONTOH SURAT PERMOHONAN SERTIFIKASI MUTU BENIH
KOP SURAT PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR BENIH *)
Nomor :
Blanko :
Hal : Permohonan Sertifikasi Mutu Benih.
Kepada Yth
Kepala Dinas Provinsi/
Kabupaten/Kota/Balai *)
Di
.........................................
Dengan hormat,
Dengan ini kami:
Nama : ………………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………………
Provinsi / Kabupaten/ Kecamatan / Desa
Nomor Telepon / Faximile / Email : ……………………................................
Bermaksud untuk mensertifikatkan mutu Genetik/Fisik Benih Tanaman Hutan :
Nama Spesies : …………………………………………… (lokal dan latin)
Jumlah Lot Benih : ……………….. gr/kg *)
Lokasi : …………………………………………………………………………………
(Provinsi/Kabupaten/Kecamatan/Desa)
Bersama ini kami lampirkan surat keterangan asal-usul benih.
Demikian permohonan kami. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.
………………………………….
( Ttd )
Pemohon
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
39. 25
SURAT KETERANGAN
ASAL USUL BENIH
1. Nama Species (lokal dan latin) :
2. Nomor Sumber Benih :
3. Lokasi Sumber Benih :
4. Kelas Sumber Benih :
5. Tinggi Tempat Sumber Benih :
6. Posisi Geografi Sumber Benih :
7. Volume/Berat Benih : gr/kg *)
………………….,
………………………………
Pemilik Sumber
Benih,
…………………………….
Lampiran 2 Surat keterangan asal usul benih
40. 26
Lampiran 3 Format keterangan contoh benih
FORMAT KETERANGAN CONTOH BENIH
Nomor Uji
(dilengkapi oleh lab)
KETERANGAN CONTOH BENIH
(Contoh diambil oleh petugas dari Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota/Balai) *)
A. Keterangan Pemilik Benih
1. Nama
2. Alamat
3. Nomor Telepon/Fax/E-Mail
B. Keterangan Lot Benih
1. Nama spesies
(lokal & latin)
2. Nomor Sumber Benih
3. Kelas Sumber Benih
Berat Lot Benih (gr/kg)*)
Jumlah Wadah
Jenis Wadah
Tanggal Panen
C. Keterangan Contoh Benih
1. Nama pengambil contoh
2. Institusi
3. Tanggal ambil contoh
4. Berat contoh
5. Metode pengambilan contoh
D. Pengujian yang diperlukan
Kemurnian
Berat 1.000 Butir
Kadar Air
Daya Kecambah
Uji Tetrazolium
Uji Belah
Tanggal penerimaan contoh
Nama dan tanda tangan
Yang menyerahkan
Yang menerima
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
41. 27
Lampiran 4 Berita acara pengambilan contoh benih
BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH BENIH
Nomor. : BA .............
Pada hari ini ................... tanggal.................. bulan ..................... tahun ......... yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
2. Nama :
Jabatan :
Alamat :
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih:
a. Nama Species : ............................. (lokal dan latin)
b. Jumlah Lot Benih : ………………..gr/kg*)
c. Jumlah contoh : …………………gr/kg*)
milik PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA telah menyerahkan sampel benih kepada PIHAK PERTAMA untuk dilakukan pengujian mutu benih.
Demikian Berita Acara Pengambilan Contoh Benih ini dibuat sebagai bukti telah melaksanakan kegiatan pengambilan contoh benih.
PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,
.......................... ..........................
49. 35
Lampiran 8 Daftar jenis perlakuan pendahuluan sebelum pengujian daya berkecambah
No
Jenis
Nama Lokal
Perlakuan awal
Media
Lama
(minggu)
1
Acacia arabica
-
Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian rendam dalam air dingin 24 jam
UDK
2
2
Acacia aulacocarpa
Karpa
Idem
UDK
2
3
Acacia auriculiformis
Akor
Idem
UDK
2
4
Acacia crassicarpa
Krasi
Idem
UDK
2
5
Acacia mangium
Mangium
Idem
UDK
2
6
Acacia villosa
Idem
UDK
2
7
Agathis loranthifolia
Damar
Tidak perlu
UAK
3
8
Aleurites moluccana
Kemiri
Direndam air 3 hari
Pasir
3-5
9
Alstonia scholaris
Pulai
Tidak perlu
UDK
3
10
Altingia excelsa
Rasamala
Tidak perlu
UDK
3
11
Anacardium occidentale
Jambu monyet
Direndam dalam air dingin 24 jam
Pasir
4
13
Anthocephalus cadamba
Jabon
Tidak perlu
Pasir
5
12
Anthoceph
Jabon
Tidak perlu
UDK
2
50. 36
alus chinensis
14
Calliandra calothyrsus
Kaliandra merah
Direndam dalam air dingin 24 jam
UDK
2
15
Calliandra tetragona
Kaliandra putih
Direndam dalam air dingin 24 jam
UDK
2
16
Ceiba pentandra
Kapuk/ Randu
Direndam dalam air dingin 24 jam
Pasir
3
17
Dalbergia latifolia
Sonokeling
Direndam dalam air dingin 24 jam
UDK
3
18
Duabanga moluccana
Rajumas
Tidak perlu
UDK
2
19
Eucalyptus camaldulensis
-
Tidak perlu
UDK
3
20
Eucalyptus deglupta
Leda
Tidak perlu
UDK
3
21
Eucalyptus pellita
Pelita
Tidak perlu
UDK
3
22
Eucalyptus urophylla
Ampupu
Tidak perlu
UDK
2
23
Fragrea fragrans
Tembesu
Tidak perlu
UDK
3
24
Gliricidia sepium
Gamal
Direndam dalam air dingin 24 jam
UDK
2
25
Gmelina arborea
Jati putih
Direndam dalam air dingin 24 jam
Pasir
3
26
Khaya anthotheca
Mahoni Uganda
Tidak perlu
Pasir
3
27
Leucaena glauca
Lamtoro
Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian rendam dalam air dingin 24 jam
UDK
2
28
Leucaena leucocephala
Lamtoro Gung
Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian
UKDdp
2
51. 37
rendam dalam air dingin 24 jam
29
Manilkara kauki
Sawo kecik
Direndam air dingin 24 jam
Pasir
5
30
Melia azedarach
Mindi
Diretakkan pada bagian ujung.
Pasir
3
31
Paraserianthes falcataria
Sengon
Perlakuan dengan air panas 1 menit kemudian rendam dalam air dingin 24 jam
UKDdp
2
32
Pericopsis mooniana
Kayu kuku
Direndam dalam air dingin 24 jam
UKDdp
3
33
Pinus merkusii
Pinus/Tusam
Tidak perlu
UDK
3
34
Santalum album
Cendana
Direndam air dingin 24 jam.
Pasir
6
36
Schleichera oleosa
Kesambi
Direndam air dingin 24 jam
Pasir
3
35
Senna siamea
Johar
Direndam dalam air dingin 24 jam
Pasir
10
37
Sesbania grandiflora
Turi
Direndam dalam air dingin 24 jam
Pasir
2
38
Swietenia macrophylla
Mahoni
Tidak perlu
Pasir
4
39
Tectona grandis
Jati
Dioven 48 jam, suhu 80o C.
Pasir
4
40
Toona sureni
Suren
Tidak perlu
UDK
4
41
Zanthoxyllum rhetsa
Panggal buaya
Tidak diketahui
Tanah
Tidak diketahui
59. 45
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada Tanggal 9 November 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Imam Widasa dan Ida Farida. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Islam Nursalam Bekasi pada tahun 1999,kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDIT Al-fidaa bekasi lulus pada tahun 2005, lalu melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Tashfia Boarding School Bekasi lulus pada tahun 2008, penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Tambun Selatan Bekasi, penulis aktif organisasi sebagai anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) pada tahun 2009/2010 dan lulus pada tahun 2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor di Program Keahlian Teknologi Industri Benih pada tahun yang sama melalui jalur undangan resmi (USMI), pada tahun 2012/2013 penulis aktif organisasi sebagai bendahara umum Kelompok Pemerhati Lingkungan (KPL) Angsana.