ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ PENGATURAN DAN
PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG MENUNJANG ” ini. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama
pembuatan makalah ini berlangsung.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan kemampuan kami, kami yakin masih ada kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik anda
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih posotif
bagi kita semua.
Bogor, 26 Maret 2018
Penyusun
2. ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................. ........................................................................... i
Daftar Isi ....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kondisi dan Situasi Belajar-Mengajar
2.2 Pengaturan Tempat Duduk ..................................................................................
2.3. Passing Grade Dunia Pendidikan di Indonesia ………………………………..
2.4 Pengaturan ventilasi dan cahaya yang masuk ke dalam kelas
2.5 Pengaturan Penyimpanan Barang Barang
2.6 Kondisi Sosio Emotional
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka iii
3. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dapat dimengerti bahwa kondisi atau suasana belajar berpengaruh terhadap
pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu faktor penting untuk pembelajaran adalah
terpenuhinya kondisi dan suasana belajar yang optimal. Tindakan manajemen kelas
adalah tindakan yang dilakukan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang
optimal agar pembelajaran berlangsung efektif dan nyaman. Tindakan guru terse
but dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi
baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa
kenyamanan dan keamanan untuk belajar, tindakan lain dapat berupa tindakan
korektif terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dan merusak kondisi
optimal terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
Tindakan pncegahan dapat berupa tindakan guru dalam mengatur lingkungan
belajar, mengatur siswa, mengatur peralatan dan lingkungan sosio-emosional.
Karena guru merupakan seorang yang pemimpin bagi anak muridnya, yang akan
mengatur siswanya selama proses pembelajaran. Pada makalah ini kami akan
membahas tentang Pengaturan Dan Penciptaan Iklim Yang Menunjang.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana kondisi dan situasi saat proses belajar mengajar?
2. Bagaimana pengaturan tempat duduk di dalam kelas?
3. Bagaimana pengaturan ventilasi dan cahaya yang masuk ke dalam kelas?
4. Bagaimana pengaturan tempat penyimpanan barang-barang?
5. Apa pengaruh kondisi sosio emosional saat proses belajar mengajar?
4. 2
1.3.Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan untuk mengetahui bagaimana menciptakan
dan mengatur belajar di dalam kelas, serta bertujuan juga untuk menambah
pengetahuan tentang bagaimana menciptakan dan mengatur iklim belajar yang
menunjang di dalam kelas. Karena dalam pengelolaan kelas itu terdapat berbgai
macam cara dan variasi, dan dengan makalah ini tujuan umumnya yaitu agar dapat
mengetahui bagaimana cara mengelola kelas sesuai dengan iklim atau suasana yang
ada.
5. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kondisi dan Situasi Belajar-Mengajar
a. Kondisi Fisik
Kondisi fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap
hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi
syarat akan mendukung meningkatnya intensitas pembelajaran siswa dan
mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu
perkembangan pendidikan peserta didik. Melalui teknik motivasi yang akurat,
guru dapat memberikan kontribusi iklim kelas yang sehat. Kondisi dan
lingkungan hendaknya menjadi perhatian dan kepedulian guru agar siswa dapat
belajar secara optimal. Kondisi dan lingkungan yang perlu menjadi perhatian
dan kepedulian dalam menunjang terciptanya pembelajaran seperti berikut ini1
1. Ruangan Tempat Berlangsungnya Pembelajaran
Ruangan pembelajaran harus memungkinkan para peserta didik
dapat bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan, sehingga tidak saling
mengganggu satu sama lainnya pada saat terjadi aktivitas pembelajaran.
Besarnya ruangan kelas sangat bergantung kepada berbagai hal antara lain:
1) Jenis kegiatan (kegiatan pertemuan tatap muka klasikal dalam kels atau
bekerja di ruang praktikum).
2) Jumlah siswa yang melakukan kegiatan ( kegiatan bersama secara
klasikal atau kegiatan dalam kelompok kecil)
1. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdagri dan Depdikbud.
6. 4
Ruang belajar yang merupakan tempat siswa dan guru melaksanakan
kegiatan belajar mengajar meliputi ruang kelas,ruang laboratorium, dan
ruang auditorium.
a. Ruang Kelas
Kelas adalah tempat bagi para siwa untuk tumbuh dan
berkembangnya potensi intelektual dan emosional. Syarat Ruang kelas
yang baik yaitu :
1. Rapi, bersih, sehat, tidak lembab
2. Cukup cahaya yang menerangi
3. Sirkulasi udara cukup
4. Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya, dan ditata dengan
rapi
5. Jumlah siswa lebih dari 40 orang
b. Perlengkapan Kelas
Perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di kelas meliputi :
papan tulis, dan penghapusnya, meja dan kursi guru, meja dan kusi
siswa, almari kelas, jadwal pelajaran, papan absensi, daftar piket kelas,
kalender pendidikan, gambar residen dan wakil presiden serta lambang
Garuda Pancasila, tempat cuci tangan dan lap tangan, tempat sampah,
sapu lidi, sapu ijuk, dan sapu bulu ayam, gambar-gambar, alat peraga
dan kapur atau spidol.
2.2. Pengaturan Tempat Duduk
Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran pengaturan
proses pembelajaran. Beberapa kemungkinan pengaturan tempat duduk seperti
di bawah ini.
7. 5
a) Pola Berderet atau Barbaris-Berbanjar
Umumnya tempat duduk siswa diatur menurut tinggi pendeknya
siswa. Siswa yang tinggi duduk di sebelah belakang, sedangkan siswa
yang pendek duduk di depan. Pada situasi tertentu, misalnya jika ada siswa
yang tidak dapat melihat jarak jauh atau pendengarannya kurang, atau jika
banyak yang berbuat gaduh, siswa tersebut didudukkan di deretan paling
depan tanpa menghiraukan tinggi badannya. Tipe pengaturan tempat
duduk seperti ini tampaknya sangat cocok untuk pengajaran formal.
Semua siswa duduk di belakang yang pendek duduk di depan. Tempat
duduk seperti ini juga memudahkan siswa atau guru bergerak dari deretan
satu ke deretan yang lain. Namun demikian terdapat kelemahan-
kelemahan dari pengaturan tempat duduk seperti ini yaitu mengurangi
keleluasaan belajar siswa. Posisi guru membuat dirinya mempunyai
otoritas mutlak dan memberikan pengaruh langsung yang besar kepada
siswa. Akhirnya, siswa menjadi terlalu tergantung, tidak ada kegiatan
kerja kelompok yang dapat dilakukan dan komunikasi antarsiswa menjadi
terbatas.2
b) Pola susunan Berkelompok
Pola ini mengatur tempat duduk siswa secara berkelompok. Cara
ini memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama
lain dan dapat berpindah dari satu kelompok ke kelompok lainnya secara
bebas. Pola ini memudahkan siswa untuk bekerja sama dan saling
menolong satu sama lain sebagai teman sebaya. Kepemimpinan dan kerja
sama merupakan dua unsure yang penting dari hubungan kelas, sebagai
akibat dari pengaturan tempat duduk seperti ini. Bila tujuan pembelajaran
2
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.
8. 6
atau guru menghendaki para siswa mengerjakan tugas secara berkelompok
atau memecahkan masalah secara bersama-sama, susunan pengaturan
tempat duduk berkelompok ini akan lebih tepat. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pola pengaturan tempat duduk berkelompok adalah
bahwa setiap kelompok harus ada seorang pemimpinnya. Namun,
sebaiknya pemimpin kelompok diatur secara bergiliran sehingga setiap
siswa memperoleh kesempatan untuk memimpin. Dalam situasi ini
otoritas guru berperan dalam posisi terdesentralisasi. Guru hanya
memberikan bimbingan kepada siswa.
c) Pola Formasi Tapal Kuda
Pola ini menempatkan posisi guru berada di tengah-tengah para
siswanya. Pola semacam ini dapat dipakai jika pelajaran banyak
memerlukan diskusi antarsiswa atau dengan guru. Posisi guru dalam
pengaturan tempat seperti ini terpisah dari kelompok namun kelompok
tetap dalam pengawasan guru. Pengaturan formasi tapal kuda memberikan
kemudahan kepada para siswa untuk saling berkomunikasi dan
bekonsultasi. Tambahan pula tanpa banyak membuang waktu pengaturan
seperti ini dapat diubah menjadi pola berkelompok atau formasi kelompok
kecil, begitu juga sebaliknya.
d) Pola Lingkaran atau Persegi
Pola pengaturan tempat duduk lingkaran atau persegi baik juga
untuk mengajar yang disajikan dengan metode diskusi. Berbeda dari pola
tapal kuda, otoritas guru sama sekali tidak terpusat dan kepemimpinan
formal tidak berperan sama sekali. Hakikatnya dalam pola lingkaran atau
persegi biasanya tidak ada pemimpin kelompok. Bila ada yang harus
direkam atau dicatat, bentuk ini adalah sangat tepat. Seandainya ada suatu
kegiatan atau alat yang harus ditunjukkan atau diperagakan, kegiatan atau
9. 7
alat itu dapat diletakkan di tengah-tengah sehingga mudah dilihat dan
dikomentari oleh semua siswa. Siswa pola-pola pengaturan tempat duduk
tersebut di atas, ada pola lain yang tidak membatasi ruang gerak siswa baik
secara individual maupun secara kelompok. Hal ini dapat terjadi, misalnya
ada siswa yang harus belajar di ruang baca, di perpustakaan, atau di ruang
praktikuengan demikian perlu ada tempat-tempat khusus, di mana m
10. 8
hal ini, yang penting adalah para siswa di berbagai lokasi tempat mereka berada. Kemungkinan pola-pola pengaturan tempat duduk
tersebut dapat digambarkan atau diilustrasikan.
13. 11
2.4. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendatipun guru sulit mengaturnya karena sudah
tersedia) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena
itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa. Jendela harus cukup besar sehingga
memungkinkan cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik sehingga
semua dalam kelas dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung O2. Siswa harus
dapat melihat tulisan dengan jelas, baik tulisan di papan tulis, pada papan bulletin, maupun
pada buku bacaan. Kapur tulis yang digunakan sebaiknya kapur yang bebas dari debu dan
selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri dan cukup terang tetapi tidak
menyilaukan.5
2.5. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau
segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar. Barang –barang
yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran,
pedoman kurikulum, kartu pribadi, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian
rupa sehingga barang-barang tersebut segera dapat dipergunakan. Tentu saja masalah
pemeliharaan barang-barang tersebut sangat penting dan secara berkala harus dicek. Hal lain
yang tidak kalah pentingnya adalah pengamanan barang-barang tersebut dari pencurian dan
pengamanan terhadap barang yang mudah meledak atau terbakar. Alat pengaman harus
selalu tersedia, seperti alat pemadaman kebakaran, P3K, dan sebagainya.
Hal lain yang perlu diperhatikan juga dalam penciptaan lingkungan adalah
kebersihan dan kerapatan. Ruang kelas, papan tulis, meja, kursi, rak buku, tempat untuk
menyimpan peralatan harus selalu rapi dan bersih. Kebersihan meninggalkan ruangan kelas
yang kotor adalah hal yang tidak baik. Oleh karena itu, guru seyogyanya membuat peraturan
yang mengatur kelompok kerja yang membersihkan ruangan, menyiapkan kapur tulis,
5
Entang, M dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan
Penddikan Tenaga Kependidikan.
14. 12
mengganti taplak meja, dan sebagainya. Guru membagi dan membuat tanggung jawab
pengaturan kondisi fisik itu menjadi milik siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya milik
guru. Siswa harus turut aktif dalam membuat keputusan mengenal tata ruang, dekorasi, dan
sebagainya.
6
2.6. Kondisi Sosio Emotional
Kondisi sosio emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
Kondisi sosio emosional itu meliputi hal-hal dibawah ini :
1. Tipe kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana
emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan
menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis, tetapi di lain juga akan
menumbuhkan sikap yang agresif.
Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter siswa hanya aktif kalau ada guru dan
kalau guru tidak mengawasi maka semua aktifitas menjadi menurun. Aktifitas proses
belajar mengajar sangat tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian guru.
Tipe kepemimpinan yang cenderung pada lazier-faire biasanya tidak produktif walaupun
ada pemimpin. Kalau guru ada, siswa lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin
diperhatikan. Dalam tipe kepemimpinan ini malah biasanya aktifitas siswa lebih produktif
kalau gurunya tidak ada. Tipe ini cocok pada siswa yang “ innerdirected “ dimana siswa
tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif dan tidak selalu menunggu pengarahan.
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih
memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan sadar saling
memahami dan saling mempercayai.
6
Rachman, Maman. 1998/1999. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Dierektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
15. 13
Dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, guru
harus menempatkan diri sebagai : modal, pengembangan, perencanaan, pembimbing, dan
fasilitator.
a. Guru sebagai modal adalah guru yang tidak menuntut banyak disiplin kaku melainkan
sebagai modal. Ia mengharapkan dengan permodalan yang ditampilkan dapat
memberikan pengalaman dan keantusiasan belajar siswa.
b. Guru sebagai pengembang adalah guru yang ahli dalam melaksanakan tugas dengan
format yang benar dan tepat. Ia tidak membiarkan dan mengijinkan siswa bolos atau
malas tanpa alasan yang sah. Guru seperti ini suka mengadakan penilaian terhadap
segala bidang yang di kerjakan pada siswa.
c. Guru sebagai perencana adalah guru yang ahli dalam bidangnya, yang mengatur kelas
sebagai tata ruang belajar. Ia memiliki pengetahuan dan wawasan luas. Guru ini
beranggapan bahwa para siswa belajar kepadanya karena ingin mempelajari sebanyak
mungkin apa yang diketahui oleh guru.
d. Guru sebagai pembimbing adalah guru yang saling membelajarkan antara dirinya
dengan sesama dengan siswanya. Dia mengajar dalam sistem sosial yang dinamis dan
ia mengharapkan ada interaksi belajar antara diri dan siswanya.
e. Guru sebagai fasilitator adalah guru yang menyadari bahwa pekerjaannya merespon
tujuan para siswa sekalipun tujuan itu bervariasi, ia kurang menyenangi apabila ada
siswa yang mendapat kesulitan belajar. Ia banyak mendengar dan bertanya kepada
siswa dan ia menginginkan siswa dapat belajar dan mencapai tujuan sesuai yang
diharapkannya.
2. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah
hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan sesuatu keyakinan bahwa tingkah
laku siswa akan dapat diperbaiki kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah
lakunya siswa tapi bukan benci siswa itu sendiri.
16. 14
3. Suara guru
Suara guru, bukanlah faktor yang besar tapi turut mempengaruhi dalam belajar.
Suara yang melengkung tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga
tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari jarak yang agak jauh, ini mengakibatkan
suasana akan gaduh. Keadaan seperti itu, juga membosankan sehingga pelajaran
cenderung tidak perhatikan. Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume
suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa untuk
memperhatikan pelajaran. Dan mereka akan lebih berani mengajukan pertanyaan.
4. Pembinaan hubungan baik
Pembinaan hubungan baik (report ) antara guru dan siswa dalam masalah
manajemen kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik
guru – siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,
bersikap optimistic, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukan serat
terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
7
7
http://sipembunuhkarakter.blogspot.com/2011/02/manajemen-kelas_7327.html
17. 15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Salah satu faktor penting untuk pembelajaran adalah terpenuhinya kondisi dan
suasana belajar yang optimal. Tindakan manajemen kelas adalah tindakan yang dilakukan
guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar pembelajaran berlangsung
efektif. Kondisi fisik yang harus diperhatikan antara lain ruang kelas, pengaturan tempat
duduk, ventilasi, pengaturan cahaya dan pengaturan penyimpanan barang-barang. Kondisi
sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar-
mengajar, kegairahan siswa dan keefektifan tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi ini
dapat melalui beberapa tipe yaitu tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, dan
pembinaan hubungan baik antara guru dan siswa.
Demikianlah makalah Manajemen kelas ini kami tulis dengan harapan dapat
menjadi bahan rujukan bagi pembaca dan calon pendidikan dalam mengatur lokal pada
proses belajar mengajar. Kelas merupakan tempat berkumpulnya para siswa dalam
menerima ilmu yang diberikan guru kepadanya, demi efektifitas proses pembelajaran ini
tentunya diharapkan kelas yang kondusif. Para peminat pendidikan, dan yang pasti
makalah ini masih sangat jauh sekali dari sempurna, karena ilmu pengetahuan yang kita
miliki barulah setitik air di lautan.
3.2. Saran
Memperhatikan kondisi fisik dari sebuah tempat belajar merupakan hal yang harus
diperhatikan oleh seorang guru.
Guru harus memikirkan kondisi fisik yang sesuai dengan situasi atau kondisi peserta
didik dan kelengkapan peralatan karena kondisi fisik yang baik akan meningkatkan
minat belajar siswa.
18. iii
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.
Entang, M dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek
Pengembangan Penddikan Tenaga Kependidikan.
Rachman, Maman. 1998/1999. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Dierektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru
Sekolah Dasar
http://eostudent.blogspot.co.id/2013/12/pengaturan-kondisi-dan-penciptaan-
iklim.html
http://myblogassyamil.blogspot.co.id/2012/02/pengaturan-kondisi-dan-penciptaan-
iklim.html
http://sipembunuhkarakter.blogspot.com/2011/02/manajemen-kelas_7327.html
http://nikhaastria.wordpress.com/2010/05/25/penciptaan-iklim-belajar/
http://okkiezhafirah.blogspot.co.id/2012/10/pengaturan-kondisi-dan-penciptaan-
iklim.html