TOT Bidang Gedung Bagi Guru SMK di Kota Malang Propinsi Jawa Timur
1. Diselenggarakan oleh
Balai Konstruksi Wilayah IV Surabaya, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahah Rakyat
TOT Bidang Gedung Bagi Guru SMK
Di Kota Malang Provinsi Jawa Timur
Malang, 24 Oktober 2023
Suhariyanto
2.
3.
4.
5. 1.Bagaimana Pembelajaran/training yang sudah berjalan?
2.Permasalahan/Kendala?
3.Sebaiknya bagaimana?
Pembelajaran/Training Bidang Gedung
pada Siswa SMK:
19. 7
TAHAPAN DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI
PENUNJUKAN
TTD
KONTRAK
STO
SPMK
COW
PCM PHO FHO
JAMINAN
PELAKS.
14 HR 14 HR
7 HR
FIELD
ENGINEERING CCO
PEMELIHA
RAAN
PERTANGGUNGAN
KEGAGALAN
BANGUNAN MAX
10 TH
WAKTU
KONTRAK
WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN
(CONSTRUCTION PERIOD)
PEMBAYARAN
UANG MUKA
28
MOBILISASI
30
20. Perpres No 16 Tahun 2018
Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis
antara PA/KPA/PPKdengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola
Pasal 1313 KUH Perdata
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih.
UU Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi :
Keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia
jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi
3
DEFINISI
21. 1 Kesepakatan mereka
yang mengikatkan dirinya
2
Kecakapan untuk
membuat suatu perikatan
3
Suatu pokok persoalan
tertentu
4
Suatu sebab yang tidak
terlarang
T
S
U
S B
Y Y
A E
R K
A T
I
F
T
O
S B
Y Y
A E
R K
A T
I
F
SYARAT SAH PERJANJIAN
(1320 KUHPERDATA)
22. Pembatalan perjanjian terjadi manakala syarat-syarat sahnya perjanjian pada
psl 1320 KUH Perdata tidak terpenuhi:
• Perjanjian yg tidak memenuhi syarat subyektif dapat
dimintakan pembatalannya kepada hakim;
• Perjanjian yg tidak memenuhi syarat obyektif maka perjanjian itu “batal
demi hukum”. Perjanjian ini dianggap tidak pernah ada.
PEMBATALAN
23. Mengidentifikasikan
sifat & karakteristik
barang/jasa yang akan
diadakan
Mengenali masing-
masing jenis kontrak
Memilih dan menetapkan
salah satu jenis kontrak
Menyusun rancangan
kontrak
Tahap Penyusunan Perjanjian/Kontrak
24.
25. jika terjadi pertentangan antara ketentuan dalam suatu dokumen dengan ketentuan dalam
dokumen yang lain maka yang berlaku adalah ketentuan dalam dokumen yang lebih tinggi
berdasarkan hierarkinya.
a. Adendum Surat Perjanjian;
b. Pokok Perjanjian
c. Surat penawaran berikut daftar kuantitas dan harga (apabila ada)
d. Syarat-syarat khusus Kontrak (SSKK)
e. Syarat-syarat umum Kontrak (SSUK)
f. Spesifikasi khusus
g. Spesifikasi umum
h. Gambar-gambar
i. Dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ, BAHP, BAPP.
HIRARKI KONTRAK
26. Pembebanan Tahun
Anggaran
Tahun Jamak
Sumber Pendanaan
Kontrak Pengadaan
Tunggal
Kontrak Pengadaan
Bersama
Cara Pembayaran
LumpSum
Harga Satuan
Gabungan Lump Sum
dan Harga Satuan
Terima Jadi (turnkey)
Persentase
Tahun Tunggal
Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Tunggal
Pekerjaan
Terintegrasi
Kontrak Payung
28. KETENTUAN KONTRAK LUMPSUM:
1. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian
harga;
2. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa;
3. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan isi Kontrak;
4. Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);
5. Total harga penawaran bersifat mengikat;
6. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang (volume
pekerjaan sudah diketahui dengan pasti).
29. KETENTUAN KONTRAK HARGA SATUAN:
Harga Satuan Pasti Dan Tetap Untuk Setiap Satuan Atau Unsur
Pekerjaan Dengan Spesifikasi Teknis Tertentu;
1. Volume Atau Kuantitas Pekerjaannya Masih Bersifat Perkiraan Pada
Saat Kontrak Ditandatangani;
2. Pembayarannya Didasarkan Pada Hasil Pengukuran Bersama Atas
Volume Pekerjaan Yang Benar-benar Telah Dilaksanakan Oleh
Penyedia Barang/Jasa;
3. Dimungkinkan Adanya Pekerjaan Tambah/Kurang Berdasarkan Hasil
Pengukuran Bersama Atas Pekerjaan Yang Diperlukan.
30. KETENTUAN KONTRAK PERSENTASE:
1. Penyedia Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya menerima imbalan
berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan
2. Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak.
31. KETENTUAN KONTRAK TERIMA JADI:
1. Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh
pekerjaan selesai dilaksanakan;
2. pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama
yang menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan
sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
32. Merupakan Kontrak >1 (satu) Tahun Anggaran atas beban anggaran, yang
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan:
a. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp10 M;
b. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang
nilai kontraknya s.d Rp. 10 M bagi kegiatan: penanaman benih/bibit,
penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di RS,
makanan untuk narapidana di LP, pita cukai, layanan pembuangan
sampah dan jasa claning service;
c. Kontrak Tahun Jamak pada pemerintah daerah disetujui oleh Kepala
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Permendagri 21/2011: atas persetujuan DPRD yang dituangkan
dalam nota kesepakatan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD)
33. a. Kontrak antara beberapa PPK dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan
masing-masing PPK yang menandatangani Kontrak;
b. Diadakan dalam rangka pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang sumber
pendanaannya berasal dari beberapa K/L/D/I (co-financing) oleh beberapa
PPK dengan sumber dana yang berbeda (APBN-APBN, APBD-APBD, APBN-
APBD);
c. Penjelasan mengenai tanggung jawab dan pembagian beban anggaran
diatur dalam Kontrak sesuai dengan karakteristik pekerjaan;
d. Pembebanan anggarannya diatur dalam kesepakatan pendanaan bersama;
Contoh: Kontrak beberapa PPK dengan 1 (satu) Penyedia dalam pengadaan ATK
34. a. Kontrak Harga Satuan antara Pemerintah dengan Penyedia Barang/Jasa
yang dapat dimanfaatkan oleh K/L/D/I;
b. Diadakan untuk menjamin harga yang lebih efisien, ketersediaannya
terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara berulang dengan
volume/kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada saat
Kontrak ditandatangani;
c. Pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/Satker yang didasarkan
pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas
pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa secara
nyata; al. untuk pengadaan alat tulis kantor (ATK), pengadaan
kendaraan dinas, jasa boga, jasa layanan perjalanan (travel agent) dan
pekerjaan/jasa lain yang sejenis.
Contoh: Kontrak Payung antara LKPP dengan Penyedia Alat Kesehatan
35. a. Kontrak Pekerjaan Konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan;
b. Diberlakukan untuk pekerjaan yang bersifat kompleks, memiliki resiko tinggi,
memerlukan teknologi tinggi dan biaya besar;
Contoh: pembanguna reaktor nuklir, pembangkit tenaga listrik, pembangunan
kilang minyak/gas (PP 29/2000 pasal 13)
36. 2. Kontrak Rancang-Bangun-Operasi-Pemeliharaan (Design-Build-Operate-Maintain) merupakan
Kontrak yang meliputi desain, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan;
3. Kontrak Jasa Pelayanan (Service Contract) merupakan Kontrak untuk melayani kebutuhan
layanan tertentu;
4. Kontrak Pengelolaan Aset merupakan Kontrak untuk pengelolaan aset sehingga aset yang
dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal;
5. Kontrak Operasi dan Pemeliharaan merupakan Kontrak yang meliputi
pengoperasian dan pemeliharaan atas suatu aset yang dimiliki.
Model Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi antara lain dapat berbentuk :
1. Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) merupakan Kontrak atas
dicapainya suatu tingkat pelayanan tertentu yang bisa merupakan penggabungan
paket pekerjaan;
misalnya: kontrak pembangunan jalan yang mengatur selama 5 tahun dengan
kinerjanya/kualitasnya tetap.
37. 6. Kontrak Rancang dan Bangun (Design & Build) merupakan Kontrak yang meliputi
desain dan pembangunan;
contoh: kontrak pembangunan suatu gedung dengan satu penyedia (perencana
dan pelaksana konstruksi-dapat KSO antara konsultan dan pelaksana);
7. Kontrak Rancang Bangun Konstruksi (Engineering Procurement
Construction/EPC) merupakan Kontrak yang meliputi desain, pengadaan, dan
konstruksi;
contoh: kontrak pembangunan pembangkit tenaga listrik (pengguna jasa menentukan
output tertentu, sedangkan penyedia menawarkan mulai dari perencanaan pelaksanaan
dan pengawasaanya);
39. Bukti
Pembelian
Kuitansi
Surat Perintah
Kerja (SPK)
Surat
Perjanjian
• Identitas penyedia
• Nilai pembelian
• Jenis dan jumlah barang/jasa
• Identitas para pihak
• Nilai pembelian
• Jenis dan jumlah barang/jasa
• Tanda tangan penyedia di atas materai sesuai ketentuan yang belaku
• Identitas para pihak
• Nilai pembelian/nilai kontrak
• Jenis dan jumlah barang/jasa
• Hak dan kewajiban melekat dalam surat perjanjian
• Kata penutup dan ruang tanda tangan penyedia di atas materai sesuai ketentuan yang belaku
• Identitas para pihak
• Nilai pembelian/nilai kontrak
• Jenis dan jumlah barang/jasa
• Hak dan kewajiban menjadi lampiran dari surat perjanjian dalam bentuk yang lebih rinci (SSUK,
SSKK, Spesifikasi, dan Dokumen lain)
• Kata penutup dan ruang tanda tangan penyedia di atas materai sesuai ketentuan yang belaku
40. KONTRAK
TANDATANGAN
SERAH TERIMA
LAPANGAN
PENYUSUNAN
PROGRAM MUTU
UANG MUKA MOBILISASI
PELAKSANAAN
KONTRAK
PENYELESAIAN
PEKERJAAN
RAPAT KOORDINASI:
1. MINGGUAN
2. KEADAAN TERTENTU
SERAH TERIMA
PEKERJAAN (PHO)
PEMELIHARAAN
SERAH TERIMA
PEKERJAAN (FHO)
TAHAPAN PELAKSAAAN KONTRAK KONSTRUKSI
41. PENYERAHAN LOKASI KERJA
1. PPK berkewajiban untuk menyerahkan keseluruhan lokasi kerja kepada
penyedia sebelum SPMK diterbitkan. Penyerahan dilakukan setelah
sebelumnya dilakukan pemeriksaan lapangan bersama. Hasil pemeriksaan dan
penyerahan dituangkan dalam berita acara penyerahan lokasi kerja.
2. Jika penyerahan hanya dilakukan pada bagian tertentu dari lokasi kerja maka
PPK dapat dianggap telah menunda pelaksanaan pekerjaan tertentu yang
terkait dengan bagian lokasi kerja tersebut, dan kondisi ini ditetapkan sebagai
Peristiwa Kompensasi.
3. Jika Peristiwa Kompensasi mengakibatkan pengeluaran tambahan dan/atau
keterlambatan penyelesaian pekerjaan maka PPK berkewajiban untuk
membayar ganti rugi dan/atau memberikan perpanjangan waktu penyelesaian
pekerjaan.
42. PENYUSUNAN PROGRAM MUTU
1. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya SPMK dan sebelum
pelaksanaan pekerjaan, PPK bersama dengan penyedia, unsur perencanaan, dan
unsur pengawasan, harus sudah menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan
kontrak.
2. Penyedia berkewajiban untuk menyerahkan program mutu pada rapat persiapan
pelaksanaan kontrak untuk disetujui oleh PPK. Program mutu disusun paling sedikit
berisi:
a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
b. organisasi kerja penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. prosedur instruksi kerja; dan
f. pelaksana kerja.
43. 1. Mobilisasi dilakukan maksimal 30 hari setelah SPMK sesuai dengan
lingkup pekerjaan, yaitu: mendatangkan alat, mempersiapkan fasilitas
(kantor, rumah, gudang, laboratorium, bengkel dll); dan/atau
mendatangkan personil.
2. Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, PPK bersama-
sama dengan penyedia melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan
melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi pekerjaan
untuk setiap rencana mata pembayaran. Untuk pemeriksaan bersama ini,
PA/KPA dapat membentuk Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak
atas usul PPK.
3. Penyedia wajib melindungi PPK dari segala tuntutan Intelektual atau klaim
dari pihak ketiga yang disebabkan penggunaan Hak Kekayaan Intelektual
(HAKI) oleh penyedia
44. PEMBAYARAN UANG MUKA
1. Nilai besaran uang muka paling tinggi sesuai dengan yang ditetapkan dalam
Kontrak.
2. Besarnya Jaminan Uang Muka adalah senilai uang muka yang diterima penyedia.
3. Penyedia dapat mengajukan permohonan pengambilan uang muka secara
tertulis kepada PPK disertai dengan rencana penggunaan uang muka untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai Kontrak.
4. Uang muka dibayar untuk membiayai mobilisasi peralatan, personil, pembayaran
uang tanda jadi kepada pemasok bahan/material dan persiapan teknis lain;
45. PERUBAHAN KONTRAK (ADENDUM)
1. Perubahan Kontrak dilaksanakan dengan persetujuan para pihak bilamana terjadi
perbedaan yang signifikan antara kondisi lokasi pekerjaan pada saat pelaksanaan
dengan gambar dan spesifikasi yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak , meliputi:
a. perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan oleh para
pihak dalam kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan dalam kontrak;
b. perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat adanya perubahan pekerjaan;
c. perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan, perubahan
pelaksanaan pekerjaan dan/atau penyesuaian harga.
2. Untuk kepentingan perubahan kontrak, PA/KPA dapat membentuk Panitia/Pejabat
Peneliti Pelaksanaan Kontrak atas usul PPK
3. Pekerjaan tambah harus mempertimbangkan tersedianya anggaran dan paling
tinggi 10% (sepuluh perseratus) dari nilai kontrak awal.
46. PERPANJANGAN WAKTU
Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh PPK
atas pertimbangan yang layak dan wajar untuk hal-hal sebagai
berikut:
a. pekerjaan tambah;
b. perubahan disain;
c. keterlambatan yang disebabkan oleh PPK;
d. masalah yang timbul diluar kendali penyedia; dan/atau
e. keadaan Kahar.
47. KONTRAK KRITIS
a. Kontrak dinyatakan kritis apabila: a. Dalam periode I (rencana fisik
pelaksanaan 0% - 70% dari Kontrak), selisih keterlambatan antara
realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana lebih besar 10%
b. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari Kontrak),
selisih keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana
lebih besar 5%;
c. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari Kontrak),
selisih keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana
pelaksanaan kurang dari 5% dan akan melampaui tahun anggaran
berjalan.
48.
49. KONTRAK
KRITIS
SCM I
1. TEGURAN I;
2. DIBERI
KESEMPATAN
PERIODE TERTENTU
(UJI COBA)
PROGRES TIDAK
TERCAPAI DALM UJI
COBA/TERJADI
KONTRAK KRITIS
SCM II
1. TEGURAN II;
2. DIBERI
KESEMPATAN
PERIODE TERTENTU
(UJI COBA)
SCM III
1. TEGURAN III;
2. DIBERI
KESEMPATAN
PERIODE TERTENTU
(UJI COBA)
PROGRES TIDAK
TERCAPAI DALM UJI
COBA/TERJADI
KONTRAK KRITIS
PROGRES TIDAK
TERCAPAI DALM UJI
COBA/TERJADI
KONTRAK KRITIS
P U T U S
KONTRAK
TINDAK LANJUT KONTRAK KRITIS
50. KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR)
1. Suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat
dipenuhi.
2. Yang digolongkan Keadaan Kahar meliputi:
a. bencana alam;
b. bencana non alam;
c. bencana sosial;
d. Pemogokan;
e. kebakaran; dan/atau
f. gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama Menteri
Keuangan dan menteri teknis terkait setelah memperoleh pertimbangan dari APIP, LKPP
dan BPS.
51. PERISTIWA KOMPENSASI
Peristiwa Kompensasi dapat diberikan kepada penyedia dalam hal sebagai
berikut:
a. PPK mengubah jadwal yang berpengaruh thd pelaksanaan pekerjaan;
b. keterlambatan pembayaran kepada penyedia;
c. PPK tidak memberikan gambar, spesifikasi dan/atau instruksi sesuai
jadwal yang dibutuhkan;
d. belum bisa masuk ke lokasi sesuai jadwal dalam kontrak;
e. PPK menginstruksikan untuk melakukan pengujian tambahan yang
setelah dilaksanakan pengujian ternyata tidak ditemukan
kerusakan/kegagalan;
f. PPK memerintahkan penundaan pelaksanaan pekerjaan;
g. PPK memerintahkan untuk mengatasi kondisi tertentu yang tidak dapat
diduga sebelumnya dan disebabkan oleh PPK;
52. DENDA DAN GANTI RUGI
1. Denda merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada penyedia,
sedangkan ganti rugi merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada
PPK karena terjadinya cidera janji/wanprestasi;
2. Besarnya denda yang dikenakan kepada penyedia atas keterlambatan
penyelesaian pekerjaan untuk setiap hari keterlambatan adalah:
a.1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian kontrak yang
belum dikerjakan, apabila bagian pekerjaan yang sudah
dilaksanakan dapat berfungsi; atau
b. 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak, apabila bagian
pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum berfungsi.
53. PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN KONTRAK
Penghentian Kontrak
1. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai atau terjadi
Keadaan Kahar.
2. Dalam hal kontrak dihentikan, maka PPK wajib membayar kepada penyedia sesuai
dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai, termasuk:
a. biaya langsung pengadaan Bahan dan Perlengkapan untuk pekerjaan ini. Bahan
dan Perlengkapan ini harus diserahkan oleh Penyedia kepada PPK, dan
selanjutnya menjadi hak milik PPK;
b. biaya langsung pembongkaran dan demobilisasi Hasil Pekerjaan Sementara dan
Peralatan;
c. biaya langsung demobilisasi Personil.
54. Pemutusan Kontrak
a. penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan;
b. penyedia tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan, tidak memulai
pelaksanaan pekerjaan;
c. penyedia menghentikan pekerjaan selama 28 (dua puluh delapan)
hari dan penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta
tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan;
d. penyedia berada dalam keadaan pailit;
PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN KONTRAK
55. Pemutusan Kontrak
e. penyedia selama Masa Kontrak gagal memperbaiki Cacat Mutu
dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh PPK;
f. penyedia tidak mempertahankan keberlakuan Jaminan Pelaksanaan;
g. Pengawas Pekerjaan memerintahkan penyedia untuk menunda
pelaksanaan atau kelanjutan pekerjaan, dan perintah tersebut tidak
ditarik selama 28 hari;
h. PPK tidak menerbitkan SPP untuk pembayaran tagihan angsuran
sesuai dengan yang disepakati;
i. penyedia terbukti melakukan KKN, persekongkolan, kecurangan
dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh
instansi yang berwenang;
PENGHENTIAN DAN PEMUTUSAN KONTRAK
56. TINDAK LANJUT PEMUTUSAN KONTRAK
a. Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia
Barang/Jasa:
Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau
Jaminan Uang Muka dicairkan;
Penyedia Barang/Jasa membayar denda; dan
Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.
b. Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena PPK terlibat
penyimpangan prosedur, melakukan KKN dan/atau pelanggararan
persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan, maka PPK dikenakan
sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan.
57. SERAHTERIMA PEKERJAAN
1. Setelah pekerjaan selesai 100%, penyedia mengajukan permintaan
tertulis kpd PPK untuk penyerahan pekerjaan.
2. PPK menugaskan PPHP utk melakukan penilaian terhadap hasil
pekerjaan yang telah diselesaikan oleh penyedia.
3. Pembayaran dilakukan sebesar 95% dari nilai kontrak, sedangkan yang
5% merupakan retensi selama masa pemeliharaan, atau pembayaran
dilakukan sebesar 100% dari nilai kontrak dan penyedia harus
menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% dari nilai kontrak.
4. Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan
sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama
pekerjaan.
58. Melaksanakan Pekerjaan Persiapan dan Membaca Gambar Kerja
(10.00 s/d 11.30)
Melaksanakan Pekerjaan Persiapan
1. Menginterpretasikan Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis
2. Menyusun Program Kerja Pelaksanaan Pekerjaan
3. Melaksanakan Mobilisasi Sumber Daya
59.
60.
61.
62. Membaca Gambar Kerja?
• Design Drawing (Gambar Rencana) DED
• Shop Drawing (Gambar Kerja)
• As Built Drawing (Gambar Terbangun)
63. Perbedaan DED, Shop Drawing dan Asbuilt Drawing (1/2)
Detail Engineering Design (DED)
DED adalah produk dari konsultan perencana yang biasa kita gunakan untuk membuat
64. Perbedaan DED, Shop Drawing dan Asbuilt Drawing (2/2)
As Built Drawing
• As Built Drawing merupakan gambar ulang yang sesuai dengan kondisi
lapangan yang telah selesai pengerjaannya. Proses pekerjaannya
biasanya kontraktor laksanakan pada akhir proyek konstruksi.
• Dalam pengerjaan suatu proyek, terkadang ada kondisi bangunan yang
harus berubah dan berbeda dari gambar untuk menyesuaikan kondisi
lapangan saat itu. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa as
built drawing perlu. Jika ada perbaikan di kemudian hari, pihak
yang melaksanakannya bisa mengetahui kondisi nyata bangunan dari
gambar As Built Drawing. Dengan demikian, pelaksanaan perbaikan
akan lebih cepat dan tepat.
• As Built Drawing merupakan gambar rekaman akhir yang dibuat sesuai dengan kondisi terbangun di
lapangan yang telah mengadopsi semua perubahan selama proses pekerjaan konstruksi.
• Fungsi dari pembuatan dokumen as built drawing di dalam proyek konstruksi adalah sebagai pedoman
pengoperasian bangunan di mana setiap gambar as built drawing telah merekam setiap perubahan atau
modifikasi yang dibuat selama proses pelaksanaan pembangunan.
• Biasanya as built drawing lebih banyak penggunaannya oleh teknisi
mekanikal elektrikal yang sering melakukan kegiatan pemeliharaan
bangunan. Akan tetapi, terkadang teknisi sipil dan arsitek juga
65. Perbandingan Shop Drawing dan As Built Drawing
Jenis Shop Drawing As Built Drawing
Dasar pembuatan Mengacu pada gambar rencana yang telah dibuat
oleh konsultan perencana
Mengacu pada gambar shop drawing yang telah
disetujui Manajemen Konstruksi (MK). Pembuatan
gambar disesuaikan dengan kondisi akhir pekerjaan
Isi gambar Gambar detail dan menyeluruh dari bangunan yang
akan dibangun dengan tujuan bangunan yang akan
dibangun akan sama dan sesuai dengan desain yang
telah dikonsep oleh konsultan perencana
Gambar koreksi atau perbaikan dari gambar
pelaksanaan yang ada dikarenakan terdapat
permasalahan pada saat bangunan dikerjakan. As
built drawing juga menerangkan pihak mana saja
yang terlibat dalam proses pekerjaan konstruksi
Waktu pembuatan Sebelum pekerjaan konstruksi dimulai Setelah pekerjaan konstruksi selesai
Fungsi Sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan Sebagai laporan hasil pekerjaan
Persetujuan gambar Dibuat oleh perseorangan, biro gambar, atau
kontraktor, kemudian diperiksa dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi (MK) dan konsultan
perencana
Dibuat oleh perseorangan atau kontraktor,
kemudian disetujui oleh kontraktor, Manajemen
Konstruksi (MK), dan konsultan perencana
Kop gambar Berisi penjelasan bahwa gambar tersebut
adalah shop drawing
Berisi penjelasan bahwa gambar tersebut adalah as
built drawing
66. Shop Drawing (Ref: https://manajemenproyekindonesia.com/?p=844)
• Shop drawing adalah gambar yang dibuat oleh Kontraktor yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan.
Shop drawing memegang peranan yang penting dalam terlaksananya
pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan. Gambar ini menjadi media
komunikasi antara perencanaan dan pelaksanaan yang vital sehingga harus
diperhatikan dalam pembuatannya.
• Sebagai media komunikasi, shop drawing haruslah memperhatikan obyek
penggunanya. Di lapangan, gambar ini digunakan oleh Pelaksana atau
Supervisi, Mandor, dan juga Pekerja. Oleh karena itu gambar ini tak pelak
harus memiliki tingkat kejelasan yang tinggi sedemikian pengguna tinggal
pakai dan tidak perlu lagi membuat persepsi atau asumsi-asumsi yang bisa
berakibat kesalahan pelaksanaan.
67. Pihak-pihak yang terkait dengan shop drawing
adalah
• Drafter, sebagai pembuat gambar shop drawing.
• Engineering manager, bertugas mengoreksi dan
menyetujui shop drawing dalam internal
kontraktor.
• Quality control, bertugas mengontrol kualitas
gambar dan mendistribusikan kepada personil
lapangan.
• Konsultan pengawas/manajemen konstruksi,
bertugas memeriksa dan menyetujui gambar.
• Konsultan perencana, sebagai pembuat gambar
kontrak dan memberikan saran apabila terdapat
68. Alur Pembuatan Shop Drawing (1/2)
• Kontraktor melihat gambar kontrak dan RKS (rencana kerja dan syarat-
syarat) sebagai dasar pembuatan gambar.
• Gambar kontrak kemudian kontraktor olah dengan menyesuaikan kondisi
lapangan, RKS, dan site instuction terbaru dari pemilik.
• Kontraktor mengajukan gambar yang sudah jadi kepada manajemen
konstruksi/konsultan pengawas.
• Konsultan pengawas menyetujui atau menolak gambar. Jika ada sesuatu
yang kurang jelas, persetujuan juga bisa kontraktor minta ke konsultan
perencana atau langsung kepada pemilik bangunan.
• Gambar yang manajemen konstruksi setujui lalu mereka kembalikan
kepada kontraktor.
• Kontraktor mendistribusikan gambar kepada personil lapangan, seperti
pelaksana, sub kontraktor, mandor atau pihak lainya yang berkepentingan.
69. Alur Pembuatan Shop Drawing (2/2)
• Setelah mendapatkan surat Izin Pelaksanaan Pekerjaan
(IPP), supervisor akan mengubah shop drawings ke dalam
bentuk petunjuk pengerjaan supaya bisa lebih mudah
mandor pahami. Selanjutnya, mandor membagikan tugas
kepada masing-masing pekerja. Selama proses pengerjaan
berlangsung, supervisor mengawasi kegiatan pekerjaan
tersebut secara langsung. Hasil pekerjaan kemudian
pihak Manajemen Konstruksi (MK) periksa ulang.
• Apabila hasil pekerjaan tidak sesuai dengan shop
drawing tanpa konfirmasi sebelumnya, MK akan meminta
pertanggungjawaban kepada Site Manager (SM) dan berhak
membuat instruksi tertulis supaya pekerjaan tersebut
mendapatkan perbaikan sampai sesuai dengan spesifikasi
teknis yang telah semua pihak sepakati.
• Setiap kemajuan selalu supervisor catat untuk
dilaporkan kepada SM. SM membuat laporan kemajuan
proyek lengkap dengan modifikasi yang telah terjadi
untuk dilaporkan secara berkala kepada Kepala Proyek.
70. Kriteria Gambar
Secara umum, kriteria shop drawing yang baik adalah
mudah untuk memahaminya karena gambar ini
penggunaannya adalah untuk pedoman pelaksanaan
pekerjaan lapangan. Kriteria selengkapnya adalah:
1) Bentuk penulisan kop pada sisi kanan berisi judul gambar, perusahaan,
nama proyek, nomor gambar dan halaman.
2) Bentuk gambar dan ukuran konstruksi harus menampilkan bentuk dan
ukuran dari setiap bagian konstruksi dengan jelas dan detail.
3) Gambar harus mengunakan skala gambar.
4) Gambar harus sesuai dengan kondisi lapangan.
5) Menuliskan keterangan gambar, seperti elevasi, jenis material, dan
penjelasan lain.
6) Gambar harus tetap jelas terlihat saat digandakan.
71. Kendala Saat Pembuatan Shop Drawing
1.Terdapat gambar yang tidak detail
Gambar kontrak sebagai bagian dari produk perencana setidaknya
memiliki item-item pekerjaan yang tergambar secara jelas. Jika
kekurangan detail itu hanya pada dimensi atau identifikasi jenis
material, maka kekurangannya dapat langsung kita tambahkan pada shop
drawing. Tapi kalau ada item pekerjaan yang harus ada secara sistem
tapi tidak tergambar, perlu klarifikasi dengan pihak MK atau
perencana.
2.Adanya perbedaan gambar kontrak, BQ, dan RKS
Sering terjadi perbedaan antara gambar kontrak, BQ dan RKS, baik itu
terkait item maupun volume pekerjaannya. Oleh karena itu, shop
drawing berfungsi untuk memperjelas bagian mana yang akan kontraktor
gunakan. Sebelumnya, tentu harus ada rapat koordinasi dengan pihak
MK/pemilik untuk sistem yang optimal. Volume pekerjaan yang ada lalu
kontraktor hitung berdasarkan shop drawing.
3.Memberikan acuan yang jelas dan detail
Pelaksanaan pekerjaan di lapangan tentu perlu memiliki kesepahaman
supaya tidak terjadi kesalahan fatal. Kejelasan itu harus mulai dari
kejelasan shop drawing. Oleh karena itu, penting untuk
menyosialisasikan shop drawing kepada tim lapangan.
4.Mendukung jadwal pelaksanaan pekerjaan
Shop drawing tentu harus mendukung jadwal pelaksanaan pekerjaan. Hal
72. Berbagai Macam Stempel Shop
Drawing
Stempel shop drawing bertujuan untuk mengontrol
pendistribusian gambar dan menjamin kualitas
agar gambar yang sudah pelaksana proyek bagikan
benar-benar bisa dipertanggung jawabkan, berikut
beberapa jenis stempelnya.
1.FOR CONSTRUCTION, stempel ke gambar kontrak.
2.MASTER COPY, stempel ke gambar asli yang sudah
mendapatkan tandatangan kontraktor dan
manajemen konstruksi.
3.CONTROLED COPY, stempel untuk fotokopi gambar
asli master copy, untuk memastikan agar gambar
salinan sesuai dengan aslinya dan terlihat
jelas
73. Gambar Kerja
Gambar kerja merupakan dasar bagi pelaksana untuk melakukan pekerjaan bangunan di lapangan.
Gambar kerja didasarkan dari gambar konstruksi yang memuat detail-detail dari setiap komponen
pekerjaan bangunan. Beberapa komponen yang gambar kerja adalah;
1. Gambar pondasi,
2. Gambar penulangan beton (sloof, kolom, dan ring balok),
3. Gambar dinding dan plesteran,
4. Gambar kusen (pintu dan jendela) beserta daunnya,
5. Gambar kuda-kuda dan atap,
6. Gambar plafon,
7. Gambar Instalasi air dan plumbing, dan
8. Gambar instalasi listrik.
87. Latihan
Interpretasi Gambar Rencana dan Penyusunan Gambar kerja
D13-100
D13-100
D13-100
D13-100
Beton f’c = 30 Mpa
Tulangan fy = 420 Mpa
Sebuah pelat ukuran 3 mx 3m m , tebal 12 cm,
elevasi top slab EL.3+00
Buatlah gambar kerja, yang terdiri dari
• Potongan A-A
3 m
3 m
A
A
A
90. Pengukuran dan Levelling
• Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet) merupakan jenis
pekerjaan yang digunakan untuk mewujudkan denah bentuk bangunan
menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi yang telah disediakan.
Pekerjaan tersebut berupa pengukuran di lokasi bangunan sesuai dengan
gambar rencana bangunan. Hasil dari pengukuran tersebut berupa garis-
garis lurus yang menunjukkan sumbu dinding tembok bangunan yang
diperoleh dengan menghubungakan titik-titik hasil pengukuran.
• Pekerjaan pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yang sangat
penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan
menentukan baik buruknya ukuran dan bentuk bangunan. Jenis pekerjaan
ini harus dilaksanakan dengan penuh ketelitian, setiap langkahpekerjaan
harus dilakukan pengontrolan kembali.
91. Membuat Bidang Datar
• Untuk membaut bidang datar ("waterpas") pada pekerjaan
pengukuran dan leveling lapangan yang berukuran besar
dan luas dapat digunakan pesawat waterpassen, sedang
untuk bangunan yang berukuran kecil seperti rumah
tinggal, cukup menggunakan alat bantu sederhana berupa
selang plastik yang diisi dengan air hingga dua permukaan
air dalam selang plastik membentuk bidang datar.
• Untuk bangunan yang berukuran kecil, alat penyipat
datarsederhana berupa selang plastik yang diisi air
hasilnya cukup akurat, namun untuk bangunan yang
berukuran besar, alat bantu tersebut kurang akurat
hasilnya. Hal tersebut disebabkan ukuran panjang
selang plastic yang terbatas, sehingga dapat
mengakibatkan hasil dari pelaksanaan pengukuran
kurang akurat
92. Membuat Garis Siku
• Untuk membuat garis siku-siku di lapangan
banyak dilakukan dengan memanfaatkan dalil
pythagoras, yaitu perbandingan sisi miring (BC)
dengan sisi datar (AC) dan sisi tegak (AB) dengan
angka perbandingan AC : AB : BC = 3 : 4 : 5.
93. Memasang Papan Duga (Bowplank) Pekerjaan Pasangan Batu
a. Papan duga pekerjaan pasangan batu (Bouwplank) adalah
sebuah benda kerja yang terdiri dari pasangan papan-papan.
Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik hasil
pengukuran yang diperlukan dalam mendirikan suatu bangunan
dan membentuk bidang datar.
b. Agar menghasilkan bentuk bangunan sesuai dengan
perencanaan, pemasangan papan duga harus memenuhi
persyaratan:
1) Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah.
2) Berjarak cukup dari rencana galian.
3) Titik hasil uitzet ditempatkan dengan tanda yang jelas.
4) Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal)
dengan papan bangunan (bouwplank) yang lain.
5) Letak kedudukan papan bangunan harus seragam
(diusahakan menghadap ke dalam bangunan).
c. Untuk bangunan besar dan banyak terdapat ruang, pemasangan
bouwplank dilaksanakan mengelilingi seluruh area calon bangunan
didirikan, sedang untuk bangunan kecil, pemasangannya cukup pada
lokasi sudut atau pertemuan bangunan
94. Titik-titik pada papan bangunan yang menunjukkan
dinding tembok dapat dijelaskan dengan tanda dari paku
yang juga berfungsiuntuk menarik benang sebagai sumbu
tembok. Untuk menghindarkan kesalahan yang
disebabkan letaknya paku, pada kedudukan paku diberi
tanda panah dengan cat/meni. Bidang atas bouwplank
harus diketam rata agar bidang atas papan dapat
membentuk bidang datar (bidang waterpas). Bidang atas
papan bangunan biasanya dipasang pada kedudukan ±
0,00 sebagai duga lantai. Sudut pertemuan
papanbouwplank harus benar-benar siku, karena hal
tersebut sebagai acuan untuk kesikuan pertemuan
dinding.
95. Melaksanakan Pekerjaan Pengukuran dan Papan Duga
1. Tanamkan secara dipancang deretan patok-
patok menurut kedudukan tarikan benang
(garis BA) sebagai dasar pengukuran
bangunan.
2. Pancangkan deretan patok-patok menurut
kedudukan garis CD yang dibuat tegak lurus
terhadap garis BA dengan menggunakan
perbandingan dalil pythagoras (3:4:5).
3. Dengan cara yang sama, pancangkan
deretan patok-patok menurut garis EF dan
GH.
4. Pada tiap-tiap patok beri tanda letaknya
titik duga ± 0,00 dengan membuat bidang
datar pada setiap patok.
5. Pasang bouwplank dengan berpedoman
pada titik duga tersebut.
6. Tentukan letaknya titik-titik sumbu dinding
tembok pada papan bouwplank, lalu
tancapkan paku dan beri tanda dengan cat
atau meni.
97. Melaksanakan Pekerjaan Pondasi
(15.00 s/d 16.15)
1. Melaksanakan pekerjaan pengukuran dan pematokan
2. Melaksanakan pekerjaan tanah
3. Melaksanakan pekerjaan pondasi batu kali
4. Melaksanakan pekerjaan pondasi pelat jalur
5. Melaksanakan pekerjaan pondasi bored pile
6. Melaksanakan pekerjaan pondasi tiang pancang
98. Pondasi
Pondasi merupakan elemen pokok bangunan yang sangat vital,berfungsi sebagai penyangga
konstruksi bangunan di atasnya. Kekuatan dan kekokohan suatu konstruksi bangunan gedung sangat
tergantung dari konstruksi pondasi.
Konstruksi pondasi suatu bangunan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Bentuk dan konstruksinya harus menunjukkan suatu konstruksi yang kokoh dan kuat untuk
mendukung beban bangunan di atasnya.
2) Pondasi harus dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah hancur, sehingga kerusakan
pondasi tidak mendahului kerusakan bagian bangunan di atasnya.
3) Tidak boleh mudah terpengaruh oleh keadaan di luar pondasi, seperti keadaan air tanah dan lain-
lain.
4) Pondasi harus terletak di atas tanah dasar yang cukup keras sehingga kedudukan pondasi tidak
mudah bergerak (berubah), baik bergerak ke samping, ke bawah (turun) atau terguling.
99. Jenis Pondasi
1) Pondasi Langsung
Konstruksi dari pondasi langsung dapat berupa
pondasi batu belah/kali, pondasi batu bata, pondasi
beton bertulang, pondasi pias, pondasi plat kaki, dan
pondasi balok sloof.
2) Pondasi Tak Langsung
Konstruksi pondasi tak langsung digunakan bila
lapisan tanah yang baik/keras terdapat cukup
dalam dari permukaan tanah. Terdapat
bermacam-macam jenis konstruksi pondasi tak
langsung, diantaranya pondasi umpak, gabungan
pondasi plat kaki dan umpak, pondasi sumuran,
pondasi tiang straus, dan pondasi tiang pancang.
101. Pondasi Batu Kali
Menyiapkan Adukan Mortar/Spesi
a) Mortar adalah suatu bagian pasangan batu yang
setara dengan pasangan batu itu sendiri.
b) Adukan berfungsi
• untuk membantali satuan pasangan batunya, yang
mendukungan penuh satu sama lain.
• memberi perapatan antara satuan-satuannya
untuk mencegah masuknya air dan angin.
• merekatkan satuan-satuan tersebut satu
sama lain
• untuk mengikatnya menjadi satuan struktural
monolitik
• dan juga penting untuk penampilan dinding
pasangan batu
c) Adukan terbuat dari semen portland, kapur
hidrasi, agregat (pasir), dan air.
102. Memasang Pondasi Batu Kali
• Batu belah merupakan bahan konstruksi pondasi yang
paling banyak digunakan, karena batu belah yang
umumnya didapatkan dari batu kali tidak mengalami
perubahan bentuk dan kualitas bila tertanam di
dalam tanah.
• Persyaratan batu belah sebagai bahan konstruksi
pondasi adalah batu tersebut mempunyai permukaan
yang kasar, berukuran ± 25 cm, bersih dari segala
kotoran.
• Pada umumnya tampang lintang dari badan pondasi
batu belah berbentuk trapesium dengan lebar sisi
bagian atas paling sedikit 25 cm, sehingga didapatkan
susunan batu yang kokoh.
• Sebelum dipasang, batu belah harus disiram air
terlebih dahulu. Bila tanah dasar pondasi banyak
mengandung air, maka sebelum pondasi dipasang
harus disusun terlebihdahulu pasangan batu kosong
yang diisi pasir pada rongga-rongganya.
115. Pemeriksaan terhadap heaving (pengangkatan)
Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang yang sudah selesai dipancang, akibat tekanan tanah yang terjadi pada saat
pemancangan titik pondasi berikutnya yang berdekatan, yang radiusnya tergantung dari sifat tanah di lokasi pekerjaan.
Untuk pemancangan tiang dalam kelompok (2 atau lebih), harus diperiksa secara berkala apakah terjadi pile heaving atau tidak :
• Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2-4 tiang pancang, tetap harus diperiksa pile heaving pada pemancangan awal sebagai data awal – jika
tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok tiang pertama diperiksa, maka pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random, namun jika
terjadi pile heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang berikutnya
• Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok harus dicatat level top of pile nya sebelum dilakukan pemancangan
berikutnya
(level yang dicatat boleh merupakan pinjaman level setempat dan tidak diikat ke BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas yang lain dan
mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari posisi yang tidak memungkinkan memindahkan acuan BM level ke tiang yang diukur)
• Setiap selesainya pemancangan 2-4 tiang berikutnya dalam satu kelompok tiang, dilakukan pengukuran ulang level tiang pancang yang telah
terpancang sebelumnya dan dipastikan tidak terjadi pile heaving
• Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus dipukul ulang/redrive untuk mengembalikan level top of pile ke posisi semula
atau sedikit lebih rendah dari level awal – untuk pekerjaan re-drive harus dicatat pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan
pengambilan grafik final set lagi
• Proses pengukuran dan pengecekan harus dilakukan terus sampai seluruh tiang pancang dalam satu kelompok tiang selesai dipancang
Penetapan nilai pengangkatan (heaving) yang disyaratkan untuk dilakukan re-drive harus mengikuti ketentuan spesifikasi teknis atau persetujuan
Konsultan Pengawas -- direkomendasikan nilai 5 mm untuk end-bearing pile dan 3 cm untuk friction pile
Untuk menghindari atau mengurangi resiko pile heaving dapat dilakukan langkah sebagai berikut :
• Jarak bersih antar tiang pancang tidak kurang dari 2 diameter atau diagonal penampang tiang – ditentukan oleh konsultan desain, jika terjadi pile
heaving dalam 5 kelompok tiang berturut-turut, maka diinformasikan kepada PM untuk diputuskan apakah akan diubah jarak antar tiang pancang
atau tidak
• Jika terdapat kelompok tiang pancang, pemancangan dimulai dari posisi terdalam lalu melingkar keluar