Pemerataan dan Profesionalisme Guru di Indonesiaputeriaprilianti
Â
Slide ini membahas mengenai masalah yang terjadi di Indonesia seputar pemerataan dan profesionalisme guru. tidak hanya menampilkan masalah, akan tetapi juga solusi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Pemerataan dan Profesionalisme Guru di Indonesiaputeriaprilianti
Â
Slide ini membahas mengenai masalah yang terjadi di Indonesia seputar pemerataan dan profesionalisme guru. tidak hanya menampilkan masalah, akan tetapi juga solusi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Makalah KapitaSelektaPenmas Kelompok 8 (B).pdfaldisyahputr501
Â
*Pengembangan Media Sosial YouTube dalam Pendidikan Masyarakat: Meningkatkan Akses dan Kualitas Pendidikan*
*Pendahuluan*
Media sosial telah mengubah lanskap pendidikan dengan memberikan akses ke konten pendidikan yang kaya dan beragam kepada masyarakat secara global. Di antara platform media sosial yang ada, YouTube telah menjadi salah satu yang paling populer dan bermanfaat dalam konteks pendidikan masyarakat. Makalah ini akan mengeksplorasi secara komprehensif pengembangan media sosial YouTube dalam pendidikan masyarakat, serta dampaknya terhadap aksesibilitas dan kualitas pendidikan.
*Peran YouTube dalam Pendidikan Masyarakat*
1. *Aksesibilitas Global*: YouTube menyediakan akses ke ribuan video pendidikan yang mencakup berbagai topik, mulai dari matematika dan sains hingga seni dan musik. Video-video ini dapat diakses oleh siapa saja dengan koneksi internet, memungkinkan masyarakat dari berbagai belahan dunia untuk mengakses sumber daya pendidikan secara gratis.
2. *Pembelajaran Fleksibel*: YouTube memungkinkan pembelajaran yang fleksibel, di mana pengguna dapat mengakses video pendidikan kapan saja dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini sangat berguna bagi individu yang memiliki jadwal yang sibuk atau tidak memiliki akses ke pendidikan formal.
3. *Diversitas Konten*: Platform ini menawarkan berbagai jenis konten pendidikan, termasuk tutorial, kuliah, presentasi, dan demonstrasi praktis. Dengan demikian, siswa memiliki kesempatan untuk belajar dengan cara yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka.
*Manfaat Penggunaan YouTube dalam Pendidikan Masyarakat*
1. *Keterlibatan dan Motivasi*: Video-video pendidikan yang interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Fitur seperti animasi, visualisasi, dan cerita menarik dapat membantu siswa untuk memahami konsep yang sulit dengan lebih baik.
2. *Kolaborasi dan Koneksi*: YouTube memfasilitasi kolaborasi dan koneksi antara siswa, instruktur, dan pengajar di seluruh dunia melalui komentar, diskusi, dan kolaborasi proyek. Hal ini memungkinkan pertukaran ide dan pengalaman yang berharga, serta pembelajaran yang lebih berorientasi pada komunitas.
3. *Kemajuan Pembelajaran Personal*: YouTube dapat digunakan sebagai alat untuk pembelajaran mandiri dan personalisasi, di mana siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan minat mereka sendiri. Ini memungkinkan pembelajaran yang lebih efektif dan adaptif sesuai dengan kebutuhan individu.
**Tantangan dan Implikasi**
1. *Validitas Konten*: Salah satu tantangan utama adalah keberadaan konten yang tidak terverifikasi dan tidak akurat di YouTube. Penting bagi pengguna untuk melakukan filterisasi dan evaluasi terhadap konten yang mereka konsumsi, serta untuk memastikan bahwa sumber daya yang mereka gunakan memiliki validitas dan keandalan.
2. *Kesenjangan Akses*: Meskipun YouTube secara teoritis dapat diakses oleh siapa saja dengan koneksi internet, masih ada kesenjangan akses yang perlu d
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. MAKALAH
PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan
Dosen Pengampu: Santa M. Pd
Disusun oleh:
Nur Amalia Kinanti Pratiwi (037119121)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga Makalah berjudul “Permasalahan
Pendidikan di Indonesia” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, serta umat yang senantiasa mengikuti dan melaksanakan
ajaran-Nya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dalam menambah wawasan
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi dari makalah ini agar bisa menjadi lebih baik untuk kedepannya.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangatlah sedikit. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Bogor, 14 November 2019
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................Error! Bookmark not defined.i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................i
A. Latar Belakang...............................................................................................................i
B. Rumusan Masalah .........................................................................................................i
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Masalah Pokok Pendidikan .........................................................................................3
B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan ......................................................................3
C. Pemecahan Masalah Pokok Pendidikan.....................................................................9
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pendidikan .......................................11
E. Permasalahan actual dan factual di Indonesia ........................................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................19
A. Kesimpulan..................................................................................................................19
B. Saran ............................................................................................................................19
C. Rekomendasi................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iii
LAMPIRAN.............................................................................................................................iv
4. i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan secara umum dibutuhkan oleh semua umat manusia dengan harapan
bekal pendidikan akan dapat menjamin hidup dan kehidupan masa kini dan masa yang
akan datang. Namun, kenyataannya memang sampai saat ini masih belum memberikan
kebahagiaan bagi sebagian masyarakat, yang mau tidak mau ini merupakan sebuah
permasalahan yang perlu dipikirkan oleh semua pihak pemerintah, masyarakat, dan
sekolah. Pendidikan adalah tonggak kemajuan bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu
merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu
rahasia umum bahwa maju tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan.
Dan Indonesia adalah salah satu Negara yang berkembang di dunia yang masih
mempunyai masalah besar dalam dunia pendidikan. Kita mempunyai tujuan bernegara
“Mencerdaskan kehidupan bangsa” yang seharusnya jadi sumbu perkembangan
pembangunan kesejahteraan dan kebudayaan bangsa. Tetapi yang kita rasakan sekarang
adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan.
Oleh karena itu dengan mengkaji makalah ini diharapkan kepada penyusun
maupun pembaca akan memahami lebih dalam tentang permasalahan pokok
pendidikan, jenis-jenis pokok pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangannya dan masalah-masalah aktual maupun factual beserta cara
penanggulangannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa masalah pokok pendidikan di Indonesia?
2. Apa saja jenis-jenis permasalahan pokok pendidikan?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pokok dalam pendidikan?
4. Bagaimana upaya pemecahan masalah pendidikan?
5. Bagaimana permasalahan aktual dan factual pendidikan di tanah air?
6. Bagaimana sumber daya pendidikan di Indonesia?
5. 2
C. Tujuan Penulisan
1. Mampu mendeskripsikan masalah pokok pendidikan di Indonesia
2. Mampu menjelaskan jenis-jenis permasalahan pokok pendidikan
3. Mampu menjelaskan upaya pemecahan masalah pokok pendidikan
4. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pendidikan
5. Mampu menjelaskan permasalahan actual dan factual di Indonesia
6. Mampu menjelaskan sumber daya pendidikan di Indonesia
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah Pokok Pendidikan
Perumusan pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial
budaya dan masyarakat sebagai supra sistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak
mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang
erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai supra
sistem tersebut di mana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga permasalahan intern dalam sistem pendidikan itu selalu ada
kaitannya dengan masalah-masalah di luar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya
masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial
budaya dan masyarakat di sekitarnya, dari mana murid-murid sekolah tersebut berasal,
serta masih banyak lagi faktor-faktor lainnya di luar sistem persekolahan yang berkaitan
dengan mutu hasil belajar tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga
sangat kompleks, menyangkut komponen dan pihak. Pada dasarnya ada dua masalah
pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air yaitu :
1. Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
2. Bagaimana pendidikan dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Dari kedua masalah pokok tersebut, maka permasalahan pokok yang pertama yaitu
mengenai masalah pemerataan pokok pendidikan dan masalah pokok yang kedua yaitu
menyangkut masalah mutu, efisiensi, dan relevansi pendidikan.
B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan
Dalam lingkup nasional, telah ditetapkan empat masalah pokok pendidikan yang
dirasa perlu untuk diprioritaskan penanggulangannya. Diantaranya sebagai berikut:
7. 4
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk mewujudkan bangsa dan
kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat menyediakan
kesempatan yang luas bagi seluruh warga Negara Indonesia untuk memperoleh
pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh
warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi
wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan
tersebut.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara
khususnya anak usia sekolah tidak dapat ditampung di dalam sistem lembaga
pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada masa
awalnya, di tanah air kita pemerataan-pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan
dalam UU No. 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Terdapat pada pasal 17 yang berbunyi:
“Tiap-tiap warga negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama untuk
diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk
pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu dipenuhi”
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar terdapat dalam pasal 10 ayat 1
yang berbunyi:
“Semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun
diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya”
Landasan yuridis pemerataan pendidikan sangatlah penting karena landasan
pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketertinggalan kita
sebagai akibat penjajahan. Sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh
kesempatan belajar pada SD. Maka mereka memiliki bekal dasar berupa
kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Tetapi pada zaman sekarang
kesenjangan fasilitas gedung sekolah Nampak jelas berbeda Antara sekolah yang
berada di salah satu kota dengan sekolah yang ada di 3T (terdepan, terbelakang,
terluar), belum lagi masalah tenaga pendidik (guru) yang mengajar diperkotaan
8. 5
dengan guru yang mengajar di pelosok-pelosok tanah air. Oleh karena itu, dengan
melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut
yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf
yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga
penghasil sebagai produsen terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi.
Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh
lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja
(performance test). Lazimnya sesudah itu masih dilakukan pelatihan/pemagangan
bagi calon utuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja di lapangan. Jadi
mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Namun, dengan
sulitnya pengukuran terhadap produk atau hasil keluaran maka jika orang berbicara
tentang mutu pendidikan, umumnya hanya mengasosiasikan dengan hasil belajar
yang dikenal sebagai hasil EBTA, EBTANAS, atau hasil SipenMaru, UMPTN,
karena ini yang mudah diukur. Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin
dicapai melalui proses belajar yang bermutu.
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi
yang sebaliknya efisiensinya berarti rendah.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah:
a. Bagaimana tenaga pendidikan difungsikan ?
b. Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan ?
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan ?
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga?
9. 6
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan dan pengembangan tenaga.
Diantaranya sebagai berikut:
1) Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia
dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas. Pada masa 5 tahun terakhir ini jatah
pengangkatan setiap tahunnya hanya sekitar 20% dari kebutuhan tenaga di lapangan.
Sedangkan persediaan tenaga yang siap diangkat (untuk sebagian besar jenis bidang
studi,sebab ada bidang studi tertentu yang belum tersedia tenaganya) lebih besar dari
pada kebutuhan di lapangan. Dengan demikian berarti lebih dari 80% tenaga yang
tersedia tidak segera difungsikan. Ini berarti pemubasiran terselubung, karena biaya
investasi pengadaan tenaga tidak segera terbayar kembali melalui pengabdian (belum
terjadi rate of return). Sebab tenaga kependidikan khususnya guru tidak dipersiapkan
untuk berwira usaha.
2) Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan studi, sering
mengalami kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Suatu
sekolah menerima guru baru dalam bidang studi yang sudah cukup atau bahkan sudah
kelebihan. sedang guru bidang studi yang dibutuhkan tidak diberikan karena
terbatasnya jatah pengangkatan sehingga pada sekolah-sekolah tertentu seorang guru
bidang studi harus merangkap mengajarkan bidang studi di luar kewenangannya.
misalnya guru bahasa harus mengajarkan IPA. Gejala tersebut membawa
ketidakefisienan dalam memfungsikan tenaga guru, juga pada SD meskipun kebutuhan,
namun mengalami masalah penempatan karena terbatasnya jumlah yang dapat diangkat
sulitnya menjaring tenaga yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil, karena tidak
insentif yang menarik demikian pula sulitnya menempatkan guru wanita.
3) Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat
khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru setiap pembaharuan
kurikulum menuntut adanya penyesuaian dari para pelaksana di lapangan. Dapat
dikatakan umumnya penanganan pengembangan tenaga pelaksana di lapangan (yang
berupa penyuluhan latihan lokakarya penyebaran buku panduan) sangat lambat padahal
proses pembekalan untuk dapat siap melaksanakan kurikulum baru memakan waktu.
akibatnya terjadi kesenjangan antara saat disenangkan berlakunya kurikulum dengan
saat mulai dilaksanakan. Dalam masa transisi yang relative lama ini proses pendidikan
berlangsung kurang efisien dan efektif.
10. 7
4) Masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana.
Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi
antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering terjadi karena
perubahan kurikulum. Banyak gedung SD Inpres (yang mulai dilancarkan
pembangunannya pada akhir Pelita II) karena beberapa sebab dibangun pada lokasi
yang tidak tepat. Akibatnya banyak SD yang kekurangan murid atau yang ruang
belajarnya kosong. Jika kondisi yang seperti ini terdapat pada banyak kabupaten dan
pada semua provinsi. maka terjadinya pemborosan tidak terelakan sebab pembangunan
tidak dapat dipindahkan lagi pula daya tahannya pun terbatas.
5) Masalah relevansi pendidikan
Pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat
menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-
masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional. Luaran
pendidikan diharapkan dapat mengisi semua pengembangan yang beraneka ragam
sektor produksi, sektor jasa dan lain-lain. Baik dari segi jumlah maupun dari segi
kualitas. Jika sistem pendidikan baik yang aktual (yang tersedia) maupun yang
potensial dengan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka
relevansi pendidikan dianggap tinggi.
Dan permasalahan relevansi pendidikan disini adalah masalah ketepatan
pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industry atau dapat dikatakan
ketepatan lulusan jenjang pendidikan di Indonesia. Relevansi pendidikan khususnya
lulusan pendidikan kita masih jauh dengan apa yang diperlukan oleh para pengguna
(dunia usaha dan dunia industry) sehingga para lulusan ketika ditest atau dicoba
kemampuan atau kompetensinya masih jauh dari standar yang diharapkan dunia usaha
dan dunia industri
11. 8
Tabel: Tenaga Kerja Indonesia:
2010 2011 2012 2013 2014
Tenaga Kerja 116,527,546 119,399,375 120,320,000 120,170,000 121,870,000
-Bekerja 108,207,767 111,281,744 113,010,000 112,760,000 114,630,000
-Menganggur 8,319,779 8,117,631 7,310,000 7,410,000 7,240,000
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015
Dari tabel diatas jelas, mau tidak mau harapan pendidikan bagi masyarakat menjadi lebih baik, terbalik malah menjadi masalah
bagi masyarakat ketika anak-anaknya tidak diterima bekerja di sektor-sektor yang sesuai dengan ijazah yang dimiliki. Inilah maksud dengan
permasalahan relevansi pendidikan di Indonesia.
12. C. Pemecahan Masalah Pokok Pendidikan
1. Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh
pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara
inovatif.
Cara konvensional antara lain:
1. Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
2. Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan
sore).
Cara inovatif antara lain:
a. Sistem Pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts
System (Instructional Management by Parent, Community and Teacher). Sistem
tersebut dirintis di Solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
b. SD kecil pada daerah terpencil.
c. Sistem Guru Kunjung.
d. SMP Terbuka (ISOSA – In School Out off School Approach)
2. Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki
kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran
pada perbaikan kualitas komponen pendidikan (utamanya komponen masukan
mentah untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi dan komponen masukan
instrumental) serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada
gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan
pengalaman belajar peserta didik, yang akhirnya dapat meningkatkan hasil
pendidikan.
13. 10
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-
hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai
berikut:
1) Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya-
untuk SLTA dan FT.
2) Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya
berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti
PKG dan lain-lain.
3) Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi materi yang lebih
esensial dan mengandung muatan lokal, metode yang menantang dan
menggairahkan belajar, dan melaksanakan evaluasi yang beracuan – PAP.
4) Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk
belajar.
5) Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran dan
peralatan laboratorium.
6) Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
7) Kegiatan pengendalian mutu
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan
teratasi jika pendidikan:
a. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya semua warga
Negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
b. Dapat mencapai hasil yang bermutu artinya: perencanaan, pemprosesan
pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
c. Dapat terlaksana secara efisien artinya: pemprosesan pendidikan sesuai dengan
rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
d. Produk yang bermutu tersebut relevan, artinya: hasil pendidikan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
14. 11
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pendidikan
1. Perkembangan IPTEK
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan IPTEK (ilmu
pengetahuan dan teknologi) ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara
sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta dan teknologi adalah penerapan
yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama, karena belum ada
jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kita sudah banyak mendapat
pengalaman dalam hal ini. Kedua pada dasarnya orang meragu dan gusar jika
menghadapi hal baru. Umumnya lebih suka mengerjakan hal-hal yang sudah
menjadi kebiasaan rutin pada dapat menerima hal baru yang belum dikenal.
Masalahnya ialah bagaimana cara memperkenalkan suatu inovasi atau orang
menerimanya. Setiap inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional
(memuat ide, cita-cita, prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik
Pelaksanaannya). Kepada masyarakat sasaran perlu manfaatnya, motif yang
mendasarnya.
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka penyediaan prasarana dan sarana
pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus
didikan ditambah. Dan ini berarti beban pengembangan nasional menjadi
bertambah
Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata
penurunan angka kematian, mengakibatkan berubahnya struktur kependudukan,
yaitu proposi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan kerja dan penduduk usia
tua meningkat berat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan demikian terjadi
pergeseran permintaan akan fasilitas sekolah dasar. Sebagai akibat meningkat
khusus untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat perlu disediakan
pendidikan non formal
15. 12
3. Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah
yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya
jarang yaitu di daerah pedalaman khususnya di daerah terpencil yang berlokasi di
pegunungan dan pulau-pulau sebaran penduduk seperti digambarkan itu
menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan. Sebagai contoh
adalah dibangunnya SD kecuali untuk melayani kebutuhan akan pendidikan di
daerah terpencil pada pelita V. Di samping SD yang reguler, belum lagi kesulitan
dalam hal penyediaan dan penempatan guru.
Di samping sebaran penduduk seperti digambarkan itu dengan pola yang statis
(di kota padat, di desa jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus perpindahan
penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terus menerus terjadi peristiwa ini
menimbulkan pola yang dinamis dan label yang lebih menyulitkan perencanaan
penyediaan kerja yang seharusnya menjadi acuan dalam pengadaan tenaga kerja.
4. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal
meningkat, khususnya pendidikan aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat,
aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi meningkatnya aspirasi
terhadap pendidikan itu maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar
nantinya anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tua
sendiri. Dorongan yang kuat ini terdapat pada anak-anak sendiri. Mereka (orang tua
dan anak-anak) merasa susah jika mendapat rintangan bersekolah dan lanjut studi
mungkin ini dapat dipandang sebagai indikator tentang betapa besarnya aspirasi
orang tua dan anak terhadap pendidikan itu.
Akibatnya yang timbul dari perubahan sosial tersebut gejala yang timbul yaitu
membanjirinya pelamar pada sekolah-sekolah arus pelajar menjadi meningkat. Di
kota-kota di samping pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam
pendidikan non formal.
16. 13
5. Keterbelakangan budaya
Keterbelakangan adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok
masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain
pendukung suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya
pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai baik. Terlepas dari kenyataan apakah
kebudayaan tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena itu penilaian
masyarakat luar itu dianggap subyektif. Semestinya masyarakat luar itu bukan harus
menilainya melainkan hanya melihat bagaimana kesesuaian kebudayaan tersebut
dengan tuntutan zaman. Jika sesuai dikatakan maju dan jika tidak sesuai lalu
dikatakan terbelakang. Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya
keterbelakangan budaya umumnya dialami oleh:
a. Masyarakat daerah terpencil
b. Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis
c. Masyarakat yang kurang terdidik
Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang terbelakang
kebudayaannya tidak ikut berperan serta dalam pembangunan, sebab mereka
kurang memiliki dorongan untuk maju. Jadi inti permasalahannya ialah
menyadarkan mereka akan ketertinggalannya dan bagaimana cara menyediakan
sarana kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan mereka.
Bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya (dalam hal ini
adalah kebudayaan nasional). Sebab sistem pendidikan yang tangguh adalah yang
bertumpu pada kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional selalu berkembang
dengan bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah ketinggalan zaman. Jika
sistem pendidikan dapat menggapai masyarakat keterbelakangan kebudayaannya
berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan.
E. Permasalahan actual dan factual di Indonesia
1. Aktual Pendidikan
Permasalahan aktual berupa kesenjangan - kesenjangan yang pada saat ini kita
hadapi dan terasa mendesak untuk ditanggulangi. Beberapa masalah aktual pendidikan
yang akan dikemukakan meliputi masalah-rnasalah keutuhan pencapaian sasaran,
17. 14
kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan pendayagunaan teknologi
pendidikan. Masalah aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai
pelaksanaanya. Misalnya munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep.
Berikut ini masalah aktual tersebut akan dibahas satu persatu:
a. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran
Di dalam undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional
ialah mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.1
Banyak hambatan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan system
pendidikan antara lain :
1) Kurikulum sudah terlalu sarat.
2) Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit karena dianggap
3) Menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi (hiden curriculum) yang
keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman
guru.
4) Pencapaian hasil pendidikan afektif rnemakan waktu, sehingga memerlukan
ketekunan dan kesabaran pendidik.
5) Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah. Bahkan kalau mau berhasil,
juga membutuhkan biaya. Misal, jika PR ingin berdaya mendidik
(ketekunan, kepercayaan diri, kejujuran kedisiplinan) maka harus diperiksa
dengan saksama oleh guru dan hasilnya dikembalikan kepada siswa untuk
dibicarakan Untuk itu perlu ada insentif bagi guru.
b. Masalah Kurikulum
Pada bagian ini akan dibahas masalah aktual mengenai kurikulum Masalah
kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Yang menjadi
sumber masalah ini bagaimana system pendidikan dapat mernbekali peserta didik
untuk terjun kelapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan
1 Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Tujuan pendidikan nasionalialah mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya
18. 15
memberikan bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang
ingin lanjut).
c. Masalah Peranan Guru
Konsep-konsep baru lahir sebagai cerminan humanisme yang memberikan arah
baru pada pendidikan. Sejalan dengan itu perkembangan iptek yang pesat
menyumbangkan cara – cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan masalah
pendidikan. Dalam realisasinya dipandu oleh kurikulum yang telah
disempurnakan.Sejalan dengan itu maka guru sebagai suatu komponen system
pendidikan juga harus berubah.
d. Masalah pendidikan 9 tahun
Keberadaan pendidikan 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI No 2
tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti
pendidikan sekurang – kurangnya tamat pendidikan dasar. Program pendidikan 3
tahun di SLTP, pasal 3 memuat tujun pendidikan dasar yaitu memberikan bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia,
serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, lebih – lebih pada tahap awal
sudah pasti banyak hambatannya, hambatan tersebut ialah :
1) Realisasi pendidikan dasar yang diatur PP Nomor 28 Tahun 1989 masih
harus dicarikan titik temunya dengan PP Nomor 65 Tahun 1951 yang
mengatur sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP
tersebut belum dicabut.
2) Kurikulum yang belum siap.
3) Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan
melalui bimbingan – bimbinga, penyuluhan, penataran dan lain – lain.
19. 16
e. Upaya Penanggulangan
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah -
masalah actual antara lain sebagai berikut :
1) Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup
2) Berlangsung hanya secara insidental
3) Pelaksanaan ko dan ekstrakulikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan
dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun
pelulusan.
4) Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan
tinggi dengan yang akan terjun kemasyarakat merupakan hal yang prinsip
karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di
perguruan tinggi.
5) Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberi perhatian khusus.
6) Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun apalagi jika dikaitkan dengan
gerakan wajib belajar, perlu diadakan penilitian secara meluas pada
masyarakat untuk menemukan faktor penunjang dan utamanya factor
penghambatnya.
2. Faktual Pendidikan
Dapat diartikan sebagai hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang
benar-benar ada atau terjadi atau diartikan sebagai sesuatu hal mengandung kebenaran.
Pendidikan Indonesia selalu gembar-gembor tentang kurikulum baru yang katanya
lebih bagus, lebih tepat sasaran, lebih kebarat-baratan atau apapun, yang jelas.
Menteri Pendidikan berusaha eksis dengan menguji cobakan formula pendidikan baru
dengan mengubah kurikulum. Agak miris melihat kondisi saat ini. Institusi pendidikan
tidak ubahnya seperti pencetak mesin ijazah Agar laku, sebagian memberikan iming-iming
lulus cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar. Apa yang bisa diharapkan
daripendidikan kering idealisme seperti itu. Ki Hajar Dewantoro mungkin bisa menangis
melihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
(seperti yang masih tertulis di UUD 45), tapi lebih mirip mesin usang yang
mengeluarkan produk yang sulit diandalkan kualitasnya.
20. 17
3. Solusi Permasalahan
a. Melalui Pendekatan Agama
Pendidikan adalah aqidah Islam. Aqidah menjadi dasar kurikulum (mata ajaran
dan metode pengajaran) yang diberlakukan oleh negara. Aqidah Islam berkonsekuensi
ketaatan pada syari’at Islam. Ini berarti tujuan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan
kurikulum harus terkait dengan ketaatan pada syari’at Islam. Namun pendidikan
dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan keterikatan pada syari’at Islam
pada peserta didik.
b. Melalui Peningkatan Kualitas Anak didik dan Pendidik
Bagaimana cara terbaik untuk meningkatkan kualitas guru demi tercapainya
kualitas sumber daya manusia yang tinggi, yang sedang merekabimbing sekarang ini. Ada cara-
cara sebagai berikut:
1) Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan perhatiannya pada masalah
pendidikan bangsa ini, karena tanpa bantuan pemerintah siapapun yang
berusaha untuk mengubah keadaantidak akan mendapatkan hasil yang baik.
2) Perbanyak program beasiswa yang berkualitas untuk mendapatkan guru yang
berkualitas tinggi.
3) Pendapatan guru wajib ditingkatkan terutama mereka yang telah rela mengajar
murid sekolah di berbagai tempat terpencil.
4) Penghargaan dan perhatian sekecil apapun pada para guru akan menyentuh
hati mereka untuk lebih menyayangi anak didiknya,sehingga secara otomatis guru akan
memberikan perhatian lebih padaparamurid.
c. Melalui Program Terpadu
Agar keluaran pendidikan menghasilkan SDM yang sesuai harapan,harus dibuat
sebuah sistem pendidikan yang terpadu. Artinya, pendidikan tidak hanya
terkonsentrasi pada satu aspek saja. Dalam hal ini, minimal ada 3 hal yang harus menjadi
perhatian yaitu, Pertama, sinergi antara sekolah,masyarakat, dan keluarga. Pendidikan yang
integral harus melibatkan tiga unsur di atas. Sebab, ketiga unsur di atas
menggambarkan kondisi factual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsur
tersebut belum berjalan secara sinergis, di samping masing-masing unsur
tersebut juga belum berfungsi secara benar.
Maka dari itu, ketiga hal di atas merupakan target yang harus dicapai. Dalam
implementasinya, untuk menjadi orientasi danpanduan bagi pelaksanaan pendidikan.
F. Sumber daya pendidikan di Indonesia
21. 18
Sumber daya pendidik adalah semua faktor yang dapatdimanfaatkan oleh pengelolaan pendidikan
untuk melaksanakan proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien. Menurut UUSPN pasal 1, sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang
dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan,
masyarakat,dana, sarana danprasarana.
22. 19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Misi pendidikan ialah menyiapkan Sumber Daya Manusia untuk pembangunan,
karena itu pendidikan selalu menghadapi masalah. Sebabnya karena pembangunan
sendiri selalu mengikuti tuntutan zaman yang selalu berubah. Masalah yang
dihadapi dunia pendidikan sangat luas dan kompleks. Pertama, karena sifat
sasarannya yaitu manusia, merupakan makhluk misteri yang mengundang banyak
teka-teki. Kedua, karena pendidikan harus mengantisipasi hari depan yang jika
mengundang banyak pertanyaan. Padahal pemahaman terhadap hari depan itu
penting karena menjadi acuan dari segenap perubahan yang terjadi saat ini. Oleh
karena itu agar masalah-masalah pendidikan dapat dipecahkan. maka diperlukan
rumusan tentang masalah-masalah pendidikan yang bersikap pokok yang dapat
dijadikan acuan bagi pemecahan masalah-masalah praktis yang timbul dalam
praktek pendidikan di lapangan. Dengan di kemukakan masalah-masalah pokok
pendidikan. Maka dari itu kita sebagai masalah harus cerdas,kritis,kreatif dan
inovatif dalam menghadapi permasalahan pendidikan di Indonesia karena itu
merupakan kewajiban kita sebagai penerus bangsa Indonesia. Tidak hanya
mahasiswa tetapi kepada para pendidik diharapkan memahami lebih baik masalah
pendidikan yang dihadapi di lapangan, merumuskannya, serta mencari alternatif
pemecahannya.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah semua
pihak harus bekerjasama dalam upaya penanggulangan permasalahan pokok
pendidikan. Untuk meminimalisir dampak negaif yang disebabkan oleh
permasalahan pokok tersebut maka harus ada perencanaan yang baik terhadap
system pendidikan. Meningkatkan kualitas pendidik dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan. Serta penyediaan sarana dan prasarana yang lebih efektif dan efisien.
Kita sebagai mahasiswa khususnya calon pendidik harus menyadari dan memahami
berbagai macam permasalahan pendidikan yang terjadi dilapangan sehingga dapat
23. 20
merumuskannya serta mencari alternatif pemecahannya. Jadilah, Mahasiswa
sekaligus Calon Pendidik yang peka terhadap berbagai permasalahan pendidikan.
C. Rekomendasi
Kita sebagai Calon Pendidik tentunya sangat dibutuhkan oleh para siswa.
Namun menurut hasil UKG (uji kompetensi guru) hasilnya cukup menyedihkan
karena banyak yang belum terbukti profesionalismenya. Kita sebagai Calon
Pendidik harus membuktikan untuk lebih baik dan lebih maju dibandingkan dengan
sebelumnya tentunya harus memiki semangat untuk selalu memberikan motivasi
tanpa putus terhadap peserta didik, simpatik, berpengetahuan banyak, tidak tergesa-
gesa dalam mengajar, memiliki perasaan homor dan tentunya dapat memecahkan
masalah pendidikan apapun untuk kedepannya. Jadilah guru yang di rindu dan di
cintai oleh semua siswa siswinya, karena guru yang demikian merupaka indicator
majunya pendidikan.
24. iii
DAFTAR PUSTAKA
Samsudin, A, Sutirna. 2015. Landasan Kependidikan. Bandung: PT Refika Aditarna
Oemar Hamalik, 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
25. iv
LAMPIRAN
PERTANYAAN:
1. Noor Laeli Salsabila
Banyak pergantian kurikulum di Indonesia, tetapi kurikulum manakah yang baik dan
ideal untuk kepribadian bangsa Indonesia?
2. Finka Oktaviani
Solusi masalah relevansi pendidikan salah satunya menambah pendidikan dibidang
kompetensi atau profesi sekolah kejuruan untuk menyiapkan tenaga yang siap pakai
digunakan, maka ada kemungkinan tidak jika SMA akan dihapuskan?
3. Afifah Yuwanita
Bagaimana cara menangani anak yang kurang dalam belajar?
4. Ita Annisa
Bagaimana cara kita sebagai calon guru agar menjadi guru yang profesional?
5. Chamila Nursima
Bagaimana cara membangun Relevansi pendidikan yang baik untuk para anak didik?
JAWABAN:
1) Kurikulum yang baik untuk kepribadian bangsa yaitu kurikulum yang sesuai dengan
budaya bangsa itu sendiri.
2) Tidak mungkin dihapuskan karena SMA penting untuk penerus generasi bangsa dan
sekolah kejuruan mungkin hanya sebagian siswa/siswi yang ingin menguasai suatu
bidang tertentu.
3) Cara menangani anak yang kurang belajar pastinya dari guru tersebut harus mengetahui
terlebih dahulu karakter dari anak, terutama wali kelasnya harus merangkul anak
tersebut, memberikan motivasi yang membuat anak semangat belajar agar merasa tidak
minder dengan teman yang lainnya dan perlahan demi perlahan diajak untuk belajar
sesuai dengan kemampuan cara belajar dari anak tersebut.
4) Cara menjadi guru yang professional pastinya kita harus mengetahui tugas pokok
(tupoksi) guru itu sendiri yang pertama yaitu harus professional, kepribadian dari calon
guru harus baik, harus mengetahui pedagogic (perencanaan seperti membuat silabus
dan RPP, pelaksanaannya, supervise (menilai kinerja guru) dan tindak lanjut serta calon
26. v
guru itu harus bersosial maksud dari bersosial disini adalah setelah jadi guru, kita akan
mendapatkan penilaian baik atau buruknya dari sekolah, orang tua murid atau
masyarakat lainnya dan yang paling utama kita sebagai calon guru harus banyak
membaca karena dalam hadist pun dikatakan yang artinya “Tuntutlah ilmu sejak dari
buaian hingga liang lahat”.
5) Cara membangun relevansi yang baik untuk para anak didik pastinya harus banyak
latihan dari anak, kita sebagai seorang guru jangan sampai hanya memerintahkan anak
untuk belajar tanpa mencontohkan terlebih dahulu. Contohnya, guru memerintahkan
anak untuk membuat puisi, maka cobalah anak didik kita diajak untuk keluar kelas
untuk melihat pemandangan apa saja yang ada diluar dan perintahkan untuk membuat
sebuah puisi atau kata apapun yang ada diluar kelas tersebut maka dari itu kita melatih
anak agar bisa mengamati dan membuat puisi sendiri dan yang paling baik itu harus
aktif dari anak didik tersebut.