In the ICI pilling test the fabric will undergo tumbling action while in the case of Martindale abrasion test the fabric sample will undergo multidirectional action against the emery cloth. So the test condition in Martindale is widely acceptable than ICI pilling.
The presentation highlights on the spinning process, sewing thread and the defects in making a yarn. The basic knowledge that a FD student should be clear.
In the ICI pilling test the fabric will undergo tumbling action while in the case of Martindale abrasion test the fabric sample will undergo multidirectional action against the emery cloth. So the test condition in Martindale is widely acceptable than ICI pilling.
The presentation highlights on the spinning process, sewing thread and the defects in making a yarn. The basic knowledge that a FD student should be clear.
2. Panduan inspek kain pada
Garment
Standar inspeksi garment
- Pemeriksaan dilakukan pada semua lot 100%
- Penyimpanan dokumen dan sample biasanya dilakukan selama
2 tahun, dengan data terakhir produksi musim lalu lengkap dengan
hasil test fisik dan pengukuran warna menggunakan spektro
fotometer.
3. Four point sistem
Sistem four point digunakan untuk menentukan grade kain yang dapat diterima.
Persyaratan : batas max yang dapat diterima kain tenun / rajut
Rata-rata dari total pengiriman : max 24 points / yds2
Individual roll : max 28 points / yds2
Klasifikasi jenis cacat (segala arah)
0 – 3 inch = 1 point
3 – 6 inch = 2 point
6 – 9 inch = 3 point
> 9 inch = 4 point
Max 4 point / yds2
dapat digunakan, tanpa memperhatikan ukuran cacat pada kain jika cacat dalam 1 yards
banyak.
Untuk cacat sepanjang kain 4 point digunakan pada setiap yds2
Semua lubang 4 point
4. Proses inspeksi
• Menandai cacat
Pihak pabrik dan pembeli harus sepakat dalam mengidentifikasi cacat, apakah tidak
akan ditandai, ditandai stiker, atau membuat ikatan pada pinggiran kain atau cara lain
yang disepakati bersama.
Dalam memberi cacat pada kain harus dilakukan secara hati-hati karena pada
beberapa item penandaan cacat bisa jadi menambah cacat dari yang ada.
• Pengukuran lebar / panjang
Pengukuran lebar harus dilakukan pada awal, tengah dan akhir setiap roll
• Variasi shading
konsistensi warna harus sama anatara roll to roll.
5. 1. Warna / shadding selebar kain
Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian hasil produksi
dengan acuan warna / master colour.
Biasanya diukur menggunakan alat (CCM) yang menghasilkan nilai ΔE
Standar FPT untuk ΔE max 1,0
Pengecekan akhir kain@2014
2. Hand feel
Pengecekan ini umumnya dilakukan secara manual, sehingga
diperlukan kecermatan dalam menentukan kesesuaian pegangan kain
Adapun efek dari pegangan kaku atau halus tergantung dari obat /
chemical yang digunakan
Beberapa standar pengecekan kain
6. 3. Skewing
Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui besarnya penyimpangan
lebar kain (arah miring kanan atau kiri), jarak penyimpangan diukur
dalam satuan mm (milimeter).
Panjangkain
cb
a
d
% skew = 100(ab atau bd) / bc
7. 4. Bowing
Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui besarnya penyimpangan
lebar kain bentuk melengkung, jarak penyimpangan diukur dalam satuan
mm (milimeter).
D
BL
Hooked bow
D
BL
Bow
BL
D
D
Double bow
D
D
BL Double hooked bow
D
D
BL
Double reverse bow
% Bow = 100 (D / BL)
8. 5. Density
Pengecekan ini dilakukan untuk mengukur kerapatan benang pada kain,
karena hal ini akan berpengaruh terhadap pegangan kain (hand feel)
dan pantulan sinar pada warna.
Alat yang digunakan adalah densimeter, ada beberapa jenis denismeter
yaitu A, B, C, D, E sesuai dengan kerapatan benang yang diukur.
Toleransi untuk density adalah + 2 helai benang.
9. 6. Lebar kain
Pengecekan ini dilakukan untuk mengukur lebar kain agar seragam, jika
lebar kain berbeda akan berpengaruh terhadap density sehingga hand
feel pun akan berbeda.
ArahPanjangkain
10. 7. Test water reppelent
Pengecekan ini dilakukan untuk memastikan proses WR yang dilakukan
sudah baik atau belum, cara termudah pengetesan WR ini yaitu dengan
meneteskan air pada kain.
Jika air masih menetes disisi lain kain, berarti proses WR belum
sempurna.
8. Test luntur terhadap pencucian (washing fastness)
Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui kelunturan (staining) kain
saat dilakukan pencucian, umumnya pada warna-warna tua.
Pengetesan menggunakan mesin launder-o meter.
11. 9. Test tahan gosokan (rubbing fastness)
Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui kelunturan (staining) kain
saat dilakukan penggosokan pada kain katun putih, umumnya pada
warna-warna tua.
Pengetesan menggunakan mesin crock meter.
10. Test slip jahitan (seam slippage)
Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui slip kain saat di jahit,
umumnya slip terdapat pada kain-kain tipis atau finishing menggunakan
silikon.