V.

DISKUSI
1. UJI PEMBAKARAN
Pada saat uji pembakaran beberapa serat dipuntir dengan tujuan agar
terbakarnya lambat sehingga mudah diamati. Pembakaran dilakukan dengan
menggunakan koreak api gas dengan menggunakan pembakar bunsen kemudian
serat dibakar dari samping. Pada uji pembakaran ini indikator yang perlu diamati
adalah asap yang ditimbulkan setelah pembakaran, bau yang ditimbulkan setelah
pembakaran, sifat pembakaran dan sisa pembakarannya.
Pada uji pembakaran ini hanya dapat digunakan untuk membedakan serat
secara umum saja dan tidak dapat digunakan untuk serat campuran. Pada
umumnya serat dari selulosa pada saat selesai dibakar tidak menimbulkan asap
dan baunya seperti kertas terbakar. Sifat pembakaran yang pada serat selulosa
secara umum adalah serat akan cepat terbakar dan akan meneruskan nyala api.
Sedangkan sisa abu yang ditimbulkan oleh pembakaran serat selulosa adalah
abunya mudah rapuh dan berwarna hitam.
Perbedaan hasil indikator yang diamati pun terdapat pada serat yang berasal
dari protein. Meskipun sama serat alamnya, namun hasil pengamatan setelah
pembakaran berbeda dengan serat selulosa. Setelah pembakaran serat protein
tidak mengeluarkan asap dan bau yang ditimbulkan seperti rambut terbakar. Sifat
pembakarannya pun berbeda antara sutera dengan wool. Sutera bersifat tidak
meneruskan nyala api sedangkan wool bersifat meneruskan nyala api seperti serat
selulosa. Sisa pembakaran yang ditimbulkan oleh serat protein adalah abunya
mudah rapuh dan terdapat bulatan hitam diujungnya.
Pada

serat

buatan

seperti

polyester,

poliakrilat

dan

nylon

hasil

pembakarannya juga memberikan hasil yang berbeda. Asap yang ditimbulkan dari
pembakaran serat polyester dan poliakrilat berwarna hitam sedangkan serat nylon
asapnya berwarna putih. Namun bau yang ditimbulkan dari pembakaran polyester,
poliakrilat dan nylon adalah sama yaitu seperti plastic terbakar. Bau seperti plastic
terbakar terjadi karena polyester, poliakrilat dan nylon merupakan serat buatan.
Serat buatan ini sifat pembakarannya adalah meleleh karena terbuat dari bahan
semacam plastic yang mudah meleleh sedangkan sisa pembakarannya bersifat
keras dan berwarna hitam diujungnya.
Sedangkan

untuk

serat

campuran

uji

pembakaran

ini

tidak

bisa

dipertanggungjawabkan hasilnya. Seperti campuran polyester : kapas, setelah

12
pembakan mengeluarkan asap hitam yang artinya kandungan poliesternya lebih
banyak daripada kapas, sehingga bau yang ditimbulkannya pun seperti plastic
terbakar. Begitu pula dengan sifat pembakaran yang meneruskan nyala api dan
sisa pembakarannya abunya rapuh tetapi sedikit keras. Pada campuran polyester :
rayon dan polyester : wool setelah pembakaran tidak menimbulkan asap yang
berarti kandungan rayon dan woolnya lebih banyak daripada poliesternya. Begitu
pula dengan sifat pembakarannya yang meleleh dan abunya sedikit keras dan
rapuh
2. UJI PELARUTAN
Pada saat dilakukan uji pelarutan pada masing-masing dengan beberapa
jenis pelarut ternyata memberikan hasil yang sedikit berbeda dengan literatur.
Misalnya pada pelarut Asam sulfat 70% yang seharusnya bisa melarutkan serat
kapas, rayon viskosa, rayon asetat, nylon dan sutera,

tetapi pada percobaan

ternyata yang larut hanya serat rayon viskosa dan rami saja. Sedangkan pada
pelarut Natrium hipokhlorit yang seharusnya bisa melarutkan wool dan sutera
namun pada uji yang dilakukan ternyata tidak bisa melarutkan kedua serat
tersebut. Pada pelarut Metil salisilat dapat melarutkan poliester pada suhu tinggi.
Suhu tinggi ini diperoleh dengan cara memanaskan tabung reaksi berisi serat dan
pelarutnya diatas pembakar bunsen. Saat dilakukan pelarutan dengan Asam
formiat, KOH 0,5% suhu kamar, NaOH 10% suhu kamar dan suhu tinggi, NaOH
45% suhu kamar, NaOCl 10%, Metil salisilat dan aseton suhu kamar ternyata
semua pelarut tersebut tidak bisa melarutnya semua jenis serat yang diuji. Semua
perbedaan yang terjadi pada saat praktikum antara lain disebabkan karena pelarut
yang digunakan sudah rusak, artinya mungkin bisa saja pelarutnya sudah sering
digunakan

dan

terbuka

dari

tutupnya.

Hal

ini

menyebabkan

kestabilan

konsentrasinya berubah sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.
3. UJI MIKROSKOP
Pengamatan dibawah mikroskop memerlukan ketelitian agar struktur serat
yang diamati dapat terlihat dengan jelas. Alat-alat yang digunakan harus
dibersihkan agar pada saat diamati dibawah mikroskop yang terlihat adalah
struktur seratnya bukan kotoran-kotoran atau gelembung udara yang timbul akibat
kelebihan medium yang digunakan. Pada pengamatan penampang melintang dari
serat harus disiapkan preparatnya terlebih dahulu. Preparat ini dapat dibuat
dengan irisan gabus.

13
Benang jahit yang telah dimasukkan kedalam jarum jahit ditusukkan
ditengah-tengah gabus, setelah itu tinggalkan sedikit benang jahit yang telah
masuk dan dorong kembali jarum jahit kebawah. Kemudian beberarapa serat yang
telah disiapkan dilamsukkan kedalam lengkungan benang jahit tersebut dan diberi
lak merah sampai kering. Setelah kering benang jahit tersebut ditarik agar serat
yang telah diberi lak masuk kedalam gabus. Agarlak benar-benar kering gabus
tersebut kemudian diopen selama beberapa menit. Pembuatan irisan melintang
pada gabus harus setipis mungkin agar struktur serat yang akan diamati terlihat
jelas dibawah mikroskop.
Pengamatan serat dilakukan secara membujur dan melintang. Pada
pengamatan membujur terlihat ada serat yang berpilin seperti pita, bersisik,
permukaannya halus karena merupakan serat buatan dan terdapat juga yang
permukannya berambut. Sedangkan pada pengamatan penampang melintangnya
terlihat berbagai macam bentuk serat yang seperti ginjal, segitiga, bulat, tulang
anjing, lonjong,dan bergerigi. Bentuk serat yang bermacam-macam ini tergantung
pada golongannya misalnya serat alam, serat buatan atau serat campuran.
VI.

KESIMPULAN
1. UJI PEMBAKARAN
 Identifikasi serat selulosa :
♣ Serat terbakar dengan cepat
♣ Meneruskan nyala api
♣ Tidak berasap setelah pembakaran
♣ Baunya seperti kertas terbakar
♣ Sisa pembakarannya berupa abu yang mudah rapuh
 Identifikasi serat protein/rambut :
♣ Tidak berasap setelah pembakaran
♣ Baunya seperti rambut terbakar
♣ Sisa pembakarannya berupa abu yang rapuh
♣ Meninggalkan bulatan kecil hitam pada ujungnya
 Identifikasi serat buatan :
♣ Sifat pembakarannya meleleh

14
♣ Tidak meneruskan nyala api
♣ Berasap hitam setelah pembakaran (polyester dan poliakrilat), berasap
putih setelah pembakaran (poliamida/nylon)
♣ Baunya seperti plastic terbakar
♣ Sisa pembakarannya bersifat keras dan berwarna hitam diujungnya.
 Uji pembakaran tidak dapat digunakan untuk serat-serat campuran karena
hasil pembakarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
 Uji pembakaran hanya bisa digunakan untuk membedakan golongan serat
secara umum saja.
2. UJI PELARUTAN
Dari hasil uji pelarutan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
 H2SO4 60% melarutkan serat rayon viskosa, rami, dan poliakrilat
 H2SO4 70% melarutkan serat rayon viskosa, rami, poliakrilat dan poliamida
 HCl 1:1 melarutkan serat poliamida/nylon
 HNO3 melarutkan serat sutera, poliakrilat, dan poliamida/nylon
 Asam formiat tidak melarutka serat sama sekali baik pada suhu kamar maupun
suhu panas
 KOH 0,5% pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali sedangkan
pada suhu panas melarutkan serat sutera dan wool
 NaOH 10% pada suhu kamar dan suhu panas tidak melarutkan serat sama
sekali
 NaOH 45% pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali sedangkan
pada suhu panas hanya melarutkan serat sutera
 NaOCl 10% dan Aseton pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali
 Metilsalisilat pada suhu kamar tidak melarutkan serat samasekali sedangkan
pada suhu panas hanya melarutkan serat poliester
 Ketidaksamaan hasil praktikum dengan literatur disebabkan karena pelarut
yang digunakan sudah tidak baik kestabilan konsentrasinya
3. UJI MIKROSKOP
 Untuk serat alam seperti kapas, rayon viskosa dan rami penampang
membujurnya berbentuk pipih berpilin seperti pita, seperti silinder dengan
garis-garis sejajar dan berkerut untuk serat rami. Sedangkan penampang

15
melintangnya berbentuk ginjal (kapas), bergerigi (rayon viskosa), dan lonjong
memanjang (rami).
 Panampang

membujur

dari

serat

protein

adalah

terdapat

garis-garis

ditengahnya (sutera), dan bersisik untuk serat wool.Sedangkan penampang
melintangnya berbentuk segitiga (sutera) dan bulat agak lonjong (wool).
 Untuk serat-serat buatan seperti polyester, poliakrilat, dan poliamida/nylon
bentuk penampang membujurnya adalah seperti silinder dan penampang
melintangnya bulat yang rata/halus.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Dede Karyana, S.Teks, M.Si. 2008. Pedoman Praktikum Laboratorium
Evaluasi Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia.
Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

16
melintangnya berbentuk ginjal (kapas), bergerigi (rayon viskosa), dan lonjong
memanjang (rami).
 Panampang

membujur

dari

serat

protein

adalah

terdapat

garis-garis

ditengahnya (sutera), dan bersisik untuk serat wool.Sedangkan penampang
melintangnya berbentuk segitiga (sutera) dan bulat agak lonjong (wool).
 Untuk serat-serat buatan seperti polyester, poliakrilat, dan poliamida/nylon
bentuk penampang membujurnya adalah seperti silinder dan penampang
melintangnya bulat yang rata/halus.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Dede Karyana, S.Teks, M.Si. 2008. Pedoman Praktikum Laboratorium
Evaluasi Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut
Teknologi Tekstil.
Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia.
Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

16

Identifikasi serat 2

  • 1.
    V. DISKUSI 1. UJI PEMBAKARAN Padasaat uji pembakaran beberapa serat dipuntir dengan tujuan agar terbakarnya lambat sehingga mudah diamati. Pembakaran dilakukan dengan menggunakan koreak api gas dengan menggunakan pembakar bunsen kemudian serat dibakar dari samping. Pada uji pembakaran ini indikator yang perlu diamati adalah asap yang ditimbulkan setelah pembakaran, bau yang ditimbulkan setelah pembakaran, sifat pembakaran dan sisa pembakarannya. Pada uji pembakaran ini hanya dapat digunakan untuk membedakan serat secara umum saja dan tidak dapat digunakan untuk serat campuran. Pada umumnya serat dari selulosa pada saat selesai dibakar tidak menimbulkan asap dan baunya seperti kertas terbakar. Sifat pembakaran yang pada serat selulosa secara umum adalah serat akan cepat terbakar dan akan meneruskan nyala api. Sedangkan sisa abu yang ditimbulkan oleh pembakaran serat selulosa adalah abunya mudah rapuh dan berwarna hitam. Perbedaan hasil indikator yang diamati pun terdapat pada serat yang berasal dari protein. Meskipun sama serat alamnya, namun hasil pengamatan setelah pembakaran berbeda dengan serat selulosa. Setelah pembakaran serat protein tidak mengeluarkan asap dan bau yang ditimbulkan seperti rambut terbakar. Sifat pembakarannya pun berbeda antara sutera dengan wool. Sutera bersifat tidak meneruskan nyala api sedangkan wool bersifat meneruskan nyala api seperti serat selulosa. Sisa pembakaran yang ditimbulkan oleh serat protein adalah abunya mudah rapuh dan terdapat bulatan hitam diujungnya. Pada serat buatan seperti polyester, poliakrilat dan nylon hasil pembakarannya juga memberikan hasil yang berbeda. Asap yang ditimbulkan dari pembakaran serat polyester dan poliakrilat berwarna hitam sedangkan serat nylon asapnya berwarna putih. Namun bau yang ditimbulkan dari pembakaran polyester, poliakrilat dan nylon adalah sama yaitu seperti plastic terbakar. Bau seperti plastic terbakar terjadi karena polyester, poliakrilat dan nylon merupakan serat buatan. Serat buatan ini sifat pembakarannya adalah meleleh karena terbuat dari bahan semacam plastic yang mudah meleleh sedangkan sisa pembakarannya bersifat keras dan berwarna hitam diujungnya. Sedangkan untuk serat campuran uji pembakaran ini tidak bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Seperti campuran polyester : kapas, setelah 12
  • 2.
    pembakan mengeluarkan asaphitam yang artinya kandungan poliesternya lebih banyak daripada kapas, sehingga bau yang ditimbulkannya pun seperti plastic terbakar. Begitu pula dengan sifat pembakaran yang meneruskan nyala api dan sisa pembakarannya abunya rapuh tetapi sedikit keras. Pada campuran polyester : rayon dan polyester : wool setelah pembakaran tidak menimbulkan asap yang berarti kandungan rayon dan woolnya lebih banyak daripada poliesternya. Begitu pula dengan sifat pembakarannya yang meleleh dan abunya sedikit keras dan rapuh 2. UJI PELARUTAN Pada saat dilakukan uji pelarutan pada masing-masing dengan beberapa jenis pelarut ternyata memberikan hasil yang sedikit berbeda dengan literatur. Misalnya pada pelarut Asam sulfat 70% yang seharusnya bisa melarutkan serat kapas, rayon viskosa, rayon asetat, nylon dan sutera, tetapi pada percobaan ternyata yang larut hanya serat rayon viskosa dan rami saja. Sedangkan pada pelarut Natrium hipokhlorit yang seharusnya bisa melarutkan wool dan sutera namun pada uji yang dilakukan ternyata tidak bisa melarutkan kedua serat tersebut. Pada pelarut Metil salisilat dapat melarutkan poliester pada suhu tinggi. Suhu tinggi ini diperoleh dengan cara memanaskan tabung reaksi berisi serat dan pelarutnya diatas pembakar bunsen. Saat dilakukan pelarutan dengan Asam formiat, KOH 0,5% suhu kamar, NaOH 10% suhu kamar dan suhu tinggi, NaOH 45% suhu kamar, NaOCl 10%, Metil salisilat dan aseton suhu kamar ternyata semua pelarut tersebut tidak bisa melarutnya semua jenis serat yang diuji. Semua perbedaan yang terjadi pada saat praktikum antara lain disebabkan karena pelarut yang digunakan sudah rusak, artinya mungkin bisa saja pelarutnya sudah sering digunakan dan terbuka dari tutupnya. Hal ini menyebabkan kestabilan konsentrasinya berubah sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. 3. UJI MIKROSKOP Pengamatan dibawah mikroskop memerlukan ketelitian agar struktur serat yang diamati dapat terlihat dengan jelas. Alat-alat yang digunakan harus dibersihkan agar pada saat diamati dibawah mikroskop yang terlihat adalah struktur seratnya bukan kotoran-kotoran atau gelembung udara yang timbul akibat kelebihan medium yang digunakan. Pada pengamatan penampang melintang dari serat harus disiapkan preparatnya terlebih dahulu. Preparat ini dapat dibuat dengan irisan gabus. 13
  • 3.
    Benang jahit yangtelah dimasukkan kedalam jarum jahit ditusukkan ditengah-tengah gabus, setelah itu tinggalkan sedikit benang jahit yang telah masuk dan dorong kembali jarum jahit kebawah. Kemudian beberarapa serat yang telah disiapkan dilamsukkan kedalam lengkungan benang jahit tersebut dan diberi lak merah sampai kering. Setelah kering benang jahit tersebut ditarik agar serat yang telah diberi lak masuk kedalam gabus. Agarlak benar-benar kering gabus tersebut kemudian diopen selama beberapa menit. Pembuatan irisan melintang pada gabus harus setipis mungkin agar struktur serat yang akan diamati terlihat jelas dibawah mikroskop. Pengamatan serat dilakukan secara membujur dan melintang. Pada pengamatan membujur terlihat ada serat yang berpilin seperti pita, bersisik, permukaannya halus karena merupakan serat buatan dan terdapat juga yang permukannya berambut. Sedangkan pada pengamatan penampang melintangnya terlihat berbagai macam bentuk serat yang seperti ginjal, segitiga, bulat, tulang anjing, lonjong,dan bergerigi. Bentuk serat yang bermacam-macam ini tergantung pada golongannya misalnya serat alam, serat buatan atau serat campuran. VI. KESIMPULAN 1. UJI PEMBAKARAN  Identifikasi serat selulosa : ♣ Serat terbakar dengan cepat ♣ Meneruskan nyala api ♣ Tidak berasap setelah pembakaran ♣ Baunya seperti kertas terbakar ♣ Sisa pembakarannya berupa abu yang mudah rapuh  Identifikasi serat protein/rambut : ♣ Tidak berasap setelah pembakaran ♣ Baunya seperti rambut terbakar ♣ Sisa pembakarannya berupa abu yang rapuh ♣ Meninggalkan bulatan kecil hitam pada ujungnya  Identifikasi serat buatan : ♣ Sifat pembakarannya meleleh 14
  • 4.
    ♣ Tidak meneruskannyala api ♣ Berasap hitam setelah pembakaran (polyester dan poliakrilat), berasap putih setelah pembakaran (poliamida/nylon) ♣ Baunya seperti plastic terbakar ♣ Sisa pembakarannya bersifat keras dan berwarna hitam diujungnya.  Uji pembakaran tidak dapat digunakan untuk serat-serat campuran karena hasil pembakarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.  Uji pembakaran hanya bisa digunakan untuk membedakan golongan serat secara umum saja. 2. UJI PELARUTAN Dari hasil uji pelarutan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :  H2SO4 60% melarutkan serat rayon viskosa, rami, dan poliakrilat  H2SO4 70% melarutkan serat rayon viskosa, rami, poliakrilat dan poliamida  HCl 1:1 melarutkan serat poliamida/nylon  HNO3 melarutkan serat sutera, poliakrilat, dan poliamida/nylon  Asam formiat tidak melarutka serat sama sekali baik pada suhu kamar maupun suhu panas  KOH 0,5% pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali sedangkan pada suhu panas melarutkan serat sutera dan wool  NaOH 10% pada suhu kamar dan suhu panas tidak melarutkan serat sama sekali  NaOH 45% pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali sedangkan pada suhu panas hanya melarutkan serat sutera  NaOCl 10% dan Aseton pada suhu kamar tidak melarutkan serat sama sekali  Metilsalisilat pada suhu kamar tidak melarutkan serat samasekali sedangkan pada suhu panas hanya melarutkan serat poliester  Ketidaksamaan hasil praktikum dengan literatur disebabkan karena pelarut yang digunakan sudah tidak baik kestabilan konsentrasinya 3. UJI MIKROSKOP  Untuk serat alam seperti kapas, rayon viskosa dan rami penampang membujurnya berbentuk pipih berpilin seperti pita, seperti silinder dengan garis-garis sejajar dan berkerut untuk serat rami. Sedangkan penampang 15
  • 5.
    melintangnya berbentuk ginjal(kapas), bergerigi (rayon viskosa), dan lonjong memanjang (rami).  Panampang membujur dari serat protein adalah terdapat garis-garis ditengahnya (sutera), dan bersisik untuk serat wool.Sedangkan penampang melintangnya berbentuk segitiga (sutera) dan bulat agak lonjong (wool).  Untuk serat-serat buatan seperti polyester, poliakrilat, dan poliamida/nylon bentuk penampang membujurnya adalah seperti silinder dan penampang melintangnya bulat yang rata/halus. VII. DAFTAR PUSTAKA Dede Karyana, S.Teks, M.Si. 2008. Pedoman Praktikum Laboratorium Evaluasi Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil. Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung : Institut Teknologi Tekstil. 16
  • 6.
    melintangnya berbentuk ginjal(kapas), bergerigi (rayon viskosa), dan lonjong memanjang (rami).  Panampang membujur dari serat protein adalah terdapat garis-garis ditengahnya (sutera), dan bersisik untuk serat wool.Sedangkan penampang melintangnya berbentuk segitiga (sutera) dan bulat agak lonjong (wool).  Untuk serat-serat buatan seperti polyester, poliakrilat, dan poliamida/nylon bentuk penampang membujurnya adalah seperti silinder dan penampang melintangnya bulat yang rata/halus. VII. DAFTAR PUSTAKA Dede Karyana, S.Teks, M.Si. 2008. Pedoman Praktikum Laboratorium Evaluasi Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. P. Soepriyono, S.Teks, dkk. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil. Wibowo Moerdoko, S.Teks, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil bagian Kimia. Bandung : Institut Teknologi Tekstil. 16