SlideShare a Scribd company logo
1 of 86
Download to read offline
PERANAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM
            MEMPREDIKSI KESEHATAN PERUSAHAAN
                TEKSTIL DAN ALAS KAKI YANG
                 TERDAFTAR DI BURSA EFEK
                         JAKARTA
                               (Periode Penelitian 2003 – 2006)


                                               TESIS


                                                 Oleh


                                  DAULAT SIHOMBING
                                     037017037/Akt




                          SEKOLAH PASCASARJANA
                       UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
                                 MEDAN
                                   2008


Daulat Sihombing : Peranan Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kesehatan Perusahaan Tekstil…, 2008
USU e-Repository © 2008
PERANAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM
  MEMPREDIKSI KESEHATAN PERUSAHAAN
      TEKSTIL DAN ALAS KAKI YANG
       TERDAFTAR DI BURSA EFEK
               JAKARTA
               (Periode Penelitian 2003 – 2006)




                           TESIS



           Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
 dalam Program Studi Ilmu Akuntansi Pada Sekolah Pascasarjana
                  Universitas Sumatera Utara



                            Oleh




                DAULAT SIHOMBING
                   037017037/Akt




           SEKOLAH PASCASARJANA
        UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
                  MEDAN
                    2008
Judul Tesis    : PERANAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM
                 MEMPREDIKSI      KESEHATAN  PERUSAHAAN
                 TEKSTIL DAN ALAS KAKI YANG TERDAFTAR DI
                 BURSA EFEK JAKARTA
Nama Mahasiswa : Daulat Sihombing
Nomor Pokok    : 037017037
Program Studi  : Ilmu Akuntansi




                                    Menyetujui

                               Komisi Pembimbing




(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)      (Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak)
                    Ketua                                   Anggota




              Ketua Program Studi                            Direktur




(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)      (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)




Tanggal lulus : 24 Juni 2008
Telah diuji pada :

Tanggal       24 Juni 2008




PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua     :    Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

Anggota   :    1. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak

               2. Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak

               3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

               4. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak
ABSTRACT

        Fundamental analysis is used to appraise the investment on stocks due to its
ability to produce the determinant variables of the future stocks price. Analysis
fundamental concept is to appraise the information about the stocks, then decide
which stocks are worth buying and unworth buying. This research focused on the
analysis of fundamental factors affecting on the manufacture listed emitens in Jakarta
Stock Exchange.
        The research was conducted the manufacture listed emittens in Jakarta Stock
Exchange by employed 51 samples data used is time series data from 2004 – 2006.
The indepent variables are return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net
book value (NBV), divident payout ratio (DPR), dividend growth (GTH) and
expected profit (KSS), and the stck price as dependent variable, and then estimated
with multiple linear regression to see the impact of the independent variables on the
dependent variable partially and simultaneously.
        The estimation result shows that Net Book Value (NBV) had dominantly
impact on stock manufacture listed emitters partially; it meant that NBV was the most
important factor in appraising the stocks price. Moreover, all the independent
variables simultaneously affected on the stock price of the manufacture listed emitters
in Jakarta Stock Exchange.


Keywords:      Return on equity (ROE), Debt to equity ratio (DER), Net book
               value (NBV), Dividend payout ratio (DPR), Dividend growth
               (GTH), Expected rate of return (KSS) and Closing stock prices
               (CLP).
ABSTRAK

        Analisis fundamental digunakan untuk menilai kelayakan investasi pada
saham karena dapat menghasilkan variabel-variabel yang menentukan harga saham
di masa mendatang. Konsep penilaian saham dengan analisis fundamental akan
menghasilkan informasi tentang apakah saham tertentu layak dibeli atau tidak
layak, dalam penelitian ini difokuskan pada analisis pengaruh faktor-faktor
fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta.
        Penelitian dilakukan terhadap 51 sampel perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan data time series dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2006. Variabel yang digunakan adalah return on equity (ROE),
debt to equity ratio (DER), net book value (NBV), dividend payout ratio (DPR),
dividend growth (GTH) dan tingkat keuntungan yang diharapkan (KSS) sebagai
variabel independen dan harga saham perusahaan (CLP) sebagai variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda untuk melihat besarnya
kontribusi masing-masing variabel secara individu dan secara simultan dalam
mempengaruhi harga saham
        Hasil pengujian menunjukkan bahwa net book value (NBV) mempunyai
pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Hal ini
berarti bahwa net book value (NBV) merupakan tolok ukur yang lebih baik dalam
menilai harga saham perusahaan. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa keenam
variabel independen yaitu return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net
book value (NBV), dividend payout ratio (DPR), dividend growth (GTH) dan tingkat
keuntungan yang diharapkan (KSS) berpengaruh secara simultan terhadap harga
saham perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta.


Kata Kunci : Return on equity (ROE), Debt to equity ratio (DER), Net book
            value (NBV), Dividend payout ratio (DPR), Dividend growth
            (GTH), Tingkat keuntungan yang diharapkan (KSS) dan Harga
            saham (CLP).
KATA PENGANTAR



       Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah serta bimbingan-Nya selama mengikuti perkuliahan dan
menyelesaikan    tesis   ini,   yang   berjudul   ”Analisis   Pengaruh   Faktor-Faktor
Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak tidak
mungkin tesis dapat terselesaikan. Untuk ini perkenankan penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof.Chairuddin P.Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor Universitas
   Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk
   mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program magister.
2. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, M.Sc dan Prof.Dr.Ir. Rahim Matondang selaku
   direktur dan pembantu direktur 1 sekolah pasca sarjana Universitas Sumatera
   Utara, atas kesempatan kami menjadi mahasiswa program magister akuntansi
   pada sekolah pasca sarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku ketua program studi
   Magister Ekonomi Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara
   atas kesempatan kami untuk menyelesaikan pendidikan program magister
   akuntansi.
4. Ibu Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak dan Bapak Syahyunan, SE,
   M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan perhatian dan dorongan melalui
   bimbingan dan saran dalam penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Drs.Rasdianto, MA, Ak, Bapak Drs.Idhar Yahya, MBA, Ak dan Ibu
   Dra.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku dosen penguji. Terima kasih atas
   saran dan masukannya atas kesempurnaan Tesis ini.
6. Seluruh dosen dan Guru Besar pada Sekolah Pasca Sarjana Ekonomi Akuntansi.
7. Sembah sujud penulis kepada Ibunda tercinta, yang selalu memberikan semangat
   kepada penulis, dan Ayahanda tercinta, yang terus mendukung untuk
   menyelesaikan studi. Doa dan kasih sayang penulis selalu untuk papi dan mami.
8. Abanganda Mangatas Manurung SE, M.Si dan Roy Rahmatsyah, SP, atas segala
   bantuan dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini.
9. Adik – adikku yang tercinta Ade dan Arif, terima kasih atas bantuannya pada
   abangda.
10. Terima kasih juga kepada staf administrasi Sekolah    Pascasarjana : Bang Ari,
   Kak Dori, Kak Yuli, Bang Dedi dan teman – teman        seangkatan di Sekolah
   Pascasarjana Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
11. Khusus Rekan – rekan di Badan Pemeriksa Keuangan dan teman – teman lainnya
   yang pada kesempatan ini tidak dapat penulis cantumkan namanya satu persatu.
   Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan penulis, maka hasil
   penelitian ini masih perlu disempurnakan. Karena itu dengan segala kerendahan
   hati penulis memohon segala kritik dan saran demi perbaikan hasil penelitian ini.
   Terima kasih.

                                                         Medan, Maret 2008
                                                         Penulis,




                                                         Amin Mozana
RIWAYAT HIDUP




1. NAMA              : AMIN MOZANA

2. TEMPAT / TGL LAHIR : AEK SONGSONGAN/03 MEI 1980

3. PEKERJAAN         : AUDITOR BPK-RI

4. AGAMA             : ISLAM

5. ORANG TUA         :

     a. AYAH         : SUDARMAN

     b. IBU          : ELLYANA

6. ALAMAT            : JL. EKAWARNI NO.19 MEDAN

7. PENDIDIKAN        :

       a. SD         : SD NEGERI 016397 TANJUNG GADING

       b. SMP        : SMP NEGERI 1 MEDAN

       c. SMA        : SMU NEGERI 5 MEDAN

       d. S1          : UNIVERSITAS GADJAH MADA
DAFTAR ISI

                                                                                                              Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................    i
ABSTRACT ......................................................................................................    ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................              iii
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................            v
DAFTAR ISI .....................................................................................................   vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................         ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................              x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................               xi

BAB I        PENDAHULUAN .............................................................................              1
             1.1. Latar Belakang Penelitian .............................................................           1
             1.2. Perumusan Masalah Penelitian .....................................................                8
             1.3. Tujuan Penelitian .........................................................................       8
             1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................        9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................                       10
             2.1. Tinjauan Teori ..............................................................................    10
                2.1.1. Laporan Keuangan ...............................................................            10
                2.1.2. Analisa Ratio Laporan Keuangan ..........................................                   11
                2.1.3. Pengelompokan Ratio Keuangan ...........................................                    17
                2.1.4. Kebangkrutan atau Kegagalan Usaha .....................................                     23
             2.2. Penelitian Terdahulu ....................................................................        29
             2.3. Kerangka Konseptual....................................................................          39
             2.4. Hipotesis Penelitian ......................................................................      43

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................                        44
             3.1. Rancangan Penelitian....................................................................         44
3.2. Populasi dan Sampel ....................................................................           44
         3.3. Variabel Penelitian .......................................................................        45
            3.3.1. Klasifikasi Variabel ...............................................................          45
            3.3.2. Defenisi Operasional Variabel ...............................................                 46
         3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................                47
         3.5. Prosedur dan Pengambilan Data ..................................................                   47
         3.6. Metode dan Teknik Analisis Data ................................................                   48
           3.6.1. Analisis Faktor ........................................................................       48
           3.6.2. Uji Asumsi Diskriminan .........................................................               50
                     3.6.2.1. Uji Normalitas Data ..................................................             50
                     3.6.2.2. Uji Linieritas .............................................................       51
                     3.6.2.3. Uji Non Multikolinieritas..........................................                51
         3.6.3. Uji Diskriminan .........................................................................        51
         3.6.4. Uji Hipotesis ..............................................................................     53
                    3.6.4.1. Uji Hipotesis Ke-1 ......................................................           53
                    3.6.4.2. Uji Hipotesis Ke-2 ......................................................           53



BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................                               54
         4.1. Statistik Deskriptis .......................................................................       54
         4.2. Uji Normalitas Data .....................................................................          55
         4.3. Uji Linieritas .................................................................................   56
         4.4. Uji Multikolinearitas ....................................................................         56
         4.5. Uji Diskriminan ............................................................................       57
         4.6. Pengujian Hipotesis ......................................................................         58
                4.6.1. Pengujian Hipotesis Ke-1 ..................................................               58
                 4.6.2. Pengujian Hipotesis Ke-2 .................................................               64
         4.7. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................               64
               4.7.1. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ke-1 .....................                            64
4.7.2. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ke-2 .....................                              66



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................                                  68
            5.1. Kesimpulan ..................................................................................        68
            5.2. Implikasi .......................................................................................    68
            5.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................             69
            5.3. Saran ............................................................................................   69

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................                71
DAFTAR TABEL



No.                                               Judul                                                     Halaman

2.1.   Penelitian Terdahulu ..............................................................................       19

3.1.   Definisi Operasional Variabel ................................................................            25

4.1.   Statistik Deskriptif .................................................................................    35

4.2.   Statistik Deskriptif Menurut Jenis Usaha ..............................................                   36

4.3.   Uji Normalitas ........................................................................................   40

4.4.   Uji Multikolinearitas ..............................................................................      41

4.5.   Uji Autokorelasi .....................................................................................    42

4.6.   Uji Heteroskedastisitas ...........................................................................       43

4.7.   Pengujian Hipotesis ...............................................................................       44
DAFTAR GAMBAR



No.                                              Judul                                                    Halaman

2.1.   Kerangka Pemikiran Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental
       Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik di
       Bursa Efek Jakarta ..................................................................................   21
DAFTAR LAMPIRAN

No.                                              Judul                                                     Halaman

1.    Sampel Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta dan
      Perkembangan Harga Saham, Tahun 2004-2006....................................                             59

2.    Sampel Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta dan
      Perkembangan ROE, DER dan DPR, Tahun 2004-2006........................                                    64

3.    Sampel Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta dan
      Perkembangan GTH dan KSS, Tahun 2004-2006 ..................................                              69

4.    Uji Normalitas ........................................................................................   74

5.    Regresi Utama Penelitian .......................................................................          75

6.    Regresi Antar Variabel Bebas ................................................................             76

7.    Uji Heterkesdatisitas ..............................................................................      80
BAB I

                                 PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Penelitian

       Pendirian perusahaan mempunyai tujuan umum untuk memperoleh laba,

meningkatkan penjualan, memaksimumkan nilai saham, dan meningkatkan

kesejahteraan pemegang saham. Persaingan bisnis yang ketat seiring dengan

perkembangan perekonomian mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk

terus mengembangkan inovasi, memperbaiki kinerjanya, dan melakukan perluasan

usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing.

       Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat bersaing sangat ditentukan

oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang tidak mampu bersaing untuk

mempertahankan kinerjanya lambat laun akan tergusur dari lingkungan industrinya

dan akan mengalami kebangkrutan, agar kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat

tercapai, maka pihak manajemen harus dapat meningkatkan kinerjanya. Secara umum

kinerja suatu perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan.

       Kinerja perusahaan dapat diketahui dari hasil analisis laporan keuangan. Hasil

analisis laporan keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan tersebut dipakai

sebagai dasar penentu kebijakan bagi pemilik. manajer dan investor. Analisis atas

laporan keuangan dan interpretasinya pada hakekatnya adalah untuk mengadakan

penilaian atas keadaan keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan suatu
perusahaan melalui laporan keuangan tersebut, dan dari laporan keuangan tersebut

dapat dilakukan analisis berdasarkan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan

merupakan alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan bermanfaat untuk

melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan.

Rasio keuangan penting untuk dianalisis karena rasio keuangan mempengaruhi

kinerja keuangan perusahaan yang terbentuk dari unsur-unsur laporan keuangan yang

bila di interpretasikan dapat diperoleh informasi tentang kondisi keuangan

perusahaan pada suatu periode tertentu sehingga dapat memberikan masukan dan

saran bagi perusahaan. Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan

keuangan dari suatu perusahaan.

       Rasio menggambarkan suatu hubungan pertimbangan antara suatu jumlah

tertentu dan jumlah yang lain. Ukuran yang lazim dipakai dalam analisis laporan

keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio

keuangan merupakan analisis yang sering dipakai karena merupakan metode yang

paling tepat untuk diterapkan dalam penilaian kinerja perusahaan. Penggunaan alat

analisis berupa rasio dapat menunjukkan atau memberi gambaran tentang baik atau

buruknya posisi keuangan perusahaan yang berakibat pada kegagalan, sehat atau

tidaknya suatu perusahaan, apabila dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya atau

dengan perusahaan sejenis yang lainnya.

       Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu

sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan

keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam

pengambilan keputusan, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang

berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara

melakukan analisis laporan keuangan.

       Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah

dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Foster (1986, dalam Almilia, 2003) menyatakan

empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan dengan model rasio

keuangan yaitu:

       1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau

          antar waktu.

       2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang

          digunakan.

       3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan dengan rasio keuangan.

       4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau

          prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress )

       Ada dua macam kegagalan, yaitu kegagalan ekonomi dan kegagalan

keuangan. Kegagalan ekonomi suatu perusahaan dikaitkan dengan ketidak

seimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran. Sementara itu, sebuah

perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu

membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun aktiva total melebihi
kewajibannya (Aryati dan Manao, 2000). Salah satu dari kebanyakan penyebab

kebangkrutan perusahaan dimulai dari kegagalan keuangan. Indikator keuangan

inilah yang bisa dijadikan sebagai alat untuk mengetahui tingkat kebangkrutan suatu

perusahaan.

          Studi mengenai rasio keuangan dalam menilai kinerja perusahaan dengan

prediksi kebangkrutan dimulai oleh Beaver (1967, dalam Lisetyati, 2000) yang

membuktikan bahwa secara empiris rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat

untuk memprediksi kegagalan perusahaan. Dalam studinya, Beaver membuat lima

kelompok rasio keuangan dan membuat univariate analysis yaitu menghubungkan

tiap-tiap rasio untuk menentukan rasio mana yang paling baik digunakan sebagai

prediktor. Kelima kelompok rasio tersebut terdiri dari cash flows to total debt ratio,

net income to total assets ratio, current assets to current liabilities ratio, total debt to

total assets ratio, dan working capital to total assets ratio. Kelima rasio keuangan

tersebut kemudian diuji tingkat kesalahannya yang menunjukkan kemungkinan

terjadinya kesalahan dalam pengklasifikasian suatu perusahaan. Penelitian ini terlihat

bahwa rasio-rasio keuangan memiliki kemampuan dalam memprediksi terjadinya

kebangkrutan pada suatu perusahaan. Penelitian lainnya yang ditemukan juga

buktinya dilakukan oleh Altman (1968), Altman, et al. (1977), dan Gilbert, et al.

(1990).

          Penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968, dalam Aryati dan Manao 2000)

menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Altman menggunakan multiple discriminant analysis untuk menguji manfaat lima

rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan. Kelima rasio keuangan tersebut

adalah working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings

before interests taxes to total assets, market value of equity to book value of total

debts, dan sales to total assets. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan

kekuatan prediksi rasio-rasio keuangan untuk periode waktu yang lama. Altman juga

menemukan bahwa rasio-rasio tertentu terutama likuiditas dan leverage memberikan

sumbangan terbesar dalam mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan.

Dan beliaulah yang memunculkan formula          Z Score untuk menentukan tingkat

kesehatan perusahaan. Menurut Almilia (2003). Model kebangkrutan Altman tidak

dapat digunakan dewasa ini karena beberapa alas an yaitu:

       1. Dalam membentuk model ini hanya memasukkan perusahaan manufaktur

          saja, sedangkan perusahaan yang memiliki tipe lain memiliki hubungan

          yang berbeda antara total modal kerja dan variabel lain yang digunakan

          dalam analisis rasio.

       2. Penelitian yang dilakukan Altman pada tahun 1946 sampai dengan 1965,

          yang tentu saja berbeda dengan kondisi sekarang. Sehingga proporsi untuk

          setiap variabel sudah tidak tepat lagi untuk digunakan.

       Penelitian lain yang mengembangkan rasio keuangan dalam industri

perbankan sebagai prediktor tingkat kesehatan dan kegagalan bank dibuktikan oleh

Thomson (1991), Whalen dan Thomson (1988), dan Aryati dan Manao (2000).
Penelitian yang menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi perkembangan laba

perusahaan dilakukan oleh Machfoedz (1994), dan Zainuddin dan Hartono (1999).

       Penelitian yang dilakukan oleh Aryati dan Manao (2000) bertujuan untuk

mengetahui apakah laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank-bank di

Indonesia dapat digunakan sebagai prediktor tingkat kesehatan dan kemungkinan

kebangkrutannya melalui rasio CAMEL dan rasio keuangan lainnya, serta dapat di

identifikasi rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan

perbankan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan tujuh variabel independen

dengan tingkat signifikansi α= 5%. Model analisis yang digunakan adalah univariat

analisis dan multivariat diskriminan analisis

       Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lisetyati (2000) dengan

menganilisis laporan keuangan sebagai alat prediksi kebangkrutan bank, variable

penelitian dipilih 11 rasio keuangan dengan menggunakan metode CAMEL sebagai

alat analisis terhadap kebangkrutan. Bank yang dipilih sebanyak 161 Bank dalam

tahun 1993 – 1997. Pengujian multivariate dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

rasio keuangan yang dipilih melalui prosedur backward stepwise (conditional)

bersama-sama mampu memprediksi dengan benar bank yang akan bangkrut.

       Penelitian berkaitan dengan prediksi kebangkrutan bank di Indonesia

dilakukan oleh Wilopo (2001). Hipotesis yang diajukan bahwa “rasio keuangan

model CAMEL, besaran (size) bank serta kepatuhan terhadap Bank Indonesia” dapat

digunakan untuk memprediksikan kegagalan bank di Indonesia.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Eva Rianti (2003) yang meneliti kinerja

keuangan perusahaan sebelum dan selama masa krisis ekonomi Indonesia serta

prediksi kebangkrutan perusahaan yang mengambil sample perusahaan automotive

and component yang go public di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini digunakan

model multiple discriminant analysis (MDA) untuk memprediksi           kebangkrutan

dengan menghitung rasio aktiva lancar terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap

total asset, laba opersional terhadap total asset, total nilai saham dibursa terhadap

total hutang, dan penjualan terhadap total asset

       Berdasarkan uraian dan berbagai penelitian di atas, dari bukti empiris yang

mendukung analisis rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan

yang sudah ada sebelumnya memberikan hasil yang beragam.              Penelitian ini

menindak lanjuti penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode analisis yang

sama yaitu Univariate dan Multivariate Discriminant Analysis, namun sampel,

periode penelitian dan variabel independen yang digunakan berbeda. Penelitian

sebelumnya menggunakan sampel perusahaan perbankan, otmotive dan manufacture

dan periode tahun sampel berkisar di masa krisis ekonomi Indonesia yaitu sebelum,

semasa atau sesudahnya. Variabel independent lebih banyak menggunakan rasio

CAMEL (Capital Adequacy Ratio, Return on Risked Assets, Net Profit Margin,

Return on Assets, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Kewajiban

Bersih call money terhadap Aktiva Lancar, Kredit terhadap Dana yang Diterima).

Sedangkan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan tekstil dan alas kaki,
tahun sampel setelah terjadinya krisis ekonomi (2003-2006), dan variabel

independennya menggunakan rasio likuiditas (Current Ratio), solvabilitas (Debt To

Asset Ratio, Debt To Equity Ratio, Equity Multiplier), profitabilitas (Gross Profit

Margin, Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Equity), dan aktivitas

(Inventory Turn Over, Total Assets Turn Over).



1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

       1. Apakah analisis rasio keuangan mampu untuk mengukur tingkat kesehatan

           pada perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di Bursa Efek Jakarta

           (BEJ) pada periode 2003-2006?

       2. Rasio manakah yang paling dominan dalam memprediksi tingkat kesehatan

           perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di BEJ?



1.3. Tujuan Penelitian

       1. Untuk mengetahui penggunaan analisis rasio keuangan dalam penilaian

           tingkat kesehatan perusahaan guna memprediksi kebangkrutan pada

           perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di BEJ.

       2. Untuk mengetahui, di antara rasio-rasio keuangan dalam analisis laporan

           keuangan, manakah yang paling membedakan (dominan) dalam penilaian
tingkat kesehatan perusahaan guna memprediksi tingkat kebangkrutan

          perusahaan pada perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di BEJ.



1.4. Manfaat Penelitian

      Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

       1. Peneliti

          Menambah pengetahuan dan pemahaman dalam penggunaan analisis rasio

          keuangan dalam memprediksi tingkat kesehatan perusahaan.

      2. Pihak perusahaan

          Dapat digunakan sebagai acuan, bahan pertimbangan dan penilaian tingkat

          kesehatan atau kebangkrutan perusahaan, serta dapat dijadikan bahan

          evaluasi perusahaan untuk penentuan kebijakan perusahaan di masa yang

          akan datang.

       3. Dunia penelitian dan akademis

          Dapat menambah perbandingan atau literatur dan bahan referensi untuk

          karya ilmiah ataupun penelitian-penelitian selanjutnya.
B A B II

                             TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Tinjauan Teori

       2.1.1. Laporan Keuangan

       Dalam Darsono dan Ashari (2005), laporan keuangan adalah informasi yang

memuat tentang posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas

perusahaan. Laporan keuangan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang

ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan

sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.

       Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan

memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan-keputusan

investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan

keuangan harus memberikan informasi: (1) untuk keputusan investasi dan kredit, (2)

mengenai jumlah dan timing arus kas, (3) mengenai aktiva dan kewajiban, (4)

mengenai kinerja perusahaan, (5) mengenai sumber dan penggunaan kas, (6)

penjelasan dan interpretif, serta (7) untuk menilai stewardship. Ketujuh tujuan ini

terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan

pengungkapan laporan keuangan.

       Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain

serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan

laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta

pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI, 2004).

         Laporan keuangan juga dapat menurunkan asimetri informasi yaitu kondisi

dimana informasi yang dimiliki oleh satu pihak lebih banyak dibandingkan dengan

pihak lainnya. Informasi dalam laporan keuangan dapat menurunkan perbedaan

informasi dengan menurunkan: (a) adverse selection, dengan cara memindahkan

informasi privat yang dimiliki oleh manajer menjadi informasi publik. Adverse

selection adalah ketidakyakinan pada manajer atau pemilik karena salah satu pihak

memiliki informasi yang lebih banyak dari lainnya, sehingga menguntungkan pihak

tertentu; (b) moral hazard yang dilakukan oleh manajer, karena perilaku manajer

dapat dilihat dari pengaruhnya pada laba perusahaan atau aset perusahaan. Moral

hazard adalah sikap tidak melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan, atau

tidak melaksanakan kondisi ideal. Untuk melihat apakah perusahaan memenuhi

perjanjian kredit atau tidak dapat dilihat dari laporan keuangan (Darsono dan Ashari,

2005).

         2.1.2 Analisa Rasio Laporan Keuangan

         Analisis laporan keuangan pada dasarnya mengkonversikan data yang berasal

dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih
beragam, lebih mendalam dan lebih akurat bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk

pengambilan keputusan. Analisis atas laporan keuangan dan interpretasinya pada

hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan keuangan dan potensi

suatu perusahaan melalui laporan keuangan tersebut.

       Tujuan dari analisis laporan keuangan secara umum adalah sebagai berikut :

       1. Investasi pada saham.

       2. Pemberian kredit, dimana tujuan pokoknya adalah untuk menilai

          kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan

          beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.

       3. Kesehatan pemasok (supplier). Mengetahui kondisi keuangan pemasok

          sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan negosiasi dengan

          pemasok.

       4. Kesehatan pelanggan (customer), yang tujuannya adalah untuk mengetahui

          informasi mengenai kemampuan pelanggan dalam memenuhi kewajiban

          jangka pendeknya.

       5. Kesehatan perusahaan ditinjau dari karyawan, bertujuan untuk memastikan

          apakah perusahaan yang akan dimasuki mempunyai prospek keuangan

          yang bagus.

       6. Pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang dibayarkan.

       7. Analisis internal, tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi keuangan

          perusahaan guna menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan.
8. Analisis pesaing, untuk menentukan sejauh mana kekuatan keuangan

          pesaing yang dapat dipakai untuk penentuan strategi perusahaan.

       9. Penilaian kerusakan.

       Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan

oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak akan bermakna jika tidak

dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka-angka yang terkandung didalamnya.

Angka-angka itulah yang kemudian dapat membentuk rasio-rasio keuangan.

       Rasio Keuangan dapat digunakan untuk mengidentifikasi beberapa kekuatan

dan kelemahan keuangan perusahaan . Rasio yang digunakan untuk membahas

kinerja atau kegiatan operasi perusahaan hendaknya dapat memenuhi pertanyaan

berikut ini : 1. Seberapa jauh likuiditas perusahaan; 2. Apakah manajemen

menghasilkan laba operasi yang cukup atas aktiva perusahaan ; 3. Bagaimana

perusahaan untuk mendanai aktivanya ; 4. Apakan para pemegang saham

mendapatkan pengembalian yang cukup atas investasi mereka. ?

       Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang

merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpretasi

dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang

kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya

didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Van Horne,

1995 dalam Sitanggang,2003). Analisis rasio adalah salah satu cara pemrosesan dan
penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun

absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka

yang lainnya dari suatu laporan keuangan.

        Dalam analisis rasio, ada dua jenis perbandingan yang digunakan yaitu

perbandingan internal dan perbandingan eksternal. Perbandingan internal yaitu

membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang akan datang

untuk   perusahaan     yang   sama.   Sedangkan     perbandingan   eksternal   adalah

membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya yang

sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama. Perbandingan ini

memberikan gambaran relatif dan pemahaman yang mendalam tentang kondisi dan

kinerja perusahaan, serta membantu mengidentifikasi penyimpangan dari rata-rata

atau standar industri (Darsono dan Ashari, 2005).

        Manfaat analisis rasio bagi manajer digunakan untuk menganalisis,

mengendalikan dan memperbaiki operasional perusahaan, bagi analisis kredit

digunakan untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar hutangnya, bagi

analisis sekuritas atau analisis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan prospek

pertumbuhan perusahaan dan analisis obligasi yang berkepentingan atas kemampuan

perusahaan dalam membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuidasi aktiva

apabila terjadi kepailitan.

        Kelebihan analisis rasio keuangan dibandingkan teknik analisis lainnya adalah

(Harahap, 2002 ) :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang mudah dibaca

  dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

  oleh laporan keuangan yang rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk mengambil bahan dalam mengisi model-model

   pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).

5. Menstandari ukuran perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

  melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa

  yang akan datang.

Teknik analisis rasio keuangan juga memiliki kelemahan sebagai berikut :

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat dapat digunakan untuk

   kepentingan pemakainya.

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi

   keterbatasan teknik ini seperti:

       1) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak

           mengandung taksiran yang dapat dinilai bias atau subyektif.

       2) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah

           nilai perolehan, bukan harga pasar.
3) Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka

                     rasio.

                 4) Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

                     diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

          c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan

             kesulitan menghitung rasio.

          d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

          e. Jika dua perusahaan yang dibandingkan, bisa saja teknik dan standar

             akuntansi yang dipakai tidak sama sehingga jika dilakukan perbandingan

             bisa menimbulkan kesalahan.

          Selain itu, terdapat juga keterbatasan analisis rasio antara lain adalah (Sawir,

2005) :

          a) Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang

             dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

          b) Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara

             penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

          c) Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda,

             misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.

             Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan

             perkiraan.
Keterbatasan analisis rasio yakni apabila dibandingkan rasio satu perusahaan

dengan perusahaan lain bisa berakibat interpretasi yang berbeda karena penggunaan

metode yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi, tidak bisa

dikatakan bahwa suatu rasio perusahaan lebih bagus dari perusahaan lainnya tanpa

adanya analisis yang mendalam, sulit mengidentifikasi kategori perusahaan dari

perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang

usaha. Namun, walaupun demikian analisis rasio tetap merupakan alat yang dapat

dipakai sebagai pedoman untuk membantu mengevaluasi kondisi keuangan

perusahaan.



       2.1.3. Pengelompokkan Rasio Keuangan

       Pengelompokkan rasio keuangan yang digunakan adalah sebagai berikut

(Darsono dan Ashari, 2005) :

       1. Rasio Likuiditas

          Terdiri dari Rasio Lancar ( total aktiva lancar : total utang lancar) dan

          rasio cair ((total aktiva lancar – persediaan) ; utang lancar). Rasio

          likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio. Current ratio (rasio

          lancar), yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalammemenuhi

          kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rasio lancar

          merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui

          kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini
menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi

   oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang

   sama dengan jatuh tempo utang. Rasio lancar yang rendah biasanya

   dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas, namun

   sebaliknya apabila rasio lancarnya terlalu besar menunjukkan bahwa

   pengelolaan aktiva lancar kurang bagus karena menunjukkan banyaknya

   dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba

   perusahaan (Sawir, 2005).

2. Rasio Solvabilitas

   Solvabilitas adalah kemampuan untuk membayar utang jangka panjang,

   baik utang pokok maupun bunganya (Kuswadi, 2006). Rasio-rasio yang

   dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah :

   a. Debt to Asset Ratio (DAR = total utang : total aktiva), atau disebut juga

       leverage atau debt ratio. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan

       hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang

       didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang

       kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan

       aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada

       kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko

       pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar

       semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi
akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada

       akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen.

   b. Debt to Equity Ratio (DER = total utang : total ekuitas), menunjukkan

       persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi

       pinjaman. Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas

       dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal

       sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.

       Semakin kecil angka rasio, semakin baik solvabilitas perusahaan.

   c. Equity Multiplier (EM = total aktiva : total ekuitas), menunjukkan

       kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang

       saham. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai besarnya porsi dari aktiva

       perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Semakin kecil rasio

       ini, berarti porsi pemegang saham akan semakin besar sehingga

       kinerjanya semakin baik karena persentase untuk pembayaran bunga

       semakin kecil.

3. Rasio Profitabilitas

   Profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih dari

   berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan

   memberikan gambaran tentang efektivitas manajemen perusahaan dan

   tingkat   efektivitas   pengelolaan   perusahaan    (Sawir,2005).      Rasio

   profitabilitas yang umum digunakan adalah :
a. Gross Profit Margin (GPM = laba kotor : penjualan bersih). Rasio ini

   mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,

   mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara

   efisien.   Semakin    tinggi   angka   rasio,   semakin    baik   karena

   menunjukkan peningkatan presentase laba bersih operasi terhadap

   hasil penjualannya. Kegunaan rasio ini adalah mutu pengelolaan harga

   pokok produksi (yang berarti kinerja bagian produksi) dapat dimonitor

   dari waktu ke waktu dan untuk meramalkan besarnya laba kotor pada

   waktu yang akan datang atas dasar estimasi penjualan (Kuswadi,

   2006).

b. Net Profit Margin (NPM = laba bersih : penjualan bersih).

   Rasio ini digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dari waktu ke

   waktu dalam hal profitabilitas dan juga dapat dipakai untuk

   memperkirakan atau meramalkan laba bersih perusahaan pada masa

   yang akan datang atas dasar estimasi penjualannya (Kuswadi, 2006).

c. Return On Investment (ROI = laba bersih : total aktiva).

   Rasio ini juga sering disebut Return On Asset (ROA). Rasio ini

   menggambarkan        kemampuan     perusahaan    untuk     menghasilkan

   keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan, dan juga

   memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan

   karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan
aktiva untuk memperoleh pendapatan dan dapat menilai apakah

   perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan

   operasional perusahaan. Rasio ini memberikan indikasi kepada kita

   tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya

   ataupun pengelolaan hartanya. Semakin besar rasio ini semakin baik

   karena berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam

   menghasilkan laba (Kuswadi, 2006).

d. Return On Equity (ROE = laba bersih ; total ekuitas).

   Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola

   modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari

   investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang

   saham perusahaan. Rasio ini membuat manajemen dapat melihat

   secara fokus besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan dari jumlah

   modal yang ditanam oleh para pemegang saham. ROE menunjukkan

   rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas

   usaha (Sawir, 2005). Dari perspektif pemegang saham, rasio ini

   menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat

   pengembalian kepada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan

   semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih

   besar pada pemegang saham.
4. Rasio Aktivitas

   Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan

   semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio-rasio aktivitas

   yang umum digunakan adalah :

   a. Inventory Turn Over (ITO = harga pokok penjualan : persediaan) atau

       rasio perputaran persediaan. Rasio ini berguna untuk mengetahui

       kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti

       berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan

       (dalam bentuk produk jadi). Rasio ini juga menggambarkan perputaran

       persediaan–semakin besar rasio ini akan semakin baik. Semakin tinggi

       perputaran persediaan ini, semakin singkat atau semakin baik waktu

       rata-rata antara penanaman modal dalam persediaan dan transaksi

       penjualan. Ini menunjukkan semakin tingginya tingkat permintaan

       atau penjualan produk perusahaan, semakin efisiennya kerja tim

       manajemen persediaan, dan (mungkin) semakin tingginya laba yang

       diperoleh. Walaupun demikian, tingkat perputaran persediaan yang

       tinggi juga dapat memberikan indikasi tentang kekurangan stok

       persediaan, yang dapat menyebabkan kehilangan order penjualan

       (Kuswadi, 2006:110). Rasio perputaran persediaan yang terlalu rendah

       menunjukkan lambatnya penjualan atau terlalu banyaknya persediaan

       yang ada di tangan.
b. Total Assets Turn Over (TATO = penjualan bersih : total aktiva).

                  Kemampuan perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva yang

                  dimiliki untuk menghasilkan penjualan atau berapa rupiah

                  penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang di

                  investasikan dalam bentuk harta perusahaan digambarkan dalam

                  rasio ini sehingga kita dapat mengetahui efektifitas penggunaan

                  seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Rule of

                  thumb rasio ini bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1,

                  kalau perputarannya lambat menunjukkan bahwa aktiva yang

                  dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk

                  menjual.



       2.1.4. Kebangkrutan atau Kegagalan Usaha

       Kebangkrutan    telah digunakan sebagai istilah umum untuk menerangkan

keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (Karel & Prakash, 1987

dalam Lisetiaty). Para peneliti telah menggunakan istilah failure (kegagalan) dan

bankruptcy (kebangkrutan) secara bergantian.

       Prediksi kebangkrutan usaha berfungsi untuk memberikan panduan bagi

pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan

keuangan atau tidak di masa mendatang. Salah satu indikator yang dipakai untuk

mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan adalah indikator keuangan. Kebanyakan
penyebab kebangkrutan dimulai dari adanya kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan

dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban

keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan.

       Untuk menilai kesulitan keuangan yang akan diderita oleh perusahaan

terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan panduan. Indikator pertama adalah

informasi arus kas sekarang dan arus kas untuk periode mendatang. Informasi arus

kas memberikan gambaran sumber-sumber dan penggunaan kas perusahaan. Sumber

yang kedua adalah dari analisis posisi dan strategi perusahaan dibandingkan dengan

pesaing. Informasi ini memberikan gambaran posisi perusahaan dalam persaingan

bisnis yang merujuk pada kemampuan perusahaan dalam menjual produk atau

jasanya untuk menghasilkan kas (Darsono dan Ashari, 2005).

       Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut :

       1. Pemberi pinjaman (seperti pihak bank). Informasi kebangkrutan bisa

            bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman,

            dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

       2.    Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu

            perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya

            kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat

            berharga   tersebut.   Investor   yang   menganut   strategi   aktif   akan

            mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan sedini mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan

          tersebut.

       3. Pihak pemerintah. Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah

          mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut

          (misalnya pada sektor perbankan). Pemerintah juga mempunyai badan-

          badan usaha (BUMN) yang harus melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih

          awal supaya tindakan-tindakan yang diperlukan bisa dilakukan lebih awal.

       4. Akuntan, yang mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan

          suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu

          perusahaan.

       5. Manajemen. kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan

          dengan kebangkrutan dan biaya tersebut cukup besar. Apabila manajemen

          bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan

          penghematan bisa dilakukan misalnya dengan melakukan merger atau

          restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

       Dalam Darsono dan Ashari (2005), secara garis besar penyebab kebangkrutan

bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan

faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan

operasional perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.
Faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan

meliputi :

       a. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus

             yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar

             kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam

             biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.

       b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-

             hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan

             biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa

             menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan

             karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak

             menghasilkan pendapatan.

       c. Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh

             manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini

             akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya

             membangkrutkan perusahaan. Kecurangan dapat berupa manajemen yang

             korup atau memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau

             investor. Kasus bank yang melakukan pelanggaran batas maksimum

             pemberian kredit adalah contoh kasus moral hazard dimana manajemen

             melakukan pelanggaran terhadap rambu-rambu pengelolaan perusahaan.
Kasus Enron adalah salah satu kasus dimana manajemen melakukan

           kecurangan dengan menyembunyikan kerugian yang besar.

       Sedangkan, faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan

adalah sebagai berikut :

       1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh

           perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari atau berpindah sehingga

           terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut

           perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan

           menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

       2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan

           bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal

           tersebut, perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier

           dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu supplier

           sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.

       3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak

           melakukan kecurangan. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada

           debitor   dengan    jangka   waktu   pengembalian      yang   lama    akan

           mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan

           penghasilan     sehingga   mengakibatkan   kerugian    yang   besar   bagi

           perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu
memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor agar dapat

   melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.

4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal

   terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam Undang-Undang

   No.4 tahun 1998 yang dirubah dengan Undang-Undang No 37 tahun 2004,

   kreditor bisa mempailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut,

   perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga

   membina hubungan baik dengan kreditor.

5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu

   memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam

   memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut

   perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan

   nilai tambah yang lebih baik lagi kepada pelanggan.

6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh

   perusahaan.   Kasus    perkembangan      pesat   ekonomi    Cina    yang

   mengakibatkan tersedotnya kebutuhan bahan baku ke Cina dan

   kemampuan Cina memproduksi barang dengan harga yang murah adalah

   contoh kasus perekonomian global yang harus diantisipasi oleh

   perusahaan. Tingginya kebutuhan baja di Cina yang mengakibatkan harga

   baja naik tajam, mengakibatkan banyak industri pengecoran logam di
daerah Klaten bangkrut karena biaya yang mengalami kenaikan sehingga

          produknya menjadi tidak kompetitif.



2.2. Peneliti Terdahulu

       Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari

suatu perusahaan. Dengan analisis rasio keuangan dapat diprediksi tingkat kesehatan

perusahaan guna memprediksi kebangkrutan perusahaan. Rasio keuangan ini

bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dari berbagai aspek kinerja, apakah

kinerja perusahaan mengalami kemajuan atau bahkan mengalami kemunduran yang

akan berakibat pada kebangkrutan. Ukuran kinerja pertama yang diukur adalah

ukuran likuiditas, dimana ukuran ini mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran kinerja kedua

adalah solvabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban

yang jatuh tempo dalam jangka panjang. Ukuran ketiga adalah profitabilitas yang

mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan sumber daya

yang dimiliki. Ukuran berikutnya adalah aktivitas yang mengukur efektifitas dan

efisiensi dalam menggunakan aktiva.

       Beberapa peneliti terdahulu telah banyak melakukan penelitian mengenai

kebangkrutan perusahaan. Studi kali pertama dilakukan oleh Beaver (1966) dalam

Aryati dan Manao (2000) yang membandingkan masing-masing rasio-rasio

perusahaan bangkrut dengan perusahaan tidak bangkrut yang dilakukannya pada lima
tahun sebelum terjadi kebangkrutan. Beaver melakukan pengamatan terhadap

perkembangan rasio-rasio tersebut dengan menggunakan sampel 158 perusahaan

yang terdiri dari 79 perusahaan yang mengalami kegagalan dan 79 perusahaan yang

sukses selama lima tahun sebelum terjadi kebangkrutan. Dalam studinya, Beaver

membuat lima kelompok rasio keuangan dan membuat univariate analysis yaitu

menghubungkan tiap-tiap rasio untuk menentukan rasio mana yang paling baik

digunakan sebagai prediktor. Kelima kelompok rasio tersebut terdiri dari cash flows

to total debt ratio, net income to total assets ratio, current assets to current liabilities

ratio, total debt to total assets ratio, dan working capital to total assets ratio. Beaver

menemukan sampel perusahaan yang gagal dengan perusahaan yang tidak gagal

kemudian meneliti rasio keuangan selama lima tahun sebelum perusahaan gagal dan

menemukan bahwa terdapat rasio keuangan perusahaan yang tidak gagal berbeda

dengan yang gagal. Pada perusahaan yang gagal, cash flows to total debt lebih

rendah, cadangan aktiva lancar untuk melunasi kewajibannya lebih kecil dan

hutangnya lebih besar dibandingkan perusahaan yang tidak gagal. Kelima rasio

keuangan yang digunakan sebagai prediktor tersebut kemudian diuji tingkat

kesalahannya yang menunjukkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam

pengklasifikasian suatu perusahaan.

        Selanjutnya hasil pengujian rasio tersebut diranking dimana tingkat persentase

kesalahan terkecil dipertimbangkan sebagai “Best Predictor”, berikutnya “Second

Best Predictor” dan seterusnya hingga “The Worst Predictor”. Kesimpulannya,
Beaver menemukan bahwa analis rasio keuangan terbukti sangat berguna untuk

memprediksi kebangkrutan dan dapat digunakan untuk membedakan secara akurat

perusahaan yang akan jatuh bangkrut dan yang tidak.

       Altman (1968) dengan judul “Financial Ratios, Discriminant Analysis and

The Prediction of Corporate Bankruptcy” yang dalam penelitiannya mencoba satu

penilaian atas kualitas analisis rasio sebagai satu teknik analisis dan prediksi

kebangkrutan perusahaan digunakan sebagai kasus ilustrasi. Altman menggunakan

analisis multiple diskriminan dengan menyusun suatu model untuk memprediksi

kebangkrutan perusahaan, yang mana terbukti sangat akurat dalam memprediksi

kebangkrutan secara benar. Data yang digunakan adalah perusahaan manufaktur.

Analisis diskriminan menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari

suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat a priori.

Untuk menyelidiki kinerja perusahaan menggunakan rasio profitabilitas, likuiditas

dan solvabilitas sebagai indikasi yang paling efektif dari masalah yang akan datang.

Altman menemukan lima rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan

antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut (Sawir, 2006:23). Lima jenis

rasio yang digunakan Altman

adalah working capital to total assets, retained earnings to total assets, EBIT to total

assets, market value of equity to book value of total debts, dan sales to total assets.

       Dalam penelitiannya, rasio working capital to total assets digunakan untuk

mengukur likuiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasinya. Rasio
retained earnings to total assets digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif.

Rasio EBIT to total assets digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya

dari aktiva perusahaan. Rasio market value of equity to book value of total debts

digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya

sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi

insolvable. Rasio sales to total assets digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan.

       Dari   rasio-rasio   tersebut    (Darsono     dan     Ashari,   2005),   Altman

memformulasikan dalam bentuk persamaan yang kemudian dikenal dengan formula

Z-score yang merupakan kombinasi dari beberapa rasio keuangan yang dianggap

dapat memprediksi terjadinya kebangkrutan perusahaan. Fungsi diskriminan Z (Zeta)

yang ditemukannya adalah:

       Z = 1,2 WCTA + 1,4 RETA + 3,3 EBITTA + 0,6 MVEBVL + 1 STA

dimana,

WCTA          : Working Capital to Total Assets (modal kerja dibagi total aset)

RETA          : Retained Eearnings to Total Assets (laba ditahan dibagi total aset)

EBITTA        : Earnings Before Interests and Taxes to Total Assets (laba sebelum

                pajak dan bunga dibagi total aset)

MVEBVL        : market value of equity to book value of total debt (nilai pasar ekuitas

                dibagi dengan nilai buku hutang)

STA           : sales to total assets (penjualan dibagi total aset)
Hasil perhitungan Z-score dapat di interpretasikan sebagai berikut :

       Z>2,99         : perusahaan tidak mengalami masalah dengan kondisi

                         keuangan.

       2,7<Z<2,99     : perusahaan mempunyai sedikit masalah keuangan (meskipun

                         tidak serius).

       1,8<Z<2,69     : perusahaan akan mengalami permasalahan keuangan jika

                         tidak melakukan perbaikan yang berarti dalam manajemen

                         maupun struktur keuangan.

       Z<1,88         : perusahaan mengalami masalah keuangan yang serius.

       Versi ini dapat dipergunakan untuk perusahaan publik maupun perusahaan

pribadi, dan untuk perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Z-score yang

pertama kali dikembangkan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan dapat

juga digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan.

       Menurut Almilia (2003) Model kebangkrutan Altman tidak dapat digunakan

dewasa ini karena beberapa alasan yaitu:

       1. Dalam membentuk model ini hanya memasukkan perusahaan manufaktur

          saja, sedangkan perusahaan yang memiliki tipe lain memiliki hubungan

          yang berbeda antara total modal kerja dan variabel lain yang digunakan

          dalam analisis rasio.

       2. Penelitian yang dilakukan Altman pada tahun 1946 sampai dengan 1965,

yang tentu saja berbeda dengan kondisi sekarang. Sehingga proporsi untuk setiap
variabel sudah tidak tepat lagi untuk digunakan. Tahun 1984, Altman melakukan

penelitian kembali di berbagai negara. Penelitian ini memasukkan dimensi

internasional, sehingga Z scorenya diubah menjadi formula:

Indeks kebangkrutan = 0.717 WC/TA + 0.847 RE/TA + 3.107 EBIT/TA + 0.420 MVE/BVD + 0.998 S/TA.

        Deakin (1972) mencoba untuk mengembangkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh pendahulunya Beaver (1966) dan Altman (1968). Sampel yang

digunakan sebanyak 32 perusahaan yang gagal, dan dibandingkan dengan perusahaan

yang tidak gagal selama periode antara tahun 1964 sampai dengan 1970 atas dasar

klasifikasi industri, ukuran aset dan tahun data. Dalam penelitiannya, Deakin

menggunakan analisis multiple discriminant dan 14 rasio keuangan yang diuji Beaver

guna menemukan kombinasi variabel-variabel yang mempunyai keakuratan prediksi

yang baik. Deakin menemukan bahwa rasio cash flow to total debts adalah variabel

yang paling baik dalam memprediksi kebangkrutan.

        Penelitian Zmijewski (1983) menambah validitas rasio keuangan sebagai alat

deteksi kegagalan perusahaan. Zmijewski menelaah ulang studi di bidang

kebangkrutan hasil riset sebelumnya selama dua puluh tahun. Rasio keuangan dipilih

dari rasio-rasio keuangan penelitian terdahulu dan diambil sampel sebanyak 75

perusahaan yang bangkrut serta 3573 perusahaan sehat periode 1972 sampai dengan

1978. Indikator F-test terhadap rasio-rasio kelompok: rate of return, liquidity,

leverage, turnover, fixed payment coverage, trends, firm size, dan stock return

volality; menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang

sehat dan yang bangkrut.
Peneliti lainnya di Indonesia dilakukan oleh Machfoedz (1999) yang

melakukan penelitian terhadap seluruh perusahaan go public di ASEAN (Thailand,

Singapura, Malaysia, dan Indonesia), yang meliputi seluruh perusahaan maufaktur

yang listing di pasar modal tiap negara yang dipilih tersebut. Rasio-rasio keuangan

yang digunakan adalah liquidity, solvency, profitability total, dan profitability

internal. Machfoedz menggunakan prosedur dan metode statistik parametrik dan non-

parametrik berupa t-test uji beda dua sampel, Wilcoxon Sign Rank Test, Wilks’

Lambda MANOVA, dan Friedman K-Independent Samples.

       Untuk memprediksi tingkat kesulitan keuangan perusahaan digunakan analisis

Z- score dalam menilai kesehatan perusahaan. Dari hasil penelitiannya, dapat

disimpulkan bahwa informasi keuangan dalam bentuk rasio dapat digunakan untuk

mendeteksi kesehatan perusahaan.

       Aryati dan Manao (2000) melakukan penelitian untuk menguji apakah

terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan tingkat kesehatan bank yang diukur

menurut rasio CAMEL antara bank yang sehat dengan bank yang gagal di Indonesia

dan untuk melihat rasio keuangan mana saja yang mendiskriminankan antara bank

yang sehat dengan bank yang gagal. Dengan penelitian ini dapat diidentifikasi rasio-

rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan perbankan di

Indonesia. Data penelitian meliputi laporan keuangan bank-bank dari tahun 1993

sampai tahun 1997. Ada tujuh variabel independen yang digunakan yaitu capital

adequacy ratio (CAR), return on risked assets (RORA), net profit margin (NPM),
return on assets (ROA), rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional

(BOPO), rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar, dan rasio kredit

terhadap dana yang diterima.

         Model penelitian ini adalah univariate analysis dan multivariate discriminant

analysis. Hasil dari uji univariat menunjukkan bahwa dua variabel, yaitu NPM dan

BOPO, tidak signifikan dengan sehat atau bangkrutnya bank-bank dalam sampel.

Tidak adanya perbedaan rata-rata NPM yang signifikan antara bank yang sehat

dengan bank yang gagal mungkin disebabkan adanya proporsionalitas antara net

income     dengan    operating   income.   Begitu   juga   dengan    BOPO,     adanya

proporsionalitas mungkin merupakan penyebab tidak adanya perbedaan rata-rata

BOPO antara bank yang sehat dengan bank yang gagal. Sedangkan, hasil uji

multivariat menunjukkan dua variabel lain yaitu NPM dan CAR ternyata tidak

menunjukkan hubungan signifikan dengan kesehatan bank. Hasil penelitian ini

konsisten dengan penelitian sebelumnya (Altman, 1968; Deakin, 1972; Ohlson, 1980)

tentang kegagalan bisnis. Pengujian diskriminan menunjukkan variable ROA dan

rasio kredit terhadap dana yang diterima yang merupakan ukuran profitabilitas

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan bank.

         Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lisetyati Eni (2000) dengan

menganilisis laporan keuangan sebagai alat prediksi kebangkrutan bank, variable

penelitian dipilih 11 rasio keuangan dengan menggunakan metode CAMEL sebagai

alat analisis terhadap kebangkrutan. Bank yang dipilih sebanyak 161 Bank dalam
tahun 1993 – 1997. Pengujian multivariate dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

rasio keuangan yang dipilih melalui prosedur backward stepwise (conditional)

bersam-sama mampu memprediksi dengan benar bank yang akan bangkrut.

        Penelitian lain juga dilakukan oleh Eva Rianti (2003) yang meneliti kinerja

keuangan perusahaan sebelum dan selama masa krisis ekonomi Indonesia serta

prediksi kebangkrutan perusahaan yang mengambil sample perusahaan automotive

and component yang go public di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini digunakan

model multiple discriminant analysis (DMA) untuk memprediksi           kebangkrutan

dengan menghitung rasio aktiva lancer terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap

total asset, laba opersional terhadap total asset, total nilai saham dibursa terhadap

total hutang, dan penjualan terhadap total asset. Disimpulkan bahwa model MDA

hanya dapat digunakan memprediksi kebangkrutan dalam jangka pendek yaitu 1 dan

2 tahun ke depan.

        Penelitian berkaitan dengan prediksi kebangkrutan bank di Indonesia

dilakukan oleh Wilopo (2001). Penyampelan dalam penelitian ini dilakukan secara

cluster yaitu 235 bank pada akhir tahun 1996 dibagi menjadi 16 bank terlikuidasi dan

219 bank yang tidak

dilikuidasi, selanjutnya diambil 40% sebagai sampel estimasi, terdiri atas 7 bank

terlikuidasi dan 87 bank yang tidak dilikuidasi. Kemudian dari 215 bank pada akhir

tahun
1997 yang terdiri atas 38 bank terlikuidasi dan 177 bank pada tahun 1999 yang tidak

dilikuidasi, diambil 40% sebagai sampel validasi yang terdiri atas 16 bank terlikuidasi

dan 70 bank yang tidak dilikuidasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

untuk memprediksikan kebangkrutan bank adalah rasio keuangan model CAMEL (13

rasio), besaran (size) bank yang diukur dengan log. assets, dan variabel dummy

(kredit lancar dan manajemen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara

keseluruhan tingkat prediksi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

tinggi (lebih dari 50% sebagai cutoff value-nya). Tetapi jika dilihat dari tipe

kesalahan yang terjadi tampak bahwa kekuatan prediksi untuk bank yang dilikuidasi

0% karena dari sampel bank yang dilikuidasi, semuanya diprediksikan tidak

dilikuidasi. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang

diajukan bahwa “rasio keuangan model CAMEL, besaran (size) bank serta kepatuhan

terhadap Bank Indonesia” dapat digunakan untuk memprediksikan kegagalan bank di

Indonesia. Simpulan ini diambil didasarkan atas tipe kesalahan yang terjadi, khusus

kasus di Indonesia ternyata rasio CAMEL serta variabel-variabel independen lain

yang digunakan dalam penelitian ini belum dapat memprediksikan kegagalan bank.

Dengan demikian perlu eksplorasi lebih lanjut terhadap variabel lain di luar rasio

keuangan agar diperoleh model yang lebih tepat untuk memprediksikan kegagalan

bank.

        Simpulan teori dan bukti empiris yang telah dipaparkan sebelumnya dapat

menjadi acuan bahwa analisis rasio keuangan dapat digunakan dalam mengukur
kebangkrutan perusahaan dan secara signifikan dapat membedakan status

pengelompokan perusahaan. Hasil dari analisis juga membuktikan bahwa ukuran

profitabilitas perusahaan menjadi ukuran yang dominan dalam memprediksi

kebangkrutan. Rasio-rasio keuangan dianalisis untuk dapat mengelompokkan apakah

perusahaan bangkrut atau sehat (tidak bangkrut). Dari rasio-rasio keuangan tersebut,

kemudian, dianalisis untuk menentukan rasio yang paling dominan mengukur tingkat

kebangkrutan masing-masing kelompok dan membedakan rasio tersebut antara

kategori pengelompokan perusahaan.



2.3. Kerangka Konseptual

       Sudah banyak dilakukan penelitian khususnya di Indonesia               untuk

menunjukkan manfaat rasio keuanagan yang dianalisis dari laporan keuangan.

Penelitian Machfoedz (1999) menunjukkan ada tiga dari sembilan rasio yang

signifikan digunakan untuk memprediksi perobahan laba perusahaan pada periode

yang akan datang di Indonesia. Rasio tersebut yaitu; laba kotor terhadap penjualan,

laba bersih terhadap penjualan, dan laba bersih terhadap modal sendiri, dimana

ketoga rasio ini dikatagorikan sebagai rasio probabilitas.

       Rerangka pemikiran teoritis untuk menganalisa kinerja perusahaan dapat

dilihat pada gambar 2.1. Berdasarkan rerangka pemikiran teoritis tersebut bahwa

rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan diwakili oleh ; CR, DAR, DER,

EM, GPM, NPM, ROI, ROE, ITO dan TATO, pada laporan keuangan 2003 s/d
2004 dan sesudahnya yaitu laporan keuangan 2005 dan 2006. Selanjutnya dilakukan

analisa kinerja keuangan perusahaan untuk memprediksi tingkat kesehatan

perusahaan dengan menggunakan studi yang dilakukan Altman dengan Z score.




    Rasio Keungan Perusahaan Tahun                    Rasio Keungan Perusahaan Tahun
               2003 dan 2004 :                                  2005 dan 2006 :
         CR,DAR,DER,EM,GPM,                               CR,DAR,DER,EM,GPM,
        NPM,ROI,ROE,ITO,TATO                              NPM,ROI,ROE,ITO,TATO




                                     Informasi Keuangan untuk
                                 Pengambilan Keputusan Investasi



Sumber : Machfoedz (1999) yang dimodifikasi



Gambar 2.1. Analisa Rasio Keuangan Perusahaan Untuk Mengukur Kinerja
            Keuangan


        Pengujian prediksi tingkat kesehatan perusahaan digunakan rerangka

pemikiran teoritis yang dapat dilihat dalam gambar 2.2.
X2               X1



      X3




     X4



                                   Model Prediksi
     X5
                               P = Status Emiten akan
                                bangkrut atau tidak
     X6



     X7




       X8




                   X9                  X10




Gambar 2.2. Model Multiple Discriminsnt Analyisis Untuk memprediksi
            Tingkat KesehatanPerusahaan
RASIO         RASIO KEUANGAN           PERUSAHAAN             PERUSAHAAN
   KEUANGAN          PERUSAHAAN             YANG SEHAT :           YANG TIDAK
  PERUSAHAAN       TAHUN :2005 DAN          X1,X2…….X10              SEHAT :
TAHUN :2003 DAN          2006 :                                    X1,X2…….X10
     2004 :        CR,DAR,DER,EM,G
CR,DAR,DER,EM,G           PM,
      PM,          NPM,ROI,ROE,ITO,
NPM,ROI,ROE,ITO,        TATO                                 MODEL PREDIKSI
     TATO                                                  TINGKAT KESEHATAN
                                                              PERUSAHAAN



       KINERJA PERUSAHAAN
             BURUK                                           PERUSAHAAN YANG
                                                           DIPREDIKSI SEHAT DAN
                                                               TIDAK SEHAT


                                 INFORMASI KEUANGAN
                                  UNTUK PENGAMBILAN
                                 KEPUTUSAN INVESTASI



                            Gambar 2.3. Bagan Penelitian
2.4. Hipotesis Penelitian

        Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dikembangkan dari telaah teoritis

sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan

pengujian    secara   empiris.   Rasio-rasio   keuangan    dianalisis   untuk   dapat

mengelompokkan apakah perusahaan SEHAT atau TIDAK SEHAT. Dari rasio-rasio

keuangan tersebut, kemudian dianalisis untuk menentukan rasio yang paling dominan

mengukur tingkat kesehatan masing-masing kelompok dan membedakan rasio

tersebut antara kategori pengelompokan perusahaan.

        Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut :

            H1   : rasio keuangan yang terdiri dari CR, DAR, DER, EM, GPM, NPM,

                   ROI, ROE, ITO, dan TATO secara signifikan dapat membedakan

                   status tingkat kesehatan perusahaan

            H2   : rasio keuangan ROE yang merupakan ukuran profitabilitas

                   perusahaan merupakan faktor dominan dalam membedakan status

                   tingkat kesehatan perusahaan
B A B III

                             METODE PENELITIAN



3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini tergolong sebagai hypotesis testing. Menurut Sekaran (2003:124)

hypotesis testing merupakan suatu penelitian yang sudah memiliki kejelasan dan

gambaran, pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal

antara variabel-variabel penelitian. Penelitian ini mengidentifikasi fakta atau

peristiwa sebagai variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) dan melakukan

penyelidikan terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi (variabel independen).



3.2. Populasi dan Sampel

       Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan tekstil dan alas kaki

yang go public yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode tahun 2003

sampai dengan 2006. Periode tahun tersebut dipilih untuk mengurangi pengaruh

krisis. Pemilihan perusahaan di BEJ dikarenakan pertimbangan kemudahan akses

data dan informasi, serta biaya dan waktu penelitian. Pemilihan sampel perusahaan

tekstil dan alas kaki karena jenis industri ini tergolong industri yang stabil dan tahan

terhadap krisis dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Selain itu juga

dimaksudkan untuk menspesialisasi jenis industri sehingga dapat difokuskan untuk

satu jenis industri dan dapat menghindari bias data yang disebabkan oleh perbedaan
jenis industri. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini ditentukan secara

purposive sampling dimana populasi yang akan dijadikan sampel penelitian yang

representatif adalah populasi yang memenuhi kriteria tertentu.

       Adapun sample yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

       1. Perusahaan termasuk ke dalam industri tekstil dan alas kaki yang terdaftar

             di Bursa Efek Jakarta (BEJ) berturut-turut mulai tahun 2003 sampai

             dengan 2006. Hal ini untuk menghindari adanya bias data yang

             disebabkan oleh perbedaan umur perusahaan selama menjadi perusahaan

             go publik.

       2. Perusahaan harus menerbitkan laporan keuangan tahun 2003 sampai

             dengan 2006 dan laporan tahunan berakhir pada tanggal 31 Desember.

             Hal ini untuk menghindari bias angka laporan keuangan karena perbedaan

             tanggal laporan keuangan.



3.3. Variabel Penelitian

       3.3.1. Klasifikasi Variabel

       Dalam penelitian ini, variabel ada dua yaitu variable dependen dan variabel

indevenden.     Variabel   dependen      adalah   status   kinerja   perusahaan   yang

dikelompokkan menjadi kelompok rekap dan non-rekap,. yang merupakan data

nominal, dengan angka 1 mewakili kelompok rekap dan angka 0 mewakili kelompok

non-rekap.
3.3.2. Defenisi Operasional Variabel

          Variable independen ditentukan dengan mengambil sepuluh rasio keuangan

yaitu :

                                              Aktiva Lancar
1. Current Ratio (CR)              =
                                          Kewajiban Lancar


                                          Total Kewajiban
2. Debt to Asset Ratio (DAR) =
                                              Total Aktiva



                                          Total Kewajiban
3. Debt to Equity Ratio (DER) =
                                              Total Ekuitas


                                          Total Aktiva
4. Equity Multiplier (EM)         =
                                          Total Ekuitas


                                                     Laba Kotor *
5. Gross Profit Margin (GPM)              =
                                                   Penjualan Bersih
          (*) Laba kotor = penjualan bersih – Harga pokok penjualan


                                                      Laba Bersih
6. Net Profit Margin (NPM)                =
                                                   Penjualan Bersih


                                                   Laba Bersih
7. Return On Investmentt (ROI)             =
                                                   Total Aktiva
Laba Bersih
8. Return On Equity (ROE)            =
                                            Total Ekuitas


                                            Harga Pokok Penjualan

9. Inventory Turn Over (ITO)         =
                                                 Persediaan


                                            Penjualan Bersih
10. Total Assets Turn Over (TATO) =
                                              Total Aktiva


3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

       Penelitian ini mengambil lokasi         pada Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Ditetapkannya    Bursa    Efek    Jakarta   sebagai   tempat   penelitian   dengan

mempertimbangkan bahwa Bursa Efek Jakarta merupakan salah satu sentral

penjualan saham perusahaan yang go public di Indonesia. Disamping itu Bursa Efek

Jakarta merupakan bursa efek terbesar di Indonesia.



3.5. Prosedur dan Pengambilan Data

       Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh peneliti melalui media perantara atau merupakan data yang diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

akuntansi berupa laporan keuangan perusahaan sampel yaitu Laporan Laba Rugi dan
Neraca serta rasio keuangan periode tahun 2003-2006 yang bersumber dari ICMD,

www.jsx.co.id, dan www.bes.co.id.

       Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan

jurnal-jurnal, buku-buku, serta melihat dan mengambil laporan keuangan perusahaan

di Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang ada di BEJ dan juga melalui

browsing internet di http://www.jsx.co.id/d dan www.bes.co.id. Pengumpulan data

ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang neraca dan laporan laba rugi serta

rasio keuangan perusahaan sampel selama periode 2003 sampai dengan tahun 2006



3.6. Metode dan Teknik Analisis Data

       3.6.1. Analisis Faktor

       Analisis faktor merupakan salah satu dari analisis ketergantungan

(interdependensi) antar variabel. Prinsip dasar analisis faktor adalah mengekstraksi

sejumlah faktor bersama (common factors) dari gugusan variabel asal X1, X2,....,Xp,

sehingga :

       1. banyaknya faktor lebih sedikit dibandingkan dengan banyaknya variable

             asal X;

       2. sebagian besar informasi (ragam) variabel asal X tersimpan dalam sejumlah

             faktor.
Agar terjadi kesamaan persepsi, untuk selanjutnya faktor digunakan untuk

menyebut faktor bersama. Faktor ini merupakan variabel baru yang bersifat

unobservable atau variabel laten atau variabel konstruks, sedangkan variabel X

merupakan variabel yang dapat diukur atau dapat diamati sehingga sering disebut

sebagai observable variable atau variabel manifest atau indikator.

       Salah satu tujuan dari analisis faktor adalah mereduksi jumlah variabel dengan

cara mirip seperti pengelompokan variabel. Di dalam analisis faktor, variabel-

variabel dikelompokkan berdasarkan korelasinya. Variabel yang berkolerasi tinggi

akan berada dalam kelompok tertentu membentuk suatu faktor, sedangkan dengan

variabel dalam kelompok (faktor) lain mempunyai korelasi yang relatif kecil.

Kegunaan dari analisis faktor adalah sebagai berikut :

       1. Mengekstraks unobservable variable (variabel laten) dari manifest variabel

           atau indikator atau mereduksi variabel menjadi variabel baru yang

           jumlahnya lebih sedikit.

       2. Mempermudah interpretasi hasil analisis sehingga didapatkan informasi

           yang realistik dan sangat berguna.

       3. Pengelompokan dan pemetaan objek (mapping dan clustering) berdasarkan

           karakteristik yang terkandung di dalam faktor.

       4. Pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.

       5. Dengan diperolehnya skor faktor, maka analisis faktor merupakan langkah

           awal (sebagai data input) dari berbagai metode analisis data yang lain,
misalnya analisis diskriminan, analisis regresi, cluster analisis, ANOVA,

           MANOVA, analisis path, model struktural, dan MDS.

       Analisis faktor memiliki banyak kemiripan dengan analisis komponen pokok

(principle component analysis) terutama bilamana proses komputasi dalam analisis

factor didekati dengan solusi analisis komponen pokok (PCA solution), sehingga

indikator dan kriteria pemilihan faktor yang bermakna (signifikan) dan interpretasi

faktor dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan analisis komponen pokok.

       Analisa pengelompokan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teori Altman yang mengelompokkan perusahaan dalam dua kelompok, yaitu

kelompok perusahaan berkatagorikan sehat dan kelompok perusahaan dengan

berkatagorikan tidak sehat.



       3.6.2 Uji Asumsi Diskriminan

              3.6.2.1 Uji Normalitas Data

       Hasil analisis diskriminan sangat sensitif jika terjadi penyimpangan atas

asumsi yang digunakan. Jika asumsi kenormalan data tidak terpenuhi akan berakibat

pada kesalahan dalam melakukan estimasi fungsi diskriminan.

       Gujarati (1997;67) menuliskan bahwa asumsi kenormalan data harus dipenuhi

oleh sebuah model dengan beberapa alasan :

       1. Data normal menghasilkan model prediksi yang tidak bias, serta memiliki

           varians yang minimum.
2. Data normal menghasilkan model yang konsisten , yaitu dengan

           meningkatnya jumlah sampel ke jumlah yang tidak terbatas, penaksir akan

           mengarah ke nilai populasi yang sebenarnya.

        Pengujian terhadap normalitas data dilakukan menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test dengan α=5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah:

        a. Jika Probabilitas (p) > 0,05 maka data berdistribusi normal.

        b. Jika Probabilitas (p) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

               3.6.2.2 Uji Linieritas

        Equality of Covariance Matrices adalah asumsi bahwa keragaman sample

keseluruhan variabel bebas dari kedua kelompok yang diteliti adalah sama.

Pelanggaran terhadap asumsi ini akan menimbulkan penyimpangan terhadap

keakuratan fungsi diskriminan dalam mengelompokkan sampel kedalam salah satu

kategori tertentu. Pengujian dilakukan menggunakan Box’s M Test dengan α=5%.

Asumsi linieritas terpenuhi apabila hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi <

0,05.

               3.6.2.3 Uji Non Multikolinieritas

        Multikolinearitas adalah suatu kondisi antara satu variabel bebas dengan yang

lain terdapat hubungan atau korelasi. Hal ini harus dihindari untuk meminimalkan

kesalahan dalam menentukan goodness of fit. Deteksi ada tidaknya multikolinieritas

antar variabel independen dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson. Nilai
koefisen korelasi yang lebih kecil dari 0,5 menunjukkan tidak terdapat korelasi yang

serius antar variabel.

       3.6.3 Uji Diskriminan

       Untuk melakukan uji terhadap hipotesis dalam penelitian ini, digunakan

model analisis diskriminan yaitu Two-Group Discriminant Analysis. Penggunaan

analisis diskriminan ini dimaksudkan untuk membuat pengelompokkan terhadap

suatu observasi, baik secara kuantitatif dan secara statistik sehingga dapat dibedakan

dengan jelas.

       Model fungsi diskriminan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

D = W1X1 + W2X2 + W3X3 + W4X4+ W5X5+ W6X6+ W7X7+ W8X8+ W9X9+ W10X10


       Notasi:

       D = nilai diskriminan

       W1- W10 = koefisien fungsi diskriminan

       X1 = CR

       X2 = DAR

       X3 = DER

       X4 = EM

       X5 = GPM

       X6 = NPM

       X7 = ROI
X8 = ROE

       X9 = ITO

       X10 = TATO



       3.6.4 Uji Hipotesis

              3.6.4.1 Uji Hipotesis Ke-1

       Pengujian terhadap hipotesis ke-1 dilakukan dengan melihat hasil perhitungan

standardized canonical discriminant function coefficients. Jika perhitungan

menghasilkan variabel yang secara statistik dinyatakan mampu membedakan status

pengelompokan perusahaan maka hipotesis alternatif diterima.

              3.6.4.2 Uji Hipotesis Ke-2

       Pengujian terhadap hipotesis ke-2 dilakukan dengan melihat besarnya

koefisien   diskriminan   yang   dihasilkan   berdasarkan   perhitungan   canonical

discriminant function coefficients dan standardized canonical discriminant function

coefficients. Nilai koefisien diskriminan yang terbesar menunjukkan pengaruh

dominan dari variabel independen.
BAB IV

                               ANALISIS DAN PEMBAHASAN



4.1. Statistik Deskriptif
         Statistik deskriptif untuk perusahaan tekstil dan alas kaki yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 adalah:

                                  Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

Keterangan             2003                  2004                   2005                  2006
                Mean           Std      Mean     Std dev     Mean      Std dev       Mean        Std
                               dev                                                               dev
   CR
              1.3241          0.9529   1.3222       0.8408   1.0680        0.6909   0.9793    0.6999
  DAR
              0.7206          0.4604   0.7676       0.7009   0.8550        0.8140   1.0191    1.0369
  DER
             -62.3119     278.4588     14.0493   53.1940     -0.5579       8.0454   -3.2848   9.6589
   EM
             -61.3119     278.4588     15.0493   53.1940     -1.5579       8.0454   -2.2848   9.6589
  GPM
              0.0533          0.1505   0.0553       0.2639   -0.0370       0.3054   0.0235    0.2549
  NPM
              -0.0724         0.1462   -0.1483      0.5080   -0.1341       0.4981   -0.0624   0.1592
   ROI
              -0.0415         0.1052   -0.0458      0.1485   -0.0236       0.0917   -0.0355   0.0843
  ROE
              -0.6303         1.9574   -1.0501      4.5451   -0.0712       0.4782   0.5093    1.6042
   ITO
              4.5974          2.6771   5.0620       3.8941   5.2414        3.6167   5.4252    3.2658
  TATO
              0.8524          0.5186   0.8922       0.5122   0.9440        0.6153   0.9355    0.5744




         Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan tekstil

dan alas kaki yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Jumlah seluruh perusahaan ada 20

perusahaan. Sampel yang digunakan terdiri dari dua kelompok, yaitu perusahaan

dengan katagori sehat, dan perusahaan dengan katagori tidak sehat. Pengelompokan

awal terhadap sampel dilakukan dengan menggunakan analisa Z Score Altman.
Apabila Z Score lebih besar atau sama dengan 1,88 perusahaan dikatagorikan sehat,

dan apabila Z Score lebih kecil dari 1,88 maka perusahaan dikatagorikan tidak sehat.



4.2. Uji Normalitas Data


       Sedangkan untuk uji normalitas data dapat dilihat dari gambar 4.1. Normal P-

P Plot dari gambar tahun 2003 sampai tahun 2006 menyebar disepanjang garis

diagonal dari atas ke bawah.



                Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual



                                                       Dependent Variable: Sehat


                                          1.0




                                          0.8
                      Expected Cum Prob




                                          0.6




                                          0.4




                                          0.2




                                          0.0
                                                 0.0       0.2       0.4    0.6      0.8   1.0
                                                                 Observed Cum Prob



                                                Gambar 4.1. Normal P-P Plot




4.3. Uji Linieritas

       Pengujian in dilakukan dengan menggunakan Box’s M Test dengan α=5%.

Asumsi linieritas terpenuhi apabila hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi <
0,05. Dalam table ditunjukkan bahwa variance error dari keseluruhan variable

independen adalah konstan karena menghasilkan signifikan sebesar 0,000 (lebih kecil

dari 0,05) artinya data telah memenuhi asumsi linieritas. Hasil pengujian dapat dlihat

pada table 4.3 berikut ini :

                                 Tabel 4.2. Hasil Uji Linieritas

                       Box' M
                                F          Approx                      5.79
                                           df1                        45.00
                                           df2                     1,974.00




4.4. Uji Multikolinieritas

       Uji Multikolinieritas digunakan untuk melihat ada tidaknya korelasi antar

variabel independen. Pemenuhan terhadap asumsi non multikolinieritas dilakukan

dengan cara melihat besarnya koefisien korelasi antar masing-masing variable

independen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation. Pada

lampiran 1 dapat dilihat pada bagian Correlation, nilai koefisien korelasinya hampir

semua variabel lebih kecil dari 0,5.



4.5. Uji Diskriminan

       Uji diskriminan dilakukan dengan mengumpulkan semua populasi perusahaan

tekstil dan alas kaki. Kemudian dicari rasio-rasio yaitu working capital to total assets

(WC/TA), retained earnings to total assets (RE/TA), earnings before interests and

taxes to total assets (EBIT/TA), market value of equity to book value of total debt
(MVE/BVD), sales to total assets (S/TA) seperti yang digunakan oleh Altman (1984)

untuk memprediksi kebangkrutan. Rasio yang diambil adalah rasio untuk tahun 2003,

2004, dan 2005. Setelah itu dimasukkan rasio-rasio tersebut ke dalam persamaan Z

score Altman dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

      Z = 0,717WC/TA + 0,847RE/TA + 3,107EBIT/TA + 0,420MVE/BVD +

                                      0,998S/TA

        Setelah mendapatkan Z score menurut Altman (1984) maka dilakukan

penggolongan perusahaan berdasarkan kriteria :         group “0” adalah perusahaan

katagori tidak sehat, dan group “1” adalah perusahaan katagori sehat. (Lampiran 2)

        Nilai Z score berdasarkan sehat dan tidak sehat adalah sebagai berikut:

        Z= > 1,88        : perusahaan dengan kriteria sehat (Group 1)

        Z<      1.88     : perusahaan dengan kriteria tidak sehat. (Group 0)

        Kemudian dicari rasio-rasio (variabel-variabel X) dari tahun 2004 sampai

2005 yaitu current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER),

equity multiplier (EM), gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), return

on investment (ROI), return on equity (ROE), inventory turn over (ITO), total asset

turn over (TATO) untuk perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Setelah mendapat

rasio-rasio tersebut kemudian memasukkannya kedalam uji normalitas, linieritas, dan

uji multikolinieritas.
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio
Tesis rasio

More Related Content

Viewers also liked

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SU...
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SU...PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SU...
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SU...Fort Manhaj (Edwansyah Gumayenda)
 
Bahan metpen Prof.Dr.Hj.Setyaningsih,SE
Bahan metpen  Prof.Dr.Hj.Setyaningsih,SEBahan metpen  Prof.Dr.Hj.Setyaningsih,SE
Bahan metpen Prof.Dr.Hj.Setyaningsih,SEMeiman21051983
 
Skripsi achyar (revisi) 1
Skripsi achyar (revisi) 1Skripsi achyar (revisi) 1
Skripsi achyar (revisi) 1Akuntan Syariah
 
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesia
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesiaPeran perbankan dalam perekonomian di indonesia
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesiaamirawulandari
 
Makalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesiaMakalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesiaAnita DianaS
 
Skripsi analisis laporan keuangan pada
Skripsi analisis laporan keuangan padaSkripsi analisis laporan keuangan pada
Skripsi analisis laporan keuangan padayogieardhensa
 
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusContoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusTrisnadi Wijaya
 

Viewers also liked (9)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SU...
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SU...PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SU...
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SU...
 
Bahan metpen Prof.Dr.Hj.Setyaningsih,SE
Bahan metpen  Prof.Dr.Hj.Setyaningsih,SEBahan metpen  Prof.Dr.Hj.Setyaningsih,SE
Bahan metpen Prof.Dr.Hj.Setyaningsih,SE
 
Skripsi achyar (revisi) 1
Skripsi achyar (revisi) 1Skripsi achyar (revisi) 1
Skripsi achyar (revisi) 1
 
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesia
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesiaPeran perbankan dalam perekonomian di indonesia
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesia
 
54831671 skripsi-peh-1
54831671 skripsi-peh-154831671 skripsi-peh-1
54831671 skripsi-peh-1
 
Hipotesis
HipotesisHipotesis
Hipotesis
 
Makalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesiaMakalah perkembangan bank syariah di indonesia
Makalah perkembangan bank syariah di indonesia
 
Skripsi analisis laporan keuangan pada
Skripsi analisis laporan keuangan padaSkripsi analisis laporan keuangan pada
Skripsi analisis laporan keuangan pada
 
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusContoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
 

Similar to Tesis rasio

Laporan penelitian ahmad irfansyah
Laporan penelitian ahmad irfansyahLaporan penelitian ahmad irfansyah
Laporan penelitian ahmad irfansyahAhmad Irfansyah
 
Persepsi manajemen badan usaha milik negaradaerah dan badan usaha milik swast...
Persepsi manajemen badan usaha milik negaradaerah dan badan usaha milik swast...Persepsi manajemen badan usaha milik negaradaerah dan badan usaha milik swast...
Persepsi manajemen badan usaha milik negaradaerah dan badan usaha milik swast...yogieardhensa
 
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerjaCover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerjaEka_Ps
 
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Satria Anugerah Suhendra
 
Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm
Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shmPrediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm
Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shmubaidillahroykhan
 
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001frisca maulida
 
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN O...
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN O...PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN O...
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN O...Fresha Kurnia Herdianto
 
Skripsi rizal alipai
Skripsi rizal alipaiSkripsi rizal alipai
Skripsi rizal alipaidarma wati
 
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdm
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdmTesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdm
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdmMus Mulyadi
 

Similar to Tesis rasio (20)

File Pengantar
File PengantarFile Pengantar
File Pengantar
 
09 e00282
09 e0028209 e00282
09 e00282
 
Retno nilasari
Retno nilasariRetno nilasari
Retno nilasari
 
3. thesis
3. thesis3. thesis
3. thesis
 
Laporan penelitian ahmad irfansyah
Laporan penelitian ahmad irfansyahLaporan penelitian ahmad irfansyah
Laporan penelitian ahmad irfansyah
 
Persepsi manajemen badan usaha milik negaradaerah dan badan usaha milik swast...
Persepsi manajemen badan usaha milik negaradaerah dan badan usaha milik swast...Persepsi manajemen badan usaha milik negaradaerah dan badan usaha milik swast...
Persepsi manajemen badan usaha milik negaradaerah dan badan usaha milik swast...
 
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerjaCover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja
Cover Insentif dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja
 
2278
22782278
2278
 
Hayati hidayah
Hayati hidayahHayati hidayah
Hayati hidayah
 
Tesis 2 oye
Tesis 2 oyeTesis 2 oye
Tesis 2 oye
 
Tesis pengaruh budaya
Tesis pengaruh budayaTesis pengaruh budaya
Tesis pengaruh budaya
 
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
 
My Skripsweet
My SkripsweetMy Skripsweet
My Skripsweet
 
Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm
Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shmPrediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm
Prediksi kebangkrutan menggunakan metode z man shm
 
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
 
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN O...
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN O...PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN O...
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN PADA KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN KOMITMEN O...
 
Skripsi rizal alipai
Skripsi rizal alipaiSkripsi rizal alipai
Skripsi rizal alipai
 
Industri
IndustriIndustri
Industri
 
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdm
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdmTesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdm
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdm
 
Skrapsey Laengkap
Skrapsey LaengkapSkrapsey Laengkap
Skrapsey Laengkap
 

More from Ari Cah Bogares

More from Ari Cah Bogares (10)

Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanAkuntansi Pemerintahan
Akuntansi Pemerintahan
 
Ayat Jurnal Penyesuaian
Ayat Jurnal PenyesuaianAyat Jurnal Penyesuaian
Ayat Jurnal Penyesuaian
 
Sk 206112106
Sk 206112106Sk 206112106
Sk 206112106
 
File1 2
File1 2File1 2
File1 2
 
Etangeun
EtangeunEtangeun
Etangeun
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Akuntansi aktiva tetap
Akuntansi aktiva tetapAkuntansi aktiva tetap
Akuntansi aktiva tetap
 
Fraud auditing
Fraud auditingFraud auditing
Fraud auditing
 
Dd akuntansi keuangan 1 bab 4
Dd akuntansi keuangan 1 bab 4Dd akuntansi keuangan 1 bab 4
Dd akuntansi keuangan 1 bab 4
 
Akuntansi aktiva tetap
Akuntansi aktiva tetapAkuntansi aktiva tetap
Akuntansi aktiva tetap
 

Recently uploaded

Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)DenniPratama2
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda AcehTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda AcehFORTRESS
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024DarmiePootwo
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...gamal imron khoirudin
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptxerlyndakasim2
 
Investment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 MaterialInvestment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 MaterialValenciaAnggie
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiHaseebBashir5
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"HaseebBashir5
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelHaseebBashir5
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptxAndiAzhar9
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaNovaRuwanti
 
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan Perusahaan
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan PerusahaanMateri Surat Penawaran Dalam Organisasi dan Perusahaan
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan PerusahaanAlexSakthi
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptnugrohoaditya12334
 
PPT Presentasimatkul Hukum Komersial.pptx
PPT Presentasimatkul Hukum Komersial.pptxPPT Presentasimatkul Hukum Komersial.pptx
PPT Presentasimatkul Hukum Komersial.pptxYasfinaQurrotaAyun
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptxFORTRESS
 
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYAPRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYALex PRTOTO
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxerlyndakasim2
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfPritaRatuliu
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercayaunikbetslotbankmaybank
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangRadhialKautsar
 

Recently uploaded (20)

Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda AcehTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
 
Investment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 MaterialInvestment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 Material
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan Perusahaan
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan PerusahaanMateri Surat Penawaran Dalam Organisasi dan Perusahaan
Materi Surat Penawaran Dalam Organisasi dan Perusahaan
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
 
PPT Presentasimatkul Hukum Komersial.pptx
PPT Presentasimatkul Hukum Komersial.pptxPPT Presentasimatkul Hukum Komersial.pptx
PPT Presentasimatkul Hukum Komersial.pptx
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Pintu Rumah 2 Pintu di Banda Aceh.pptx
 
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYAPRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
 

Tesis rasio

  • 1. PERANAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KESEHATAN PERUSAHAAN TEKSTIL DAN ALAS KAKI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA (Periode Penelitian 2003 – 2006) TESIS Oleh DAULAT SIHOMBING 037017037/Akt SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Daulat Sihombing : Peranan Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kesehatan Perusahaan Tekstil…, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 2. PERANAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KESEHATAN PERUSAHAAN TEKSTIL DAN ALAS KAKI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA (Periode Penelitian 2003 – 2006) TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Oleh DAULAT SIHOMBING 037017037/Akt SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
  • 3. Judul Tesis : PERANAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI KESEHATAN PERUSAHAAN TEKSTIL DAN ALAS KAKI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA Nama Mahasiswa : Daulat Sihombing Nomor Pokok : 037017037 Program Studi : Ilmu Akuntansi Menyetujui Komisi Pembimbing (Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak) Ketua Anggota Ketua Program Studi Direktur (Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc) Tanggal lulus : 24 Juni 2008
  • 4. Telah diuji pada : Tanggal 24 Juni 2008 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak 2. Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 4. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak
  • 5. ABSTRACT Fundamental analysis is used to appraise the investment on stocks due to its ability to produce the determinant variables of the future stocks price. Analysis fundamental concept is to appraise the information about the stocks, then decide which stocks are worth buying and unworth buying. This research focused on the analysis of fundamental factors affecting on the manufacture listed emitens in Jakarta Stock Exchange. The research was conducted the manufacture listed emittens in Jakarta Stock Exchange by employed 51 samples data used is time series data from 2004 – 2006. The indepent variables are return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net book value (NBV), divident payout ratio (DPR), dividend growth (GTH) and expected profit (KSS), and the stck price as dependent variable, and then estimated with multiple linear regression to see the impact of the independent variables on the dependent variable partially and simultaneously. The estimation result shows that Net Book Value (NBV) had dominantly impact on stock manufacture listed emitters partially; it meant that NBV was the most important factor in appraising the stocks price. Moreover, all the independent variables simultaneously affected on the stock price of the manufacture listed emitters in Jakarta Stock Exchange. Keywords: Return on equity (ROE), Debt to equity ratio (DER), Net book value (NBV), Dividend payout ratio (DPR), Dividend growth (GTH), Expected rate of return (KSS) and Closing stock prices (CLP).
  • 6. ABSTRAK Analisis fundamental digunakan untuk menilai kelayakan investasi pada saham karena dapat menghasilkan variabel-variabel yang menentukan harga saham di masa mendatang. Konsep penilaian saham dengan analisis fundamental akan menghasilkan informasi tentang apakah saham tertentu layak dibeli atau tidak layak, dalam penelitian ini difokuskan pada analisis pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian dilakukan terhadap 51 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan data time series dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Variabel yang digunakan adalah return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net book value (NBV), dividend payout ratio (DPR), dividend growth (GTH) dan tingkat keuntungan yang diharapkan (KSS) sebagai variabel independen dan harga saham perusahaan (CLP) sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda untuk melihat besarnya kontribusi masing-masing variabel secara individu dan secara simultan dalam mempengaruhi harga saham Hasil pengujian menunjukkan bahwa net book value (NBV) mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Hal ini berarti bahwa net book value (NBV) merupakan tolok ukur yang lebih baik dalam menilai harga saham perusahaan. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa keenam variabel independen yaitu return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), net book value (NBV), dividend payout ratio (DPR), dividend growth (GTH) dan tingkat keuntungan yang diharapkan (KSS) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta. Kata Kunci : Return on equity (ROE), Debt to equity ratio (DER), Net book value (NBV), Dividend payout ratio (DPR), Dividend growth (GTH), Tingkat keuntungan yang diharapkan (KSS) dan Harga saham (CLP).
  • 7. KATA PENGANTAR Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta bimbingan-Nya selama mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan tesis ini, yang berjudul ”Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak tidak mungkin tesis dapat terselesaikan. Untuk ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof.Chairuddin P.Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program magister. 2. Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, M.Sc dan Prof.Dr.Ir. Rahim Matondang selaku direktur dan pembantu direktur 1 sekolah pasca sarjana Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan kami menjadi mahasiswa program magister akuntansi pada sekolah pasca sarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku ketua program studi Magister Ekonomi Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara atas kesempatan kami untuk menyelesaikan pendidikan program magister akuntansi. 4. Ibu Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak dan Bapak Syahyunan, SE, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan perhatian dan dorongan melalui bimbingan dan saran dalam penyelesaian tesis ini. 5. Bapak Drs.Rasdianto, MA, Ak, Bapak Drs.Idhar Yahya, MBA, Ak dan Ibu Dra.Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran dan masukannya atas kesempurnaan Tesis ini. 6. Seluruh dosen dan Guru Besar pada Sekolah Pasca Sarjana Ekonomi Akuntansi.
  • 8. 7. Sembah sujud penulis kepada Ibunda tercinta, yang selalu memberikan semangat kepada penulis, dan Ayahanda tercinta, yang terus mendukung untuk menyelesaikan studi. Doa dan kasih sayang penulis selalu untuk papi dan mami. 8. Abanganda Mangatas Manurung SE, M.Si dan Roy Rahmatsyah, SP, atas segala bantuan dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini. 9. Adik – adikku yang tercinta Ade dan Arif, terima kasih atas bantuannya pada abangda. 10. Terima kasih juga kepada staf administrasi Sekolah Pascasarjana : Bang Ari, Kak Dori, Kak Yuli, Bang Dedi dan teman – teman seangkatan di Sekolah Pascasarjana Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara. 11. Khusus Rekan – rekan di Badan Pemeriksa Keuangan dan teman – teman lainnya yang pada kesempatan ini tidak dapat penulis cantumkan namanya satu persatu. Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan penulis, maka hasil penelitian ini masih perlu disempurnakan. Karena itu dengan segala kerendahan hati penulis memohon segala kritik dan saran demi perbaikan hasil penelitian ini. Terima kasih. Medan, Maret 2008 Penulis, Amin Mozana
  • 9. RIWAYAT HIDUP 1. NAMA : AMIN MOZANA 2. TEMPAT / TGL LAHIR : AEK SONGSONGAN/03 MEI 1980 3. PEKERJAAN : AUDITOR BPK-RI 4. AGAMA : ISLAM 5. ORANG TUA : a. AYAH : SUDARMAN b. IBU : ELLYANA 6. ALAMAT : JL. EKAWARNI NO.19 MEDAN 7. PENDIDIKAN : a. SD : SD NEGERI 016397 TANJUNG GADING b. SMP : SMP NEGERI 1 MEDAN c. SMA : SMU NEGERI 5 MEDAN d. S1 : UNIVERSITAS GADJAH MADA
  • 10. DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ........................................................................................................ i ABSTRACT ...................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah Penelitian ..................................................... 8 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8 1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10 2.1. Tinjauan Teori .............................................................................. 10 2.1.1. Laporan Keuangan ............................................................... 10 2.1.2. Analisa Ratio Laporan Keuangan .......................................... 11 2.1.3. Pengelompokan Ratio Keuangan ........................................... 17 2.1.4. Kebangkrutan atau Kegagalan Usaha ..................................... 23 2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................... 29 2.3. Kerangka Konseptual.................................................................... 39 2.4. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 43 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 44 3.1. Rancangan Penelitian.................................................................... 44
  • 11. 3.2. Populasi dan Sampel .................................................................... 44 3.3. Variabel Penelitian ....................................................................... 45 3.3.1. Klasifikasi Variabel ............................................................... 45 3.3.2. Defenisi Operasional Variabel ............................................... 46 3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 47 3.5. Prosedur dan Pengambilan Data .................................................. 47 3.6. Metode dan Teknik Analisis Data ................................................ 48 3.6.1. Analisis Faktor ........................................................................ 48 3.6.2. Uji Asumsi Diskriminan ......................................................... 50 3.6.2.1. Uji Normalitas Data .................................................. 50 3.6.2.2. Uji Linieritas ............................................................. 51 3.6.2.3. Uji Non Multikolinieritas.......................................... 51 3.6.3. Uji Diskriminan ......................................................................... 51 3.6.4. Uji Hipotesis .............................................................................. 53 3.6.4.1. Uji Hipotesis Ke-1 ...................................................... 53 3.6.4.2. Uji Hipotesis Ke-2 ...................................................... 53 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 54 4.1. Statistik Deskriptis ....................................................................... 54 4.2. Uji Normalitas Data ..................................................................... 55 4.3. Uji Linieritas ................................................................................. 56 4.4. Uji Multikolinearitas .................................................................... 56 4.5. Uji Diskriminan ............................................................................ 57 4.6. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 58 4.6.1. Pengujian Hipotesis Ke-1 .................................................. 58 4.6.2. Pengujian Hipotesis Ke-2 ................................................. 64 4.7. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 64 4.7.1. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ke-1 ..................... 64
  • 12. 4.7.2. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Ke-2 ..................... 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 68 5.1. Kesimpulan .................................................................................. 68 5.2. Implikasi ....................................................................................... 68 5.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 69 5.3. Saran ............................................................................................ 69 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 71
  • 13. DAFTAR TABEL No. Judul Halaman 2.1. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 19 3.1. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 25 4.1. Statistik Deskriptif ................................................................................. 35 4.2. Statistik Deskriptif Menurut Jenis Usaha .............................................. 36 4.3. Uji Normalitas ........................................................................................ 40 4.4. Uji Multikolinearitas .............................................................................. 41 4.5. Uji Autokorelasi ..................................................................................... 42 4.6. Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 43 4.7. Pengujian Hipotesis ............................................................................... 44
  • 14. DAFTAR GAMBAR No. Judul Halaman 2.1. Kerangka Pemikiran Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta .................................................................................. 21
  • 15. DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Halaman 1. Sampel Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta dan Perkembangan Harga Saham, Tahun 2004-2006.................................... 59 2. Sampel Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta dan Perkembangan ROE, DER dan DPR, Tahun 2004-2006........................ 64 3. Sampel Perusahaan Manufaktur Go-Public di Bursa Efek Jakarta dan Perkembangan GTH dan KSS, Tahun 2004-2006 .................................. 69 4. Uji Normalitas ........................................................................................ 74 5. Regresi Utama Penelitian ....................................................................... 75 6. Regresi Antar Variabel Bebas ................................................................ 76 7. Uji Heterkesdatisitas .............................................................................. 80
  • 16. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendirian perusahaan mempunyai tujuan umum untuk memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimumkan nilai saham, dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Persaingan bisnis yang ketat seiring dengan perkembangan perekonomian mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan inovasi, memperbaiki kinerjanya, dan melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat bersaing sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya lambat laun akan tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan, agar kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat tercapai, maka pihak manajemen harus dapat meningkatkan kinerjanya. Secara umum kinerja suatu perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Kinerja perusahaan dapat diketahui dari hasil analisis laporan keuangan. Hasil analisis laporan keuangan yang menunjukkan kinerja perusahaan tersebut dipakai sebagai dasar penentu kebijakan bagi pemilik. manajer dan investor. Analisis atas laporan keuangan dan interpretasinya pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan suatu
  • 17. perusahaan melalui laporan keuangan tersebut, dan dari laporan keuangan tersebut dapat dilakukan analisis berdasarkan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan. Rasio keuangan penting untuk dianalisis karena rasio keuangan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang terbentuk dari unsur-unsur laporan keuangan yang bila di interpretasikan dapat diperoleh informasi tentang kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu sehingga dapat memberikan masukan dan saran bagi perusahaan. Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dan jumlah yang lain. Ukuran yang lazim dipakai dalam analisis laporan keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang sering dipakai karena merupakan metode yang paling tepat untuk diterapkan dalam penilaian kinerja perusahaan. Penggunaan alat analisis berupa rasio dapat menunjukkan atau memberi gambaran tentang baik atau buruknya posisi keuangan perusahaan yang berakibat pada kegagalan, sehat atau tidaknya suatu perusahaan, apabila dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya atau dengan perusahaan sejenis yang lainnya. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan
  • 18. posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Foster (1986, dalam Almilia, 2003) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan dengan model rasio keuangan yaitu: 1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu. 2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan. 3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan dengan rasio keuangan. 4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress ) Ada dua macam kegagalan, yaitu kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi suatu perusahaan dikaitkan dengan ketidak seimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran. Sementara itu, sebuah perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun aktiva total melebihi
  • 19. kewajibannya (Aryati dan Manao, 2000). Salah satu dari kebanyakan penyebab kebangkrutan perusahaan dimulai dari kegagalan keuangan. Indikator keuangan inilah yang bisa dijadikan sebagai alat untuk mengetahui tingkat kebangkrutan suatu perusahaan. Studi mengenai rasio keuangan dalam menilai kinerja perusahaan dengan prediksi kebangkrutan dimulai oleh Beaver (1967, dalam Lisetyati, 2000) yang membuktikan bahwa secara empiris rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kegagalan perusahaan. Dalam studinya, Beaver membuat lima kelompok rasio keuangan dan membuat univariate analysis yaitu menghubungkan tiap-tiap rasio untuk menentukan rasio mana yang paling baik digunakan sebagai prediktor. Kelima kelompok rasio tersebut terdiri dari cash flows to total debt ratio, net income to total assets ratio, current assets to current liabilities ratio, total debt to total assets ratio, dan working capital to total assets ratio. Kelima rasio keuangan tersebut kemudian diuji tingkat kesalahannya yang menunjukkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengklasifikasian suatu perusahaan. Penelitian ini terlihat bahwa rasio-rasio keuangan memiliki kemampuan dalam memprediksi terjadinya kebangkrutan pada suatu perusahaan. Penelitian lainnya yang ditemukan juga buktinya dilakukan oleh Altman (1968), Altman, et al. (1977), dan Gilbert, et al. (1990). Penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968, dalam Aryati dan Manao 2000) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.
  • 20. Altman menggunakan multiple discriminant analysis untuk menguji manfaat lima rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan. Kelima rasio keuangan tersebut adalah working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before interests taxes to total assets, market value of equity to book value of total debts, dan sales to total assets. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan kekuatan prediksi rasio-rasio keuangan untuk periode waktu yang lama. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu terutama likuiditas dan leverage memberikan sumbangan terbesar dalam mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dan beliaulah yang memunculkan formula Z Score untuk menentukan tingkat kesehatan perusahaan. Menurut Almilia (2003). Model kebangkrutan Altman tidak dapat digunakan dewasa ini karena beberapa alas an yaitu: 1. Dalam membentuk model ini hanya memasukkan perusahaan manufaktur saja, sedangkan perusahaan yang memiliki tipe lain memiliki hubungan yang berbeda antara total modal kerja dan variabel lain yang digunakan dalam analisis rasio. 2. Penelitian yang dilakukan Altman pada tahun 1946 sampai dengan 1965, yang tentu saja berbeda dengan kondisi sekarang. Sehingga proporsi untuk setiap variabel sudah tidak tepat lagi untuk digunakan. Penelitian lain yang mengembangkan rasio keuangan dalam industri perbankan sebagai prediktor tingkat kesehatan dan kegagalan bank dibuktikan oleh Thomson (1991), Whalen dan Thomson (1988), dan Aryati dan Manao (2000).
  • 21. Penelitian yang menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi perkembangan laba perusahaan dilakukan oleh Machfoedz (1994), dan Zainuddin dan Hartono (1999). Penelitian yang dilakukan oleh Aryati dan Manao (2000) bertujuan untuk mengetahui apakah laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank-bank di Indonesia dapat digunakan sebagai prediktor tingkat kesehatan dan kemungkinan kebangkrutannya melalui rasio CAMEL dan rasio keuangan lainnya, serta dapat di identifikasi rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan perbankan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan tujuh variabel independen dengan tingkat signifikansi α= 5%. Model analisis yang digunakan adalah univariat analisis dan multivariat diskriminan analisis Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lisetyati (2000) dengan menganilisis laporan keuangan sebagai alat prediksi kebangkrutan bank, variable penelitian dipilih 11 rasio keuangan dengan menggunakan metode CAMEL sebagai alat analisis terhadap kebangkrutan. Bank yang dipilih sebanyak 161 Bank dalam tahun 1993 – 1997. Pengujian multivariate dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh rasio keuangan yang dipilih melalui prosedur backward stepwise (conditional) bersama-sama mampu memprediksi dengan benar bank yang akan bangkrut. Penelitian berkaitan dengan prediksi kebangkrutan bank di Indonesia dilakukan oleh Wilopo (2001). Hipotesis yang diajukan bahwa “rasio keuangan model CAMEL, besaran (size) bank serta kepatuhan terhadap Bank Indonesia” dapat digunakan untuk memprediksikan kegagalan bank di Indonesia.
  • 22. Penelitian lain juga dilakukan oleh Eva Rianti (2003) yang meneliti kinerja keuangan perusahaan sebelum dan selama masa krisis ekonomi Indonesia serta prediksi kebangkrutan perusahaan yang mengambil sample perusahaan automotive and component yang go public di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini digunakan model multiple discriminant analysis (MDA) untuk memprediksi kebangkrutan dengan menghitung rasio aktiva lancar terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap total asset, laba opersional terhadap total asset, total nilai saham dibursa terhadap total hutang, dan penjualan terhadap total asset Berdasarkan uraian dan berbagai penelitian di atas, dari bukti empiris yang mendukung analisis rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan yang sudah ada sebelumnya memberikan hasil yang beragam. Penelitian ini menindak lanjuti penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode analisis yang sama yaitu Univariate dan Multivariate Discriminant Analysis, namun sampel, periode penelitian dan variabel independen yang digunakan berbeda. Penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan perbankan, otmotive dan manufacture dan periode tahun sampel berkisar di masa krisis ekonomi Indonesia yaitu sebelum, semasa atau sesudahnya. Variabel independent lebih banyak menggunakan rasio CAMEL (Capital Adequacy Ratio, Return on Risked Assets, Net Profit Margin, Return on Assets, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Kewajiban Bersih call money terhadap Aktiva Lancar, Kredit terhadap Dana yang Diterima). Sedangkan penelitian ini menggunakan sampel perusahaan tekstil dan alas kaki,
  • 23. tahun sampel setelah terjadinya krisis ekonomi (2003-2006), dan variabel independennya menggunakan rasio likuiditas (Current Ratio), solvabilitas (Debt To Asset Ratio, Debt To Equity Ratio, Equity Multiplier), profitabilitas (Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Equity), dan aktivitas (Inventory Turn Over, Total Assets Turn Over). 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah analisis rasio keuangan mampu untuk mengukur tingkat kesehatan pada perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode 2003-2006? 2. Rasio manakah yang paling dominan dalam memprediksi tingkat kesehatan perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di BEJ? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penggunaan analisis rasio keuangan dalam penilaian tingkat kesehatan perusahaan guna memprediksi kebangkrutan pada perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di BEJ. 2. Untuk mengetahui, di antara rasio-rasio keuangan dalam analisis laporan keuangan, manakah yang paling membedakan (dominan) dalam penilaian
  • 24. tingkat kesehatan perusahaan guna memprediksi tingkat kebangkrutan perusahaan pada perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public di BEJ. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peneliti Menambah pengetahuan dan pemahaman dalam penggunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi tingkat kesehatan perusahaan. 2. Pihak perusahaan Dapat digunakan sebagai acuan, bahan pertimbangan dan penilaian tingkat kesehatan atau kebangkrutan perusahaan, serta dapat dijadikan bahan evaluasi perusahaan untuk penentuan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang. 3. Dunia penelitian dan akademis Dapat menambah perbandingan atau literatur dan bahan referensi untuk karya ilmiah ataupun penelitian-penelitian selanjutnya.
  • 25. B A B II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Laporan Keuangan Dalam Darsono dan Ashari (2005), laporan keuangan adalah informasi yang memuat tentang posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan. Laporan keuangan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan-keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi: (1) untuk keputusan investasi dan kredit, (2) mengenai jumlah dan timing arus kas, (3) mengenai aktiva dan kewajiban, (4) mengenai kinerja perusahaan, (5) mengenai sumber dan penggunaan kas, (6) penjelasan dan interpretif, serta (7) untuk menilai stewardship. Ketujuh tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas, dan pengungkapan laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
  • 26. misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI, 2004). Laporan keuangan juga dapat menurunkan asimetri informasi yaitu kondisi dimana informasi yang dimiliki oleh satu pihak lebih banyak dibandingkan dengan pihak lainnya. Informasi dalam laporan keuangan dapat menurunkan perbedaan informasi dengan menurunkan: (a) adverse selection, dengan cara memindahkan informasi privat yang dimiliki oleh manajer menjadi informasi publik. Adverse selection adalah ketidakyakinan pada manajer atau pemilik karena salah satu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari lainnya, sehingga menguntungkan pihak tertentu; (b) moral hazard yang dilakukan oleh manajer, karena perilaku manajer dapat dilihat dari pengaruhnya pada laba perusahaan atau aset perusahaan. Moral hazard adalah sikap tidak melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan, atau tidak melaksanakan kondisi ideal. Untuk melihat apakah perusahaan memenuhi perjanjian kredit atau tidak dapat dilihat dari laporan keuangan (Darsono dan Ashari, 2005). 2.1.2 Analisa Rasio Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan pada dasarnya mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih
  • 27. beragam, lebih mendalam dan lebih akurat bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk pengambilan keputusan. Analisis atas laporan keuangan dan interpretasinya pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan keuangan dan potensi suatu perusahaan melalui laporan keuangan tersebut. Tujuan dari analisis laporan keuangan secara umum adalah sebagai berikut : 1. Investasi pada saham. 2. Pemberian kredit, dimana tujuan pokoknya adalah untuk menilai kemampuan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut. 3. Kesehatan pemasok (supplier). Mengetahui kondisi keuangan pemasok sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan negosiasi dengan pemasok. 4. Kesehatan pelanggan (customer), yang tujuannya adalah untuk mengetahui informasi mengenai kemampuan pelanggan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 5. Kesehatan perusahaan ditinjau dari karyawan, bertujuan untuk memastikan apakah perusahaan yang akan dimasuki mempunyai prospek keuangan yang bagus. 6. Pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang dibayarkan. 7. Analisis internal, tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan guna menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan.
  • 28. 8. Analisis pesaing, untuk menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing yang dapat dipakai untuk penentuan strategi perusahaan. 9. Penilaian kerusakan. Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak akan bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka-angka yang terkandung didalamnya. Angka-angka itulah yang kemudian dapat membentuk rasio-rasio keuangan. Rasio Keuangan dapat digunakan untuk mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan . Rasio yang digunakan untuk membahas kinerja atau kegiatan operasi perusahaan hendaknya dapat memenuhi pertanyaan berikut ini : 1. Seberapa jauh likuiditas perusahaan; 2. Apakah manajemen menghasilkan laba operasi yang cukup atas aktiva perusahaan ; 3. Bagaimana perusahaan untuk mendanai aktivanya ; 4. Apakan para pemegang saham mendapatkan pengembalian yang cukup atas investasi mereka. ? Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Van Horne, 1995 dalam Sitanggang,2003). Analisis rasio adalah salah satu cara pemrosesan dan
  • 29. penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lainnya dari suatu laporan keuangan. Dalam analisis rasio, ada dua jenis perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan internal dan perbandingan eksternal. Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang akan datang untuk perusahaan yang sama. Sedangkan perbandingan eksternal adalah membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama. Perbandingan ini memberikan gambaran relatif dan pemahaman yang mendalam tentang kondisi dan kinerja perusahaan, serta membantu mengidentifikasi penyimpangan dari rata-rata atau standar industri (Darsono dan Ashari, 2005). Manfaat analisis rasio bagi manajer digunakan untuk menganalisis, mengendalikan dan memperbaiki operasional perusahaan, bagi analisis kredit digunakan untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar hutangnya, bagi analisis sekuritas atau analisis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan prospek pertumbuhan perusahaan dan analisis obligasi yang berkepentingan atas kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuidasi aktiva apabila terjadi kepailitan. Kelebihan analisis rasio keuangan dibandingkan teknik analisis lainnya adalah (Harahap, 2002 ) :
  • 30. 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan oleh laporan keuangan yang rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk mengambil bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). 5. Menstandari ukuran perusahaan. 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Teknik analisis rasio keuangan juga memiliki kelemahan sebagai berikut : a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti: 1) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran yang dapat dinilai bias atau subyektif. 2) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan, bukan harga pasar.
  • 31. 3) Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. 4) Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. e. Jika dua perusahaan yang dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama sehingga jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. Selain itu, terdapat juga keterbatasan analisis rasio antara lain adalah (Sawir, 2005) : a) Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. b) Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. c) Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.
  • 32. Keterbatasan analisis rasio yakni apabila dibandingkan rasio satu perusahaan dengan perusahaan lain bisa berakibat interpretasi yang berbeda karena penggunaan metode yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi, tidak bisa dikatakan bahwa suatu rasio perusahaan lebih bagus dari perusahaan lainnya tanpa adanya analisis yang mendalam, sulit mengidentifikasi kategori perusahaan dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. Namun, walaupun demikian analisis rasio tetap merupakan alat yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membantu mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan. 2.1.3. Pengelompokkan Rasio Keuangan Pengelompokkan rasio keuangan yang digunakan adalah sebagai berikut (Darsono dan Ashari, 2005) : 1. Rasio Likuiditas Terdiri dari Rasio Lancar ( total aktiva lancar : total utang lancar) dan rasio cair ((total aktiva lancar – persediaan) ; utang lancar). Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio. Current ratio (rasio lancar), yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalammemenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini
  • 33. menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Rasio lancar yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas, namun sebaliknya apabila rasio lancarnya terlalu besar menunjukkan bahwa pengelolaan aktiva lancar kurang bagus karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan (Sawir, 2005). 2. Rasio Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan untuk membayar utang jangka panjang, baik utang pokok maupun bunganya (Kuswadi, 2006). Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah : a. Debt to Asset Ratio (DAR = total utang : total aktiva), atau disebut juga leverage atau debt ratio. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari risiko pada kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi
  • 34. akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. b. Debt to Equity Ratio (DER = total utang : total ekuitas), menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin kecil angka rasio, semakin baik solvabilitas perusahaan. c. Equity Multiplier (EM = total aktiva : total ekuitas), menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai besarnya porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Semakin kecil rasio ini, berarti porsi pemegang saham akan semakin besar sehingga kinerjanya semakin baik karena persentase untuk pembayaran bunga semakin kecil. 3. Rasio Profitabilitas Profitabilitas (kemampulabaan) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran tentang efektivitas manajemen perusahaan dan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Sawir,2005). Rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah :
  • 35. a. Gross Profit Margin (GPM = laba kotor : penjualan bersih). Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin tinggi angka rasio, semakin baik karena menunjukkan peningkatan presentase laba bersih operasi terhadap hasil penjualannya. Kegunaan rasio ini adalah mutu pengelolaan harga pokok produksi (yang berarti kinerja bagian produksi) dapat dimonitor dari waktu ke waktu dan untuk meramalkan besarnya laba kotor pada waktu yang akan datang atas dasar estimasi penjualan (Kuswadi, 2006). b. Net Profit Margin (NPM = laba bersih : penjualan bersih). Rasio ini digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dari waktu ke waktu dalam hal profitabilitas dan juga dapat dipakai untuk memperkirakan atau meramalkan laba bersih perusahaan pada masa yang akan datang atas dasar estimasi penjualannya (Kuswadi, 2006). c. Return On Investment (ROI = laba bersih : total aktiva). Rasio ini juga sering disebut Return On Asset (ROA). Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan, dan juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan
  • 36. aktiva untuk memperoleh pendapatan dan dapat menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini memberikan indikasi kepada kita tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya. Semakin besar rasio ini semakin baik karena berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kuswadi, 2006). d. Return On Equity (ROE = laba bersih ; total ekuitas). Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Rasio ini membuat manajemen dapat melihat secara fokus besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan dari jumlah modal yang ditanam oleh para pemegang saham. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha (Sawir, 2005). Dari perspektif pemegang saham, rasio ini menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian kepada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham.
  • 37. 4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Rasio-rasio aktivitas yang umum digunakan adalah : a. Inventory Turn Over (ITO = harga pokok penjualan : persediaan) atau rasio perputaran persediaan. Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan (dalam bentuk produk jadi). Rasio ini juga menggambarkan perputaran persediaan–semakin besar rasio ini akan semakin baik. Semakin tinggi perputaran persediaan ini, semakin singkat atau semakin baik waktu rata-rata antara penanaman modal dalam persediaan dan transaksi penjualan. Ini menunjukkan semakin tingginya tingkat permintaan atau penjualan produk perusahaan, semakin efisiennya kerja tim manajemen persediaan, dan (mungkin) semakin tingginya laba yang diperoleh. Walaupun demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi juga dapat memberikan indikasi tentang kekurangan stok persediaan, yang dapat menyebabkan kehilangan order penjualan (Kuswadi, 2006:110). Rasio perputaran persediaan yang terlalu rendah menunjukkan lambatnya penjualan atau terlalu banyaknya persediaan yang ada di tangan.
  • 38. b. Total Assets Turn Over (TATO = penjualan bersih : total aktiva). Kemampuan perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang di investasikan dalam bentuk harta perusahaan digambarkan dalam rasio ini sehingga kita dapat mengetahui efektifitas penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Rule of thumb rasio ini bagi perusahaan yang produktif harus di atas 1, kalau perputarannya lambat menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. 2.1.4. Kebangkrutan atau Kegagalan Usaha Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah umum untuk menerangkan keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (Karel & Prakash, 1987 dalam Lisetiaty). Para peneliti telah menggunakan istilah failure (kegagalan) dan bankruptcy (kebangkrutan) secara bergantian. Prediksi kebangkrutan usaha berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan keuangan atau tidak di masa mendatang. Salah satu indikator yang dipakai untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan adalah indikator keuangan. Kebanyakan
  • 39. penyebab kebangkrutan dimulai dari adanya kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Untuk menilai kesulitan keuangan yang akan diderita oleh perusahaan terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan panduan. Indikator pertama adalah informasi arus kas sekarang dan arus kas untuk periode mendatang. Informasi arus kas memberikan gambaran sumber-sumber dan penggunaan kas perusahaan. Sumber yang kedua adalah dari analisis posisi dan strategi perusahaan dibandingkan dengan pesaing. Informasi ini memberikan gambaran posisi perusahaan dalam persaingan bisnis yang merujuk pada kemampuan perusahaan dalam menjual produk atau jasanya untuk menghasilkan kas (Darsono dan Ashari, 2005). Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut : 1. Pemberi pinjaman (seperti pihak bank). Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada. 2. Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda
  • 40. kebangkrutan sedini mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. 3. Pihak pemerintah. Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misalnya pada sektor perbankan). Pemerintah juga mempunyai badan- badan usaha (BUMN) yang harus melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang diperlukan bisa dilakukan lebih awal. 4. Akuntan, yang mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan. 5. Manajemen. kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya tersebut cukup besar. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan misalnya dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari. Dalam Darsono dan Ashari (2005), secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasional perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.
  • 41. Faktor-faktor internal yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi : a. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen. b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang- hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan. c. Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan. Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan dapat berupa manajemen yang korup atau memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor. Kasus bank yang melakukan pelanggaran batas maksimum pemberian kredit adalah contoh kasus moral hazard dimana manajemen melakukan pelanggaran terhadap rambu-rambu pengelolaan perusahaan.
  • 42. Kasus Enron adalah salah satu kasus dimana manajemen melakukan kecurangan dengan menyembunyikan kerugian yang besar. Sedangkan, faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan adalah sebagai berikut : 1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari atau berpindah sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. 2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu supplier sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi. 3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada debitor dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu
  • 43. memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor agar dapat melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan. 4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam Undang-Undang No.4 tahun 1998 yang dirubah dengan Undang-Undang No 37 tahun 2004, kreditor bisa mempailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor. 5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik lagi kepada pelanggan. 6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Kasus perkembangan pesat ekonomi Cina yang mengakibatkan tersedotnya kebutuhan bahan baku ke Cina dan kemampuan Cina memproduksi barang dengan harga yang murah adalah contoh kasus perekonomian global yang harus diantisipasi oleh perusahaan. Tingginya kebutuhan baja di Cina yang mengakibatkan harga baja naik tajam, mengakibatkan banyak industri pengecoran logam di
  • 44. daerah Klaten bangkrut karena biaya yang mengalami kenaikan sehingga produknya menjadi tidak kompetitif. 2.2. Peneliti Terdahulu Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Dengan analisis rasio keuangan dapat diprediksi tingkat kesehatan perusahaan guna memprediksi kebangkrutan perusahaan. Rasio keuangan ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dari berbagai aspek kinerja, apakah kinerja perusahaan mengalami kemajuan atau bahkan mengalami kemunduran yang akan berakibat pada kebangkrutan. Ukuran kinerja pertama yang diukur adalah ukuran likuiditas, dimana ukuran ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran kinerja kedua adalah solvabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka panjang. Ukuran ketiga adalah profitabilitas yang mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan sumber daya yang dimiliki. Ukuran berikutnya adalah aktivitas yang mengukur efektifitas dan efisiensi dalam menggunakan aktiva. Beberapa peneliti terdahulu telah banyak melakukan penelitian mengenai kebangkrutan perusahaan. Studi kali pertama dilakukan oleh Beaver (1966) dalam Aryati dan Manao (2000) yang membandingkan masing-masing rasio-rasio perusahaan bangkrut dengan perusahaan tidak bangkrut yang dilakukannya pada lima
  • 45. tahun sebelum terjadi kebangkrutan. Beaver melakukan pengamatan terhadap perkembangan rasio-rasio tersebut dengan menggunakan sampel 158 perusahaan yang terdiri dari 79 perusahaan yang mengalami kegagalan dan 79 perusahaan yang sukses selama lima tahun sebelum terjadi kebangkrutan. Dalam studinya, Beaver membuat lima kelompok rasio keuangan dan membuat univariate analysis yaitu menghubungkan tiap-tiap rasio untuk menentukan rasio mana yang paling baik digunakan sebagai prediktor. Kelima kelompok rasio tersebut terdiri dari cash flows to total debt ratio, net income to total assets ratio, current assets to current liabilities ratio, total debt to total assets ratio, dan working capital to total assets ratio. Beaver menemukan sampel perusahaan yang gagal dengan perusahaan yang tidak gagal kemudian meneliti rasio keuangan selama lima tahun sebelum perusahaan gagal dan menemukan bahwa terdapat rasio keuangan perusahaan yang tidak gagal berbeda dengan yang gagal. Pada perusahaan yang gagal, cash flows to total debt lebih rendah, cadangan aktiva lancar untuk melunasi kewajibannya lebih kecil dan hutangnya lebih besar dibandingkan perusahaan yang tidak gagal. Kelima rasio keuangan yang digunakan sebagai prediktor tersebut kemudian diuji tingkat kesalahannya yang menunjukkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengklasifikasian suatu perusahaan. Selanjutnya hasil pengujian rasio tersebut diranking dimana tingkat persentase kesalahan terkecil dipertimbangkan sebagai “Best Predictor”, berikutnya “Second Best Predictor” dan seterusnya hingga “The Worst Predictor”. Kesimpulannya,
  • 46. Beaver menemukan bahwa analis rasio keuangan terbukti sangat berguna untuk memprediksi kebangkrutan dan dapat digunakan untuk membedakan secara akurat perusahaan yang akan jatuh bangkrut dan yang tidak. Altman (1968) dengan judul “Financial Ratios, Discriminant Analysis and The Prediction of Corporate Bankruptcy” yang dalam penelitiannya mencoba satu penilaian atas kualitas analisis rasio sebagai satu teknik analisis dan prediksi kebangkrutan perusahaan digunakan sebagai kasus ilustrasi. Altman menggunakan analisis multiple diskriminan dengan menyusun suatu model untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, yang mana terbukti sangat akurat dalam memprediksi kebangkrutan secara benar. Data yang digunakan adalah perusahaan manufaktur. Analisis diskriminan menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat a priori. Untuk menyelidiki kinerja perusahaan menggunakan rasio profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas sebagai indikasi yang paling efektif dari masalah yang akan datang. Altman menemukan lima rasio yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut (Sawir, 2006:23). Lima jenis rasio yang digunakan Altman adalah working capital to total assets, retained earnings to total assets, EBIT to total assets, market value of equity to book value of total debts, dan sales to total assets. Dalam penelitiannya, rasio working capital to total assets digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasinya. Rasio
  • 47. retained earnings to total assets digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio EBIT to total assets digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio market value of equity to book value of total debts digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi insolvable. Rasio sales to total assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Dari rasio-rasio tersebut (Darsono dan Ashari, 2005), Altman memformulasikan dalam bentuk persamaan yang kemudian dikenal dengan formula Z-score yang merupakan kombinasi dari beberapa rasio keuangan yang dianggap dapat memprediksi terjadinya kebangkrutan perusahaan. Fungsi diskriminan Z (Zeta) yang ditemukannya adalah: Z = 1,2 WCTA + 1,4 RETA + 3,3 EBITTA + 0,6 MVEBVL + 1 STA dimana, WCTA : Working Capital to Total Assets (modal kerja dibagi total aset) RETA : Retained Eearnings to Total Assets (laba ditahan dibagi total aset) EBITTA : Earnings Before Interests and Taxes to Total Assets (laba sebelum pajak dan bunga dibagi total aset) MVEBVL : market value of equity to book value of total debt (nilai pasar ekuitas dibagi dengan nilai buku hutang) STA : sales to total assets (penjualan dibagi total aset)
  • 48. Hasil perhitungan Z-score dapat di interpretasikan sebagai berikut : Z>2,99 : perusahaan tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan. 2,7<Z<2,99 : perusahaan mempunyai sedikit masalah keuangan (meskipun tidak serius). 1,8<Z<2,69 : perusahaan akan mengalami permasalahan keuangan jika tidak melakukan perbaikan yang berarti dalam manajemen maupun struktur keuangan. Z<1,88 : perusahaan mengalami masalah keuangan yang serius. Versi ini dapat dipergunakan untuk perusahaan publik maupun perusahaan pribadi, dan untuk perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Z-score yang pertama kali dikembangkan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan dapat juga digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Almilia (2003) Model kebangkrutan Altman tidak dapat digunakan dewasa ini karena beberapa alasan yaitu: 1. Dalam membentuk model ini hanya memasukkan perusahaan manufaktur saja, sedangkan perusahaan yang memiliki tipe lain memiliki hubungan yang berbeda antara total modal kerja dan variabel lain yang digunakan dalam analisis rasio. 2. Penelitian yang dilakukan Altman pada tahun 1946 sampai dengan 1965, yang tentu saja berbeda dengan kondisi sekarang. Sehingga proporsi untuk setiap
  • 49. variabel sudah tidak tepat lagi untuk digunakan. Tahun 1984, Altman melakukan penelitian kembali di berbagai negara. Penelitian ini memasukkan dimensi internasional, sehingga Z scorenya diubah menjadi formula: Indeks kebangkrutan = 0.717 WC/TA + 0.847 RE/TA + 3.107 EBIT/TA + 0.420 MVE/BVD + 0.998 S/TA. Deakin (1972) mencoba untuk mengembangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pendahulunya Beaver (1966) dan Altman (1968). Sampel yang digunakan sebanyak 32 perusahaan yang gagal, dan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak gagal selama periode antara tahun 1964 sampai dengan 1970 atas dasar klasifikasi industri, ukuran aset dan tahun data. Dalam penelitiannya, Deakin menggunakan analisis multiple discriminant dan 14 rasio keuangan yang diuji Beaver guna menemukan kombinasi variabel-variabel yang mempunyai keakuratan prediksi yang baik. Deakin menemukan bahwa rasio cash flow to total debts adalah variabel yang paling baik dalam memprediksi kebangkrutan. Penelitian Zmijewski (1983) menambah validitas rasio keuangan sebagai alat deteksi kegagalan perusahaan. Zmijewski menelaah ulang studi di bidang kebangkrutan hasil riset sebelumnya selama dua puluh tahun. Rasio keuangan dipilih dari rasio-rasio keuangan penelitian terdahulu dan diambil sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut serta 3573 perusahaan sehat periode 1972 sampai dengan 1978. Indikator F-test terhadap rasio-rasio kelompok: rate of return, liquidity, leverage, turnover, fixed payment coverage, trends, firm size, dan stock return volality; menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang sehat dan yang bangkrut.
  • 50. Peneliti lainnya di Indonesia dilakukan oleh Machfoedz (1999) yang melakukan penelitian terhadap seluruh perusahaan go public di ASEAN (Thailand, Singapura, Malaysia, dan Indonesia), yang meliputi seluruh perusahaan maufaktur yang listing di pasar modal tiap negara yang dipilih tersebut. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah liquidity, solvency, profitability total, dan profitability internal. Machfoedz menggunakan prosedur dan metode statistik parametrik dan non- parametrik berupa t-test uji beda dua sampel, Wilcoxon Sign Rank Test, Wilks’ Lambda MANOVA, dan Friedman K-Independent Samples. Untuk memprediksi tingkat kesulitan keuangan perusahaan digunakan analisis Z- score dalam menilai kesehatan perusahaan. Dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa informasi keuangan dalam bentuk rasio dapat digunakan untuk mendeteksi kesehatan perusahaan. Aryati dan Manao (2000) melakukan penelitian untuk menguji apakah terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan tingkat kesehatan bank yang diukur menurut rasio CAMEL antara bank yang sehat dengan bank yang gagal di Indonesia dan untuk melihat rasio keuangan mana saja yang mendiskriminankan antara bank yang sehat dengan bank yang gagal. Dengan penelitian ini dapat diidentifikasi rasio- rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan perbankan di Indonesia. Data penelitian meliputi laporan keuangan bank-bank dari tahun 1993 sampai tahun 1997. Ada tujuh variabel independen yang digunakan yaitu capital adequacy ratio (CAR), return on risked assets (RORA), net profit margin (NPM),
  • 51. return on assets (ROA), rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar, dan rasio kredit terhadap dana yang diterima. Model penelitian ini adalah univariate analysis dan multivariate discriminant analysis. Hasil dari uji univariat menunjukkan bahwa dua variabel, yaitu NPM dan BOPO, tidak signifikan dengan sehat atau bangkrutnya bank-bank dalam sampel. Tidak adanya perbedaan rata-rata NPM yang signifikan antara bank yang sehat dengan bank yang gagal mungkin disebabkan adanya proporsionalitas antara net income dengan operating income. Begitu juga dengan BOPO, adanya proporsionalitas mungkin merupakan penyebab tidak adanya perbedaan rata-rata BOPO antara bank yang sehat dengan bank yang gagal. Sedangkan, hasil uji multivariat menunjukkan dua variabel lain yaitu NPM dan CAR ternyata tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kesehatan bank. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya (Altman, 1968; Deakin, 1972; Ohlson, 1980) tentang kegagalan bisnis. Pengujian diskriminan menunjukkan variable ROA dan rasio kredit terhadap dana yang diterima yang merupakan ukuran profitabilitas mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan bank. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Lisetyati Eni (2000) dengan menganilisis laporan keuangan sebagai alat prediksi kebangkrutan bank, variable penelitian dipilih 11 rasio keuangan dengan menggunakan metode CAMEL sebagai alat analisis terhadap kebangkrutan. Bank yang dipilih sebanyak 161 Bank dalam
  • 52. tahun 1993 – 1997. Pengujian multivariate dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh rasio keuangan yang dipilih melalui prosedur backward stepwise (conditional) bersam-sama mampu memprediksi dengan benar bank yang akan bangkrut. Penelitian lain juga dilakukan oleh Eva Rianti (2003) yang meneliti kinerja keuangan perusahaan sebelum dan selama masa krisis ekonomi Indonesia serta prediksi kebangkrutan perusahaan yang mengambil sample perusahaan automotive and component yang go public di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini digunakan model multiple discriminant analysis (DMA) untuk memprediksi kebangkrutan dengan menghitung rasio aktiva lancer terhadap total aktiva, laba ditahan terhadap total asset, laba opersional terhadap total asset, total nilai saham dibursa terhadap total hutang, dan penjualan terhadap total asset. Disimpulkan bahwa model MDA hanya dapat digunakan memprediksi kebangkrutan dalam jangka pendek yaitu 1 dan 2 tahun ke depan. Penelitian berkaitan dengan prediksi kebangkrutan bank di Indonesia dilakukan oleh Wilopo (2001). Penyampelan dalam penelitian ini dilakukan secara cluster yaitu 235 bank pada akhir tahun 1996 dibagi menjadi 16 bank terlikuidasi dan 219 bank yang tidak dilikuidasi, selanjutnya diambil 40% sebagai sampel estimasi, terdiri atas 7 bank terlikuidasi dan 87 bank yang tidak dilikuidasi. Kemudian dari 215 bank pada akhir tahun
  • 53. 1997 yang terdiri atas 38 bank terlikuidasi dan 177 bank pada tahun 1999 yang tidak dilikuidasi, diambil 40% sebagai sampel validasi yang terdiri atas 16 bank terlikuidasi dan 70 bank yang tidak dilikuidasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk memprediksikan kebangkrutan bank adalah rasio keuangan model CAMEL (13 rasio), besaran (size) bank yang diukur dengan log. assets, dan variabel dummy (kredit lancar dan manajemen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat prediksi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini tinggi (lebih dari 50% sebagai cutoff value-nya). Tetapi jika dilihat dari tipe kesalahan yang terjadi tampak bahwa kekuatan prediksi untuk bank yang dilikuidasi 0% karena dari sampel bank yang dilikuidasi, semuanya diprediksikan tidak dilikuidasi. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang diajukan bahwa “rasio keuangan model CAMEL, besaran (size) bank serta kepatuhan terhadap Bank Indonesia” dapat digunakan untuk memprediksikan kegagalan bank di Indonesia. Simpulan ini diambil didasarkan atas tipe kesalahan yang terjadi, khusus kasus di Indonesia ternyata rasio CAMEL serta variabel-variabel independen lain yang digunakan dalam penelitian ini belum dapat memprediksikan kegagalan bank. Dengan demikian perlu eksplorasi lebih lanjut terhadap variabel lain di luar rasio keuangan agar diperoleh model yang lebih tepat untuk memprediksikan kegagalan bank. Simpulan teori dan bukti empiris yang telah dipaparkan sebelumnya dapat menjadi acuan bahwa analisis rasio keuangan dapat digunakan dalam mengukur
  • 54. kebangkrutan perusahaan dan secara signifikan dapat membedakan status pengelompokan perusahaan. Hasil dari analisis juga membuktikan bahwa ukuran profitabilitas perusahaan menjadi ukuran yang dominan dalam memprediksi kebangkrutan. Rasio-rasio keuangan dianalisis untuk dapat mengelompokkan apakah perusahaan bangkrut atau sehat (tidak bangkrut). Dari rasio-rasio keuangan tersebut, kemudian, dianalisis untuk menentukan rasio yang paling dominan mengukur tingkat kebangkrutan masing-masing kelompok dan membedakan rasio tersebut antara kategori pengelompokan perusahaan. 2.3. Kerangka Konseptual Sudah banyak dilakukan penelitian khususnya di Indonesia untuk menunjukkan manfaat rasio keuanagan yang dianalisis dari laporan keuangan. Penelitian Machfoedz (1999) menunjukkan ada tiga dari sembilan rasio yang signifikan digunakan untuk memprediksi perobahan laba perusahaan pada periode yang akan datang di Indonesia. Rasio tersebut yaitu; laba kotor terhadap penjualan, laba bersih terhadap penjualan, dan laba bersih terhadap modal sendiri, dimana ketoga rasio ini dikatagorikan sebagai rasio probabilitas. Rerangka pemikiran teoritis untuk menganalisa kinerja perusahaan dapat dilihat pada gambar 2.1. Berdasarkan rerangka pemikiran teoritis tersebut bahwa rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan diwakili oleh ; CR, DAR, DER, EM, GPM, NPM, ROI, ROE, ITO dan TATO, pada laporan keuangan 2003 s/d
  • 55. 2004 dan sesudahnya yaitu laporan keuangan 2005 dan 2006. Selanjutnya dilakukan analisa kinerja keuangan perusahaan untuk memprediksi tingkat kesehatan perusahaan dengan menggunakan studi yang dilakukan Altman dengan Z score. Rasio Keungan Perusahaan Tahun Rasio Keungan Perusahaan Tahun 2003 dan 2004 : 2005 dan 2006 : CR,DAR,DER,EM,GPM, CR,DAR,DER,EM,GPM, NPM,ROI,ROE,ITO,TATO NPM,ROI,ROE,ITO,TATO Informasi Keuangan untuk Pengambilan Keputusan Investasi Sumber : Machfoedz (1999) yang dimodifikasi Gambar 2.1. Analisa Rasio Keuangan Perusahaan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pengujian prediksi tingkat kesehatan perusahaan digunakan rerangka pemikiran teoritis yang dapat dilihat dalam gambar 2.2.
  • 56. X2 X1 X3 X4 Model Prediksi X5 P = Status Emiten akan bangkrut atau tidak X6 X7 X8 X9 X10 Gambar 2.2. Model Multiple Discriminsnt Analyisis Untuk memprediksi Tingkat KesehatanPerusahaan
  • 57. RASIO RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN PERUSAHAAN KEUANGAN PERUSAHAAN YANG SEHAT : YANG TIDAK PERUSAHAAN TAHUN :2005 DAN X1,X2…….X10 SEHAT : TAHUN :2003 DAN 2006 : X1,X2…….X10 2004 : CR,DAR,DER,EM,G CR,DAR,DER,EM,G PM, PM, NPM,ROI,ROE,ITO, NPM,ROI,ROE,ITO, TATO MODEL PREDIKSI TATO TINGKAT KESEHATAN PERUSAHAAN KINERJA PERUSAHAAN BURUK PERUSAHAAN YANG DIPREDIKSI SEHAT DAN TIDAK SEHAT INFORMASI KEUANGAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI Gambar 2.3. Bagan Penelitian
  • 58. 2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian kuantitatif dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris. Rasio-rasio keuangan dianalisis untuk dapat mengelompokkan apakah perusahaan SEHAT atau TIDAK SEHAT. Dari rasio-rasio keuangan tersebut, kemudian dianalisis untuk menentukan rasio yang paling dominan mengukur tingkat kesehatan masing-masing kelompok dan membedakan rasio tersebut antara kategori pengelompokan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : rasio keuangan yang terdiri dari CR, DAR, DER, EM, GPM, NPM, ROI, ROE, ITO, dan TATO secara signifikan dapat membedakan status tingkat kesehatan perusahaan H2 : rasio keuangan ROE yang merupakan ukuran profitabilitas perusahaan merupakan faktor dominan dalam membedakan status tingkat kesehatan perusahaan
  • 59. B A B III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini tergolong sebagai hypotesis testing. Menurut Sekaran (2003:124) hypotesis testing merupakan suatu penelitian yang sudah memiliki kejelasan dan gambaran, pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian. Penelitian ini mengidentifikasi fakta atau peristiwa sebagai variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) dan melakukan penyelidikan terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi (variabel independen). 3.2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan tekstil dan alas kaki yang go public yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode tahun 2003 sampai dengan 2006. Periode tahun tersebut dipilih untuk mengurangi pengaruh krisis. Pemilihan perusahaan di BEJ dikarenakan pertimbangan kemudahan akses data dan informasi, serta biaya dan waktu penelitian. Pemilihan sampel perusahaan tekstil dan alas kaki karena jenis industri ini tergolong industri yang stabil dan tahan terhadap krisis dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Selain itu juga dimaksudkan untuk menspesialisasi jenis industri sehingga dapat difokuskan untuk satu jenis industri dan dapat menghindari bias data yang disebabkan oleh perbedaan
  • 60. jenis industri. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini ditentukan secara purposive sampling dimana populasi yang akan dijadikan sampel penelitian yang representatif adalah populasi yang memenuhi kriteria tertentu. Adapun sample yang digunakan harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan termasuk ke dalam industri tekstil dan alas kaki yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) berturut-turut mulai tahun 2003 sampai dengan 2006. Hal ini untuk menghindari adanya bias data yang disebabkan oleh perbedaan umur perusahaan selama menjadi perusahaan go publik. 2. Perusahaan harus menerbitkan laporan keuangan tahun 2003 sampai dengan 2006 dan laporan tahunan berakhir pada tanggal 31 Desember. Hal ini untuk menghindari bias angka laporan keuangan karena perbedaan tanggal laporan keuangan. 3.3. Variabel Penelitian 3.3.1. Klasifikasi Variabel Dalam penelitian ini, variabel ada dua yaitu variable dependen dan variabel indevenden. Variabel dependen adalah status kinerja perusahaan yang dikelompokkan menjadi kelompok rekap dan non-rekap,. yang merupakan data nominal, dengan angka 1 mewakili kelompok rekap dan angka 0 mewakili kelompok non-rekap.
  • 61. 3.3.2. Defenisi Operasional Variabel Variable independen ditentukan dengan mengambil sepuluh rasio keuangan yaitu : Aktiva Lancar 1. Current Ratio (CR) = Kewajiban Lancar Total Kewajiban 2. Debt to Asset Ratio (DAR) = Total Aktiva Total Kewajiban 3. Debt to Equity Ratio (DER) = Total Ekuitas Total Aktiva 4. Equity Multiplier (EM) = Total Ekuitas Laba Kotor * 5. Gross Profit Margin (GPM) = Penjualan Bersih (*) Laba kotor = penjualan bersih – Harga pokok penjualan Laba Bersih 6. Net Profit Margin (NPM) = Penjualan Bersih Laba Bersih 7. Return On Investmentt (ROI) = Total Aktiva
  • 62. Laba Bersih 8. Return On Equity (ROE) = Total Ekuitas Harga Pokok Penjualan 9. Inventory Turn Over (ITO) = Persediaan Penjualan Bersih 10. Total Assets Turn Over (TATO) = Total Aktiva 3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi pada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Ditetapkannya Bursa Efek Jakarta sebagai tempat penelitian dengan mempertimbangkan bahwa Bursa Efek Jakarta merupakan salah satu sentral penjualan saham perusahaan yang go public di Indonesia. Disamping itu Bursa Efek Jakarta merupakan bursa efek terbesar di Indonesia. 3.5. Prosedur dan Pengambilan Data Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh peneliti melalui media perantara atau merupakan data yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data akuntansi berupa laporan keuangan perusahaan sampel yaitu Laporan Laba Rugi dan
  • 63. Neraca serta rasio keuangan periode tahun 2003-2006 yang bersumber dari ICMD, www.jsx.co.id, dan www.bes.co.id. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan jurnal-jurnal, buku-buku, serta melihat dan mengambil laporan keuangan perusahaan di Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang ada di BEJ dan juga melalui browsing internet di http://www.jsx.co.id/d dan www.bes.co.id. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang neraca dan laporan laba rugi serta rasio keuangan perusahaan sampel selama periode 2003 sampai dengan tahun 2006 3.6. Metode dan Teknik Analisis Data 3.6.1. Analisis Faktor Analisis faktor merupakan salah satu dari analisis ketergantungan (interdependensi) antar variabel. Prinsip dasar analisis faktor adalah mengekstraksi sejumlah faktor bersama (common factors) dari gugusan variabel asal X1, X2,....,Xp, sehingga : 1. banyaknya faktor lebih sedikit dibandingkan dengan banyaknya variable asal X; 2. sebagian besar informasi (ragam) variabel asal X tersimpan dalam sejumlah faktor.
  • 64. Agar terjadi kesamaan persepsi, untuk selanjutnya faktor digunakan untuk menyebut faktor bersama. Faktor ini merupakan variabel baru yang bersifat unobservable atau variabel laten atau variabel konstruks, sedangkan variabel X merupakan variabel yang dapat diukur atau dapat diamati sehingga sering disebut sebagai observable variable atau variabel manifest atau indikator. Salah satu tujuan dari analisis faktor adalah mereduksi jumlah variabel dengan cara mirip seperti pengelompokan variabel. Di dalam analisis faktor, variabel- variabel dikelompokkan berdasarkan korelasinya. Variabel yang berkolerasi tinggi akan berada dalam kelompok tertentu membentuk suatu faktor, sedangkan dengan variabel dalam kelompok (faktor) lain mempunyai korelasi yang relatif kecil. Kegunaan dari analisis faktor adalah sebagai berikut : 1. Mengekstraks unobservable variable (variabel laten) dari manifest variabel atau indikator atau mereduksi variabel menjadi variabel baru yang jumlahnya lebih sedikit. 2. Mempermudah interpretasi hasil analisis sehingga didapatkan informasi yang realistik dan sangat berguna. 3. Pengelompokan dan pemetaan objek (mapping dan clustering) berdasarkan karakteristik yang terkandung di dalam faktor. 4. Pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. 5. Dengan diperolehnya skor faktor, maka analisis faktor merupakan langkah awal (sebagai data input) dari berbagai metode analisis data yang lain,
  • 65. misalnya analisis diskriminan, analisis regresi, cluster analisis, ANOVA, MANOVA, analisis path, model struktural, dan MDS. Analisis faktor memiliki banyak kemiripan dengan analisis komponen pokok (principle component analysis) terutama bilamana proses komputasi dalam analisis factor didekati dengan solusi analisis komponen pokok (PCA solution), sehingga indikator dan kriteria pemilihan faktor yang bermakna (signifikan) dan interpretasi faktor dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan analisis komponen pokok. Analisa pengelompokan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori Altman yang mengelompokkan perusahaan dalam dua kelompok, yaitu kelompok perusahaan berkatagorikan sehat dan kelompok perusahaan dengan berkatagorikan tidak sehat. 3.6.2 Uji Asumsi Diskriminan 3.6.2.1 Uji Normalitas Data Hasil analisis diskriminan sangat sensitif jika terjadi penyimpangan atas asumsi yang digunakan. Jika asumsi kenormalan data tidak terpenuhi akan berakibat pada kesalahan dalam melakukan estimasi fungsi diskriminan. Gujarati (1997;67) menuliskan bahwa asumsi kenormalan data harus dipenuhi oleh sebuah model dengan beberapa alasan : 1. Data normal menghasilkan model prediksi yang tidak bias, serta memiliki varians yang minimum.
  • 66. 2. Data normal menghasilkan model yang konsisten , yaitu dengan meningkatnya jumlah sampel ke jumlah yang tidak terbatas, penaksir akan mengarah ke nilai populasi yang sebenarnya. Pengujian terhadap normalitas data dilakukan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan α=5%. Kaidah pengambilan keputusan adalah: a. Jika Probabilitas (p) > 0,05 maka data berdistribusi normal. b. Jika Probabilitas (p) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. 3.6.2.2 Uji Linieritas Equality of Covariance Matrices adalah asumsi bahwa keragaman sample keseluruhan variabel bebas dari kedua kelompok yang diteliti adalah sama. Pelanggaran terhadap asumsi ini akan menimbulkan penyimpangan terhadap keakuratan fungsi diskriminan dalam mengelompokkan sampel kedalam salah satu kategori tertentu. Pengujian dilakukan menggunakan Box’s M Test dengan α=5%. Asumsi linieritas terpenuhi apabila hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi < 0,05. 3.6.2.3 Uji Non Multikolinieritas Multikolinearitas adalah suatu kondisi antara satu variabel bebas dengan yang lain terdapat hubungan atau korelasi. Hal ini harus dihindari untuk meminimalkan kesalahan dalam menentukan goodness of fit. Deteksi ada tidaknya multikolinieritas antar variabel independen dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson. Nilai
  • 67. koefisen korelasi yang lebih kecil dari 0,5 menunjukkan tidak terdapat korelasi yang serius antar variabel. 3.6.3 Uji Diskriminan Untuk melakukan uji terhadap hipotesis dalam penelitian ini, digunakan model analisis diskriminan yaitu Two-Group Discriminant Analysis. Penggunaan analisis diskriminan ini dimaksudkan untuk membuat pengelompokkan terhadap suatu observasi, baik secara kuantitatif dan secara statistik sehingga dapat dibedakan dengan jelas. Model fungsi diskriminan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: D = W1X1 + W2X2 + W3X3 + W4X4+ W5X5+ W6X6+ W7X7+ W8X8+ W9X9+ W10X10 Notasi: D = nilai diskriminan W1- W10 = koefisien fungsi diskriminan X1 = CR X2 = DAR X3 = DER X4 = EM X5 = GPM X6 = NPM X7 = ROI
  • 68. X8 = ROE X9 = ITO X10 = TATO 3.6.4 Uji Hipotesis 3.6.4.1 Uji Hipotesis Ke-1 Pengujian terhadap hipotesis ke-1 dilakukan dengan melihat hasil perhitungan standardized canonical discriminant function coefficients. Jika perhitungan menghasilkan variabel yang secara statistik dinyatakan mampu membedakan status pengelompokan perusahaan maka hipotesis alternatif diterima. 3.6.4.2 Uji Hipotesis Ke-2 Pengujian terhadap hipotesis ke-2 dilakukan dengan melihat besarnya koefisien diskriminan yang dihasilkan berdasarkan perhitungan canonical discriminant function coefficients dan standardized canonical discriminant function coefficients. Nilai koefisien diskriminan yang terbesar menunjukkan pengaruh dominan dari variabel independen.
  • 69. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif untuk perusahaan tekstil dan alas kaki yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 adalah: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Keterangan 2003 2004 2005 2006 Mean Std Mean Std dev Mean Std dev Mean Std dev dev CR 1.3241 0.9529 1.3222 0.8408 1.0680 0.6909 0.9793 0.6999 DAR 0.7206 0.4604 0.7676 0.7009 0.8550 0.8140 1.0191 1.0369 DER -62.3119 278.4588 14.0493 53.1940 -0.5579 8.0454 -3.2848 9.6589 EM -61.3119 278.4588 15.0493 53.1940 -1.5579 8.0454 -2.2848 9.6589 GPM 0.0533 0.1505 0.0553 0.2639 -0.0370 0.3054 0.0235 0.2549 NPM -0.0724 0.1462 -0.1483 0.5080 -0.1341 0.4981 -0.0624 0.1592 ROI -0.0415 0.1052 -0.0458 0.1485 -0.0236 0.0917 -0.0355 0.0843 ROE -0.6303 1.9574 -1.0501 4.5451 -0.0712 0.4782 0.5093 1.6042 ITO 4.5974 2.6771 5.0620 3.8941 5.2414 3.6167 5.4252 3.2658 TATO 0.8524 0.5186 0.8922 0.5122 0.9440 0.6153 0.9355 0.5744 Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan tekstil dan alas kaki yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Jumlah seluruh perusahaan ada 20 perusahaan. Sampel yang digunakan terdiri dari dua kelompok, yaitu perusahaan dengan katagori sehat, dan perusahaan dengan katagori tidak sehat. Pengelompokan awal terhadap sampel dilakukan dengan menggunakan analisa Z Score Altman.
  • 70. Apabila Z Score lebih besar atau sama dengan 1,88 perusahaan dikatagorikan sehat, dan apabila Z Score lebih kecil dari 1,88 maka perusahaan dikatagorikan tidak sehat. 4.2. Uji Normalitas Data Sedangkan untuk uji normalitas data dapat dilihat dari gambar 4.1. Normal P- P Plot dari gambar tahun 2003 sampai tahun 2006 menyebar disepanjang garis diagonal dari atas ke bawah. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Sehat 1.0 0.8 Expected Cum Prob 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob Gambar 4.1. Normal P-P Plot 4.3. Uji Linieritas Pengujian in dilakukan dengan menggunakan Box’s M Test dengan α=5%. Asumsi linieritas terpenuhi apabila hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi <
  • 71. 0,05. Dalam table ditunjukkan bahwa variance error dari keseluruhan variable independen adalah konstan karena menghasilkan signifikan sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) artinya data telah memenuhi asumsi linieritas. Hasil pengujian dapat dlihat pada table 4.3 berikut ini : Tabel 4.2. Hasil Uji Linieritas Box' M F Approx 5.79 df1 45.00 df2 1,974.00 4.4. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas digunakan untuk melihat ada tidaknya korelasi antar variabel independen. Pemenuhan terhadap asumsi non multikolinieritas dilakukan dengan cara melihat besarnya koefisien korelasi antar masing-masing variable independen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation. Pada lampiran 1 dapat dilihat pada bagian Correlation, nilai koefisien korelasinya hampir semua variabel lebih kecil dari 0,5. 4.5. Uji Diskriminan Uji diskriminan dilakukan dengan mengumpulkan semua populasi perusahaan tekstil dan alas kaki. Kemudian dicari rasio-rasio yaitu working capital to total assets (WC/TA), retained earnings to total assets (RE/TA), earnings before interests and taxes to total assets (EBIT/TA), market value of equity to book value of total debt
  • 72. (MVE/BVD), sales to total assets (S/TA) seperti yang digunakan oleh Altman (1984) untuk memprediksi kebangkrutan. Rasio yang diambil adalah rasio untuk tahun 2003, 2004, dan 2005. Setelah itu dimasukkan rasio-rasio tersebut ke dalam persamaan Z score Altman dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Z = 0,717WC/TA + 0,847RE/TA + 3,107EBIT/TA + 0,420MVE/BVD + 0,998S/TA Setelah mendapatkan Z score menurut Altman (1984) maka dilakukan penggolongan perusahaan berdasarkan kriteria : group “0” adalah perusahaan katagori tidak sehat, dan group “1” adalah perusahaan katagori sehat. (Lampiran 2) Nilai Z score berdasarkan sehat dan tidak sehat adalah sebagai berikut: Z= > 1,88 : perusahaan dengan kriteria sehat (Group 1) Z< 1.88 : perusahaan dengan kriteria tidak sehat. (Group 0) Kemudian dicari rasio-rasio (variabel-variabel X) dari tahun 2004 sampai 2005 yaitu current ratio (CR), debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), equity multiplier (EM), gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), return on investment (ROI), return on equity (ROE), inventory turn over (ITO), total asset turn over (TATO) untuk perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Setelah mendapat rasio-rasio tersebut kemudian memasukkannya kedalam uji normalitas, linieritas, dan uji multikolinieritas.