Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. Latar Belakang A.Bandura
Albert Bandura lahir pada 4
Desember 1925 di Mundare, kota
kecil di Alberta, Canada. Dia
mendapat gelar B. A. dari University
of British Columbia, kemudian M. A.
pada 1951, dan Ph.D pada 1952 dari
University of Iowa. Dia ikut magang
pascadoktoral di Witchita Guidance
Center pada 1953 dan kemudian
bergabung di Stanford University.
Pada 1969-1970 dia sempat di
Center for the Advanced Study in the
Behavioral Sciences. Bandura kini
menjabar sebagai David Starr Jordan
Professor of Social Science di
Fakultas Psikologi di Universitas
Stanford.
3. Latar Belakang A.Bandura
Saat di University of Iowa,
Bandura membaca buku Social
Learning and Imitation karya
Miller dan Dollard (1941).
Penjelasan tentang belajar sosial
dan imitatif Miller dan Dollard
mendominasi literatur psikologi
selama lebih dari dua dekade.
Baru pada tahun 1960-an
Bandura mulai menulis
serangkaian artikel dan buku yang
menentang penjelasan lama
tentang belajar imitatif dan
memperluas topik itu ke apa yang
kini dinamakan belajar
observasional.
4. Teori Kognitif Sosial
• Disebut Teori Kognitif Sosial karena ia menekankan
fakta bahwa hampir semua informasi kita peroleh
dari interaksi kita dengan orang lain.
• Manusia sebagai organisme yang dinamis dalam
memproses informasi dan sebagai organisme sosial.
• Belajar secara langsung atau tak langsung,
kebanyakan proses belajar biasanya melibatkan
orang lain dalam setting sosial.
5. Teori Kognitif Sosial
• Berdasarkan observasi dan interaksi dengan orang
lain inilah kognisi, termasuk standar performa dan
penilaian moral, terus berkembang.
• Kemampuan manusia untuk membuat simbol
membuat mereka “bisa merepresentasikan
kejadian, menganalisis pengalaman sadarnya,
berkomunikasi dengan orang lain yang dipisahkan
oleh jarak dan waktu, merencanakan, menciptakan,
membayangkan, dan melakukan tindakan yang
penuh pertimbangan”.
7. Proses Atensional
• Sebelum sesuatu dipelajari dari
model, model itu harus
diperhatikan.
• Ada dua hal yang mempengaruhi
pengamatan:
• Kapasitas sensoris seseorang
• Karakteristik model
8. Proses Retensional
• Agar informasi yang sudah
diperoleh dari observasi bisa
berguna, informasi itu harus
diingat atau disimpan.
• Informasi disimpan secara
simbolis melalui dua cara:
• Imajinal
• Verbal
9. Proses Pembentukan Perilaku
• Menentukan sejauh mana hal-hal
yang telah dipelajari akan
diterjemahkan ke dalam tindakan
atau performa.
• Seseorang mungkin sudah belajar,
lewat pengamatan atas monyet, cara
melompat bergelantung dari satu
pohon ke pohon lainnya dengan
menggunakan ekor, namun ia jelas
tidak akan meniru perilaku si monyet
itu karena manusia tak punya ekor
10. Proses Motivasional
• Menyediakan motif untuk
menggunakan apa-apa yang
telah dipelajari.
• seorang pengamat dapat
belajar cukup dengan
mengamati konsekuensi dari
perilaku orang
lain, menyimpan informasi itu
secara simbolis, dan
menggunakannya jika
perilaku itu bisa bermanfaat
baginya
11. Teori Bandura mengandung banyak implikasi bagi
pendidikan. Bandura percaya bahwa segala sesuatu
yang dapat dipelajari melalui pengalaman langusung
juga bisa dipelajari secara tak langsung lewat
observasi. Bandura juga percaya bahwa model akan
amat efektif jika dilihat sebagai memiliki
kehormatan, kompetensi, status tinggi, atau
kekuasaan. Jadi, dalam kebanyakan kasus, guru dapat
menjadi model yang berpengaruh besar. Namun, guru
juga perlu mempertimbangkan proses
atensional, retensional, motor, dan motivasional dari
siswa.
12. Karya-Karya A. Bandura
• Social Learning Theory and Personality Development, New York:
Holt, Rinehart & Winston (1963)
• Psychological Modeling: Conflicting Theories, Chicago: AldineAtherton (1971)
• Aggression: A Social Learning Analysis, Englewood Cliffs, NJ:
Prentince Hall (1973)
• Social Learning Theory, Englewood Cliffs, NJ: Prentince Hall (1977)
• Social Foundations Of Thought And Action: A Social Cognitive
Theory, Englewood Cliffs, NJ: Prentince Hall (1986)
• Self-Efficacy: The Exercise Of Control, New York: W.H. Freeman (1997)