Terapi Bandura menggunakan pembelajaran observasional dimana pasien mengamati orang lain yang menghadapi masalah serupa untuk belajar mengontrol ketakutan. Terapi ini melibatkan seorang herpefobik mengamati aktor yang berpura-pura takut ular lalu menenangkan diri untuk menyentuhnya. Teknik ini membantu pasien mengikuti contoh tersebut untuk mengurangi ketakutannya.
3. Lahir 4 Desember 1925 di kota kecil Mundare,
bagian selatan Alberta, Kanada.
Selepas SMA, bekerja pada perusahaan penggalian
Jalan raya Alaska di Yukon.
1952: meraih gelar Ph.D dari Universitas Iowa.
Selanjutnya, ia meneruskan pendidikan ke tingkat
post-doktoral di Wichita Guidance Center di Wichita,
Kansas.
1953: Bandura mulai mengajar di Universitas
Stanford.
Di sana, Bandura bekerja sama dengan seorang
anak didiknya, Richard Walters.
4. 1959: buku pertama mereka, Adolescent Aggression,
terbit. Sayang, Walters mengalami kecelakaan
sepeda motor yang merenggut nyawanya.
Saat di Iowa, Bandura bertemu dengan Virginia
Varns, seorang instruktur sekolah perawat -> menikah
-> dikaruniai 2 orang putri.
1973: Bandura menjadi presiden American
Psychological Association (APA).
1980: Bandura menerima APA Award atas jasa-
jasanya dalam Distinguised Scientific Contributions.
Hingga 2009, Bandura masih mengajar di Universitas
Stanford.
5.
6. Behaviorisme menekankan pada metode
eksperimental.
Pusat perhatiannya ialah variabel-variabel yang dapat
diamati, diukur, dan dimanipulasi.
Behaviorisme generasi awal menghindari semua yang
bersifat subjektif, mental, dan tidak bisa diamati secara
empirik.
Singkatnya, behaviorisme lama menghindari semua
hal yang bersifat mental.
7. Prosedur standar dalam metode eksperimental:
Cara memanipulasi satu variabel, lalu...
Mengukur pengaruhnya terhadap variabel-variabel
lain
Dari proses semacam itu, lahirlah teori kepribadian
yang menyatakan bahwa lingkungan tempat tinggal
seseorang pasti membentuk dan mempengaruhi
perilakunya.
Namun, menurut Bandura, hal itu terlalu sederhana.
8.
9. Bandura beranggapan bahwa prosedur tadi terlalu
sederhana untuk kasus yang sedang ditelitinya –
kenakalan remaja.
Menurutnya, lingkungan memang membentuk
perilaku.
Bandura memutuskan untuk menambahkan rumusan
baru - .
Bandura menyebut konsepnya dengan determinisme
resiprokal (dunia dan perilaku penghuninya saling
mempengaruhi).
10. Bandura memandang kepribadian sebagai hasil
interaksi 3 hal: lingkungan – perilaku – proses
psikologis individu
Proses psikologis berisi kemampuan individu bercitra
(image) dalam pikiran dan bahasa.
Bandura mengeluarkan teori yang lebih efektif
tentang 2 hal yang mempengaruhi perilaku manusia,
yakni:
Pembelajaran observasional (modeling)
Regulasi diri
11.
12. Di antara sekian banyak penelitian yang
dilakukan oleh Bandura, ada satu yang paling
penting – The Bobo Doll Studies
13. Awalnya, kejadian peniruan itu tidak tampak sebagai hasil
yang berharga.
Ingat, anak-anak TK tersebut mengubah perilaku mereka
tanpa pertimbangan akibat yang akan terjadi.
Menurut orangtua, guru, atau peneliti biasa, perubahan
perilaku ini bukanlah hal yang luar biasa.
Namun, bagi peneliti behavioristik, perubahan ini tidak
selaras dengan teori proses belajar yang ada.
Mereka menyebut fenomena itu sebagai pembelajaran
observasional atau modeling.
Bandura menyebutnya sebagai teori pembelajaran sosial.
14. Berdasarkan variasi penelitian ini, Bandura
menetapkan beberapa tahapan terjadinya proses
peniruan (modeling):
1) Atensi (perhatian);
2) Retensi (ingatan);
3) Reproduksi (pelakuan kembali); dan
4) Motivasi:
Dorongan masa lalu
Dorongan yang menjanjikan (insentif)
Dorongan yang terlihat mencolok
15. Untuk mempelajari sesuatu, kita harus
memperhatikannya dengan seksama.
Semakin banyak hal yang mengganggu perhatian
kita, semakin lambat proses belajar kita.
Gangguan2 tersebut dapat berupa rasa kantuk,
cemas/ gugup, sakit, atau terlalu mencari perhatian.
16. Hal-hal yang mempengaruhi perhatian mencakup
karakteristik dari model itu sendiri. Misal:
Jika model penuh warna dan dramatis, kita akan
memberi perhatian lebih besar padanya.
Jika model atraktif atau prestisius, atau tampak
sangat luar biasa, kita mungkin akan suntuk
memperhatikannya.
Jika model tidak jauh berbeda dengan diri kita,
besar kemungkinan kita akan memperhatikannya
dengan seksama.
Variabel-variabel itulah yang digunakan Bandura
untuk menjelaskan pengaruh televisi terhadap anak-
anak.
17. Saat kita perlu mengingat hal-hal yang kita
perhatikan, saat inilah perumpamaan dan
bahasa mulai bermain.
Kita menyimpan semua hal yang dilakukan oleh
model dalam bentuk citraan mental atau
deskripsi2 verbal.
Kita dapat “memanggil kembali” citraan atau
deskripsi tersebut sehingga kita dapat
mereproduksinya melalui perilaku kita sendiri.
18. Pada tahap ini, kita hanya perlu duduk dan berkhayal.
Lalu, terjemahkan citraan atau deskripsi yang ada ke
dalam perilaku aktual.
Untuk ini, kita harus memiliki kemampuan
mereproduksi perilaku terlebih dahulu.
19. Misal: Saya dapat menonton film-film tentang ski es
seharian penuh, tetapi belum tentu saya dapat
meniru lompatan-lompatan yang dilakukan oleh
pemain film.
Atau sebaliknya,
Seseorang yang mampu bermain ski es,
kemungkinan besar kemampuan bermainnya
akan semakin baik usai menonton permainan
orang2 yang lebih mahir darinya.
20. Aspek penting lain dalam proses ini adalah
kemampuan improvisasi ketika mempraktikkan
tiruan sebuah perilaku.
Aspek yang tak kalah penting selain kemampuan
improvisasi adalah kemampuan kita untuk
membayangkan diri kita sebagai pelaku
tindakan.
21. Kita tidak akan melakukan apapun yang kita
lihat bila tidak ada dorongan atau
motivasi dalam diri untuk melakukan
peniruan.
Artinya, kita perlu punya alasan untuk
melakukan hal-hal yang pernah kita
lihat.
22. Secara tradisional, dorongan-dorongan yang
ada dianggap sebagai “penyebab” terjadinya
proses belajar.
Namun, menurut Bandura, dorongan tersebut bukanlah
penyebab kemauan seseorang untuk belajar.
Melainkan, pendorong seseorang untuk membuktikan bahwa ia telah
belajar.
Itulah sebanya, mengapa Bandura melihat
dorongan tersebut sebagai motif.
23. Selain motivasi positif, ada dorongan-
dorongan negatif yang memberi kita alasan
untuk tidak meniru, antara lain:
a) Hukuman yang pernah diterima
b) Hukuman yang dijanjikan (ancaman)
c) Hukuman yang terlihat jelas
24. Sama seperti kalangan behavioris tradisional,
Bandura menganggap apapun bentuknya,
hukuman tidak akan berfungsi dengan baik
untuk menjauhkan kita dari perilaku meniru.
Bahkan, ada kecenderungan hukum yang justru
menjadi “pendorong” kita untuk melakukan
pelanggaran.
25.
26. Regulasi diri (kemampuan mengontrol perilaku
sendiri) adalah satu dari sekian banyak
penggerak utama kepribadian manusia.
3 tahap dalam proses regulasi diri:
1) Pengamatan diri
2) Penilaian
3) Respon diri
27. Konsep terpenting dari sudut pandang regulasi diri
adalah konsep diri.
Konsep diri lebih dikenal sebagai konsep harga diri.
Apabila berhasil, harga diri meningkat.
Apabila gagal, harga diri mungkin menurun.
Saat harga diri melemah inilah, umumnya terjadi
penghukuman diri.
28. Bandura melihat 3 hal yang dapat muncul akibat
penghukuman kepada diri sendiri, yaitu:
a) Kompensasi: kompleks superioritas, misal berkhayal
punya harga diri lebih tinggi atau kehormatan yang
sangat tinggi.
b) Kepasifan: kebosanan, depresi
c) Pelarian: candu narkoba dan atau alkohol, fantasi
televisi, bahkan bunuh diri.
Pendapat Bandura tentang penyakit mental ini mirip
dengan opini Adler dan Horney (tipe agresif, tipe
tunduk, dan tipe pelarian).
29. Pengamatan diri – ketahuilah diri sendiri. Pastikan Anda
memiliki gambaran yang tepat tentanf perilaku Anda sendiri.
Standar ukuran – pastikan Anda memiliki ukuran standar
yang tidak terlalu tinggi. Hindari menjebak diri dengan target-
target yang jelas tidak akan dapat diraih. Pun sebaliknya,
ukuran yang terlalu rendah tidak memiliki arti. Ukurlah dengan
kapasitas Anda sendiri.
Perhatikan respon diri – gunakan imbalan untuk diri
sendiri, bukan hukuman. Berhentilah berkutat pada kegagalan-
kegagalan yang Anda alami.
30.
31. Pengertian Cara kerja terapi ini:
Terapi berdasarkan
gagasan-gagasan yang
tercakup dalam konsep
regulasi diri.
Cenderung lebih berhasil
pada kasus-kasus
sederhana (kebiasaan
merokok, banyak makan,
atau kebiasaan belajar
yang buruk)
1. Grafik-grafik
behavioral
2. Perencanaan
lingkungan
3. Perjanjian diri
32. 1. Grafik behavioral
Awasi selalu perilaku diri sendiri.
Catat waktu aktivitas kita dan frekuensi kita
melakukannya.
Contoh 1: Habituasi menghisap rokok
Catat waktu-waktu paling sering mengonsumsi
rokok.
Hitung jumlah puntung rokok yang dihabiskan
dalam satu hari.
33. Contoh 2: Habituasi mengeluh; komplain
Catat saat-saat paling sering Anda mengeluh
Hitung berapa kali Anda mengeluh dalam sehari
Contoh 3: Habituasi makan berlebihan
Catat saat-saat paling sering Anda makan cukup
banyak + alasan Anda melakukannya
Hitung berapa kali Anda makan dalam sehari
Contoh 4: Habituasi konsumsi kopi berlebihan, dsb
34. 2. Perencanaan Lingkungan
Ambil satu kartu atau catatan harian perilaku Anda;
Jadikan kartu tersebut sebagai patokan;
Berusahalah semaksimal mungkin mengubah
lingkungan Anda;
Hindari pengulangan kesalahan; dan
Temukan waktu dan tempat yang tepat untuk
berperilaku baik
35. Ambil kartu harian Anda
Tempel pada cermin atau tempat lain yang mudah dan
selalu Anda lihat
Singkirkan asbak, kurangi stok kopi dan atau camilan
Hindari teman-teman yang selalu “mengingatkan”
Anda akan kebiasaan buruk yang ingin diatasi
Cari dan temui teman-teman yang mampu membantu
atau setidaknya membawa Anda menjadi lebih baik
^_^
36. 3. Perjanjian Diri
Ini dapat dilakukan di manapun, baik tertulis terperinci maupun
tidak; berdasarkan konsultasi terapis maupun bukan.
Ini adalah cara paling mudah tetapi sulit dilakukan.
Bersiaplah memberi imbalan pada diri sendiri.
Apabila berhasil menetapi janji pada diri sendiri, bersiaplah
melaksanakan langkah/ upaya lainnya.
Apabila gagal, “hukum”lah diri sendiri sesuai dengan konsekuensi
yang telah dibuat.
Catatan: Bila kita tidak mampu/ tidak yakin akan
mampu melakukannya sendiri, mintalah seseorang
untuk selalu mengingatkan atau setidaknya
mengawasi kita.
37. Apabila saya berhasil, saya akan menghabiskan
akhir pekan untuk bersenang-senang (baik
bersama keluarga, teman, atau seorang diri).
Apabila saya gagal, saya akan menghabiskan
akhir pekan untuk menulis karya ilmiah,
membersihkan seisi rumah termasuk semua
kendaraan yang ada di rumah, dsb :p
38. Terapi Bandura paling populer
Teorinya: Jika Anda bergaul dengan orang yang mengalami
gangguan psikologis dengan tujuan mengamati cara ybs menghadapi
masalahnya, maka Anda belajar dengan menjadikan orang tersebut
sebagai model.
39. Melibatkan herpephobics [baca: herpefobiks] -
seseorang yang mengalami ketakutan neurotik thdp ular.
Orang tersebut (X) dibawa ke jendela sebuah ruang
laboratorium.
Dalam ruangan tsb hanya ada kursi, meja, dan sebuah
kotak kaca yang berisi seekor ular yang terlihat dengan
jelas.
Dia (X) akan diperlihatkan seseorang (Y) yang telah
dipersiapkan oleh terapis.
40. Mulanya, Y mendekati ular dengan ekspresi
ketakutan, bahkan berteriak.
Lalu, Y berbicara pada dirinya sendiri untuk tenang
dan bernafas dengan santai.
Kemudian, ia akan lebih dekat kepada ular.
Tertegun, lalu berusaha menenangkan diri, dan
berusaha lebih dekat lagi.
Akhirnya, Y berhasil membuka kotak kaca tsb,
mengambil ularnya, lalu melingkarkannya di lehernya
sembari duduk di kursi.
41. Klien (X) memperhatikan dengan seksama
Tak lama kemudian, ia mencobanya sendiri
Catatan:
► Klien (X) telah diberitahu bahwa Y adalah aktor
yang telah dipersiapkan oleh terapis.
► Terapi yang terbukti ampuh ini tidak perlu tipuan,
melainkan model. Hanya model.
► Untuk mempermudah proses terapi modeling di
kemudian hari, Bandura dan murid-muridnya
menggunakan media film.
► Hasilnya, tidak jauh berbeda dengan percobaan
nyata.
42. Boeree, C. George. 2009. Personality
Theories. Yogyakarta: Prismasophie