SlideShare a Scribd company logo
PEMBAHASAN

a. Biografi Albert Bandura

      Albert Bandura yang merupakan salah satu tokoh aliran behavioristik terlahir
di Mandure, kota kecil di dataran rendah sebelah utara Alberta, pada tanggal 4
Desember 1925. Ayahnya berasal dari Polandia sedangkan Ibunya berasal dari
Ukraina. Bandura adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Dia merupakan anak
laki-laki satu-satunya dalam keluarganya

      Oleh keluarganya terutama kakak-kakak perempuannya, Bandura dididik
menjadi pribadi yang kuat dan mandiri yang tidak selalu menggantungkan diri pada
orang lain. Ia mengembangkan dirinya di sekolah kecil yang ada dikota tersebut
dimana di Sekolah menengah atas tempatnya menuntut ilmu hanya memiliki dua guru
sebagai tenaga pengajar. Selain itu sarana dan prasaranya yang ada di sekolah juga
tidak memadai. Situasi ini tidak menyurutkan semangatnya bersekolah justru
menjadikannya semangat untuk menuntut ilmu. Dan dibuktikannya dengan hasil yang
memuaskan.

      Setelah lulus SMA, Bandura menghabiskan musim panasnya untuk bekerja di
tempat pembuatan jalan di Yukon. Ditempat inilah, Bandura mendapatkan berbagai
macam pengalaman yang berharga. Yang mana pengalaman ini membawanya melihat
berbagai karakter pekerja kasar. Ada dari mereka adalah para pengutang yang
melarikan diri karena tak mampu membayar utang, laki-laki yang sudah bercerai
namun masih harus memberikan uang tunjangan untuk mantan istri dan lain
sebagainya. Melihat berbagai fenomena psikopatologi tersebut, Bandura mulai
berminat belajar psikologi klinis.

      Awalnya Bandura tidak berminat untuk menjadi seorang psikolog. Bandura
berniat untuk mendaftarkan kuliah di jurusan teknik. Namun setelah mendaftar di



                                           1
jurusan teknik, Bandura mencoba masuk ke ruang kuliah psikologi dikampusnya itu
dan merasa nyaman dengan psikologi. Beberapa hari kemudian dia memutuskan
mengubah     lamaran kuliahnya dari jurusan      teknik menjadi psikologi. Sampai
akhirnya dia kuliah psikologi di University of British Columbia.

     Setelah menempuh kuliah selama tiga tahun, ia lulus S1. Bandura melanjutkan
pendidikannya dan pilihannya jatuh pada program pasca sarjana psikologi klinis di
University of Iowa yang memiliki dasar teoritis yang kuat . Pada tahun 1951, dia
sudah menyandang gelar Ph.D di usianya yang ke-27. Kemudian dia menghabiskan
satu tahun berikutnya di Wichita Guidance Center untuk menyelesaikan hubungan
kerja pasca-doctoralnya. Pada tahun1953, dia bergabung dengan fakultas psikologi di
Stanford University, tempatnya berkarya semasa hidupnya.

     Mayoritas tulisan Bandura dalam ranah psikologi klinis terutama membahas
psikoterapi dan tes Rorschach. Tahun 1959, buku yang ditulis Bandura bersama
Walters yang berjudul Adolescent Aggression terbit.Setelah sebelumnya mereka
berkolaborasi dalam menerbitkan sebuah makalah yang membahas perilaku criminal
agresif. Karya Bandura yang lain meliputi Social Learning Theory (1977), Social
Foundation of Though and Action (1986), dan Self Efficacy:The Excercise of Control
(1997).

     Bandura telah mengetuai berbagai perkumpulan ilmiah bergensi diantaranya
pada tahun 1974, Bandura dipercaya menjadi presiden APA (American Psychological
Association), lalu tahun1980 dia terpilih menjadi presiden WPA (Western
Psychological   Association),   dan    menjadi    presiden   kehormatan   Canadian
Psychological Association tahun1999. Selain itu, Bandura juga banyak mendapat
gelar kehormatan, yang diantaranya      terpilih dia menjadi Rekanan Kehormatan
American Academy of Arts and Science sejak 1980 dan Gunggenheim Fellowship
pada tahun 1972.




                                          2
b. Teori Kognitif Sosial

Teori kognitif sosial berdiri di atas sejumlah asumsi dasar,yaitu:

1. Karakteristik menakjubkan dari manusia adalah keplatisannya yaitu fleksibilitas
untuk mempelajari beragam perilaku di situasi yang berbeda-beda Bandura setuju
dengan Skinner yang mnyatakan bahwa manusia belajar dari pengalaman langsung,
namun Bandura lebih menekankan pada proses belajar dengan mengobservasi
oranglain .

2. Melalui model penyebab resiprok triadic (triadic reciprocal causation) yang
terdiri atas perilaku, lingkungan,dan faktor – faktor kepribadian, manusia memiliki
kapasitas untuk mengatur hidup mereka. Dua dorongan yang penting dalam model
triadic adalah pertemuan yang kebetulan dan kejadian yang tidak disengaja

3. Teori kognitif social menggunakan perspektif keagenan artinya manusia memiliki
kapasitas untuk melatih pengontrolan atas alam dan kualitas hidup mereka sendiri.

4. Manusia mengatur hubungan mereka melalui faktor – faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal terdiri dari lingkungan fisik dan social seseorang sedangkan Faktor
internal terdiri dari observasi diri, proses menilai dan reaksi diri.

5. Ketika manusia menemukan dirinya dalam situasi yang ambigu secara moral
mereka selalu berupaya mengatur perilaku melalui tindakan moral atau agensi moral.
Yang mana meliputi mendefinisikan ulang suatu perilaku, merendahkan konsekuensi
dari perilaku mereka, menyalahkan koraban dari perilaku mereka dan mengalihkan
kewajiban atas perilaku dan tindakan mereka.

c. Pembelajaran

      Asumsi dasar teori kognitif social Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan
sanggup mempelajari beragam kemampuan sikap maupun berperilaku dan banyak
pembelajaran tersebut berasal dari pengalaman tak terduga (vicarious experience).



                                             3
Bandura (1986) menyatakan bahwa “ apabila pengetahuan dapat diperoleh hanya
melalui akibat dari tindakan seseorang, proses kognitif dan perkembangan social akan
sangat terbelakang dan juga akan menjadi sangat melelahkan/.

1. Pembelajaran dengan mengamati (observational learning)

     Menurut teori kognitif sosial adalah manusia belajar dengan mengamati
perilaku orang lain. Belajar melalui pengamatan atau observasi orang lain jauh lebih
efisien dibandingkan belajar dengan pengalaman langsung. Penguatan bukan syarat
utama walaupun penguatan menfalitasi pembelajaran karena pembelajaran yang
utama adalah dengan mengamati model – model.Misalnya Anak – anak mengamati
karakter – karakter ditelevisi dan mengulangi apa yang didengar serta dilihat.

 Pemodelan (Modelling)

     Pemodelan melibatkan proses – proses kognitif jadi tidak hanya meniru,lebih
dari sekadar menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain. Modeling melibatkan
penambahan atau pengurangan dari perilaku yang teramati. Macam modeling yaitu :

a. Modeling tingkah laku baru : Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkah
laku baru. Stimuli berbentuk tingkahlaku model ditransformasi menjadi gambaran
mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasi menjadi simbol verbal yang dapat
diingat kembali suatu saat nanti. Keterampilan kognitif yang bersifat simbolik ini,
membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau menggabung-gabung
apa yang diamatinya dalam berbagai situasi menjadi pola tingkah laku baru.

b. Modeling mengubah tingkahlaku lama : Disamping dampak mempelajari
tingkahlaku baru, modeling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkahlaku
lama. Pertama, tingkahlaku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat
respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkahlaku model yang tidak diterima
secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan




                                          4
tingkah laku yang diterima secara sosial, tergantung apakah tingkah laku model itu
diganjar atau dihukum.

c. Modeling Simbolik : Dewasa ini sebagian besar modeling tingkah laku berbentuk
simbolik.

d. Modeling Kondisioning : Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik
menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning). Modeling
semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional.

 Proses – proses yang mengatur pembelajaran dengan mengamati

a. Perhatian : Sebelum mampu menjadikan orang lain model,kita harus
memerhatikan orang tersebut.dimana perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi
pengamat dengan modelnya, sifat model yang atraktif dan maknayang diambil dari
tingkahlaku yang diamati oleh pengamat

b. Representasi : Agar pengamatan dapat membaawa kita kepada pola – pola respon
yang baru,pola – pola tersebut harus dipresentasikan secara simbolis di dalam
memori. Baik dalam bentuk verbal maupun gambaran atau imajinasi. Beberapa
observasi disimpan dalam bentuk gambaran yang mana dapat dimunculkan tanpa
adanya model secara fisik. Proses ini sangat penting pada bayi sewaktu kemampuan
verbal mereka masih belum berkembang. Sedangkan dengan pengkodean secara
verbal kita dapat mengevaluasi perilaku kita dan menentukan mana perilaku yang
ingin kita coba dan kita buang

c. Produksi perilaku : Untuk mengubah representasi kognitif menjadi tindakan yang
tepat,kita harus menanyakan pada diri sendiri beberapa pertanyaan tentang perilaku
yang dijadikan model. Lalu kita mulai mencoba melalukan perilaku tersebut, selama
melakukan perilaku kita akan memonitor diri kita dan setelahnya kita akan
mengevaluasi performa kita




                                         5
d. Motivasi : Pembelajaran dapat mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar
termotivasikan untuk melakukan perilaku yang dimodelkan. Motivasi inilah yang
nantinya akan memfasilitasi performa seseorang. Meski observasi mengajarkan pada
kita bagaimana melakukan sesuatu namun tanpa motivasi yang kuat buakn tidak
mungkin kita tidak melakukan perilaku tersebut

2. Pembelajaran dengan bertindak ( Enactive Learning )

Bandura yakin bahwa perilaku yang kompleks dapat dipelajari ketika manusia
memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi – konsekuensi dari perilaku tersebut.
Konsekuensi – konsekuensi sebuah respon sekurang – kurangnya memiliki tiga
fungsi.

a. Konsekuensi –konsekuensi respon menginformasikan efek tindakan. Konsekuensi
ini dapat disimpan dan digunakan sebagai pedoma tingkah laku kita dimasa yang
akan datang

b. Sanggup merepresentasikan secara simbolis keluaran – keluaran perilaku dimasa
depan dan bertindak berdasarkan hal itu.dengan kata lain, manusia dapat meramalkan
apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang dengan memahami konsekuensi dari
suatu perilaku

c. Konsekuensi respon memperkuat perilaku.Bandura yakin bahwa pembelajaran
jauh lebih efisien ketika pembelajar secara kognitif terlibat di dalam situasi
pembelajaran dan memahami perilaku mana yang dapat menghasilkan respon –
respon yang tepat. Keberhasilan akan menjadi penguat yang memungkinkan
seseorang mengulang perilakunya sebaliknya kegagalan akan membuat orang
cenderung menghentikan perilakunya

d. Penyebab Resiprok Triadik

      Teori kognitif social meyakini fungsi psikologis bekerja dalam bentuk
penyebab resiprok triadic.Sisitem ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah


                                         6
hasil dari interaksi timbale- balik secara terus menerus tiga variabel yaitu
lingkungan,perilaku,dan pribadi.Ketiga factor yang resiprok ini tidak perlu sama kuat
atau memiliki kontribusi setara tergantung pribadi dan situasinya. Orang menentukan
tingkahlakunya dengan mengontrol lingkungan namun orang tersebut juga dikontrol
oleh kekuatan lingkungan.

e. Keagenan Manusia ( Human Agency )

Teori kognitif social mengambil sudut pandang keagenan terhadap kepribadian
artinya manusia memiliki kapasitas untuk melatih kendali atas hidupnya (2002b).
Agen manusia merupakan proses aktif dalam mengeksploitasi, memanipulasi dan
mempengaruhi lingkungannya guna mencapai hasil yang diinginkan

 Ciri – Ciri utama Keagenan

      Bandura mendiskusikan empat sifat inti keagenan manusia : Intensionalitas,
Prediksi, Reaksi diri, dan Refleksi diri.

a. Intensionalitas : Mengacu kepada tindakan – tindakan yang dilakukan dengan
intensitas tertentu yang mencakup perencanaan dan tindakan.

b. Prediksi : Manusia juga memiliki kemampuan memprediksi saat menetapkan
tujuan,mengantisipasi hasil tindakan,dan memilih perilkau mana yang dapat
menghasilkan     keluaran     yang    diinginkan   serta   menghindari   yang   tidak
diinginkan.Prediksi akan mampu membebaskan manusia dari batasan – batasan
lingkungannya.

c. Reaksi diri : Manusia bertindak lebih daripada sekedar berencana dan
merenungkan perilaku ke depan karena dia juga sanggup memberikan reaksi diri
dalam proses motivasi dan regulasi tindakan – tindakannya itu.Manusia tidak hanya
membuat pilihan – pilihan tetapi juga memonitor kemajuan pemenuhannya.Bandura
(2001) menyadari bahwa sekedar menetapkan tujuan tidak cukup untuk mencapai
konsekuensi yang diinginkan .Tujuan haruslah spesifik,sesuai kemampuan manusia


                                            7
untuk mencapainya,dan mencerminkan pemenuhan potensial yang tidak terlalu jauh
di masa depan.

d. Refleksi diri : Manusia adalah penguji fungsi dirinya sendiri,yang dapat
memikirkan       dan   mengevaluasi    sendiri   motivasi,nilai,makna,dan    tujuan
hidupnya,bahkan sanggup memikirkan ketepatan pemikirannya sendiri.Mekanisme
refleksi diri manusia yang paling krusial adalah kepercayaan diri yaitu keyakinan
bahwa mereka sanggup melakukan tindakan – tindakan yang akan menghasilkan efek
yang diinginkan.

Self Efficacy

     Bandura mendefinisikan self efficacy sebagai “keyakinan manusia pada
kemampuan mereka untuk melatuh sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi
diri mereka dan kejadian – kejadian dilingkungannya”.Bandura yakin kalau self
efficacy adalah fondasi keagenan manusia yang berhubungan dengan keyakinan
bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan “ Manusia
yang percaya dapat melakukan sesuatu,memiliki potensi untuk mengubah kejadian –
kejadian dilingkungannya,lebih suka bertindak,dan lebih dekat pada kesuksesan dari
pada yang rendah self efficacy-nya. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita),
karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai),
sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri.

     Tinggi rendahnya self efficacy berkombinasi dengan lingkungan yang
responsive dan tidak responsive untuk menghasilkan empat variabel yang paling bias
diprediksi ( Bandura,1997)

a. Bila self efficacy tinggi dan lingkungan responsive,hasil yang paling bisa
diperkirakan adalah kesuksesan.




                                         8
b. Bila self efficacy rendah dan lingkungan responsive,manusia dapat menjadi
depresi saat mereka mengamati orang lain berhasil menyelesaikan tugas – tugas yang
menurut mereka sulit.

c. Bila self efficacy tinggi bertemu dengan situasi lingkungan yang tidak
responsive,manusia biasanya akan berusaha keras mengubah lingkungan.

d. Bila self efficacy rendah berkombinasi dengan lingkungan yang tidak responsive
manusia akan merasakan apati,mudah menyerah,dan merasa tidak berdaya.

 Sumber Efikasi Diri

Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, meningkat atau
menurun, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni :

a. pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment)

   merupakan prestasi yang dicapai pada waktu lampau. Sebagai sumber,
performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang dinilai paling kuat
pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi,
sedang kegagalan cenderung akan menurunkan efikasi diri.

b. pengalaman vikarius (vicarious experience)

   Jika Efikasi didapat melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika
mengamati keberhasilan orang lain, begitu pula sebaliknya efikasi akan menurun jika
kita mengamati kegagalan orang yang dirasa kemampuannya setara dengan kita
persuasi sosial (social persuation)

c. Persuasi Sosial

   Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau diperlemah melalui persuasi
sosial. Dampak dari sumber ini sedikit terbatas, namun, pada kondisi yang tepat
persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa



                                          9
percaya kepada pemberi persuasi,Ucapan maupun pendapat dari sumber yang
dipercaya akan lebih efektif dibandingkan hal serupa dari sumber yang tidak
dipercaya dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.Persuasi social akan menjadi
sangat efektif jika dikolaborasikan dengan performa yang sukses

d. pembangkitan emosi (emotionall physiological states)

  Keadaan emosi akan dapat mempengaruhi efikasi. Emosi yang kuat, takut, cemas,
stress dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang
tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri.

  Penurunan kecemasan dapat meningkatkan performa seseorang. Informasi
stimulus berkaitan dengan beberapa variable yaitu:

a. Tingkat Stimulus, biasanya semakin tinggi stimulus yang diberikan maka semakin
  rendah tingkat efikasi

b. Realisme yang dipersepsikan dari stimulus tersebut

c. Sebagai variable tambahan adalah sifat dasar tugas. Stimulus emosional dapat
  memfasilitasi kesuksesan tugas yang mudah dan sederhana namun juga dapat
  mengganggu performa tugas yang kompleks

 Efikasi Diri sebagai Prediktor Tingkahlaku

     Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara
lingkungan, tingkahlaku dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang
penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman
mengenai prestasi akan menjadi penentu tingkahlaku mendatang yang penting.
Berbeda dengan konsep diri (Rogers) yang bersifat kesatuan umum, efikasi diri
bersifat fragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada
situasi yang berbeda, tergantung kepada :

1. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu.


                                            10
2. Kehadiran oranglain, khususnya saingan dalam situasi itu.
3. Keadaan fisiologis dan emosional.


Agen Proxy

         Kebanyakan orang akan mengalami rasa putusasa jika hanya bergantung
kepada kemampuan personal dalam mengelola kehidupannya. Manusia umumnya
tidak mempunya efikasi diri dalam memperbaiki suatu benda tetapi melalui agen
proxy, mereka akan menggapai tujuan mereka dengan bergantung pada orang lain
untuk memperbaiki benda tersebut. Bandura (2001) mengatakan “ Tidak ada irang
yang mempunyai waktu, energy dan sumberdaya untuk menguasai semua aspek
kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berfungsi dengan sukses, seharusnya melibatkan
kombinasi ketergantungan pada agen proxy dalam beberapa area fungsi”

Efikasi Kolektif (collective efficacy)

          Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat
menghasilkan perubahan sosial tertentu, disebut efikasi kolektif. Ini bukan “jiwa
kelompok” tetapi lebih sebagai efikasi pribadi dari banyak orang yang bekerja
bersama. Bandura berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan
hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif. Efikasi diri
dan efikasi kolektif bersama-sama saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup
manusia.

         Bandura menyebutkan beberapa faktor yang dapat melemahkan efikasi kolektif
yaitu:

a. Manusia hidup dalam dunia yang bersifat transnasional yang artinya apa yang
   terjadi di suatu area di dunia ini dapat mempengaruhi seluruh dunia misalnya
   menipisnya lapisan ozon.




                                           11
b. Teknologi dimasa sekarang yang tidak dipercayai bahwa mereka dapat
   mengontrolnya.

c. Mesin-mesin social yang kompleks dengan tingkatan birokrasi yang menghambat
   perubahan social

d. Jangkauan dan besaran dari permasalahan manusia yang luar biasa dapat
   memperlemah efikasi kolektif

f. Regulasi Diri

       Manusia mempunyai kemampuan berfikir dan dengan kemampuan itu mereka
memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan
manusia. Balikannya dalam bentuk determinis resiprokal berarti orang dapat
mengatur sebagian dari tingkah lakunya sendiri. Menurut Bandura akan terjadi
strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk
mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif menentukan
tujuan baru yang lebih tinggi. Orang memotivasi dan membimbing tingkah lakunya
sendiri melalui strategi proaktif, menciptakan ketidakseimbangan, agar dapat
memobilisasi kemampuan dan usahanya berdasarkan antisipasi apa saja yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ada tiga proses yang dapat dipakai untuk
melakukan pengaturan diri : memanipulasi faktor eksternal, memonitor dan
mengevaluasi tingkahlaku internal. Tingkahlaku manusia adalah hasil pengaruh
resiprokal faktor eksternal dan faktor internal itu.

 Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri

      Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara yaitu:

a. Faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkahlaku. Faktor
lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar
evaluasi diri seseorang. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang




                                            12
lebih luas anak kemudian mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai
prestasi diri.

b. Faktor eksternal    mempengaruhi regulasi        diri    dalam bentuk    penguatan
(reinforcement).   Hadiah   intrinsik   tidak   selalu     memberi   kepuasan,   orang
membutuhkan intensif yang berasal dari lingkungan eksternal.

 Faktor Internal dalam Regulasi Diri

      Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri
sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal :

a. Observasi diri (self observation) : dilakukan berdasarkan faktor kualitas
penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkahlaku diri dan seterusnya. Apa
yang diobservasi seseorang tergantung kepada minat dan konsep dirinya.

b. Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgmental process) : adalah melihat
kesesuaian tingkahlaku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan
norma standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya
suatu aktivitas dan memberi atribusi performansi.

c. Reaksi-diri-afekrif (self response) : akhirnya berdasarkan pengamatan dan
judgement itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif dan kemudian
menghadiahi atau menghukum diri sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif,
karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif
atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual.




                                         13
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan




Saran




                    14
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian. Malang ; UMM Press
Indrawati . Teori Kepribadian Albert Bandura ,                       [ONLINE]
(http://indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/31246/Teori+Kepribadia
n+Albert+Bandura+New.ppt, diakses tanggal 15 Januari 2013)
Feist, Gregory Jess. 2008. Theories of Personality. Jakarta ; Pustaka Pelajar
Feist, J & Feist, G.J. 2010. Teori Kepribadian, Edisi Tujuh, Buku Dua. Jakarta ;
Salemba Humanika
Prima P Sumantri. 2011. Teori Belajar Sosial Albert Bandura,         [ONLINE]
(http://primapsumantri.blogspot.com/2011/10/teori-belajar-sosial-albert-
bandura.html, diakses tanggal 15 Januari 2013)
Yulianti, Ratna Panca. 2012. Biografi Bandura,                       [ONLINE]
( http://pancabelajarngeblog.blogspot.com/2012/03/biografi-bandura.html, diakses
tanggal 16 Januari 2013)




                                       15

More Related Content

What's hot

Teori belajar bandura
Teori belajar banduraTeori belajar bandura
Teori belajar bandura
Jeny Hardiah
 
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
virginsmag
 
Teori belajar sosial
Teori belajar sosialTeori belajar sosial
Teori belajar sosialAziz Purnomo
 
teori albert bandura
teori albert bandurateori albert bandura
teori albert bandura
Azirah Jeerah
 
Teori bandura : teori pembelajaran
Teori bandura : teori pembelajaranTeori bandura : teori pembelajaran
Teori bandura : teori pembelajaran
Nuurrochmah
 
Edu 3033- Pembelajaran Peniruan Albert Bandura
Edu 3033- Pembelajaran Peniruan Albert BanduraEdu 3033- Pembelajaran Peniruan Albert Bandura
Edu 3033- Pembelajaran Peniruan Albert Bandura
stupidpaboidiot
 
Teori Albert Bandura
Teori Albert BanduraTeori Albert Bandura
Teori Albert Bandura
Albert Aris
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistik
Pujiati Puu
 
Teori humanistik
Teori humanistikTeori humanistik
Teori humanistik
maul99
 
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosial
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosialPendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosial
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosialK. S. Widodo
 
Landasan Pendidikan Psikologi (terkait isu-isu pendidikan)
Landasan Pendidikan Psikologi (terkait isu-isu pendidikan) Landasan Pendidikan Psikologi (terkait isu-isu pendidikan)
Landasan Pendidikan Psikologi (terkait isu-isu pendidikan)
noussevarenna
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistik
andittrio
 
Self concept
Self conceptSelf concept
Self concept
Dodyk Fallen
 
14. gordon allport
14. gordon allport14. gordon allport
14. gordon allportONe's Iwan
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersAi Nurhasanah
 
Teori perkembangan kendiri personaliti
Teori perkembangan kendiri personalitiTeori perkembangan kendiri personaliti
Teori perkembangan kendiri personalitifong kai hung
 
Teori humanistik
Teori humanistikTeori humanistik
Teori humanistik
victoryustinus@gmail.com
 
teori humanistik abraham maslow
teori humanistik abraham maslowteori humanistik abraham maslow
teori humanistik abraham maslowimmochacha
 
Nur fitriani 1115500061
Nur fitriani 1115500061Nur fitriani 1115500061
Nur fitriani 1115500061
nurfitriani1115500061
 

What's hot (20)

Teori belajar bandura
Teori belajar banduraTeori belajar bandura
Teori belajar bandura
 
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
Konsep albert bandura (Belajar Sosial)
 
Teori belajar sosial
Teori belajar sosialTeori belajar sosial
Teori belajar sosial
 
teori albert bandura
teori albert bandurateori albert bandura
teori albert bandura
 
Teori bandura : teori pembelajaran
Teori bandura : teori pembelajaranTeori bandura : teori pembelajaran
Teori bandura : teori pembelajaran
 
Edu 3033- Pembelajaran Peniruan Albert Bandura
Edu 3033- Pembelajaran Peniruan Albert BanduraEdu 3033- Pembelajaran Peniruan Albert Bandura
Edu 3033- Pembelajaran Peniruan Albert Bandura
 
Teori Albert Bandura
Teori Albert BanduraTeori Albert Bandura
Teori Albert Bandura
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistik
 
Teori humanistik
Teori humanistikTeori humanistik
Teori humanistik
 
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosial
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosialPendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosial
Pendekatan ilmu perilaku dan kognitif sosial
 
Landasan Pendidikan Psikologi (terkait isu-isu pendidikan)
Landasan Pendidikan Psikologi (terkait isu-isu pendidikan) Landasan Pendidikan Psikologi (terkait isu-isu pendidikan)
Landasan Pendidikan Psikologi (terkait isu-isu pendidikan)
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistik
 
Self concept
Self conceptSelf concept
Self concept
 
14. gordon allport
14. gordon allport14. gordon allport
14. gordon allport
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. Rogers
 
Teori belajar humanisme
Teori belajar humanismeTeori belajar humanisme
Teori belajar humanisme
 
Teori perkembangan kendiri personaliti
Teori perkembangan kendiri personalitiTeori perkembangan kendiri personaliti
Teori perkembangan kendiri personaliti
 
Teori humanistik
Teori humanistikTeori humanistik
Teori humanistik
 
teori humanistik abraham maslow
teori humanistik abraham maslowteori humanistik abraham maslow
teori humanistik abraham maslow
 
Nur fitriani 1115500061
Nur fitriani 1115500061Nur fitriani 1115500061
Nur fitriani 1115500061
 

Similar to Bab ii

Belajar Sosial
Belajar SosialBelajar Sosial
Belajar Sosial
UNP PGRI KEDIRI
 
Bandura
BanduraBandura
Teori_Belajar_Observasional.pptx
Teori_Belajar_Observasional.pptxTeori_Belajar_Observasional.pptx
Teori_Belajar_Observasional.pptx
OedinzElHuda
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theory
mankoma2012
 
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfTEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
Akhina3
 
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdflianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
01669230007
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theorymankoma2013
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theory
Faiz Sujudi
 
Teori pembelajaran sosial
Teori pembelajaran sosialTeori pembelajaran sosial
Teori pembelajaran sosial
Eric Adreec
 
artikel 3
artikel 3artikel 3
artikel 3
jessylenny05
 
teori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikteori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistik
Quratul Aini
 
Teori belajar sosial
Teori belajar sosialTeori belajar sosial
Teori belajar sosialTamami Kece
 
Psikologi sosial
Psikologi sosialPsikologi sosial
Psikologi sosial
Puryanto SS
 
Teori pembelajaran ip
Teori pembelajaran    ipTeori pembelajaran    ip
Teori pembelajaran ipChew Ing
 
Teori pembelajaran ip
Teori pembelajaran    ipTeori pembelajaran    ip
Teori pembelajaran ipChew Ing
 
ULASAN ARTIKEL 1
ULASAN ARTIKEL 1 ULASAN ARTIKEL 1
ULASAN ARTIKEL 1
history sensei
 
Psikologi sosial
Psikologi sosialPsikologi sosial
Psikologi sosial
Puryanto SS
 
TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
TEORI PEMBELAJARAN SOSIALTEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
نورالعيني هاشيم
 
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptxDewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
AmaliaJuaddy
 
Psikologi kepribadian 2
Psikologi kepribadian 2Psikologi kepribadian 2
Psikologi kepribadian 2
Fiyah Rachma
 

Similar to Bab ii (20)

Belajar Sosial
Belajar SosialBelajar Sosial
Belajar Sosial
 
Bandura
BanduraBandura
Bandura
 
Teori_Belajar_Observasional.pptx
Teori_Belajar_Observasional.pptxTeori_Belajar_Observasional.pptx
Teori_Belajar_Observasional.pptx
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theory
 
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfTEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
 
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdflianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
lianiaulia-140508081256-phpapp02.pdf
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theory
 
Social Learning Theory
Social Learning TheorySocial Learning Theory
Social Learning Theory
 
Teori pembelajaran sosial
Teori pembelajaran sosialTeori pembelajaran sosial
Teori pembelajaran sosial
 
artikel 3
artikel 3artikel 3
artikel 3
 
teori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikteori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistik
 
Teori belajar sosial
Teori belajar sosialTeori belajar sosial
Teori belajar sosial
 
Psikologi sosial
Psikologi sosialPsikologi sosial
Psikologi sosial
 
Teori pembelajaran ip
Teori pembelajaran    ipTeori pembelajaran    ip
Teori pembelajaran ip
 
Teori pembelajaran ip
Teori pembelajaran    ipTeori pembelajaran    ip
Teori pembelajaran ip
 
ULASAN ARTIKEL 1
ULASAN ARTIKEL 1 ULASAN ARTIKEL 1
ULASAN ARTIKEL 1
 
Psikologi sosial
Psikologi sosialPsikologi sosial
Psikologi sosial
 
TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
TEORI PEMBELAJARAN SOSIALTEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
 
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptxDewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
Dewi Julaihah_Tokoh Teori Psikologi Perkembangan.pptx
 
Psikologi kepribadian 2
Psikologi kepribadian 2Psikologi kepribadian 2
Psikologi kepribadian 2
 

Bab ii

  • 1. PEMBAHASAN a. Biografi Albert Bandura Albert Bandura yang merupakan salah satu tokoh aliran behavioristik terlahir di Mandure, kota kecil di dataran rendah sebelah utara Alberta, pada tanggal 4 Desember 1925. Ayahnya berasal dari Polandia sedangkan Ibunya berasal dari Ukraina. Bandura adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Dia merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarganya Oleh keluarganya terutama kakak-kakak perempuannya, Bandura dididik menjadi pribadi yang kuat dan mandiri yang tidak selalu menggantungkan diri pada orang lain. Ia mengembangkan dirinya di sekolah kecil yang ada dikota tersebut dimana di Sekolah menengah atas tempatnya menuntut ilmu hanya memiliki dua guru sebagai tenaga pengajar. Selain itu sarana dan prasaranya yang ada di sekolah juga tidak memadai. Situasi ini tidak menyurutkan semangatnya bersekolah justru menjadikannya semangat untuk menuntut ilmu. Dan dibuktikannya dengan hasil yang memuaskan. Setelah lulus SMA, Bandura menghabiskan musim panasnya untuk bekerja di tempat pembuatan jalan di Yukon. Ditempat inilah, Bandura mendapatkan berbagai macam pengalaman yang berharga. Yang mana pengalaman ini membawanya melihat berbagai karakter pekerja kasar. Ada dari mereka adalah para pengutang yang melarikan diri karena tak mampu membayar utang, laki-laki yang sudah bercerai namun masih harus memberikan uang tunjangan untuk mantan istri dan lain sebagainya. Melihat berbagai fenomena psikopatologi tersebut, Bandura mulai berminat belajar psikologi klinis. Awalnya Bandura tidak berminat untuk menjadi seorang psikolog. Bandura berniat untuk mendaftarkan kuliah di jurusan teknik. Namun setelah mendaftar di 1
  • 2. jurusan teknik, Bandura mencoba masuk ke ruang kuliah psikologi dikampusnya itu dan merasa nyaman dengan psikologi. Beberapa hari kemudian dia memutuskan mengubah lamaran kuliahnya dari jurusan teknik menjadi psikologi. Sampai akhirnya dia kuliah psikologi di University of British Columbia. Setelah menempuh kuliah selama tiga tahun, ia lulus S1. Bandura melanjutkan pendidikannya dan pilihannya jatuh pada program pasca sarjana psikologi klinis di University of Iowa yang memiliki dasar teoritis yang kuat . Pada tahun 1951, dia sudah menyandang gelar Ph.D di usianya yang ke-27. Kemudian dia menghabiskan satu tahun berikutnya di Wichita Guidance Center untuk menyelesaikan hubungan kerja pasca-doctoralnya. Pada tahun1953, dia bergabung dengan fakultas psikologi di Stanford University, tempatnya berkarya semasa hidupnya. Mayoritas tulisan Bandura dalam ranah psikologi klinis terutama membahas psikoterapi dan tes Rorschach. Tahun 1959, buku yang ditulis Bandura bersama Walters yang berjudul Adolescent Aggression terbit.Setelah sebelumnya mereka berkolaborasi dalam menerbitkan sebuah makalah yang membahas perilaku criminal agresif. Karya Bandura yang lain meliputi Social Learning Theory (1977), Social Foundation of Though and Action (1986), dan Self Efficacy:The Excercise of Control (1997). Bandura telah mengetuai berbagai perkumpulan ilmiah bergensi diantaranya pada tahun 1974, Bandura dipercaya menjadi presiden APA (American Psychological Association), lalu tahun1980 dia terpilih menjadi presiden WPA (Western Psychological Association), dan menjadi presiden kehormatan Canadian Psychological Association tahun1999. Selain itu, Bandura juga banyak mendapat gelar kehormatan, yang diantaranya terpilih dia menjadi Rekanan Kehormatan American Academy of Arts and Science sejak 1980 dan Gunggenheim Fellowship pada tahun 1972. 2
  • 3. b. Teori Kognitif Sosial Teori kognitif sosial berdiri di atas sejumlah asumsi dasar,yaitu: 1. Karakteristik menakjubkan dari manusia adalah keplatisannya yaitu fleksibilitas untuk mempelajari beragam perilaku di situasi yang berbeda-beda Bandura setuju dengan Skinner yang mnyatakan bahwa manusia belajar dari pengalaman langsung, namun Bandura lebih menekankan pada proses belajar dengan mengobservasi oranglain . 2. Melalui model penyebab resiprok triadic (triadic reciprocal causation) yang terdiri atas perilaku, lingkungan,dan faktor – faktor kepribadian, manusia memiliki kapasitas untuk mengatur hidup mereka. Dua dorongan yang penting dalam model triadic adalah pertemuan yang kebetulan dan kejadian yang tidak disengaja 3. Teori kognitif social menggunakan perspektif keagenan artinya manusia memiliki kapasitas untuk melatih pengontrolan atas alam dan kualitas hidup mereka sendiri. 4. Manusia mengatur hubungan mereka melalui faktor – faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan fisik dan social seseorang sedangkan Faktor internal terdiri dari observasi diri, proses menilai dan reaksi diri. 5. Ketika manusia menemukan dirinya dalam situasi yang ambigu secara moral mereka selalu berupaya mengatur perilaku melalui tindakan moral atau agensi moral. Yang mana meliputi mendefinisikan ulang suatu perilaku, merendahkan konsekuensi dari perilaku mereka, menyalahkan koraban dari perilaku mereka dan mengalihkan kewajiban atas perilaku dan tindakan mereka. c. Pembelajaran Asumsi dasar teori kognitif social Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kemampuan sikap maupun berperilaku dan banyak pembelajaran tersebut berasal dari pengalaman tak terduga (vicarious experience). 3
  • 4. Bandura (1986) menyatakan bahwa “ apabila pengetahuan dapat diperoleh hanya melalui akibat dari tindakan seseorang, proses kognitif dan perkembangan social akan sangat terbelakang dan juga akan menjadi sangat melelahkan/. 1. Pembelajaran dengan mengamati (observational learning) Menurut teori kognitif sosial adalah manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain. Belajar melalui pengamatan atau observasi orang lain jauh lebih efisien dibandingkan belajar dengan pengalaman langsung. Penguatan bukan syarat utama walaupun penguatan menfalitasi pembelajaran karena pembelajaran yang utama adalah dengan mengamati model – model.Misalnya Anak – anak mengamati karakter – karakter ditelevisi dan mengulangi apa yang didengar serta dilihat.  Pemodelan (Modelling) Pemodelan melibatkan proses – proses kognitif jadi tidak hanya meniru,lebih dari sekadar menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain. Modeling melibatkan penambahan atau pengurangan dari perilaku yang teramati. Macam modeling yaitu : a. Modeling tingkah laku baru : Melalui modeling orang dapat memperoleh tingkah laku baru. Stimuli berbentuk tingkahlaku model ditransformasi menjadi gambaran mental, dan yang lebih penting lagi ditransformasi menjadi simbol verbal yang dapat diingat kembali suatu saat nanti. Keterampilan kognitif yang bersifat simbolik ini, membuat orang dapat mentransform apa yang dipelajarinya atau menggabung-gabung apa yang diamatinya dalam berbagai situasi menjadi pola tingkah laku baru. b. Modeling mengubah tingkahlaku lama : Disamping dampak mempelajari tingkahlaku baru, modeling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkahlaku lama. Pertama, tingkahlaku model yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pengamat. Kedua, tingkahlaku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan 4
  • 5. tingkah laku yang diterima secara sosial, tergantung apakah tingkah laku model itu diganjar atau dihukum. c. Modeling Simbolik : Dewasa ini sebagian besar modeling tingkah laku berbentuk simbolik. d. Modeling Kondisioning : Modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning). Modeling semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional.  Proses – proses yang mengatur pembelajaran dengan mengamati a. Perhatian : Sebelum mampu menjadikan orang lain model,kita harus memerhatikan orang tersebut.dimana perhatian ini dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan modelnya, sifat model yang atraktif dan maknayang diambil dari tingkahlaku yang diamati oleh pengamat b. Representasi : Agar pengamatan dapat membaawa kita kepada pola – pola respon yang baru,pola – pola tersebut harus dipresentasikan secara simbolis di dalam memori. Baik dalam bentuk verbal maupun gambaran atau imajinasi. Beberapa observasi disimpan dalam bentuk gambaran yang mana dapat dimunculkan tanpa adanya model secara fisik. Proses ini sangat penting pada bayi sewaktu kemampuan verbal mereka masih belum berkembang. Sedangkan dengan pengkodean secara verbal kita dapat mengevaluasi perilaku kita dan menentukan mana perilaku yang ingin kita coba dan kita buang c. Produksi perilaku : Untuk mengubah representasi kognitif menjadi tindakan yang tepat,kita harus menanyakan pada diri sendiri beberapa pertanyaan tentang perilaku yang dijadikan model. Lalu kita mulai mencoba melalukan perilaku tersebut, selama melakukan perilaku kita akan memonitor diri kita dan setelahnya kita akan mengevaluasi performa kita 5
  • 6. d. Motivasi : Pembelajaran dapat mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar termotivasikan untuk melakukan perilaku yang dimodelkan. Motivasi inilah yang nantinya akan memfasilitasi performa seseorang. Meski observasi mengajarkan pada kita bagaimana melakukan sesuatu namun tanpa motivasi yang kuat buakn tidak mungkin kita tidak melakukan perilaku tersebut 2. Pembelajaran dengan bertindak ( Enactive Learning ) Bandura yakin bahwa perilaku yang kompleks dapat dipelajari ketika manusia memikirkan dan mengevaluasi konsekuensi – konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsekuensi – konsekuensi sebuah respon sekurang – kurangnya memiliki tiga fungsi. a. Konsekuensi –konsekuensi respon menginformasikan efek tindakan. Konsekuensi ini dapat disimpan dan digunakan sebagai pedoma tingkah laku kita dimasa yang akan datang b. Sanggup merepresentasikan secara simbolis keluaran – keluaran perilaku dimasa depan dan bertindak berdasarkan hal itu.dengan kata lain, manusia dapat meramalkan apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang dengan memahami konsekuensi dari suatu perilaku c. Konsekuensi respon memperkuat perilaku.Bandura yakin bahwa pembelajaran jauh lebih efisien ketika pembelajar secara kognitif terlibat di dalam situasi pembelajaran dan memahami perilaku mana yang dapat menghasilkan respon – respon yang tepat. Keberhasilan akan menjadi penguat yang memungkinkan seseorang mengulang perilakunya sebaliknya kegagalan akan membuat orang cenderung menghentikan perilakunya d. Penyebab Resiprok Triadik Teori kognitif social meyakini fungsi psikologis bekerja dalam bentuk penyebab resiprok triadic.Sisitem ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah 6
  • 7. hasil dari interaksi timbale- balik secara terus menerus tiga variabel yaitu lingkungan,perilaku,dan pribadi.Ketiga factor yang resiprok ini tidak perlu sama kuat atau memiliki kontribusi setara tergantung pribadi dan situasinya. Orang menentukan tingkahlakunya dengan mengontrol lingkungan namun orang tersebut juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan. e. Keagenan Manusia ( Human Agency ) Teori kognitif social mengambil sudut pandang keagenan terhadap kepribadian artinya manusia memiliki kapasitas untuk melatih kendali atas hidupnya (2002b). Agen manusia merupakan proses aktif dalam mengeksploitasi, memanipulasi dan mempengaruhi lingkungannya guna mencapai hasil yang diinginkan  Ciri – Ciri utama Keagenan Bandura mendiskusikan empat sifat inti keagenan manusia : Intensionalitas, Prediksi, Reaksi diri, dan Refleksi diri. a. Intensionalitas : Mengacu kepada tindakan – tindakan yang dilakukan dengan intensitas tertentu yang mencakup perencanaan dan tindakan. b. Prediksi : Manusia juga memiliki kemampuan memprediksi saat menetapkan tujuan,mengantisipasi hasil tindakan,dan memilih perilkau mana yang dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan serta menghindari yang tidak diinginkan.Prediksi akan mampu membebaskan manusia dari batasan – batasan lingkungannya. c. Reaksi diri : Manusia bertindak lebih daripada sekedar berencana dan merenungkan perilaku ke depan karena dia juga sanggup memberikan reaksi diri dalam proses motivasi dan regulasi tindakan – tindakannya itu.Manusia tidak hanya membuat pilihan – pilihan tetapi juga memonitor kemajuan pemenuhannya.Bandura (2001) menyadari bahwa sekedar menetapkan tujuan tidak cukup untuk mencapai konsekuensi yang diinginkan .Tujuan haruslah spesifik,sesuai kemampuan manusia 7
  • 8. untuk mencapainya,dan mencerminkan pemenuhan potensial yang tidak terlalu jauh di masa depan. d. Refleksi diri : Manusia adalah penguji fungsi dirinya sendiri,yang dapat memikirkan dan mengevaluasi sendiri motivasi,nilai,makna,dan tujuan hidupnya,bahkan sanggup memikirkan ketepatan pemikirannya sendiri.Mekanisme refleksi diri manusia yang paling krusial adalah kepercayaan diri yaitu keyakinan bahwa mereka sanggup melakukan tindakan – tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan. Self Efficacy Bandura mendefinisikan self efficacy sebagai “keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatuh sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian – kejadian dilingkungannya”.Bandura yakin kalau self efficacy adalah fondasi keagenan manusia yang berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan “ Manusia yang percaya dapat melakukan sesuatu,memiliki potensi untuk mengubah kejadian – kejadian dilingkungannya,lebih suka bertindak,dan lebih dekat pada kesuksesan dari pada yang rendah self efficacy-nya. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai), sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. Tinggi rendahnya self efficacy berkombinasi dengan lingkungan yang responsive dan tidak responsive untuk menghasilkan empat variabel yang paling bias diprediksi ( Bandura,1997) a. Bila self efficacy tinggi dan lingkungan responsive,hasil yang paling bisa diperkirakan adalah kesuksesan. 8
  • 9. b. Bila self efficacy rendah dan lingkungan responsive,manusia dapat menjadi depresi saat mereka mengamati orang lain berhasil menyelesaikan tugas – tugas yang menurut mereka sulit. c. Bila self efficacy tinggi bertemu dengan situasi lingkungan yang tidak responsive,manusia biasanya akan berusaha keras mengubah lingkungan. d. Bila self efficacy rendah berkombinasi dengan lingkungan yang tidak responsive manusia akan merasakan apati,mudah menyerah,dan merasa tidak berdaya.  Sumber Efikasi Diri Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, meningkat atau menurun, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni : a. pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment) merupakan prestasi yang dicapai pada waktu lampau. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang dinilai paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedang kegagalan cenderung akan menurunkan efikasi diri. b. pengalaman vikarius (vicarious experience) Jika Efikasi didapat melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, begitu pula sebaliknya efikasi akan menurun jika kita mengamati kegagalan orang yang dirasa kemampuannya setara dengan kita persuasi sosial (social persuation) c. Persuasi Sosial Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau diperlemah melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini sedikit terbatas, namun, pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa 9
  • 10. percaya kepada pemberi persuasi,Ucapan maupun pendapat dari sumber yang dipercaya akan lebih efektif dibandingkan hal serupa dari sumber yang tidak dipercaya dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.Persuasi social akan menjadi sangat efektif jika dikolaborasikan dengan performa yang sukses d. pembangkitan emosi (emotionall physiological states) Keadaan emosi akan dapat mempengaruhi efikasi. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri. Penurunan kecemasan dapat meningkatkan performa seseorang. Informasi stimulus berkaitan dengan beberapa variable yaitu: a. Tingkat Stimulus, biasanya semakin tinggi stimulus yang diberikan maka semakin rendah tingkat efikasi b. Realisme yang dipersepsikan dari stimulus tersebut c. Sebagai variable tambahan adalah sifat dasar tugas. Stimulus emosional dapat memfasilitasi kesuksesan tugas yang mudah dan sederhana namun juga dapat mengganggu performa tugas yang kompleks  Efikasi Diri sebagai Prediktor Tingkahlaku Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkahlaku dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi akan menjadi penentu tingkahlaku mendatang yang penting. Berbeda dengan konsep diri (Rogers) yang bersifat kesatuan umum, efikasi diri bersifat fragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada : 1. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu. 10
  • 11. 2. Kehadiran oranglain, khususnya saingan dalam situasi itu. 3. Keadaan fisiologis dan emosional. Agen Proxy Kebanyakan orang akan mengalami rasa putusasa jika hanya bergantung kepada kemampuan personal dalam mengelola kehidupannya. Manusia umumnya tidak mempunya efikasi diri dalam memperbaiki suatu benda tetapi melalui agen proxy, mereka akan menggapai tujuan mereka dengan bergantung pada orang lain untuk memperbaiki benda tersebut. Bandura (2001) mengatakan “ Tidak ada irang yang mempunyai waktu, energy dan sumberdaya untuk menguasai semua aspek kehidupan sehari-hari. Untuk dapat berfungsi dengan sukses, seharusnya melibatkan kombinasi ketergantungan pada agen proxy dalam beberapa area fungsi” Efikasi Kolektif (collective efficacy) Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan perubahan sosial tertentu, disebut efikasi kolektif. Ini bukan “jiwa kelompok” tetapi lebih sebagai efikasi pribadi dari banyak orang yang bekerja bersama. Bandura berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif. Efikasi diri dan efikasi kolektif bersama-sama saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup manusia. Bandura menyebutkan beberapa faktor yang dapat melemahkan efikasi kolektif yaitu: a. Manusia hidup dalam dunia yang bersifat transnasional yang artinya apa yang terjadi di suatu area di dunia ini dapat mempengaruhi seluruh dunia misalnya menipisnya lapisan ozon. 11
  • 12. b. Teknologi dimasa sekarang yang tidak dipercayai bahwa mereka dapat mengontrolnya. c. Mesin-mesin social yang kompleks dengan tingkatan birokrasi yang menghambat perubahan social d. Jangkauan dan besaran dari permasalahan manusia yang luar biasa dapat memperlemah efikasi kolektif f. Regulasi Diri Manusia mempunyai kemampuan berfikir dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Balikannya dalam bentuk determinis resiprokal berarti orang dapat mengatur sebagian dari tingkah lakunya sendiri. Menurut Bandura akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Orang memotivasi dan membimbing tingkah lakunya sendiri melalui strategi proaktif, menciptakan ketidakseimbangan, agar dapat memobilisasi kemampuan dan usahanya berdasarkan antisipasi apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ada tiga proses yang dapat dipakai untuk melakukan pengaturan diri : memanipulasi faktor eksternal, memonitor dan mengevaluasi tingkahlaku internal. Tingkahlaku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal itu.  Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara yaitu: a. Faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkahlaku. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang 12
  • 13. lebih luas anak kemudian mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai prestasi diri. b. Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberi kepuasan, orang membutuhkan intensif yang berasal dari lingkungan eksternal.  Faktor Internal dalam Regulasi Diri Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal : a. Observasi diri (self observation) : dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkahlaku diri dan seterusnya. Apa yang diobservasi seseorang tergantung kepada minat dan konsep dirinya. b. Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgmental process) : adalah melihat kesesuaian tingkahlaku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas dan memberi atribusi performansi. c. Reaksi-diri-afekrif (self response) : akhirnya berdasarkan pengamatan dan judgement itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual. 13
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian. Malang ; UMM Press Indrawati . Teori Kepribadian Albert Bandura , [ONLINE] (http://indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/31246/Teori+Kepribadia n+Albert+Bandura+New.ppt, diakses tanggal 15 Januari 2013) Feist, Gregory Jess. 2008. Theories of Personality. Jakarta ; Pustaka Pelajar Feist, J & Feist, G.J. 2010. Teori Kepribadian, Edisi Tujuh, Buku Dua. Jakarta ; Salemba Humanika Prima P Sumantri. 2011. Teori Belajar Sosial Albert Bandura, [ONLINE] (http://primapsumantri.blogspot.com/2011/10/teori-belajar-sosial-albert- bandura.html, diakses tanggal 15 Januari 2013) Yulianti, Ratna Panca. 2012. Biografi Bandura, [ONLINE] ( http://pancabelajarngeblog.blogspot.com/2012/03/biografi-bandura.html, diakses tanggal 16 Januari 2013) 15