SlideShare a Scribd company logo
TEORI EKONOMI MAKRO

3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR

               A     =   C + I + G + (X–M )                  ( Aggregate Demand )
               Y     =   C + S +T                                   ( Aggregate Supply )
               A     =   Y
       I + G + X     =   S + T + M

3.3.1. Marginal, Average Propensity to Consume, Save, Tax & Import

      Y =   C + S + T + M                            Y = C + S + T + M
     ∆Y =   ∆C + ∆S + ∆T + ∆M                         Yn = Cn + Sn + Tn + Mn
  ∆Y/∆Y =   ∆C/∆Y + ∆S/∆Y + ∆T/∆Y + ∆M/∆Y         Yn/Yn = Cn/Yn + Sn/Yn + Tn/Yn + Mn/Yn
      1 =   MPC + MPS + MPT + MPM                 1 = APCn + APSn + APTn + APMn

       MPC + MPS + MPT + MPM = 1
       Atau: 1 – MPC = MPS + MPT + MPM

       APCn + APSn + APTn + APMn = 1
       Atau: 1 – APCn = APSn + APTn + APMn


3.3.2. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Pajak, Ekspor,
         Impor dan Perubahan Pendapatan

                A = C      + I + G + (X–M)
                Y = C      + S +T
                A = Y
       I + G + X = S       + T + M
       A = C +I+G +        (X–M)
          = C(Yd) + I +    G + (X–M)
          = [C + c Yd ]    + I + G + { X – [M + m Y ]}

                 dimana: C = C (Yd) = C + c Yd
                          M = M (Y) = M + m Y    ,M = 0
                         A = C + I + G + (X –M )
                         Yd = Y – T , T = t Y
                         C = 12.500
                         I = 5.000
                         G = 5.250
                         X = 3.500
                         M = 0
                          c = MPC = 0,75
                          t = MPT = 0,1
                          m = MPM = 0,0

                                                                                          1|Page
TEORI EKONOMI MAKRO




    A                                     A=Y

                                             A = 26.250 + 0,625 Y   C=
                                             12.500 + 0,75 Y

                                            C = C(Yd)–T(Y)-M(Y)
                                             = 12.500 + 0,625Y
70.000
65.000                                1/[1- c (1 - c) - m ]. ∆Ā
52.250                    ∆C

50.000
              ∆Y

26.250


12.500


    0
         50.000        70.000                           Y


    S




                                S +T+M = -12.500 + 0,375 Y

                                   S = -12.500 + 0,25 Y

13.750                                                I+G+X
 6.250                                                I=I
 5.000            ∆Y      ∆S


                                                                  2|Page
TEORI EKONOMI MAKRO

     0                               50.000     70.000                              Y

-12.500


          = [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}
          = A + c Yd – m Y
          = A + c ( Y – T )     – mY
          = A + c ( Y – t Y ) – m Y
          = A + c ( 1 – t ) Y – m Y
          = A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y
          = 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y
          = 26.250 + 0,625 Y

I + G + X      =   S + T + M
               =   S (Yd) + t Y + m Y
               =   [ Yd – C (Yd)] + t Y + m Y
               =   Yd – [C + cYd ] + t Y + m Y
               =    –C + ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y
               =    –C + ( 1 – c ) ( Y – T ) + t Y + m Y
               =    –C + ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y
               =    –C + ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y + m Y
               =    –C + 1 ( 1 – t ) Y – c ( 1 – t ) Y + t Y + m Y
               =    –C + Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y
               =    –C + Y – c Y + ct Y + m Y
               =    –C + ( 1 – c + ct + m ) Y
               =    –C + {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y
               =    – 12.500 + {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y
               =    – 12.500 + 0,375 Y

          ∆C            Cn – Cn-1  65.000 – 50.000 15.000
c = MPC =           =  =  =  = 0,75
          ∆Y            Yn – Yn-1 70.000 – 50.000  20.000

          ∆S           Sn – Sn-1             ∆C
s = MPS =          =  = 1 - MPC = 1 –  = 1 – 0,75 = 0,25
          ∆Y           Yn – Yn-1             ∆Y

c ( 1 – t ) = MPC ( 1 – MPT ) = 0,75 ( 1 – 0,1 ) = 0,675

1 – c ( 1 – t ) = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 )] = 1 – 0,675 = 0,325

c ( 1 – t ) – m = MPC ( 1 – MPT ) – MPM       = 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05   = 0,625

                                                                                        3|Page
TEORI EKONOMI MAKRO


1 – [ c ( 1 – t ) – m ] = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) – MPM ] = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]

                                                          = 1 – 0,625 = 0,375

                      1                    1
∆Y = α ∆I =      ( I2 – I1 ) =  ( 13.750 – 6.250 ) = 20.000
                1– [c(1– t)–m]           0,375
3.3.3. Macro Economic Model: Circular Flow of Income


                             Pembayaran Pendapatan
                             Rp 70.000

                             Jasa-jasa Faktor



           RT                                          Perusahaan
           (Pendapatan)                                (Produksi)
           Rp 59.500                                   Rp 70.000



                             Barang2 dan Jasa2


                             Belanja Konsumsi
                             Rp 56.250



           Tabungan                                    Investasi Yang
           Rp 3.250                  Pasar Modal       Direncanakan
                                                       Rp 5.000
                                     Kebj. Moneter




           Pajak                                       Pengeluaran
           Rp 7.000                  Pemerintah        Pemerintah
                                                       Rp 5.250
                                     Kebj. Fiskal


           Impor                                       Ekspor
           Rp 3.500                  Luar Negeri       Rp 3.500

                                                                                        4|Page
TEORI EKONOMI MAKRO


                                    Kebj. Neraca
                                    Pembayaran

         Ekonomi Empat Sektor yang dikenal juga dengan ekonomi terbuka, adalah kajian
ekonomi sektoral yang paling sempurna. Kata-kata ekonomi terbuka yang dibubuhkan pada
ekonomi empat sektor, bukan berarti kondisi-kondisi lainnya seperti: BEP, Ekonomi Dua Sektor
dan Ekonomi Tiga Sektor merupakan ekonomi tertutup. Kesemua kondisi ekonomi sektoral yang
dikaji didalam aktivitas ekonomi adalah ekonomi yang bersifat terbuka. Secara sadar atau tidak
disadari telah banyak bergeming dalam buku-buku paket ekonomi makro yang terbit sampai
pada pasca ordebaru dengan istilah ekonomi tertutup sederhana yang dimaksudkan pada
ekonomi dua sektor, hingga telah membawa kearah pengertian yang keliru bagi pembaca bahkan
mahasiswa tingkat persiapan atau mereka yang kurang jeli. Mereka mengartikan ekonomi dua
sektor tersebut sebagai ekonomi tertutup alias tidak adanya hubungan dagang dengan luar negeri,
kiprah ekonomi nasional bergerak seolah-olah atas kekuatan ekonomi dalam negeri (domestik)
semata. Sedangkan ekonomi tiga sektor juga diartikan sebagai ekonomi tertutup yang lebih luas
dari sekedar sederhana, alasan luasnya dengan adanya sektor pemerintah dalam aktivitas
ekonomi nasional. Terakhir diperkuat kekeliruan tersebut dengan munculnya ekonomi yang
bersifat terbuka yang dimaksudkan pada ekonomi empat sektor.
         Untuk menetralisisr kearah yang seharusnya dapat dilihat apakah suatu negara tersebut
merupakan ekonomi terbuka atau tertutup dapat dilihat apakah suatu negara tersebut mempunyai
suatu pencatatan tertentu sepereti neraca pembayaran atau tidak. Contoh yang paling dekat sekali
adalah diterapkan pada ekonomi Indonesia, yang barangkali semua kita sudah mengatahui secara
pasti, bahwa kondisi ekonomi Indonesia adalah bersifat terbuka. Ciri-ciri ekonomi terbuka
adalah adanya hubungan dagang dengan luar negeri, dan pada Neraca Pembayaran ( Balance of
Payment ) karena adanya sisi arus perdagangan luar negeri maka disisi lainnya terdapat arus
modal laur negeri, yang berarti terdapatnya suatu kondisi apakah neraca pembayaran surplus atau
defisit.
         Secara Gradual kembali diartikan maksud-maksud tersembunyi dalam ekonomi sektoral
tersebut. Ekonomi sektoral yang terdiri dari empat kondisi berikut: Subsistance Level atau BEP,
Ekonomi Dua Sektor, Ekonomi Tiga Sektor dan Ekonomi Empat Sektor kesemuanya merupakan
ekonomi yang bersifat terbuka. Maksud yang paling utama sekali diasumsikan dari keempat
kondisi ekonomi tersebut adalah “melakukan pembilahan-pembilahan analisis ekonomi mulai
dari yang paling sederhana sekali sampai kepada kondisi yang paling sempurna atau terperinci
sekali, antara lain:

1.   Kondisi ekonomi yang bersifat Subsistance Level atau BEP adalah aktivitas ekonomi
     nasional yang bersifat terbuka, dimana terdapatnya kondisi ekonomi bahwa total konsumsi
     atau konsumsi nasional sama besar dengan pendapatan nasional. Kalau diartikan menurut
     definisi ekonom modern J.M Keynes yang sangat terkenal itu bahwa “Tabungan adalah
     pendapatan yang tidak dikonsumsi”, sehingga kondisi ekonomi Subsistance level atau BEP
     yang diartikan kedalam “expenditure side” dimana seluruh pendapatan digunakan untuk
     konsumsi semata. Dengan demikian berarti, bahwa Pada tingkat pendapatan Break-Even
     besarnya Saving sama dengan Nol ( S = 0 ). Sebagaimana yang telah dicontohkan semula,

                                                                                       5|Page
TEORI EKONOMI MAKRO

     bahwa sektor Rumah Tangga berpenghasilan Rp 50.000,- dari hasil penjualan faktor produksi
     (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) dan keseluruhannya atau sebesar Rp 50.000,- juga
     digunakan sebagai belanja konsumsi atau tidak terdapatnya suatu kebocoran, yaitu “berupa
     bagian dari Pendapatan Nasional yang tersisa sebagai tabungan dan perincian lanjutan
     sebagainya.

2.   Kondisi Ekonomi: Dua Sektor, Tiga Sektor dan Empat Sektor masing-masing adalah
     aktivitas ekonomi nasional yang bersifat terbuka, dimana kalau diartikan kedalam
     “expenditure side” dimana tidak seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi semata
     sebagaimana halnya kondisi ekonomi Subsistance. Pada hakekatnya untuk ketiga aktivitas
     ekonomi yang ada terdapatanya suatu kebocoran pada pada tingkat yang berbeda-beda dari
     sejumlah pendapatan nasional yang sama. Asumsi ekonomi dua sektor dilatar belakangi dari
     hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar
     Rp 70.000,- dan bagiannya sebesar Rp 5.000,- berperan sebagai Tabungan (saving) atau
     Investasi (Investment), yang berarti pengeluaran konsumsi adalah sebesar Rp 65.000,-.
     Sementara itu pada asumsi ekonomi tiga sektor, dimana dari hasil penjualan faktor produksi
     (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci
     masing-masing sebagai konsumsi serta Investasi dan pengeluaran pemerintah masing-masing
     sebesar Rp 59.750,- dan Rp 10.250,-. Terakhir asumsi yang melatarbelakangi ekonomi
     empat sektor dimana dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour,
     Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci masing-masing sebagai
     konsumsi serta Investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor masing-masing sebesar Rp
     56.250,- dan Rp 13.750,- .

Didalam analisa ekonomi sektoral atau yang dimaksudkan secara khusus untuk ekonomi empat
sektor sebagaimana yang terlihat pada Macroeconomic’s Model “Circular Flow of Income”
segala sesuatu yang menyangkut dengan aktivitas ekonomi nasional merupakan analisa yang
sangat komplek, antara lain: Segenap Pasar (Pasar barang, pasar uang, pasar modal dan pasar
luar negeri) dan segenap Kebijaksanaan Makroekonomi (Kebijasanaan Fiskal, Kebijaksanaan
Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan Luar Negeri) yang ada dalam ekonomi telah berkiprah
secara bersamaan.
      Kalau persoalan ekonomi empat sektor ini dikembalikan kepada definisi ekonom modern
J.M Keynes bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi”. Untuk analisa
ekonomi dua sektor tampak definisi ini sangat cocok sekali, sedangkan untuk ekonomi tiga
sektor telah tegaskan “bahwa tidak ada mekanisme pasar modal yang bergerak dengan
sendirinya yang perlu menyamakan tabungan dan investasi”. Hal ini menyatakan bahwa
adanya ruangan untuk kekuatan dari luar yang akan semakin mempengaruhi pasar itu sedemikian
rupa sehingga semakin tidak samanya tabungan dan penanaman modal (investasi) pada tingkat
output dan pendapatan. Kekuatan-kekuatan dari luar pada ekonomi empat sektor dalam hal ini
adalah Kebijaksanaan Fiskal, Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan luar
negeri. Dari kedua gagasan ini dapat diprediksikan bahwa dalam analisa ekonomi sektoral,
khususnya ekonomi empat sektor terdapatnya semacam kecenderungan pola pengeluaran
konsumsi yang semakin menurun diimbangi oleh masing-masing pola pengeluaran Investasi,
pengeluaran investasi plus pengeluaran pemerintah dan pengeluaran investasi plus pengeluaran

                                                                                      6|Page
TEORI EKONOMI MAKRO

pemerintah plus pengeluaran untuk ekspor yang cenderung semakin meningkat. Secara berurut
mulai dari ekonomi dua sektor, ekonomi tiga sektor dan ekonomi empat sektor, pola konsumsi
masing-masing: Rp 65.000,- menjadi Rp 59.750,- dan menjadi Rp 56.250,- yang diimbangi oleh
masing-masing: Rp 5.000,- menjadi Rp 10.250,- dan menjadi Rp 13.750,- sebagaimana yang
dapat dilihat baik pada tabel, kurva dan atau circular flow of income ekonomi empat sektor.




     A                                                      A=Y

                                                              A = 26.250 + 0,625 Y    C=
                                                              12.500 + 0,75 Y

                                                               C = C(Yd) – T(Y)
                                                                = 12.500 + 0,625Y
70.000
65.000                                                  1/[1- c (1 – c) – m ]. ∆Ā
56.250                                      ∆C

50.000
                                  ∆Y

26.250


12.500


     0
                             50.000     70.000                           Y


     S




                                                                                    7|Page
TEORI EKONOMI MAKRO



                                                   S + T + M = -12.500 + 0,375 Y

                                                               S = -12.500 + 0,25 Y

13.750                                                                 I+G
 6.250                                                                 I=I
 5.000                                 ∆Y    ∆S
     0
                              50.000     70.000                         Y
-12.500




3.3.4. Pendapatan Nasional Equilibrium

                  A   =   C + I + G + (X–M )
                  Y   =   C + S +T
                  A   =   Y
          I + G + X   =   S + T + M

          A = C +I+G + (X–M)
            = C(Yd) + I + G + ( X – M )
            = [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]}
            = A + c Yd – m Y
            = A + c ( Y – T )     – mY
            = A + c ( Y – t Y ) – m Y
            = A + c ( 1 – t ) Y – m Y
            = A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y
            = 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y
            = 26.250 + 0,625 Y

          C + I + G + (X – M ) = Yd – cYd + t Y + m Y

atau      I + G + X =     S + T + M
                    =     S (Yd) + t Y + (M + m Y )
                    =     [ Yd – C (Yd)] + t Y + (M + m Y )
                    =     Yd – [C + cYd ] + t Y + (M + m Y )

          C + I + G + ( X –M )    = Yd – cYd + t Y + m Y

          A = Yd – cYd + t Y + m Y

                                                                                   8|Page
TEORI EKONOMI MAKRO

       A =     ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y
          =     (1– c)(Y– T)+ tY + mY
          =     ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y
          =     (1– c)(1– t)Y + tY + mY
          =     1(1– t)Y – c (1–t )Y + tY + mY
          =     Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y
          =     Y – c Y + ct Y + m Y
          =      ( 1 – c + ct + m ) Y
          =     {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y
          =     {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y
          =     0,375 Y

        {1 – [c ( 1 – t ) – m ]} Y = A

                           1
        Y =     A
               {1 – [c ( 1 – t ) – m ]}


                             1
           =                            ( 26.250 )
               {1 – [0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]}

                  1
           =    ( 26.250 )
                0,325

           = 70.000


3.3.5. Multiplier (α)

     ∆Y        1                                       1                        1
α =  =                   =                         =  = 2,667
     ∆I  1– [c(1–t) – m]                 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]      0,375

7.3.3.6. Perubahan Pendapatan (∆Y)

       ∆Y =     α ∆I
          =     α ( I 2 – I1 )
          =     2,667 ( 13.750 – 6.250 )
          =     20.000



                                                                                           9|Page

More Related Content

Viewers also liked

Masalah mikro dan makro x iis3 stc1
Masalah mikro dan makro x iis3 stc1Masalah mikro dan makro x iis3 stc1
Masalah mikro dan makro x iis3 stc1
Antonius Suranto
 
Uang power point
Uang power pointUang power point
Uang power point
Asep Sahwani
 
Lutfi koto : model & teknik pengambilan keputusan
Lutfi koto : model & teknik pengambilan keputusanLutfi koto : model & teknik pengambilan keputusan
Lutfi koto : model & teknik pengambilan keputusan
Lutfi Koto
 
Teknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan KeputusanTeknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan Keputusan
Eko Mardianto
 
Ekonomi makro dalnis
Ekonomi makro dalnisEkonomi makro dalnis
Ekonomi makro dalnis
greeneyes85
 
Pasar dan Pemasaran
Pasar dan PemasaranPasar dan Pemasaran
Pasar dan Pemasaran
andre_kussuma
 
8. mengatasi masalah ekonomi mikro dan makro x iis1 stc1
8. mengatasi masalah ekonomi mikro dan makro x iis1 stc18. mengatasi masalah ekonomi mikro dan makro x iis1 stc1
8. mengatasi masalah ekonomi mikro dan makro x iis1 stc1
Antonius Suranto
 
Model pengambilan keputusan
Model pengambilan keputusanModel pengambilan keputusan
Model pengambilan keputusan
hasril ariel
 
Modul kuliah pengantar ekonomi
Modul  kuliah pengantar ekonomiModul  kuliah pengantar ekonomi
Modul kuliah pengantar ekonomi
Titis Setya Wulandari
 
Pemasaran Jasa (Chapter 3) Lovelock
Pemasaran Jasa (Chapter 3) LovelockPemasaran Jasa (Chapter 3) Lovelock
Pemasaran Jasa (Chapter 3) LovelockAnisa Osariana
 
Manajemen Pemasaran Jasa
Manajemen Pemasaran JasaManajemen Pemasaran Jasa
Manajemen Pemasaran Jasa
nurulfadilah55
 
Strategi Pemasaran Jasa - Garuda Indonesia Airlines
Strategi Pemasaran Jasa - Garuda Indonesia AirlinesStrategi Pemasaran Jasa - Garuda Indonesia Airlines
Strategi Pemasaran Jasa - Garuda Indonesia Airlines
Muhdi Kurnianto
 
Menganalisis Pasar Konsumen Dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen Dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen Dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen Dan Pasar Bisnis
INDAHMAWARNI1
 
Macro Economy Bab 5. Mengukur Aktivitas Ekonomi
Macro Economy Bab 5. Mengukur Aktivitas EkonomiMacro Economy Bab 5. Mengukur Aktivitas Ekonomi
Macro Economy Bab 5. Mengukur Aktivitas Ekonomi
college
 
Manajemen pemasaran-jasa
Manajemen pemasaran-jasaManajemen pemasaran-jasa
Manajemen pemasaran-jasaudayana
 
Ekonomi uang
Ekonomi   uangEkonomi   uang
Ekonomi uangGu-chan
 
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan FungsiPasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Deni
 

Viewers also liked (20)

Masalah mikro dan makro x iis3 stc1
Masalah mikro dan makro x iis3 stc1Masalah mikro dan makro x iis3 stc1
Masalah mikro dan makro x iis3 stc1
 
Uang power point
Uang power pointUang power point
Uang power point
 
Lutfi koto : model & teknik pengambilan keputusan
Lutfi koto : model & teknik pengambilan keputusanLutfi koto : model & teknik pengambilan keputusan
Lutfi koto : model & teknik pengambilan keputusan
 
Teknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan KeputusanTeknik Pengambilan Keputusan
Teknik Pengambilan Keputusan
 
Pengambilan Keputusan
Pengambilan KeputusanPengambilan Keputusan
Pengambilan Keputusan
 
Ekonomi makro dalnis
Ekonomi makro dalnisEkonomi makro dalnis
Ekonomi makro dalnis
 
Pasar dan Pemasaran
Pasar dan PemasaranPasar dan Pemasaran
Pasar dan Pemasaran
 
8. mengatasi masalah ekonomi mikro dan makro x iis1 stc1
8. mengatasi masalah ekonomi mikro dan makro x iis1 stc18. mengatasi masalah ekonomi mikro dan makro x iis1 stc1
8. mengatasi masalah ekonomi mikro dan makro x iis1 stc1
 
Model pengambilan keputusan
Model pengambilan keputusanModel pengambilan keputusan
Model pengambilan keputusan
 
Modul kuliah pengantar ekonomi
Modul  kuliah pengantar ekonomiModul  kuliah pengantar ekonomi
Modul kuliah pengantar ekonomi
 
Pemasaran Jasa (Chapter 3) Lovelock
Pemasaran Jasa (Chapter 3) LovelockPemasaran Jasa (Chapter 3) Lovelock
Pemasaran Jasa (Chapter 3) Lovelock
 
6 mankiw18
6 mankiw186 mankiw18
6 mankiw18
 
Manajemen Pemasaran Jasa
Manajemen Pemasaran JasaManajemen Pemasaran Jasa
Manajemen Pemasaran Jasa
 
Strategi Pemasaran Jasa - Garuda Indonesia Airlines
Strategi Pemasaran Jasa - Garuda Indonesia AirlinesStrategi Pemasaran Jasa - Garuda Indonesia Airlines
Strategi Pemasaran Jasa - Garuda Indonesia Airlines
 
Menganalisis Pasar Konsumen Dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen Dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen Dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen Dan Pasar Bisnis
 
Macro Economy Bab 5. Mengukur Aktivitas Ekonomi
Macro Economy Bab 5. Mengukur Aktivitas EkonomiMacro Economy Bab 5. Mengukur Aktivitas Ekonomi
Macro Economy Bab 5. Mengukur Aktivitas Ekonomi
 
Manajemen pemasaran-jasa
Manajemen pemasaran-jasaManajemen pemasaran-jasa
Manajemen pemasaran-jasa
 
Ekonomi uang
Ekonomi   uangEkonomi   uang
Ekonomi uang
 
Uang
UangUang
Uang
 
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan FungsiPasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
Pasar Valuta Asing (Valas) - Pengertian, Tujuan dan Fungsi
 

Similar to Teori ekonomi makro bab 6 Perekonomian Terbuka

Analisa Pendapatan Nasional dan Open Economy
Analisa Pendapatan Nasional dan Open EconomyAnalisa Pendapatan Nasional dan Open Economy
Analisa Pendapatan Nasional dan Open Economy
RatnaVidyawati
 
Ringkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro Ekonomi
Ringkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro EkonomiRingkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro Ekonomi
Ringkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro Ekonomi
Mikha_135
 
Aplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomiAplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomiNunu Nugraha
 
Multiplier dari kebijakan fiskal
Multiplier dari kebijakan fiskalMultiplier dari kebijakan fiskal
Multiplier dari kebijakan fiskal
Indah Agustina
 
koordinat CIS, transformasikan ke CTS.
koordinat CIS, transformasikan ke  CTS.koordinat CIS, transformasikan ke  CTS.
koordinat CIS, transformasikan ke CTS.
masykurgeospasia
 
Pert. 2.optimisasi ekonomi
Pert. 2.optimisasi ekonomiPert. 2.optimisasi ekonomi
Pert. 2.optimisasi ekonomi
Novia Putri
 
Perhitungan Pendapatan Nasional[1]
Perhitungan Pendapatan Nasional[1]Perhitungan Pendapatan Nasional[1]
Perhitungan Pendapatan Nasional[1]Vicky Farahani
 
Perhitungan pendapatan nasional
Perhitungan pendapatan nasionalPerhitungan pendapatan nasional
Perhitungan pendapatan nasional
Vicky Farahani
 
Keseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan NasionalKeseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan Nasional
Yesica Adicondro
 
perekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektorperekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektor
Sucifitria
 
Bab6 analisis pendapatan
Bab6 analisis pendapatanBab6 analisis pendapatan
Bab6 analisis pendapatan
Andrew Hutabarat
 

Similar to Teori ekonomi makro bab 6 Perekonomian Terbuka (11)

Analisa Pendapatan Nasional dan Open Economy
Analisa Pendapatan Nasional dan Open EconomyAnalisa Pendapatan Nasional dan Open Economy
Analisa Pendapatan Nasional dan Open Economy
 
Ringkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro Ekonomi
Ringkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro EkonomiRingkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro Ekonomi
Ringkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro Ekonomi
 
Aplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomiAplikasi integral dalam bidang ekonomi
Aplikasi integral dalam bidang ekonomi
 
Multiplier dari kebijakan fiskal
Multiplier dari kebijakan fiskalMultiplier dari kebijakan fiskal
Multiplier dari kebijakan fiskal
 
koordinat CIS, transformasikan ke CTS.
koordinat CIS, transformasikan ke  CTS.koordinat CIS, transformasikan ke  CTS.
koordinat CIS, transformasikan ke CTS.
 
Pert. 2.optimisasi ekonomi
Pert. 2.optimisasi ekonomiPert. 2.optimisasi ekonomi
Pert. 2.optimisasi ekonomi
 
Perhitungan Pendapatan Nasional[1]
Perhitungan Pendapatan Nasional[1]Perhitungan Pendapatan Nasional[1]
Perhitungan Pendapatan Nasional[1]
 
Perhitungan pendapatan nasional
Perhitungan pendapatan nasionalPerhitungan pendapatan nasional
Perhitungan pendapatan nasional
 
Keseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan NasionalKeseimbangan Pendapatan Nasional
Keseimbangan Pendapatan Nasional
 
perekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektorperekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektor
 
Bab6 analisis pendapatan
Bab6 analisis pendapatanBab6 analisis pendapatan
Bab6 analisis pendapatan
 

More from Vedo Yudistira

Imigrasi dan karantina
Imigrasi dan karantinaImigrasi dan karantina
Imigrasi dan karantina
Vedo Yudistira
 
Profil Perusahaan AirAsia
Profil Perusahaan AirAsiaProfil Perusahaan AirAsia
Profil Perusahaan AirAsiaVedo Yudistira
 
Profil Perusahaan AirAsia
Profil Perusahaan AirAsiaProfil Perusahaan AirAsia
Profil Perusahaan AirAsiaVedo Yudistira
 
Hongkong international airport
Hongkong international airportHongkong international airport
Hongkong international airport
Vedo Yudistira
 
Pemasaran iklan dan dimensi etisnya
Pemasaran iklan dan dimensi etisnyaPemasaran iklan dan dimensi etisnya
Pemasaran iklan dan dimensi etisnya
Vedo Yudistira
 
FOO
FOOFOO
Foo (flight operation officer)
Foo (flight operation officer)Foo (flight operation officer)
Foo (flight operation officer)
Vedo Yudistira
 
Ekonomi manajerial
Ekonomi manajerialEkonomi manajerial
Ekonomi manajerial
Vedo Yudistira
 
Presentasi Supply Chain Management
Presentasi Supply Chain ManagementPresentasi Supply Chain Management
Presentasi Supply Chain Management
Vedo Yudistira
 
KEPARIWISATAAN
KEPARIWISATAANKEPARIWISATAAN
KEPARIWISATAAN
Vedo Yudistira
 
Kewirausahaan Aspek Hukum
Kewirausahaan Aspek HukumKewirausahaan Aspek Hukum
Kewirausahaan Aspek Hukum
Vedo Yudistira
 
Mts1 mkt 110913
Mts1 mkt 110913Mts1 mkt 110913
Mts1 mkt 110913
Vedo Yudistira
 

More from Vedo Yudistira (12)

Imigrasi dan karantina
Imigrasi dan karantinaImigrasi dan karantina
Imigrasi dan karantina
 
Profil Perusahaan AirAsia
Profil Perusahaan AirAsiaProfil Perusahaan AirAsia
Profil Perusahaan AirAsia
 
Profil Perusahaan AirAsia
Profil Perusahaan AirAsiaProfil Perusahaan AirAsia
Profil Perusahaan AirAsia
 
Hongkong international airport
Hongkong international airportHongkong international airport
Hongkong international airport
 
Pemasaran iklan dan dimensi etisnya
Pemasaran iklan dan dimensi etisnyaPemasaran iklan dan dimensi etisnya
Pemasaran iklan dan dimensi etisnya
 
FOO
FOOFOO
FOO
 
Foo (flight operation officer)
Foo (flight operation officer)Foo (flight operation officer)
Foo (flight operation officer)
 
Ekonomi manajerial
Ekonomi manajerialEkonomi manajerial
Ekonomi manajerial
 
Presentasi Supply Chain Management
Presentasi Supply Chain ManagementPresentasi Supply Chain Management
Presentasi Supply Chain Management
 
KEPARIWISATAAN
KEPARIWISATAANKEPARIWISATAAN
KEPARIWISATAAN
 
Kewirausahaan Aspek Hukum
Kewirausahaan Aspek HukumKewirausahaan Aspek Hukum
Kewirausahaan Aspek Hukum
 
Mts1 mkt 110913
Mts1 mkt 110913Mts1 mkt 110913
Mts1 mkt 110913
 

Recently uploaded

1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
JokoPramono34
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
AskariB1
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptxRESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
ABDULRASIDSANGADJI1
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
GuneriHollyIrda
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Eldi Mardiansyah
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 

Recently uploaded (20)

1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
Komunitas Belajar dalam Sekolah.Mari Melakukan Identifikasi! Apakah kombel Ib...
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
7 - Kombinatorial dan Peluang Diskrit.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptxRESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
RESUME DAN REFLEKSI MODUL 1 GURU INFORMATIKA 2024.pptx
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 

Teori ekonomi makro bab 6 Perekonomian Terbuka

  • 1. TEORI EKONOMI MAKRO 3.3. EKONOMI EMPAT SEKTOR A = C + I + G + (X–M ) ( Aggregate Demand ) Y = C + S +T ( Aggregate Supply ) A = Y I + G + X = S + T + M 3.3.1. Marginal, Average Propensity to Consume, Save, Tax & Import Y = C + S + T + M Y = C + S + T + M ∆Y = ∆C + ∆S + ∆T + ∆M Yn = Cn + Sn + Tn + Mn ∆Y/∆Y = ∆C/∆Y + ∆S/∆Y + ∆T/∆Y + ∆M/∆Y Yn/Yn = Cn/Yn + Sn/Yn + Tn/Yn + Mn/Yn 1 = MPC + MPS + MPT + MPM 1 = APCn + APSn + APTn + APMn MPC + MPS + MPT + MPM = 1 Atau: 1 – MPC = MPS + MPT + MPM APCn + APSn + APTn + APMn = 1 Atau: 1 – APCn = APSn + APTn + APMn 3.3.2. Fungsi Konsumsi, Tabungan, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, Pajak, Ekspor, Impor dan Perubahan Pendapatan A = C + I + G + (X–M) Y = C + S +T A = Y I + G + X = S + T + M A = C +I+G + (X–M) = C(Yd) + I + G + (X–M) = [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]} dimana: C = C (Yd) = C + c Yd M = M (Y) = M + m Y ,M = 0 A = C + I + G + (X –M ) Yd = Y – T , T = t Y C = 12.500 I = 5.000 G = 5.250 X = 3.500 M = 0 c = MPC = 0,75 t = MPT = 0,1 m = MPM = 0,0 1|Page
  • 2. TEORI EKONOMI MAKRO A A=Y A = 26.250 + 0,625 Y C= 12.500 + 0,75 Y C = C(Yd)–T(Y)-M(Y) = 12.500 + 0,625Y 70.000 65.000 1/[1- c (1 - c) - m ]. ∆Ā 52.250 ∆C 50.000 ∆Y 26.250 12.500 0 50.000 70.000 Y S S +T+M = -12.500 + 0,375 Y S = -12.500 + 0,25 Y 13.750 I+G+X 6.250 I=I 5.000 ∆Y ∆S 2|Page
  • 3. TEORI EKONOMI MAKRO 0 50.000 70.000 Y -12.500 = [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]} = A + c Yd – m Y = A + c ( Y – T ) – mY = A + c ( Y – t Y ) – m Y = A + c ( 1 – t ) Y – m Y = A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y = 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y = 26.250 + 0,625 Y I + G + X = S + T + M = S (Yd) + t Y + m Y = [ Yd – C (Yd)] + t Y + m Y = Yd – [C + cYd ] + t Y + m Y = –C + ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y = –C + ( 1 – c ) ( Y – T ) + t Y + m Y = –C + ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y = –C + ( 1 – c ) ( 1 – t ) Y + t Y + m Y = –C + 1 ( 1 – t ) Y – c ( 1 – t ) Y + t Y + m Y = –C + Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y = –C + Y – c Y + ct Y + m Y = –C + ( 1 – c + ct + m ) Y = –C + {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y = – 12.500 + {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y = – 12.500 + 0,375 Y ∆C Cn – Cn-1 65.000 – 50.000 15.000 c = MPC =  =  =  =  = 0,75 ∆Y Yn – Yn-1 70.000 – 50.000 20.000 ∆S Sn – Sn-1 ∆C s = MPS =  =  = 1 - MPC = 1 –  = 1 – 0,75 = 0,25 ∆Y Yn – Yn-1 ∆Y c ( 1 – t ) = MPC ( 1 – MPT ) = 0,75 ( 1 – 0,1 ) = 0,675 1 – c ( 1 – t ) = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 )] = 1 – 0,675 = 0,325 c ( 1 – t ) – m = MPC ( 1 – MPT ) – MPM = 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 = 0,625 3|Page
  • 4. TEORI EKONOMI MAKRO 1 – [ c ( 1 – t ) – m ] = 1 – [ MPC ( 1 – MPT ) – MPM ] = 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] = 1 – 0,625 = 0,375 1 1 ∆Y = α ∆I =  ( I2 – I1 ) =  ( 13.750 – 6.250 ) = 20.000 1– [c(1– t)–m] 0,375 3.3.3. Macro Economic Model: Circular Flow of Income Pembayaran Pendapatan Rp 70.000 Jasa-jasa Faktor RT Perusahaan (Pendapatan) (Produksi) Rp 59.500 Rp 70.000 Barang2 dan Jasa2 Belanja Konsumsi Rp 56.250 Tabungan Investasi Yang Rp 3.250 Pasar Modal Direncanakan Rp 5.000 Kebj. Moneter Pajak Pengeluaran Rp 7.000 Pemerintah Pemerintah Rp 5.250 Kebj. Fiskal Impor Ekspor Rp 3.500 Luar Negeri Rp 3.500 4|Page
  • 5. TEORI EKONOMI MAKRO Kebj. Neraca Pembayaran Ekonomi Empat Sektor yang dikenal juga dengan ekonomi terbuka, adalah kajian ekonomi sektoral yang paling sempurna. Kata-kata ekonomi terbuka yang dibubuhkan pada ekonomi empat sektor, bukan berarti kondisi-kondisi lainnya seperti: BEP, Ekonomi Dua Sektor dan Ekonomi Tiga Sektor merupakan ekonomi tertutup. Kesemua kondisi ekonomi sektoral yang dikaji didalam aktivitas ekonomi adalah ekonomi yang bersifat terbuka. Secara sadar atau tidak disadari telah banyak bergeming dalam buku-buku paket ekonomi makro yang terbit sampai pada pasca ordebaru dengan istilah ekonomi tertutup sederhana yang dimaksudkan pada ekonomi dua sektor, hingga telah membawa kearah pengertian yang keliru bagi pembaca bahkan mahasiswa tingkat persiapan atau mereka yang kurang jeli. Mereka mengartikan ekonomi dua sektor tersebut sebagai ekonomi tertutup alias tidak adanya hubungan dagang dengan luar negeri, kiprah ekonomi nasional bergerak seolah-olah atas kekuatan ekonomi dalam negeri (domestik) semata. Sedangkan ekonomi tiga sektor juga diartikan sebagai ekonomi tertutup yang lebih luas dari sekedar sederhana, alasan luasnya dengan adanya sektor pemerintah dalam aktivitas ekonomi nasional. Terakhir diperkuat kekeliruan tersebut dengan munculnya ekonomi yang bersifat terbuka yang dimaksudkan pada ekonomi empat sektor. Untuk menetralisisr kearah yang seharusnya dapat dilihat apakah suatu negara tersebut merupakan ekonomi terbuka atau tertutup dapat dilihat apakah suatu negara tersebut mempunyai suatu pencatatan tertentu sepereti neraca pembayaran atau tidak. Contoh yang paling dekat sekali adalah diterapkan pada ekonomi Indonesia, yang barangkali semua kita sudah mengatahui secara pasti, bahwa kondisi ekonomi Indonesia adalah bersifat terbuka. Ciri-ciri ekonomi terbuka adalah adanya hubungan dagang dengan luar negeri, dan pada Neraca Pembayaran ( Balance of Payment ) karena adanya sisi arus perdagangan luar negeri maka disisi lainnya terdapat arus modal laur negeri, yang berarti terdapatnya suatu kondisi apakah neraca pembayaran surplus atau defisit. Secara Gradual kembali diartikan maksud-maksud tersembunyi dalam ekonomi sektoral tersebut. Ekonomi sektoral yang terdiri dari empat kondisi berikut: Subsistance Level atau BEP, Ekonomi Dua Sektor, Ekonomi Tiga Sektor dan Ekonomi Empat Sektor kesemuanya merupakan ekonomi yang bersifat terbuka. Maksud yang paling utama sekali diasumsikan dari keempat kondisi ekonomi tersebut adalah “melakukan pembilahan-pembilahan analisis ekonomi mulai dari yang paling sederhana sekali sampai kepada kondisi yang paling sempurna atau terperinci sekali, antara lain: 1. Kondisi ekonomi yang bersifat Subsistance Level atau BEP adalah aktivitas ekonomi nasional yang bersifat terbuka, dimana terdapatnya kondisi ekonomi bahwa total konsumsi atau konsumsi nasional sama besar dengan pendapatan nasional. Kalau diartikan menurut definisi ekonom modern J.M Keynes yang sangat terkenal itu bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi”, sehingga kondisi ekonomi Subsistance level atau BEP yang diartikan kedalam “expenditure side” dimana seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi semata. Dengan demikian berarti, bahwa Pada tingkat pendapatan Break-Even besarnya Saving sama dengan Nol ( S = 0 ). Sebagaimana yang telah dicontohkan semula, 5|Page
  • 6. TEORI EKONOMI MAKRO bahwa sektor Rumah Tangga berpenghasilan Rp 50.000,- dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) dan keseluruhannya atau sebesar Rp 50.000,- juga digunakan sebagai belanja konsumsi atau tidak terdapatnya suatu kebocoran, yaitu “berupa bagian dari Pendapatan Nasional yang tersisa sebagai tabungan dan perincian lanjutan sebagainya. 2. Kondisi Ekonomi: Dua Sektor, Tiga Sektor dan Empat Sektor masing-masing adalah aktivitas ekonomi nasional yang bersifat terbuka, dimana kalau diartikan kedalam “expenditure side” dimana tidak seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi semata sebagaimana halnya kondisi ekonomi Subsistance. Pada hakekatnya untuk ketiga aktivitas ekonomi yang ada terdapatanya suatu kebocoran pada pada tingkat yang berbeda-beda dari sejumlah pendapatan nasional yang sama. Asumsi ekonomi dua sektor dilatar belakangi dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- dan bagiannya sebesar Rp 5.000,- berperan sebagai Tabungan (saving) atau Investasi (Investment), yang berarti pengeluaran konsumsi adalah sebesar Rp 65.000,-. Sementara itu pada asumsi ekonomi tiga sektor, dimana dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci masing-masing sebagai konsumsi serta Investasi dan pengeluaran pemerintah masing-masing sebesar Rp 59.750,- dan Rp 10.250,-. Terakhir asumsi yang melatarbelakangi ekonomi empat sektor dimana dari hasil penjualan faktor produksi (Land, Capital, Labour, Entrepreneour) keseluruhan sebesar Rp 70.000,- tersebut diperinci masing-masing sebagai konsumsi serta Investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor masing-masing sebesar Rp 56.250,- dan Rp 13.750,- . Didalam analisa ekonomi sektoral atau yang dimaksudkan secara khusus untuk ekonomi empat sektor sebagaimana yang terlihat pada Macroeconomic’s Model “Circular Flow of Income” segala sesuatu yang menyangkut dengan aktivitas ekonomi nasional merupakan analisa yang sangat komplek, antara lain: Segenap Pasar (Pasar barang, pasar uang, pasar modal dan pasar luar negeri) dan segenap Kebijaksanaan Makroekonomi (Kebijasanaan Fiskal, Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan Luar Negeri) yang ada dalam ekonomi telah berkiprah secara bersamaan. Kalau persoalan ekonomi empat sektor ini dikembalikan kepada definisi ekonom modern J.M Keynes bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi”. Untuk analisa ekonomi dua sektor tampak definisi ini sangat cocok sekali, sedangkan untuk ekonomi tiga sektor telah tegaskan “bahwa tidak ada mekanisme pasar modal yang bergerak dengan sendirinya yang perlu menyamakan tabungan dan investasi”. Hal ini menyatakan bahwa adanya ruangan untuk kekuatan dari luar yang akan semakin mempengaruhi pasar itu sedemikian rupa sehingga semakin tidak samanya tabungan dan penanaman modal (investasi) pada tingkat output dan pendapatan. Kekuatan-kekuatan dari luar pada ekonomi empat sektor dalam hal ini adalah Kebijaksanaan Fiskal, Kebijaksanaan Moneter dan Kebijaksanaan Perdagangan luar negeri. Dari kedua gagasan ini dapat diprediksikan bahwa dalam analisa ekonomi sektoral, khususnya ekonomi empat sektor terdapatnya semacam kecenderungan pola pengeluaran konsumsi yang semakin menurun diimbangi oleh masing-masing pola pengeluaran Investasi, pengeluaran investasi plus pengeluaran pemerintah dan pengeluaran investasi plus pengeluaran 6|Page
  • 7. TEORI EKONOMI MAKRO pemerintah plus pengeluaran untuk ekspor yang cenderung semakin meningkat. Secara berurut mulai dari ekonomi dua sektor, ekonomi tiga sektor dan ekonomi empat sektor, pola konsumsi masing-masing: Rp 65.000,- menjadi Rp 59.750,- dan menjadi Rp 56.250,- yang diimbangi oleh masing-masing: Rp 5.000,- menjadi Rp 10.250,- dan menjadi Rp 13.750,- sebagaimana yang dapat dilihat baik pada tabel, kurva dan atau circular flow of income ekonomi empat sektor. A A=Y A = 26.250 + 0,625 Y C= 12.500 + 0,75 Y C = C(Yd) – T(Y) = 12.500 + 0,625Y 70.000 65.000 1/[1- c (1 – c) – m ]. ∆Ā 56.250 ∆C 50.000 ∆Y 26.250 12.500 0 50.000 70.000 Y S 7|Page
  • 8. TEORI EKONOMI MAKRO S + T + M = -12.500 + 0,375 Y S = -12.500 + 0,25 Y 13.750 I+G 6.250 I=I 5.000 ∆Y ∆S 0 50.000 70.000 Y -12.500 3.3.4. Pendapatan Nasional Equilibrium A = C + I + G + (X–M ) Y = C + S +T A = Y I + G + X = S + T + M A = C +I+G + (X–M) = C(Yd) + I + G + ( X – M ) = [C + c Yd ] + I + G + { X – [M + m Y ]} = A + c Yd – m Y = A + c ( Y – T ) – mY = A + c ( Y – t Y ) – m Y = A + c ( 1 – t ) Y – m Y = A + [ c ( 1 – t ) – m ] Y = 26.250 + [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] Y = 26.250 + 0,625 Y C + I + G + (X – M ) = Yd – cYd + t Y + m Y atau I + G + X = S + T + M = S (Yd) + t Y + (M + m Y ) = [ Yd – C (Yd)] + t Y + (M + m Y ) = Yd – [C + cYd ] + t Y + (M + m Y ) C + I + G + ( X –M ) = Yd – cYd + t Y + m Y A = Yd – cYd + t Y + m Y 8|Page
  • 9. TEORI EKONOMI MAKRO A = ( 1 – c ) Yd + t Y + m Y = (1– c)(Y– T)+ tY + mY = ( 1 – c ) ( Y – tY ) + t Y + m Y = (1– c)(1– t)Y + tY + mY = 1(1– t)Y – c (1–t )Y + tY + mY = Y – t Y – c Y + ct Y + t Y + m Y = Y – c Y + ct Y + m Y = ( 1 – c + ct + m ) Y = {1 – [ c ( 1 – t ) – m ]} Y = {1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} Y = 0,375 Y {1 – [c ( 1 – t ) – m ]} Y = A 1 Y =  A {1 – [c ( 1 – t ) – m ]} 1 =  ( 26.250 ) {1 – [0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ]} 1 =  ( 26.250 ) 0,325 = 70.000 3.3.5. Multiplier (α) ∆Y 1 1 1 α =  =  =  =  = 2,667 ∆I 1– [c(1–t) – m] 1 – [ 0,75 ( 1 – 0,1 ) – 0,05 ] 0,375 7.3.3.6. Perubahan Pendapatan (∆Y) ∆Y = α ∆I = α ( I 2 – I1 ) = 2,667 ( 13.750 – 6.250 ) = 20.000 9|Page