3. Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia, yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan
metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan
kemudian menyelipkan benang emas.
Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari
kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya
kebiasaan menenun dengan benang emas.
Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak. Songket
adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan
atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan
di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala.
Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang
lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu
Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis
remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.
1. ISTILAH
4. Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih
ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan
bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Motif
ini seringkali juga dinamai dengan nama kue khas Melayu seperti serikaya, wajik, dan
tepung talam, yang diduga merupakan penganan kegemaran raja.
Songkok Khas Palembang
Tanjak/Ikat Kepala
Pakaian Kenduri/Pesta
5. Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan
permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang
teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab.
Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah
dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India.
Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang
India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket.
Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola
rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas
atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.
Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut
tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni
kawasan Kamboja dan Siam yang kemudian berkembang ke selatan
di Pattani,dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu sekitar
tahun 1500-an. Industri kecil rumahan tenun songket kini masih
bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu. Akan tetapi
menurut penenun Terengganu, justru para pedagang Indialah yang
memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang
dan Jambi, yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya (abad
ke-7 sampai ke-11).
2. SEJARAH
6. Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan
kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi
pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan
songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah
yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian
ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera
terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas
ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delima
yang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa
penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an
masehi.Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera.
Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi
kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain". Songket eksklusif memerlukan di antara satu
dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu
sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat
kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan
baju kurung.
7. Songket memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas
budaya wilayah penghasil kerajinan ini
Songket Khas Pandai
Sikek, Minangkabau
(Sumatera Barat)
Motif Saik Kalamai
Motif Buah Palo
Motif Barantai Putiah
Motif Barantai Merah
Motif Tampuak Manggih
Motif Salapah
Motif Kunang-kunang
Motif Api-api
Motif Cukie Baserak
Motif Sirangkak
Motif Silala Rabah
Motif Simasam
Songket Khas
Palembang
(Sumatera Selatan)
Motif Bungo Pacik
Motif Tawur
Motif Lepus
Motif Tretes Mender
Motif Nampan Perak
Motif Limar
3. MOTIF
Beberapa pemerintah
daerah telah mempatenkan
motif songket tradisional
mereka
Dari 71 motif songket yang
dimiliki Sumatera Selatan,
baru 22 motif yang terdaftar
di Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual
Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
Dari 22 motif songket yang
dimiliki Palembang yang telah
terdaftar di antaranya motif
Bungo Intan, Lepus Pulis,
Nampan Perak, dan Limar
Beranti. Sementara 49 motif
lainnya belum terdaftar.
8. Songket Khas Pandai Sikek,
Minangkabau (Sumatera)
Saik kalamai Buah palo Barantai putiah Tampuak manggih
Salapah Kunang-kunang Cukie baserak Sirangkak
9. Songket Khas Palembang
Songket Lepus Songket Tawur Songket Tretes Mender
Songket Bungo PacikSongket Limar Songket Nampan Perak
10. Peralatan & Bahan Membuat Songket Khas Pandai Sikek,
Minangkabau (Sumatera Barat) & Palembang (Sumatera Selatan)
PERALATAN (Kayu/Bambu)
1. Peralatan Pokok : Panta
Panta adalah seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter ini terdiri atas
Gulungan (suatu alat yang digunakan untuk menggulung benang dasar tenunan)
Sisia (suatu alat yang digunakan untuk merentang dan memperoleh benang tenunan)
Pancukia (suatu alat yang digunakan untuk membuat motif songket)
Turak (suatu alat yang digunakan untuk memasukkan benang lain ke benang dasar)
Panta tersebut ditempatkan pada suatu tempat yang disebut pamedangan (tempat
khusus untuk menenun songket), di depannya diberi dua buah tiang yang berfungsi
sebagai penyangga kayu paso. Gunanya adalah untuk menggulung kain yang sudah
ditenun.
2. Peralatan Tambahan
Peralatan tambahan adalah alat bantu yang digunakan sebelum dan sesudah proses
pembuatan songket. Alat tersebut adalah penggulung benang yang disebut ani dan alat
penggulung kain hasil tenunan yang berbentuk kayu bulat dengan panjang sekitar 1
meter dan berdiameter 5 cm.
4. PERALATAN, BAHAN,
TEKNIK TENUN
SONGKET
11. BAHAN
Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut benang lusi atau lungsin. Benang
tersebut satuan ukurannya disebut palu. Sedangkan, hiasannya (songketnya) menggunakan benang
makao atau benang pakan. Benang tersebut satuan ukurannya disebut pak. Benang lusi dan makao
itu pada dasarnya berbeda, baik warna, ukuran maupun bahan seratnya. Perbedaan inilah yang
menyebabkan ragam hias kain songket terlihat menonjol dan dapat segera terlihat karena berbeda
dengan tenun latarnya.
Bahan bakunya berupa benang putih diimpor dari India, Cina atau Thailand. Sebagai catatan, dimasa
lalu jika pengrajin menginginkan suatu warna tertentu, maka benang yang akan diwarnai itu
dicelupkan ke dalam air mendidih yang telah diberi warna tertentu, kemudian dijemur. Dimasa kini
hanya sebagian yang melakukannya. Namun, saat ini penenun sudah menggunakan berbagai warna,
yaitu warna yang biasa digunakan untuk tekstil.
Dahulu, kain songket tradisional dicelup dengan warna - warna yang didapat dari alam, dan teknik ini
diteruskan ke anak cucu secara turun temurun. Biasanya warna merah, didapat dari pengolahan kayu
sepang dengan jalan mengambil inti kayunya dan direbus, dan mengkudu, yang didapat dari akarnya.
Warna biru didapat dari indigo, warna kuning didapat dari dari kunyit. Untuk mendapatkan warna
sekunder seperti hijau, oranye dan ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah, biru
dan kuning. Untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelupan
ditambahkan tawas
.
12. 1.MENCELUP
BENANG
2.MELERAI
BENANG
3.MENGANENG
BENANG
4.MENGGULUNG
5.MENYAPUK
BENANG
6.MENGARAK
BENANG
7.MENYONGKET
BENANG
8.MENENUN
Benang perlu dibersihkan sebelum dicelup ke dalam pewarna. Setelah
pewarnaan dibuat benang perlu di keringkan, sebelum kerja selanjutnya
dilaksanakan
Pelenting yang diperbuat daripada buluh kecil digunakan untuk melilit
benang. Proses ini dilakukan dengan bantuan alat darwin dan alat pemutar
rahat
Proses membuat benang loseng yang diregang di alat penenun bagi
menentukan saiz panjang atau jumlah helai kain yang akan ditenun.
Benang-benang yang diregang di alat menganeng
(ianian) digulung dengan sekeping papan loseng
Setelah benang loseng dimasukkan ke dalam gigi atau sikat
jentera, kerja-kerja menyapuk dilakukan. Dua urat benang
loseng dikaitkan melalui setiap celah gigi jentera.
Karak dibuat daripada benang asing yang digelung. Benang
loseng berangka genap dan ganjil akan diangkat turun naik
secara berselang seli sewaktu menenun.
Proses mereka corak di atas benang loseng dengan
menggunakan alat yang di panggil lidi dengan
menyongketkan benang loseng sebanyak tiga atau lima
lembar dan kemudian diikat dan dikenali sebagai proses
ikat butang.
Alat torak yang diisi dengan benang pakan
atau benang emas, dimasukkan ke kiri dan
kanan di celah-celah benang loseng mengikut
corak yang telah ditentukan hinggalah
menjadi sekeping kain. Kain yang telah siap
ini dipotong mengikut saiz.
1
2
3
4
5
6
7
8
13. TEKNIK TENUN
Pembuatan tenun songket Minangkabau pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap yaitu:
1. Tahap pertama adalah menenun kain dasar dengan kontruksi tenunan rata atau polos.
Pada tahap pertama benang-benang yang akan dijadikan kain dasar dihubungkan ke paso.
Posisi benang yang membujur ini oleh masyarakat Minang disebut “benang tagak”.
Setelah itu, benang-benang tersebut direnggangkan dengan alat yang disebut palapah. Pada
waktu memasukkan benang-benang yang arahnya melintang, benang tagak direnggangkan
lagi dengan palapah. Pemasukkan benang-benang yang arahnya melintang ini menjadi relatif
mudah karena masih dibantu dengan alat yang disebut pancukia. Setelah itu, pengrajin
menggerakkan karok dengan menginjak salah satu tijak-panta untuk memisahkan benang
sedemikian rupa, sehingga ketika benang pakan yang digulung pada kasali yang terdapat
dalam skoci atau turak dapat dimasukkan dengan mudah, baik dari arah kiri ke kanan
(melewati seluruh bidang karok) maupun dari kanan ke kiri (secara bergantian). Benang yang
posisinya melintang itu ketika dirapatkan dengan karok yang bersuri akan membentuk kain
dasar
2. Tahap kedua adalah menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari
benang pakan. Tahap kedua ini adalah pembuatan ragam hias dengan benang makao
(benang mas atau benang yang berwarna lain). Ragam hias tenun diciptakan dengan teknik
menenun yang dikenal dengan teknik pakan tambahan atau suplementaryweft.
14. Caranya agak rumit karena untuk memasukkannya ke dalam kain dasar harus melalui
perhitungan yang teliti. Dalam hal ini bagian-bagian yang menggunakan benang lusi
ditentukan dengan alat yang disebut pancukie yang terbuat dari bambu. Konon,
pekerjaan ini memakan waktu yang cukup lama karena benang makao itu harus
dihitung satu persatu dari pinggir kanan kain hingga pinggir kiri menurut hitungan
tertentu sesuai dengan contoh motif yang akan dibuat. Setelah jalur benang makao itu
dibuat dengan pancukie, maka ruang untuk meletakkan turak itu diperbesar dengan
alat yang disebut palapah. Selanjutnya, benang tersebut dirapatkan satu demi satu,
sehingga membentuk ragam hias yang diinginkan.
Sebenarnya lama dan tidaknya pembuatan suatu tenun songket, selain bergantung
pada jenis tenunan yang dibuat dan ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motif
songketnya. Semakin halus dan rumit motif songketnya, akan semakin lama
pengerjaannya.
Sebagai catatan, kain songket tidak boleh dilipat, tetapi harus digulung dengan kayu
bulat yang berdiameter 5 cm. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga agar bentuk
motifnya tetap bagus dan benang mas-nya tidak putus, sehingga songketnya tetap
dalam keadaan baik dan rapi.
15. Karena dengan kedua benang
ini dapat memperindah hasil
tenun dan menimbulkan efek
kemilau cemerlang di kain
songket.
Mengapa songket
dibuat dari emas dan
perak?
16. NILAI BUDAYA
Tenun songket pandai sikek jika dicermati, di dalamnya
mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan
sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain:
kesakralan, keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan
kesabaran.
• Nilai kesakralan tercermin dari pada pakaiananya yang
pada umumnya hanya digunakan pada peristiwa-peristiwa
atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan upacara,
seperti perkawinan dan penobatan penghulu.
• Nilai keindahan tercermin dari dari motif atau ragam
hiasnya yang dibuat sedemikian rupa, sehingga
memancarkan keindahan.
• Nilai ketekunan, ketelitian dan kesabaran tercermin dari
proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan,
ketelitian, dan kesabaran karena tanpa itu tidak mungkin
untuk menghasilkan sebuah tenun songket yang bagus.
5. NILAI
BUDAYA
17. Di Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat
ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan
Sumbawa.
Di pulau Sumatera pusat kerajinan songket yang termahsyur dan
unggul adalah di daerah Pandai Sikek dan Silungkang,
Minangkabau, Sumatera Barat,serta di Palembang, Sumatera
Selatan.
Di Bali, desa pengrajin tenun songket dapat ditemukan di
kabupaten Klungkung, khususnya di desa Sidemen dan Gelgel.
Sementara di Lombok, desa Sukarara di kecamatan Jonggat,
kabupaten Lombok Tengah, juga terkenal akan kerajinan
songketnya.
Di luar Indonesia, kawasan pengrajin songket didapati di Malaysia;
antara lain di pesisir timur Semenanjung Malayakhususnya
industri rumahan di pinggiran Kota Bahru, Kelantan dan
Terengganu; serta di Brunei.
4. PUSAT KERAJINAN
SONGKET
18. Berdasarkan uraian diatas, tenunan songket ditinjau dari etika
bisnis islam dapat disimpulkan halal untuk di buat usaha atau bisnis
karena produksi tenunan songket ini mulai dari peralatan, bahan dan
proses yang dilalui menggunakan bahan-bahan yang alami seperti, kapas
untuk menjadi sebuah benang, lalu di beri warna dengan warna alami
atau pewarna khusus bidangnya (tekstil), kemudian di tenun dengan
menggunakan alat yang sangat sederhana yaitu menggunakan
kayu/bambu yang disebut panta.
Setelah jadi, tenunan songket tersebut bisa langsung dijual
dalam bentuk kain ataupun sudah menjadi produk jadi berupa baju,
selendang dll.