SlideShare a Scribd company logo
TEKNOLOGI PANGAN

              Judul:

Cara Membuat Kecap Non Fermentasi




          Disusun Oleh :

       1. Arif Maulana
       2.Atika Wulansari
       3.Erwin Jitu Agusta
       4.Irma Septianti
       5.Nilna Ilfiana
       6.Nur Khasanah
       7.Primaniartha Aw.
       8.Reviana Iin Fatmala
       9.Rudi Tri Mahardika
       10. Silvia Fadila




    SMA NEGERI 2 PEMALANG

    TAHUN AJARAN 2011/2012
I
                                    KECAP KEONG SAWAH

1. PENDAHULUAN

Keong sawah yang cukup enak dimakan ternyata mengandung protein yang
tinggi (2~6 %). Keong sawah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat
kecap. Produk ini belum diusahakan secara ekonomis. Pemanfaatan keong
sawah menjadi bahan pangan akan menambah penganekaragaman jenis
bahan pangan bergizi.
Proses pembuatan kecap keong sawah lebih cepat dari pembuatan kecap
kedelai. Hal ini disebabkan adanya proses enzimatis (bromelin) yang hanya
memerlukan waktu 7~10 hari.

2. BAHAN

1) Keong sawah 650 gram
2) Gula merah 8 ons
3) Keluwak (penambah warna hitam) 40 gram
4) Garam 225 gram
5) Bawang putih 120 gram
6) Lengkuas (laos) 140 gram
7) Salam dan serai 130 gram
8) Ketumbar 50 gram
9) Kunyit 80 gram
10) Vetsin 50 gram
11) Pekak (adas bintang) untuk bau dan rasa 5 gram
12) Gelatin 5-10 gram
13) Parutan bonggol atau daging buah nenas 100 gram

3. ALAT

1) Alat penggorengan (wajan atau sodet)
2) Pisau
3) Panci dan alat pengaduk
4) Alat penghancur bumbu (cobek dan ulekan)
5) Parutan
6) Penyaring dan kain saring
7) Botol dan tutup yang sudah disterilka

4. CARA PEMBUATAN

1) Cuci keong sawah, kemudian rebus. Buang kulitnya, timbang dagingnya
sebanyak 300 gram;
2) Parut bonggol atau daging buah nenas sebanyak 100 gram, kemudian
campurkan ke dalam daging keong sawah tadi;
3) Bubuhi campuran tersebut dengan garam halus 60 gram dan gelatin;
4) Setelah itu disimpan selama 3 hari sambil dipanaskan pada suhu kira-kira
500 C (di atas api kecil dengan tanda air mulai keluar asap);
5) Tambah air sebanyak 1,2 liter, kemudian masak pada suhu 700~800 C
(ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil);
6) Setelah itu, saring dan ampasnya dipisahkan dari filtrat yang berupa cairan
kental;
7) Sangrai pekak dan ketumbar untuk menimbulkan aroma;
8) Kupas bawang putih dan hancurkan, kemudian goreng bersama-sama
keluwak yang telah dihancurkan;
9) Keluwak dikupas dan dipilih yang berwarna hitam mengkilat, tanpa bau
yang menyimpang.
10) Hancurkan lengkuas dan kunyit kemudian campur ke dalam masakan
kecap;
11) Hancurkan gula merah kemudian tambahkan ke dalam kecap;
12) Masak kecap selama 15 menit pada suhu 700~800 C (ditandai dengan
gelembung-gelembung kecil);
13) Setelah itu saring dengan kain saring. Pisahkan ampasnya. Tampung filtrat
yang berupa cairan kental;
14) Masukkan filtrat ke dalam botol kemudian tutup;
15) Lakukan proses pasteurisasi untuk botol-botol yang sudah diisi kecap.
Catatan:
Limbah proses pengolahan kecap dari keong sawah yang berupa cangkang
atau kulit keong dan ampas, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan
ternak.

5. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN KECAP KEONG SAWAH




6. DAFTAR PUSTAKA
Indrawati, Tanty et al. Pembuatan kecap keong sawah dengan menggunakan
enzim bromelin. Jakarta : Balai Pustaka, 1983.
II
                                     Pembuatan Kecap Ikan

1.PENDAHULUAN

Cara pembuatan kecap ikan tidak selalu sama. Masing-masing mempunyai cara tersendiri tergantung
selera, kebiasaan serta ketrampilan si pembuat. Oleh karena itu kualitas produk yang dihasilkan juga
berbeda-beda. Selain secara fermentasi dengan penambahan garam, kecap ikan dapat dibuat dengan cara
hidrolisis enzimatis. Penambahan enzim pada pembuatan kecap ikan berfungsi untuk mempercepat
hidrolisis protein.

2.BAHAN
1)Ikan
2) Enzim papain

Bumbu-bumbu :
Gula merah, Wijen, Laos, Pekak, Sereh, Ketumbar, Bawang putih, Kemiri, Daun salam

3.ALAT

1)Kompor
2)pisau
3)panci
4)blender
5)termometer
6)kain saring

4.CARA PEMBUATAN

1. Daging ikan yang sudah dihancurkan sebanyak 50 g dimasukkan ke dalam wadah berisi 250 ml air
2. Enzim dicampurkan dengan konsentrasi 0,6%
3. Diinkubasi pada suhu 50˚C selama 32 jam
4. Didiamkan selama 30 menit kemudian disaring dengan kain saring sehingga didapatkan hasil
hidrolisa daging ikan yang siap dimasak
5. Mencampur hasil hidrolisa daging ikan dengan bumbu yang sudah disangrai terlebih dahulu, dan
memasaknya selama 15 menit. Bumbu yan gditambahkan adalah gula merah, laos, sereh, bawang putih,
daun salam, ketumbar, pekak, wijen, adas, dan kemiri.
6. Setelah selesai pemasakan, kecap yang dihasilkan disaring.
III
                           Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi

1.PENDAHULUAN

Kedelai mengandung protein tertinggi di antara kacangkacangan lainnya, yaitu sekitar 40%. Di pasaran
terdapat 2
jenis kedelai, yaitu kedelai kuning dan hitam. Kedelai
kuning merupakan dapat dipakai sebagai bahan dasar
makanan turunan kedelai, baik dengan fermentasi maupun
tidak. Kedelai hitam biasanya terbatas hanya digunakan
sebagai bahan baku pembuatan kecap.
Kecap merupkan jenis makanan cair hasil fermentasi
kedelai. Meskipun bahan baku pembuatan kecap adalah
kedelia hitam, tetapi tidak menutup kemungkinan kecap
dibuat dari kedelai kuning. Kecap dapat dibuat melalui 3
cara, yaitu fermentasi, hidrolisis asam, dan kombinasi
fermentasi dan hidrolisis asam. Kecap yang dibuat secara
fermentasi biasanya mempunyai cita rasa dan aroma yang
lebih disukai konsumen. Pada prinsipnya pembuatan kecap
secara fermentasi berkaitan dengan penguraian protein,
lemak, dan karbohidrat menjadi asam amino, asam lemak,
dan monosakarida (Koswara, 1997).
Proses fermentasi kecap terdiri dari 2 tahap, yaitu
fermentasi padat (fermentasi koji/tempe) dan fermentasi
cair (fermentasi moromi). Kapang yang digunakan dalam
fermentasi padat, adalah Aspergillus sp. dan Rhizopus sp.
(Rahayu dkk., 1993). Fermentasi padat memerlukan waktu
selama 3-5 hari. Hasil fermentasi padat disebut koji/tempe,
jika menggunakan Aspergillus sp. dan disebut tempe, jika
menggunakan Rhizopus sp.. Selanjutnya, koji/tempe
dikeringkan, kemudian direndam dalam air garam 20-30%.
Proses perendaman koji/tempe dalam air garam disebut
fermentasi moromi. Mikroba yang berperan dalam
fermentasi moromi, adalah mikroba tahan garam seperti
Hansenula sp., Zygosaccharomeces sp., dan Lactobacillus
sp. (Rahayu, 1985). Fermentasi moromi memerlukan waktu
selama 14-28 hari. Cairan hasil fermentasi moromi disebut
moromi. Selanjutnya moromi ditambah dengan rempahrempah
dan dikentalkan sehingga diperoleh kecap. Ampas
dari fermentasi moromi dapat digunakan sebagai pakan
ternak.
Kandungan protein merupakan parameter kualitas
kecap manis (Direktorat Gizi Depkes RI, 1996). Menurut
standar Industri Indonesia (SII) kecap manis berkualitas
baik (I) harus mengandung protein minimal 6%. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa kecap tanpa bumbu
tanpa fermentasi moromi mengandung protein lebih tinggi
dibandingkan kecap tanpa bumbu dengan fermentasi
moromi (Septiani, 2004).
Mikroba yang diintroduksi secara langsung adalah pada
saat fermentasi padat, sedangkan fermentasi moromi
merupakan fermentasi yang terjadi secara spontan (tanpa
introduksi). Karakteristik nilai nutrisi sangat ditentukan oleh
jenis kapang pada saat fermentasi padat (Septiani, 2004).
Oleh karena itu, pemilihan kapang untuk fermentasi padat
sangat menentukan komposisi nutrisi kecap.
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut
mengetahui kandungan protein kecap manis hasil
fermentasi R. oligosporus dan R. oryzae tanpa fermentasi
moromi dan membandingkannya dengan kecap manis hasil
fermentasi R. oligosporus dan R. oryzae dengan fermentasi
moromi.

2.BAHAN DAN METODE

Bahan dan Kemikalia
Bahan meliputi kedelai (kuning), beras, kultur murni
kapang R. oryzae dan R. oligosporus diperoleh dari Food &
Nutrition Culture Collection, PAU Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, aluminium foil, dan kecap bermerk (Lombok
Gandaria dan Bango).
Kemikalia terdiri dari Potato Dextrose Agar (PDA),
reagen analisis protein total, yaitu CuSO4, K2SO4, H2SO4,
NaOH, dan HCl, serta reagen Lowry-Folin untuk analisisprotein terlarut.

3.CARA PEMBUATAN KECAP

Dua sampel bubuk tempe kering (500 g) yang masingmasing
diinokulasi R. oryzae dan R. oligosporus, direndam
dalam 1 L air garam 20% dan dibiarkan selama 2 minggu
(dengan fermentasi moromi). Sedangkan, dua sampel
lainnya direndam dalam 1 L air hangat bersuhu 50°C
selama 24 jam (tanpa fermentasi moromi). Semua sampel
kemudian disaring dan diambil filtratnya saja. Filtrat kecap
ditambah bumbu-bumbu, yaitu 20 g jahe, 20 g lengkuas, 10
g kayu manis, 10 g bawang putih, 10 g kunyit, 10 g kemiri,
dan 10 g ketumbar (Warintek 2003). Kecap tanpa
fermentasi moromi ditambah 150 g gula kelapa, sedangkan
kecap dengan fermentasi moromi ditambah 250 g gula
kelapa. Filtrat kecap berbumbu direbus sampai volume
filtrat menjadi 500 mL (kental), kemudian dimasukkan
dalam botol dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121
°C selama 15 menit. Kecap steril disimpan di suhu kamar

Analisis Protein

Analisis protein kecap manis terdiri dari 2 metode, yaitu
metode Kjeldahl untuk protein (N) total (Sudarmaji dkk.,
1984) dan metode Lowry-Folin untuk protein terlarut
pendek (Alexander dan Griffiths, 1992). Secara rinci
metode Kjeldahl adalah sebagai berikut. Sampel kecap
manis (5 g) dimasukkan dalam labu Kjeldahl dan ditambah
3 g campuran CuSO4 dan K2SO4 (1:9; b/b) dan 20 mL
H2SO4 pekat. Labu Kjedahl dipanaskan sampai warna
larutan menjadi putih, kemudian didinginkan. Larutan
sampel ditambah 3 tetes indikator fenolftalen dan
didestilasi. Destilat ditambah 50 mL larutan asam borat 2%
dan 5 tetes indikator Tashiro dan ditambah NaOH sampai
larutan sampel menjadi alkalis. Sampel dititrasi dengan HCl
0,1 N sampai larutan sampel menjadi merah muda.
Metode Lowry-Folin adalah sebagai berikut. Sampel
kecap manis (5 g) ditambah 5 mL akuades, kemudian
disentrifugasi pada kecepatan 5.000 rpm selama 5 menit.
Bagian cair (supernatan) diambil dan ditambah akuades sampai mencapai volume 100 mL. Sampel
diambil 1 mL
dan ditambah 1 mL reagen Lowry D (campuran reagen
Lowry A, B, dan C; 20:1:1 v/v), kemudian dikocok dengan
vortex dan dibiarkan pada suhu kamar selama 15 menit.
Larutan sampel ditambah 3 mL reagen Lowry E, kemudian
dikocok dan dibiarkan pada suhu kamar selama 45 menit.
Larutan sampel diambil 1 mL dan diukur nilai penyerapan
cahaya (OD) pada panjang gelombang 590 nm dengan UVVIS
spektrofotometer. Nilai OD590 dikonversi ke kadar
protein terlarut berdasarkan kurva standar protein BSA.
Tingkat Kesukaan Konsumen
Skor aroma dan cita rasa 4 kecap manis, yaitu 2 kecap
manis hasil penelitian dan 2 kecap manis bermerk (Lombok
Gandaria dan Bango) masing-masing diukur oleh 30
responden. Skor cita rasa dan aroma adalah 1: sangat tidak
suka, 2: tidak suka, 3: cukup suka, 4: suka, dan 5: sangat
suka.
Analisis Data
Data kandungan protein total dan protein terlarut
keempat kecap manis hasil penelitian dianalisis statistik
dengan anava satu arah. Jika diperoleh perbedaan
signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Tukey untuk
mengetahui perbedaan antar-perlakuan. Data kandungan
protein terlarut keempat kecap manis dibandingkan dengan
kandungan standar protein kecap manis berkualitas baik
(sesuai SII) yaitu 6% dengan uji rerata satu sampel. Data
tingkat kesukaan konsumen dianalisis dengan uji statistik
non-parametrik, yaitu uji Kruskal Wallis. Semua analisis
statistik menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%.

KESIMPULAN

Kecap manis tanpa fermentasi moromi mampu
menghasilkan kandungan protein terlarut dan protein total
lebih tinggi daripada kecap manis dengan fermentasi
moromi. Kecap manis hasil fermentasi R. oligosporus
mengandung kadar protein terlarut dan protein total lebih
tinggi daripada kecap manis hasil fermentasi R. oryzae.
Kandungan protein terlarut kecap manis hasil
fermentasi R. oligosporus tanpa fermentasi moromi adalah
8,2%, sehingga memenuhi kualitas kecap manis baik (I)
menurut SII. Sedangkan kandungan protein terlarut kecap
manis hasil fermentasi R. oryzae tanpa fermentasi moromi
adalah 4,1%, sehingga memenuhi kualitas kecap manis
menegah (II) menurut SII.
Cita rasa kecap manis tanpa fermentasi moromi dapat
diterima konsumen dan tingkat kesukaan cita rasa kecap
manis tanpa fermentasi moromi sama seperti kecap

More Related Content

What's hot

Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)fathriska
 
Pengusaha Kecap dan kaitannya dengan Biologi
Pengusaha Kecap dan kaitannya dengan BiologiPengusaha Kecap dan kaitannya dengan Biologi
Pengusaha Kecap dan kaitannya dengan BiologiMrs OH
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Teknologi fermentasi kecap
Teknologi fermentasi kecapTeknologi fermentasi kecap
Teknologi fermentasi kecapNuruliswati
 
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakKuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakradenhilmiaja
 
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASLaporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015Muhammad Eko
 
Laporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum KamabokoLaporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum KamabokoErnalia Rosita
 
Teknologi Fermentasi pada Oncom
Teknologi Fermentasi pada OncomTeknologi Fermentasi pada Oncom
Teknologi Fermentasi pada OncomNuruliswati
 
Metabolisme Mikroba Pada Tauco
Metabolisme Mikroba  Pada TaucoMetabolisme Mikroba  Pada Tauco
Metabolisme Mikroba Pada TaucoNuruliswati
 
Tugas bhs indo
Tugas bhs indoTugas bhs indo
Tugas bhs indoviraangel
 
Fermentasi Kecap - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Kecap - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Kecap - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Kecap - Proses Respirasi AnaerobAgung Dwi Julianto
 
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarPembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarFirlita Nurul Kharisma
 
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)Nuruliswati
 
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASLaporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASRahma Sagistiva Sari
 
Laporan Praktikum Mie Basah
Laporan Praktikum Mie BasahLaporan Praktikum Mie Basah
Laporan Praktikum Mie BasahErnalia Rosita
 
Laporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoLaporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoErnalia Rosita
 

What's hot (20)

Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
Teknologi Fermentasi Terasi (Dani Meriyani, Sari Bella, Lisrawati)
 
86 295-1-pb
86 295-1-pb86 295-1-pb
86 295-1-pb
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
Pengusaha Kecap dan kaitannya dengan Biologi
Pengusaha Kecap dan kaitannya dengan BiologiPengusaha Kecap dan kaitannya dengan Biologi
Pengusaha Kecap dan kaitannya dengan Biologi
 
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 2 Tempe - UNPAS
 
Teknologi fermentasi kecap
Teknologi fermentasi kecapTeknologi fermentasi kecap
Teknologi fermentasi kecap
 
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternakKuliah dasar teknologi hasil ternak
Kuliah dasar teknologi hasil ternak
 
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPASLaporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Dendeng - UNPAS
 
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
Diktat Teknoloni pengolahan hasil ternak (TPHT) 2015
 
Laporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum KamabokoLaporan Praktikum Kamaboko
Laporan Praktikum Kamaboko
 
Teknologi Fermentasi pada Oncom
Teknologi Fermentasi pada OncomTeknologi Fermentasi pada Oncom
Teknologi Fermentasi pada Oncom
 
Metabolisme Mikroba Pada Tauco
Metabolisme Mikroba  Pada TaucoMetabolisme Mikroba  Pada Tauco
Metabolisme Mikroba Pada Tauco
 
Tugas bhs indo
Tugas bhs indoTugas bhs indo
Tugas bhs indo
 
Fermentasi Kecap - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Kecap - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Kecap - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Kecap - Proses Respirasi Anaerob
 
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasarPembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
Pembuatan biodigester biogas skala semipilot untuk pengolahan limbah pasar
 
Sejarah cimory
Sejarah cimorySejarah cimory
Sejarah cimory
 
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
Ppt biokimia pangan lanjutan (terasi)
 
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPASLaporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Sosis - UNPAS
 
Laporan Praktikum Mie Basah
Laporan Praktikum Mie BasahLaporan Praktikum Mie Basah
Laporan Praktikum Mie Basah
 
Laporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum BaksoLaporan Praktikum Bakso
Laporan Praktikum Bakso
 

Similar to Teknologi pangan

Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempebrawijaya university
 
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.Phaphy Wahyudhi
 
Program Aplikasi Hasil Penelitian
Program Aplikasi Hasil PenelitianProgram Aplikasi Hasil Penelitian
Program Aplikasi Hasil PenelitianArdi Novra
 
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organikPembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organikFirlita Nurul Kharisma
 
Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)
Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)
Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)fathriska
 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeNuruliswati
 
Bioteknologi konvensional
Bioteknologi konvensionalBioteknologi konvensional
Bioteknologi konvensionalAlfi Yuliyanti
 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempeAncela Rebeka
 
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarLaporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarsusy amelia
 
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarLaporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarSusy Amelia
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASRahma Sagistiva Sari
 

Similar to Teknologi pangan (20)

Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
Kecap kel 4.pptx
Kecap kel 4.pptxKecap kel 4.pptx
Kecap kel 4.pptx
 
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
BAB I - IV (PEMBUATAN TAUCO) WINDI DKK.
 
Program Aplikasi Hasil Penelitian
Program Aplikasi Hasil PenelitianProgram Aplikasi Hasil Penelitian
Program Aplikasi Hasil Penelitian
 
07 juknis-buah
07 juknis-buah07 juknis-buah
07 juknis-buah
 
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organikPembuatan nata de soya dari limbah organik
Pembuatan nata de soya dari limbah organik
 
Bioteknologi Dengan Fungi
Bioteknologi Dengan FungiBioteknologi Dengan Fungi
Bioteknologi Dengan Fungi
 
Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)
Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)
Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)
 
Teknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempeTeknologi Fermentasi padaTempe
Teknologi Fermentasi padaTempe
 
Bioteknologi konvensional
Bioteknologi konvensionalBioteknologi konvensional
Bioteknologi konvensional
 
ppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptx
ppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptxppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptx
ppt pembuatan tempe kedelai 5B.pptx
 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempe
 
Modul praktikum
Modul praktikumModul praktikum
Modul praktikum
 
Makalah makanan
Makalah makananMakalah makanan
Makalah makanan
 
Makalah makanan
Makalah makananMakalah makanan
Makalah makanan
 
Kedelai hitam
Kedelai hitamKedelai hitam
Kedelai hitam
 
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarLaporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
 
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarLaporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
 
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPASLaporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
Laporan Praktikum TPP Materi 4 Telur Asin - UNPAS
 
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptxLaporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
Laporan Tugas Bioteknologi Farmasi Tape Ubi Jalar_Kelompok 12_Kelas 5J.pptx
 

Teknologi pangan

  • 1. TEKNOLOGI PANGAN Judul: Cara Membuat Kecap Non Fermentasi Disusun Oleh : 1. Arif Maulana 2.Atika Wulansari 3.Erwin Jitu Agusta 4.Irma Septianti 5.Nilna Ilfiana 6.Nur Khasanah 7.Primaniartha Aw. 8.Reviana Iin Fatmala 9.Rudi Tri Mahardika 10. Silvia Fadila SMA NEGERI 2 PEMALANG TAHUN AJARAN 2011/2012
  • 2. I KECAP KEONG SAWAH 1. PENDAHULUAN Keong sawah yang cukup enak dimakan ternyata mengandung protein yang tinggi (2~6 %). Keong sawah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kecap. Produk ini belum diusahakan secara ekonomis. Pemanfaatan keong sawah menjadi bahan pangan akan menambah penganekaragaman jenis bahan pangan bergizi. Proses pembuatan kecap keong sawah lebih cepat dari pembuatan kecap kedelai. Hal ini disebabkan adanya proses enzimatis (bromelin) yang hanya memerlukan waktu 7~10 hari. 2. BAHAN 1) Keong sawah 650 gram 2) Gula merah 8 ons 3) Keluwak (penambah warna hitam) 40 gram 4) Garam 225 gram 5) Bawang putih 120 gram 6) Lengkuas (laos) 140 gram 7) Salam dan serai 130 gram 8) Ketumbar 50 gram 9) Kunyit 80 gram 10) Vetsin 50 gram 11) Pekak (adas bintang) untuk bau dan rasa 5 gram 12) Gelatin 5-10 gram 13) Parutan bonggol atau daging buah nenas 100 gram 3. ALAT 1) Alat penggorengan (wajan atau sodet) 2) Pisau 3) Panci dan alat pengaduk 4) Alat penghancur bumbu (cobek dan ulekan) 5) Parutan 6) Penyaring dan kain saring 7) Botol dan tutup yang sudah disterilka 4. CARA PEMBUATAN 1) Cuci keong sawah, kemudian rebus. Buang kulitnya, timbang dagingnya sebanyak 300 gram; 2) Parut bonggol atau daging buah nenas sebanyak 100 gram, kemudian campurkan ke dalam daging keong sawah tadi; 3) Bubuhi campuran tersebut dengan garam halus 60 gram dan gelatin;
  • 3. 4) Setelah itu disimpan selama 3 hari sambil dipanaskan pada suhu kira-kira 500 C (di atas api kecil dengan tanda air mulai keluar asap); 5) Tambah air sebanyak 1,2 liter, kemudian masak pada suhu 700~800 C (ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil); 6) Setelah itu, saring dan ampasnya dipisahkan dari filtrat yang berupa cairan kental; 7) Sangrai pekak dan ketumbar untuk menimbulkan aroma; 8) Kupas bawang putih dan hancurkan, kemudian goreng bersama-sama keluwak yang telah dihancurkan; 9) Keluwak dikupas dan dipilih yang berwarna hitam mengkilat, tanpa bau yang menyimpang. 10) Hancurkan lengkuas dan kunyit kemudian campur ke dalam masakan kecap; 11) Hancurkan gula merah kemudian tambahkan ke dalam kecap; 12) Masak kecap selama 15 menit pada suhu 700~800 C (ditandai dengan gelembung-gelembung kecil); 13) Setelah itu saring dengan kain saring. Pisahkan ampasnya. Tampung filtrat yang berupa cairan kental; 14) Masukkan filtrat ke dalam botol kemudian tutup; 15) Lakukan proses pasteurisasi untuk botol-botol yang sudah diisi kecap. Catatan: Limbah proses pengolahan kecap dari keong sawah yang berupa cangkang atau kulit keong dan ampas, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan ternak. 5. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN KECAP KEONG SAWAH 6. DAFTAR PUSTAKA Indrawati, Tanty et al. Pembuatan kecap keong sawah dengan menggunakan enzim bromelin. Jakarta : Balai Pustaka, 1983.
  • 4. II Pembuatan Kecap Ikan 1.PENDAHULUAN Cara pembuatan kecap ikan tidak selalu sama. Masing-masing mempunyai cara tersendiri tergantung selera, kebiasaan serta ketrampilan si pembuat. Oleh karena itu kualitas produk yang dihasilkan juga berbeda-beda. Selain secara fermentasi dengan penambahan garam, kecap ikan dapat dibuat dengan cara hidrolisis enzimatis. Penambahan enzim pada pembuatan kecap ikan berfungsi untuk mempercepat hidrolisis protein. 2.BAHAN 1)Ikan 2) Enzim papain Bumbu-bumbu : Gula merah, Wijen, Laos, Pekak, Sereh, Ketumbar, Bawang putih, Kemiri, Daun salam 3.ALAT 1)Kompor 2)pisau 3)panci 4)blender 5)termometer 6)kain saring 4.CARA PEMBUATAN 1. Daging ikan yang sudah dihancurkan sebanyak 50 g dimasukkan ke dalam wadah berisi 250 ml air 2. Enzim dicampurkan dengan konsentrasi 0,6% 3. Diinkubasi pada suhu 50˚C selama 32 jam 4. Didiamkan selama 30 menit kemudian disaring dengan kain saring sehingga didapatkan hasil hidrolisa daging ikan yang siap dimasak 5. Mencampur hasil hidrolisa daging ikan dengan bumbu yang sudah disangrai terlebih dahulu, dan memasaknya selama 15 menit. Bumbu yan gditambahkan adalah gula merah, laos, sereh, bawang putih, daun salam, ketumbar, pekak, wijen, adas, dan kemiri. 6. Setelah selesai pemasakan, kecap yang dihasilkan disaring.
  • 5. III Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi 1.PENDAHULUAN Kedelai mengandung protein tertinggi di antara kacangkacangan lainnya, yaitu sekitar 40%. Di pasaran terdapat 2 jenis kedelai, yaitu kedelai kuning dan hitam. Kedelai kuning merupakan dapat dipakai sebagai bahan dasar makanan turunan kedelai, baik dengan fermentasi maupun tidak. Kedelai hitam biasanya terbatas hanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan kecap. Kecap merupkan jenis makanan cair hasil fermentasi kedelai. Meskipun bahan baku pembuatan kecap adalah kedelia hitam, tetapi tidak menutup kemungkinan kecap dibuat dari kedelai kuning. Kecap dapat dibuat melalui 3 cara, yaitu fermentasi, hidrolisis asam, dan kombinasi fermentasi dan hidrolisis asam. Kecap yang dibuat secara fermentasi biasanya mempunyai cita rasa dan aroma yang lebih disukai konsumen. Pada prinsipnya pembuatan kecap secara fermentasi berkaitan dengan penguraian protein, lemak, dan karbohidrat menjadi asam amino, asam lemak, dan monosakarida (Koswara, 1997). Proses fermentasi kecap terdiri dari 2 tahap, yaitu fermentasi padat (fermentasi koji/tempe) dan fermentasi cair (fermentasi moromi). Kapang yang digunakan dalam fermentasi padat, adalah Aspergillus sp. dan Rhizopus sp. (Rahayu dkk., 1993). Fermentasi padat memerlukan waktu selama 3-5 hari. Hasil fermentasi padat disebut koji/tempe, jika menggunakan Aspergillus sp. dan disebut tempe, jika menggunakan Rhizopus sp.. Selanjutnya, koji/tempe dikeringkan, kemudian direndam dalam air garam 20-30%. Proses perendaman koji/tempe dalam air garam disebut fermentasi moromi. Mikroba yang berperan dalam fermentasi moromi, adalah mikroba tahan garam seperti Hansenula sp., Zygosaccharomeces sp., dan Lactobacillus sp. (Rahayu, 1985). Fermentasi moromi memerlukan waktu selama 14-28 hari. Cairan hasil fermentasi moromi disebut moromi. Selanjutnya moromi ditambah dengan rempahrempah dan dikentalkan sehingga diperoleh kecap. Ampas dari fermentasi moromi dapat digunakan sebagai pakan ternak. Kandungan protein merupakan parameter kualitas kecap manis (Direktorat Gizi Depkes RI, 1996). Menurut standar Industri Indonesia (SII) kecap manis berkualitas baik (I) harus mengandung protein minimal 6%. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kecap tanpa bumbu tanpa fermentasi moromi mengandung protein lebih tinggi
  • 6. dibandingkan kecap tanpa bumbu dengan fermentasi moromi (Septiani, 2004). Mikroba yang diintroduksi secara langsung adalah pada saat fermentasi padat, sedangkan fermentasi moromi merupakan fermentasi yang terjadi secara spontan (tanpa introduksi). Karakteristik nilai nutrisi sangat ditentukan oleh jenis kapang pada saat fermentasi padat (Septiani, 2004). Oleh karena itu, pemilihan kapang untuk fermentasi padat sangat menentukan komposisi nutrisi kecap. Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut mengetahui kandungan protein kecap manis hasil fermentasi R. oligosporus dan R. oryzae tanpa fermentasi moromi dan membandingkannya dengan kecap manis hasil fermentasi R. oligosporus dan R. oryzae dengan fermentasi moromi. 2.BAHAN DAN METODE Bahan dan Kemikalia Bahan meliputi kedelai (kuning), beras, kultur murni kapang R. oryzae dan R. oligosporus diperoleh dari Food & Nutrition Culture Collection, PAU Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, aluminium foil, dan kecap bermerk (Lombok Gandaria dan Bango). Kemikalia terdiri dari Potato Dextrose Agar (PDA), reagen analisis protein total, yaitu CuSO4, K2SO4, H2SO4, NaOH, dan HCl, serta reagen Lowry-Folin untuk analisisprotein terlarut. 3.CARA PEMBUATAN KECAP Dua sampel bubuk tempe kering (500 g) yang masingmasing diinokulasi R. oryzae dan R. oligosporus, direndam dalam 1 L air garam 20% dan dibiarkan selama 2 minggu (dengan fermentasi moromi). Sedangkan, dua sampel lainnya direndam dalam 1 L air hangat bersuhu 50°C selama 24 jam (tanpa fermentasi moromi). Semua sampel kemudian disaring dan diambil filtratnya saja. Filtrat kecap ditambah bumbu-bumbu, yaitu 20 g jahe, 20 g lengkuas, 10 g kayu manis, 10 g bawang putih, 10 g kunyit, 10 g kemiri, dan 10 g ketumbar (Warintek 2003). Kecap tanpa fermentasi moromi ditambah 150 g gula kelapa, sedangkan kecap dengan fermentasi moromi ditambah 250 g gula kelapa. Filtrat kecap berbumbu direbus sampai volume filtrat menjadi 500 mL (kental), kemudian dimasukkan dalam botol dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 °C selama 15 menit. Kecap steril disimpan di suhu kamar Analisis Protein Analisis protein kecap manis terdiri dari 2 metode, yaitu metode Kjeldahl untuk protein (N) total (Sudarmaji dkk.,
  • 7. 1984) dan metode Lowry-Folin untuk protein terlarut pendek (Alexander dan Griffiths, 1992). Secara rinci metode Kjeldahl adalah sebagai berikut. Sampel kecap manis (5 g) dimasukkan dalam labu Kjeldahl dan ditambah 3 g campuran CuSO4 dan K2SO4 (1:9; b/b) dan 20 mL H2SO4 pekat. Labu Kjedahl dipanaskan sampai warna larutan menjadi putih, kemudian didinginkan. Larutan sampel ditambah 3 tetes indikator fenolftalen dan didestilasi. Destilat ditambah 50 mL larutan asam borat 2% dan 5 tetes indikator Tashiro dan ditambah NaOH sampai larutan sampel menjadi alkalis. Sampel dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan sampel menjadi merah muda. Metode Lowry-Folin adalah sebagai berikut. Sampel kecap manis (5 g) ditambah 5 mL akuades, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 5.000 rpm selama 5 menit. Bagian cair (supernatan) diambil dan ditambah akuades sampai mencapai volume 100 mL. Sampel diambil 1 mL dan ditambah 1 mL reagen Lowry D (campuran reagen Lowry A, B, dan C; 20:1:1 v/v), kemudian dikocok dengan vortex dan dibiarkan pada suhu kamar selama 15 menit. Larutan sampel ditambah 3 mL reagen Lowry E, kemudian dikocok dan dibiarkan pada suhu kamar selama 45 menit. Larutan sampel diambil 1 mL dan diukur nilai penyerapan cahaya (OD) pada panjang gelombang 590 nm dengan UVVIS spektrofotometer. Nilai OD590 dikonversi ke kadar protein terlarut berdasarkan kurva standar protein BSA. Tingkat Kesukaan Konsumen Skor aroma dan cita rasa 4 kecap manis, yaitu 2 kecap manis hasil penelitian dan 2 kecap manis bermerk (Lombok Gandaria dan Bango) masing-masing diukur oleh 30 responden. Skor cita rasa dan aroma adalah 1: sangat tidak suka, 2: tidak suka, 3: cukup suka, 4: suka, dan 5: sangat suka. Analisis Data Data kandungan protein total dan protein terlarut keempat kecap manis hasil penelitian dianalisis statistik dengan anava satu arah. Jika diperoleh perbedaan signifikan, maka dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui perbedaan antar-perlakuan. Data kandungan protein terlarut keempat kecap manis dibandingkan dengan kandungan standar protein kecap manis berkualitas baik (sesuai SII) yaitu 6% dengan uji rerata satu sampel. Data tingkat kesukaan konsumen dianalisis dengan uji statistik non-parametrik, yaitu uji Kruskal Wallis. Semua analisis statistik menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%. KESIMPULAN Kecap manis tanpa fermentasi moromi mampu menghasilkan kandungan protein terlarut dan protein total lebih tinggi daripada kecap manis dengan fermentasi
  • 8. moromi. Kecap manis hasil fermentasi R. oligosporus mengandung kadar protein terlarut dan protein total lebih tinggi daripada kecap manis hasil fermentasi R. oryzae. Kandungan protein terlarut kecap manis hasil fermentasi R. oligosporus tanpa fermentasi moromi adalah 8,2%, sehingga memenuhi kualitas kecap manis baik (I) menurut SII. Sedangkan kandungan protein terlarut kecap manis hasil fermentasi R. oryzae tanpa fermentasi moromi adalah 4,1%, sehingga memenuhi kualitas kecap manis menegah (II) menurut SII. Cita rasa kecap manis tanpa fermentasi moromi dapat diterima konsumen dan tingkat kesukaan cita rasa kecap manis tanpa fermentasi moromi sama seperti kecap