Dokumen tersebut membahas tentang tobat dan raja'. Tobat adalah menyesali perbuatan yang tidak sesuai dengan agama dan bertobat dengan meninggalkan dosa serta berbuat baik. Raja' adalah harapan kepada Allah untuk mendapat ampunan dan kebahagiaan. Muslim yang bersifat raja' harus bersikap optimis, dinamis, berpikir kritis, dan mengenal diri.
1. Taubat dan raja’
Kelompok 4
Nama anggota :
1. Dony Afrizal
2. Khairun Najmi
3. Muhammad Alif Rifa’i
4. Naura Nazhifa
5. Prasetyo Nur Muhammad
6. Shelma Amalia
2. TOBAT
Tobat, (Arab, taubat), berarti merasa bersalah atau menyesal atas
perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Pengertian menurut istilah yang dikemukakan ulama, pengertian tobat
adalah :
1. Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang
jauh dari Allah kepada jalan yang lebih dekat kepada Allah.
2. Membersihkan hati dari segala dosa.
3. Meninggalkan keinginan untuk melakukan kejahatan, seperti yang
pernah dilakukan karena mengagungkan nama Allah dan menjauhkan
diri dari kemurkaan-NYA.
3. Nasuha tobat atau dikenal juga dengan nama tobat
nasuha dalam bahasa Indonesia berarti tobat yang semurni-murninya,
dan merupakan salah satu bentuk tobat yang
dianjurkan untuk penganut agama Islam.
Dalil dari bentuk tobat ini adalah Surat At-Tahrim (66) ayat ke-8
dan didefinisikan sebagai tobat dari dosa yang diperbuat saat
ini, menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya di masa lalu
dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi di masa
mendatang. Tobat nasuha diperuntukkan untuk dua macam
dosa, yaitu menyangkut hak Allah dan menyangkut hak
manusia.
4. Syarat tobat
Dosa terhadap Allah :
1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat
(nadam)
2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu.
3. Bertekat dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan
mengulangi lagi perbuatan maksiat itu.
4. Mengikutinya dengan perbuatan baik. Karena perbuatan
baik akan menghapus keburukan.
Dosa terhadap sesama manusia :
1. Meminta maaf terhadap orang yang telah dizalimi (dianiaya)
atau dirugikan.
2. Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang
dialaminya, yang diakibatkan perbuatan zalim atau meminta
kerelaan.
5. Perlu pula diketahui dan disadari oleh
setiap orang yang telah berbuat dosa, bahwa
seseorang yang membaca istighfar (mohon
ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus
menerus berbuat dosa, ia akan dianggap telah
mengolok-olok Tuhannya.
Demikian juga seseorang yang berbuat
dosa, dan baru bertaubat ketika “sakratul
maut” (nyawanya sudah berada
ditenggorokan) maka taubatnya tidak akan
diterima Allah.
6. RAJA’
Pengertian raja’ secara bahasa, berasal dari bahasa arab, yaitu
“rojaun” yang berarti harapan atau berharap. Raja’ yang dikehendaki oleh
islam adalah mempunyai harapan kepada Allah untuk mendapatkan
ampunan-Nya, memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan
di akhirat serta yang terpenting adalah mengharap rahmat serta keridaan
Allah.
Raja’ merupakan perbuatan terpuji. Raja’ dapat meningkatkan
keimanan dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Untuk itu, seseorang
yang berharap memperoleh rahmat dan rida Allah serta kebahagiaan di
dunia dan di akhirat, tentunya akan berusaha melakukan perbuatan yang
dapat mewujudkan harapannya tersebut. Namun jika seseorang hanya
berharap saja tanpa mau berusaha, hal ini disebut berangan-angan pada
sesuatu yang mustahil atau yang disebut dengan tamammi, yang
dampaknya nanti menyebabkan seseorang berputus asa, putus harapan
terhadap rahmat dan rida Allah.
7. Muslimin/muslimat yang bersifat raja’ tentu dalam
hidupnya akan bersikap optimis, dinamis, berpikir kritis,
dan mengenal diri dalam mengharap keridaan Allah SWT.
Berikut adalah penjelasan ringkasan tentang hal tersebut.
A. Optimis
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan
bahwa yang dimaksud optimis adalah orang yang selalu
berpengharapan (berpandagan) baik dalam menghadap
segala hal atau persoalan, misalnya :
- seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi
penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia berharap akan
lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.
- Seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta,
kalau ia berfikir optimis, tentu dia akan berusaha
mengajukan lamaran dan berharap agar lamaran
diterima serta dapat bekerja di perusahaan tersebut.
8. B. Dinamis
Kata dinamis berasal dari bahasa Belanda
“dynamisch” yang berarti giat bekerja, tidak
mau tinggal diam, selalu bergerak, dan terus
tumbuh. Dia akan terus berusaha secara
sungguh-sungguh untuk meningkatkan
kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan
lebih maju, misalnya:
- Seorang petani akan berusaha agar hasil
pertaniannya meningkat
- Seorang pedagang akan terus berusaha agar
usaha dagangnya berkembang.
9. C. Berpikir Kritis
Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berfikir kritis
artinya tajam dalam menganalisa, bersifat tidak lekas cepat percaya,
dan sikap selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan, atau
kekurangan. Orang yang ahli memberi kritik atau memberi
pertimbangan apakah sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru,
sudah lengkap atau belum disebut kritikus.
Kritik ada dua macam yaitu yang termasuk akhlak terpuji dan yang
tercela. Pertama , kritik yang termasuk akhlak terpuji yaitu kritik yang
sehat, yang didasari dengan niat ikhlas karena Allah SWT, tidak
menggunakan kata-kata pedas yang menyakitkan hati, dan dengan
maksud untuk memberikan pertolongan kepada orang yang dikritik
agar menyadari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya, disertai
dengan memberikan petunjuk tentang jalan keluar dari kesalahan,
kekeliruan dan kekurangannya tersebut.
10. D. Mengenal Diri dengan Mengharap Keridaan
Allah
Dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa berfikir
kritis artinya tajam dalam menganalisa, bersifat tidak lekas
cepat percaya, dan sikap selalu berusaha menemukan
kesalahan, kekeliruan, atau kekurangan. Orang yang ahli
memberi kritik atau memberi pertimbangan apakah
sesuatu itu benar atau salah, tepat atau keliru, sudah
lengkap atau belum disebut kritikus.
Kritik ada dua macam yaitu yang termasuk akhlak terpuji
dan yang tercela. Pertama , kritik yang termasuk akhlak
terpuji yaitu kritik yang sehat, yang didasari dengan niat
ikhlas karena Allah SWT, tidak menggunakan kata-kata
pedas yang menyakitkan hati, dan dengan maksud untuk
memberikan pertolongan kepada orang yang dikritik agar
menyadari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya,
disertai dengan memberikan petunjuk tentang jalan keluar
dari kesalahan, kekeliruan dan kekurangannya tersebut.