SlideShare a Scribd company logo
Tata Cara Pengenaan Sanksi PDRD
      Untuk Kabupaten/Kota
             Sesuai
        UU 28 Tahun 2009




                 Oleh :
          Drs. Haryanto Kadi, MSc
  DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
         KEMENTERIAN KEUANGAN
              Jakarta, 2010
                                       1
Dasar Hukum (1)

Pasal 157 ayat (1) UU No. 28-2009:
• Rancangan Peraturan Daerah provinsi tentang Pajak dan Retribusi yang
   telah disetujui bersama oleh gubernur dan DPRD provinsi sebelum
   ditetapkan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri
   Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal
   persetujuan dimaksud.

Pasal 157 ayat (2) UU No. 28-2009:
• Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota tentang Pajak dan Retribusi
   yang telah disetujui bersama oleh bupati/walikota dan DPRD
   kabupaten/kota sebelum ditetapkan disampaikan kepada gubernur dan
   Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal
   persetujuan dimaksud.
Dasar Hukum (2)
Pasal 158 ayat (1) UU No. 28-2009:
• Peraturan Daerah yang telah ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota disampaikan
   kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari kerja
   setelah ditetapkan.
Pasal 158 ayat (4) UU No. 28-2009:
• Berdasarkan rekomendasi pembatalan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan,
   Menteri Dalam Negeri mengajukan permohonan pembatalan Peraturan Daerah
   dimaksud kepada Presiden.
Pasal 158 ayat (5) UU No. 28-2009:
• Keputusan pembatalan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
   ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak
   diterimanya Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 158 ayat (6) UU No. 28-2009:
• Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah keputusan pembatalan
   sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala Daerah harus
   memberhentikan pelaksanaan Peraturan Daerah dan selanjutnya DPRD
   bersama Kepala Daerah mencabut Peraturan Daerah dimaksud.
Dasar Hukum (3)
Pasal 158 ayat (7) UU No. 28-2009:
2) Jika provinsi/kabupaten/kota tidak dapat menerima keputusan
    pembatalan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
    dengan alasan-alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan
    perundang-undangan, Kepala Daerah dapat mengajukan keberatan
    kepada Mahkamah Agung.
Pasal 158 ayat (8) UU No. 28-2009:
4) Jika keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dikabulkan
    sebagian atau seluruhnya, putusan Mahkamah Agung tersebut
    menyatakan Peraturan Presiden menjadi batal dan tidak mempunyai
    kekuatan hukum.
Pasal 158 ayat (8) UU No. 28-2009:
6) Jika Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden untuk
    membatalkan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 5),
    Peraturan Daerah dimaksud dinyatakan berlaku.
Dasar Hukum (4)
Pasal 159 ayat (1) UU No. 28-2009:
 Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
  dalam Pasal 157 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 158
  ayat (1) dan ayat (6) oleh Daerah dikenakan sanksi
  berupa penundaan atau pemotongan Dana Alokasi
  Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau restitusi.
Pasal 159 ayat (2) UU No. 28-2009:
 Tata cara pelaksanaan penundaan atau pemotongan
  Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau
  restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
  ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan
Peraturan Menteri Keuangan
    No. 11/PMK.07/2010

TATA CARA PENGENAAN SANKSI
   TERHADAP PELANGGARAN
          KETENTUAN
 DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN
       RETRIBUSI DAERAH
                               6
PENYAMPAIAN, EVALUASI DAN
   KOORDINASI RAPERDA (1)
1. Raperda kabupaten/kota yang telah disetujui bersama
   antara bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota,
   sebelum ditetapkan menjadi Perda kabupaten/kota,
   terlebih dahulu disampaikan kepada gubernur dan
   Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja
   terhitung sejak tanggal persetujuan bersama antara
   bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota.


3. Penyampaian Raperda dilakukan dengan melampirkan
   dokumen persetujuan bersama antara bupati/walikota
   dan DPRD kabupaten/kota.
PENYAMPAIAN, EVALUASI DAN
KOORDINASI RAPERDA (2)
1. Raperda kabupaten/kota sebelum ditetapkan menjadi Perda
   kabupaten/kota, terlebih dahulu harus dievaluasi oleh Gubernur.
•
3. Gubernur dalam melakukan evaluasi berkoordinasi dengan Menteri
   Keuangan.


5. Hasil evaluasi dan koordinasi Raperda disampaikan oleh gubernur kepada
   daerah yang bersangkutan paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak
   diterimanya Raperda dimaksud.


7. Evaluasi dan koordinasi Raperda dilakukan untuk menjamin agar Raperda
   tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
   ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
PENETAPAN RAPERDA DAN
        PENYAMPAIAN PERDA
1. Dalam hal hasil evaluasi dan koordinasi kabupaten/kota berupa
   persetujuan, bupati/walikota menetapkan Raperda kabupaten/kota menjadi
   Perda kabupaten/kota.
2. Dalam hal hasil evaluasi dan koordinasi berupa penolakan, bupati/walikota
   bersama DPRD kabupaten/kota memperbaiki Raperda kabupaten/kota.
3. Raperda kabupaten/kota yang telah diperbaiki disampaikan kembali oleh
   bupati/walikota kepada gubernur dan Menteri Keuangan sebagai laporan.
4. Raperda kabupaten/kota yang telah diperbaiki berdasarkan hasil evaluasi
   dan koordinasi, bupati/ walikota menetapkan Raperda kabupaten/kota
   menjadi Perda kabupaten/kota.
5. Raperda kabupaten/kota yang telah ditetapkan disampaikan oleh
   bupati/walikota kepada gubernur dan Menteri Keuangan paling lambat 7
   (tujuh) hari kerja sejak tanggal penetapan Perda kabupaten/kota.
Pembatalan Perda
1. Terhadap Perda yang ditetapkan tetapi tidak mengikuti hasil evaluasi dan koordinasi
   sehingga bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-
   undangan yang lebih tinggi, Menteri Keuangan merekomendasikan pembatalan Perda
   dimaksud kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.
2. Terhadap Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan
   perundang-undangan yang lebih tinggi yang diakibatkan oleh adanya perubahan
   kebijakan nasional, Menteri Keuangan merekomendasikan pembatalan Perda
   dimaksud kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.
3. Berdasarkan rekomendasi pembatalan Perda, Menteri Dalam Negeri mengajukan
   Rancangan Peraturan Presiden mengenai pembatalan Perda kepada Presiden paling
   lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal diterimanya rekomendasi pembatalan Perda
   dimaksud.
4. Kepala Daerah harus memberhentikan pelaksanaan Perda paling lambat 7 (tujuh)
   hari kerja setelah ditetapkannya Rancangan Peraturan Presiden mengenai
   pembatalan Perda.
BENTUK PELANGGARAN &
          SANKSI (1)
Bentuk pelanggaran ketentuan di bidang Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
b.Pelanggaran terhadap prosedur penetapan Raperda
menjadi Perda:
  a) Daerah menetapkan Raperda dengan tidak melalui proses evaluasi;
  b) Daerah menetapkan Raperda tetapi tidak mengikuti hasil evaluasi dan
     koordinasi;
  c) Daerah tidak menyampaikan Perda.

Bentuk Sanksi:
berupa penundaan DAU atau DBH Pajak Penghasilan
bagi Daerah yang tidak memperoleh DAU
BENTUK PELANGGARAN &
          SANKSI (2)
a. Pelanggaran terhadap larangan pemungutan Pajak
   Daerah Dan Retribusi Daerah berdasarkan Perda yang
   telah dibatalkan.
   Daerah tetap melakukan pemungutan pajak daerah dan
    retribusi daerah berdasarkan Perda yang telah dibatalkan
    oleh Peraturan Presiden mengenai pembatalan Perda.

Bentuk Sanksi:
 berupa pemotongan DAU atau DBH Pajak Penghasilan
   bagi Daerah yang tidak memperoleh DAU
Besaran Penundaan atau Pemotongan Dana Alokasi Umum
                      dan/atau
           Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan

1. Besaran sanksi penundaan DAU atau DBH Pajak Penghasilan ditetapkan sebesar 10%
   (sepuluh persen) untuk setiap periode penyaluran.
2. Besaran sanksi pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan ditetapkan
   sebesar perkiraan penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah
   dipungut berdasarkan Perda yang telah dibatalkan untuk setiap periode penyaluran
   DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan.
3. Perkiraan penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah dipungut dapat
   dihitung berdasarkan pendekatan rencana penerimaan yang tercantum dalam APBD
   Daerah yang bersangkutan.
4. Dalam hal rencana penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah
   dibatalkan tidak atau belum tercantum dalam APBD, maka sanksi pemotongan
   ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari jumlah DAU dan/atau DBH Pajak
   Penghasilan yang disalurkan setiap periode penyaluran.
5. Pengenaan sanksi pemotongan ditetapkan yang terbesar setelah membandingkan
   hasil penghitungan 5% (lima persen) dari jumlah DAU dan/atau DBH Pajak
   Penghasilan yang disalurkan setiap periode penyaluran.
TATA CARA PENGENAAN DAN
               PENCABUTAN SANKSI
1. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menetapkan keputusan mengenai pengenaan sanksi
    bagi Daerah yang melakukan Pelanggaran.
2. Khusus untuk pengenaan sanksi berupa pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan,
    keputusan ditetapkan setelah Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyampaikan surat
    teguran kepada Daerah yang bersangkutan.
3. Surat teguran berisi pemberitahuan bahwa Daerah yang bersangkutan akan dikenakan Sanksi
    berupa pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan jika Daerah tidak menghentikan
    pelaksanaan Perda yang telah dibatalkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditetapkannya
    Rancangan Peraturan Presiden mengenai pembatalan Perda.
4. Surat teguran disampaikan dengan melampirkan copy salinan Peraturan Presiden mengenai
    pembatalan Perda.
5. Keputusan pengenaan Sanksi tidak diterbitkan dalam hal Kepala Daerah menyampaikan surat
    atau keputusan penghentian pelaksanaan Perda yang dibatalkan kepada Direktur Jenderal
    Perimbangan Keuangan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya surat
    teguran dimaksud.
6. Keputusan pengenaan Sanksi dijadikan dasar penundaan atau pemotongan DAU dan/atau DBH
    Pajak Penghasilan
Waktu Pengenaan Sanksi
Pengenaan Sanksi berupa penundaan atau
 pemotongan DAU dilakukan mulai pada
 penyaluran bulan berikutnya setelah tanggal
 penetapan sanksi.
Pengenaan Sanksi berupa penundaan atau
 pemotongan DBH Pajak Penghasilan dilakukan
 mulai pada penyaluran triwulan berikutnya
 setelah tanggal penetapan sanksi.
Catatan Pelaksanaan
    Penundaan DAU/DBH Pajak
           Penghasilan
o Pelaksanaan penundaan DAU atau DBH Pajak
  Penghasilan tidak dapat melampaui tahun anggaran
  yang bersangkutan.
o DAU atau DBH Pajak Penghasilan yang ditunda
  disalurkan pada akhir tahun anggaran yang
  bersangkutan.
o Dalam hal sanksi belum dicabut, penundaan dilanjutkan
  pada tahun anggaran berikutnya.
Pencabutan Sanksi (1)
• Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menetapkan keputusan
   dalam rangka pencabutan sanksi.

• Pencabutan sanksi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
   a. terhadap penundaan DAU atau DBH Pajak Penghasilan karena Daerah
      melakukan pelanggaran, pencabutan sanksi dilakukan apabila Perda
      telah diterima dan selesai dievaluasi; dan
   b. terhadap pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan karena
      Daerah melakukan pelanggaran, pencabutan sanksi dilakukan apabila
      Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan telah menerima surat atau
      keputusan Kepala Daerah mengenai penghentian pelaksanaan
      pemungutan pajak dan/atau retribusi dari Perda yang telah dibatalkan.
Pencabutan Sanksi (2)
• Keputusan pencabutan sanksi ditetapkan paling lambat 7
  (tujuh) hari kerja sejak dipenuhinya persyaratan
  pencabutan sanksi.


• DAU atau DBH Pajak Penghasilan yang ditunda
  penyalurannya sebagai akibat dari pengenaan sanksi
  disalurkan pada penyaluran berikutnya setelah tanggal
  pencabutan sanksi.
PEMANTAUAN
a. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan
   pemantauan atas pemenuhan ketentuan mengenai prosedur
   penetapan Perda, penyampaian Perda, dan penghentian
   pelaksanaan pemungutan atas Perda yang telah dibatalkan
   sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
   undangan.


c. Pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setiap
   tahun anggaran.


e. Hasil pemantauan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
   dalam penetapan sanksi.
Ketentuan Teknis

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan
 dalam rangka pelaksanaan Peraturan
 Menteri Keuangan ini diatur oleh Direktur
 Jenderal Perimbangan Keuangan.



                  Tanggal 25 Januari 2010
SE Mendagri No.: 188.34/17/SJ
   Tentang Penataan Perda Pajak Daerah dan
             Retribusi Daerah (1)

1. Agar Pemerintah Daerah dan DPRD melakukan
   Penataan kembali Perda Provinsi dan Kabupaten/Kota
   ttg Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mengacu kpd
   UU 28-2009 tentang PDRD
2. Perda ttg PDRD yang bertentangan dgn Peraturan
   Perundang-undangan yg lebih tinggi, bertentangan dgn
   kepentingan umum, membuat ekonomi biaya tinggi,
   menghambat peningkatan iklim investasi di daerah
   serta materi muatannya tidak termasuk secara limitatif
   diatur dlm UU 28-2009 ttg PDRD, segera dihentikan
   pelaksanaannya dan dicabut
SE Mendagri No.: 188.34/17/SJ
   Tentang Penataan Perda Pajak Daerah dan
             Retribusi Daerah (2)

1. Perda ttg Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga dan
   Peraturan Kepala Daerah yg menetapkan besarnya
   Penerimaan Sumbangan kepada Pihak Ketiga, pada
   hakekatnya sama dengan pajak daerah. Untuk itu
   segera dihentikan pelaksanaannya serta dicabut, agar
   tidak membuat ekonomi biaya tinggi dan menghambat
   peningkatan iklim investasi di Daerah
2. Segera melakukan revisi / melakukan perubahan
   terhadap Perda dimaksud., mengusulkan proses
   perubahan kpd DPRD dan menetapkan Perda sesuai
   dgn mekanisme yg diatur dlm UU 28-2009 ttg PDRD
SE Mendagri No.: 188.34/17/SJ
   Tentang Penataan Perda Pajak Daerah dan
             Retribusi Daerah (3)

1. Melaporkan pelaksanaan penataan, penghentian, dan
   pencabutan Perda Provinsi, Kabupaten/Kota serta
   Peraturan Kepala Daerah kepada Menteri Dalam Negeri



                                 Jakarta 5 Januari 2010
Sekian
            &
       Terima Kasih
                                      Drs. Haryanto Kadi, MSc
                          Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Jl. Budi Utomo No. 6 Jakpus Gedung Perbendaharaan III Lt. 3
                         Website: www.perbendaharaan.go.id
                                           HP. 0811 87 3935
                                           0811 82 300 600
                          Copyright © 2010 - Kementerian Keuangan RI   24

More Related Content

What's hot

Uu no.11 th 2016 pengampunan pajak
Uu no.11 th 2016 pengampunan pajakUu no.11 th 2016 pengampunan pajak
Uu no.11 th 2016 pengampunan pajak
Roko Subagya
 
PER: 17/PJ/ 2015 ::: NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
PER: 17/PJ/  2015 ::: NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETOPER: 17/PJ/  2015 ::: NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
PER: 17/PJ/ 2015 ::: NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
Roko Subagya
 
958
958958
PER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan
PER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT TahunanPER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan
PER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan
Roko Subagya
 
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
Roko Subagya
 
Perdirjen lat full
Perdirjen lat fullPerdirjen lat full
Perdirjen lat full
Muhammad Fuad
 
Pandangan umum fraksi golkar terhadap lima raperda
Pandangan umum fraksi golkar terhadap lima raperdaPandangan umum fraksi golkar terhadap lima raperda
Pandangan umum fraksi golkar terhadap lima raperda
Haris Sahido
 
PER : 21/PJ/2016 ::: TATA CARA PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAN PENGAMPUNAN PAJAK
PER : 21/PJ/2016 ::: TATA CARA PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAN PENGAMPUNAN PAJAKPER : 21/PJ/2016 ::: TATA CARA PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAN PENGAMPUNAN PAJAK
PER : 21/PJ/2016 ::: TATA CARA PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAN PENGAMPUNAN PAJAK
Roko Subagya
 
Kewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
Kewajiban PPh PPN dari seorang BendaharawanKewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
Kewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
Roko Subagya
 
Salinan Perpres Nomor 75 Tahun 2019
Salinan Perpres Nomor 75 Tahun 2019Salinan Perpres Nomor 75 Tahun 2019
Salinan Perpres Nomor 75 Tahun 2019
Agaton Kenshanahan
 
Laporan Pansus Pertanggungjawaban APBD 2010
Laporan Pansus Pertanggungjawaban APBD 2010Laporan Pansus Pertanggungjawaban APBD 2010
Laporan Pansus Pertanggungjawaban APBD 2010
Ade Suerani
 
PENDAPAT AKHIR FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
PENDAPAT AKHIR FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDPENDAPAT AKHIR FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
PENDAPAT AKHIR FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
Ade Suerani
 
Pandangan umum fraksi pan tt lpj apbd 2011
Pandangan umum fraksi pan tt lpj apbd 2011Pandangan umum fraksi pan tt lpj apbd 2011
Pandangan umum fraksi pan tt lpj apbd 2011apotek agam farma
 
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
Ade Suerani
 
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerahPerda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
kabupaten_pakpakbharat
 
Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)
University pekalongan
 
Pagindar
PagindarPagindar
Pagindar
pandirambo900
 
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Mohammad Ramadhan
 
Kerajaan
KerajaanKerajaan
Kerajaan
pandirambo900
 

What's hot (20)

Uu no.11 th 2016 pengampunan pajak
Uu no.11 th 2016 pengampunan pajakUu no.11 th 2016 pengampunan pajak
Uu no.11 th 2016 pengampunan pajak
 
PER: 17/PJ/ 2015 ::: NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
PER: 17/PJ/  2015 ::: NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETOPER: 17/PJ/  2015 ::: NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
PER: 17/PJ/ 2015 ::: NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
 
958
958958
958
 
PER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan
PER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT TahunanPER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan
PER:01/PJ/2016 ::: Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan
 
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
PER : 36/PJ/2015 ::::: PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP OP DAN FORMULIR-FORM...
 
Perdirjen lat full
Perdirjen lat fullPerdirjen lat full
Perdirjen lat full
 
Pandangan umum fraksi golkar terhadap lima raperda
Pandangan umum fraksi golkar terhadap lima raperdaPandangan umum fraksi golkar terhadap lima raperda
Pandangan umum fraksi golkar terhadap lima raperda
 
PER : 21/PJ/2016 ::: TATA CARA PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAN PENGAMPUNAN PAJAK
PER : 21/PJ/2016 ::: TATA CARA PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAN PENGAMPUNAN PAJAKPER : 21/PJ/2016 ::: TATA CARA PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAN PENGAMPUNAN PAJAK
PER : 21/PJ/2016 ::: TATA CARA PENCABUTAN ATAS SURAT PERNYATAN PENGAMPUNAN PAJAK
 
Kewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
Kewajiban PPh PPN dari seorang BendaharawanKewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
Kewajiban PPh PPN dari seorang Bendaharawan
 
Salinan Perpres Nomor 75 Tahun 2019
Salinan Perpres Nomor 75 Tahun 2019Salinan Perpres Nomor 75 Tahun 2019
Salinan Perpres Nomor 75 Tahun 2019
 
Laporan Pansus Pertanggungjawaban APBD 2010
Laporan Pansus Pertanggungjawaban APBD 2010Laporan Pansus Pertanggungjawaban APBD 2010
Laporan Pansus Pertanggungjawaban APBD 2010
 
Pp 71 tahun 2010
Pp 71 tahun 2010Pp 71 tahun 2010
Pp 71 tahun 2010
 
PENDAPAT AKHIR FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
PENDAPAT AKHIR FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDPENDAPAT AKHIR FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
PENDAPAT AKHIR FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
 
Pandangan umum fraksi pan tt lpj apbd 2011
Pandangan umum fraksi pan tt lpj apbd 2011Pandangan umum fraksi pan tt lpj apbd 2011
Pandangan umum fraksi pan tt lpj apbd 2011
 
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ATAS RAPERDA PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD 2009...
 
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerahPerda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
 
Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)
 
Pagindar
PagindarPagindar
Pagindar
 
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Optimalisasi dan efektifitas PAD (Pendapatan Asli Daerah)
 
Kerajaan
KerajaanKerajaan
Kerajaan
 

Similar to Tata cara pengenaan sanksi pdrd sesuai uu 28 2009 kab kota

PP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdf
PP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdfPP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdf
PP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdf
erikhighflier
 
PMK-91/PMK.03/2015
PMK-91/PMK.03/2015PMK-91/PMK.03/2015
PMK-91/PMK.03/2015
Surya Getsemani
 
PMK-91/PMK.03/2015
PMK-91/PMK.03/2015PMK-91/PMK.03/2015
PMK-91/PMK.03/2015
Surya Getsemani
 
Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Daerah-BPKP.pdf
Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Daerah-BPKP.pdfGambaran Umum Pengelolaan Keuangan Daerah-BPKP.pdf
Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Daerah-BPKP.pdf
MahmudahLubis1
 
Perpres nomor 3 tahun 2016
Perpres nomor 3 tahun 2016Perpres nomor 3 tahun 2016
Perpres nomor 3 tahun 2016
ardiansyah reno
 
26.05 Lembar Evaluasi.pdf
26.05 Lembar Evaluasi.pdf26.05 Lembar Evaluasi.pdf
26.05 Lembar Evaluasi.pdf
ImatSolehudin
 
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerah
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerahMendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerah
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerahraminatha
 
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Penataan Ruang
 
Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Maiya Maiya
 
No. 8 Tentang tata cara pemungutan pajak restoran
No. 8 Tentang tata cara pemungutan pajak restoranNo. 8 Tentang tata cara pemungutan pajak restoran
No. 8 Tentang tata cara pemungutan pajak restoran
kabupaten_pakpakbharat
 
Paparan sosialisasi bendahara pmk 64 pmk.052013 0edit
Paparan sosialisasi bendahara pmk 64 pmk.052013 0editPaparan sosialisasi bendahara pmk 64 pmk.052013 0edit
Paparan sosialisasi bendahara pmk 64 pmk.052013 0editKppkp Bangil
 
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...Eksanto Santo
 
Pp 23 2005 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Pp 23 2005 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan UmumPp 23 2005 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Pp 23 2005 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Suprijanto Rijadi
 
Sengketa Pajak
Sengketa PajakSengketa Pajak
Sengketa Pajak
Fair Nurfachrizi
 
Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Lela Sari
 
Boncu2
Boncu2Boncu2
Landasan hk-paket-undang-undang(Akuntansi)
Landasan hk-paket-undang-undang(Akuntansi)Landasan hk-paket-undang-undang(Akuntansi)
Landasan hk-paket-undang-undang(Akuntansi)
Anugrah Febryan
 
Landasan hak angket undang-undang
Landasan hak angket undang-undangLandasan hak angket undang-undang
Landasan hak angket undang-undang
Anugrah Febryan
 
2019_Perda_04 (4).pdf
2019_Perda_04 (4).pdf2019_Perda_04 (4).pdf
2019_Perda_04 (4).pdf
KeberatanRestitusi20
 

Similar to Tata cara pengenaan sanksi pdrd sesuai uu 28 2009 kab kota (20)

PP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdf
PP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdfPP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdf
PP Nomor 10 Tahun 2021 copy.pdf
 
PMK-91/PMK.03/2015
PMK-91/PMK.03/2015PMK-91/PMK.03/2015
PMK-91/PMK.03/2015
 
PMK-91/PMK.03/2015
PMK-91/PMK.03/2015PMK-91/PMK.03/2015
PMK-91/PMK.03/2015
 
Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Daerah-BPKP.pdf
Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Daerah-BPKP.pdfGambaran Umum Pengelolaan Keuangan Daerah-BPKP.pdf
Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Daerah-BPKP.pdf
 
Perpres nomor 3 tahun 2016
Perpres nomor 3 tahun 2016Perpres nomor 3 tahun 2016
Perpres nomor 3 tahun 2016
 
26.05 Lembar Evaluasi.pdf
26.05 Lembar Evaluasi.pdf26.05 Lembar Evaluasi.pdf
26.05 Lembar Evaluasi.pdf
 
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerah
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerahMendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerah
Mendagri no 53 tahun 2011 ttg pembentukan produk hukum daerah
 
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Lay...
 
Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6
 
No. 8 Tentang tata cara pemungutan pajak restoran
No. 8 Tentang tata cara pemungutan pajak restoranNo. 8 Tentang tata cara pemungutan pajak restoran
No. 8 Tentang tata cara pemungutan pajak restoran
 
1-KEU.pdf
1-KEU.pdf1-KEU.pdf
1-KEU.pdf
 
Paparan sosialisasi bendahara pmk 64 pmk.052013 0edit
Paparan sosialisasi bendahara pmk 64 pmk.052013 0editPaparan sosialisasi bendahara pmk 64 pmk.052013 0edit
Paparan sosialisasi bendahara pmk 64 pmk.052013 0edit
 
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
 
Pp 23 2005 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Pp 23 2005 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan UmumPp 23 2005 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Pp 23 2005 Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
 
Sengketa Pajak
Sengketa PajakSengketa Pajak
Sengketa Pajak
 
Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010Pmk no 80 th 2010
Pmk no 80 th 2010
 
Boncu2
Boncu2Boncu2
Boncu2
 
Landasan hk-paket-undang-undang(Akuntansi)
Landasan hk-paket-undang-undang(Akuntansi)Landasan hk-paket-undang-undang(Akuntansi)
Landasan hk-paket-undang-undang(Akuntansi)
 
Landasan hak angket undang-undang
Landasan hak angket undang-undangLandasan hak angket undang-undang
Landasan hak angket undang-undang
 
2019_Perda_04 (4).pdf
2019_Perda_04 (4).pdf2019_Perda_04 (4).pdf
2019_Perda_04 (4).pdf
 

More from apotek agam farma

Tugas pak dr.agus stat
Tugas pak dr.agus statTugas pak dr.agus stat
Tugas pak dr.agus stat
apotek agam farma
 
Tugas beda kbk degan k 1994
Tugas beda kbk degan k 1994Tugas beda kbk degan k 1994
Tugas beda kbk degan k 1994
apotek agam farma
 
Tugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum pptTugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum ppt
apotek agam farma
 
Proposal tesis bab 1,2,3
Proposal tesis bab 1,2,3Proposal tesis bab 1,2,3
Proposal tesis bab 1,2,3
apotek agam farma
 
Manajemen pendidikan karakter santri
Manajemen pendidikan karakter santriManajemen pendidikan karakter santri
Manajemen pendidikan karakter santri
apotek agam farma
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
apotek agam farma
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
apotek agam farma
 
Makalah kurikulum kbk
Makalah kurikulum kbkMakalah kurikulum kbk
Makalah kurikulum kbk
apotek agam farma
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
apotek agam farma
 
Beda kurikulum 1994 dengan kbk
Beda kurikulum 1994 dengan kbkBeda kurikulum 1994 dengan kbk
Beda kurikulum 1994 dengan kbk
apotek agam farma
 
Analisis kurikulum
Analisis  kurikulumAnalisis  kurikulum
Analisis kurikulum
apotek agam farma
 
Tugas dr.hendri
Tugas dr.hendriTugas dr.hendri
Tugas dr.hendri
apotek agam farma
 
Presentasi manajemen organisasi
Presentasi manajemen organisasiPresentasi manajemen organisasi
Presentasi manajemen organisasi
apotek agam farma
 
Tugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum pptTugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum ppt
apotek agam farma
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
apotek agam farma
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
apotek agam farma
 
Analisis kurikulum
Analisis  kurikulumAnalisis  kurikulum
Analisis kurikulum
apotek agam farma
 
Korelasi
KorelasiKorelasi
Latihan 1 statistika
Latihan 1 statistikaLatihan 1 statistika
Latihan 1 statistika
apotek agam farma
 
Regresi
RegresiRegresi

More from apotek agam farma (20)

Tugas pak dr.agus stat
Tugas pak dr.agus statTugas pak dr.agus stat
Tugas pak dr.agus stat
 
Tugas beda kbk degan k 1994
Tugas beda kbk degan k 1994Tugas beda kbk degan k 1994
Tugas beda kbk degan k 1994
 
Tugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum pptTugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum ppt
 
Proposal tesis bab 1,2,3
Proposal tesis bab 1,2,3Proposal tesis bab 1,2,3
Proposal tesis bab 1,2,3
 
Manajemen pendidikan karakter santri
Manajemen pendidikan karakter santriManajemen pendidikan karakter santri
Manajemen pendidikan karakter santri
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
 
Makalah kurikulum kbk
Makalah kurikulum kbkMakalah kurikulum kbk
Makalah kurikulum kbk
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
 
Beda kurikulum 1994 dengan kbk
Beda kurikulum 1994 dengan kbkBeda kurikulum 1994 dengan kbk
Beda kurikulum 1994 dengan kbk
 
Analisis kurikulum
Analisis  kurikulumAnalisis  kurikulum
Analisis kurikulum
 
Tugas dr.hendri
Tugas dr.hendriTugas dr.hendri
Tugas dr.hendri
 
Presentasi manajemen organisasi
Presentasi manajemen organisasiPresentasi manajemen organisasi
Presentasi manajemen organisasi
 
Tugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum pptTugas analisis kurikulum ppt
Tugas analisis kurikulum ppt
 
Makalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum pptMakalah kurikulum ppt
Makalah kurikulum ppt
 
Jurnal kurikulum
Jurnal kurikulumJurnal kurikulum
Jurnal kurikulum
 
Analisis kurikulum
Analisis  kurikulumAnalisis  kurikulum
Analisis kurikulum
 
Korelasi
KorelasiKorelasi
Korelasi
 
Latihan 1 statistika
Latihan 1 statistikaLatihan 1 statistika
Latihan 1 statistika
 
Regresi
RegresiRegresi
Regresi
 

Tata cara pengenaan sanksi pdrd sesuai uu 28 2009 kab kota

  • 1. Tata Cara Pengenaan Sanksi PDRD Untuk Kabupaten/Kota Sesuai UU 28 Tahun 2009 Oleh : Drs. Haryanto Kadi, MSc DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN Jakarta, 2010 1
  • 2. Dasar Hukum (1) Pasal 157 ayat (1) UU No. 28-2009: • Rancangan Peraturan Daerah provinsi tentang Pajak dan Retribusi yang telah disetujui bersama oleh gubernur dan DPRD provinsi sebelum ditetapkan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud. Pasal 157 ayat (2) UU No. 28-2009: • Rancangan Peraturan Daerah kabupaten/kota tentang Pajak dan Retribusi yang telah disetujui bersama oleh bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota sebelum ditetapkan disampaikan kepada gubernur dan Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud.
  • 3. Dasar Hukum (2) Pasal 158 ayat (1) UU No. 28-2009: • Peraturan Daerah yang telah ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan. Pasal 158 ayat (4) UU No. 28-2009: • Berdasarkan rekomendasi pembatalan yang disampaikan oleh Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri mengajukan permohonan pembatalan Peraturan Daerah dimaksud kepada Presiden. Pasal 158 ayat (5) UU No. 28-2009: • Keputusan pembatalan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Presiden paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak diterimanya Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 158 ayat (6) UU No. 28-2009: • Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala Daerah harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Daerah dan selanjutnya DPRD bersama Kepala Daerah mencabut Peraturan Daerah dimaksud.
  • 4. Dasar Hukum (3) Pasal 158 ayat (7) UU No. 28-2009: 2) Jika provinsi/kabupaten/kota tidak dapat menerima keputusan pembatalan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dengan alasan-alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, Kepala Daerah dapat mengajukan keberatan kepada Mahkamah Agung. Pasal 158 ayat (8) UU No. 28-2009: 4) Jika keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dikabulkan sebagian atau seluruhnya, putusan Mahkamah Agung tersebut menyatakan Peraturan Presiden menjadi batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Pasal 158 ayat (8) UU No. 28-2009: 6) Jika Pemerintah tidak mengeluarkan Peraturan Presiden untuk membatalkan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 5), Peraturan Daerah dimaksud dinyatakan berlaku.
  • 5. Dasar Hukum (4) Pasal 159 ayat (1) UU No. 28-2009:  Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 157 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 158 ayat (1) dan ayat (6) oleh Daerah dikenakan sanksi berupa penundaan atau pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau restitusi. Pasal 159 ayat (2) UU No. 28-2009:  Tata cara pelaksanaan penundaan atau pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil atau restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan
  • 6. Peraturan Menteri Keuangan No. 11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 6
  • 7. PENYAMPAIAN, EVALUASI DAN KOORDINASI RAPERDA (1) 1. Raperda kabupaten/kota yang telah disetujui bersama antara bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota, sebelum ditetapkan menjadi Perda kabupaten/kota, terlebih dahulu disampaikan kepada gubernur dan Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan bersama antara bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota. 3. Penyampaian Raperda dilakukan dengan melampirkan dokumen persetujuan bersama antara bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota.
  • 8. PENYAMPAIAN, EVALUASI DAN KOORDINASI RAPERDA (2) 1. Raperda kabupaten/kota sebelum ditetapkan menjadi Perda kabupaten/kota, terlebih dahulu harus dievaluasi oleh Gubernur. • 3. Gubernur dalam melakukan evaluasi berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. 5. Hasil evaluasi dan koordinasi Raperda disampaikan oleh gubernur kepada daerah yang bersangkutan paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya Raperda dimaksud. 7. Evaluasi dan koordinasi Raperda dilakukan untuk menjamin agar Raperda tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
  • 9. PENETAPAN RAPERDA DAN PENYAMPAIAN PERDA 1. Dalam hal hasil evaluasi dan koordinasi kabupaten/kota berupa persetujuan, bupati/walikota menetapkan Raperda kabupaten/kota menjadi Perda kabupaten/kota. 2. Dalam hal hasil evaluasi dan koordinasi berupa penolakan, bupati/walikota bersama DPRD kabupaten/kota memperbaiki Raperda kabupaten/kota. 3. Raperda kabupaten/kota yang telah diperbaiki disampaikan kembali oleh bupati/walikota kepada gubernur dan Menteri Keuangan sebagai laporan. 4. Raperda kabupaten/kota yang telah diperbaiki berdasarkan hasil evaluasi dan koordinasi, bupati/ walikota menetapkan Raperda kabupaten/kota menjadi Perda kabupaten/kota. 5. Raperda kabupaten/kota yang telah ditetapkan disampaikan oleh bupati/walikota kepada gubernur dan Menteri Keuangan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal penetapan Perda kabupaten/kota.
  • 10. Pembatalan Perda 1. Terhadap Perda yang ditetapkan tetapi tidak mengikuti hasil evaluasi dan koordinasi sehingga bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi, Menteri Keuangan merekomendasikan pembatalan Perda dimaksud kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. 2. Terhadap Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang diakibatkan oleh adanya perubahan kebijakan nasional, Menteri Keuangan merekomendasikan pembatalan Perda dimaksud kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. 3. Berdasarkan rekomendasi pembatalan Perda, Menteri Dalam Negeri mengajukan Rancangan Peraturan Presiden mengenai pembatalan Perda kepada Presiden paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal diterimanya rekomendasi pembatalan Perda dimaksud. 4. Kepala Daerah harus memberhentikan pelaksanaan Perda paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkannya Rancangan Peraturan Presiden mengenai pembatalan Perda.
  • 11. BENTUK PELANGGARAN & SANKSI (1) Bentuk pelanggaran ketentuan di bidang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah terbagi dalam dua kelompok, yaitu: b.Pelanggaran terhadap prosedur penetapan Raperda menjadi Perda: a) Daerah menetapkan Raperda dengan tidak melalui proses evaluasi; b) Daerah menetapkan Raperda tetapi tidak mengikuti hasil evaluasi dan koordinasi; c) Daerah tidak menyampaikan Perda. Bentuk Sanksi: berupa penundaan DAU atau DBH Pajak Penghasilan bagi Daerah yang tidak memperoleh DAU
  • 12. BENTUK PELANGGARAN & SANKSI (2) a. Pelanggaran terhadap larangan pemungutan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah berdasarkan Perda yang telah dibatalkan.  Daerah tetap melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan Perda yang telah dibatalkan oleh Peraturan Presiden mengenai pembatalan Perda. Bentuk Sanksi:  berupa pemotongan DAU atau DBH Pajak Penghasilan bagi Daerah yang tidak memperoleh DAU
  • 13. Besaran Penundaan atau Pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan 1. Besaran sanksi penundaan DAU atau DBH Pajak Penghasilan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) untuk setiap periode penyaluran. 2. Besaran sanksi pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan ditetapkan sebesar perkiraan penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah dipungut berdasarkan Perda yang telah dibatalkan untuk setiap periode penyaluran DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan. 3. Perkiraan penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah dipungut dapat dihitung berdasarkan pendekatan rencana penerimaan yang tercantum dalam APBD Daerah yang bersangkutan. 4. Dalam hal rencana penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang telah dibatalkan tidak atau belum tercantum dalam APBD, maka sanksi pemotongan ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari jumlah DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan yang disalurkan setiap periode penyaluran. 5. Pengenaan sanksi pemotongan ditetapkan yang terbesar setelah membandingkan hasil penghitungan 5% (lima persen) dari jumlah DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan yang disalurkan setiap periode penyaluran.
  • 14. TATA CARA PENGENAAN DAN PENCABUTAN SANKSI 1. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menetapkan keputusan mengenai pengenaan sanksi bagi Daerah yang melakukan Pelanggaran. 2. Khusus untuk pengenaan sanksi berupa pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan, keputusan ditetapkan setelah Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyampaikan surat teguran kepada Daerah yang bersangkutan. 3. Surat teguran berisi pemberitahuan bahwa Daerah yang bersangkutan akan dikenakan Sanksi berupa pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan jika Daerah tidak menghentikan pelaksanaan Perda yang telah dibatalkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditetapkannya Rancangan Peraturan Presiden mengenai pembatalan Perda. 4. Surat teguran disampaikan dengan melampirkan copy salinan Peraturan Presiden mengenai pembatalan Perda. 5. Keputusan pengenaan Sanksi tidak diterbitkan dalam hal Kepala Daerah menyampaikan surat atau keputusan penghentian pelaksanaan Perda yang dibatalkan kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya surat teguran dimaksud. 6. Keputusan pengenaan Sanksi dijadikan dasar penundaan atau pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan
  • 15. Waktu Pengenaan Sanksi Pengenaan Sanksi berupa penundaan atau pemotongan DAU dilakukan mulai pada penyaluran bulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi. Pengenaan Sanksi berupa penundaan atau pemotongan DBH Pajak Penghasilan dilakukan mulai pada penyaluran triwulan berikutnya setelah tanggal penetapan sanksi.
  • 16. Catatan Pelaksanaan Penundaan DAU/DBH Pajak Penghasilan o Pelaksanaan penundaan DAU atau DBH Pajak Penghasilan tidak dapat melampaui tahun anggaran yang bersangkutan. o DAU atau DBH Pajak Penghasilan yang ditunda disalurkan pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan. o Dalam hal sanksi belum dicabut, penundaan dilanjutkan pada tahun anggaran berikutnya.
  • 17. Pencabutan Sanksi (1) • Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menetapkan keputusan dalam rangka pencabutan sanksi. • Pencabutan sanksi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. terhadap penundaan DAU atau DBH Pajak Penghasilan karena Daerah melakukan pelanggaran, pencabutan sanksi dilakukan apabila Perda telah diterima dan selesai dievaluasi; dan b. terhadap pemotongan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan karena Daerah melakukan pelanggaran, pencabutan sanksi dilakukan apabila Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan telah menerima surat atau keputusan Kepala Daerah mengenai penghentian pelaksanaan pemungutan pajak dan/atau retribusi dari Perda yang telah dibatalkan.
  • 18. Pencabutan Sanksi (2) • Keputusan pencabutan sanksi ditetapkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak dipenuhinya persyaratan pencabutan sanksi. • DAU atau DBH Pajak Penghasilan yang ditunda penyalurannya sebagai akibat dari pengenaan sanksi disalurkan pada penyaluran berikutnya setelah tanggal pencabutan sanksi.
  • 19. PEMANTAUAN a. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan pemantauan atas pemenuhan ketentuan mengenai prosedur penetapan Perda, penyampaian Perda, dan penghentian pelaksanaan pemungutan atas Perda yang telah dibatalkan sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan. c. Pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setiap tahun anggaran. e. Hasil pemantauan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan sanksi.
  • 20. Ketentuan Teknis Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini diatur oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan. Tanggal 25 Januari 2010
  • 21. SE Mendagri No.: 188.34/17/SJ Tentang Penataan Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (1) 1. Agar Pemerintah Daerah dan DPRD melakukan Penataan kembali Perda Provinsi dan Kabupaten/Kota ttg Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mengacu kpd UU 28-2009 tentang PDRD 2. Perda ttg PDRD yang bertentangan dgn Peraturan Perundang-undangan yg lebih tinggi, bertentangan dgn kepentingan umum, membuat ekonomi biaya tinggi, menghambat peningkatan iklim investasi di daerah serta materi muatannya tidak termasuk secara limitatif diatur dlm UU 28-2009 ttg PDRD, segera dihentikan pelaksanaannya dan dicabut
  • 22. SE Mendagri No.: 188.34/17/SJ Tentang Penataan Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (2) 1. Perda ttg Penerimaan Sumbangan Pihak Ketiga dan Peraturan Kepala Daerah yg menetapkan besarnya Penerimaan Sumbangan kepada Pihak Ketiga, pada hakekatnya sama dengan pajak daerah. Untuk itu segera dihentikan pelaksanaannya serta dicabut, agar tidak membuat ekonomi biaya tinggi dan menghambat peningkatan iklim investasi di Daerah 2. Segera melakukan revisi / melakukan perubahan terhadap Perda dimaksud., mengusulkan proses perubahan kpd DPRD dan menetapkan Perda sesuai dgn mekanisme yg diatur dlm UU 28-2009 ttg PDRD
  • 23. SE Mendagri No.: 188.34/17/SJ Tentang Penataan Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (3) 1. Melaporkan pelaksanaan penataan, penghentian, dan pencabutan Perda Provinsi, Kabupaten/Kota serta Peraturan Kepala Daerah kepada Menteri Dalam Negeri Jakarta 5 Januari 2010
  • 24. Sekian & Terima Kasih Drs. Haryanto Kadi, MSc Direktorat Jenderal Perbendaharaan Jl. Budi Utomo No. 6 Jakpus Gedung Perbendaharaan III Lt. 3 Website: www.perbendaharaan.go.id HP. 0811 87 3935 0811 82 300 600 Copyright © 2010 - Kementerian Keuangan RI 24