Dokumen tersebut membahas delapan jenis tanah utama di Indonesia yaitu podzolit, organosol, aluvial, kapur, vulkanik, pasir, humus dan laterit. Jenis tanah penting lainnya yang dijelaskan adalah ultisol, latosol, andosol, entisol dan oksisol. Histosol atau gambut juga disebutkan sebagai tanah yang terbentuk dari endapan bahan organik selama jutaan tahun.
4. SUHU UDARA, TEKANAN UDARA, DAN ANGIN.pptxssuserdf29f0
Dokumen tersebut membahas tentang suhu udara, tekanan udara, dan angin. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu udara antara lain sudut datang sinar matahari, lamanya penyinaran matahari, dan keadaan awan. Suhu udara bervariasi secara horizontal dan vertikal tergantung lintang dan ketinggian tempat. Tekanan udara dipengaruhi oleh ketinggian dan intensitas sinar matahari, sementara angin terjadi akibat pergerakan udara
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Nurul Afdal Haris
Dokumen tersebut merangkum kondisi geografis dan geomorfologi pulau Kalimantan. Secara geografis, Kalimantan terletak di antara garis lintang dan bujur tertentu dengan luas wilayah sekitar 535.834 km2. Secara geomorfologi, Kalimantan memiliki dataran rendah dan pegunungan yang membentuk berbagai zona di keempat provinsi, dengan puncak tertinggi Gunung Kinibalu setinggi 4.101 m dpl.
Dokumen tersebut membahas tentang hidrosfer dan siklus hidrologi. Hidrosfer merupakan daerah perairan di bumi yang meliputi samudera, laut, danau, sungai, gletser, air tanah, dan uap air di atmosfer. Siklus hidrologi adalah proses peredaran air secara terus menerus melalui proses evapotranspirasi, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, perkolasi, dan limpasan.
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Nurul Afdal Haris
Dokumen tersebut merangkum geomorfologi Pulau Sumatera. Pulau Sumatera terdiri dari beberapa wilayah geomorfologi utama yaitu Rangkaian Bukit Barisan, Jalur Semangko, dan beberapa wilayah geomorfologi provinsi seperti Aceh, Sumatera Utara, dan lainnya.
4. SUHU UDARA, TEKANAN UDARA, DAN ANGIN.pptxssuserdf29f0
Dokumen tersebut membahas tentang suhu udara, tekanan udara, dan angin. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu udara antara lain sudut datang sinar matahari, lamanya penyinaran matahari, dan keadaan awan. Suhu udara bervariasi secara horizontal dan vertikal tergantung lintang dan ketinggian tempat. Tekanan udara dipengaruhi oleh ketinggian dan intensitas sinar matahari, sementara angin terjadi akibat pergerakan udara
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Nurul Afdal Haris
Dokumen tersebut merangkum kondisi geografis dan geomorfologi pulau Kalimantan. Secara geografis, Kalimantan terletak di antara garis lintang dan bujur tertentu dengan luas wilayah sekitar 535.834 km2. Secara geomorfologi, Kalimantan memiliki dataran rendah dan pegunungan yang membentuk berbagai zona di keempat provinsi, dengan puncak tertinggi Gunung Kinibalu setinggi 4.101 m dpl.
Dokumen tersebut membahas tentang hidrosfer dan siklus hidrologi. Hidrosfer merupakan daerah perairan di bumi yang meliputi samudera, laut, danau, sungai, gletser, air tanah, dan uap air di atmosfer. Siklus hidrologi adalah proses peredaran air secara terus menerus melalui proses evapotranspirasi, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, perkolasi, dan limpasan.
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Sumatera)Nurul Afdal Haris
Dokumen tersebut merangkum geomorfologi Pulau Sumatera. Pulau Sumatera terdiri dari beberapa wilayah geomorfologi utama yaitu Rangkaian Bukit Barisan, Jalur Semangko, dan beberapa wilayah geomorfologi provinsi seperti Aceh, Sumatera Utara, dan lainnya.
Tanah di Jawa Timur terdiri dari berbagai jenis tanah seperti Litosol, Grumusol, Terrarosa, Kapur, Vulkanik, Mediterania, dan Laterit. Setiap jenis tanah memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari jenis tanah lain.
Dokumen tersebut membahas klasifikasi iklim menurut beberapa pakar seperti Koppen, Schmidt-Ferguson, Oldeman, dan Junghuhn. Klasifikasi iklim Koppen membagi iklim berdasarkan curah hujan dan temperatur menjadi lima tipe. Klasifikasi Schmidt-Ferguson membagi berdasarkan rasio curah hujan bulan basah dan kering. Klasifikasi Oldeman berdasarkan frekuensi bulan basah berturut-turut. Klasifikasi Junghuhn berdasarkan
Dokumen ini membahas tentang tenaga eksogen yang terdiri dari pelapukan, erosi, dan sedimentasi. Erosi dapat terjadi oleh air, gelombang laut, gletser, dan gaya berat. Sedimentasi dapat terjadi oleh air, angin, air laut, dan gletser. Tenaga eksogen memiliki dampak positif seperti membentuk habitat baru, tetapi juga negatif seperti mengurangi kesuburan tanah.
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Helmas Tanjung
Dokumen tersebut membahas metode untuk memprediksi laju erosi tanah, khususnya menggunakan model Universal Soil Loss Equation (USLE). Model USLE memprediksi laju erosi berdasarkan faktor erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng, penutup lahan, dan tindakan konservasi tanah. Dokumen tersebut juga menjelaskan cara menentukan nilai masing-masing faktor dan mengklasifikasikan tingkat b
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis hujan dan cara mengukurnya. Terdapat beberapa jenis hujan seperti hujan siklonal, zenital, frontal, orografis, muson, serta berdasarkan ukuran butirannya seperti gerimis, salju, es. Curah hujan dapat diklasifikasikan menjadi sedang, lebat, sangat lebat. Alat pengukur hujan antara lain ombrometer, fluviograf, dan sepatu.
Pemanasan global disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca seperti karbon dioksida yang dihasilkan aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Pemanasan global berdampak buruk seperti kenaikan permukaan laut dan cuaca yang lebih ekstrem. Cara mengatasinya adalah mengurangi emisi karbon, menanam pohon, dan beralih ke energi terbarukan.
Buku ini membahas tentang karakteristik dan pengelolaan lahan rawa di Indonesia. Lahan rawa dibagi menjadi 3 zona berdasarkan pengaruh air pasang surut, yaitu zona rawa pasang surut air asin, zona rawa pasang surut air tawar, dan zona rawa lebak. Dijelaskan pula jenis-jenis lahan rawa seperti swamp, marsh, bog, dan fed beserta ciri khasnya.
Makalah ini membahas tentang erosi dan konservasi lahan. Erosi adalah hilangnya tanah akibat proses alami maupun dipercepat oleh aktivitas manusia. Ada berbagai jenis erosi seperti erosi air, angin, gletser dan abrasi. Faktor penyebab erosi antara lain iklim, topografi, vegetasi dan aktivitas manusia. Untuk menanggulangi erosi perlu dilakukan konservasi lahan.
Gempa bumi terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik di kerak bumi, dimana tekanan yang terakumulasi akhirnya terlepas dan menimbulkan getaran. Ada dua jenis utama gempa bumi: gempa tektonik yang disebabkan pergeseran lempeng, dan gempa vulkanik di sekitar gunung berapi akibat aktivitas magma di bawah tanah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi SelatanPenataan Ruang
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan untuk periode 2009-2029. Rencana ini dibuat untuk menyesuaikan dengan perubahan peraturan dan kondisi administratif di Sulawesi Selatan.
Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan bentuk-lahan di permukaan bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut, serta proses-proses pembentukannya dan hubungannya dengan lingkungan. Ilmu ini mempelajari empat aspek utama yaitu morfologi, morfogenesis, morfokronologi, dan morfoaransemen.
Dokumen tersebut membahas tentang pedosfer dan jenis-jenis tanah yang terdapat di Indonesia. Terdapat 9 jenis tanah utama yaitu tanah latosol, regosol, aluvial, litosol, grumusol, andosol, podzolik merah-kuning, rendzina. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor pembentuk tanah dan proses pembentukannya melalui pelapukan batuan.
Tanah di Jawa Timur terdiri dari berbagai jenis tanah seperti Litosol, Grumusol, Terrarosa, Kapur, Vulkanik, Mediterania, dan Laterit. Setiap jenis tanah memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari jenis tanah lain.
Dokumen tersebut membahas klasifikasi iklim menurut beberapa pakar seperti Koppen, Schmidt-Ferguson, Oldeman, dan Junghuhn. Klasifikasi iklim Koppen membagi iklim berdasarkan curah hujan dan temperatur menjadi lima tipe. Klasifikasi Schmidt-Ferguson membagi berdasarkan rasio curah hujan bulan basah dan kering. Klasifikasi Oldeman berdasarkan frekuensi bulan basah berturut-turut. Klasifikasi Junghuhn berdasarkan
Dokumen ini membahas tentang tenaga eksogen yang terdiri dari pelapukan, erosi, dan sedimentasi. Erosi dapat terjadi oleh air, gelombang laut, gletser, dan gaya berat. Sedimentasi dapat terjadi oleh air, angin, air laut, dan gletser. Tenaga eksogen memiliki dampak positif seperti membentuk habitat baru, tetapi juga negatif seperti mengurangi kesuburan tanah.
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Helmas Tanjung
Dokumen tersebut membahas metode untuk memprediksi laju erosi tanah, khususnya menggunakan model Universal Soil Loss Equation (USLE). Model USLE memprediksi laju erosi berdasarkan faktor erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng, penutup lahan, dan tindakan konservasi tanah. Dokumen tersebut juga menjelaskan cara menentukan nilai masing-masing faktor dan mengklasifikasikan tingkat b
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis hujan dan cara mengukurnya. Terdapat beberapa jenis hujan seperti hujan siklonal, zenital, frontal, orografis, muson, serta berdasarkan ukuran butirannya seperti gerimis, salju, es. Curah hujan dapat diklasifikasikan menjadi sedang, lebat, sangat lebat. Alat pengukur hujan antara lain ombrometer, fluviograf, dan sepatu.
Pemanasan global disebabkan oleh peningkatan gas rumah kaca seperti karbon dioksida yang dihasilkan aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Pemanasan global berdampak buruk seperti kenaikan permukaan laut dan cuaca yang lebih ekstrem. Cara mengatasinya adalah mengurangi emisi karbon, menanam pohon, dan beralih ke energi terbarukan.
Buku ini membahas tentang karakteristik dan pengelolaan lahan rawa di Indonesia. Lahan rawa dibagi menjadi 3 zona berdasarkan pengaruh air pasang surut, yaitu zona rawa pasang surut air asin, zona rawa pasang surut air tawar, dan zona rawa lebak. Dijelaskan pula jenis-jenis lahan rawa seperti swamp, marsh, bog, dan fed beserta ciri khasnya.
Makalah ini membahas tentang erosi dan konservasi lahan. Erosi adalah hilangnya tanah akibat proses alami maupun dipercepat oleh aktivitas manusia. Ada berbagai jenis erosi seperti erosi air, angin, gletser dan abrasi. Faktor penyebab erosi antara lain iklim, topografi, vegetasi dan aktivitas manusia. Untuk menanggulangi erosi perlu dilakukan konservasi lahan.
Gempa bumi terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik di kerak bumi, dimana tekanan yang terakumulasi akhirnya terlepas dan menimbulkan getaran. Ada dua jenis utama gempa bumi: gempa tektonik yang disebabkan pergeseran lempeng, dan gempa vulkanik di sekitar gunung berapi akibat aktivitas magma di bawah tanah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi SelatanPenataan Ruang
Peraturan Daerah ini mengatur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan untuk periode 2009-2029. Rencana ini dibuat untuk menyesuaikan dengan perubahan peraturan dan kondisi administratif di Sulawesi Selatan.
Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan bentuk-lahan di permukaan bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut, serta proses-proses pembentukannya dan hubungannya dengan lingkungan. Ilmu ini mempelajari empat aspek utama yaitu morfologi, morfogenesis, morfokronologi, dan morfoaransemen.
Dokumen tersebut membahas tentang pedosfer dan jenis-jenis tanah yang terdapat di Indonesia. Terdapat 9 jenis tanah utama yaitu tanah latosol, regosol, aluvial, litosol, grumusol, andosol, podzolik merah-kuning, rendzina. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor pembentuk tanah dan proses pembentukannya melalui pelapukan batuan.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai jenis-jenis tanah di Indonesia. Terdapat delapan jenis tanah horizontal yang dijelaskan berdasarkan ciri-ciri dan pemanfaatannya, yaitu tanah gambut, latosol, regosol, aluvial, litosol, grumusol, andosol, dan podzolik merah-kuning. Dokumen tersebut juga menjelaskan empat lapisan tanah vertikal yakni lapisan atas, bawah, bahan induk, dan bat
Ultisol adalah ordo tanah yang sangat tercuci dengan kandungan basa rendah. Ultisol merupakan ordo tanah yang mendominasi lahan kering di Indonesia dengan sebaran luas di perbukitan. Ultisol memiliki sifat fisika dan kimia yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman sehingga membutuhkan teknologi pengelolaan tanah untuk peningkatan kesuburannya.
Praktikum ini bertujuan untuk mengenali profil tanah secara lengkap melalui penggalian dan pengamatan lapisan-lapisan tanah secara vertikal. Mahasiswa menggali lubang sedalam 1,5 meter dan mengamati 5 lapisan tanah berdasarkan ciri fisik seperti kedalaman dan warna, untuk mempelajari pembentukan dan karakteristik tanah.
Tanah Andisol merupakan tanah vulkanik yang terbentuk dari abu gunung api dan memiliki sifat fisik dan kimia yang baik untuk pertanian, seperti kandungan hara yang tinggi dan retensi air yang baik. Tanah Andisol umumnya ditemukan di dataran tinggi dengan curah hujan tinggi dan memiliki berbagai macam penggunaan untuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Tanah merupakan lapisan alami yang terbentuk dari berbagai faktor seperti iklim, organisme, batuan induk, topografi, dan waktu. Tanah memiliki berbagai fungsi penting seperti sebagai tempat tumbuh tanaman, penyedia hara dan air bagi tanaman, serta habitat bagi biota tanah. Terdapat berbagai jenis tanah di Indonesia seperti latosol, organosol, alluvial, dan lainnya yang memiliki karakteristik dan sebaran tersendiri
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) melibatkan penilaian morfologi, kemudahan dikerjakan, dan kestabilan lereng lahan untuk menentukan kemampuan lahan di suatu wilayah. Faktor-faktor yang dinilai meliputi jenis tanah, kemiringan, ketinggian, dan penggunaan lahan eksisting untuk menghasilkan peta SKL dengan nilai kemampuan lahan dari yang paling rendah hingga paling tinggi.
1. Dokumen membahas tentang dinamika perubahan pedosfer dan berbagai komponen yang mempengaruhinya seperti iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.
2. Juga dibahas tentang berbagai jenis tanah seperti latosol, grumosol, podsolik, dan lainnya beserta ciri khas masing-masing.
3. Proses pembentukan tanah dan perkembangan horison tanah juga dijelaskan."
Laporan ini memberikan ringkasan tentang penyelidikan tanah di Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu. Tanah di daerah tersebut terbentuk dari aktivitas vulkanik dan proses aluvial, koluvial, dan litik. Jenis tanahnya bervariasi dan tergolong ke dalam enam ordo tanah yang berbeda. Jenis tanah yang dominan termasuk Inceptisols, Andisols, Mollisols, Entisols, Alfisols dan Ultisols.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembentukan tanah, sifat fisik dan kimia tanah, klasifikasi tanah, erosi tanah, dan konservasi tanah melalui metode vegetatif, mekanik, dan kimia.
Dokumen tersebut membahas tentang pembentukan, sifat, klasifikasi, dan penggunaan tanah. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pembentukan tanah antara lain batuan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu. Terdapat berbagai jenis tanah di Indonesia yang diklasifikasikan berdasarkan proses pembentukannya, seperti entisol, inceptisol, alfisol, dan mollisol. Tanah dapat dimanfaatkan untuk pert
Teks tersebut membahas tentang pembentukan lapisan-lapisan bumi, termasuk pedosfer, litosfer, atmosfer, dan hidrosfer. Secara khusus, bagian tentang litosfer menjelaskan bahwa litosfer adalah lapisan terluar planet bumi yang terdiri dari batuan dan terbentuk dari pendinginan magma. Litosfer terbagi atas litosfer benua dan samudra, dan terdiri dari batuan beku, sedimen, serta metamorf.
Similar to Tanah di indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanah (20)
Tanah di indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanah
1. Tanah di Indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanah, yaitu : tanah
podzolit, tanah organosol, tanah aluvial, tanah kapur, tanah vulkanis, tanah
pasir, tanah humus, dan tanah laterit. Untuk lebih jelasnya kita akan lihat pada
tabel jenis tanah yang di dalamnya dibahas mengenai terjadinya, sifatnya dan
persebarannya.
8
Tabel jenis tanah dilihat dari terjadinya, sifatnya, dan persebarannya.
Dikutip dari (Wardiyatmoko, GEOGRAFI SMA Kelas X : Erlangga hal 169 –
170 )
2.4 Beberapa tanah “penting”
1. Ultisols
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang
2. mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total
luas daratan Indonesia (Subagyo et al. 2004). Sebaran terluas terdapat di
Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan
Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan
Nusa Tenggara (53.000 ha). Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai relief,
mulai dari datar hingga bergunung. Pada umumnya Ultisol berwarna kuning
9
kecoklatan hingga merah. Pada klasifikasi lama menurut Soepraptohardjo
(1961), Ultisol diklasifikasikan sebagai Podsolik Merah Kuning (PMK).
Warna tanah pada horizon argilik sangat bervariasi dengan hue dari 10YR
hingga 10R, nilai 3-6 dan kroma 4-8 (Subagyo et al. 1986; Suharta dan
Prasetyo 1986; Rachim et al. 1997; Suhardjo dan Prasetyo 1998; Alkusuma
2000; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. 2005).
Warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan
organik yang menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral
primer fraksi ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna
putih keabuan, serta oksida besi seperti goethit dan hematit yang memberikan
warna kecoklatan hingga merah. Makin coklat warna tanah umumnya makin
tinggi kandungan geothit, dan makin merah warna tanah makin tinggi
kandungan hematit (Eswaran dan Sys 1970; Allen dan Hajek 1989;
Schwertmann dan Taylor 1989).
Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk
tanahnya. Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya
mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir (Suharta dan Prasetyo
1986), sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa
cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus (Subardja
1986; Subagyo et al. 1987; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. 2005). Ultisol
umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk gumpal
bersudut (Rachim et al. 1997; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. 2005).
Komposisi mineral pada bahan induk tanah mempengaruhi tekstur Ultisol.
Bahan induk yang didominasi mineral tahan lapuk kuarsa, seperti pada batuan
granit dan batu pasir, cenderung mempunyai tekstur yang kasar. Bahan induk
yang kaya akan mineral mudah lapuk seperti batuan andesit, napal, dan batu
kapur cenderung menghasilkan tanah dengan tekstur yang halus.
Ciri morfologi yang penting pada Ultisol adalah adanya peningkatan
fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horizon seperti yang disyaratkan dalam
Soil Taxonomy (Soil Survey Staff 2003). Horizon tanah dengan peningkatan
liat tersebut dikenal sebagai horizon argilik. Horizon tersebut dapat dikenali
dari fraksi liat hasil analisis di laboratorium maupun dari penampang profil
10
tanah. Horizon argilik umumnya kaya akan Al sehingga peka terhadap
perkembangan akar tanaman, yang menyebabkan akar tanaman tidak dapat
menembus horizon ini dan hanya berkembang di atas horizon argilik
(Soekardi et al. 1993).
2.Latosol (Inceptisols/Oxisols)
Latosol merupakan tanah bersolum dalam, mengalami pencucian dan
pelapukan lanjut, berbatas horizon baur, kandungan mineral primer dan unsur
hara rendah, konsistensi gembur dengan stabilitas agregat kuat dan terjadi
3. penumpukan relatif seskuioksida di dalam tanah sebagai akibat pencucian
silikat.
Ciri-ciri tanah latosol
A. Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat
<20% dari horizon diatasnya.
B. Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai
oleh perkembangan profil yang lebih lemah.
C. Mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung
horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol.
Daerah penyebaran tanah jenis ini: Sumatera, Jawa, Kalimantan. Sebagain
besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera
dan Kalimantan).
Warna tanah latosol adalah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat
kekuningan atau kuning tergantung bahan induk, warna batuan, iklim dan
letak ketinggian. Bahan induk tanah litosol adalah campuran batuan endapan
tuff dan batuan volkan. Tanah litosol merupakan tanah yang dianggap paling
muda, sehingga bahan induknya seringkali dangkal (< 45 cm) atau tampak di
atas permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu. Tanah litosol belum
lama mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan
tanah akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan atau topografi yang
terlalu miring atau bergelombang (Munir, 1995 : 331).
11
3.Andosols (Andisols)
Andisol atau Andosol berasal dari kata 'Ando' yang berarti hitam
atau gelap, dan 'Sol' yang berarti tanah, sehingga Andisol atau Andosol
berarti juga tanah hitam. tidak semua jenis Andisol berwarna hitam, di
beberapa tempat dijumpai dengan warna kecokelatan. Tanah-tanah Andisol
pada umumnya mempunyai karakteristik utama yaitu memiliki sifat andik,
yaitu satu sifat tanah yang mengandung jumlah mineral Al (aluminium)
ditambah fi Fe (ferum/besi) lebih dari atau sama dengan 2 %, dan berat
jenisnya kurang dari 9 gr/cc, serta memiliki retensi fosfat lebih dari 85%; atau
memiliki paling sedikit 30% fraksinya berukuran 0,002 - 2 mm, serta
memiliki kandungan gelas vulkanik antara 5 persen sampai lebih dari 30%
(tergantung kandungan jumlah Al dan fi Fe-nya). Melihat bobot isinya, tanah
ini memang cukup ringan.
Yang menjadi ciri khasnya pula, tanah ini berkembang dari bahan
vulkanik yang dihasilkan dari erupsi dan lelehan lahar-lahar gunung berapi.
Memerhatikan usia pembentukannya tanah-tanah Andisol pada umumnya
memang termasuk tanah muda (pembentukan tanah yang lain bisa mencapai
ribuan bahkan jutaan tahun).
Tanah-tanah yang terbentuk dari bahan vulkanik biasanya memiliki
solum yang dalam, yaitu bisa mencapai lebih dari 150 cm, karena memang
pembentukannya berasal dari lahar yang mengendap. Jauh berbeda dengan
tanah-tanah yang terbentuk secara insitu dari batuan sedimen misalnya, ratarata
solumnya tipis atau terkadang kurang dari 100 cm.
4. Karena proses pembentukannya yang relatif muda, tanah Andisol lainnya
tidak memiliki lapisan-lapisan penciri khusus selain apa yang dinamakan
epipedon Mollik atau Umbrik. Epipedon adalah suatu istilah yang ditujukan
bagi lapisan di daerah permukaan tanah.
Epipedon Mollik adalah lapisan permukaan tanah setebal 18 cm
atau lebih, mengandung bahan organik sedikitnya 1 persen, memiliki warna
gelap bila basah, dan agak terang bila kering. Kejenuhan basanya lebih dari
50%, dan tidak pernah kering lebih dari 3 bulan. Tidak keras atau padu
apabila kering. Adapun epipedon Umbrik adalah sama dengan Mollik, namun
12
kejenuhan basanya kurang dari 50%. Berdasarkan kandungan kejenuhan
basanya ini, maka tanah Andisol yang memiliki epipedon Mollik relatif lebih
subur (secara kimiawi) dibandingkan tanah Andisol yang memiliki epipedon
Umbrik.
4. Entisol (alluvial, regosol, litosol)
Entisol jenis alluvial merupakan jenis tanah hasil dari endapan sungai,
topografinya datar sehingga sebagian besar digunakan sebagailahan
persawahan. Entisol dan regosol jenis litosol memiliki lapisan yang sangat
tipis dan banyak ditemu di daerah pegunungan kapur an daerah kars Jawa
Timur, Jawa Tengah, Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan. Tanah
entisol saat ini belum banyak dimanfaatkan sehingga pada umumnya hanya
digunakan sebagai tanaman hutan yang mampu tumbuh dengan solum
dangkal dan tahan kekeringan, contohnya cendana jati, mahoni, dll.
5. Oksisol
Oksisol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut
sehingga kaya akan kandungan seskuioksida. Hal ini dicirikan dengan adanya
horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 meter. Ciri morfologi yang
umum dari tanah ini adalah solum kurang dari 1,5 meter dengan susunan
horizon A, B, dan C . Horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai
kuning coklat dan bertekstur paling halus liat karena horizon ini banyak
mengandung konkresi Fe / Mn lapisan kuarsa.
Tanah ini banyak digunakan sebagai perladangan, pertanian, subsisten
penggembalaan, dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif
seperti perkebunan tebu, nenas, pisang, dan kopi.
6. Histosol (Organosol dan Gambut)
Gambut berasal dari lapukan bahan-bahan organik yang menumok
selama jutaan tahun degan ketebalan belasan meter. Tingkat kematangan fisik
dari histosol dibedakan atas fibril, hemik,
saprik. Luas gambut di Indonesia sekitar
20 juta hektar.