24 February 2010: Survey commissioned by the National Consumer Agency shows that consumers in Ireland continue to be most likely to have switched mobile phone provider, car insurance provider or where they do their main grocery shop
24 August 2009: Survey commissioned by National Consumer Agency shows that switching between service providers is on the rise in Ireland. Irish consumers who have switched service providers did so in order to get a better deal.
24 February 2010: Survey commissioned by the National Consumer Agency shows that consumers in Ireland continue to be most likely to have switched mobile phone provider, car insurance provider or where they do their main grocery shop
24 August 2009: Survey commissioned by National Consumer Agency shows that switching between service providers is on the rise in Ireland. Irish consumers who have switched service providers did so in order to get a better deal.
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Iwan Pranoto
Ini esai singkat saya menggugat pengajaran pseudosains di sekolah. Disajikan dalam Seminar “Pengembangan Budaya Ilmiah melalui Penyadaran Sains,” kerjasama Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar-AIPI dan Universitas Negeri Malang, Malang, 9 Februari 2013.
Ini naskah powerpoint saya di seminar ”Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Ilmiah” yang diadakan di Bukittinggi, 1-3 November 2013 oleh Komisi Ilmu Sosial AIPI.
Disajikan di Kelompok Keahlian Ilmu Kemanusiaan, ITB, 10 Desember 2012. Mungkin sekarang saya tak bicara karakter lagi, saat istilah "pendidikan karakter" sudah tak jelas maknanya lagi.
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Iwan Pranoto
Draft ke-5 dari naskah "Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di Dunia Global 2.0" namun tak ketemu yang versi final.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. Menafsirkan Pemikiran Tan Malaka
dalam Bermatematika
Iwan Pranoto
Jika Descartes dianggap sebagai pencetus peradaban pencerahan di Eropa, tak berlebihan jika Tan
Malaka kita sebut sebagai benak janin peradaban pencerahan bagi nasion ini. Tan Malaka
menciptakancetak biru republik ini, dan diimpikannya janin republik yang dibidaninya ini tumbuh
berdasarnalar. Yang sangat menarik,pentingnya unsur berpikir dan logika serta matematika dalam
bernegara ditulis berulang-ulang di buku juaranya, Madilog1
. Tulisan ini tidak akan meninjau sisi
politik maupun ideologi pemikiran Tan Malaka, tetapi justru hendak menafsirkan gagasan
pembelajaranmatematika yang dipikirkan Tan Malaka. Beliau menuliskan banyak gagasan tentang
apa itu matematika, pentingnya matematika, dan pengalaman bermatematika di Madilog dan
beberapatulisanlainnya. Kemudian, dicobadibandingkandenganpraktikpembelajaranmatematika
sekolah di era sekarang ini. Di bagian akhir tulisan ini akan dicoba diajukan sebuah strategi untuk
mewujudkanpemikiranTanMalakaini ke dalam pembelajaranmatematikabagi anak,cucu,dan cicit
Tan Malaka di abad 21 ini.
Kegemaran Bermatematika
Memang takada yangmeragukanbahwamatematikabermanfaatdalam kehidupan, dan pada abad
21 ini,matematikasemakinberperanluasdalamsains,teknologi,danbahkankehidupansehari-hari.
Dan, beberapa pendapat mengatakan bahwa untuk memotivasi siswa dalam belajar matematika
adalah dengan menunjukkan manfaat dan keterkaitannya dalam kehidupan nyata. Ini tentu tak
salah, tetapi yang justru terlupakan adalah unsur sukacita dalam bermatematika. Ini yang justru
disiratkan dalam tulisannya. Tan Malaka berdasar pengalaman hidupnya sendiri saat kanak-kanak
justru melihat kegiatan bermatematika termasuk berpikir sebagai kesukacitaan sampai menjadi
kegemaran.
Kegemaran berhitung dan berpikir memang umum di Indonesia. Di daerah yang saya kenal
ketika saya masih pemuda,kegiatan untukberhitungitu memang luarbiasa.Di tanah Batak dan
Minangkabau kegiatan itu sampai ke puncak.2
Penggunaankata“kegemaran”bersamakata“berpikir”tentunyamenarikdan sangatlangkadi masa
sekarang. Dari hasil survei PISA 2004, justru Indonesia termasuk tertinggi pengidap math anxiety
atau kecemasan terhadap matematika. Uniknya pula, kutipan ini menunjukkan bahwa secara
kultural dua daerah di Sumatra itu, yakni tanah Minangkabau dan tanah Batak, sangat kuat
penghargaannnyapadamatematikasaatitu.Ini tentuperluditeliti lebihlanjut,mencari akar kultural
penyebab tumbuhnya kegemaran bermatematika tersebut.
Yang disiratkan Tan Malaka di atas bahwa kegiatan berhitung dan berpikir bukanlah beban.
Bermatematikabukankarenaharus,tetapi karenaingin. Bukanpulabelajar matematika untuk lulus
1 Malaka,Tan.Madilog, WidjajaJakarta,1951.Cetakan Ketiga, TePLOK Press,April 2000
2 Idem, hal.83
2. ujian, tetapi hanya untuk mengerjakannya. Seperti saat mengisi teka-teki silang, seseorang
bermatematikauntukdinikmati prosesnya. Kenikmatan bukan saat kegiatan berakhir, tetapi justru
kenikmatan terjadi pada saat proses bermatematika itu berlangsung. Bermatematika seharusnya
seperti sebuahpetualangan. Seseorang yang bermatematika harus dibayangkan seorang pemanjat
tebing atau pendaki gunung yang gemar menjelajah berpetualang. Dapat dibayangkan, tentunya
seseorang yang sedang berpetualang akan bersikap sukacita saat mengerjakannya, walau
menghadap kesulitan dan tantangan. Masalah atau tantangan bukan sesuatu yang dihindari tetapi
justru kesempatan untuk menikmati proses mengatasinnya. Seorang petualang justru tak mau
menggunakan jalan pintas, karena menikmati setiap detik dan jengkal proses berpetualang itu.
Demikian juga seorang pemelajar matematika seharusnya menikmati tiap langkah proses
bermatematika, bukan menerapkan rumus cepat yang tak dipahaminya.
Pendapatini sangatmendasardanparadigmatik.Sekaliguspendapatini sangatrevolusioner, karena
memposisikankehendakindividusebagai sumberpengembanganmanusia.Terlebihlagi,pernyataan
Bapak Bangsaitu sekarangsejalan dengan riset sains terkini terkait pendidikan. Misalnya psikologi
dan ilmusyaraf menguatkanpendapatbahwa seseorangyangbelajarmatematika didorongmotivasi
dari dalam diri akan lebih efektif, ketimbang motivasi dari luar. Belajar matematika karena
menggemarinya justru paling ideal dan guru harus mengusahakannya.
Belajar Matematika
Dari tulisannya, Tan Malaka pada masa itu mengamati praktik pendidikan matematika yang
diterapkanpemerintahHindia-Belandadi sekolah dasar dan menengah dengan cermat. Penekanan
pendidikan matematika saat itu yang memang menekankan pada manipulasi angka, tanpa cukup
menganalisis, tentunya merisaukan beliau. Gagasan beliau tentang pendidikan matematika yang
sarat dengan kegiatan berpikir justru tak terwujudkan pada pendidikan sekolah saat itu. Kegiatan
berpikir diasingkan dari pelajaran matematika.
Saat itu tentunya pemerintah Hindia-Belanda memang membutuhkan buruh, pencatat, dan
penghitungdi jawatanataupabrik-pabrik,bukanpemikir.Sekolahdituntutmenghasilkan buruh siap
bekerjadanhandal sebagai pekerjapatuh.Dampaknya, sekolahdiarahkanmelaksanakanpendidikan
matematika yang justru menjauhi makna matematika itu sendiri. Ini persis seperti yang
dituliskannya:
Pendidikan ala sekolah Belanda tak menambah, bahkan membunuh kegiatan matematika3
.
Denganfrasa “membunuhkegiatanmatematika”,Tanhendakmengungkapkanbahwapembelajaran
matematika yang dipraktikkan di sekolah justru malah membuat anak tak berkenalan dengan inti
matematikayangsesungguhnya.Kegiatandi kelas yangdiamatinyajustrubukan matematika, tetapi
sekedarhitung-hitunganangkadanmengabaikanprosesberpikir. Prosesmengutak-atikangka tanpa
pemahaman.
Akibatnya,matematikayangditampilkandi sekolah-sekolah saat itu justru dirasa Tan tanpa makna.
Akibatnya siswa belajar matematika menjadi “terpaksa”, menjadi sebuah kewajiban. Akibatnya,
motivasi dasarseorangsiswabelajar matematikabukanlahdorongansukacitaatau ingintahu, tetapi
justru demi tujuan pragmatis, yakni cari uang. Ini sejatinya menunjukkan keresahan Tan terhadap
3 Idem, hal.83
3. alasankeliruseseorangbelajarmatematikademi pangkat.Keadaanini bagi Tan justru merendahkan
sekaligus menghina matematika yang bagi dirinya sejatinya sebuah karya agung kemanusiaan.
Kalau si murid mempelajarimatematika,bukan karena ia suka pada ilmu itu, melainkan karena
ia terpaksa mempelajari, untuk mendapatkan pangkat yang tinggi, seperti opzicthter atau
insinyur4
.
Bagi Tan,matematikaitutak seharusnya direndahkan pangkatnya dalam keilmuan sebagai sesuatu
yang dipelajari untuk fungsi atau kegunaannya semata. Baginya, matematika sebagai kendaraan
seseorang untuk belajar berpikir justru yang paling utama. Matematika bagi Tan dipelajari untuk
mengembangkandiri pemelajarnya,memanusiakanpemelajarseutuhnya. Tantampaksekali takrela
jika hal terakhir itu diabaikan. Tan malah secara keras mengungkapkan ketaksetujuan terhadap
tindakan tak cukup menghargai matematika ini di kalimat berikut:
Tetapi kalau ia sudah mendapatangka yang memuaskan, matematika sebagai pelatih otak dia
lemparkan sama sekali5
.
Di kalimatini,Tanmengkritisikeadaanseseorang mengerjakan matematika yang berorientasi pada
hasil danmengabaikanprosesberpikirnya.Kegiatanbermatematikayangdipikirkan Tan justru harus
tetap melihat matematika sebagai kendaraan untuk berlatih otak. Siswa yang belajar matematika
diharapkan menyadari bahwa bermatematika itu melatih otak, mengembangkan kemampuan
berpikirnya. Kemudian,Tanmenekankan manfaatseseorangbermatematika utamanya selain untuk
dinikmati juga untuk pengembangan diri termasuk meningkatkan sikap pemelajarnya dalam
kehidupan. Ini terbaca di kutipan berikut:
Seorang … kalau sdh dilatih dg silat yg baik, akan berbeda pandang langkah sikap &
tangkisannya terhadap serangan lawannya… Begitulah juga otak yang sudah dilatih oleh
matematika, lain sikapnya terhadap suatu persoalan daripada otak mentah6
Matematika memang unik dibanding disiplin keilmuan lain. Matematika sendiri sebagai sebuah
strukturabstrak sebenarnyatakmengandungpengetahuan.SangatberbedadibandingFisika, Kimia,
Kerekayasaan, Ilmu Sosial, dan lainnya. Istilah-istilah matematika yang digunakan sebenarnya tak
begituutama. Pengajaran matematika jadi sesungguhnya sangat jauh dari gambaran suatu transfer
pengetahuan. Lebih tepatnya, seorang guru yang membelajarkan matematika sebenarnya sedang
berupaya menyadarkan muridnya untuk mengembangkan dua hal, yakni ketrampilan dan sikap.
Seseorang yang belajar matematika sejatinya akan mengembangkan ketrampilannya bernalar,
berkomunikasi kompleks,menyelesaikan masalah, dan menerapkan matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Ini semua kata kerja. Memang demikianlah seharusnya matematika dimaknai sebagai
sebuah kata kerja, bukan kata benda. Walau dalam kehidupan nyata seseorang tak menghadapi
masalah matematika secara eksplisit, seperti menentukan akar persamaan kuadrat, namun
ketrampilan-ketrampilan yang dibangun melalui pengalaman bermatematika merupakan senjata
utama dalam menghadapi persoalan sehari-hari. Ini yang dikatakan Tan di kutipan di atas.
Ketrampilan-ketrampilan tadi itulah yang seharusnya mewujud di diri pemelajarnya.
4 Idem, hal.83
5 Idem, hal.83
6 Idem, hal.54
4. Selainmengembangkan ketrampilan yang terkait dengan proses berpikir seperti di atas, seseorang
yang belajarmatematikaakanmengembangkansikapnya. Pertamayangakandibangunadalah sikap
positif terhadap masalah. Selain pemelajar matematika akan memiliki sikap percaya diri dalam
menghadapi masalah,pemelajaryangberhasil akanmemandangmasalahsebagai sebuahkendaraan
untuk mengembangkan dirinya. Masalah dalam kehidupan manusia merupakan sebuah peluang
untuk semakin membijakkan dirinya. Bukankah setiap manusia di dunia ini memang selalu
dipasangkan dengan masalah baginya? Dan, setiap manusia sejatinya harus selalu mengingat
pentingnya masalah bagi dirinya.
Kehidupan era modern ini sama sekali tidak meniadakan masalah, malah masalah yang dihadapi
manusia di era sekarang sangat berbeda dengan era sebelumnya. Masalah era sekarang sangat tak
rutin. Masalah era sekarang banyak yang belum ditemui di era sebelumnya. Seperti masalah
pemanasanglobal, manusia era sekarang harus menyelesaikan rangkaian masalah yang belum ada
riset sebelumnya. Penyakit era sekarang banyak yang belum ada di literatur. Dokter harus
menyelesaikanmasalah/penyakityangdihadapi pasiennya dengan kemampuan berpikir serta sikap
ingin tahu, gigih, percaya diri, dan bersahaja.
Jikaseseorangbelajarmatematikadenganbaik,sejatinyaakantumbuhsikappercayadiri tetapi juga
sekaligus sikap bersahaja. Semakin seseorang belajar matematika lanjut, dirinya akan semakin
menyadari bahwamatematikatakbicaratentangkebenaran,tetapi tentangkesahihan.Sikapdirinya
akan menjadi semakin menghargai hak berpendapat orang lain. Tak serta merta menganggap
pendapat yang berbeda dengan pendapatnya sebagai sesuatu yang salah atau sesat. Akibatnya,
dirinya semakin tak takabur. Pembangunan sikap bersahaja ini yang justru sangat penting dari
pembelajaran matematika. Sikap bersahaja ini dalam praktik pendidikan yang dipabrikkan seperti
sekarang menjadi tak diperhatikan, karena sikap itu tak dapat diukur. Namun, apakah memang
semua pencapaian ketrampilan dan sikap dalam pendidikan matematika harus dapat diukur?
Yang perlu digarisbawahi, sikap bersahaja ini justru yang menjadi jantung keselarasan sosial
berdasarkanintelektualitas. Oleh karenanya, mutu pembelajaran matematika akan sangat relevan
denganpembangunankeselarasansosial. Ini lahtantanganpembelajaranmatematika sekolah dasar
dan menengah sesungguhnya.
Nyata Tak Bermateri
Tan Malaka memiliki pandangan sangat mendalam atau filosofis terhadap matematika. Pertama,
beliau memahami bahwa matematika adalah sebuah disiplin keilmuan yang tak bermateri.
Matematikaadalah studi tentang gagasan semata yang dibuat oleh manusia. Panca indra tak boleh
berperan dalam matematika. Semua penarikan kesimpulan harus senantiasa bergantung pada
prosesbernalardeduktif.Duagarissejajarataudua segmengarissamapanjangtak dapat dibuktikan
menggunakan mistar, jangka, penggaris, atau alat lainnya. Ini yang dikatakan Tan Malaka bahwa
matematika adalah ilmu tak bermateri.
…dalam perasaan kekurangan materi, penulis banyak mendapatkan materi pada ilmu tak
bermateri. Persoalan matematika melupakan banyak perkara lain-lain…
Sebuah ironi sangat mungkin hendak disiratkan beliau dalam kutipan di atas. Pada saat dalam
kehidupannya, beliau serba kekurangan dari segi materi dan juga tak sehat, beliau justru
5. memperoleh kebahagiaan dalam bermatematika. Kekurangan materi dipuaskan dengan ilmu tak
bermateri. Kegiatan bermatematika baginya menjadi sebuah layaknya sebuah taman hiburan.
Mungkin ini bak anak kecil yang memasuki alam fantasinya.
Kedua, kutipan di atas juga menekankan sekali lagi bagaimana beliau memandang belajar
matematika atau bermatematika. Baginya, bermatematika adalah sebuah kenikmatan yang justru
dapat mengalahkanpermasalahandalamkehidupannya. Ini mengatakan bahwa Tan Malaka sangan
menikmati kegiatan bermatematika. Ini mungkin yang dia ingin cucu dan buyutnya hari ini
merasakan saat bermatematika. Pesan Tan Malaka tentang cara pandang terhadap matematika ini
perlu digaungkan melalui ucapan dan tindakan guru-guru matematika sekarang dan masa depan.
Bapak Bangsayang kasmaranbermatematikaini telahmemberikantauladanbagaimana seharusnya
kita semua menikmati belajar matematika.
Strategi
Untuk menggaungkan gagasan Tan Malaka terhadap matematika ini memang akan baik jika
direkaciptasecaraseksamake dalampendidikanmatematika sekolah dasar dan menengah. Bahkan
pada perkuliahan matematika di tahun pertama pendidikan tinggi pun, gagasan Tan Malaka ini
seharusnyadikenalkan.SudutpandangTanMalaka terhadap matematika akan membangun budaya
belajarmatematika yang baru. Sudut pandang ini akan memicu kasmaran bermatematika di siswa-
siswi sekolah.Gairahini akan menggeser paradigma kuno dari pengajaran matematika yang sangat
menekankanpadakepatuhanprosedurdanmanipulasitanpamakna, menjadi proses bernalar serta
kenikmatanbermatematika.Secararesmi,harusadaterusmenerus upaya menyebarkan paradigma
ini.
Namun, melalui jalur informal yang tidak bergantung pada birokrasi, penyebaran paradigma Tan
Malaka pada pendidikan matematika ini justru lebih menunjukkan peluangnya. Melalui
pembelajaranmatematika secara daring, terbuka, dan masif, penyebaran gagasan dan pengenalan
paradigma pendidikan matematika beliau dapat lebih tersebar. Pembuatan modul-modul
pembelajaran matematika yang merealisasikan gagasan Tan Malaka yang dapat diunduh secara
gratis oleh guru-guru akan membuat penyebarannya efektif. Kemudian, yang harus diupayakan
adalah membuat model-model pembelajaran matematika yang mendasarkan pada cara pandang
Tan Malaka dalambentukrangkaianvideosingkat,sekitar7menitanataukurang.Bentukvideoakan
membuat guru dapat melihat secara langsung bagaimana pembelajaran matematika di kelas yang
mewujudkan paradigma Tan Malaka.