SlideShare a Scribd company logo
Matematika Ilmu Yang
Mengagumkan
Makalah Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen : Indrya Mulyaningsih, M.Pd
Di susun oleh :
Ahmad Imamudin
Matematika C / Semester II
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NUR JATI CIREBON
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti
oleh peserta didik disemua jenjang pendidikan, baik SD, SMP/MTs,
SMA/MA/SMK, maupun Perguruan Tinggi.
Pernyataan di atas seakan menggugah saya untuk menguak realita
yang sebenarnya tentang Matematika itu sendiri. Matematika adalah ilmu
tentang kehidupan ini, mempelajari ilmu Matematika sesungguhnya sama
halnya membaca realitas kehidupan kita sendiri. Karena setiap aktivitas
yang kita kerjakan sehari-hari itu tidak akan lepas dari ilmu Matematika.
Sementara itu, masih sangat langka tulisan-tulisan Matematika dengan
tema populer. Yang banyak dijumpai adalah tulisan-tulisan dalam bentuk
buku ajar (textbook) yang tentu saja sengaja dirancang untuk proses
belajar-mengajar dalam kelas. Padahal, saya yakin tidak sedikit yang
mendambakan hadirnya buku atau tulisan-tulisan penunjang selain buku-
buku- atau tulisan-tulisan yang mereka pegang di sekolah ataupun di
kampus. Yaitu, buku-buku atau tulisan-tulisan matematika yang
mencerahkan, yang bisa dibaca sambil tiduran, yang bisa dijadikan
pelengkap buku-buku atau tulisan-tulisan ajar, yang dengan membacanya
mereka akan menjadi kian semangat untuk mendalaminya.
B. Tujuan Penulisan
Sudah dipaparkan di muka, bahwasannya Matematika bukanlah ilmu
yang menakutkan, tetapi menyanangkan. Oleh karena itu, tujuan penulisan
saya di sini tentu saja untuk memberi pamahaman kepada pembaca bahwa
Matematika adalah ilmu yang sangat menyenangkan untuk dipelajari,
selain itu juga tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas UAS Semester
II Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
C. Rumusan Masalah
Ada banyak pertanyaan seputar Matematika, baik dari kalangan yang
barangkali masih awam dengan matematika maupun dari kalangan yang
notabene sudah sekian lama belajar matematika beberapa pertanyaan itu
antara lain :
1. Apa itu Matematika?
2. Mengapa harus Matematika?
3. Bagaimana sejarah Matematika itu?
4. Adakah hubungan antara Matematika dengan Islam?
5. Adakah keajaiban Matematika dalam Sholat?
6. Apa yang dituntut oleh para pakar sains modern terhadap pengkaji
ilmu Matematika itu sendiri?
Semua pertanyaan-pertanyaan itu akan kami kupas tuntas di sini,
memberi bukti bahwa Matematika matematika ada bukan hanya sebagai
pelengkap mata pelajaran saja, tetapi Matematika ada agar kita mengerti
tentang kehidupan dan konsepnya dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
MATEMATIKA ILMU YANG MENGAGUMKAN
A. Apa itu Matematika?
M-A-T-E-M-A-T-I-K-A, setiap kali kita mendengar kata itu yang ada
dalam benak kita adalah ilmu tentang hitung-menghitung. Ya, memang
benar, matematika adalah ilmu hitung. Tapi, apakah Matematika hanya
digunakan untuk menghitung? Tidak. Matematika adalah ilmu yang luas, ia
adalah lukisan tentang alam raya ini. Keindahannya bisa memesona mata
siapapun. Kesederhanaannya, keteraturannya, juga formula-formulanya
yang menakjubkan, menjadikan matematika tampil kian menawan. Seolah
matematika adalah buku besar tentang semesta ini.
Sangat beralasan, jika Matematika menjadi pelajaran wajib di sekolah,
sejajar dengan pelajaran baca-tulis dan bahasa. Belajar Matematika memang
layaknya belajar baca-tulis dan bahasa. Setelah kita mahir baca-tulis dan
bahasa, maka kita akan mampu mengarungi samudera pengetahuan yang tak
hanya lluas tapi juga dalam. Alam raya ini menyimpan banyak misteri yang
tak pernah kering untuk dikaji. Dan yang menakjubkan adalah ternyata
sebagian misteri itu „tertulis‟ dengan bahasa Matematika.
Pendeknya, Matematika bukanlah pulau asing dan terpencil yang
hanya menarik dilabuhi orang-orang tertentu, tapi adalah pulau kita sendiri
yang setiap hari kita singgahi.
B. Mengapa Harus Matematika?
Mungkin anda pernah membaca sebuah buku best seller yang ditulis
oleh seorang Ulama Besar di negeri ini, Prof. Dr. M. Quraisy Syihab, yang
berjudul Membumikan Alqur’an. Buku itu berbicara bagaimana agar
Alqur‟an difahami dan kemudian diterapkan dan dirasakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Jadi, tulisan ini dimaksudkan sebagai upaya agar Matematika dapat
diterima dan difahami, juga dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari. Bagaimana agar mereka yang belum tahu tentang Matematika menjadi
tahu, yang belum mau belajar Matematika menjadi mau, yang belum
mampu menjadi mampu, dan yang belum merasakan sehingga bisa
merasakan manisnya belajar Matematika.
1. Dari tidak tahu menjadi tahu
Bisa jadi, sebutan Matematika sebagai momok mata pelajaran di
sekolah adalah karena belum dikenalkan. Pepatah baru mengatakan; Tak
kenal maka harus dikenalkan.1
Dengan demikian, yang harus dilakukan adalah:
a) Membukakan, membuka mata hati mereka bahwa belajar
Matematika itu sangat bermanfaat.
b) Mengajarkan, mengajarkan kepada mereka ilmu Matematika
dengan baik dan menyenangkan.
c) Memberi contoh, memberi contoh dari materi yang dipelajari
kepada kehidupan sehari-hari, misalnya : menghitung bangun ruang
dari benda yang nyata.
2. Dari tidak mau menjadi mau
Seseorang yang sudah tahu, belum tentu mau melakukannya, suatu
kekuatan dalam diri seseorang. Karena itu beberapa upaya yang harus
dilakukan adalah:
a) Memotivasi, memberi semangat kepada mereka untuk bersungguh-
sungguh belajar Matematika.
b) Menguatkan, setelah mereka termotivasi untuk mau belajar
Matematika, jangan buat motivasi mereka menurun bahkan
1. Budi Manfaat, Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung (Cirebon:
Eduvision Publishing, 2010), Hal. 12
menyesal karena motivasi itu, buat mereka bertambah yakin bahwa
belajar Matematika itu sangat bermanfaat.
c) Melihat potensi, setiap manusia terlahir dengan potensi yang
berbeda, untuk itu ajarkan Matematika dengan menggabungkan
dengan potensi yang mereka miliki, misalnya: ajarkan bangun
ruang dengan memberikan kesempatan bagi siswa yang memiliki
potensi menggambar untuk menggambar bangun ruang itu
sebanyak mungkin.
3. Dari tidak mampu menjadi mampu
Mereka yang sudah tahu tentang arti penting Matematika dan
bertekad untuk mau mendalaminya, harus dibimbing sehingga mampu
(menguasai). Dalam hal ini yang dilakukan adalah;
a) Melatih, memberikan pelatihan yang dapat mendorong mreka
untuk lebih mau memahami materi itu.
b) Mendampingi, setelah memberikan pelatihan kita harus
mendampingi agar kita tahu apa dan mana saja yang sudah mereka
kuasai dan mana saja yang belum mereka kuasai.
c) Memberi kesempatan, tentunya ini sangat penting bagi setiap
peserta didik, mereka butuh yang nama eksploitasi diri, kita
memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan potensi
yang mereka miliki.
4. Dari tidak merasakan menjadi merasakan
Puncak dari setiap pembelajaran adalah ketika kita sudah dapat
merasakan buah manis dari apa yang kita pelajari. Diantara upaya yang
dapat dilakukan untuk menuju hal itu adalah dengan cara merenungi
setiap peristiwa dengan penalaran Matematika, dari situ kita akan
mengetahui makna dibalik peristiwa yang terjadi.
Inilah target yang diharapkan setelah anda membaca tulisan ini.
Anda akan tahu, mau, mampu, dan merasakan nikmatnya belajar
Matematika. Lalu, pertanyaan di atas pun muncul kembali, mengapa kita
harus belajar Matematika? Baca sampai selesai! Jawabannya ada di
dalam tulisan ini.
C. Bagaimana Sejarah Matematika Itu?
Pada dasarnya, semua yang ada di alam ini tidak lepas dengan yang
namanya Matematika, sejak zaman Nabi Adam ilmu Matematika sudah
diajarkan, sebagai contoh bahwa nabi Adam mengerti dia memiliki dua anak
perempuan dan dua anak laki-laki. Begitu pun dalam pembuatan bahtera di
zaman Nabi Nuh AS, sebuah bahtera besar dibuat oleh nabi Nuh AS
bersama umatnya atas perintah Allah SWT, karena pada saat itu Allah akan
memberikan azab kepada umat nabi Nuh AS yang membangkang dan
melawan berupa banjur bandang, disini bisa kita simpulkan bahwa tidak
mungkin sebuah behtera besar yang akan dinaiki oleh umat nabi Nuh AS
yang tidak hanya dari kalangan manusia tetapi juga dari hewan-hewan itu
dibuat tanpa perhitungan yang matang, jadi intinya Matematika sudah ada
sejak nabi Adam AS diutus menjadi khalifah ke muka bumi ini hanya saja
ilmu itu mulai berkembang pada zaman peradaban.
Keberhasilan Islam secara historis dalam menjelaskan warisan
intelektual masa lalu, menatanya agar berguna dan kemudian memperkaya
dengan inovasi penting sangat terbukti dalam matematika yang
dikembangkan kaum muslim. Matematika yang bagaimanakah yang
diwarisi kaum Muslimin dan dari siapa? Tentunya sangat banyak dan dari
berbagai sumber, sebagian diantaranya memiliki ciri amat maju yang telah
berkembang selama empat ribu tahun. Bangsa Mesir Kuno telah mengenal
angka-angka desimal, memecahkan masalah-masalah rumit dengan
menggunakan persamaan yang memuat bilangan kuadrat, menghitung luas
lingkaran dan segiempat dengan cukup akurat, dan secara umum mampu
menerapkan keahlian matematis yang dibutuhkan untuk mahakarya seperti
merencanakan dan membangun Piramida di Giza. Pengukuran bentuk-
bentuk geometris, baik bidang datar maupun berbentuk padat, sudah dikenal
oleh bangsa Mesir Kuno dan Mesopotamia. Bangsa Sumeria, semenjak
milenium keempat sebelum masehi, kelihatan sudah menggunakan sistem
perhitungan yang rumit. Bangsa Babilonia sudah terbiasa menggunakan
bilangan berurutan, yaitu angka-angka yang nilainya berubah secara
otomatis dan secara konsisten berdasarkan posisinya daloam sebuah
gambar-pertama, kedua, atau lainnya. Nuilai berurutan akhirnya digunakan
dalam sistem bilangan seperti sepuluh (sistem desimal) atau enampuluh
(sistem seksagesimal). Konsep nilai berurutan, seperti terlihat peran
mendasarnya saat ini, merupakan salah satu dari keberhasilan yang amat
penting dalam sejarah sains dunia.
Ribuan tahun sebelum masa Kristen, aritmatika Cina dapat
memecahkan masalah yang kompleks pada penelitian dan pengukuran
bidang geometris. Di India, semenjak abad ke-empat sebelum Masehi,
perhitungan dilakukan menggunakan metoda seperti aljabar yang diwarisi
dari Babilon, dan satu sistem bilangan yang menjadi cikal bakal bilangan
Hindu dan Arab modern, Bilangan berurutan desimal menjadi dikenal di
India sekitar abad pertama Masehi, dan angka-angka mulai memasukkan
bentuk nol, yang telah berkembang dari simbol Babilon yang menyatakan
ruang kosong.
Jadi, Matematika telah menjadi alat perhitungan internasional jauh
sebelum kemunculan Islam. Bangsa Yunani memerlukan beberapa abad
menjelang masa Masehi untuk menjadikan instrumen ini menjadi bahasa
yang amat berguna dan tertata baik –seperangkat hukum-hukum dan istilah
yang dapat digunkan untuk mengukur dan menjelaskan, dengan ketepatan
dan kecermatan yang sebelumnya tidak mungkin, tatanan inheren pada
segala sesuatu yang ada di alam, dunia fisik.
Sejak masa Pythagoras, angka-angka dan keterkaitannya telah
memukau bangsa Yunani dan beserta bentuk-bentuk geometris,
memungkinkan mereka merekayasa seluruh alam semesta dan memahami
struktur dan fungsinya. Bukanlah tanpa alasan disiplin Matematika
dimasukkan sebagai bagian filsafat Yunani : Matematika sebenarnya bentuk
dari pelatihan filsafat dengan menggunakan prosedur-prosedur baku dari
argumen, penunjukkan, dan pembuktian untuk mencapai jawaban yang
dapat diterapkan secara universal. Pada abad ketiga sebelum Masehi, Euclid,
ahli Matematika Yunani yang terkeanal pada masa Alexandria, menuliskan
karyanya, Elements (Unsur-unsur), yang mengumpulkan ke dalam tigabelas
buku seluruh geometri yang diperoleh hingga saat itu. Karyanya itu juga
memuat teori bilangan, angka irasional, dan hal-hal lainnya yang
diungkapkan dalam definisi dan aksioma. Keberhasilan Euclid merupakan
bagian penting dari warisan yang diterima oleh kaum Muslimin, dan masih
tidak terbandingi hingga abad ke-19.
Geometri Yunani serta aljabar dan aritmetika Hindu masuk ke wilayah
Islam sejak awal-awal, Matematika Yunani merupakan bagian dari harta
karun naskah ilmiah yang diterjemahkan di pusat-pusat seperti Gondeshapur
dan Baghdad, Matematika Hindu mungkin datang melalui jalur perdagangan
dengan India. Dengan demikian dua pendekatan yang berbeda secar
fundamental pada pengkajian Matematika muncul bersamaan selama abad-
abad pertama budaya Islam. Howard R. Turner (2004:56) mengungkapkan
bahwa kecenderungan Yunani pada penggambaran konsep-konsep secar
geometris, dan penekanan Babilon pada perhitungan sexagesimal (atau baris
enampuluh) menggunakan bilangan berurutan, bersama-sama dengan
penggunaan urutan bilangan desimal dari India.
Berawal dari psat-pusat intelektual seperti rumah kebijakan yang
didirikan oleh Khalifah Abasiyah di Bagdad dan Fatimiyah di Kairo, filosof-
matematikus Islam yang pertama menggeluti harta rampasan intelektual
mereka dengan penuh gairah. Mereka segera terbiasa dan mulai melakukan
kritikan terhadap ide-ide, rumusan-rumusan dan rincian-rincian yang
mereka temukan tidak akurat, tidak konsisten, atau kesalahan-kesalahan
lainnya. Mereka melakukan penerjemahan baru dan revisi-revisi terhadap
yang sudah ada, sekaligus melakukan koreksi dan sampai pada kesimp[ulan-
kesimpulan baru. Inilah salah satu rumah pembersihan terhadap sejarah
budaya! Pada akhirnya, ahli Matematika Muslim mengubah sifat bilangan,
mengefesienkan beberapa bidang Matematika, dan mengembangkan
cabang-cabang baru Matematika. Sebelum mengkaji lebih dekat pada
bagian paling penting dari pencapaian ini, perlu dicatat bahwa pada periode
sejarah yang sama ahli Matematika Eropa Barat menghabiskan waktu
mereka dengan pertengkaran mengenai kalender, intruksi-intruksi baru
dalam menggunakan sepoa dan masih menggunakan angka romawi.
Secara umum, ahli Matematika Islam menghabiskan sebagian besar
waktunya dengan pengujian-pengujian mikro: memperluas, menata,
memperbaiki dan memperindah warisan dari Babilon, India dan Yunani
Kuno. Namun demikian, dalam aljabar mereka membuat lebih dari rumah
pembersih (clean house) dan membuat peningkatan. Di sini terdapat seorang
yang sangat luar biasa, Al-Khwarizmi, seorang kelahiran Persia pada abad
ke-8. Dia tidak hanya menolong dalam mengalihkan angka-angka Hindu
dan Babilon ke dalam sistem sederhana dan dapat diterapkan yang dapat
digunakan semua orang, ia mlahirkan baik istilag “aljabar” maupun
“algoritma”, berikut juga konsep di belakangnya. Aljabar (dalam bahasa
Inggris: algebra) menunjukkan perubahan (transposisi)-pengatur
keseimbangan (muqabal) atau ekuilibrium-melalui penambahan atau
pengurangan dengan jumlah yang sama pada kedua sisi persamaan; yang
dikaitkan dengan kegiatan ini pengurangan atau penyederhanaan dan
penggabungan terma ekuivalen (equivalent terms). Algoritma, istilah ini
sendiri diturunkan pada masa Latin Abad Pertengahan dari nam Al-
Khwarizmi, menunjukkan perhitungan sistematis atau sistem intruksi
langkah demi langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan.
Seperti itulah gambaran sejarah Matematika yang sangat di dominasi
oleh para ahli Matematika Muslim, sehingga banyak isitlah dalam
Matematika berasal dari kata-kata bahasa Arab.
D. Adakah hubungan antara Matematika dengan Islam?
Belajar Matematika perlu melibatkan potensi intelektual, emosional
dan spiritual secara simultan. Perlu penggunaan akal (aql) dan hati (qalb)
secara bersama, melalui jalur jasmani (kasab) dan juga jalur ruhani (kasyaf).
Aspek pengembangan kemampuan berfikir (kognitif), sikap (afektif) dan
prilaku (psikomotor) dalam belajar Matematika dapat tercapai dengan baik
melalui paradigma ulul albab. Potensi dzikir untuk mengenbangkan aspek
afektif dan fikir untuk mengembangkan aspek kognitif agar menghasilkan
amal sholeh (psokimotor). Belajar Matematika yang abstrak, yang
memerlukan kemampuan pikir dan imajinasi dapat dilakukan dengan
paradigma ulul albab yang menggunakan pendekatan rasionalis, empiris,
dan logis (bayani dan burhani) sekaligus pendekatan intuitif imajinatif, dan
metafisis (irfani).2
Seorang Matematikawan muslim sejati, adalah jika ilmunya
menjadikan ia semakin dekat dengan Tuhannya, dan berujung dengan
mengungkapkan: “robbana maa khalaqta hadza bathila, subhanaka faqina
‘adzabannar..” (Wahai Tuhan kami, sungguh tidak ada satu pun yang
Engkau ciptakan dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka jauhkanlah kami
dari siksa neraka). Hal ini dapat di upayakan dengan cara memahami
konsep-konsep Matematika dalam konteks keislaman. Sebagai contoh,
dalam Matematika ada konsep tentang bilangan prima. Bilangan prima biasa
didefinisikan sebagai bilangan yang hanya mempunyai dua faktor, yaitu
bilangan 1 dan bilangan itu sendiri. Sedangkan lawannya biasa disebut
dengan bilangan komposit, yaitu bilangan yang mempunyai faktor lebih dari
dua. Perhatikan contoh berikut:
Bilangan Faktor Keterangan
2 1, 2 Prima
4 1, 2, 4 Bukan Prima
5 1, 5 Prima
8 1, 2, 4, 8 Bukan Prima
12 1, 2, 3, 4, 6, 12 Bukan Prima
Bagaimana seorang muslim melihat fakta ini? Adakah nilai-nilai
spiritual yang dapat dilihat?
2. Ibid,, hal.162
Satu adalah Allah, dan bilangan yang lain itu adalah kita sendiri
(manusia). Perhatikanlah! Ia dikatakan prima jika ia sangat dekat dengan
Allah, tidak ada satupun yang menghalanginya (hijab). Sebaliknya jika
semakin jauh dengan Allah (ada jarak, ada hijab) maka semakin tidak
prima. Manusia prima adalah manusia yang sangat dekat dengan Allah.
Interpretasi seperti ini adalah sah-sah saja. Sekalipun sebagian orang akan
mengatakan bahwa ini hanya dibuat-buat.
Sebagai contoh satu lagi, perhatikan misalnya persamaan berikut:
Persamaan tersebut bisa juga ditulis:
Apa yang dapat kita ungkapkan? Ya. Dimanapun sebenarnya ada satu.
Dimanapun sebenarnya ada Allah, meskipun tak terjangkau oleh mata
kepala.
Contoh lagi,
3 + 0 = 3
p + 0 = p
Bilangan berapapun jika ditambah dengan 0 maka tetap bilangan itu
sendiri. Lalu nilai spiritualnya?
1 itu Tauhid
0 itu ikhlas
10 itu sempurna
Jadi, raihlah sang Tauhid (1) dengan hati yang ikhlas (0) untuk
menjadi kesempurnaan hidup (10).3
3. Ibid,, hal. 164
Dan demikian seterusnya. Banyak sekali fakta-fakta dalam Matematika
yang bisa membuat kita semakin mengenal Allah. Saat kita melihat
keteraturan (pola), saat kita melihat formula yang menakjubkan yang
barangkali sebagian orang menyebutnya kebetulan, saat kita menyaksikan
wujud-wujud di alam yang teratur, dan seterusnya, maka di situlah puncak
kenikmatan dari sebuah ilmu pengetahuan akan kita rasakan: Kian dekatnya
kita dengan sang Khaliq, allah ‘azza wa jalla.
E. Adakah keajaiban Matematika dalam sholat?
Setelah kita tahu hubungan spiritual antara Matematika dengan Islam,
selanjutnya kita akan mengetahui adakah hubungan Matematika dengan
salah satu ibadah paling utama dalam Islam, yaitu sholat? Ya ada.
Perhatikan! Uraian berikut:
Sholat = 5 waktu dalam sehari
Rokaat = 17 dalam sehari (selain hari Jum’at)
Rokaat = 15 dalam sehari (hari Jum’at)
QS. Muhammad = Surat ke 47
94 = angka genap ke 47
Sehari dalam sholat mengucap 94 “Allahu akbar”
47 adalah bilangan prima ke 15 = jumlah rakaat pada hari Jum’at
Surat ke 15 = 99 ayat > 33 x 3 (dzikir dalam sholat)
Lalu apa maknanya?
Dari uraian di atas, ada makna yang perlu kita renungi, yaitu
bahwasannya seorang hamba yang taat kepada Allah dan nabi Muhammad
dituntut untuk menyempurnakan sholatnya dan dzikirnya.
Perhatikan! uraian selanjutnya:
Sholat ada 5 waktu
94 x 5 = 470 (47 = surat Muhammad)
94 + 5 = 99 (33 x 3 dzikir)
Angka keramat dalam Alqur’an adalah 19
19 x 94 = 1786
1----------786
1 = ayat pertama surat pertama (Al-faatihah)
786 = angka nilai basmalah



= 19 huruf
Berikut ini adalah penjelasan nilai huruf hijaiyah dalam alfabet arab:
102
2 60 40
66
1 30 30 5
329
1 30 200
8 40 50
289
1 30 200
8 10 40
102 + 66 + 329 + 289 = 786
Jadi, setiap akan malakukan sesuatu kita diperintahkan untuk
mengucap Basmalah, terutama dalam melakukan sholat, apabila dalam
sholat tidak membaca Basmalah maka sholatnya tidak sah, karena Basmalah
termasuk dalam surat Al-fatihah yang membacanya merupakan rukun
sholat.
Selanjutnya kita membahas makna dari nilai kalimat Basmalah:
19 x 94 = 1786
1 + 7 = 8
7 – 1 = 6
17---------86
Surat ke 86 memiliki 17 ayat
94 + 17 = 111
Surat ke 111 memiliki 17 ayat
Di QS.17:111 terdapat kalimat “Takbir”
111 = 1 + 1 + 1 = 3
3 bilangan prima = 2, 3, 5
532 = 19 x 28
Jadi, nilai kalimat Basmalah (19 huruf) sangat luas sekali sehingga di
dalam nilainya ada kesinambungan dengan kalimat tekbir dan surat-surat
dalam Alqur‟an.
Surat ke 111 memiliki 5 ayat (sholat 5 waktu)
Surat ke 94 memiliki 8 ayat
94 + 8 = 102
Surat ke 102 memiliki 8 ayat
102 – 8 = 94
102 = 17 x 6
102 = 10 + 2 = 12 = 6 x 2
102 + 12 = 114 (jumlah surat dalam Alqur’an)
114 = 19 x 6
Jadi, di sini bisa kita lihat bahwa angka 19 benar-benar merupakan
angka keramat. Kita lihat hubungannya sangat erat sekali dengan
perhitungan surat-surat dalam Alqur‟an.
33 = angka ganjil ke 17
Surat 33 memiliki 73 ayat
3373 = bilangan prima ke 476
4 + 7 + 6 = 17
476 = 17 x 28
532 = 19 x 28
532 – 476 = 56
5 + 6 = 11
17 + 11 = 28
2 + 8 = 10
10 adalah bilangan sempurna
Setiap kita selesai mendirikan sholat 5 waktu (17 rakaat) kita
diperintahkan untuk berdzikir (33x3) sebagai penyempurna (10) sholat kita.
Ini adalah urutan 10 angka
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urutan tersebut dibagi 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dari tiap grup ambil 3 angka tengah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Angka 10 dikatakan sempurna. Berikut ini adalah penjelasannya:
920
1 30 80 1 400 8 400
920 = 92 x 10
92 = adalah nilai angka Muhammad
10 = adalah angka sempurna
Dari hasil diatas gabungkan 2 angka dari masing-masing grup
4 dan 7
3 dan 8
2 dan 9
menjadi pasangan sehingga terbentuk sebagai berikut:
47 adalah QS.Muhammad
38 adalah jumlah ayat QS.Muhammad
92 adalah nilai angka Muhammad
Diagramnya bisa dilihat sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lalu apa hubungan angka 10 dengan nabi Muhammad dalam hitungan
diatas?
Nabi Muhammad adalah mahluk yang paling mulia, akhlaknya beliau
adalah akhlak Alqur.an. Jadi angka 10 itu seperti nabi Muhammad, manusia
paling sempurna. Oleh karena itu, angka 10 disebut angka sempurna.
Dari seluruh uraian diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
Islam memerintahkan kita untuk patuh kepada Allah dan Nabi Muhammad
SAW sebagai utusan Allah SWT. Juga diperintahkan untuk selalu berbuat
amal sholeh dengan banyak berdzikir dan membaca Alqur‟an dan
meneladani Nabi Muhammad SAW, sebagai mahluk yang paling sempurna.
F. Apa yang dituntut dari pakar sains muslim terhadap pengkaji ilmu
Matematika?
Dalam kajiannya, Prof. Dr. Abdul Hafiz Hilmi menjelaskan apa yang
seharusnya dilakukan oleh seorang ilmuwan muslim yang beriman kepada
Allah, Rosul-Nya, dan Kitab-Nya. Sesungguhnya kaum mukminin dituntut
untuk merenungi ayat-ayat kaun di dalam Alqur‟an, juga merenungi makna
dibalik segala perintah Allah dan larangan-Nya.4
Dia juga mengatakan,
usaha perenungan dan berfikir ini ada tingkatan-tingkatannya. Mendalami
ayat-ayat ini, termasuk fardu kifayah, bagi orang-orang yang benar-benar
cakap dan mampu. Imam Al-Ghozali berpendapat bahwa ilmu kedokteran
dan Matematika yang keduanya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan dunia
termasuk fardu kifayah. Adapun mendalami Matematika dan ilmu
kedokteran secara mendetail adalah keutamaan bukan kewajiban. Saya tidak
perlu menambah perkataan hujjatul islam ini. Permasalahannya sekarang,
bahwa penilaian dan batasan-batasannya bisa berubah dari masa ke masa.
Tidak diragukan lagi, apa yang dianggap keutamaan pada masa lalu, bisa
jadi pada masa sekarang menjadi kewajiban.5
Jadi, sebagai seorang yang mendalami ilmu Matematika dituntut
untuk mengkaji ilmu tersebut dalam konteks Islam, agar ilmu itu tidak
hanya bersifat duniawi tetapi juga bersifat ukhrawi.
4. Yusuf Qardhawi, Alqur’an berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Gema
Insani, 1998). Hal. 342
5. Ibid,,,
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
M-A-T-E-M-A-T-I-K-A, setiap kali kita mendengar kata itu yang ada
dalam benak kita adalah ilmu tentang hitung-menghitung. Ya, memang
benar, matematika adalah ilmu hitung. Tapi, apakah Matematika hanya
digunakan untuk menghitung? Tidak. Matematika adalah ilmu yang luas, ia
adalah lukisan tentang alam raya ini. Keindahannya bisa memesona mata
siapapun. Kesederhanaannya, keteraturannya, juga formula-formulanya
yang menakjubkan, menjadikan matematika tampil kian menawan. Seolah
matematika adalah buku besar tentang semesta ini.
Sangat beralasan, jika Matematika menjadi pelajaran wajib di sekolah,
sejajar dengan pelajaran baca-tulis dan bahasa. Belajar Matematika memang
layaknya belajar baca-tulis dan bahasa. Setelah kita mahir baca-tulis dan
bahasa, maka kita akan mampu mengarungi samudera pengetahuan yang tak
hanya lluas tapi juga dalam. Alam raya ini menyimpan banyak misteri yang
tak pernah kering untuk dikaji. Dan yang menakjubkan adalah ternyata
sebagian misteri itu „tertulis‟ dengan bahasa Matematika.
Pendeknya, Matematika bukanlah pulau asing dan terpencil yang
hanya menarik dilabuhi orang-orang tertentu, tapi adalah pulau kita sendiri
yang setiap hari kita singgahi.
Belajar Matematika perlu melibatkan potensi intelektual, emosional
dan spiritual secara simultan. Perlu penggunaan akal (aql) dan hati (qalb)
secara bersama, melalui jalur jasmani (kasab) dan juga jalur ruhani (kasyaf).
Aspek pengembangan kemampuan berfikir (kognitif), sikap (afektif) dan
prilaku (psikomotor) dalam belajar Matematika dapat tercapai dengan baik
melalui paradigma ulul albab. Potensi dzikir untuk mengenbangkan aspek
afektif dan fikir untuk mengembangkan aspek kognitif agar menghasilkan
amal sholeh (psokimotor). Belajar Matematika yang abstrak, yang
memerlukan kemampuan pikir dan imajinasi dapat dilakukan dengan
paradigma ulul albab yang menggunakan pendekatan rasionalis, empiris,
dan logis (bayani dan burhani) sekaligus pendekatan intuitif imajinatif, dan
metafisis (irfani).
Dengan pengkajian yang dalam terhadap Matematika kita akan
mampu menelaah makna dibalik semua perintah Allah dan larangan-Nya,
termasuk ibadah yang merupakan hubungan antara manusia dengan
Tuhannya.
Dari seluruh uraian diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
Islam memerintahkan kita untuk patuh kepada Allah dan Nabi Muhammad
SAW sebagai utusan Allah SWT. Juga diperintahkan untuk selalu berbuat
amal sholeh dengan banyak berdzikir dan membaca Alqur‟an dan
meneladani Nabi Muhammad SAW, sebagai mahluk yang paling sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Turner, R. Howard. Sains Islam Yang Mengagumkan, Bandung:
Yayasan Nuansa Cendekia, 2004.
Manfaat, Budi. Membumikan Matematika Dari Kampus Ke Kampung,
Cirebon: Eduvision Publishing, 2010.
Qardhawi, Yusuf. Alqur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu
Pengetahuan, Jakarta: Gema Insani, 1998.
Zailani, Ahmad. dkk. Matematika Untuk SMA/MA, Bandung: Yrama
Widya, 2006.
Ghozali, Imam. Ringkasan Ihya’ Ulumudin, Cet. II. Terj. Labib Mz.
Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2007.

More Related Content

Similar to Matematika ilmu yang mengagumkan (20)

Mathematics as the queen of science
Mathematics as the queen of scienceMathematics as the queen of science
Mathematics as the queen of science
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika C
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika C
 
Rini 2
Rini 2Rini 2
Rini 2
 
Rini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika CRini Sri Rahayu. Matematika C
Rini Sri Rahayu. Matematika C
 
Tugas UAS Bahasa Indonesia
Tugas UAS Bahasa IndonesiaTugas UAS Bahasa Indonesia
Tugas UAS Bahasa Indonesia
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Tugas UAS Bahasa Indonesia
Tugas UAS Bahasa IndonesiaTugas UAS Bahasa Indonesia
Tugas UAS Bahasa Indonesia
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Rini
RiniRini
Rini
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6
 
Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6Makalah kelompok 6
Makalah kelompok 6
 
Matematika dan kegunaanya_ardhana[1]
Matematika dan kegunaanya_ardhana[1]Matematika dan kegunaanya_ardhana[1]
Matematika dan kegunaanya_ardhana[1]
 
Realistic mathematics education
Realistic mathematics educationRealistic mathematics education
Realistic mathematics education
 

Matematika ilmu yang mengagumkan

  • 1. Matematika Ilmu Yang Mengagumkan Makalah Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Dosen : Indrya Mulyaningsih, M.Pd Di susun oleh : Ahmad Imamudin Matematika C / Semester II INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NUR JATI CIREBON 2013
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh peserta didik disemua jenjang pendidikan, baik SD, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, maupun Perguruan Tinggi. Pernyataan di atas seakan menggugah saya untuk menguak realita yang sebenarnya tentang Matematika itu sendiri. Matematika adalah ilmu tentang kehidupan ini, mempelajari ilmu Matematika sesungguhnya sama halnya membaca realitas kehidupan kita sendiri. Karena setiap aktivitas yang kita kerjakan sehari-hari itu tidak akan lepas dari ilmu Matematika. Sementara itu, masih sangat langka tulisan-tulisan Matematika dengan tema populer. Yang banyak dijumpai adalah tulisan-tulisan dalam bentuk buku ajar (textbook) yang tentu saja sengaja dirancang untuk proses belajar-mengajar dalam kelas. Padahal, saya yakin tidak sedikit yang mendambakan hadirnya buku atau tulisan-tulisan penunjang selain buku- buku- atau tulisan-tulisan yang mereka pegang di sekolah ataupun di kampus. Yaitu, buku-buku atau tulisan-tulisan matematika yang mencerahkan, yang bisa dibaca sambil tiduran, yang bisa dijadikan pelengkap buku-buku atau tulisan-tulisan ajar, yang dengan membacanya mereka akan menjadi kian semangat untuk mendalaminya. B. Tujuan Penulisan Sudah dipaparkan di muka, bahwasannya Matematika bukanlah ilmu yang menakutkan, tetapi menyanangkan. Oleh karena itu, tujuan penulisan saya di sini tentu saja untuk memberi pamahaman kepada pembaca bahwa Matematika adalah ilmu yang sangat menyenangkan untuk dipelajari, selain itu juga tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas UAS Semester II Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
  • 3. C. Rumusan Masalah Ada banyak pertanyaan seputar Matematika, baik dari kalangan yang barangkali masih awam dengan matematika maupun dari kalangan yang notabene sudah sekian lama belajar matematika beberapa pertanyaan itu antara lain : 1. Apa itu Matematika? 2. Mengapa harus Matematika? 3. Bagaimana sejarah Matematika itu? 4. Adakah hubungan antara Matematika dengan Islam? 5. Adakah keajaiban Matematika dalam Sholat? 6. Apa yang dituntut oleh para pakar sains modern terhadap pengkaji ilmu Matematika itu sendiri? Semua pertanyaan-pertanyaan itu akan kami kupas tuntas di sini, memberi bukti bahwa Matematika matematika ada bukan hanya sebagai pelengkap mata pelajaran saja, tetapi Matematika ada agar kita mengerti tentang kehidupan dan konsepnya dalam Islam.
  • 4. BAB II PEMBAHASAN MATEMATIKA ILMU YANG MENGAGUMKAN A. Apa itu Matematika? M-A-T-E-M-A-T-I-K-A, setiap kali kita mendengar kata itu yang ada dalam benak kita adalah ilmu tentang hitung-menghitung. Ya, memang benar, matematika adalah ilmu hitung. Tapi, apakah Matematika hanya digunakan untuk menghitung? Tidak. Matematika adalah ilmu yang luas, ia adalah lukisan tentang alam raya ini. Keindahannya bisa memesona mata siapapun. Kesederhanaannya, keteraturannya, juga formula-formulanya yang menakjubkan, menjadikan matematika tampil kian menawan. Seolah matematika adalah buku besar tentang semesta ini. Sangat beralasan, jika Matematika menjadi pelajaran wajib di sekolah, sejajar dengan pelajaran baca-tulis dan bahasa. Belajar Matematika memang layaknya belajar baca-tulis dan bahasa. Setelah kita mahir baca-tulis dan bahasa, maka kita akan mampu mengarungi samudera pengetahuan yang tak hanya lluas tapi juga dalam. Alam raya ini menyimpan banyak misteri yang tak pernah kering untuk dikaji. Dan yang menakjubkan adalah ternyata sebagian misteri itu „tertulis‟ dengan bahasa Matematika. Pendeknya, Matematika bukanlah pulau asing dan terpencil yang hanya menarik dilabuhi orang-orang tertentu, tapi adalah pulau kita sendiri yang setiap hari kita singgahi. B. Mengapa Harus Matematika? Mungkin anda pernah membaca sebuah buku best seller yang ditulis oleh seorang Ulama Besar di negeri ini, Prof. Dr. M. Quraisy Syihab, yang berjudul Membumikan Alqur’an. Buku itu berbicara bagaimana agar
  • 5. Alqur‟an difahami dan kemudian diterapkan dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, tulisan ini dimaksudkan sebagai upaya agar Matematika dapat diterima dan difahami, juga dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari- hari. Bagaimana agar mereka yang belum tahu tentang Matematika menjadi tahu, yang belum mau belajar Matematika menjadi mau, yang belum mampu menjadi mampu, dan yang belum merasakan sehingga bisa merasakan manisnya belajar Matematika. 1. Dari tidak tahu menjadi tahu Bisa jadi, sebutan Matematika sebagai momok mata pelajaran di sekolah adalah karena belum dikenalkan. Pepatah baru mengatakan; Tak kenal maka harus dikenalkan.1 Dengan demikian, yang harus dilakukan adalah: a) Membukakan, membuka mata hati mereka bahwa belajar Matematika itu sangat bermanfaat. b) Mengajarkan, mengajarkan kepada mereka ilmu Matematika dengan baik dan menyenangkan. c) Memberi contoh, memberi contoh dari materi yang dipelajari kepada kehidupan sehari-hari, misalnya : menghitung bangun ruang dari benda yang nyata. 2. Dari tidak mau menjadi mau Seseorang yang sudah tahu, belum tentu mau melakukannya, suatu kekuatan dalam diri seseorang. Karena itu beberapa upaya yang harus dilakukan adalah: a) Memotivasi, memberi semangat kepada mereka untuk bersungguh- sungguh belajar Matematika. b) Menguatkan, setelah mereka termotivasi untuk mau belajar Matematika, jangan buat motivasi mereka menurun bahkan 1. Budi Manfaat, Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung (Cirebon: Eduvision Publishing, 2010), Hal. 12
  • 6. menyesal karena motivasi itu, buat mereka bertambah yakin bahwa belajar Matematika itu sangat bermanfaat. c) Melihat potensi, setiap manusia terlahir dengan potensi yang berbeda, untuk itu ajarkan Matematika dengan menggabungkan dengan potensi yang mereka miliki, misalnya: ajarkan bangun ruang dengan memberikan kesempatan bagi siswa yang memiliki potensi menggambar untuk menggambar bangun ruang itu sebanyak mungkin. 3. Dari tidak mampu menjadi mampu Mereka yang sudah tahu tentang arti penting Matematika dan bertekad untuk mau mendalaminya, harus dibimbing sehingga mampu (menguasai). Dalam hal ini yang dilakukan adalah; a) Melatih, memberikan pelatihan yang dapat mendorong mreka untuk lebih mau memahami materi itu. b) Mendampingi, setelah memberikan pelatihan kita harus mendampingi agar kita tahu apa dan mana saja yang sudah mereka kuasai dan mana saja yang belum mereka kuasai. c) Memberi kesempatan, tentunya ini sangat penting bagi setiap peserta didik, mereka butuh yang nama eksploitasi diri, kita memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. 4. Dari tidak merasakan menjadi merasakan Puncak dari setiap pembelajaran adalah ketika kita sudah dapat merasakan buah manis dari apa yang kita pelajari. Diantara upaya yang dapat dilakukan untuk menuju hal itu adalah dengan cara merenungi setiap peristiwa dengan penalaran Matematika, dari situ kita akan mengetahui makna dibalik peristiwa yang terjadi. Inilah target yang diharapkan setelah anda membaca tulisan ini. Anda akan tahu, mau, mampu, dan merasakan nikmatnya belajar Matematika. Lalu, pertanyaan di atas pun muncul kembali, mengapa kita
  • 7. harus belajar Matematika? Baca sampai selesai! Jawabannya ada di dalam tulisan ini. C. Bagaimana Sejarah Matematika Itu? Pada dasarnya, semua yang ada di alam ini tidak lepas dengan yang namanya Matematika, sejak zaman Nabi Adam ilmu Matematika sudah diajarkan, sebagai contoh bahwa nabi Adam mengerti dia memiliki dua anak perempuan dan dua anak laki-laki. Begitu pun dalam pembuatan bahtera di zaman Nabi Nuh AS, sebuah bahtera besar dibuat oleh nabi Nuh AS bersama umatnya atas perintah Allah SWT, karena pada saat itu Allah akan memberikan azab kepada umat nabi Nuh AS yang membangkang dan melawan berupa banjur bandang, disini bisa kita simpulkan bahwa tidak mungkin sebuah behtera besar yang akan dinaiki oleh umat nabi Nuh AS yang tidak hanya dari kalangan manusia tetapi juga dari hewan-hewan itu dibuat tanpa perhitungan yang matang, jadi intinya Matematika sudah ada sejak nabi Adam AS diutus menjadi khalifah ke muka bumi ini hanya saja ilmu itu mulai berkembang pada zaman peradaban. Keberhasilan Islam secara historis dalam menjelaskan warisan intelektual masa lalu, menatanya agar berguna dan kemudian memperkaya dengan inovasi penting sangat terbukti dalam matematika yang dikembangkan kaum muslim. Matematika yang bagaimanakah yang diwarisi kaum Muslimin dan dari siapa? Tentunya sangat banyak dan dari berbagai sumber, sebagian diantaranya memiliki ciri amat maju yang telah berkembang selama empat ribu tahun. Bangsa Mesir Kuno telah mengenal angka-angka desimal, memecahkan masalah-masalah rumit dengan menggunakan persamaan yang memuat bilangan kuadrat, menghitung luas lingkaran dan segiempat dengan cukup akurat, dan secara umum mampu menerapkan keahlian matematis yang dibutuhkan untuk mahakarya seperti merencanakan dan membangun Piramida di Giza. Pengukuran bentuk- bentuk geometris, baik bidang datar maupun berbentuk padat, sudah dikenal oleh bangsa Mesir Kuno dan Mesopotamia. Bangsa Sumeria, semenjak
  • 8. milenium keempat sebelum masehi, kelihatan sudah menggunakan sistem perhitungan yang rumit. Bangsa Babilonia sudah terbiasa menggunakan bilangan berurutan, yaitu angka-angka yang nilainya berubah secara otomatis dan secara konsisten berdasarkan posisinya daloam sebuah gambar-pertama, kedua, atau lainnya. Nuilai berurutan akhirnya digunakan dalam sistem bilangan seperti sepuluh (sistem desimal) atau enampuluh (sistem seksagesimal). Konsep nilai berurutan, seperti terlihat peran mendasarnya saat ini, merupakan salah satu dari keberhasilan yang amat penting dalam sejarah sains dunia. Ribuan tahun sebelum masa Kristen, aritmatika Cina dapat memecahkan masalah yang kompleks pada penelitian dan pengukuran bidang geometris. Di India, semenjak abad ke-empat sebelum Masehi, perhitungan dilakukan menggunakan metoda seperti aljabar yang diwarisi dari Babilon, dan satu sistem bilangan yang menjadi cikal bakal bilangan Hindu dan Arab modern, Bilangan berurutan desimal menjadi dikenal di India sekitar abad pertama Masehi, dan angka-angka mulai memasukkan bentuk nol, yang telah berkembang dari simbol Babilon yang menyatakan ruang kosong. Jadi, Matematika telah menjadi alat perhitungan internasional jauh sebelum kemunculan Islam. Bangsa Yunani memerlukan beberapa abad menjelang masa Masehi untuk menjadikan instrumen ini menjadi bahasa yang amat berguna dan tertata baik –seperangkat hukum-hukum dan istilah yang dapat digunkan untuk mengukur dan menjelaskan, dengan ketepatan dan kecermatan yang sebelumnya tidak mungkin, tatanan inheren pada segala sesuatu yang ada di alam, dunia fisik. Sejak masa Pythagoras, angka-angka dan keterkaitannya telah memukau bangsa Yunani dan beserta bentuk-bentuk geometris, memungkinkan mereka merekayasa seluruh alam semesta dan memahami struktur dan fungsinya. Bukanlah tanpa alasan disiplin Matematika dimasukkan sebagai bagian filsafat Yunani : Matematika sebenarnya bentuk dari pelatihan filsafat dengan menggunakan prosedur-prosedur baku dari
  • 9. argumen, penunjukkan, dan pembuktian untuk mencapai jawaban yang dapat diterapkan secara universal. Pada abad ketiga sebelum Masehi, Euclid, ahli Matematika Yunani yang terkeanal pada masa Alexandria, menuliskan karyanya, Elements (Unsur-unsur), yang mengumpulkan ke dalam tigabelas buku seluruh geometri yang diperoleh hingga saat itu. Karyanya itu juga memuat teori bilangan, angka irasional, dan hal-hal lainnya yang diungkapkan dalam definisi dan aksioma. Keberhasilan Euclid merupakan bagian penting dari warisan yang diterima oleh kaum Muslimin, dan masih tidak terbandingi hingga abad ke-19. Geometri Yunani serta aljabar dan aritmetika Hindu masuk ke wilayah Islam sejak awal-awal, Matematika Yunani merupakan bagian dari harta karun naskah ilmiah yang diterjemahkan di pusat-pusat seperti Gondeshapur dan Baghdad, Matematika Hindu mungkin datang melalui jalur perdagangan dengan India. Dengan demikian dua pendekatan yang berbeda secar fundamental pada pengkajian Matematika muncul bersamaan selama abad- abad pertama budaya Islam. Howard R. Turner (2004:56) mengungkapkan bahwa kecenderungan Yunani pada penggambaran konsep-konsep secar geometris, dan penekanan Babilon pada perhitungan sexagesimal (atau baris enampuluh) menggunakan bilangan berurutan, bersama-sama dengan penggunaan urutan bilangan desimal dari India. Berawal dari psat-pusat intelektual seperti rumah kebijakan yang didirikan oleh Khalifah Abasiyah di Bagdad dan Fatimiyah di Kairo, filosof- matematikus Islam yang pertama menggeluti harta rampasan intelektual mereka dengan penuh gairah. Mereka segera terbiasa dan mulai melakukan kritikan terhadap ide-ide, rumusan-rumusan dan rincian-rincian yang mereka temukan tidak akurat, tidak konsisten, atau kesalahan-kesalahan lainnya. Mereka melakukan penerjemahan baru dan revisi-revisi terhadap yang sudah ada, sekaligus melakukan koreksi dan sampai pada kesimp[ulan- kesimpulan baru. Inilah salah satu rumah pembersihan terhadap sejarah budaya! Pada akhirnya, ahli Matematika Muslim mengubah sifat bilangan, mengefesienkan beberapa bidang Matematika, dan mengembangkan
  • 10. cabang-cabang baru Matematika. Sebelum mengkaji lebih dekat pada bagian paling penting dari pencapaian ini, perlu dicatat bahwa pada periode sejarah yang sama ahli Matematika Eropa Barat menghabiskan waktu mereka dengan pertengkaran mengenai kalender, intruksi-intruksi baru dalam menggunakan sepoa dan masih menggunakan angka romawi. Secara umum, ahli Matematika Islam menghabiskan sebagian besar waktunya dengan pengujian-pengujian mikro: memperluas, menata, memperbaiki dan memperindah warisan dari Babilon, India dan Yunani Kuno. Namun demikian, dalam aljabar mereka membuat lebih dari rumah pembersih (clean house) dan membuat peningkatan. Di sini terdapat seorang yang sangat luar biasa, Al-Khwarizmi, seorang kelahiran Persia pada abad ke-8. Dia tidak hanya menolong dalam mengalihkan angka-angka Hindu dan Babilon ke dalam sistem sederhana dan dapat diterapkan yang dapat digunakan semua orang, ia mlahirkan baik istilag “aljabar” maupun “algoritma”, berikut juga konsep di belakangnya. Aljabar (dalam bahasa Inggris: algebra) menunjukkan perubahan (transposisi)-pengatur keseimbangan (muqabal) atau ekuilibrium-melalui penambahan atau pengurangan dengan jumlah yang sama pada kedua sisi persamaan; yang dikaitkan dengan kegiatan ini pengurangan atau penyederhanaan dan penggabungan terma ekuivalen (equivalent terms). Algoritma, istilah ini sendiri diturunkan pada masa Latin Abad Pertengahan dari nam Al- Khwarizmi, menunjukkan perhitungan sistematis atau sistem intruksi langkah demi langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Seperti itulah gambaran sejarah Matematika yang sangat di dominasi oleh para ahli Matematika Muslim, sehingga banyak isitlah dalam Matematika berasal dari kata-kata bahasa Arab. D. Adakah hubungan antara Matematika dengan Islam? Belajar Matematika perlu melibatkan potensi intelektual, emosional dan spiritual secara simultan. Perlu penggunaan akal (aql) dan hati (qalb) secara bersama, melalui jalur jasmani (kasab) dan juga jalur ruhani (kasyaf).
  • 11. Aspek pengembangan kemampuan berfikir (kognitif), sikap (afektif) dan prilaku (psikomotor) dalam belajar Matematika dapat tercapai dengan baik melalui paradigma ulul albab. Potensi dzikir untuk mengenbangkan aspek afektif dan fikir untuk mengembangkan aspek kognitif agar menghasilkan amal sholeh (psokimotor). Belajar Matematika yang abstrak, yang memerlukan kemampuan pikir dan imajinasi dapat dilakukan dengan paradigma ulul albab yang menggunakan pendekatan rasionalis, empiris, dan logis (bayani dan burhani) sekaligus pendekatan intuitif imajinatif, dan metafisis (irfani).2 Seorang Matematikawan muslim sejati, adalah jika ilmunya menjadikan ia semakin dekat dengan Tuhannya, dan berujung dengan mengungkapkan: “robbana maa khalaqta hadza bathila, subhanaka faqina ‘adzabannar..” (Wahai Tuhan kami, sungguh tidak ada satu pun yang Engkau ciptakan dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksa neraka). Hal ini dapat di upayakan dengan cara memahami konsep-konsep Matematika dalam konteks keislaman. Sebagai contoh, dalam Matematika ada konsep tentang bilangan prima. Bilangan prima biasa didefinisikan sebagai bilangan yang hanya mempunyai dua faktor, yaitu bilangan 1 dan bilangan itu sendiri. Sedangkan lawannya biasa disebut dengan bilangan komposit, yaitu bilangan yang mempunyai faktor lebih dari dua. Perhatikan contoh berikut: Bilangan Faktor Keterangan 2 1, 2 Prima 4 1, 2, 4 Bukan Prima 5 1, 5 Prima 8 1, 2, 4, 8 Bukan Prima 12 1, 2, 3, 4, 6, 12 Bukan Prima Bagaimana seorang muslim melihat fakta ini? Adakah nilai-nilai spiritual yang dapat dilihat? 2. Ibid,, hal.162
  • 12. Satu adalah Allah, dan bilangan yang lain itu adalah kita sendiri (manusia). Perhatikanlah! Ia dikatakan prima jika ia sangat dekat dengan Allah, tidak ada satupun yang menghalanginya (hijab). Sebaliknya jika semakin jauh dengan Allah (ada jarak, ada hijab) maka semakin tidak prima. Manusia prima adalah manusia yang sangat dekat dengan Allah. Interpretasi seperti ini adalah sah-sah saja. Sekalipun sebagian orang akan mengatakan bahwa ini hanya dibuat-buat. Sebagai contoh satu lagi, perhatikan misalnya persamaan berikut: Persamaan tersebut bisa juga ditulis: Apa yang dapat kita ungkapkan? Ya. Dimanapun sebenarnya ada satu. Dimanapun sebenarnya ada Allah, meskipun tak terjangkau oleh mata kepala. Contoh lagi, 3 + 0 = 3 p + 0 = p Bilangan berapapun jika ditambah dengan 0 maka tetap bilangan itu sendiri. Lalu nilai spiritualnya? 1 itu Tauhid 0 itu ikhlas 10 itu sempurna Jadi, raihlah sang Tauhid (1) dengan hati yang ikhlas (0) untuk menjadi kesempurnaan hidup (10).3 3. Ibid,, hal. 164
  • 13. Dan demikian seterusnya. Banyak sekali fakta-fakta dalam Matematika yang bisa membuat kita semakin mengenal Allah. Saat kita melihat keteraturan (pola), saat kita melihat formula yang menakjubkan yang barangkali sebagian orang menyebutnya kebetulan, saat kita menyaksikan wujud-wujud di alam yang teratur, dan seterusnya, maka di situlah puncak kenikmatan dari sebuah ilmu pengetahuan akan kita rasakan: Kian dekatnya kita dengan sang Khaliq, allah ‘azza wa jalla. E. Adakah keajaiban Matematika dalam sholat? Setelah kita tahu hubungan spiritual antara Matematika dengan Islam, selanjutnya kita akan mengetahui adakah hubungan Matematika dengan salah satu ibadah paling utama dalam Islam, yaitu sholat? Ya ada. Perhatikan! Uraian berikut: Sholat = 5 waktu dalam sehari Rokaat = 17 dalam sehari (selain hari Jum’at) Rokaat = 15 dalam sehari (hari Jum’at) QS. Muhammad = Surat ke 47 94 = angka genap ke 47 Sehari dalam sholat mengucap 94 “Allahu akbar” 47 adalah bilangan prima ke 15 = jumlah rakaat pada hari Jum’at Surat ke 15 = 99 ayat > 33 x 3 (dzikir dalam sholat) Lalu apa maknanya? Dari uraian di atas, ada makna yang perlu kita renungi, yaitu bahwasannya seorang hamba yang taat kepada Allah dan nabi Muhammad dituntut untuk menyempurnakan sholatnya dan dzikirnya.
  • 14. Perhatikan! uraian selanjutnya: Sholat ada 5 waktu 94 x 5 = 470 (47 = surat Muhammad) 94 + 5 = 99 (33 x 3 dzikir) Angka keramat dalam Alqur’an adalah 19 19 x 94 = 1786 1----------786 1 = ayat pertama surat pertama (Al-faatihah) 786 = angka nilai basmalah    = 19 huruf
  • 15. Berikut ini adalah penjelasan nilai huruf hijaiyah dalam alfabet arab: 102 2 60 40 66 1 30 30 5 329 1 30 200 8 40 50 289 1 30 200 8 10 40 102 + 66 + 329 + 289 = 786 Jadi, setiap akan malakukan sesuatu kita diperintahkan untuk mengucap Basmalah, terutama dalam melakukan sholat, apabila dalam sholat tidak membaca Basmalah maka sholatnya tidak sah, karena Basmalah termasuk dalam surat Al-fatihah yang membacanya merupakan rukun sholat.
  • 16. Selanjutnya kita membahas makna dari nilai kalimat Basmalah: 19 x 94 = 1786 1 + 7 = 8 7 – 1 = 6 17---------86 Surat ke 86 memiliki 17 ayat 94 + 17 = 111 Surat ke 111 memiliki 17 ayat Di QS.17:111 terdapat kalimat “Takbir” 111 = 1 + 1 + 1 = 3 3 bilangan prima = 2, 3, 5 532 = 19 x 28 Jadi, nilai kalimat Basmalah (19 huruf) sangat luas sekali sehingga di dalam nilainya ada kesinambungan dengan kalimat tekbir dan surat-surat dalam Alqur‟an. Surat ke 111 memiliki 5 ayat (sholat 5 waktu) Surat ke 94 memiliki 8 ayat 94 + 8 = 102 Surat ke 102 memiliki 8 ayat 102 – 8 = 94
  • 17. 102 = 17 x 6 102 = 10 + 2 = 12 = 6 x 2 102 + 12 = 114 (jumlah surat dalam Alqur’an) 114 = 19 x 6 Jadi, di sini bisa kita lihat bahwa angka 19 benar-benar merupakan angka keramat. Kita lihat hubungannya sangat erat sekali dengan perhitungan surat-surat dalam Alqur‟an. 33 = angka ganjil ke 17 Surat 33 memiliki 73 ayat 3373 = bilangan prima ke 476 4 + 7 + 6 = 17 476 = 17 x 28 532 = 19 x 28 532 – 476 = 56 5 + 6 = 11 17 + 11 = 28 2 + 8 = 10 10 adalah bilangan sempurna Setiap kita selesai mendirikan sholat 5 waktu (17 rakaat) kita diperintahkan untuk berdzikir (33x3) sebagai penyempurna (10) sholat kita.
  • 18. Ini adalah urutan 10 angka 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Urutan tersebut dibagi 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dari tiap grup ambil 3 angka tengah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Angka 10 dikatakan sempurna. Berikut ini adalah penjelasannya: 920 1 30 80 1 400 8 400 920 = 92 x 10 92 = adalah nilai angka Muhammad 10 = adalah angka sempurna Dari hasil diatas gabungkan 2 angka dari masing-masing grup 4 dan 7 3 dan 8 2 dan 9 menjadi pasangan sehingga terbentuk sebagai berikut: 47 adalah QS.Muhammad 38 adalah jumlah ayat QS.Muhammad 92 adalah nilai angka Muhammad
  • 19. Diagramnya bisa dilihat sebagai berikut : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Lalu apa hubungan angka 10 dengan nabi Muhammad dalam hitungan diatas? Nabi Muhammad adalah mahluk yang paling mulia, akhlaknya beliau adalah akhlak Alqur.an. Jadi angka 10 itu seperti nabi Muhammad, manusia paling sempurna. Oleh karena itu, angka 10 disebut angka sempurna. Dari seluruh uraian diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Islam memerintahkan kita untuk patuh kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Juga diperintahkan untuk selalu berbuat amal sholeh dengan banyak berdzikir dan membaca Alqur‟an dan meneladani Nabi Muhammad SAW, sebagai mahluk yang paling sempurna. F. Apa yang dituntut dari pakar sains muslim terhadap pengkaji ilmu Matematika? Dalam kajiannya, Prof. Dr. Abdul Hafiz Hilmi menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang ilmuwan muslim yang beriman kepada
  • 20. Allah, Rosul-Nya, dan Kitab-Nya. Sesungguhnya kaum mukminin dituntut untuk merenungi ayat-ayat kaun di dalam Alqur‟an, juga merenungi makna dibalik segala perintah Allah dan larangan-Nya.4 Dia juga mengatakan, usaha perenungan dan berfikir ini ada tingkatan-tingkatannya. Mendalami ayat-ayat ini, termasuk fardu kifayah, bagi orang-orang yang benar-benar cakap dan mampu. Imam Al-Ghozali berpendapat bahwa ilmu kedokteran dan Matematika yang keduanya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan dunia termasuk fardu kifayah. Adapun mendalami Matematika dan ilmu kedokteran secara mendetail adalah keutamaan bukan kewajiban. Saya tidak perlu menambah perkataan hujjatul islam ini. Permasalahannya sekarang, bahwa penilaian dan batasan-batasannya bisa berubah dari masa ke masa. Tidak diragukan lagi, apa yang dianggap keutamaan pada masa lalu, bisa jadi pada masa sekarang menjadi kewajiban.5 Jadi, sebagai seorang yang mendalami ilmu Matematika dituntut untuk mengkaji ilmu tersebut dalam konteks Islam, agar ilmu itu tidak hanya bersifat duniawi tetapi juga bersifat ukhrawi. 4. Yusuf Qardhawi, Alqur’an berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Gema Insani, 1998). Hal. 342 5. Ibid,,,
  • 21. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN M-A-T-E-M-A-T-I-K-A, setiap kali kita mendengar kata itu yang ada dalam benak kita adalah ilmu tentang hitung-menghitung. Ya, memang benar, matematika adalah ilmu hitung. Tapi, apakah Matematika hanya digunakan untuk menghitung? Tidak. Matematika adalah ilmu yang luas, ia adalah lukisan tentang alam raya ini. Keindahannya bisa memesona mata siapapun. Kesederhanaannya, keteraturannya, juga formula-formulanya yang menakjubkan, menjadikan matematika tampil kian menawan. Seolah matematika adalah buku besar tentang semesta ini. Sangat beralasan, jika Matematika menjadi pelajaran wajib di sekolah, sejajar dengan pelajaran baca-tulis dan bahasa. Belajar Matematika memang layaknya belajar baca-tulis dan bahasa. Setelah kita mahir baca-tulis dan bahasa, maka kita akan mampu mengarungi samudera pengetahuan yang tak hanya lluas tapi juga dalam. Alam raya ini menyimpan banyak misteri yang tak pernah kering untuk dikaji. Dan yang menakjubkan adalah ternyata sebagian misteri itu „tertulis‟ dengan bahasa Matematika. Pendeknya, Matematika bukanlah pulau asing dan terpencil yang hanya menarik dilabuhi orang-orang tertentu, tapi adalah pulau kita sendiri yang setiap hari kita singgahi. Belajar Matematika perlu melibatkan potensi intelektual, emosional dan spiritual secara simultan. Perlu penggunaan akal (aql) dan hati (qalb) secara bersama, melalui jalur jasmani (kasab) dan juga jalur ruhani (kasyaf). Aspek pengembangan kemampuan berfikir (kognitif), sikap (afektif) dan prilaku (psikomotor) dalam belajar Matematika dapat tercapai dengan baik melalui paradigma ulul albab. Potensi dzikir untuk mengenbangkan aspek afektif dan fikir untuk mengembangkan aspek kognitif agar menghasilkan amal sholeh (psokimotor). Belajar Matematika yang abstrak, yang memerlukan kemampuan pikir dan imajinasi dapat dilakukan dengan
  • 22. paradigma ulul albab yang menggunakan pendekatan rasionalis, empiris, dan logis (bayani dan burhani) sekaligus pendekatan intuitif imajinatif, dan metafisis (irfani). Dengan pengkajian yang dalam terhadap Matematika kita akan mampu menelaah makna dibalik semua perintah Allah dan larangan-Nya, termasuk ibadah yang merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Dari seluruh uraian diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Islam memerintahkan kita untuk patuh kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Juga diperintahkan untuk selalu berbuat amal sholeh dengan banyak berdzikir dan membaca Alqur‟an dan meneladani Nabi Muhammad SAW, sebagai mahluk yang paling sempurna.
  • 23. DAFTAR PUSTAKA Turner, R. Howard. Sains Islam Yang Mengagumkan, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004. Manfaat, Budi. Membumikan Matematika Dari Kampus Ke Kampung, Cirebon: Eduvision Publishing, 2010. Qardhawi, Yusuf. Alqur’an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gema Insani, 1998. Zailani, Ahmad. dkk. Matematika Untuk SMA/MA, Bandung: Yrama Widya, 2006. Ghozali, Imam. Ringkasan Ihya’ Ulumudin, Cet. II. Terj. Labib Mz. Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2007.