Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
1. Dokumen ini membahas tentang model struktur slopped truss menggunakan SAP2000 dan proses analisis serta desain struktur.
2. Langkah-langkah pemodelan struktur slopped truss, penambahan beban, analisis, dan penentuan penampang struktur dijelaskan secara rinci.
3. Proses desain struktur bertujuan untuk menentukan penampang profil baja yang paling sesuai dengan beban dan batasan keamanan struktur.
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem drainase untuk beberapa jenis infrastruktur seperti jalan raya, lapangan terbang, pertanian, rel kereta api, rumah tinggal, dan lapangan golf. Ia menjelaskan langkah-langkah perencanaan drainase mulai dari menentukan daerah layanan, menghitung debit rencana, memilih material dan mendesain saluran drainase. Contoh perencanaan drainase jalan raya juga diberikan untuk mendemonstrasikan penerap
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat pemusatan kegiatan.
1. Dokumen ini membahas tentang model struktur slopped truss menggunakan SAP2000 dan proses analisis serta desain struktur.
2. Langkah-langkah pemodelan struktur slopped truss, penambahan beban, analisis, dan penentuan penampang struktur dijelaskan secara rinci.
3. Proses desain struktur bertujuan untuk menentukan penampang profil baja yang paling sesuai dengan beban dan batasan keamanan struktur.
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem drainase untuk beberapa jenis infrastruktur seperti jalan raya, lapangan terbang, pertanian, rel kereta api, rumah tinggal, dan lapangan golf. Ia menjelaskan langkah-langkah perencanaan drainase mulai dari menentukan daerah layanan, menghitung debit rencana, memilih material dan mendesain saluran drainase. Contoh perencanaan drainase jalan raya juga diberikan untuk mendemonstrasikan penerap
1. Dokumen tersebut membahas perancangan balok beton bertulang untuk menopang beban hidup dan mati pada bentangan 7 meter.
2. Pembahasan meliputi penentuan momen lentur maksimum, luas penampang tulangan, dan ukuran balok yang memenuhi syarat tegangan.
3. Diberikan contoh soal perhitungan balok dan sketsa rencana balok untuk bentangan 7,5 meter dengan beban dan mutu material tertentu.
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungMira Pemayun
Dokumen ini merupakan standar nasional Indonesia tentang persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung. Dokumen ini menjelaskan persyaratan material beton dan tulangan baja, proses pencampuran dan pengecoran beton, desain struktur beton, analisis beban lentur dan tekan, serta pengujian dan penerimaan kualitas beton.
1. The document discusses components of compression structures that can be composed of two or more profiles joined together using coupling plates.
2. The strength analysis must be calculated based on the material axis and free material axis. The material axis cuts through all elements of the structural component, while the free material axis does not cut or only partially cuts the elements.
3. Examples are given of problems involving designing single and assembled compression members using different profiles, with given axial loads, material properties, and dimensions. The problems are solved by selecting profiles, designing coupling plate dimensions, and checking the strength.
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
Dokumen ini membahas tentang tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota yang meliputi deskripsi, ketentuan-ketentuan, dan cara pengerjaannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam merencanaan geometrik jalan agar menghasilkan geometrik jalan yang memberikan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Dokumen ini memberikan panduan tentang klasifikasi jalan, kriteria perencanaan, bagian-bagian
Contoh soal perencanaan pondasi telapak untuk mendukung beban 150 KN/m pada tanah lempung dengan tebal fondasi 20 cm. Lebar pondasi yang dibutuhkan adalah 1,25 m dengan mempertimbangkan faktor aman 3. Contoh kedua membahas perencanaan pondasi bujur sangkar untuk struktur dengan kedalaman air tanah yang dalam. Dimensi pondasi yang dibutuhkan adalah lebar 1,55 m.
This document provides standard sectional dimensions, properties, and characteristics of wide flange (WF) steel profiles based on the Load Resistant Factor Design (LRFD) method according to Indonesian National Standard SNI 03-1729-2002. It includes the profile type, dimensions, sectional area, unit weight, elastic modulus, plastic modulus, geometrical moments of inertia, radii of gyration, and section criteria. Yield strengths of common WF steel grades are also provided.
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan regangan pada balok beton bertulang. Terdapat tiga hal penting yaitu: 1) letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik, 2) keseimbangan regangan menempati posisi penting sebagai pembatas antara dua cara hancur yang berbeda, 3) standar menetapkan pembatasan jumlah penulangan agar tercapai daktilitas.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem sambungan pada struktur baja, termasuk jenis sambungan seperti las, baut, dan paku keling, serta perencanaan dan mekanisme berbagai jenis sambungan."
1. Dokumen tersebut membahas perancangan balok beton bertulang untuk menopang beban hidup dan mati pada bentangan 7 meter.
2. Pembahasan meliputi penentuan momen lentur maksimum, luas penampang tulangan, dan ukuran balok yang memenuhi syarat tegangan.
3. Diberikan contoh soal perhitungan balok dan sketsa rencana balok untuk bentangan 7,5 meter dengan beban dan mutu material tertentu.
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungMira Pemayun
Dokumen ini merupakan standar nasional Indonesia tentang persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung. Dokumen ini menjelaskan persyaratan material beton dan tulangan baja, proses pencampuran dan pengecoran beton, desain struktur beton, analisis beban lentur dan tekan, serta pengujian dan penerimaan kualitas beton.
1. The document discusses components of compression structures that can be composed of two or more profiles joined together using coupling plates.
2. The strength analysis must be calculated based on the material axis and free material axis. The material axis cuts through all elements of the structural component, while the free material axis does not cut or only partially cuts the elements.
3. Examples are given of problems involving designing single and assembled compression members using different profiles, with given axial loads, material properties, and dimensions. The problems are solved by selecting profiles, designing coupling plate dimensions, and checking the strength.
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
Dokumen ini membahas tentang tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota yang meliputi deskripsi, ketentuan-ketentuan, dan cara pengerjaannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam merencanaan geometrik jalan agar menghasilkan geometrik jalan yang memberikan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Dokumen ini memberikan panduan tentang klasifikasi jalan, kriteria perencanaan, bagian-bagian
Contoh soal perencanaan pondasi telapak untuk mendukung beban 150 KN/m pada tanah lempung dengan tebal fondasi 20 cm. Lebar pondasi yang dibutuhkan adalah 1,25 m dengan mempertimbangkan faktor aman 3. Contoh kedua membahas perencanaan pondasi bujur sangkar untuk struktur dengan kedalaman air tanah yang dalam. Dimensi pondasi yang dibutuhkan adalah lebar 1,55 m.
This document provides standard sectional dimensions, properties, and characteristics of wide flange (WF) steel profiles based on the Load Resistant Factor Design (LRFD) method according to Indonesian National Standard SNI 03-1729-2002. It includes the profile type, dimensions, sectional area, unit weight, elastic modulus, plastic modulus, geometrical moments of inertia, radii of gyration, and section criteria. Yield strengths of common WF steel grades are also provided.
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan regangan pada balok beton bertulang. Terdapat tiga hal penting yaitu: 1) letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik, 2) keseimbangan regangan menempati posisi penting sebagai pembatas antara dua cara hancur yang berbeda, 3) standar menetapkan pembatasan jumlah penulangan agar tercapai daktilitas.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem sambungan pada struktur baja, termasuk jenis sambungan seperti las, baut, dan paku keling, serta perencanaan dan mekanisme berbagai jenis sambungan."
Modul ini membahas desain perkerasan jalan kaku. Topik utama meliputi metode perhitungan tebal perkerasan kaku menggunakan persamaan AASHTO dan parameter desain yang relevan, serta desain penguat seperti penentuan jumlah penulangan baja dan sambungan antar pelat beton.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis-jenis pelat struktur, termasuk pelat satu arah dan pelat dua arah. Pelat adalah elemen struktur horizontal yang mendukung beban dan menyalurkannya ke rangka vertikal. Terdapat empat jenis pelat berdasarkan aksi strukturalnya, yaitu pelat kaku, membran, flexibel, dan tebal. Pelat satu arah memiliki rasio panjang terhadap lebar lebih besar dari 2,
Dokumen tersebut membahas tentang bantalan rel, termasuk pengertian, fungsi, jenis, dan perencanaan bantalan rel untuk struktur jalan kereta api. Jenis bantalan yang dijelaskan meliputi kayu, besi, beton, dan slab track. Dimensi dan syarat kuat untuk bantalan kayu juga diuraikan.
Modul kuliah membahas tentang elemen batang tekan, teori tekuk EULER, pengaruh panjang dan perletakan batang terhadap panjang tekuk, serta pengaruh tegangan sisa pada batang tekan."
Modul kuliah membahas tentang elemen batang tekan dalam struktur baja, termasuk tekuk elastis, panjang tekuk, batas kelangsingan, dan pengaruh tegangan sisa."
Dokumen tersebut membahas analisis elastis penampang beton dan perhitungan lendutan pada struktur beton. Secara ringkas, dibahas mengenai penentuan modulus elastisitas dan rasio modular beton dan baja, transformasi penampang untuk analisis elastis, perhitungan momen inersia dan posisi sumbu netral, serta batasan maksimum lendutan yang diijinkan pada berbagai komponen struktur beton.
Laporan ini mendeskripsikan uji kuat tarik yang dilakukan terhadap dua jenis baja konstruksi, yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan sirip. Uji ini bertujuan untuk menentukan tegangan leleh, tegangan putus, dan regangan maksimum dari masing-masing baja. Hasilnya menunjukkan bahwa baja tulangan polos memiliki tegangan leleh 319,99 MPa dan baja tulangan sirip memiliki tegangan lele
Buku ini berisi penjelasan tentang konsep dasar elektronika seperti komponen pasif seperti resistor dan kapasitor serta diode. Buku ini ditulis berdasarkan catatan pelajaran saat SMA untuk berbagi ilmu elektronika."
Pelat dibagi menjadi pelat satu arah dan pelat dua arah. Pelat satu arah memiliki panjang lebih besar dari lebarnya dan ditumpu oleh balok sejajar. Pelat dua arah ditumpu oleh balok pada keempat sisinya. Metode perencanaan pelat meliputi penentuan tebal, perhitungan beban, momen, penentuan rasio penulangan, dan pemilihan tulangan.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
2. RUANG LINGKUP
• Tata cara ini meliputi persyaratan umum serta
syarat teknis perencanaan dan pelaksanaan
s.kayu untuk bangunan gedung atau struktur
bangunan lain yang mempunyai kesamaan
karakter dg struktur bangunan gedung.
3. KADAR AIR
• Kandungan air yang terdapat dalam
kayu,biasanya dinyatakan dalam persen dari
berat kayu kering oven.
• Kadar air kayu atau bahan berkayu dapat
dinyatakan berdasarkan berat kayu kering
oven atau berat kayu basah.
4. JENIS KAYU
1. Kayu keras(daun lebar)
Kelompok kayu yang berasal dari gol. Berbiji
tertutup(angiospermal)yg pada umumnya
berdaun lebar dg ciri2 kayu memiliki pori2 dan
pembuluh serta struktur anatomi yg kompleks.
2. Kayu lunak(daun jarum)
Kelompok kayu yg berasal dari gol.berbiji terbuka
(gimuospermal) yang pada umumnya berdaun
jarum dg ciri2 kayu terdiri dari trakeida
longitudinal dg struktur anatomi yg relatif lebih
sederhana.
5. STRUKTUR KAYU
• Kayu gubal : bagian terluar dari kayu yg
berbatasan dg kulit dan merupakan bagian
batang yg masih hidup berisi zat makanan
cadangan biasanya berwarna terang.
8. CACAT KAYU
Mata kayu: salah satu cacat pada kayu
gergajian yang merupakan tempat
munculnya cabang atau ranting yg
berbentuk bulat atau lonjong.
9. • Analisis struktur hrs dilakukan dg cara2
mekanika teknik yg baku.
• Analisis dg komputer,hrs menunjukkan prinsip
cara kerja program dan hrs ditunjukkan dg
jelas data masukkan serta penjelasan data
keluaran.
• Percobaan model diperbolehkan bila
diperlukan untuk analisis teoritis.
PERSYARATAN-PERSYARATAN
dlm s.kayu hrs dipenuhi syarat-syarat
sbb:
10. • Analisis struktur hrs dilakukan dg model2 matematis yg
mensimulasikan keadaan struktur yg sesungguhnya dilihat dari segi
sifat bahan dan kekakuan unsur2nya.
• Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, mk hrs
mengikuti persyaratan sbb.
- Struktur yg dihasilkan dpt.dibuktikan dg perhitungan &atau
percobaan yg cukup aman.
- Tanggung jwb atas penyimpangan,dipikul oleh perencana yg
bersangkutan.
- Perhitungan&atau percobaan tsb diajukan kpd panitia yg ditunjuk
oleh pengawas lap,yg terdiri dari ahli2 yg diberi wewenang
menentukan segala keterangan &cara2tersebut.
- Penanggung jwb perhitungan: perencana bertanggung jwb thd hasil
perencanaan.
11. Kode
mutu
Modulus
Elastisitas
lentur
(Ew)
Kuat
lentur Fb
Kuat tarik
// serat
Ft
Kuat
tekan //
serat Fc
Kuat
geser Fv
Kuat
tekan tgk
lurus
serat Fc+
E26 25000 66 60 46 6.6 24
E25 24000 62 58 45 6.5 23
E24 23000 59 56 45 6.4 22
E23 22000 56 53 43 6.2 21
E22 21000 54 50 41 6.1 20
E21 20000 56 47 40 5.9 19
E20 19000 47 44 39 5.8 18
E19 18000 44 42 37 5.6 17
E18 17000 42 39 35 5.4 16
E17 16000 38 36 34 5.4 15
E16 15000 35 33 33 5.2 14
Nilai kuat acuan (Mpa) berdasarkan
atas pemilahan secara mekanis pada
kadar air 15%
12. KUAT ACUAN
berdasarkan pemilahan secara visual
Dasar: dilakukan berdasarkan atas pengukuran
berat jenis.
Kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa
cacat.
1. Kerapatan ρ pada kondisi basah (berat dan
volume diukur pada kondisi basah,ttp kadar
airnya <30%) dihitung dg mengikuti prosedur
baku.Gunakan satuan kg/m³unt ρ
13. 2. Kadar air , m%(m<30%),diukur dg prosedur
baku.
3. Hitung berat jenis pada m%(Gm)dg rumus:
ρ
Gm: ------------------------
{1000(1+m/100)}
14. 4. Hitung berat jenis dasar (Gb) dg rumus:
Gm
Gb= -----------------------
(1+0,265 a Gm)
(30-m)
a= ---------------
30
15. 5. Hitung berat jenis pada kadar air 15%(G15)dg
rumus:
Gb
G15= ----------------------
(1-0,133 Gb)
6. Hitung estimasi kuat acuan dg rumus2 pada
tabel di bawah ini dg G=G15
16. Estimasi kuat acuan berdasarkan atas berat jenis pada kadar
air 15% untuk kayu berserat lurus tanpa cacat kayu.
Kuat Acuan Rumus estimasi
----------------------------------------------------------------
0,7
Modulus elastisitas lentur 16.000.G
Ew(Mpa)
Catatan: G adalah berat jenis kayu pada kadar air 15%
Nilai kuat acuan lainnya dapat diperoleh dari tabel di depan
dg berdasarkan nilai Ew(dr tabel di atas)
18. Untuk kayu dengan serat tdk lurus & atau
mempunyai cacat kayu,nilai modulus
elastisitas lentur acuan dari tabel di atas harus
direduksi dg mengalikan nilai rasio tahanan
dan tergantung pada mutu kayunya.
19. Cacat maksimum untuk setiap kelas
mutu kayu.
Macam cacat Kelas mutu A Kelas mutu B Kelas mutu C
*Mata kayu
-terletak di muka
lebar
-terletak di muka
sempit
*Retak
*Pingul
*Arah serat
*Saluran damar
*Gubal
*Lubang serangga
*Cacat lain
1/6 lebar kayu
1/8 lebar kayu
1/5 tebal kayu
1/10 tebal/lebar
kayu
1:13
1/5 tebal kayu
Diperkenankan
Diperkenankan asal
terpencar&ukuran
dibatasi&tdk ada
tanda2 serangga
hidup
Tdk diperkenankan
¼ lebar kayu
1/6 lebar kayu
¼ tebal kayu
1/6 tebal/lebar
kayu
1:9
2/5 tebal kayu
Diperkenankan
Idem mutu A
Tdk diperkenankan
½ lebar kayu
¼ lebar kayu
½ tebal kayu
¼ tebal/lebar kayu
1:6
½ tebal kayu
diperkenankan
Idem mutu A
Tdk diperkenenkan
20. PERENCANAAN STRUKTUR
Meliputi untuk:
1. Kayu struktural
2. Glulam (kayu laminasi struktural)
3. Produk-produk panel
4. Tiang pancang
5. Dll.komponen struktur lainnya.
21. BEBAN DAN KOMBINASI
PEMBEBANAN
Beban nominal adalah beban yang ditentukan di
dalam:
1. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung
2. SKBI-1.3.53.1987
3. SNI 03-1727-1989 Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung atau
penggantinya
22. BEBAN NOMINAL
1. D: beban mati yang diakibatkan oleh berat
konstruksi permanen,termasuk dinding,
lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan
peralatan layan tetap.
2. L: beban hidup yang ditimbulkan oleh
penggunaan gedung, termasuk pengaruh
kejut, ttetapi tidak termasuk beban
lingkungan seperti angin, hujan dll.
23. 3. La: beban hidup di atap yang ditimbulkan selama
perawatan oleh pekerja, peralatan,& material,
atau selama penggunaan biasa oleh orang atau
benda bergerak.
4. H: beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan
oleh genangan air.
5. W: beban angin termasuk dengan
memperhitungkan bentuk aerodinamika
bangunan&peninjauan terhadap pengaruh angin,
topan&tornado, bila diperlukan.
24. 6. E: beban gempa yang ditentukan menurut SNI
03-1726-1989 atau penggantinya.
KOMBINASI PEMBEBANAN
1,4 D
1,2 D+1,6 L+0,5(La atau H)
1,2 D+1,6 (La atau H)+(0,5L atau 0,8W)
1,2 D+ 1,3 W+ 0,5L+0,5(La atau H)
1,2 D ± 1,0 E+ 0,5 L
0,9 D ±(1,3W atau 1,0 E)
25. Keterangan
L: 1 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan
untuk pertemuan umum& semua daerah dimana
beban hidup>5 Kpa.
Beban lainnya:
. Beban yang ditimbulkan oleh fluida(F):1,3F
. Beban yang ditimbulkan oleh tanah(S):1,6S
.Beban yang ditimbulkan oleh genangan air(P):1,2P
. Beban yang ditimbulkan oleh temperatur(T):1,2T
26. Beban yang berlawanan
Apabila pengaruh suatu beban saling
berlawanan di dalam komponen struktur atau
sambungannya, maka harus ditinjau gaya
aksial, geser, dan momen yang mungkin
berbalik arah.
27. DASAR PERENCANAAN
Perencanaan keadaan batas :
Beban Rencana < keadaan batas dari komponen
struktur dan sambungan
Analisis struktur:
Dengan methode analisis struktur elastis yang
memperhitungkan: keseimbangan,
stabilitas,kompatibilitas geometris&sifat material
jangka pendek maupun jangka panjang.
29. TAHANAN RENCANA
Tahanan rencana= λ Ø R’
Ru ≤ λ Ø R’
Ru: beban terfaktor…..(Mu,Vu dll)
R’: tahanan terkoreksi
λ : faktor waktu (tergantung dari macam kombinasi
beban yang dipilih)
Ø : faktor tahanan (tergantung dari jenis gaya)
30. Faktor Tahanan
(Ø)
JENIS SIMBOL NILAI
Tekan
Lentur
Stabilitas
Tarik
Geser/Puntir
Sambungan
Øc
Øb
Øs
Øt
Øv
Øz
0,90
0,85
0,85
0,80
0,75
0,65
31. FAKTOR WAKTU(λ)
CATATAN: UNTUK SAMBUNGAN, λ = 1 JIKA L DARI KEJUT.
KOMBINASI PENBEBANAN FAKTOR WAKTU (λ)
1,4 D 0,6
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) 0,7 jika L dari gudang
0,8 jika L dari ruangan umum
1,25 jika L dari kejut
1,2 D + 1,6 (La atau H) + (0,5 L atau 0,8 W) 0,8
1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 (La atau H) 1,0
1,2 D ± 1,0 E + 0,5 L 1,0
0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E) 1,0
32. L U A S
LUAS BRUTO (A)=
jumlah luas seluruh elemen penyusun komponen
srtuktur kayu tersebut, yang diukur tegak lurus
terhadap sumbu komponen struktur.
LUAS NETO(An)=
Luas bruto dikurangi dengan jumlah material kayu
yang hilang karena adanya lubang bor, baut,
paku, coakan, takik, dll.
33. TAHANAN TERKOREKSI
Menurut SNI Tata Cara Perencanaan Konstruksi
Kayu Indonesia.
R’= R C₁ C₂ C₃ ………..Cn.
R’= tahanan terkoreksi
R = tahanan acuan
Ci = faktor-faktor koreksi
34. FAKTOR-FAKTOR KOREKSI
1. Faktor koreksi untuk masa layan
2. Faktor koreksi untuk konfigurasi komponen
struktur
3. Faktor koreksi untuk kayu struktural dan kayu
laminasi struktural
4. Faktor koreksi tambahan untuk panel srtuktural
5. Faktor koreksi tambahan untuk tiang dan
pancang kayu
6. Faktor koreksi tambahan untuk sambungan
struktural
35. KOMPONEN STRUKTUR TARIK
Lingkup: gaya tarik konsentris,gaya tarik setempat
akibat pengaruh sambungan
Perencanaan komponen struktur:
Tu ≤ λ Øt T’
Dengan:
Tu= gaya tarik terfaktor
λ = faktor waktu (lihat tabel)
Øt= faktor tahanan tarik sejajar serat
T’ = tahanan tarik terkoreksi
36. TAHANAN TARIK
Tahanan tarik terkoreksi komponen struktur
tarik konsentris, T’ ditentukan pada
penampang tarik kritis,
T’= Ft’ An
Dengan:
Ft’= kuat tarik sejajar serat terkoreksi
An= luas penampang neto
37. TAHANAN TARIK TERKOREKSI
T’ = tahanan tarik terkoreksi
T’= Ft’ An
Ft’ = Cm Ct Cpt CF Crt Ft
Cm= faktor koreksi layan basah
Ct= faktor koreksi temperatur
Cpt= faktor koreksi pengawetan kayu
CF= faktor koreksi bentuk
Crt= faktor koreksi tahan api
Ft= kuat tarik acuan(dari tabel)
38. STRUKTUR TEKAN DAN TUMPU
Lingkup: komponen struktur yang mengalami gaya tekan
aksial dan gaya tekan tumpu.
Pu ≤ λ Øc P’
Dengan:
P’: gaya tekan terfaktor
λ : faktor waktu (lihat tabel)
Øc: 0,90 faktor tahanan tekan sejajar serat
P’: tahanan tekan terkoreksi
39. TAHANAN TEKAN TERKOREKSI
P’= Cp A Fc’
Dengan:
P’= tahanan tekan terkoreksi
Cp= faktor kestabilan kolom
A= penampang bruto
Fc’= kuat tekan terkoreksi
Fc’= C₁ . . . . .Cn Fc
C₁ , C = faktor koreksi(selain Cp)
Fc= kuat tekan acuan
41. Tahanan tekuk kritis
∏² E₀₅ I ∏² E₀₅ A
Pe= --------------- = -----------------
(Ke L)² (Ke L/r)²
Dengan:
E₀₅= nilai modulus elastis lentur terkoreksi pada
persentil kelima(Mpa)
Pe= tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang
ditinjau (N)
42. Tahanan tekan aksial
terkoreksi
P₀= tahanan tekan aksial terkoreksi // serat pada
kelangsingan kolom=0(N)
C= 0,8 unt batang masif
0,85 unt tiang&pancang bundar
0,9 unt glulam
Øc= faktor tahanan tekan(=0,9)
Øs= faktor tahanan stabilitas(=0,85)
43. PANJANG EFEKTIF & KELANGSINGAN
Nilai kelangsingan kolom=
Ke L/r ≤ 175
Dengan:
Ke= faktor panjang tekuk unt komponen struktur tekan
L= panjang kolom tak terkekang
r= jari-jari girasi
45. PENGENALAN ALAT SAMBUNG
Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya
kekuatan sambungan pada konstruksi kayu:
1. Terjadinya pengurangan luas tampang.
2. Terjadinya penyimpangan arah serat, mis
terjadi pada buhul→kekuatan sambungan
didasarkan pada kekuatan kayu yg tdk
//serat.
46. 3. Terbatasnya luas sambungan.
Kayu memiliki kuat geser // serat yang kecil,
shg mudah pecah jika dipasang
berdekatan,mk hrs disyaratkan jarak minimal
spy tdk pecah.
47. CIRI-CIRI ALAT SAMBUNG YANG BAIK
1. Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk
penempatan alat sambung relatif kecil atau
bahkan 0.
2. Memiliki nilai banding antara kuat dukung
sambungan dg kuat ultimit btg yang
disambung tinggi.
3. Menunjukkan perilaku pelelehan sebelum
mencapai keruntuhan(daktil).
48. 4. Memiliki angka penyebaran panas yang
rendah.
5. Murah dan mudah digunakan.
49. JENIS-JENIS SAMBUNGAN
Dibedakan menjadi:
a. Sambungan satu irisan (menyambung 2
batang kayu)
b. Sambungan dua irisan (menyambung 3
batang kayu)
Atau:
Sambungan desak, tarik atau momen
50. ALAT SAMBUNG MEKANIK
1. Alat sambung lem.
2. Alat sambung paku, ada dua jenis paku yi,
paku bulat dan paku ulir, diameter berkisar
antara 2,75 mm sampai 8 mm, dan
panjangnya antara 40 mm sampai dengan
200 mm. Angka kelangsingan (perbandingan
antara panjang dg diameter paku) sangat
tinggi, shg mudah membengkok saat dipukul.
51. Keuntungan & kebaikan dari
sambungan paku
1. Harga murah,
2. Konstruksi lebih kaku,
3. Tdk perlu tenaga ahli,
4. Pekerjaan dapat dikerjakan dg cepat,
5. Perlemahan kayu oleh paku-paku sangat
kecil.
52. ANALISIS SAMBUNGAN PAKU
Tebal kayu yang disambung antara 20 mm sampai
dg 40 mm.
Sambungan paku direncanakan dg persamaan:
Zu ≤ λ Øz Z’
Dengan:
Zu= tahanan perlu sambungan
λ = faktor waktu ( unt tahanan tarik alat
pengencang=1)
53. Øz = faktor tahanan sambungan=0,65(sesuai
tabel)
Z’ = tahanan terkoreksi sambungan (diperoleh
dari hasil perkalian antara tahanan acuan
sambungan dg faktor-faktor koreksi)
(Z didapat dari tabel moda kelelehan tabel no
12.4.1)
54. TAHANAN LATERAL ACUAN
Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan
yang menggunakan paku baja satu irisan yang
dibebani secara tegak lurus terhadap sumbu
alat pengencang dan dipasang tegak lurus
sumbu komponen struktur, diambil sbg nilai
terkecil dari nilai-nilai yang dihitung
menggunakan semua persamaan pada tabel di
bawah ini.
56. CATATAN
Re = Fem/Fes
p = kedalaman penetrasi efektif batang alat
pengencang pada komponen pemegang (lihat
gambar)
KD = 2,2 untuk D ≤ 4,3 mm
= 0,38D+0,56 untuk 4,3 mm<D<6,4 mm
= 3,0 untuk D ≥ 6,4 mm
D = diameter paku
57. Fe = kuat tumpu kayu
1,84
= 114,45G Mpa(G: berat jenis kering oven)
Fyb = kuat lentur paku
62. a.Spasi dalam satu baris (a)
* 10D bila digunakan pelat sisi dari kayu
* minimal 7D untuk pelat sisi dari baja
b.Spasi antar baris (b)
spasi minimum antar baris adalah 5D
c.Jarak ujung (c)
*untuk beban tarik lateral:
15D untuk pelat sisi dari kayu
10D untuk pelat sisi dari baja
63. *Untuk beban tekan lateral:
10D untuk pelat sisi dari kayu
5D untuk pelat sisi dari baja
d. Jarak tepi (d)
5D pada tepi yang tidak dibebani
10D pada tepi yang dibebani
64. FAKTOR KOREKSI SAMBUNGAN PAKU
1. Kedalaman penetrasi (Cd),
ditentukan oleh nilai p(kedalaman),
untuk p≤ 6D → Cd=0
unt 6D ≤ p ≤ 12D → Cd = p/12D
unt p ≥ 12D → Cd = 1,0
2. Serat ujung:
untuk alat pengencang yang ditanam pada
serat ujung kayu,Ceg = 0,67.
65. 3. Sambungan paku miring,
Faktor paku miring Ctn = 0,83
4. Sambungan diafragma,
faktor koreksi ini hanya berlaku unt
sambungan rangka kayu unt plywood , nilai ≥1
68. SAMBUNGAN BAUT
Alat sambung baut difungsikan untuk
mendukung beban tegak lurus sumbu
panjangnya.
Kekuatan samb baut ditentukan oleh:
1. Kuat tumpu kayu
2. Tegangan lentur baut
3. Angka kelangsingan (nilai banding antara
panjang baut pada kayu utama dg diameter
baut)
74. Kuat tumpu kayu
Fem= kuat tumpu kayu utama (Mpa)
Fes= kuat tumpu kayu samping (Mpa)
a. Sejajar arah serat=
Fe//=77,25 G
b. Tegak lurus serat=
1,45 -0,5
Fe tgk lurus=212G D
c. Untuk sudut thd serat(Feθ)
Fe//Fe tgk lurus
Feθ= ---------------------------------------
Fe// sin²θ + Fe tgk lurus cos²
76. Kuat lentur baut
Menurut National Design Specification(NDS)unt
konst.kayu, definisi kuat lentur baut(Fyb)
adalah:
Nilai rerata antara tegangan leleh dan tegangan
tarik ultimit pada pengujian tarik baut, pada
umumnya kuat lentur baut sebesar 320 Mpa.
79. catatan
1. Im adalah panjang pasak pada komponen utama pada
suatu sambungan atau panjang total pasak pada
komponen sekunder pada suatu sambungan.
2. Diperlukan spasi yang lebih besar unt sambungan
yang menggunakan ring.
3. Unt alat pengencang sejenis pasak, spasi tegak lurus
arah serat antar alat-alat pengencang terluar pada
suatu sambungan tdk boleh >127 mm, kecuali bila
digunakan pelat penyambung khusus atau bila ada
ketentuan mengenai perubahan dimensi kayu.
81. FAKTOR KOREKSI
PADA BAUT
1. FAKTOR AKSI KELOMPOK (Cg)
alasan: untuk memperhitungkan
ketakseragaman gaya yang bekerja pada
baut, krn masing-masing baut mendukung
beban lateral yang tidak sama,karena:
a. Jarak antar alat sambung baut yang kurang
panjang shg menyebabkan kuat tumpu kayu
tidak terjadi secara maksimal.
b. Distribusi gaya tidak merata.
84. Menghitung jumlah baris alat
pengencang dlm 1 samb.
1. Bila a≤ ¼ b
maka baris-baris yang berdekatan dianggap sebagai satu baris dg
jml baut sama dg jml baut pada kedua baris tersebut.
# untuk kelompok baut yg jml barisnya genap:
prinsip ini digunakan unt setiap pasang baris.
# untuk kelompok baut yg jml barisnya gasal:
digunakan kombinasi pasangan-pasangan baris yang
menghasilkan nilai terkecil.
2. Bila a> ¼ b
maka jumlah baut pada setiap baris adalah jumlah baut pada
baris tersebut.
87. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Cg:
1. Kemiringan kurva beban & sesaran baut (slip
modulus)
2. Jumlah baut
3. Spasi alat sambung dalam satu baris
4. Plastis deformasi
5. Perilaku rangkak.
88. 2.FAKTOR KOREKSI GEOMETRIS
(CΔ)
Adalah nilai terkecil dari faktor-faktor geometri
yang dipersyaratkan untuk jarak ujung atau
spasi dalam baris baut.
a. Jarak ujung(a)
a≥a optimum maka CΔ=1
a optimum/2≤a<a optimum maka
CΔ=a/a optimum
89. b. Spasi dalam baris alat pengencang(s)
Adalah:
jika s≥s optimum maka CΔ=1
jika 3D≤s<s optimum maka CΔ=s/s optimum.