SlideShare a Scribd company logo
STRUKTUR KAYU
Peraturan yang dipakai:
SNI
Tata cara perencanaan konst.kayu
indonesia
RUANG LINGKUP
• Tata cara ini meliputi persyaratan umum serta
syarat teknis perencanaan dan pelaksanaan
s.kayu untuk bangunan gedung atau struktur
bangunan lain yang mempunyai kesamaan
karakter dg struktur bangunan gedung.
KADAR AIR
• Kandungan air yang terdapat dalam
kayu,biasanya dinyatakan dalam persen dari
berat kayu kering oven.
• Kadar air kayu atau bahan berkayu dapat
dinyatakan berdasarkan berat kayu kering
oven atau berat kayu basah.
JENIS KAYU
1. Kayu keras(daun lebar)
Kelompok kayu yang berasal dari gol. Berbiji
tertutup(angiospermal)yg pada umumnya
berdaun lebar dg ciri2 kayu memiliki pori2 dan
pembuluh serta struktur anatomi yg kompleks.
2. Kayu lunak(daun jarum)
Kelompok kayu yg berasal dari gol.berbiji terbuka
(gimuospermal) yang pada umumnya berdaun
jarum dg ciri2 kayu terdiri dari trakeida
longitudinal dg struktur anatomi yg relatif lebih
sederhana.
STRUKTUR KAYU
• Kayu gubal : bagian terluar dari kayu yg
berbatasan dg kulit dan merupakan bagian
batang yg masih hidup berisi zat makanan
cadangan biasanya berwarna terang.
PENAMPANG KAYU
MATA KAYU
CACAT KAYU
Mata kayu: salah satu cacat pada kayu
gergajian yang merupakan tempat
munculnya cabang atau ranting yg
berbentuk bulat atau lonjong.
• Analisis struktur hrs dilakukan dg cara2
mekanika teknik yg baku.
• Analisis dg komputer,hrs menunjukkan prinsip
cara kerja program dan hrs ditunjukkan dg
jelas data masukkan serta penjelasan data
keluaran.
• Percobaan model diperbolehkan bila
diperlukan untuk analisis teoritis.
PERSYARATAN-PERSYARATAN
dlm s.kayu hrs dipenuhi syarat-syarat
sbb:
• Analisis struktur hrs dilakukan dg model2 matematis yg
mensimulasikan keadaan struktur yg sesungguhnya dilihat dari segi
sifat bahan dan kekakuan unsur2nya.
• Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, mk hrs
mengikuti persyaratan sbb.
- Struktur yg dihasilkan dpt.dibuktikan dg perhitungan &atau
percobaan yg cukup aman.
- Tanggung jwb atas penyimpangan,dipikul oleh perencana yg
bersangkutan.
- Perhitungan&atau percobaan tsb diajukan kpd panitia yg ditunjuk
oleh pengawas lap,yg terdiri dari ahli2 yg diberi wewenang
menentukan segala keterangan &cara2tersebut.
- Penanggung jwb perhitungan: perencana bertanggung jwb thd hasil
perencanaan.
Kode
mutu
Modulus
Elastisitas
lentur
(Ew)
Kuat
lentur Fb
Kuat tarik
// serat
Ft
Kuat
tekan //
serat Fc
Kuat
geser Fv
Kuat
tekan tgk
lurus
serat Fc+
E26 25000 66 60 46 6.6 24
E25 24000 62 58 45 6.5 23
E24 23000 59 56 45 6.4 22
E23 22000 56 53 43 6.2 21
E22 21000 54 50 41 6.1 20
E21 20000 56 47 40 5.9 19
E20 19000 47 44 39 5.8 18
E19 18000 44 42 37 5.6 17
E18 17000 42 39 35 5.4 16
E17 16000 38 36 34 5.4 15
E16 15000 35 33 33 5.2 14
Nilai kuat acuan (Mpa) berdasarkan
atas pemilahan secara mekanis pada
kadar air 15%
KUAT ACUAN
berdasarkan pemilahan secara visual
Dasar: dilakukan berdasarkan atas pengukuran
berat jenis.
Kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa
cacat.
1. Kerapatan ρ pada kondisi basah (berat dan
volume diukur pada kondisi basah,ttp kadar
airnya <30%) dihitung dg mengikuti prosedur
baku.Gunakan satuan kg/m³unt ρ
2. Kadar air , m%(m<30%),diukur dg prosedur
baku.
3. Hitung berat jenis pada m%(Gm)dg rumus:
ρ
Gm: ------------------------
{1000(1+m/100)}
4. Hitung berat jenis dasar (Gb) dg rumus:
Gm
Gb= -----------------------
(1+0,265 a Gm)
(30-m)
a= ---------------
30
5. Hitung berat jenis pada kadar air 15%(G15)dg
rumus:
Gb
G15= ----------------------
(1-0,133 Gb)
6. Hitung estimasi kuat acuan dg rumus2 pada
tabel di bawah ini dg G=G15
Estimasi kuat acuan berdasarkan atas berat jenis pada kadar
air 15% untuk kayu berserat lurus tanpa cacat kayu.
Kuat Acuan Rumus estimasi
----------------------------------------------------------------
0,7
Modulus elastisitas lentur 16.000.G
Ew(Mpa)
Catatan: G adalah berat jenis kayu pada kadar air 15%
Nilai kuat acuan lainnya dapat diperoleh dari tabel di depan
dg berdasarkan nilai Ew(dr tabel di atas)
NILAI RASIO TAHANAN
Kelas
mutu
Nilai Rasio Tahanan
A
B
C
0,8
0,63
0,50
Untuk kayu dengan serat tdk lurus & atau
mempunyai cacat kayu,nilai modulus
elastisitas lentur acuan dari tabel di atas harus
direduksi dg mengalikan nilai rasio tahanan
dan tergantung pada mutu kayunya.
Cacat maksimum untuk setiap kelas
mutu kayu.
Macam cacat Kelas mutu A Kelas mutu B Kelas mutu C
*Mata kayu
-terletak di muka
lebar
-terletak di muka
sempit
*Retak
*Pingul
*Arah serat
*Saluran damar
*Gubal
*Lubang serangga
*Cacat lain
1/6 lebar kayu
1/8 lebar kayu
1/5 tebal kayu
1/10 tebal/lebar
kayu
1:13
1/5 tebal kayu
Diperkenankan
Diperkenankan asal
terpencar&ukuran
dibatasi&tdk ada
tanda2 serangga
hidup
Tdk diperkenankan
¼ lebar kayu
1/6 lebar kayu
¼ tebal kayu
1/6 tebal/lebar
kayu
1:9
2/5 tebal kayu
Diperkenankan
Idem mutu A
Tdk diperkenankan
½ lebar kayu
¼ lebar kayu
½ tebal kayu
¼ tebal/lebar kayu
1:6
½ tebal kayu
diperkenankan
Idem mutu A
Tdk diperkenenkan
PERENCANAAN STRUKTUR
Meliputi untuk:
1. Kayu struktural
2. Glulam (kayu laminasi struktural)
3. Produk-produk panel
4. Tiang pancang
5. Dll.komponen struktur lainnya.
BEBAN DAN KOMBINASI
PEMBEBANAN
Beban nominal adalah beban yang ditentukan di
dalam:
1. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung
2. SKBI-1.3.53.1987
3. SNI 03-1727-1989 Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung atau
penggantinya
BEBAN NOMINAL
1. D: beban mati yang diakibatkan oleh berat
konstruksi permanen,termasuk dinding,
lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan
peralatan layan tetap.
2. L: beban hidup yang ditimbulkan oleh
penggunaan gedung, termasuk pengaruh
kejut, ttetapi tidak termasuk beban
lingkungan seperti angin, hujan dll.
3. La: beban hidup di atap yang ditimbulkan selama
perawatan oleh pekerja, peralatan,& material,
atau selama penggunaan biasa oleh orang atau
benda bergerak.
4. H: beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan
oleh genangan air.
5. W: beban angin termasuk dengan
memperhitungkan bentuk aerodinamika
bangunan&peninjauan terhadap pengaruh angin,
topan&tornado, bila diperlukan.
6. E: beban gempa yang ditentukan menurut SNI
03-1726-1989 atau penggantinya.
KOMBINASI PEMBEBANAN
1,4 D
1,2 D+1,6 L+0,5(La atau H)
1,2 D+1,6 (La atau H)+(0,5L atau 0,8W)
1,2 D+ 1,3 W+ 0,5L+0,5(La atau H)
1,2 D ± 1,0 E+ 0,5 L
0,9 D ±(1,3W atau 1,0 E)
Keterangan
L: 1 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan
untuk pertemuan umum& semua daerah dimana
beban hidup>5 Kpa.
Beban lainnya:
. Beban yang ditimbulkan oleh fluida(F):1,3F
. Beban yang ditimbulkan oleh tanah(S):1,6S
.Beban yang ditimbulkan oleh genangan air(P):1,2P
. Beban yang ditimbulkan oleh temperatur(T):1,2T
Beban yang berlawanan
Apabila pengaruh suatu beban saling
berlawanan di dalam komponen struktur atau
sambungannya, maka harus ditinjau gaya
aksial, geser, dan momen yang mungkin
berbalik arah.
DASAR PERENCANAAN
Perencanaan keadaan batas :
Beban Rencana < keadaan batas dari komponen
struktur dan sambungan
Analisis struktur:
Dengan methode analisis struktur elastis yang
memperhitungkan: keseimbangan,
stabilitas,kompatibilitas geometris&sifat material
jangka pendek maupun jangka panjang.
MODULUS ELASTISITAS LENTUR
Digunakan modulus elastisitas lentur rerata
terkoreksi: E’w
E’w: nilai rerata Ew.
TAHANAN RENCANA
Tahanan rencana= λ Ø R’
Ru ≤ λ Ø R’
Ru: beban terfaktor…..(Mu,Vu dll)
R’: tahanan terkoreksi
λ : faktor waktu (tergantung dari macam kombinasi
beban yang dipilih)
Ø : faktor tahanan (tergantung dari jenis gaya)
Faktor Tahanan
(Ø)
JENIS SIMBOL NILAI
Tekan
Lentur
Stabilitas
Tarik
Geser/Puntir
Sambungan
Øc
Øb
Øs
Øt
Øv
Øz
0,90
0,85
0,85
0,80
0,75
0,65
FAKTOR WAKTU(λ)
CATATAN: UNTUK SAMBUNGAN, λ = 1 JIKA L DARI KEJUT.
KOMBINASI PENBEBANAN FAKTOR WAKTU (λ)
1,4 D 0,6
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) 0,7 jika L dari gudang
0,8 jika L dari ruangan umum
1,25 jika L dari kejut
1,2 D + 1,6 (La atau H) + (0,5 L atau 0,8 W) 0,8
1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 (La atau H) 1,0
1,2 D ± 1,0 E + 0,5 L 1,0
0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E) 1,0
L U A S
LUAS BRUTO (A)=
jumlah luas seluruh elemen penyusun komponen
srtuktur kayu tersebut, yang diukur tegak lurus
terhadap sumbu komponen struktur.
LUAS NETO(An)=
Luas bruto dikurangi dengan jumlah material kayu
yang hilang karena adanya lubang bor, baut,
paku, coakan, takik, dll.
TAHANAN TERKOREKSI
Menurut SNI Tata Cara Perencanaan Konstruksi
Kayu Indonesia.
R’= R C₁ C₂ C₃ ………..Cn.
R’= tahanan terkoreksi
R = tahanan acuan
Ci = faktor-faktor koreksi
FAKTOR-FAKTOR KOREKSI
1. Faktor koreksi untuk masa layan
2. Faktor koreksi untuk konfigurasi komponen
struktur
3. Faktor koreksi untuk kayu struktural dan kayu
laminasi struktural
4. Faktor koreksi tambahan untuk panel srtuktural
5. Faktor koreksi tambahan untuk tiang dan
pancang kayu
6. Faktor koreksi tambahan untuk sambungan
struktural
KOMPONEN STRUKTUR TARIK
Lingkup: gaya tarik konsentris,gaya tarik setempat
akibat pengaruh sambungan
Perencanaan komponen struktur:
Tu ≤ λ Øt T’
Dengan:
Tu= gaya tarik terfaktor
λ = faktor waktu (lihat tabel)
Øt= faktor tahanan tarik sejajar serat
T’ = tahanan tarik terkoreksi
TAHANAN TARIK
Tahanan tarik terkoreksi komponen struktur
tarik konsentris, T’ ditentukan pada
penampang tarik kritis,
T’= Ft’ An
Dengan:
Ft’= kuat tarik sejajar serat terkoreksi
An= luas penampang neto
TAHANAN TARIK TERKOREKSI
T’ = tahanan tarik terkoreksi
T’= Ft’ An
Ft’ = Cm Ct Cpt CF Crt Ft
Cm= faktor koreksi layan basah
Ct= faktor koreksi temperatur
Cpt= faktor koreksi pengawetan kayu
CF= faktor koreksi bentuk
Crt= faktor koreksi tahan api
Ft= kuat tarik acuan(dari tabel)
STRUKTUR TEKAN DAN TUMPU
Lingkup: komponen struktur yang mengalami gaya tekan
aksial dan gaya tekan tumpu.
Pu ≤ λ Øc P’
Dengan:
P’: gaya tekan terfaktor
λ : faktor waktu (lihat tabel)
Øc: 0,90 faktor tahanan tekan sejajar serat
P’: tahanan tekan terkoreksi
TAHANAN TEKAN TERKOREKSI
P’= Cp A Fc’
Dengan:
P’= tahanan tekan terkoreksi
Cp= faktor kestabilan kolom
A= penampang bruto
Fc’= kuat tekan terkoreksi
Fc’= C₁ . . . . .Cn Fc
C₁ , C = faktor koreksi(selain Cp)
Fc= kuat tekan acuan
FAKTOR KESTABILAN KOLOM
(Cp)
1 + άc 1 + άc
Cp= ------------ — √ -------------
(KeL) (Ke L/r)²
Øs Pe
άc= ----------------
λ Øc P₀’
Tahanan tekuk kritis
∏² E₀₅ I ∏² E₀₅ A
Pe= --------------- = -----------------
(Ke L)² (Ke L/r)²
Dengan:
E₀₅= nilai modulus elastis lentur terkoreksi pada
persentil kelima(Mpa)
Pe= tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang
ditinjau (N)
Tahanan tekan aksial
terkoreksi
P₀= tahanan tekan aksial terkoreksi // serat pada
kelangsingan kolom=0(N)
C= 0,8 unt batang masif
0,85 unt tiang&pancang bundar
0,9 unt glulam
Øc= faktor tahanan tekan(=0,9)
Øs= faktor tahanan stabilitas(=0,85)
PANJANG EFEKTIF & KELANGSINGAN
Nilai kelangsingan kolom=
Ke L/r ≤ 175
Dengan:
Ke= faktor panjang tekuk unt komponen struktur tekan
L= panjang kolom tak terkekang
r= jari-jari girasi
Panjang efektif kolom
PENGENALAN ALAT SAMBUNG
Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya
kekuatan sambungan pada konstruksi kayu:
1. Terjadinya pengurangan luas tampang.
2. Terjadinya penyimpangan arah serat, mis
terjadi pada buhul→kekuatan sambungan
didasarkan pada kekuatan kayu yg tdk
//serat.
3. Terbatasnya luas sambungan.
Kayu memiliki kuat geser // serat yang kecil,
shg mudah pecah jika dipasang
berdekatan,mk hrs disyaratkan jarak minimal
spy tdk pecah.
CIRI-CIRI ALAT SAMBUNG YANG BAIK
1. Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk
penempatan alat sambung relatif kecil atau
bahkan 0.
2. Memiliki nilai banding antara kuat dukung
sambungan dg kuat ultimit btg yang
disambung tinggi.
3. Menunjukkan perilaku pelelehan sebelum
mencapai keruntuhan(daktil).
4. Memiliki angka penyebaran panas yang
rendah.
5. Murah dan mudah digunakan.
JENIS-JENIS SAMBUNGAN
Dibedakan menjadi:
a. Sambungan satu irisan (menyambung 2
batang kayu)
b. Sambungan dua irisan (menyambung 3
batang kayu)
Atau:
Sambungan desak, tarik atau momen
ALAT SAMBUNG MEKANIK
1. Alat sambung lem.
2. Alat sambung paku, ada dua jenis paku yi,
paku bulat dan paku ulir, diameter berkisar
antara 2,75 mm sampai 8 mm, dan
panjangnya antara 40 mm sampai dengan
200 mm. Angka kelangsingan (perbandingan
antara panjang dg diameter paku) sangat
tinggi, shg mudah membengkok saat dipukul.
Keuntungan & kebaikan dari
sambungan paku
1. Harga murah,
2. Konstruksi lebih kaku,
3. Tdk perlu tenaga ahli,
4. Pekerjaan dapat dikerjakan dg cepat,
5. Perlemahan kayu oleh paku-paku sangat
kecil.
ANALISIS SAMBUNGAN PAKU
Tebal kayu yang disambung antara 20 mm sampai
dg 40 mm.
Sambungan paku direncanakan dg persamaan:
Zu ≤ λ Øz Z’
Dengan:
Zu= tahanan perlu sambungan
λ = faktor waktu ( unt tahanan tarik alat
pengencang=1)
Øz = faktor tahanan sambungan=0,65(sesuai
tabel)
Z’ = tahanan terkoreksi sambungan (diperoleh
dari hasil perkalian antara tahanan acuan
sambungan dg faktor-faktor koreksi)
(Z didapat dari tabel moda kelelehan tabel no
12.4.1)
TAHANAN LATERAL ACUAN
Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan
yang menggunakan paku baja satu irisan yang
dibebani secara tegak lurus terhadap sumbu
alat pengencang dan dipasang tegak lurus
sumbu komponen struktur, diambil sbg nilai
terkecil dari nilai-nilai yang dihitung
menggunakan semua persamaan pada tabel di
bawah ini.
TABEL TAHANAN LATERAL ACUAN PAKU(Z) UNTUK SATU ALAT
PENGENCANG DG SATU IRISAN
CATATAN
Re = Fem/Fes
p = kedalaman penetrasi efektif batang alat
pengencang pada komponen pemegang (lihat
gambar)
KD = 2,2 untuk D ≤ 4,3 mm
= 0,38D+0,56 untuk 4,3 mm<D<6,4 mm
= 3,0 untuk D ≥ 6,4 mm
D = diameter paku
Fe = kuat tumpu kayu
1,84
= 114,45G Mpa(G: berat jenis kering oven)
Fyb = kuat lentur paku
KUAT TUMPU KAYU
(Fe)
Berat
jenis
0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70
Fe
(Mpa)
21,21 26,35 31,98 38,11 44,73 51,83 59,40
KUAT LENTUR PAKU
(Fyb)
Diameter paku
(mm)
Kuat lentur paku (Fyb)
(N/mm²)
D≤3,6 689
3,6<D≤4,7 620
4,7<D≤5,9 552
5,9<D≤7,1 483
7,1<D≤8,3 414
D>8,3 310
UKURAN PAKU
Nama paku Diameter paku
(mm)
Panjang paku
(mm)
λ
2”BWG12 2,8 51 18
2,5”BWG11 3,1 63 20
3”BWG10 3,4 76 22
3,5”BWG9 3,8 89 23
4”BWG8 4,2 102 24
4,5”BWG6 5,2 114 22
GEOMETRI SAMBUNGAN PAKU
a.Spasi dalam satu baris (a)
* 10D bila digunakan pelat sisi dari kayu
* minimal 7D untuk pelat sisi dari baja
b.Spasi antar baris (b)
spasi minimum antar baris adalah 5D
c.Jarak ujung (c)
*untuk beban tarik lateral:
15D untuk pelat sisi dari kayu
10D untuk pelat sisi dari baja
*Untuk beban tekan lateral:
10D untuk pelat sisi dari kayu
5D untuk pelat sisi dari baja
d. Jarak tepi (d)
5D pada tepi yang tidak dibebani
10D pada tepi yang dibebani
FAKTOR KOREKSI SAMBUNGAN PAKU
1. Kedalaman penetrasi (Cd),
ditentukan oleh nilai p(kedalaman),
untuk p≤ 6D → Cd=0
unt 6D ≤ p ≤ 12D → Cd = p/12D
unt p ≥ 12D → Cd = 1,0
2. Serat ujung:
untuk alat pengencang yang ditanam pada
serat ujung kayu,Ceg = 0,67.
3. Sambungan paku miring,
Faktor paku miring Ctn = 0,83
4. Sambungan diafragma,
faktor koreksi ini hanya berlaku unt
sambungan rangka kayu unt plywood , nilai ≥1
Kedalaman penetrasi:
Serat ujung
SAMBUNGAN BAUT
Alat sambung baut difungsikan untuk
mendukung beban tegak lurus sumbu
panjangnya.
Kekuatan samb baut ditentukan oleh:
1. Kuat tumpu kayu
2. Tegangan lentur baut
3. Angka kelangsingan (nilai banding antara
panjang baut pada kayu utama dg diameter
baut)
Distribusi tegangan tumpu kayu pada
sambungan baut
TAHANAN LATERAL
Tahanan lateral baut dihhitung dg persamaan:
Zu = λ Øz Z’
Dengan:
Zu= tahanan perlu sambungan
Λ = faktor waktu sesuai tabel
Øz = faktor tahanan sambungan=0,65
Z’ = tahanan terkoreksi sambungan, diperoleh dari hasil
perkalian antara tahanan acuan sambungan dg faktor2
koreksi
Tahanan lateral acuan
lanjutan
b.Tampang dua
Kuat tumpu kayu
Fem= kuat tumpu kayu utama (Mpa)
Fes= kuat tumpu kayu samping (Mpa)
a. Sejajar arah serat=
Fe//=77,25 G
b. Tegak lurus serat=
1,45 -0,5
Fe tgk lurus=212G D
c. Untuk sudut thd serat(Feθ)
Fe//Fe tgk lurus
Feθ= ---------------------------------------
Fe// sin²θ + Fe tgk lurus cos²
Kuat tumpu kayu
Kuat lentur baut
Menurut National Design Specification(NDS)unt
konst.kayu, definisi kuat lentur baut(Fyb)
adalah:
Nilai rerata antara tegangan leleh dan tegangan
tarik ultimit pada pengujian tarik baut, pada
umumnya kuat lentur baut sebesar 320 Mpa.
Geometri sambungan baut
lanjutan
catatan
1. Im adalah panjang pasak pada komponen utama pada
suatu sambungan atau panjang total pasak pada
komponen sekunder pada suatu sambungan.
2. Diperlukan spasi yang lebih besar unt sambungan
yang menggunakan ring.
3. Unt alat pengencang sejenis pasak, spasi tegak lurus
arah serat antar alat-alat pengencang terluar pada
suatu sambungan tdk boleh >127 mm, kecuali bila
digunakan pelat penyambung khusus atau bila ada
ketentuan mengenai perubahan dimensi kayu.
Gambar geometri sambungan baut
FAKTOR KOREKSI
PADA BAUT
1. FAKTOR AKSI KELOMPOK (Cg)
alasan: untuk memperhitungkan
ketakseragaman gaya yang bekerja pada
baut, krn masing-masing baut mendukung
beban lateral yang tidak sama,karena:
a. Jarak antar alat sambung baut yang kurang
panjang shg menyebabkan kuat tumpu kayu
tidak terjadi secara maksimal.
b. Distribusi gaya tidak merata.
Persamaan nilai faktor aksi kelompok
(Cg)
lanjutan
Menghitung jumlah baris alat
pengencang dlm 1 samb.
1. Bila a≤ ¼ b
maka baris-baris yang berdekatan dianggap sebagai satu baris dg
jml baut sama dg jml baut pada kedua baris tersebut.
# untuk kelompok baut yg jml barisnya genap:
prinsip ini digunakan unt setiap pasang baris.
# untuk kelompok baut yg jml barisnya gasal:
digunakan kombinasi pasangan-pasangan baris yang
menghasilkan nilai terkecil.
2. Bila a> ¼ b
maka jumlah baut pada setiap baris adalah jumlah baut pada
baris tersebut.
Gambar faktor aksi kelompok samb
baut
Tabel Nilai Faktor Aksi Kelompok
(Cg)
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Cg:
1. Kemiringan kurva beban & sesaran baut (slip
modulus)
2. Jumlah baut
3. Spasi alat sambung dalam satu baris
4. Plastis deformasi
5. Perilaku rangkak.
2.FAKTOR KOREKSI GEOMETRIS
(CΔ)
Adalah nilai terkecil dari faktor-faktor geometri
yang dipersyaratkan untuk jarak ujung atau
spasi dalam baris baut.
a. Jarak ujung(a)
a≥a optimum maka CΔ=1
a optimum/2≤a<a optimum maka
CΔ=a/a optimum
b. Spasi dalam baris alat pengencang(s)
Adalah:
jika s≥s optimum maka CΔ=1
jika 3D≤s<s optimum maka CΔ=s/s optimum.

More Related Content

What's hot

Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
noussevarenna
 
Sni kayu-2002
Sni kayu-2002Sni kayu-2002
Sni kayu-2002
Almerinda Puspa Sari
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
Mira Pemayun
 
Grafik nomogram
Grafik nomogramGrafik nomogram
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-baut
Edhot Badhot
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
MyName Ratna Pusparini
 
Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
Christian indrajaya, ST, MT
 
Baja 1 struktur tekan tersusun
Baja 1 struktur tekan tersusunBaja 1 struktur tekan tersusun
Baja 1 struktur tekan tersusun
FeraLestari3
 
PELAKSANAAN PEMBESIAN PELAT LANTAI
PELAKSANAAN PEMBESIAN PELAT LANTAI PELAKSANAAN PEMBESIAN PELAT LANTAI
PELAKSANAAN PEMBESIAN PELAT LANTAI
intan mustika
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Harsanty Seran
 
Contoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapakContoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapak
soehartonohartono
 
PERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAPPERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAP
Dyah Rahmawati
 
Perencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaPerencanaan struktur baja
Perencanaan struktur baja
Ami_Roy
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)afifsalim
 
Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geserKetut Swandana
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
Gunawan Sulistyo
 
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiContoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Harry Calbara
 
Sni 7973 2013 spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
Sni 7973 2013  spesifikasi desain untuk konstruksi kayuSni 7973 2013  spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
Sni 7973 2013 spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
Irbah Mahdiah Ulfa
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Junaida Wally
 

What's hot (20)

Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
Sni kayu-2002
Sni kayu-2002Sni kayu-2002
Sni kayu-2002
 
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan GedungSNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
SNI 2847-2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
 
Grafik nomogram
Grafik nomogramGrafik nomogram
Grafik nomogram
 
Contoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-bautContoh soal-sambungan-baut
Contoh soal-sambungan-baut
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
 
Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
 
Baja 1 struktur tekan tersusun
Baja 1 struktur tekan tersusunBaja 1 struktur tekan tersusun
Baja 1 struktur tekan tersusun
 
PELAKSANAAN PEMBESIAN PELAT LANTAI
PELAKSANAAN PEMBESIAN PELAT LANTAI PELAKSANAAN PEMBESIAN PELAT LANTAI
PELAKSANAAN PEMBESIAN PELAT LANTAI
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
 
Contoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapakContoh soal pondasi telapak
Contoh soal pondasi telapak
 
PERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAPPERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAP
 
Perencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaPerencanaan struktur baja
Perencanaan struktur baja
 
Metode cross
Metode crossMetode cross
Metode cross
 
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (TUGAS S1 UNTAG SEMARANG)
 
Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geser
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
 
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiContoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
 
Sni 7973 2013 spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
Sni 7973 2013  spesifikasi desain untuk konstruksi kayuSni 7973 2013  spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
Sni 7973 2013 spesifikasi desain untuk konstruksi kayu
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 

Similar to SNI Kayu

Sni kayu-2002
Sni kayu-2002Sni kayu-2002
Sni kayu-2002
andangsadewa
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
MOSES HADUN
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Dewi Izza
 
Modul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdfModul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdf
AfriHandayani1
 
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdf
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdfPelat_1_Pengertian_pelat.pdf
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdf
SalmaSalsabillaFirda
 
1472 mk struktur kayu
1472 mk struktur kayu1472 mk struktur kayu
1472 mk struktur kayu
Arief Rahman
 
37515-92555-1-PB.pdf
37515-92555-1-PB.pdf37515-92555-1-PB.pdf
37515-92555-1-PB.pdf
RachelAjeng1
 
Bab vii-bantalan-rel
Bab vii-bantalan-relBab vii-bantalan-rel
Bab vii-bantalan-rel
Dani Hamdani
 
Modul batang tekan
Modul batang tekanModul batang tekan
Modul batang tekan
MOSES HADUN
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Indah Rosa
 
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.pptfdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
Alrifqi3
 
SAMBUNGAN.ppt
SAMBUNGAN.pptSAMBUNGAN.ppt
SAMBUNGAN.ppt
bentobento12
 
Kayu sni2002 samb.paku-baut
Kayu sni2002   samb.paku-bautKayu sni2002   samb.paku-baut
Kayu sni2002 samb.paku-baut
andangsadewa
 
8perencanaan dimensi-batangok
8perencanaan dimensi-batangok8perencanaan dimensi-batangok
8perencanaan dimensi-batangok
Susi Susilowati
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Surya BS
 
ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR
Rinanda S
 
pelat sni 2013
pelat sni 2013pelat sni 2013
pelat sni 2013
Shaleh Afif Hasibuan
 
Bhn ems1
Bhn ems1Bhn ems1
Bhn ems1
Afif Ba-bel
 
Testing
TestingTesting
Testing
K .
 

Similar to SNI Kayu (20)

Sni kayu-2002
Sni kayu-2002Sni kayu-2002
Sni kayu-2002
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Modul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdfModul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdf
 
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdf
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdfPelat_1_Pengertian_pelat.pdf
Pelat_1_Pengertian_pelat.pdf
 
1472 mk struktur kayu
1472 mk struktur kayu1472 mk struktur kayu
1472 mk struktur kayu
 
37515-92555-1-PB.pdf
37515-92555-1-PB.pdf37515-92555-1-PB.pdf
37515-92555-1-PB.pdf
 
Bab vii-bantalan-rel
Bab vii-bantalan-relBab vii-bantalan-rel
Bab vii-bantalan-rel
 
Modul batang tekan
Modul batang tekanModul batang tekan
Modul batang tekan
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
 
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.pptfdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
fdokumen.com_minggu-9-kemampuan-layanan.ppt
 
SAMBUNGAN.ppt
SAMBUNGAN.pptSAMBUNGAN.ppt
SAMBUNGAN.ppt
 
Kayu sni2002 samb.paku-baut
Kayu sni2002   samb.paku-bautKayu sni2002   samb.paku-baut
Kayu sni2002 samb.paku-baut
 
8perencanaan dimensi-batangok
8perencanaan dimensi-batangok8perencanaan dimensi-batangok
8perencanaan dimensi-batangok
 
Sk15
Sk15Sk15
Sk15
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
 
ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR ebook ELEKTRONIKA DASAR
ebook ELEKTRONIKA DASAR
 
pelat sni 2013
pelat sni 2013pelat sni 2013
pelat sni 2013
 
Bhn ems1
Bhn ems1Bhn ems1
Bhn ems1
 
Testing
TestingTesting
Testing
 

Recently uploaded

Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
ssuser0b6eb8
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
ymikhael4
 
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLNPROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
tejakusuma17
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
RifkiAbrar2
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
afifsalim12
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
ssuser5e48eb
 
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalanPerencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
MarvinPatrick1
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
narayafiryal8
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
benediktusmaksy
 

Recently uploaded (9)

Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
 
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLNPROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
 
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
 
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalanPerencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
 

SNI Kayu

  • 1. STRUKTUR KAYU Peraturan yang dipakai: SNI Tata cara perencanaan konst.kayu indonesia
  • 2. RUANG LINGKUP • Tata cara ini meliputi persyaratan umum serta syarat teknis perencanaan dan pelaksanaan s.kayu untuk bangunan gedung atau struktur bangunan lain yang mempunyai kesamaan karakter dg struktur bangunan gedung.
  • 3. KADAR AIR • Kandungan air yang terdapat dalam kayu,biasanya dinyatakan dalam persen dari berat kayu kering oven. • Kadar air kayu atau bahan berkayu dapat dinyatakan berdasarkan berat kayu kering oven atau berat kayu basah.
  • 4. JENIS KAYU 1. Kayu keras(daun lebar) Kelompok kayu yang berasal dari gol. Berbiji tertutup(angiospermal)yg pada umumnya berdaun lebar dg ciri2 kayu memiliki pori2 dan pembuluh serta struktur anatomi yg kompleks. 2. Kayu lunak(daun jarum) Kelompok kayu yg berasal dari gol.berbiji terbuka (gimuospermal) yang pada umumnya berdaun jarum dg ciri2 kayu terdiri dari trakeida longitudinal dg struktur anatomi yg relatif lebih sederhana.
  • 5. STRUKTUR KAYU • Kayu gubal : bagian terluar dari kayu yg berbatasan dg kulit dan merupakan bagian batang yg masih hidup berisi zat makanan cadangan biasanya berwarna terang.
  • 8. CACAT KAYU Mata kayu: salah satu cacat pada kayu gergajian yang merupakan tempat munculnya cabang atau ranting yg berbentuk bulat atau lonjong.
  • 9. • Analisis struktur hrs dilakukan dg cara2 mekanika teknik yg baku. • Analisis dg komputer,hrs menunjukkan prinsip cara kerja program dan hrs ditunjukkan dg jelas data masukkan serta penjelasan data keluaran. • Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk analisis teoritis. PERSYARATAN-PERSYARATAN dlm s.kayu hrs dipenuhi syarat-syarat sbb:
  • 10. • Analisis struktur hrs dilakukan dg model2 matematis yg mensimulasikan keadaan struktur yg sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsur2nya. • Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, mk hrs mengikuti persyaratan sbb. - Struktur yg dihasilkan dpt.dibuktikan dg perhitungan &atau percobaan yg cukup aman. - Tanggung jwb atas penyimpangan,dipikul oleh perencana yg bersangkutan. - Perhitungan&atau percobaan tsb diajukan kpd panitia yg ditunjuk oleh pengawas lap,yg terdiri dari ahli2 yg diberi wewenang menentukan segala keterangan &cara2tersebut. - Penanggung jwb perhitungan: perencana bertanggung jwb thd hasil perencanaan.
  • 11. Kode mutu Modulus Elastisitas lentur (Ew) Kuat lentur Fb Kuat tarik // serat Ft Kuat tekan // serat Fc Kuat geser Fv Kuat tekan tgk lurus serat Fc+ E26 25000 66 60 46 6.6 24 E25 24000 62 58 45 6.5 23 E24 23000 59 56 45 6.4 22 E23 22000 56 53 43 6.2 21 E22 21000 54 50 41 6.1 20 E21 20000 56 47 40 5.9 19 E20 19000 47 44 39 5.8 18 E19 18000 44 42 37 5.6 17 E18 17000 42 39 35 5.4 16 E17 16000 38 36 34 5.4 15 E16 15000 35 33 33 5.2 14 Nilai kuat acuan (Mpa) berdasarkan atas pemilahan secara mekanis pada kadar air 15%
  • 12. KUAT ACUAN berdasarkan pemilahan secara visual Dasar: dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis. Kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat. 1. Kerapatan ρ pada kondisi basah (berat dan volume diukur pada kondisi basah,ttp kadar airnya <30%) dihitung dg mengikuti prosedur baku.Gunakan satuan kg/m³unt ρ
  • 13. 2. Kadar air , m%(m<30%),diukur dg prosedur baku. 3. Hitung berat jenis pada m%(Gm)dg rumus: ρ Gm: ------------------------ {1000(1+m/100)}
  • 14. 4. Hitung berat jenis dasar (Gb) dg rumus: Gm Gb= ----------------------- (1+0,265 a Gm) (30-m) a= --------------- 30
  • 15. 5. Hitung berat jenis pada kadar air 15%(G15)dg rumus: Gb G15= ---------------------- (1-0,133 Gb) 6. Hitung estimasi kuat acuan dg rumus2 pada tabel di bawah ini dg G=G15
  • 16. Estimasi kuat acuan berdasarkan atas berat jenis pada kadar air 15% untuk kayu berserat lurus tanpa cacat kayu. Kuat Acuan Rumus estimasi ---------------------------------------------------------------- 0,7 Modulus elastisitas lentur 16.000.G Ew(Mpa) Catatan: G adalah berat jenis kayu pada kadar air 15% Nilai kuat acuan lainnya dapat diperoleh dari tabel di depan dg berdasarkan nilai Ew(dr tabel di atas)
  • 17. NILAI RASIO TAHANAN Kelas mutu Nilai Rasio Tahanan A B C 0,8 0,63 0,50
  • 18. Untuk kayu dengan serat tdk lurus & atau mempunyai cacat kayu,nilai modulus elastisitas lentur acuan dari tabel di atas harus direduksi dg mengalikan nilai rasio tahanan dan tergantung pada mutu kayunya.
  • 19. Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu. Macam cacat Kelas mutu A Kelas mutu B Kelas mutu C *Mata kayu -terletak di muka lebar -terletak di muka sempit *Retak *Pingul *Arah serat *Saluran damar *Gubal *Lubang serangga *Cacat lain 1/6 lebar kayu 1/8 lebar kayu 1/5 tebal kayu 1/10 tebal/lebar kayu 1:13 1/5 tebal kayu Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar&ukuran dibatasi&tdk ada tanda2 serangga hidup Tdk diperkenankan ¼ lebar kayu 1/6 lebar kayu ¼ tebal kayu 1/6 tebal/lebar kayu 1:9 2/5 tebal kayu Diperkenankan Idem mutu A Tdk diperkenankan ½ lebar kayu ¼ lebar kayu ½ tebal kayu ¼ tebal/lebar kayu 1:6 ½ tebal kayu diperkenankan Idem mutu A Tdk diperkenenkan
  • 20. PERENCANAAN STRUKTUR Meliputi untuk: 1. Kayu struktural 2. Glulam (kayu laminasi struktural) 3. Produk-produk panel 4. Tiang pancang 5. Dll.komponen struktur lainnya.
  • 21. BEBAN DAN KOMBINASI PEMBEBANAN Beban nominal adalah beban yang ditentukan di dalam: 1. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 2. SKBI-1.3.53.1987 3. SNI 03-1727-1989 Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung atau penggantinya
  • 22. BEBAN NOMINAL 1. D: beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen,termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap. 2. L: beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk pengaruh kejut, ttetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan dll.
  • 23. 3. La: beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan,& material, atau selama penggunaan biasa oleh orang atau benda bergerak. 4. H: beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan oleh genangan air. 5. W: beban angin termasuk dengan memperhitungkan bentuk aerodinamika bangunan&peninjauan terhadap pengaruh angin, topan&tornado, bila diperlukan.
  • 24. 6. E: beban gempa yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1989 atau penggantinya. KOMBINASI PEMBEBANAN 1,4 D 1,2 D+1,6 L+0,5(La atau H) 1,2 D+1,6 (La atau H)+(0,5L atau 0,8W) 1,2 D+ 1,3 W+ 0,5L+0,5(La atau H) 1,2 D ± 1,0 E+ 0,5 L 0,9 D ±(1,3W atau 1,0 E)
  • 25. Keterangan L: 1 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum& semua daerah dimana beban hidup>5 Kpa. Beban lainnya: . Beban yang ditimbulkan oleh fluida(F):1,3F . Beban yang ditimbulkan oleh tanah(S):1,6S .Beban yang ditimbulkan oleh genangan air(P):1,2P . Beban yang ditimbulkan oleh temperatur(T):1,2T
  • 26. Beban yang berlawanan Apabila pengaruh suatu beban saling berlawanan di dalam komponen struktur atau sambungannya, maka harus ditinjau gaya aksial, geser, dan momen yang mungkin berbalik arah.
  • 27. DASAR PERENCANAAN Perencanaan keadaan batas : Beban Rencana < keadaan batas dari komponen struktur dan sambungan Analisis struktur: Dengan methode analisis struktur elastis yang memperhitungkan: keseimbangan, stabilitas,kompatibilitas geometris&sifat material jangka pendek maupun jangka panjang.
  • 28. MODULUS ELASTISITAS LENTUR Digunakan modulus elastisitas lentur rerata terkoreksi: E’w E’w: nilai rerata Ew.
  • 29. TAHANAN RENCANA Tahanan rencana= λ Ø R’ Ru ≤ λ Ø R’ Ru: beban terfaktor…..(Mu,Vu dll) R’: tahanan terkoreksi λ : faktor waktu (tergantung dari macam kombinasi beban yang dipilih) Ø : faktor tahanan (tergantung dari jenis gaya)
  • 30. Faktor Tahanan (Ø) JENIS SIMBOL NILAI Tekan Lentur Stabilitas Tarik Geser/Puntir Sambungan Øc Øb Øs Øt Øv Øz 0,90 0,85 0,85 0,80 0,75 0,65
  • 31. FAKTOR WAKTU(λ) CATATAN: UNTUK SAMBUNGAN, λ = 1 JIKA L DARI KEJUT. KOMBINASI PENBEBANAN FAKTOR WAKTU (λ) 1,4 D 0,6 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H) 0,7 jika L dari gudang 0,8 jika L dari ruangan umum 1,25 jika L dari kejut 1,2 D + 1,6 (La atau H) + (0,5 L atau 0,8 W) 0,8 1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 (La atau H) 1,0 1,2 D ± 1,0 E + 0,5 L 1,0 0,9 D ± (1,3 W atau 1,0 E) 1,0
  • 32. L U A S LUAS BRUTO (A)= jumlah luas seluruh elemen penyusun komponen srtuktur kayu tersebut, yang diukur tegak lurus terhadap sumbu komponen struktur. LUAS NETO(An)= Luas bruto dikurangi dengan jumlah material kayu yang hilang karena adanya lubang bor, baut, paku, coakan, takik, dll.
  • 33. TAHANAN TERKOREKSI Menurut SNI Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia. R’= R C₁ C₂ C₃ ………..Cn. R’= tahanan terkoreksi R = tahanan acuan Ci = faktor-faktor koreksi
  • 34. FAKTOR-FAKTOR KOREKSI 1. Faktor koreksi untuk masa layan 2. Faktor koreksi untuk konfigurasi komponen struktur 3. Faktor koreksi untuk kayu struktural dan kayu laminasi struktural 4. Faktor koreksi tambahan untuk panel srtuktural 5. Faktor koreksi tambahan untuk tiang dan pancang kayu 6. Faktor koreksi tambahan untuk sambungan struktural
  • 35. KOMPONEN STRUKTUR TARIK Lingkup: gaya tarik konsentris,gaya tarik setempat akibat pengaruh sambungan Perencanaan komponen struktur: Tu ≤ λ Øt T’ Dengan: Tu= gaya tarik terfaktor λ = faktor waktu (lihat tabel) Øt= faktor tahanan tarik sejajar serat T’ = tahanan tarik terkoreksi
  • 36. TAHANAN TARIK Tahanan tarik terkoreksi komponen struktur tarik konsentris, T’ ditentukan pada penampang tarik kritis, T’= Ft’ An Dengan: Ft’= kuat tarik sejajar serat terkoreksi An= luas penampang neto
  • 37. TAHANAN TARIK TERKOREKSI T’ = tahanan tarik terkoreksi T’= Ft’ An Ft’ = Cm Ct Cpt CF Crt Ft Cm= faktor koreksi layan basah Ct= faktor koreksi temperatur Cpt= faktor koreksi pengawetan kayu CF= faktor koreksi bentuk Crt= faktor koreksi tahan api Ft= kuat tarik acuan(dari tabel)
  • 38. STRUKTUR TEKAN DAN TUMPU Lingkup: komponen struktur yang mengalami gaya tekan aksial dan gaya tekan tumpu. Pu ≤ λ Øc P’ Dengan: P’: gaya tekan terfaktor λ : faktor waktu (lihat tabel) Øc: 0,90 faktor tahanan tekan sejajar serat P’: tahanan tekan terkoreksi
  • 39. TAHANAN TEKAN TERKOREKSI P’= Cp A Fc’ Dengan: P’= tahanan tekan terkoreksi Cp= faktor kestabilan kolom A= penampang bruto Fc’= kuat tekan terkoreksi Fc’= C₁ . . . . .Cn Fc C₁ , C = faktor koreksi(selain Cp) Fc= kuat tekan acuan
  • 40. FAKTOR KESTABILAN KOLOM (Cp) 1 + άc 1 + άc Cp= ------------ — √ ------------- (KeL) (Ke L/r)² Øs Pe άc= ---------------- λ Øc P₀’
  • 41. Tahanan tekuk kritis ∏² E₀₅ I ∏² E₀₅ A Pe= --------------- = ----------------- (Ke L)² (Ke L/r)² Dengan: E₀₅= nilai modulus elastis lentur terkoreksi pada persentil kelima(Mpa) Pe= tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang ditinjau (N)
  • 42. Tahanan tekan aksial terkoreksi P₀= tahanan tekan aksial terkoreksi // serat pada kelangsingan kolom=0(N) C= 0,8 unt batang masif 0,85 unt tiang&pancang bundar 0,9 unt glulam Øc= faktor tahanan tekan(=0,9) Øs= faktor tahanan stabilitas(=0,85)
  • 43. PANJANG EFEKTIF & KELANGSINGAN Nilai kelangsingan kolom= Ke L/r ≤ 175 Dengan: Ke= faktor panjang tekuk unt komponen struktur tekan L= panjang kolom tak terkekang r= jari-jari girasi
  • 45. PENGENALAN ALAT SAMBUNG Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kekuatan sambungan pada konstruksi kayu: 1. Terjadinya pengurangan luas tampang. 2. Terjadinya penyimpangan arah serat, mis terjadi pada buhul→kekuatan sambungan didasarkan pada kekuatan kayu yg tdk //serat.
  • 46. 3. Terbatasnya luas sambungan. Kayu memiliki kuat geser // serat yang kecil, shg mudah pecah jika dipasang berdekatan,mk hrs disyaratkan jarak minimal spy tdk pecah.
  • 47. CIRI-CIRI ALAT SAMBUNG YANG BAIK 1. Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk penempatan alat sambung relatif kecil atau bahkan 0. 2. Memiliki nilai banding antara kuat dukung sambungan dg kuat ultimit btg yang disambung tinggi. 3. Menunjukkan perilaku pelelehan sebelum mencapai keruntuhan(daktil).
  • 48. 4. Memiliki angka penyebaran panas yang rendah. 5. Murah dan mudah digunakan.
  • 49. JENIS-JENIS SAMBUNGAN Dibedakan menjadi: a. Sambungan satu irisan (menyambung 2 batang kayu) b. Sambungan dua irisan (menyambung 3 batang kayu) Atau: Sambungan desak, tarik atau momen
  • 50. ALAT SAMBUNG MEKANIK 1. Alat sambung lem. 2. Alat sambung paku, ada dua jenis paku yi, paku bulat dan paku ulir, diameter berkisar antara 2,75 mm sampai 8 mm, dan panjangnya antara 40 mm sampai dengan 200 mm. Angka kelangsingan (perbandingan antara panjang dg diameter paku) sangat tinggi, shg mudah membengkok saat dipukul.
  • 51. Keuntungan & kebaikan dari sambungan paku 1. Harga murah, 2. Konstruksi lebih kaku, 3. Tdk perlu tenaga ahli, 4. Pekerjaan dapat dikerjakan dg cepat, 5. Perlemahan kayu oleh paku-paku sangat kecil.
  • 52. ANALISIS SAMBUNGAN PAKU Tebal kayu yang disambung antara 20 mm sampai dg 40 mm. Sambungan paku direncanakan dg persamaan: Zu ≤ λ Øz Z’ Dengan: Zu= tahanan perlu sambungan λ = faktor waktu ( unt tahanan tarik alat pengencang=1)
  • 53. Øz = faktor tahanan sambungan=0,65(sesuai tabel) Z’ = tahanan terkoreksi sambungan (diperoleh dari hasil perkalian antara tahanan acuan sambungan dg faktor-faktor koreksi) (Z didapat dari tabel moda kelelehan tabel no 12.4.1)
  • 54. TAHANAN LATERAL ACUAN Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan yang menggunakan paku baja satu irisan yang dibebani secara tegak lurus terhadap sumbu alat pengencang dan dipasang tegak lurus sumbu komponen struktur, diambil sbg nilai terkecil dari nilai-nilai yang dihitung menggunakan semua persamaan pada tabel di bawah ini.
  • 55. TABEL TAHANAN LATERAL ACUAN PAKU(Z) UNTUK SATU ALAT PENGENCANG DG SATU IRISAN
  • 56. CATATAN Re = Fem/Fes p = kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang pada komponen pemegang (lihat gambar) KD = 2,2 untuk D ≤ 4,3 mm = 0,38D+0,56 untuk 4,3 mm<D<6,4 mm = 3,0 untuk D ≥ 6,4 mm D = diameter paku
  • 57. Fe = kuat tumpu kayu 1,84 = 114,45G Mpa(G: berat jenis kering oven) Fyb = kuat lentur paku
  • 58. KUAT TUMPU KAYU (Fe) Berat jenis 0,40 0,45 0,50 0,55 0,60 0,65 0,70 Fe (Mpa) 21,21 26,35 31,98 38,11 44,73 51,83 59,40
  • 59. KUAT LENTUR PAKU (Fyb) Diameter paku (mm) Kuat lentur paku (Fyb) (N/mm²) D≤3,6 689 3,6<D≤4,7 620 4,7<D≤5,9 552 5,9<D≤7,1 483 7,1<D≤8,3 414 D>8,3 310
  • 60. UKURAN PAKU Nama paku Diameter paku (mm) Panjang paku (mm) λ 2”BWG12 2,8 51 18 2,5”BWG11 3,1 63 20 3”BWG10 3,4 76 22 3,5”BWG9 3,8 89 23 4”BWG8 4,2 102 24 4,5”BWG6 5,2 114 22
  • 62. a.Spasi dalam satu baris (a) * 10D bila digunakan pelat sisi dari kayu * minimal 7D untuk pelat sisi dari baja b.Spasi antar baris (b) spasi minimum antar baris adalah 5D c.Jarak ujung (c) *untuk beban tarik lateral: 15D untuk pelat sisi dari kayu 10D untuk pelat sisi dari baja
  • 63. *Untuk beban tekan lateral: 10D untuk pelat sisi dari kayu 5D untuk pelat sisi dari baja d. Jarak tepi (d) 5D pada tepi yang tidak dibebani 10D pada tepi yang dibebani
  • 64. FAKTOR KOREKSI SAMBUNGAN PAKU 1. Kedalaman penetrasi (Cd), ditentukan oleh nilai p(kedalaman), untuk p≤ 6D → Cd=0 unt 6D ≤ p ≤ 12D → Cd = p/12D unt p ≥ 12D → Cd = 1,0 2. Serat ujung: untuk alat pengencang yang ditanam pada serat ujung kayu,Ceg = 0,67.
  • 65. 3. Sambungan paku miring, Faktor paku miring Ctn = 0,83 4. Sambungan diafragma, faktor koreksi ini hanya berlaku unt sambungan rangka kayu unt plywood , nilai ≥1
  • 68. SAMBUNGAN BAUT Alat sambung baut difungsikan untuk mendukung beban tegak lurus sumbu panjangnya. Kekuatan samb baut ditentukan oleh: 1. Kuat tumpu kayu 2. Tegangan lentur baut 3. Angka kelangsingan (nilai banding antara panjang baut pada kayu utama dg diameter baut)
  • 69. Distribusi tegangan tumpu kayu pada sambungan baut
  • 70. TAHANAN LATERAL Tahanan lateral baut dihhitung dg persamaan: Zu = λ Øz Z’ Dengan: Zu= tahanan perlu sambungan Λ = faktor waktu sesuai tabel Øz = faktor tahanan sambungan=0,65 Z’ = tahanan terkoreksi sambungan, diperoleh dari hasil perkalian antara tahanan acuan sambungan dg faktor2 koreksi
  • 74. Kuat tumpu kayu Fem= kuat tumpu kayu utama (Mpa) Fes= kuat tumpu kayu samping (Mpa) a. Sejajar arah serat= Fe//=77,25 G b. Tegak lurus serat= 1,45 -0,5 Fe tgk lurus=212G D c. Untuk sudut thd serat(Feθ) Fe//Fe tgk lurus Feθ= --------------------------------------- Fe// sin²θ + Fe tgk lurus cos²
  • 76. Kuat lentur baut Menurut National Design Specification(NDS)unt konst.kayu, definisi kuat lentur baut(Fyb) adalah: Nilai rerata antara tegangan leleh dan tegangan tarik ultimit pada pengujian tarik baut, pada umumnya kuat lentur baut sebesar 320 Mpa.
  • 79. catatan 1. Im adalah panjang pasak pada komponen utama pada suatu sambungan atau panjang total pasak pada komponen sekunder pada suatu sambungan. 2. Diperlukan spasi yang lebih besar unt sambungan yang menggunakan ring. 3. Unt alat pengencang sejenis pasak, spasi tegak lurus arah serat antar alat-alat pengencang terluar pada suatu sambungan tdk boleh >127 mm, kecuali bila digunakan pelat penyambung khusus atau bila ada ketentuan mengenai perubahan dimensi kayu.
  • 81. FAKTOR KOREKSI PADA BAUT 1. FAKTOR AKSI KELOMPOK (Cg) alasan: untuk memperhitungkan ketakseragaman gaya yang bekerja pada baut, krn masing-masing baut mendukung beban lateral yang tidak sama,karena: a. Jarak antar alat sambung baut yang kurang panjang shg menyebabkan kuat tumpu kayu tidak terjadi secara maksimal. b. Distribusi gaya tidak merata.
  • 82. Persamaan nilai faktor aksi kelompok (Cg)
  • 84. Menghitung jumlah baris alat pengencang dlm 1 samb. 1. Bila a≤ ¼ b maka baris-baris yang berdekatan dianggap sebagai satu baris dg jml baut sama dg jml baut pada kedua baris tersebut. # untuk kelompok baut yg jml barisnya genap: prinsip ini digunakan unt setiap pasang baris. # untuk kelompok baut yg jml barisnya gasal: digunakan kombinasi pasangan-pasangan baris yang menghasilkan nilai terkecil. 2. Bila a> ¼ b maka jumlah baut pada setiap baris adalah jumlah baut pada baris tersebut.
  • 85. Gambar faktor aksi kelompok samb baut
  • 86. Tabel Nilai Faktor Aksi Kelompok (Cg)
  • 87. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Cg: 1. Kemiringan kurva beban & sesaran baut (slip modulus) 2. Jumlah baut 3. Spasi alat sambung dalam satu baris 4. Plastis deformasi 5. Perilaku rangkak.
  • 88. 2.FAKTOR KOREKSI GEOMETRIS (CΔ) Adalah nilai terkecil dari faktor-faktor geometri yang dipersyaratkan untuk jarak ujung atau spasi dalam baris baut. a. Jarak ujung(a) a≥a optimum maka CΔ=1 a optimum/2≤a<a optimum maka CΔ=a/a optimum
  • 89. b. Spasi dalam baris alat pengencang(s) Adalah: jika s≥s optimum maka CΔ=1 jika 3D≤s<s optimum maka CΔ=s/s optimum.