Dokumen tersebut membahas sistematika etika yang terdiri atas etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral secara faktual, sedangkan etika normatif memberikan penilaian dan himbauan moral. Metaetika berfokus pada bahasa yang digunakan dalam diskusi moral. Dokumen ini juga membedakan etika umum yang membahas prinsip moral dasar dan etika khusus yang menerapkan prinsip tersebut
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership) (Siagian, 1980).
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan kekuasaan politik dalam organisasi kemampuan memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah kali ini penulis akan membahas masalah :
1. Bagaimana pengertian kepemimpinan?
2. Bagaimana kepemimpinan versi manajemen?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana kerja sama tim dalam manajemen konflik?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian Kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Kepemimpinan Versi Manajemen
3. Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan
4. Untuk mengetahui kerjasama tim dalam manajemen konflik
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara konsopsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan
semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialis.
3.2 Saran
Jadi hendaklah kita yang merupakan calon-calon pemimpin ini menggunakan hati, pikiran dan segala usaha untuk memajukan apa yang kita pimpin dan bukan untuk kepentingan pribadi semata.
Kali ini saya akan menshare kepada pelajar maupun mahasiswa tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika, semoga kalian suka dan Tugas Kalian Dapat terbantu oleh Powerpoint ini..
*Jika Tidak Keberatan, Silahkan Like, Comment ataupun Bagikan kepada seluruh teman kalian. "Sebarkanlah walau hanya satu ayat"
Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan kontak saya
Contact Pengirim
ig : dimar_aji
line: dimar9098
Salam Mahasiswa !!
Salam Berkarya !!
Dalam power point ini akan dijelaskan tentang psikologi kepribadian yang dibuat oleh kelompok kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Prodi Gizi S1 guna kepentingan tugas persentasi yang di berikan oleh dosen psikologi, dalam PPT ini masih belum sempurna harap maklum adanya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership) (Siagian, 1980).
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan kekuasaan politik dalam organisasi kemampuan memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah kali ini penulis akan membahas masalah :
1. Bagaimana pengertian kepemimpinan?
2. Bagaimana kepemimpinan versi manajemen?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana kerja sama tim dalam manajemen konflik?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian Kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Kepemimpinan Versi Manajemen
3. Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan
4. Untuk mengetahui kerjasama tim dalam manajemen konflik
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara konsopsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan
semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialis.
3.2 Saran
Jadi hendaklah kita yang merupakan calon-calon pemimpin ini menggunakan hati, pikiran dan segala usaha untuk memajukan apa yang kita pimpin dan bukan untuk kepentingan pribadi semata.
Kali ini saya akan menshare kepada pelajar maupun mahasiswa tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika, semoga kalian suka dan Tugas Kalian Dapat terbantu oleh Powerpoint ini..
*Jika Tidak Keberatan, Silahkan Like, Comment ataupun Bagikan kepada seluruh teman kalian. "Sebarkanlah walau hanya satu ayat"
Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan kontak saya
Contact Pengirim
ig : dimar_aji
line: dimar9098
Salam Mahasiswa !!
Salam Berkarya !!
Dalam power point ini akan dijelaskan tentang psikologi kepribadian yang dibuat oleh kelompok kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Prodi Gizi S1 guna kepentingan tugas persentasi yang di berikan oleh dosen psikologi, dalam PPT ini masih belum sempurna harap maklum adanya.
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda.
1. SISTEMATIKA ETIKA
De Vos (1987)
ETIKA:
Etika Deskriptif
1. Sejarah Kesusilaan
2. Fenomenologi Kesusilaan
Etika Normatif
K. Bertens (1993):
ETIKA:
Etika Deskriptif
Etika Normatif
1. Etika Umum
2. Etika Khusus
Metaetika
2. Franz Magnis-Suseno (1991)
ETIKA:
Etika Umum
Etika Khusus
- Etika Individividual
- Etika Sosial: - Sikap terhadap sesama
- Etika keluarga
- Etika profesi: -biomedis
- bisnis
- hukum
- ilmu pengetahuan
- dll
- Etika politik
- Etika lingkungan hidup
5. ETIKA DESKRIPTIF
Dalam etika deskriptif, etika membahas apa yang
dipandangnya.
Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam
arti luas. Misalnya: adat kebiasaan, anggapan-anggapan
tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan.
Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat
pada individu dan kebudayaan atau subkultur tertentu,
atau dalam suatu periode sejarah.
6. SEJARAH KESUSILAAN
Bagian ini timbul bila orang menerapkan metode historis
dalam etika deskriptif.
Yang diselidiki adalah: pendirian-pendirian mengenai
baik-buruk yang manakah, norma-norma kesusilaan
yang manakah yang pernah berlaku, dan cita-cita
kesusilaan yang manakah yang dianut oleh bangsabangsa tertentu
7. FENOMENOLOGI KESUSILAAN
Fenomenologi = fenomenon + logos
Fenomenon = sesuatu yang tampak, yang terlihat
karena bercahaya (sering disebut
gejala)
Logos = uraian, percakapan
Fenomenologi: Uraian atau percakapan tentang
fenomenon atau sesuatu yang
sedang menampakkan diri, atau
sesuatu yang sedang menggejala.
8. Etika fenomenologi tidak memasang sendiri norma-
norma, tidak pun menilainya, juga tidak
“membuktikan” sifat mutlak kesadaran moral. Etika
fenomenologi hanya menjelaskan, menunjukkan
adanya unsur-unsur itu dalam kesadaran moral.
Fenomenologi kesusilaan mencari makna kesusilaan
dari gejala-gejala kesusilaan; artinya, ilmu
pengetahuan ini melukiskan kesusilaan sebagaimana
adanya, mempertanyakan apakah yang merupakan
hakikat kesusilaan.
Ciri pokok fenomenologi adalah menghindarkan
pemberian tanggapan mengenai kebenaran.
9. ETIKA NORMATIF
Etika normatif tidak lagi berbicara tentang gejala-
gejala, tetapi tentang apa yang seharusnya dilakukan.
Dalam etika normatif, norma-norma dinilai dan
sikap manusia ditentukan.
Etika normatif berbicara mengenai pelbagai norma
yang menuntun tingkah laku manusia. Etika
normatif memberikan penilaian dan himbauan
kepada manusia untuk bertindak sebagaimana
seharusnya berdasarkan norma-norma.
Etika normatif itu tidak deskriptif, tetapi
preskriptif
(artinya
memerintahkan);
tidak
melukiskan melainkan menentukan benar-tidaknya
tingkah laku atau anggapan-anggapan moral.
10. METAETIKA
Meta (Yunani) = “melebihi”, “melampaui”,
“setelah”, “di luar”, “tentang”.
(metabahasa = bahasa yang
dipakai dalam berbicara
tentang bahasa).
Istilah metabahasa diciptakan untuk menunjukkan
bahwa yang dibahas
langsung, melainkan
moralitas.
bukanlah moralitas secara
ucapan-ucapan di bidang
11. Metabahasa bergerak pada taraf lebih tinggi daripada
perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis” atau bahasa
yang digunakan di bidang moral.
Persoalan
yang menyangkut metaetika adalah
persoalan yang rumit. Pertanyaan tentang hakikat
keadilan, hakikat ketidakadilan, bahkan hakikat
kebaikan dan keburukan, kerap kali pertanyaan
seperti ini tidak bisa dijawab secara memuaskan.
12. ETIKA UMUM
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang
beraku bagi segenap tindakan manusia.
Tema-tema yang menjadi penyelidikan etika umum:
- Apakah norma etis itu? Jika ada banyak norma etis,
bagaimana hubungannya satu sama lain?
- Mengapa norma moral mengikat kita? Apakah nilai
itu dan apakah kekhususan nilai moral?
- Bagaimana hubungan tanggung jawab manusia dan
kebebasannya? Dapatkah dipastikan bahwa manusia
sungguh-sungguh bebas.
- Apakah yang dimaksud dengan hak dan kewajiban?
Bagaimana kaitannya satu sama lain?
13. ETIKA KHUSUS
Etika khusus membahas prinsip-prinsip moral dasar
itu dalam hubungan dengan kewajiban manusia
dalam pelbagai lingkup kehidupannya; atau, etika
khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar pada setiap
bidang kehidupan manusia.
Karena sifatnya “menerapkan”, etika khusus ini bisa
juga dikatakan sebagai “etika terapan”.