SlideShare a Scribd company logo
1
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
STRATEGIC MANAGEMENT
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
NAMA : ACHMAD SUSMIYANTO
NIM : 55118010001
DOSEN : Prof. Dr. Ir. HAPZI ALI, MM, CMA
2
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
Daftar Isi
Bussiness Ethic, CSR dan Risk Managemnet
3
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
PEMBAHASAN
A. DEFINISI ETIKA
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang
melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika dan oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan
filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang
apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2000).
 Ethics: Is the discipline that deals with what is good and bad and with moral duty and
obligation, can also be regarded as a set of moral principles or values. (Etika:
Apakah disiplin yang berurusan dengan apa yang baik dan buruk dan dengan
kewajiban moral dan kewajiban, juga dapat dianggap sebagai seperangkat prinsip
moral atau nilai-nilai).
 Ethical behavior: Is that which isaccepted as morally “good” and “right” as opposed
to “bad” or “wrong” in a particular setting. (Perilaku Etis: Apakah sesuatu yang
secara moral "baik" dan "kanan" sebagai lawan "buruk" atau "salah" dalam
pengaturan tertentu).
Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita
akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus
mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari
perbandingan yang dilakukan oleh Bertens terhadap arti kata 'etika' yang terdapat dalam
Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 - mengutip dari Bertens,
2000), etika mempunyai arti sebagai: "ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)".
Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 - mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
1.2 Definisi Moral
Moralitas berasal dari bahasa latin “MOS” (tunggal) atau jamak “MORES” artinya adat
4
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
istiadat atau kebiasaan. Sehingga MORAL adalah tingkah laku manusia sejajar dengan
ajaran, peraturan, adat dan agama yang ditetapkan oleh masyarakat.Ajaran, peraturan, adat
dan agama ini menentukan bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi
manusia baik.
 Morality: A system or doctrine of moral conduct which refers to principles of right
and wrong in behavior. (Moralitas: Sebuah sistem atau doktrin perilaku moral yang
mengacu pada prinsip-prinsip benar dan salah dalam perilaku).
Dalam falsafah, etika merujuk kepada pengajian moral yang tertumpu kepada nilai dan
kelakuan manusia. Apabila kita mengatakan seseorang bermoral atau tidak bermoral,
maksudnya bahwa orang tersebut orang yang baik atau tidak baik.
Apabila kita merujuk kepada tindakan manusia sebagi bermoral atau tidak bermoral,
maksudnya bahwa tindakan manusia tersebut betul atau salah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ETIKA dan moralitas mempunyai arti
yang sama sebagai suatu sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik, terwujud
dalam pola perilaku yang konstan dan terulang dalam kurun waktu sehingga menjadi
kebiasaan. Pengertian kedua etika tidak sama dengan moralitas karena tidak berisikan nilai
dan norma konkrit yang menjadi pedoman hidup manusia. Moralitas adalah pedoman yang
dimiliki individu atau kelompok tentang apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral.
Standar moral ialah persoalan yang dianggap memiliki konsekuensi serius didasarkan pada
penalaran yang baik.
Moral melibatkan manusia dan hubungannya dengan manusia, alam, dan makhluk lain,
bukan manusia. Dalam aplikasi kemoralan, terdapat 4 aspek, yakni (a) Kemoralan agama, (b)
Kemoralan sosial, (c) Kemoralan individu dan (d) Kemoralan alam.
1) KEMORALAN AGAMA
Merujuk kepada perhubungan antara manusia dengan Tuhan atau Kuasa Luar
Biasa. Keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan, membuat apa yang diperintah-Nya
dan menghindari apa yang dilarang-Nya merupakan asas kehidupan moral manusia.
2) KEMORALAN SOSIAL
Merujuk kepada hubungan sesama manusia. Aspek ini merupakan aspek terpenting
dalam hidup manusia dan melibatkan semua aspek lain dan dibincangkan dalam
kebanyakan sistem etika.
3) KEMORALAN INDIVIDU
5
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
Merujuk kepada hubungan manusia dengan dirinya atau kawalan diri berdasarkan kod
moral sendiri yang mungkin diterima atau tidak oleh masyarakat atau agama. Sesuatu
perlakuan dinilai berdasarkan penilaian sendiri oleh individu. Juga merujuk kepada
tanggungjawab individu kepada diri sendiri untuk mengembangkan kepentingan, bakat
dan kepercayaannya.
4) KEMORALAN ALAM
Merujuk kepada perhubungan manusia dengan alam. Setiap benda di alam ini
mempunyai nilai dan faedah. Manusia bertanggungjawab mengurus alam untuk
menjamin keselesaan hidup. Pencemaran alam adalah kesan kurangnya kesedaran
kemoralan manusia terhadap alam sekitar. Kesedaran moral terhadap alam
menekankan alam merupakan sebahagian dari kehidupan manusia.
B. PENTINGNYA TEORI ETIKA
Etika merupakan suatu hal yang diupayakan untuk disepakati bersama. Suatu hal akan
dianggap etis dan diterima secara umum apabila terdapat toleransi antara manusia yang satu
dengan manusia lainnya. Etika dapat juga dikatakan sebagai suatu pedoman nilai yang
digunakan untuk membedakan baik atau buruk, benar atau salah. Etika dapat menjadi “self-
control” dimana segala sesuatu dibuat, ditetapkan, dan diterapkan untuk kepentingan
kelompok, misalnya suatu profesi tertentu.
Kata etika memiliki beberapa makna, Webster’s Collegiate Dictionary yang dikutip
oleh Ronald Duska dalam buku Accounting Ethics memberi empat makna dasar dari kata
etika, yaitu:
1) Suatu disiplin terhadap apa yang baik dan buruk dan dengan tugas moral serta
kewajiban.
2) Seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai
3) Sebuah teori atau sistem atas nilai-nilai moral
4) Prinsip atas pengaturan prilaku suatu individu atau kelompok
Pengertian etika menurut Bertens (2000) didefinisikan sebagai nilai-nilai dan norma-
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Dari pengertian diatas mengisyaratkan bahwa etika memiliki peranan penting dalam
melegitimasi segala perbuatan dan tindakan yang dilihat dari sudut pandang moralitas yang
telah disepakati oleh masyarakat. Dalam praktiknya, terkadang penerapan nilai etika hanya
6
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
dilakukan sebatas persetujuan atas standar moral yang telah disepakati untuk tidak dilanggar.
Norma moral yang menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik buruknya perilaku
dan tindakan seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa
dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus kita patuhi. Untuk itu,
pemikiran-pemikiran yang lebih mendalam mengenai alasan-alasan mengapa kita perlu
berperilaku yang etis sesuai dengan norma-norma moral yang telah disepakati, melahirkan
suatu bentuk teori etika yang menyediakan kerangka untuk memastikan benar tidaknya
keputusan moral kita.
Beberapa alasan mempelajari etika menurut Ronald Duska:
1) Beberapa kepercayaan moral yang dipegang mungkin tidak cukup karena itu hanya
kepercayaan sederhana tentang isu-isu komplek. Pelajaran etika dapat membantu
seseorang memecahkan isu yang komplek tersebut, dengan melihat apa yang prinsip-
prinsip katakan tentang kasus itu.
2) Etika dapat menyediakan pengertian yang mendalam bagaimana menimbang dan
memutuskan terhadap konflik prinsip dan menunjukan mengapa tindakan tertentu lebih
dibutuhkan dari pada yang lain.
3) Cerminan etika dapat membuat kita lebih berpengetahuan dan teliti dalam masalah-
masalah moral.
4) Alasan yang penting untuk mempelajari etika adalah untuk mengerti keadaan dan
mengapa opini-opini kita berharga. Contohnya ketika tanggung jawab ke keluarga
berbenturan dengan tanggung jawab kita terhadap pekerjaan dan bagaimana jalan
keluarnya.
5) Alasan terakhir dalam mempelajari etika adalah untuk belajar mengidentifikasi prinsip-
prinsip dasar etika yang dapat diaplikasikan pada tindakan.
C. PERKEMBANGAN TEORI ETIKA
Perkembangan wacana etika, sampai saat ini, tidak dapat dilepaskan dari berbagai
pemikiran atas etika yang telah berlangsung berpuluh-puluh abad lalu di Yunani. Pemikiran
awal tentang etika dapat ditelusuri dari:
 Murid-Murid Pytagoras (570-496 SM)
Badan merupakan kubur jiwa, sehinggan jika manusia menginginkan jiwanya bebas
dari badan maka perlu menumpuh jalan pembersihan. Jalan ini adalah bertapa dan
7
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
bekerja secara rohani, terutama dengan berfilsafat dan bermatematika serta
menyertakan musik dan gimnastik sebagai penertib dan penyelarasnya.
 Democritus (460-371 SM)
Aturan kehidupan bahwa manusia hendaknya mengusahakan keadilan. Menurut
Democritus nilai tertinggi dalam kehidupan adalah pencapaian pada apa yang enak
(yang kemudian menjadi sebuah kerangka untuk berkembangnya hedonisme)
 Kaum sofis (kaum bijak tetapi dikenal kurang baik pada jaman Yunani Klasik)
Baik dan buruk lebih merupakan masalah keputusan masing-masing atau kesepakatan
bersama daripada suatu aturan abadi. Sampai-sampai salah satu dari mereka, Antiphon
menyatakan bahwa hukum boleh dilanggar dengan tenang asal tidak ada yang
melihatnya. Namun pandangan ini kemudian dipatahkan oleh Socrates.
 Socrates (469-399 SM)
Socrates yakin bahwa orang akan berbuat benar apabila ia mengetahui apa yang baik
baginya. Perbuatan salah akibat kurang cerahnya pengertian diri manusian. Ia mau
mengantar orang agar mengerti diri sendiri dan dengan demikian lepas dari
kedangkalannya.
 Plato (427-348 SM)
Realitas yang sebenarnya bersifat rohani (jiwa) dan disebutnya idea. Puncak kesadaran
filosofis tertinggi dalam idea ini adalah idea yang baik. Idea yang baik adalah Sang
Baik itu sendiri dan Sang Baik ini adalah tujuan dari segala yang ada, yaitu Yang Ilahi.
 Aristoteles (384-322 SM)
Hidup yang baik bagi manusia adalah apabila ia mencapai apa yang menjadi
tujuannya. Dengan mencapai tujuannya, maka manusia telah mencapai dirinya dengan
sepenuhnya. Apapun tujuana hidup manusia adalah demi sesuatu yang baik dan
bernilai.
Teori etika dapat disebut sebagai gambaran rasional mengenai hakekat dan dasar
perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim bahwa
perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan dan dilarang. Dalam hal ini
teori etika lahir dari berbagai aliran pemikiran etika dalam rangka mengkaji moralitas suatu
tindakan yang berkembang sedemikian luasnya. Pencarian teori etika yang sepenuhnya
memuaskan merupakan usaha yang tidak akan pernah selesai, karena tidak akan pernah ada
suatu teori etika yang dapat sepenuhnya disepakati oleh semua orang. Sejak awal
perkembangan filsafat etika, maka dua pendekatan dasar moral etika telah timbul. Satu
8
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
pendekatan mendasarkan argumentasi pada akhir yang terjadi. Pendekatan ini disebut
teleological approach, dimana yang paling menonjol adalah versi consequentialsm, yang
berpendapat bahwa apakah suatu tindakan benar ataupun salah tergantung pada konsekuensi
yang ditimbulkan. Bentuk yang umum dari versi consequentialism adalah utilitarianisme.
Pendekatan yang lain disebut deontological approach, yang berpendapat bahwa tugas atau
kewajiban (duty) adalah kategori moral dasar dan bahwa kewajiban tidak tergantung pada
konsekuensi yang ditimbulkannya. Termasuk dalam pertimbangan pendekatan ini adalah
pertimbangan akan kewajiban moral, hak (rights), dan keadilan (justice). Selain itu dalam
perkembangannya muncul teori etika keutamaan (virtue ethics) dengan pendekatan yang
tidak melihat sisi moral suatu tindakan, tetapi memfokuskan pada manusia sebagai pelaku
moral yang memiliki keutamaan-keutamaan (virtue) yang membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya yang memungkinkan manusia untuk bertindak sesuai dengan tujuan
spesifik sebagai manusia. Penjelasan mendalam mengenai teori-teori etika, adalah sebagai
berikut:
1) Teori Utilitarianisme
Kemunculan teori utilitarianisme merupakan pengembangan dari pemahaman etika
teleologi yang dikembangkan terutama oleh tokoh-tokoh besar pemikiran etika dari Eropa
seperti Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873) (Ludigdo,
2007). Etika teleologi ini, juga dikenal sebagai etika konsekuensialisme, yang memiliki
pandangan mendasar bahwa suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan tujuan
atau akibat dilakukannya tindakan tersebut. Namun dalam pemahamannya tidak mudah
untuk menilai baik buruknya tujuan atau akibat dari suatu tindakan dalam kerangka etika,
sehingga muncullah varian darinya yaitu egoisme dan utilitarianisme. Etika egoisme
menilai baik buruknya tindakan dari tujuan dan manfaat tindakan tersebut bagi pribadi-
pribadi. Pada akhirnya egoisme cenderung menjadi hedonisme, karena setiap manfaat atas
suatu tindakan pribadi-pribadi yang berdasarkan kebahagian dan kesenangan demi
memajukan dirinya sendiri tersebut biasanya bersifat lahriah dan diiukur berdasarkan
materi.
Sementara itu utilitarianisme berkebalikan dengan dari egoisme. Utilitarianisme atau
utilitarisme yang berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”, berpandangan
bahwa suatu perbuatan atau tindakan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Jadi utilitarianisme ini tidak boleh dimengerti dengan cara egoistis. Konsep dasar moral
9
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan menurut pemikiran utilitarianisme
adalah the greatest happiness of the greatest number, kebahagian terbesar dari jumlah
orang terbesar. Sehingga perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang merasa
senang dan puas adalah perbuatan yang terbaik.
Beberapa pandangan yang mendukung teori ini, menyatakan bahwa daya tarik pendekatan
utilitarian terutama didasarkan pada nilai-nilai positif dari etika ini, yaitu rasionalitas,
kebebasan, dan universalitas. Pertama, prinsip moral dari etika utilitarianisme yang
didasarkan pada kriteria yang rasional, memungkinkan dasar yang jelas dan langsung
untuk formulasi maupun menguji kebijakan atau tindakan. Dalam hal ini utilitarian tidak
meminta kita untuk menerima aturan, kebijakan, atau prinsip tanpa alasan. Tetapi,
meminta kita untuk menguji nilainya secara rasional terhadap standar manfaat. Kedua,
utilitarianisme mengasumsikan kebebasan setiap orang dalam berperilaku dan bertindak.
Kebebasan yang dimaksud dalam hal ini kebebasan memilih alternative tindakan yang
dirasa memberikan manfaat sesuai dengan konsep the greatest happiness of the greatest
number. Setiap orang bebas dalam berperilaku dan bertindak sesuai dengan pemikirannya
sendiri, yang dilandasi dengan dasar kriteria yang rasional – dalam hal ini standar
manfaat. Keistimewaan yang ketiga adalah universalitasnya. Etika utilitarianisme
mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang, dan kriteria ini
dapat diterima dimana saja dan kapan saja.
Terlepas dari daya tariknya, teori utilitarianisme juga mempunyai kelemahan, antara lain:
 Manfaat merupakan konsep yang kompleks sehingga penggunaannya sering
menimbulkan kesulitan. Masalah konsep manfaat ini dapat mencakup persepsi dari
manfaat itu sendiri yang berbeda-beda bagi tiap orang dan tidak semua manfaat yang
dinilai dapat dikuantifikasi yang berujung pada persoalan pengukuran manfaat itu
sendiri.
 Utilitarianisme tidak mempertimbangkan nilai suatu tindakan itu sendiri, dan hanya
memperhatikan akibat dari tindakan itu. Dalam hal ini utilitarianisme dianggap tidak
memfokuskan pemberian nilai moral dari suatu tindakan, melainkan hanya terfokus
aspek nilai konsekuensi yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Sehingga dapat
dikatakan bahwa utilitarianisme tidak mempertimbangkan motivasi seseorang
melakukan suatu tindakan.
 Kesulitan untuk menentukan prioritas dari kriteria etika utilitarianisme itu sendiri,
apakah lebih mementingkan perolehan manfaat terbanyak bagi sejumlah orang atau
10
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
jumlah terbanyak dari orang-orang yang memperoleh manfaat itu walaupun
manfaatnya lebih kecil.
 Utilitarianisme hanya menguntungkan mayoritas. Dalam hal ini suatu tindakan dapat
dibenarkan secara moral sejauh tindakan tersebut menguntungkan sebagian besar
orang, walaupun mungkin merugikan sekelompok minoritas. Dengan demikian,
utilitarianisme dapat dikatakan membenarkan ketidakadilan, yaitu bagi kelompok yang
tidak memperoleh manfaat.
Mengingat disatu pihak utilitarianisme memiliki keunggulan dan nilai positif yang sangat
jelas, tetapi di pihak lain punya kelemahan-kelemahan tertentu yang sangat jelas
pula, karena hal inilah muncul berbagai perdebatan atas kelemahan tersebut, maka
diusulkan utililtarsime dibedakan menjadi dua macam Salah satu pendekatan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dikenalkannya pembedaan antara
utilitarianisme-aturan (rule-utilitarian), dan utilitarianisme-tindakan (act-utilitarian)
(Bertens, 2000).
Utilitarian-tindakan berpendapat bahwa prinsip dasar utilitarianisme (manfaat terbesar
bagi jumlah orang terbesar) diterapkan dalam perbuatan. Prinsip dasar tersebut dipakai
untuk menilai kualitas moral suatu perbuatan. Sedangkan utilitarian-aturan berpendapat
bahwa suatu aturan moral umum lebih layak digunakan untuk menilai suatu tindakan. Ini
berarti yang utama bukanlah apakah suatu tindakan mendatangkan manfaat terbesar bagi
banyak orang, melainkan yang pertama-tama ditanyakan apakah tindakan itu memang
sesuai dengan aturan moral yang harus diikuti oleh semua orang. Jadi manfaat terbesar
bagi banyak orang merupakan kriteria yang berlaku setelah suatu tindakan dibenarkan
menurut kaidah moral yang ada. Oleh karena itu, dalam situasi dimana kita perlu
mengambil kebijakan atau tindakan berdasarkan teori etika utilitarianisme, perlu
menggunakan perasaan atau intuisi moral kita untuk mempertimbangkan secara jujur
apakah tindakan yang kita ambil memang manusiawi atau tidak terlepas dari perbedaan
persepsi akan konsep manfaat itu sendiri, apakah kita membenarkan tindakan dengan
manfaat yang telah kita perkirakan itu.
2) Teori Deontologi – Kewajiban Moral
Aliran besar pemikiran etika kedua adalah deontologi. Tokoh besar aliran ini adalah
Immanuel Kant (1724-1804) (Ludigdo, 2007), sehingga disebut juga sebagai Kantianisme.
Istilah deontogi sendiri berasal dari kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban (Bertens,
11
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
2000). Pandangan dasar dari pemikiran etika deontologi ini adalah bahwa penilaian baik
atau buruknya suatu tindakan didasarkan pada penilaian apakah tindakan itu sendiri
sebagai baik atau buruk. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan deontologi ini
berbeda dalam prinsipnya dengan utilitarianisme yang berpendapat bahwa moralitas suatu
tindakan tergantung pada konsekuensinya.
Immanuel Kant sebagai filsofis penting dalam memperkenalkan pendekatan deontologi
ini, mengemukakan pandangannya bahwa suatu perilaku atau tindakan yang benar, bila
dilakukan berdasarkan “imperatif kategoris” (Bertens,2000). Imperatif kategoris berarti
mewajibkan yang tidak tergantung pada kondisi atau syarat apapun. Dari pernyataan
tersebut, secara sepintas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar imperatif kategoris yang
dikemukakan oleh Kant yang menjadi landasan pendekatan deontologi, memiliki
penilaian moral yang berbeda dengan konsep dasar utilitarianisme yang lebih
memfokuskan konsep nilai-nilai moral pada pencapaian manfaat.
Selain itu Kant juga mengatakan, bagi hukum yang terpenting adalah legalitas perbuatan,
artinya segi lahiriah perbuatan. Di dalam hukum yang dinilai adalah apakah suatu
perbuatan bertentangan dengan hukum atau tidak. Sedangkan dalam konteks etika,
legalitas suatu perbuatan tidak cukup, tapi harus diperhatikan juga moralitas perbuatan.
Moralitas tidak terbatas dari segi lahiriah perbuatan tapi meliputi juga segi batinnya,
artinya motif mengapa perbuatan itu dilakukan.
3) Teori Hak dan Keadilan
Teori hak ini memiliki kaitan erat dengan teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Kewajiban seseorang biasanya diikuti juga dengan hak dari orang lain. Hak
didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Maka, teori hak
pun cocok diterapkan dengan suasana demokratis. Dalam arti, semua manusia dari
berbagai lapisan kehidupan harus mendapat perlakuan yang sama. Seperti yang
diungkapkan Immanuel Kant, bahwa manusia meruapakan suatu tujuan pada dirirnya (an
end in itself). Karena itu manusia harus selalu dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan
tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya suatu
tujuan lain (Bertens, 2000).
4) Teori Etika Keutamaan
Pendekatan-pendekatan yang telah dibahas, baik utilitarian ataupun deontologi kewajiban,
hak, keadilan semuanya memfokuskan terutama pada suatu prinsip atau norma. Kalau
sesuai dengan norma, suatu tindakan adalah baik, kalau tidak sesuai, tindakan itu buruk,
12
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
terlepas dari fokus norma yang melandasinya. Disamping teori-teori ini, ada suatu
pendekatan lain yang tidak melihat tindakan, akan tetapi memfokuskan pada manusia
sebagai pelaku moral. Teori ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang karakter
moral orang (Satyanugraha, 2003).
Keutamaan berasal dari terjemahan kata virtue yang sebenarnya berarti kebajikan, namun
terjemahan yang paling dekat dengan kata arete yang dipakai Aristoteles maka berarti
keutamaan. Menurut Aristoteles, keutamaan moral adalah kebiasaan yang memungkinkan
manusia untuk bertindak yang sesuai dengan tujuan spesfiknya sebagai manusia. Agar
manusia dapat bertindak sesuai dengan tujuan spesifiknya sebagai manusia, tentunya
manusia dibekali dengan akal yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan
menggunakan akal ini, manusia dapat berpikir secara rasional untuk mempertimbangkan
segala sifat-sifat keutamaannya sebagai seorang manusia dalam menjalani hidup. Oleh
karena itu, keutamaan (virtue) dapat didefinisikan sebagai watak yang telah dimiliki
seseorang dan memungkinkannya untuk bertingkah laku baik secara moral (Bertens, 2000
dalam Satyanugraha, 2003) Seseorang yang baik adalah hidup menurut keutamaan. Hidup
yang baik adalah virtous of life (hidup keutamaan).
5) Teori Etika Religius
Pemikir besar Eropa dari kalangan Kristen adalah Thomas Aquinas (1225-1274). Menurut
aquinas, Tuhan adalah tujuan akhir manusia, karena Ia adalah nilai tertinggi dan universal,
dan karenanya kebahagiaan manusia tercapai apabila ia memandang Tuhan.
Dalam perspektif religius pemikiran etika cenderung melepaskan kepelikan dialektika atau
metodologis dan memusatkan pada usaha untuk mengeluarkan spirit moralitas islam
denga cara lebih langsung berakar pada AL-Qur’an dan Sunnah. Dalam diskusi ini
pengetahuan dan perbuatan menjadi unsur pencapain kebahagiaan. Sumber utama
pengetahuan adalah Tuhan yang telah menganugerahkannya kepada manusia melalui
berbagai cara.
D. PRINSIP ETIS DALAM BISNIS
Bisnis dapat diartikan sebagai kegiatan memproduksi dan menjual barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kegiatan bisnis terjadi karena keinginan untuk
saling memenuhi kebutuhan hidup masing-masing manusia, dan masing-masing pihak
tentunya memperoleh keuntungan dari proses tersebut. Tidak dapat disangkal bahwa pada
umumnya orang berpendapat bahwa bisnis adalah untuk mencari keuntungan sebesar-
besarnya. Untuk memaksimumkan keuntungan tersebut, maka tidak dapat dihindari sikap dan
13
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
perilaku yang menghalalkan segala cara yang sering tidak dibenarkan oleh norma moral.
Apabila memaksimalkan keuntungan menjadi satu-satunya tujuan perusahaan, dengan
sendirinya akan timbul keadaan yang tidak etis. Mengapa begitu? Jika keuntungan menjadi
satu-satunya tujuan, semuanya dikerahkan dan dimanfaatkan demi tercapainya tujuan itu,
termasuk juga karyawan yang bekerja dalam perusahaan. Akan tetapi, memperalat karyawan
karena alasan apa saja berarti tidak menghormati mereka sebagai manusia. Dengan itu
dilanggar suatu prinsip etis yang paling mendasar kita selalu harus menghormati martabat
manusia. Immanuel Kant, filsuf Jerman abad ke-18, menurutnya prinsip etis yang paling
mendasar dapat dirumuskan sebagai berikut: “hendaklah memperlakukan manusia selalu juga
sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah sebagai sarana belaka”. Mereka tidak boleh
dimanfaatkan semata-mata untuk mencapai tujuan. Misalnya, mereka harus dipekerjakan
dalam kondisi kerja yang aman dan sehat dan harus diberikan gaji yang pantas.
Sejarah mencatat Revolusi Industri yang terjadi dari 1760 sampai 1830 dengan tujuan
untuk memaksimalisasi keuntungan, menyebabkan tenaga buruh dihisap begitu saja, sungguh
diperalat. Upah yang diberikan sangat rendah, hari kerja panjang sekali, tidak ada jaminan
kesehatan. Jika buruh jatuh sakit ia sering diberhentikan dan dalam keadaan lain pun buruh
bisa diberhentikan dengan semena-mena. Lebih parahnya, banyak dipakai tenaga wanita dan
anak dibawah umur, karena kepada mereka bisa diberikan upah lebih rendah lagi dan mereka
tidak mudah memberontak. Hal ini menunjukkan bahwa maksimalisasi keuntungan sebagai
tujuan usaha ekonomis bisa membawa akibat kurang etis.
Di satu pihak perlu diakui, bisnis tanpa tujuan profit bukan bisnis lagi. Di lain pihak
keuntungan tidak boleh dimutlakkan. Keuntungan dalam bisnis merupakan suatu pengertian
yang relatif. Ronald Duska (1997) dalam Bertens (2000), mencoba untuk merumuskan
relativitas tersebut dengan menegaskan bahwa kita harus membedakan
antara purpose (maksud) dan motive. Maksud bersifat obyektif, sedangkan motivasi bersifat
subyektif. Keuntungan tidak merupakan maksud bisnis. Maksud bisnis adalah menyediakan
produk atau jasa yang bermanfaat untuk masyarakat. Keuntungan hanya sekadar motivasi
untuk mengadakan bisnis. Oleh karena itu, bisnis menjadi tidak etis, kalau perolehan untung
dimutlakkan dan segi moral dikesampingkan.
Keuntungan memungkinkan bisnis hidup terus, tetapi tidak menjadi tujuan terakhir
bisnis itu sendiri. Oleh karenanya tidak bisa dikatakan lagi bahwa profit merupakan satu-
satunya tujuan bagi bisnis. Beberapa cara untuk melukiskan relativitas keuntungan dalam
bisnis, dengan tidak mengabaikan perlunya (Bertens, 2000), adalah sebagai berikut:
14
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
 keuntungan merupakan tolak ukur untuk menilai kesehatan perusahaan atau efisiensi
manajemen dalam perusahaan;
 keuntungan adalah pertanda yang menunjukkan bahwa produk atau jasanya dihargai
oleh masyarakat;
 keuntungan adalah cambuk untuk meningkatkan usaha;
 keuntungan merupakan syarat kelangsungan perusahaan;
 keuntungan mengimbangi resiko dalam usaha.
Dari konsep relativitas keuntungan diatas, mengisyaratkan bahwa keuntungan bukan
yang utama dalam bisnis. Persepsi manfaat dari pencapaian keuntungan harus dirubah,
karena bisnis bukan semata-mata untuk memperoleh keuntungan materiil. Untuk itu prinsip-
prinsip etika yang diterapkan dalam kegiatan bisnis pada perusahaan-perusahaan bisnis,
haruslah mengacu pada stakeholders benefit. Stakeholders adalah semua pihak yang
berkepentingan dengan kegiatan suatu perusahaan. Pihak berkepentingan internal adalah
“orang dalam” dari suatu perusahaan: orang atau instansi yang secara langsung terlibat dalam
kegiatan perusahaan, seperti pemegang saham, manajer, dan karyawan. Pihak berkepentingan
eksternal adalah “orang luar” dari suatu perusahaan: orang atau instansi yang tidak secara
langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan, seperti para konsumen, masyarakat,
pemerintah, lingkungan hidup. Kita bisa mengatakan bahwa tujuan perusahaan adalah
manfaat semua stakeholders. Misalnya, tidak etis kalau dalam suatu keputusan bisnis hanya
kepentingan para pemegang saham dipertimbangkan. Bukan saja kepentingan para pemegang
saham harus dipertimbangkan tapi juga kepentingan semua pihak lain, khususnya para
karyawan dan masyarakat di sekitar pabrik.
Beberapa prinsip etis dalam bisnis telah dikemukakan oleh Robert C.Solomon (1993)
dalam Bertens (2000), yang memfokuskan pada keutamaan pelaku bisnis individual dan
keutamaan pelaku bisnis pada taraf perusahaan. Berikut dijelaskan keutamaan pelaku bisnis
individual, yaitu:
1) Kejujuran
Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang
harus dimiliki pelaku bisnis. Orang yang memiliki keutamaan kejujuran tidak akan
berbohong atau menipu dalam transaksi bisnis. Pepatah kuno caveat emptor yaitu
hendaklah pembeli berhati-hati. Pepatah ini mengajak pembeli untuk bersikap kritis
untuk menghindarkan diri dari pelaku bisnis yang tidak jujur. Kejujuran memang
15
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran, namun dalam dunia bisnis terdapat
aspek-aspek tertentu yang tetap harus menjadi rahasia. Dalam hal ini perlu dicatat
bahwa setiap informasi yang tidak benar belum tentu menyesatkan juga.
2) Fairness
Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua orang dan
dengan ”wajar” yang dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang
terlibat dalam suatu transaksi.
3) Kepercayaan
Kepercayaan adalah keutamaan yang penting dalam konteks bisnis. Kepercayaan
harus ditempatkan dalam relasi timbal-balik. Pebisnis yang memiliki keutamaan ini
boleh mengandaikan bahwa mitranya memiliki keutamaan yang sama. Pebisnis yang
memiliki kepercayaan bersedia untuk menerima mitranya sebagai orang yang bisa
diandalkan. Catatan penting yang harus dipegang adalah tidak semua orang dapat
diberi kepercayaan dan dalam memberikan kepercayaan kita harus bersikap kritis.
Kadang kala juga kita harus selektif memilih mitra bisnis. Dalam setiap perusahaan
hendaknya terdapat sistem pengawasan yang efektif bagi semua karyawan, tetapi
bagaimanapun juga, bisnis tidak akan berjalan tanpa ada kepercayaan.
4) Keuletan
Keutamaan keempat adalah keuletan, yang berarti pebisnis harus bertahan dalam
banyak situasi yang sulit. Ia harus sanggup mengadakan negosiasi yang terkadang seru
tentang proyek atau transaksi yang bernilai besar. Ia juga harus berani mengambil
risiko kecil ataupun besar, karena perkembangan banyak faktor tidak diramalkan
sebelumnya. Ada kalanya ia juga tidak luput dari gejolak besar dalam
usahanya.Keuletan dalam bisnis itu cukup dekat dengan keutamaan keberanian moral.
Selanjutnya, empat keutamaan yang dimiliki orang bisnis pada taraf perusahaan, yaitu:
1) Keramahan
Keramahan tidak merupakan taktik bergitu saja untuk memikat para pelanggan, tapi
menyangkut inti kehidupan bisnis itu sendiri, karena keramahan itu hakiki untuk setiap
hubungan antar-manusia. Bagaimanapun juga bisnis mempunyai segi melayani sesama
manusia.
16
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
2) Loyalitas
Loyalitas berarti bahwa karyawan tidak bekerja semata-mata untuk mendapat gaji,
tetapi juga mempunyai komitmen yang tulus dengan perusahaan. Ia adalah bagian dari
perusahaan yang memiliki rasa ikut memiliki perusahaan tempat ia bekerja.
3) Kehormatan
Kehormatan adalah keutamaan yang membuat karyawan menjadi peka terhadap suka
dan duka serta sukses dan kegagalan perusahaan. Nasib perusahaan dirasakan sebagai
sebagian dari nasibnya sendiri. Ia merasa bangga bila kinerjanya bagus.
4) Rasa Malu
Rasa malu membuat karyawan solider dengan kesalahan perusahaan. Walaupun ia
sendiri barang kali tidak salah, ia merasa malu karena perusahaannya salah.
E. CSR
Pengertian CSR
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah suatu konsep bahwa organisasi atau perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk
tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah
konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh
karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu
organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat
keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang
timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang.
Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi
dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku
kepentingannya . Ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam
masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak
terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun
17
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada
beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga
standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat
peraturan. Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan
"perbuatan baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for
Humanity atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial
merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan pada masa lampau seringkali
mengeluarkan uang untuk proyek - proyek komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian
yayasan sosial.
Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk
sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga
menciptakan suatu itikad baik di mata komunitas tersebut yang secara langsung akan
meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan. Dengan
diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka
baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas. Kepedulian kepada masyarakat
sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti
sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui
berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR bukanlah
sekadar kegiatan amal, melainkan CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam
pengambilan keputusannya agar denga n sungguhsungguh memperhitungkan akibat
terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan
hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan
beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang
merupakan salah satu pemangku kepentingan internal. Pada dasarnya CSR adalah bentuk
tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap stakeholder atau pemangku kepentingan.
Menurut para ahli, C SR memiliki 3 definisi, yakni :
1. Melakukan tindakan sosial, termasuk di dalamnya adalah kepedulian terhadap
lingkungan hidup yang diharuskan dalam peraturan perundangan-undangan.
2. Komitmen usaha yang dilakukan secara etis, beroperasi secara resmi, serta dapat
berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi yang di iringi dengan peningkatan kualitas
hidup karyawan termasuk keluarganya, komunitas lokal, serta masyarakat luas.
18
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
3. Komitmen bisnis untuk turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas
lokal, serta masyarakat luas dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup bersama.
Fungsi CSR
Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai fungsi CSR sebagai bentuk
tanggung jawab kepada berbagai pihak yang terlibat :
1. Izin Sosial untuk Beroperasi
2. CSR Dapat Memperkecil Resiko Bisnis Perusahaan
3. CSR Dapat Melebarkan Akses Sumber Daya
4. CSR Memudahkan Akses Menuju Market
5. CRS Bisa Memperkecil Biaya Pengeluaran
6. CSR Dapat Memperbaiki Hubungan dengan Stakeholder
7. CSR Bisa Memperbaiki Hubungan dengan Regulator
8. CSR Meningkatkan Semangat dan Produktivitas Karyawan
9. CSR Memperbesar Peluang Mendapatkan Penghargaan
Manfaat CSR (Corporate Sosial Responbility)
Ada beberapa manfaat jika sebuah perusahaan memiliki program CSR. Berikut ini
adalah ulasan lebih lengkapnya.
1. Manfaat CSR untuk Perusahaan
a. Meningkat citra perusahaan di mata masyarakat.
b. Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
c. Membedakan perusahaan tersebut dengan para kompetitornya.
d. Memperkuat brand merk perusahaan di mata masyara kat.
e. Memberikan inovasi bagi perusahaan tersebut.
2. Manfaat CSR untuk Masyarakat
a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan meningkatkan
kelestarian lingkungan hidup sekitar.
b. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
c. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
F. RISK MANAGEMENT
19
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
Definisi manajemen risiko
Menurut Smith, 1990 Manajemen Risiko didefinisikan sebagai proses
identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam asset
dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan
atau kerugian pada perusahaan tersebut. Menurut Clough and Sears, 1994, Manajemen
risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani
semua kejadian yang menimbulkan kerugian. Menurut William, Manajemen risiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
Menurut Dorfman, Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya
untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen risiko antara lain ( Mok et al., 1996 )
berguna untuk
 Mengambil keputusan dalam menangani masalah – masalah yang rumit
 Memudahkan estimasi biaya
 Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam
cara yang benar
 Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi risiko dan
ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
 Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak
informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
 Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.
 Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
 Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan – pilihan alternative.
Proses manajemen risiko
Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara efektif dalam
menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang berhubungan dan meningkatkan
kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah. Menurut COSO, proses manajemen
risiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap)
1. Internal environment ( lingkungan internal )
20
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan
beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen tentang
risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera
atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan
pendelegasian wewenang.
2. Objective setting ( penentuan tujuan )
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat
mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi
strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi Pemerintah
berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah
dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu,
activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu (1) operations objectives; (2)
reporting objectives; dan (3) compliance objectives.
Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki organisasi yang ada pada seluruh divisi dan
bagian haruslah dilibatkan dan mengerti risiko yang dihadapi. Penglibatan tersebut terkait
dengan pandangan bahwa setiap pejabat/pegawai adalah pemilik dari risiko.
3. Event identification ( identifikasi risiko )
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan
internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari
organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula
sebaliknya atau negatif (risks).
Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu (1) Exposure analysis; (2) Environmental
analysis; (3) Threat scenario; (4) Brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure
analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi
financial assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup
pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan informasi.
Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko kehilangan dan
risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank,
4. Risk assessment (penilaian risiko)
Komponen ini menilai sejauh mana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat
mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan
residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau
peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian,
21
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan
consequence.
Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative techniques; dan (2)
quantitative techniques. Qualitative techniques menggunakan beberapa tools seperti self-
assessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu,
quantitative techniques data berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti probability
based, non-probabilistic models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking.
5. Risk response (Sikap atas risiko)
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari organisasi
dapat berupa:
(1) Avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko;
(2) Reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood atau impact dari
risiko;
(3) Sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko
dengan pihak lain;
(4) Acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada
upaya khusus yang dilakukan.
Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti pengaruh tiap
response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal sehingga bersinergi
dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan kemungkinan
peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response.
6. Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan prosedur-
prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian
memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan nilai etika; (2)
kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya organisasi; (5) filosofi dan
gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi; dan (7) wewenang dan tanggung
jawab.
Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktifitas
pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive,
detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas pengendalian berupa: (1) pembuatan
kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang dan
pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi
22
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
dengan manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi dapat
menjadi optimal.
7. Information and communication (Informasi dan komunikasi)
Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait
melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat
komunikasi. Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin
disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi: (1) appropriate; (2) timely; (3)
current; (4) accurate; dan (5) accessible. Arah komunikasi dapat bersifat internal dan
eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-
pesan melalui media elektronis.
8. Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun terpisah
(separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas supervisi,
rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.
Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada
monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi,
dan action plan.
Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies,
yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul
dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan
laporan, dan arahan bagi pelaporan.
Proses Manajemen Risiko
23
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
24
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K., 2013. Etika. Penerbit Kanisius, Yogjakarta.
Hartman, L.P. dan Desjardin, J., 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk
Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Frans Magnis Suseno, 1994, Etika Bisnis, Dasar dan Aplikasinya, PT Gramedia, Jakarta.
Tom L. Beauchamp dan Norman E. Bowie, 1997, Ethical Theory and Business, Fifth
Edition, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458.
Hapzi Ali, 2018. Modul Manajeen Strategic, UMB Jakarta
http://id.shvoong.com/social-sciences/2210886-pengertian-dan-definisi-manajemen-
risiko/#ixzz1nU69AnBz
http://ngapackers.blogspot.com/2008/10/pengertian-risiko-menurut-beberapa-ahli.html
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/manajemen-risiko-definisi-dan-manfaat.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/pengertian-manajemen-risiko/
http://www.darmawansaputra.com/2015/12/elemen-utama-dalam-risk-management.html
25
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
ETIKA BISNIS, CSR DAN MANAJEMEN RESIKO
“ PT PERTAMINA “
ETIKA BISNIS PT PERTAMINA
PT. PERTAMINA (persero) adalah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang
usaha minyak, gas bumi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang terkait baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Tujuan dari PT. PERTAMINA itu sendiri adalah memberikan yang
terbaik serta kontribusi nyata bagi kesejahteraan bangsa dan negara dalam hal pemanfaatan
potensi yang dimiliki bangsa Indonesia. PT. PERTAMINA juga berkomitmen untuk berupaya
untuk melalukan perbaikan dan inovasi baru sesuai tuntutan kondisi global.
PT. PERTAMINA (Persero) berkomitmen untuk melaksanakan Tata Kelola perusahaan yang
baik sebagai bagian dari usaha untuk pencapaian Visi dan Misi perusahaan.
Etika Kerja dan Bisnis (EKB) merupakan salah satu wujud komitmen tersebut. EKB
mencakup seperangkat aturan perilaku yang dimiliki oleh pekerja PT PERTAMINA, baik
dalam hubungan internal/antara sesama pekerja PT PERTAMINA maupun dengan pihak
eksternal. EKB merupakan referensi bagi pekerja yang mengalami keragu-raguan dalam
menjalankan kegiatan bisnis pada situasi-situasi tertentu.
EKB Perusahaan terbagi atas tujuh poin utama, yaitu:
1. Kesetaraan & Profesionalisme: Proses menuju World Class
PT PERTAMINA dibangun melalui pengembangan pekerja yang profesional
berlandaskan tata nilai, berintegritas, berwawasan luas dan saling menghargai serta didukung
oleh lingkungan kerja yang kondusif. Bagian ini memuat panduan terkait dengan isu
kesamaan kesempatan, pelecehan, Penyalahgunaan Psikotropika, dan Hubungan Profesional.
2. Integritas Bisnis
PT PERTAMINA menjalankan seluruh kegiatan bisnisnya secara transparan, wajar,
dapat dipertanggungjawabkan dan bersikap independen. Bagian ini memuat panduan terkait
dengan Benturan Kepentingan, Cinderamata & Keramahtamahan, dan Korupsi.
3. Pengamanan Data & Informasi
PT PERTAMINA mengelola dan menjaga kerahasiaan data dan informasi bisnis dengan
baik serta memanfaatkannya secara optimal hanya untuk kepentingan perusahaan. Bagian ini
memuat panduan tentang Kerahasiaan Data & Informasi, Kekayaan Intelektual, dan Record
Management.
4. Politik
26
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
PT PERTAMINA dikelola secara profesional dan tidak terkait dengan kegiatan politik.
Perusahaan bersikap netral terhadap aktivitas politik dan memberi kesempatan kepada setiap
pekerja untuk menyalurkan aspirasi politiknya, namun apabila pekerja memutuskan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik maka harus mematuhi ketentuan dan peraturan
perundangan yang berlaku.
5. Finansial, Kinerja & Perlindungan Aset
PT PERTAMINA mencatat dan melaporkan transaksi bisnis secara akurat, lengkap,
dapat dipertanggungjawabkan dan dipercaya serta mengelola dan melindungi aset perusahaan
dalam rangka menjamin kelangsungan usahanya. Aset perusahaan merupakan aset berharga
yang dikelola dan/atau dikuasai oleh perusahaan baik berupa aset fisik maupun non-fisik yang
digunakan hanya untuk kepentingan bisnis dan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, aset
perusahaan harus dijaga dan dikelola dengan baik untuk mempertahankan manfaatnya.
6. Kepedulian Terhadap Komunitas
PT PERTAMINA selalu mengutamakan aspek keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan. Dalam bagian ini dijelaskan mengenai aspek HSE (Health, Safety, and
Environment) dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
7. Persaingan Usaha
PT PERTAMINA menyadari pentingnya kegiatan rantai suplai secara efektif, efisien,
kompetitif, transparan, adil, bertanggung jawab, mendukung dan menumbuh kembangkan
kemampuan nasional serta berwawasan lingkungan. Perusahaan mewujudkan iklim usaha
yang kondusif melalui persaingan usaha yang sehat serta tunduk dan patuh kepada ketentuan
dan peraturan perundangan yang berlaku. Etika yang dilakukan perusahaan tidak hanya
berhubungan dengan perusahaan saja, tetapi perusahaan juga melakukan Etika dengan pihak
yang berhubungan langsung dengan perusahaan, seperti:
a. Etika Perusahaan dengan Pelanggan
1. Menjual produk sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
2. Membuka layanan konsumen dan menindaklanjuti keluhan konsumen tanpa
melakukan diskriminasi terhadap konsumen.
3. Melakukan promosi yang berkesinambungan secara sehat, fair, jujur, tidak
menyesatkan serta diterima oleh norma-norma masyarakat.
27
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
b. Etika Perusahaan dengan Pesaing
1. Melakukan market research dan market intelligent untuk mengetahui posisi
pesaing.
2. Melakukan persaingan yang sehat dengan mengedepankan keunggulan produk
dan layanan yang bermutu.
c. Etika Perusahaan dengan Pemerintah
1. Membina hubungan dan komunikasi yang baik dengan Pemerintah Pusat dan
Daerah.
2. Menerapkan standar terbaik (best practices) dengan memperhatikan peraturan yang
berlaku mengenai kualitas produk, kesehatan, keselamatan, lingkungan dan
pelayanan.
d. Etika Perusahaan dengan Masyarakat
1. Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang program sosial dan kemasyarakatan
serta kebijakan-kebijakan yang relevan.
2. Memberi kesempatan kepada masyarakat yang ingin mengetahui kegiatan-kegiatan
Perusahaan dalam batas tertentu dan untuk mempromosikan produk setempat dalam
acara-acara Perusahaan.
3. Mengoptimalkan penyaluran program-program bantuan Perusahaan kepada
masyarakat.
4. Melarang pekerja memberikan janji-janji kepada masyarakat di luar
kewenangannya.
CSR PT. PERTAMINA
Tidak hanya Etika Bisnis yang dilakukan PT PERTAMINA, tetapi perusahaan juga
melakukan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). CSR
adalah fungsi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sosialnya dan lingkungan
perusahaan. Sehingga Program-program CSR yang dibuat adalah kegiatan yang baik disusun
berdasarkan rencana kerja selama kurun waktu tertentu maupun proposal/surat penawaran kerja
sama yang sesuai dengan program kerja dan telah disetujui pimpinan. Mereka yang disebut
sebagai penerima program CSR adalah pihak yang menikmati atau menerima program-program
CSR. Kegiatan CSR yang dilakukan PT PERTAMINA, yaitu:
28
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
1. Bidang Pendidikan
a. Memberikan akses terhadap pendidikan dengan prioritas di sekitar wilayah operasi dan
masyarakat luas secara selektif.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan secara prioritas disekitar wilayah operasi dan
masyarakat luas secara selektif.
c. Meningkatkan tata kelola pendidikan yang baik.
2. Bidang Kesehatan
a. Menurunkan tingkat kematian ibu dan anak (balita) dengan prioritas di sekitar wilayah
operasi dan masyarakat luas secara selektif.
b. Meningkatkan gizi anak (balita) dengan prioritas di sekitar wilayah operasi dan
masyarakat luas.
c. Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan prioritas disekitar wilayah operasi dan
masyarakat luas secara selektif.
3. Bidang Lingkungan
a. Meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan akibat kegiatan operasi
perusahaan.
b. Mendukung konservasi dan kelestarian lingkungan hidup.
c. Mendukung pengembangan energi alternatif.
4. Bidang Sarana dan Prasarana Umum dan Bencana Alam.
Melakukan pembangunan dan perbaikan sarana prasarana umum sesuai peruntukkan
dan kebutuhan, khususnya masyarakat sekitar wilayah kerja operasi perusahaan dan
masyarakat luas secara selektif.
5. Bidang Sarana dan Prasarana Umum dan Bencana Alam.
a. Melakukan pembangunan dan perbaikan sarana prasarana umum sesuai peruntukkan
dan kebutuhan, khususnya masyarakat sekitar wilayah kerja operasi perusahaan dan
masyarakat luas secara selektif. Penanggulangan kejadian tanggap darurat baik kepada
masyarakat disekitar wilayah kerja perusahaan maupun masyarakat luas.
29
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
b. Mengurangi dampak buruk terjadinya bencana alam.
MANAJEMEN RESIKO
PT Pertamina Training & Consulting sebagai Anak Perusahaan PT Pertamina
(Persero) yang bergerak dalam bisnis penunjang (non core business), menyadari bahwa
bidang usaha yang kami jalankan mengandung risiko yang harus dikelola secara
komprehensif, efektif dan efisien untuk memberikan assurance terkait keberlangsungan bisnis,
profitabilitas dan pertumbuhan usaha yang sejalan dengan visi, misi, serta strategi perusahaan.
Penerapan manajemen risiko menjadi tanggung jawab Direksi, Jajaran Manajemen dan
seluruh Pekerja PT Pertamina Training & Consulting. Kesadaran akan risiko (risk awareness)
akan terus ditanamkan di setiap jenjang organisasi dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari budaya perusahaan.
PT Pertamina Training & Consulting menerapkan konsep three lines of defenses dalam
pengelolaan risiko, dimana pengelolaan risiko dilakukan oleh semua lini organisasi, dan
dilakukan pengawasan (oversight) oleh Dewan Komisaris dan Direksi. Sebagai risk owner,
seluruh unit bisnis dan unit pendukung berfungsi sebagai First Line of Defense yang
mengelola risiko terkait unit kerjanya. Sementara itu, Satuan Kerja Manajemen Risiko dan
Satuan Kerja Kepatuhan berfungsi sebagai Second Line of Defence yang memantau
penerapan kebijakan dan memberikan panduan dalam pengelolaan risiko. Sedangkan Divisi
Internal Audit sebagai Third Line of Defense bertugas memberikan independent assurance
terhadap penerapan manajemen risiko di PT Pertamina Training & Consulting. Oleh karena
itu, Direksi, Jajaran Manajemen dan seluruh Pekerja PT Pertamina Training & Consulting
berkomitmen untuk:
a. Menerapkan manajemen risiko secara komprehensif, efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan perusahaan;
b. Mempertimbangkan risiko pada setiap perencanaan bisnis dan pada setiap
pengambilan keputusan manajemen dengan menentukan tingkat toleransi risiko;
c. Menyediakan dan mengalokasikan sumberdaya yang cukup untuk mengoptimalkan
penerapan three lines of defense, termasuk dalam peningkatan kompetensi seluruh
Pekerja dalam bidang pengelolaan risiko;
d. Menanamkan kesadaran akan risiko di setiap jenjang organisasi sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari Budaya Perusahaan.
30
Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001
“Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
Sumber:
https://www.termpaperwarehouse.com/essay-on/Implementasi-Etika-Bisnis-Dan-Tanggung-
Jawab-Sosial-Pt-Pertamina/140790
http://phe.pertamina.com/PublicRelations/CSR.aspx
http://www.pertamina-ep.com/id/tentang-pep/etika-kerja-dan-bisnis-ekb
https://www.pertamina-ptc.com/main-profile/tata-kelola/kebijakan-manajemen-resiko/

More Related Content

What's hot

Pancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamPancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamSurveyan Adhi Laksana
 
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)Melly Gunawan
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
Siti Sahati
 
Etika pembangunan
Etika pembangunanEtika pembangunan
Etika pembangunan
ANTON HILMAN
 
Etika administrasi publik 1
Etika administrasi publik 1Etika administrasi publik 1
Etika administrasi publik 1
Andi Irawan
 
Peran Pancasila Sebagai Etika Berpolitik Mahasiswa
Peran Pancasila Sebagai Etika Berpolitik MahasiswaPeran Pancasila Sebagai Etika Berpolitik Mahasiswa
Peran Pancasila Sebagai Etika Berpolitik Mahasiswa
Yulia Fauzi
 
Konsep asas moral
Konsep asas moralKonsep asas moral
Konsep asas moral
Sucram Suna
 
Etika dan ruang lingkupnya
Etika dan ruang lingkupnyaEtika dan ruang lingkupnya
Etika dan ruang lingkupnya
Andi Uli
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatSeptian Muna Barakati
 
Teori Etika
Teori EtikaTeori Etika
Teori Etika
Fair Nurfachrizi
 
Softskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnisSoftskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnisDedy Setiady
 
Individual assigment
Individual assigmentIndividual assigment
Individual assigmentNoor Hassan
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Apa itu etika.
Apa itu etika.Apa itu etika.
Apa itu etika.
 
Pancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamPancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan ham
 
Pancasila sebagai etika politik
Pancasila sebagai etika politikPancasila sebagai etika politik
Pancasila sebagai etika politik
 
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)
Soft skill etika bisnis (tuga ke 1)
 
Etika kul ke 6
Etika kul ke 6Etika kul ke 6
Etika kul ke 6
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
 
Etika pembangunan
Etika pembangunanEtika pembangunan
Etika pembangunan
 
Makalah etika
Makalah etikaMakalah etika
Makalah etika
 
Etika administrasi publik 1
Etika administrasi publik 1Etika administrasi publik 1
Etika administrasi publik 1
 
Peran Pancasila Sebagai Etika Berpolitik Mahasiswa
Peran Pancasila Sebagai Etika Berpolitik MahasiswaPeran Pancasila Sebagai Etika Berpolitik Mahasiswa
Peran Pancasila Sebagai Etika Berpolitik Mahasiswa
 
Konsep asas moral
Konsep asas moralKonsep asas moral
Konsep asas moral
 
Etika dan ruang lingkupnya
Etika dan ruang lingkupnyaEtika dan ruang lingkupnya
Etika dan ruang lingkupnya
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Teori Etika
Teori EtikaTeori Etika
Teori Etika
 
Softskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnisSoftskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnis
 
Assigment etika wati
Assigment etika watiAssigment etika wati
Assigment etika wati
 
Modul 2 kb 3
Modul 2 kb 3Modul 2 kb 3
Modul 2 kb 3
 
Individual assigment
Individual assigmentIndividual assigment
Individual assigment
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
Spe Bab4
Spe Bab4Spe Bab4
Spe Bab4
 

Similar to 12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas mercubuana, 2019

Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Syaiful Ahdan
 
Fedro Ardiansyah_TUGAS ppt1_12219383_3ea07.pptx
Fedro Ardiansyah_TUGAS ppt1_12219383_3ea07.pptxFedro Ardiansyah_TUGAS ppt1_12219383_3ea07.pptx
Fedro Ardiansyah_TUGAS ppt1_12219383_3ea07.pptx
Fedrooard
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
Edi Ison
 
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptxETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
rendypribadi89
 
Etika
Etika Etika
Etika
D'jaln Sunyi
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
Warnet Raha
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Etika dan Bisnis
Etika dan BisnisEtika dan Bisnis
Etika dan Bisnis
MaulidaFebiyola1
 
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptxETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
dedyadit
 
Filsafat Ilmu ; Aksiologi (Etika Keilmuan dan Teknologi).pptx
Filsafat Ilmu ; Aksiologi (Etika Keilmuan dan Teknologi).pptxFilsafat Ilmu ; Aksiologi (Etika Keilmuan dan Teknologi).pptx
Filsafat Ilmu ; Aksiologi (Etika Keilmuan dan Teknologi).pptx
DwiAgusWahyuSaputra
 
Tugas sofkill etika bisnis (janu eka)
Tugas sofkill etika bisnis (janu eka) Tugas sofkill etika bisnis (janu eka)
Tugas sofkill etika bisnis (janu eka) Janu W
 
Etika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantorEtika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantorIdram M. Ladji
 
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral MahasiswaMakalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
Abror Alatqo
 
Makalah ujian khusus
Makalah ujian khususMakalah ujian khusus
Makalah ujian khusus
MuhamadKunceHaditama1
 
Etika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan ProfesionalismeEtika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan Profesionalisme
Universitas Teknokrat Indonesia
 
Etika dalam dunia pekerjaan yang harus diketahui
Etika dalam dunia pekerjaan yang harus diketahuiEtika dalam dunia pekerjaan yang harus diketahui
Etika dalam dunia pekerjaan yang harus diketahui
wardiaekaseptia1
 
Kel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesiKel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesi
FarRhah Ay
 
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dedy Wiranto
 

Similar to 12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas mercubuana, 2019 (20)

Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etikaBab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
Bab vi bagaimana pancasila menjadi sistem etika
 
Fedro Ardiansyah_TUGAS ppt1_12219383_3ea07.pptx
Fedro Ardiansyah_TUGAS ppt1_12219383_3ea07.pptxFedro Ardiansyah_TUGAS ppt1_12219383_3ea07.pptx
Fedro Ardiansyah_TUGAS ppt1_12219383_3ea07.pptx
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptxETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
 
Etika
Etika Etika
Etika
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Etika dan Bisnis
Etika dan BisnisEtika dan Bisnis
Etika dan Bisnis
 
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptxETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
ETIKA NORMATIF DALAM MANAJEMEN DAN PENDIDIKAN (Dedy Yusuf Aditya).pptx
 
Filsafat Ilmu ; Aksiologi (Etika Keilmuan dan Teknologi).pptx
Filsafat Ilmu ; Aksiologi (Etika Keilmuan dan Teknologi).pptxFilsafat Ilmu ; Aksiologi (Etika Keilmuan dan Teknologi).pptx
Filsafat Ilmu ; Aksiologi (Etika Keilmuan dan Teknologi).pptx
 
Tugas sofkill etika bisnis (janu eka)
Tugas sofkill etika bisnis (janu eka) Tugas sofkill etika bisnis (janu eka)
Tugas sofkill etika bisnis (janu eka)
 
Etika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantorEtika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantor
 
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral MahasiswaMakalah Etika dan Moral Mahasiswa
Makalah Etika dan Moral Mahasiswa
 
Diktat etika lagi
Diktat etika lagiDiktat etika lagi
Diktat etika lagi
 
Makalah ujian khusus
Makalah ujian khususMakalah ujian khusus
Makalah ujian khusus
 
Etika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan ProfesionalismeEtika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan Profesionalisme
 
Etika dalam dunia pekerjaan yang harus diketahui
Etika dalam dunia pekerjaan yang harus diketahuiEtika dalam dunia pekerjaan yang harus diketahui
Etika dalam dunia pekerjaan yang harus diketahui
 
Kel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesiKel. 1 etika profesi
Kel. 1 etika profesi
 
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian Moral
 

More from Achmad Susmiyanto

Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
Achmad Susmiyanto
 
Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
Achmad Susmiyanto
 
14, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, disruption era, universitas...
14, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, disruption era, universitas...14, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, disruption era, universitas...
14, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, disruption era, universitas...
Achmad Susmiyanto
 
13, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, digital era, universitas me...
13, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, digital era, universitas me...13, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, digital era, universitas me...
13, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, digital era, universitas me...
Achmad Susmiyanto
 
11, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, global economy, universitas...
11, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, global economy, universitas...11, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, global economy, universitas...
11, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, global economy, universitas...
Achmad Susmiyanto
 
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
Achmad Susmiyanto
 
9, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, canvas business model, unive...
9, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, canvas business model, unive...9, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, canvas business model, unive...
9, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, canvas business model, unive...
Achmad Susmiyanto
 
5, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategi perusahaan, univers...
5, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategi perusahaan, univers...5, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategi perusahaan, univers...
5, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategi perusahaan, univers...
Achmad Susmiyanto
 
4, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, internal environment analysi...
4, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, internal environment analysi...4, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, internal environment analysi...
4, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, internal environment analysi...
Achmad Susmiyanto
 
3, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, eksternal micro environment ...
3, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, eksternal micro environment ...3, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, eksternal micro environment ...
3, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, eksternal micro environment ...
Achmad Susmiyanto
 
2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...
2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...
2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...
Achmad Susmiyanto
 
1, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategic management concept...
1, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategic management concept...1, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategic management concept...
1, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategic management concept...
Achmad Susmiyanto
 

More from Achmad Susmiyanto (12)

Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
 
Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
Sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, analisis swot ma annajah, unive...
 
14, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, disruption era, universitas...
14, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, disruption era, universitas...14, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, disruption era, universitas...
14, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, disruption era, universitas...
 
13, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, digital era, universitas me...
13, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, digital era, universitas me...13, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, digital era, universitas me...
13, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, digital era, universitas me...
 
11, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, global economy, universitas...
11, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, global economy, universitas...11, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, global economy, universitas...
11, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, global economy, universitas...
 
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
10, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, porter model dan bcg matrix...
 
9, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, canvas business model, unive...
9, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, canvas business model, unive...9, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, canvas business model, unive...
9, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, canvas business model, unive...
 
5, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategi perusahaan, univers...
5, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategi perusahaan, univers...5, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategi perusahaan, univers...
5, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategi perusahaan, univers...
 
4, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, internal environment analysi...
4, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, internal environment analysi...4, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, internal environment analysi...
4, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, internal environment analysi...
 
3, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, eksternal micro environment ...
3, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, eksternal micro environment ...3, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, eksternal micro environment ...
3, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, eksternal micro environment ...
 
2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...
2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...
2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...
 
1, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategic management concept...
1, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategic management concept...1, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategic management concept...
1, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, strategic management concept...
 

Recently uploaded

Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
WILDANREYkun
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 

12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas mercubuana, 2019

  • 1. 1 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” STRATEGIC MANAGEMENT “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” NAMA : ACHMAD SUSMIYANTO NIM : 55118010001 DOSEN : Prof. Dr. Ir. HAPZI ALI, MM, CMA
  • 2. 2 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” Daftar Isi Bussiness Ethic, CSR dan Risk Managemnet
  • 3. 3 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” PEMBAHASAN A. DEFINISI ETIKA Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika dan oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2000).  Ethics: Is the discipline that deals with what is good and bad and with moral duty and obligation, can also be regarded as a set of moral principles or values. (Etika: Apakah disiplin yang berurusan dengan apa yang baik dan buruk dan dengan kewajiban moral dan kewajiban, juga dapat dianggap sebagai seperangkat prinsip moral atau nilai-nilai).  Ethical behavior: Is that which isaccepted as morally “good” and “right” as opposed to “bad” or “wrong” in a particular setting. (Perilaku Etis: Apakah sesuatu yang secara moral "baik" dan "kanan" sebagai lawan "buruk" atau "salah" dalam pengaturan tertentu). Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari perbandingan yang dilakukan oleh Bertens terhadap arti kata 'etika' yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 - mengutip dari Bertens, 2000), etika mempunyai arti sebagai: "ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)". Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 - mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti: 1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. 1.2 Definisi Moral Moralitas berasal dari bahasa latin “MOS” (tunggal) atau jamak “MORES” artinya adat
  • 4. 4 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” istiadat atau kebiasaan. Sehingga MORAL adalah tingkah laku manusia sejajar dengan ajaran, peraturan, adat dan agama yang ditetapkan oleh masyarakat.Ajaran, peraturan, adat dan agama ini menentukan bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia baik.  Morality: A system or doctrine of moral conduct which refers to principles of right and wrong in behavior. (Moralitas: Sebuah sistem atau doktrin perilaku moral yang mengacu pada prinsip-prinsip benar dan salah dalam perilaku). Dalam falsafah, etika merujuk kepada pengajian moral yang tertumpu kepada nilai dan kelakuan manusia. Apabila kita mengatakan seseorang bermoral atau tidak bermoral, maksudnya bahwa orang tersebut orang yang baik atau tidak baik. Apabila kita merujuk kepada tindakan manusia sebagi bermoral atau tidak bermoral, maksudnya bahwa tindakan manusia tersebut betul atau salah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ETIKA dan moralitas mempunyai arti yang sama sebagai suatu sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik, terwujud dalam pola perilaku yang konstan dan terulang dalam kurun waktu sehingga menjadi kebiasaan. Pengertian kedua etika tidak sama dengan moralitas karena tidak berisikan nilai dan norma konkrit yang menjadi pedoman hidup manusia. Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok tentang apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral. Standar moral ialah persoalan yang dianggap memiliki konsekuensi serius didasarkan pada penalaran yang baik. Moral melibatkan manusia dan hubungannya dengan manusia, alam, dan makhluk lain, bukan manusia. Dalam aplikasi kemoralan, terdapat 4 aspek, yakni (a) Kemoralan agama, (b) Kemoralan sosial, (c) Kemoralan individu dan (d) Kemoralan alam. 1) KEMORALAN AGAMA Merujuk kepada perhubungan antara manusia dengan Tuhan atau Kuasa Luar Biasa. Keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan, membuat apa yang diperintah-Nya dan menghindari apa yang dilarang-Nya merupakan asas kehidupan moral manusia. 2) KEMORALAN SOSIAL Merujuk kepada hubungan sesama manusia. Aspek ini merupakan aspek terpenting dalam hidup manusia dan melibatkan semua aspek lain dan dibincangkan dalam kebanyakan sistem etika. 3) KEMORALAN INDIVIDU
  • 5. 5 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” Merujuk kepada hubungan manusia dengan dirinya atau kawalan diri berdasarkan kod moral sendiri yang mungkin diterima atau tidak oleh masyarakat atau agama. Sesuatu perlakuan dinilai berdasarkan penilaian sendiri oleh individu. Juga merujuk kepada tanggungjawab individu kepada diri sendiri untuk mengembangkan kepentingan, bakat dan kepercayaannya. 4) KEMORALAN ALAM Merujuk kepada perhubungan manusia dengan alam. Setiap benda di alam ini mempunyai nilai dan faedah. Manusia bertanggungjawab mengurus alam untuk menjamin keselesaan hidup. Pencemaran alam adalah kesan kurangnya kesedaran kemoralan manusia terhadap alam sekitar. Kesedaran moral terhadap alam menekankan alam merupakan sebahagian dari kehidupan manusia. B. PENTINGNYA TEORI ETIKA Etika merupakan suatu hal yang diupayakan untuk disepakati bersama. Suatu hal akan dianggap etis dan diterima secara umum apabila terdapat toleransi antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Etika dapat juga dikatakan sebagai suatu pedoman nilai yang digunakan untuk membedakan baik atau buruk, benar atau salah. Etika dapat menjadi “self- control” dimana segala sesuatu dibuat, ditetapkan, dan diterapkan untuk kepentingan kelompok, misalnya suatu profesi tertentu. Kata etika memiliki beberapa makna, Webster’s Collegiate Dictionary yang dikutip oleh Ronald Duska dalam buku Accounting Ethics memberi empat makna dasar dari kata etika, yaitu: 1) Suatu disiplin terhadap apa yang baik dan buruk dan dengan tugas moral serta kewajiban. 2) Seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai 3) Sebuah teori atau sistem atas nilai-nilai moral 4) Prinsip atas pengaturan prilaku suatu individu atau kelompok Pengertian etika menurut Bertens (2000) didefinisikan sebagai nilai-nilai dan norma- norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dari pengertian diatas mengisyaratkan bahwa etika memiliki peranan penting dalam melegitimasi segala perbuatan dan tindakan yang dilihat dari sudut pandang moralitas yang telah disepakati oleh masyarakat. Dalam praktiknya, terkadang penerapan nilai etika hanya
  • 6. 6 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” dilakukan sebatas persetujuan atas standar moral yang telah disepakati untuk tidak dilanggar. Norma moral yang menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik buruknya perilaku dan tindakan seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang disetujui bersama tanpa dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus kita patuhi. Untuk itu, pemikiran-pemikiran yang lebih mendalam mengenai alasan-alasan mengapa kita perlu berperilaku yang etis sesuai dengan norma-norma moral yang telah disepakati, melahirkan suatu bentuk teori etika yang menyediakan kerangka untuk memastikan benar tidaknya keputusan moral kita. Beberapa alasan mempelajari etika menurut Ronald Duska: 1) Beberapa kepercayaan moral yang dipegang mungkin tidak cukup karena itu hanya kepercayaan sederhana tentang isu-isu komplek. Pelajaran etika dapat membantu seseorang memecahkan isu yang komplek tersebut, dengan melihat apa yang prinsip- prinsip katakan tentang kasus itu. 2) Etika dapat menyediakan pengertian yang mendalam bagaimana menimbang dan memutuskan terhadap konflik prinsip dan menunjukan mengapa tindakan tertentu lebih dibutuhkan dari pada yang lain. 3) Cerminan etika dapat membuat kita lebih berpengetahuan dan teliti dalam masalah- masalah moral. 4) Alasan yang penting untuk mempelajari etika adalah untuk mengerti keadaan dan mengapa opini-opini kita berharga. Contohnya ketika tanggung jawab ke keluarga berbenturan dengan tanggung jawab kita terhadap pekerjaan dan bagaimana jalan keluarnya. 5) Alasan terakhir dalam mempelajari etika adalah untuk belajar mengidentifikasi prinsip- prinsip dasar etika yang dapat diaplikasikan pada tindakan. C. PERKEMBANGAN TEORI ETIKA Perkembangan wacana etika, sampai saat ini, tidak dapat dilepaskan dari berbagai pemikiran atas etika yang telah berlangsung berpuluh-puluh abad lalu di Yunani. Pemikiran awal tentang etika dapat ditelusuri dari:  Murid-Murid Pytagoras (570-496 SM) Badan merupakan kubur jiwa, sehinggan jika manusia menginginkan jiwanya bebas dari badan maka perlu menumpuh jalan pembersihan. Jalan ini adalah bertapa dan
  • 7. 7 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” bekerja secara rohani, terutama dengan berfilsafat dan bermatematika serta menyertakan musik dan gimnastik sebagai penertib dan penyelarasnya.  Democritus (460-371 SM) Aturan kehidupan bahwa manusia hendaknya mengusahakan keadilan. Menurut Democritus nilai tertinggi dalam kehidupan adalah pencapaian pada apa yang enak (yang kemudian menjadi sebuah kerangka untuk berkembangnya hedonisme)  Kaum sofis (kaum bijak tetapi dikenal kurang baik pada jaman Yunani Klasik) Baik dan buruk lebih merupakan masalah keputusan masing-masing atau kesepakatan bersama daripada suatu aturan abadi. Sampai-sampai salah satu dari mereka, Antiphon menyatakan bahwa hukum boleh dilanggar dengan tenang asal tidak ada yang melihatnya. Namun pandangan ini kemudian dipatahkan oleh Socrates.  Socrates (469-399 SM) Socrates yakin bahwa orang akan berbuat benar apabila ia mengetahui apa yang baik baginya. Perbuatan salah akibat kurang cerahnya pengertian diri manusian. Ia mau mengantar orang agar mengerti diri sendiri dan dengan demikian lepas dari kedangkalannya.  Plato (427-348 SM) Realitas yang sebenarnya bersifat rohani (jiwa) dan disebutnya idea. Puncak kesadaran filosofis tertinggi dalam idea ini adalah idea yang baik. Idea yang baik adalah Sang Baik itu sendiri dan Sang Baik ini adalah tujuan dari segala yang ada, yaitu Yang Ilahi.  Aristoteles (384-322 SM) Hidup yang baik bagi manusia adalah apabila ia mencapai apa yang menjadi tujuannya. Dengan mencapai tujuannya, maka manusia telah mencapai dirinya dengan sepenuhnya. Apapun tujuana hidup manusia adalah demi sesuatu yang baik dan bernilai. Teori etika dapat disebut sebagai gambaran rasional mengenai hakekat dan dasar perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim bahwa perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan dan dilarang. Dalam hal ini teori etika lahir dari berbagai aliran pemikiran etika dalam rangka mengkaji moralitas suatu tindakan yang berkembang sedemikian luasnya. Pencarian teori etika yang sepenuhnya memuaskan merupakan usaha yang tidak akan pernah selesai, karena tidak akan pernah ada suatu teori etika yang dapat sepenuhnya disepakati oleh semua orang. Sejak awal perkembangan filsafat etika, maka dua pendekatan dasar moral etika telah timbul. Satu
  • 8. 8 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” pendekatan mendasarkan argumentasi pada akhir yang terjadi. Pendekatan ini disebut teleological approach, dimana yang paling menonjol adalah versi consequentialsm, yang berpendapat bahwa apakah suatu tindakan benar ataupun salah tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkan. Bentuk yang umum dari versi consequentialism adalah utilitarianisme. Pendekatan yang lain disebut deontological approach, yang berpendapat bahwa tugas atau kewajiban (duty) adalah kategori moral dasar dan bahwa kewajiban tidak tergantung pada konsekuensi yang ditimbulkannya. Termasuk dalam pertimbangan pendekatan ini adalah pertimbangan akan kewajiban moral, hak (rights), dan keadilan (justice). Selain itu dalam perkembangannya muncul teori etika keutamaan (virtue ethics) dengan pendekatan yang tidak melihat sisi moral suatu tindakan, tetapi memfokuskan pada manusia sebagai pelaku moral yang memiliki keutamaan-keutamaan (virtue) yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya yang memungkinkan manusia untuk bertindak sesuai dengan tujuan spesifik sebagai manusia. Penjelasan mendalam mengenai teori-teori etika, adalah sebagai berikut: 1) Teori Utilitarianisme Kemunculan teori utilitarianisme merupakan pengembangan dari pemahaman etika teleologi yang dikembangkan terutama oleh tokoh-tokoh besar pemikiran etika dari Eropa seperti Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873) (Ludigdo, 2007). Etika teleologi ini, juga dikenal sebagai etika konsekuensialisme, yang memiliki pandangan mendasar bahwa suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan tujuan atau akibat dilakukannya tindakan tersebut. Namun dalam pemahamannya tidak mudah untuk menilai baik buruknya tujuan atau akibat dari suatu tindakan dalam kerangka etika, sehingga muncullah varian darinya yaitu egoisme dan utilitarianisme. Etika egoisme menilai baik buruknya tindakan dari tujuan dan manfaat tindakan tersebut bagi pribadi- pribadi. Pada akhirnya egoisme cenderung menjadi hedonisme, karena setiap manfaat atas suatu tindakan pribadi-pribadi yang berdasarkan kebahagian dan kesenangan demi memajukan dirinya sendiri tersebut biasanya bersifat lahriah dan diiukur berdasarkan materi. Sementara itu utilitarianisme berkebalikan dengan dari egoisme. Utilitarianisme atau utilitarisme yang berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”, berpandangan bahwa suatu perbuatan atau tindakan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Jadi utilitarianisme ini tidak boleh dimengerti dengan cara egoistis. Konsep dasar moral
  • 9. 9 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan menurut pemikiran utilitarianisme adalah the greatest happiness of the greatest number, kebahagian terbesar dari jumlah orang terbesar. Sehingga perbuatan yang mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah perbuatan yang terbaik. Beberapa pandangan yang mendukung teori ini, menyatakan bahwa daya tarik pendekatan utilitarian terutama didasarkan pada nilai-nilai positif dari etika ini, yaitu rasionalitas, kebebasan, dan universalitas. Pertama, prinsip moral dari etika utilitarianisme yang didasarkan pada kriteria yang rasional, memungkinkan dasar yang jelas dan langsung untuk formulasi maupun menguji kebijakan atau tindakan. Dalam hal ini utilitarian tidak meminta kita untuk menerima aturan, kebijakan, atau prinsip tanpa alasan. Tetapi, meminta kita untuk menguji nilainya secara rasional terhadap standar manfaat. Kedua, utilitarianisme mengasumsikan kebebasan setiap orang dalam berperilaku dan bertindak. Kebebasan yang dimaksud dalam hal ini kebebasan memilih alternative tindakan yang dirasa memberikan manfaat sesuai dengan konsep the greatest happiness of the greatest number. Setiap orang bebas dalam berperilaku dan bertindak sesuai dengan pemikirannya sendiri, yang dilandasi dengan dasar kriteria yang rasional – dalam hal ini standar manfaat. Keistimewaan yang ketiga adalah universalitasnya. Etika utilitarianisme mengutamakan manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang, dan kriteria ini dapat diterima dimana saja dan kapan saja. Terlepas dari daya tariknya, teori utilitarianisme juga mempunyai kelemahan, antara lain:  Manfaat merupakan konsep yang kompleks sehingga penggunaannya sering menimbulkan kesulitan. Masalah konsep manfaat ini dapat mencakup persepsi dari manfaat itu sendiri yang berbeda-beda bagi tiap orang dan tidak semua manfaat yang dinilai dapat dikuantifikasi yang berujung pada persoalan pengukuran manfaat itu sendiri.  Utilitarianisme tidak mempertimbangkan nilai suatu tindakan itu sendiri, dan hanya memperhatikan akibat dari tindakan itu. Dalam hal ini utilitarianisme dianggap tidak memfokuskan pemberian nilai moral dari suatu tindakan, melainkan hanya terfokus aspek nilai konsekuensi yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa utilitarianisme tidak mempertimbangkan motivasi seseorang melakukan suatu tindakan.  Kesulitan untuk menentukan prioritas dari kriteria etika utilitarianisme itu sendiri, apakah lebih mementingkan perolehan manfaat terbanyak bagi sejumlah orang atau
  • 10. 10 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” jumlah terbanyak dari orang-orang yang memperoleh manfaat itu walaupun manfaatnya lebih kecil.  Utilitarianisme hanya menguntungkan mayoritas. Dalam hal ini suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral sejauh tindakan tersebut menguntungkan sebagian besar orang, walaupun mungkin merugikan sekelompok minoritas. Dengan demikian, utilitarianisme dapat dikatakan membenarkan ketidakadilan, yaitu bagi kelompok yang tidak memperoleh manfaat. Mengingat disatu pihak utilitarianisme memiliki keunggulan dan nilai positif yang sangat jelas, tetapi di pihak lain punya kelemahan-kelemahan tertentu yang sangat jelas pula, karena hal inilah muncul berbagai perdebatan atas kelemahan tersebut, maka diusulkan utililtarsime dibedakan menjadi dua macam Salah satu pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dikenalkannya pembedaan antara utilitarianisme-aturan (rule-utilitarian), dan utilitarianisme-tindakan (act-utilitarian) (Bertens, 2000). Utilitarian-tindakan berpendapat bahwa prinsip dasar utilitarianisme (manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar) diterapkan dalam perbuatan. Prinsip dasar tersebut dipakai untuk menilai kualitas moral suatu perbuatan. Sedangkan utilitarian-aturan berpendapat bahwa suatu aturan moral umum lebih layak digunakan untuk menilai suatu tindakan. Ini berarti yang utama bukanlah apakah suatu tindakan mendatangkan manfaat terbesar bagi banyak orang, melainkan yang pertama-tama ditanyakan apakah tindakan itu memang sesuai dengan aturan moral yang harus diikuti oleh semua orang. Jadi manfaat terbesar bagi banyak orang merupakan kriteria yang berlaku setelah suatu tindakan dibenarkan menurut kaidah moral yang ada. Oleh karena itu, dalam situasi dimana kita perlu mengambil kebijakan atau tindakan berdasarkan teori etika utilitarianisme, perlu menggunakan perasaan atau intuisi moral kita untuk mempertimbangkan secara jujur apakah tindakan yang kita ambil memang manusiawi atau tidak terlepas dari perbedaan persepsi akan konsep manfaat itu sendiri, apakah kita membenarkan tindakan dengan manfaat yang telah kita perkirakan itu. 2) Teori Deontologi – Kewajiban Moral Aliran besar pemikiran etika kedua adalah deontologi. Tokoh besar aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804) (Ludigdo, 2007), sehingga disebut juga sebagai Kantianisme. Istilah deontogi sendiri berasal dari kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban (Bertens,
  • 11. 11 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” 2000). Pandangan dasar dari pemikiran etika deontologi ini adalah bahwa penilaian baik atau buruknya suatu tindakan didasarkan pada penilaian apakah tindakan itu sendiri sebagai baik atau buruk. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan deontologi ini berbeda dalam prinsipnya dengan utilitarianisme yang berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan tergantung pada konsekuensinya. Immanuel Kant sebagai filsofis penting dalam memperkenalkan pendekatan deontologi ini, mengemukakan pandangannya bahwa suatu perilaku atau tindakan yang benar, bila dilakukan berdasarkan “imperatif kategoris” (Bertens,2000). Imperatif kategoris berarti mewajibkan yang tidak tergantung pada kondisi atau syarat apapun. Dari pernyataan tersebut, secara sepintas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar imperatif kategoris yang dikemukakan oleh Kant yang menjadi landasan pendekatan deontologi, memiliki penilaian moral yang berbeda dengan konsep dasar utilitarianisme yang lebih memfokuskan konsep nilai-nilai moral pada pencapaian manfaat. Selain itu Kant juga mengatakan, bagi hukum yang terpenting adalah legalitas perbuatan, artinya segi lahiriah perbuatan. Di dalam hukum yang dinilai adalah apakah suatu perbuatan bertentangan dengan hukum atau tidak. Sedangkan dalam konteks etika, legalitas suatu perbuatan tidak cukup, tapi harus diperhatikan juga moralitas perbuatan. Moralitas tidak terbatas dari segi lahiriah perbuatan tapi meliputi juga segi batinnya, artinya motif mengapa perbuatan itu dilakukan. 3) Teori Hak dan Keadilan Teori hak ini memiliki kaitan erat dengan teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiban. Kewajiban seseorang biasanya diikuti juga dengan hak dari orang lain. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Maka, teori hak pun cocok diterapkan dengan suasana demokratis. Dalam arti, semua manusia dari berbagai lapisan kehidupan harus mendapat perlakuan yang sama. Seperti yang diungkapkan Immanuel Kant, bahwa manusia meruapakan suatu tujuan pada dirirnya (an end in itself). Karena itu manusia harus selalu dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain (Bertens, 2000). 4) Teori Etika Keutamaan Pendekatan-pendekatan yang telah dibahas, baik utilitarian ataupun deontologi kewajiban, hak, keadilan semuanya memfokuskan terutama pada suatu prinsip atau norma. Kalau sesuai dengan norma, suatu tindakan adalah baik, kalau tidak sesuai, tindakan itu buruk,
  • 12. 12 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” terlepas dari fokus norma yang melandasinya. Disamping teori-teori ini, ada suatu pendekatan lain yang tidak melihat tindakan, akan tetapi memfokuskan pada manusia sebagai pelaku moral. Teori ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang karakter moral orang (Satyanugraha, 2003). Keutamaan berasal dari terjemahan kata virtue yang sebenarnya berarti kebajikan, namun terjemahan yang paling dekat dengan kata arete yang dipakai Aristoteles maka berarti keutamaan. Menurut Aristoteles, keutamaan moral adalah kebiasaan yang memungkinkan manusia untuk bertindak yang sesuai dengan tujuan spesfiknya sebagai manusia. Agar manusia dapat bertindak sesuai dengan tujuan spesifiknya sebagai manusia, tentunya manusia dibekali dengan akal yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dengan menggunakan akal ini, manusia dapat berpikir secara rasional untuk mempertimbangkan segala sifat-sifat keutamaannya sebagai seorang manusia dalam menjalani hidup. Oleh karena itu, keutamaan (virtue) dapat didefinisikan sebagai watak yang telah dimiliki seseorang dan memungkinkannya untuk bertingkah laku baik secara moral (Bertens, 2000 dalam Satyanugraha, 2003) Seseorang yang baik adalah hidup menurut keutamaan. Hidup yang baik adalah virtous of life (hidup keutamaan). 5) Teori Etika Religius Pemikir besar Eropa dari kalangan Kristen adalah Thomas Aquinas (1225-1274). Menurut aquinas, Tuhan adalah tujuan akhir manusia, karena Ia adalah nilai tertinggi dan universal, dan karenanya kebahagiaan manusia tercapai apabila ia memandang Tuhan. Dalam perspektif religius pemikiran etika cenderung melepaskan kepelikan dialektika atau metodologis dan memusatkan pada usaha untuk mengeluarkan spirit moralitas islam denga cara lebih langsung berakar pada AL-Qur’an dan Sunnah. Dalam diskusi ini pengetahuan dan perbuatan menjadi unsur pencapain kebahagiaan. Sumber utama pengetahuan adalah Tuhan yang telah menganugerahkannya kepada manusia melalui berbagai cara. D. PRINSIP ETIS DALAM BISNIS Bisnis dapat diartikan sebagai kegiatan memproduksi dan menjual barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kegiatan bisnis terjadi karena keinginan untuk saling memenuhi kebutuhan hidup masing-masing manusia, dan masing-masing pihak tentunya memperoleh keuntungan dari proses tersebut. Tidak dapat disangkal bahwa pada umumnya orang berpendapat bahwa bisnis adalah untuk mencari keuntungan sebesar- besarnya. Untuk memaksimumkan keuntungan tersebut, maka tidak dapat dihindari sikap dan
  • 13. 13 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” perilaku yang menghalalkan segala cara yang sering tidak dibenarkan oleh norma moral. Apabila memaksimalkan keuntungan menjadi satu-satunya tujuan perusahaan, dengan sendirinya akan timbul keadaan yang tidak etis. Mengapa begitu? Jika keuntungan menjadi satu-satunya tujuan, semuanya dikerahkan dan dimanfaatkan demi tercapainya tujuan itu, termasuk juga karyawan yang bekerja dalam perusahaan. Akan tetapi, memperalat karyawan karena alasan apa saja berarti tidak menghormati mereka sebagai manusia. Dengan itu dilanggar suatu prinsip etis yang paling mendasar kita selalu harus menghormati martabat manusia. Immanuel Kant, filsuf Jerman abad ke-18, menurutnya prinsip etis yang paling mendasar dapat dirumuskan sebagai berikut: “hendaklah memperlakukan manusia selalu juga sebagai tujuan pada dirinya dan tidak pernah sebagai sarana belaka”. Mereka tidak boleh dimanfaatkan semata-mata untuk mencapai tujuan. Misalnya, mereka harus dipekerjakan dalam kondisi kerja yang aman dan sehat dan harus diberikan gaji yang pantas. Sejarah mencatat Revolusi Industri yang terjadi dari 1760 sampai 1830 dengan tujuan untuk memaksimalisasi keuntungan, menyebabkan tenaga buruh dihisap begitu saja, sungguh diperalat. Upah yang diberikan sangat rendah, hari kerja panjang sekali, tidak ada jaminan kesehatan. Jika buruh jatuh sakit ia sering diberhentikan dan dalam keadaan lain pun buruh bisa diberhentikan dengan semena-mena. Lebih parahnya, banyak dipakai tenaga wanita dan anak dibawah umur, karena kepada mereka bisa diberikan upah lebih rendah lagi dan mereka tidak mudah memberontak. Hal ini menunjukkan bahwa maksimalisasi keuntungan sebagai tujuan usaha ekonomis bisa membawa akibat kurang etis. Di satu pihak perlu diakui, bisnis tanpa tujuan profit bukan bisnis lagi. Di lain pihak keuntungan tidak boleh dimutlakkan. Keuntungan dalam bisnis merupakan suatu pengertian yang relatif. Ronald Duska (1997) dalam Bertens (2000), mencoba untuk merumuskan relativitas tersebut dengan menegaskan bahwa kita harus membedakan antara purpose (maksud) dan motive. Maksud bersifat obyektif, sedangkan motivasi bersifat subyektif. Keuntungan tidak merupakan maksud bisnis. Maksud bisnis adalah menyediakan produk atau jasa yang bermanfaat untuk masyarakat. Keuntungan hanya sekadar motivasi untuk mengadakan bisnis. Oleh karena itu, bisnis menjadi tidak etis, kalau perolehan untung dimutlakkan dan segi moral dikesampingkan. Keuntungan memungkinkan bisnis hidup terus, tetapi tidak menjadi tujuan terakhir bisnis itu sendiri. Oleh karenanya tidak bisa dikatakan lagi bahwa profit merupakan satu- satunya tujuan bagi bisnis. Beberapa cara untuk melukiskan relativitas keuntungan dalam bisnis, dengan tidak mengabaikan perlunya (Bertens, 2000), adalah sebagai berikut:
  • 14. 14 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”  keuntungan merupakan tolak ukur untuk menilai kesehatan perusahaan atau efisiensi manajemen dalam perusahaan;  keuntungan adalah pertanda yang menunjukkan bahwa produk atau jasanya dihargai oleh masyarakat;  keuntungan adalah cambuk untuk meningkatkan usaha;  keuntungan merupakan syarat kelangsungan perusahaan;  keuntungan mengimbangi resiko dalam usaha. Dari konsep relativitas keuntungan diatas, mengisyaratkan bahwa keuntungan bukan yang utama dalam bisnis. Persepsi manfaat dari pencapaian keuntungan harus dirubah, karena bisnis bukan semata-mata untuk memperoleh keuntungan materiil. Untuk itu prinsip- prinsip etika yang diterapkan dalam kegiatan bisnis pada perusahaan-perusahaan bisnis, haruslah mengacu pada stakeholders benefit. Stakeholders adalah semua pihak yang berkepentingan dengan kegiatan suatu perusahaan. Pihak berkepentingan internal adalah “orang dalam” dari suatu perusahaan: orang atau instansi yang secara langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan, seperti pemegang saham, manajer, dan karyawan. Pihak berkepentingan eksternal adalah “orang luar” dari suatu perusahaan: orang atau instansi yang tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan perusahaan, seperti para konsumen, masyarakat, pemerintah, lingkungan hidup. Kita bisa mengatakan bahwa tujuan perusahaan adalah manfaat semua stakeholders. Misalnya, tidak etis kalau dalam suatu keputusan bisnis hanya kepentingan para pemegang saham dipertimbangkan. Bukan saja kepentingan para pemegang saham harus dipertimbangkan tapi juga kepentingan semua pihak lain, khususnya para karyawan dan masyarakat di sekitar pabrik. Beberapa prinsip etis dalam bisnis telah dikemukakan oleh Robert C.Solomon (1993) dalam Bertens (2000), yang memfokuskan pada keutamaan pelaku bisnis individual dan keutamaan pelaku bisnis pada taraf perusahaan. Berikut dijelaskan keutamaan pelaku bisnis individual, yaitu: 1) Kejujuran Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki pelaku bisnis. Orang yang memiliki keutamaan kejujuran tidak akan berbohong atau menipu dalam transaksi bisnis. Pepatah kuno caveat emptor yaitu hendaklah pembeli berhati-hati. Pepatah ini mengajak pembeli untuk bersikap kritis untuk menghindarkan diri dari pelaku bisnis yang tidak jujur. Kejujuran memang
  • 15. 15 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran, namun dalam dunia bisnis terdapat aspek-aspek tertentu yang tetap harus menjadi rahasia. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa setiap informasi yang tidak benar belum tentu menyesatkan juga. 2) Fairness Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua orang dan dengan ”wajar” yang dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi. 3) Kepercayaan Kepercayaan adalah keutamaan yang penting dalam konteks bisnis. Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal-balik. Pebisnis yang memiliki keutamaan ini boleh mengandaikan bahwa mitranya memiliki keutamaan yang sama. Pebisnis yang memiliki kepercayaan bersedia untuk menerima mitranya sebagai orang yang bisa diandalkan. Catatan penting yang harus dipegang adalah tidak semua orang dapat diberi kepercayaan dan dalam memberikan kepercayaan kita harus bersikap kritis. Kadang kala juga kita harus selektif memilih mitra bisnis. Dalam setiap perusahaan hendaknya terdapat sistem pengawasan yang efektif bagi semua karyawan, tetapi bagaimanapun juga, bisnis tidak akan berjalan tanpa ada kepercayaan. 4) Keuletan Keutamaan keempat adalah keuletan, yang berarti pebisnis harus bertahan dalam banyak situasi yang sulit. Ia harus sanggup mengadakan negosiasi yang terkadang seru tentang proyek atau transaksi yang bernilai besar. Ia juga harus berani mengambil risiko kecil ataupun besar, karena perkembangan banyak faktor tidak diramalkan sebelumnya. Ada kalanya ia juga tidak luput dari gejolak besar dalam usahanya.Keuletan dalam bisnis itu cukup dekat dengan keutamaan keberanian moral. Selanjutnya, empat keutamaan yang dimiliki orang bisnis pada taraf perusahaan, yaitu: 1) Keramahan Keramahan tidak merupakan taktik bergitu saja untuk memikat para pelanggan, tapi menyangkut inti kehidupan bisnis itu sendiri, karena keramahan itu hakiki untuk setiap hubungan antar-manusia. Bagaimanapun juga bisnis mempunyai segi melayani sesama manusia.
  • 16. 16 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” 2) Loyalitas Loyalitas berarti bahwa karyawan tidak bekerja semata-mata untuk mendapat gaji, tetapi juga mempunyai komitmen yang tulus dengan perusahaan. Ia adalah bagian dari perusahaan yang memiliki rasa ikut memiliki perusahaan tempat ia bekerja. 3) Kehormatan Kehormatan adalah keutamaan yang membuat karyawan menjadi peka terhadap suka dan duka serta sukses dan kegagalan perusahaan. Nasib perusahaan dirasakan sebagai sebagian dari nasibnya sendiri. Ia merasa bangga bila kinerjanya bagus. 4) Rasa Malu Rasa malu membuat karyawan solider dengan kesalahan perusahaan. Walaupun ia sendiri barang kali tidak salah, ia merasa malu karena perusahaannya salah. E. CSR Pengertian CSR Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi atau perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya . Ini yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun
  • 17. 17 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan. Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR dari sumbangan sosial dan "perbuatan baik" (atau kedermawanan seperti misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanity atau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan pada masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek - proyek komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik di mata komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas. Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR bukanlah sekadar kegiatan amal, melainkan CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar denga n sungguhsungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal. Pada dasarnya CSR adalah bentuk tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap stakeholder atau pemangku kepentingan. Menurut para ahli, C SR memiliki 3 definisi, yakni : 1. Melakukan tindakan sosial, termasuk di dalamnya adalah kepedulian terhadap lingkungan hidup yang diharuskan dalam peraturan perundangan-undangan. 2. Komitmen usaha yang dilakukan secara etis, beroperasi secara resmi, serta dapat berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi yang di iringi dengan peningkatan kualitas hidup karyawan termasuk keluarganya, komunitas lokal, serta masyarakat luas.
  • 18. 18 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” 3. Komitmen bisnis untuk turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal, serta masyarakat luas dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup bersama. Fungsi CSR Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai fungsi CSR sebagai bentuk tanggung jawab kepada berbagai pihak yang terlibat : 1. Izin Sosial untuk Beroperasi 2. CSR Dapat Memperkecil Resiko Bisnis Perusahaan 3. CSR Dapat Melebarkan Akses Sumber Daya 4. CSR Memudahkan Akses Menuju Market 5. CRS Bisa Memperkecil Biaya Pengeluaran 6. CSR Dapat Memperbaiki Hubungan dengan Stakeholder 7. CSR Bisa Memperbaiki Hubungan dengan Regulator 8. CSR Meningkatkan Semangat dan Produktivitas Karyawan 9. CSR Memperbesar Peluang Mendapatkan Penghargaan Manfaat CSR (Corporate Sosial Responbility) Ada beberapa manfaat jika sebuah perusahaan memiliki program CSR. Berikut ini adalah ulasan lebih lengkapnya. 1. Manfaat CSR untuk Perusahaan a. Meningkat citra perusahaan di mata masyarakat. b. Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain. c. Membedakan perusahaan tersebut dengan para kompetitornya. d. Memperkuat brand merk perusahaan di mata masyara kat. e. Memberikan inovasi bagi perusahaan tersebut. 2. Manfaat CSR untuk Masyarakat a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup sekitar. b. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut. c. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum. F. RISK MANAGEMENT
  • 19. 19 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” Definisi manajemen risiko Menurut Smith, 1990 Manajemen Risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam asset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. Menurut Clough and Sears, 1994, Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian. Menurut William, Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi. Menurut Dorfman, Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian. Manfaat Manajemen Risiko Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen risiko antara lain ( Mok et al., 1996 ) berguna untuk  Mengambil keputusan dalam menangani masalah – masalah yang rumit  Memudahkan estimasi biaya  Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang benar  Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi risiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.  Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.  Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan.  Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.  Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan – pilihan alternative. Proses manajemen risiko Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap) 1. Internal environment ( lingkungan internal )
  • 20. 20 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko), risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang. 2. Objective setting ( penentuan tujuan ) Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu (1) operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3) compliance objectives. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki organisasi yang ada pada seluruh divisi dan bagian haruslah dilibatkan dan mengerti risiko yang dihadapi. Penglibatan tersebut terkait dengan pandangan bahwa setiap pejabat/pegawai adalah pemilik dari risiko. 3. Event identification ( identifikasi risiko ) Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negatif (risks). Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu (1) Exposure analysis; (2) Environmental analysis; (3) Threat scenario; (4) Brainstorming questions. Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas dan simpanan di bank, 4. Risk assessment (penilaian risiko) Komponen ini menilai sejauh mana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya risiko). Dengan demikian,
  • 21. 21 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan consequence. Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative techniques; dan (2) quantitative techniques. Qualitative techniques menggunakan beberapa tools seperti self- assessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking. 5. Risk response (Sikap atas risiko) Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa: (1) Avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan risiko; (2) Reduction, yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood atau impact dari risiko; (3) Sharing, yaitu mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain; (4) Acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan. Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response. 6. Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian) Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan prosedur- prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan nilai etika; (2) kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya organisasi; (5) filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi; dan (7) wewenang dan tanggung jawab. Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktifitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas pengendalian berupa: (1) pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi
  • 22. 22 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” dengan manajemen risiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal. 7. Information and communication (Informasi dan komunikasi) Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi. Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi: (1) appropriate; (2) timely; (3) current; (4) accurate; dan (5) accessible. Arah komunikasi dapat bersifat internal dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan- pesan melalui media elektronis. 8. Monitoring Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya. Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan. Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan. Proses Manajemen Risiko
  • 23. 23 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management”
  • 24. 24 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA Bertens, K., 2013. Etika. Penerbit Kanisius, Yogjakarta. Hartman, L.P. dan Desjardin, J., 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial, Penerbit Erlangga, Jakarta. Frans Magnis Suseno, 1994, Etika Bisnis, Dasar dan Aplikasinya, PT Gramedia, Jakarta. Tom L. Beauchamp dan Norman E. Bowie, 1997, Ethical Theory and Business, Fifth Edition, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458. Hapzi Ali, 2018. Modul Manajeen Strategic, UMB Jakarta http://id.shvoong.com/social-sciences/2210886-pengertian-dan-definisi-manajemen- risiko/#ixzz1nU69AnBz http://ngapackers.blogspot.com/2008/10/pengertian-risiko-menurut-beberapa-ahli.html http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/manajemen-risiko-definisi-dan-manfaat.html http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/pengertian-manajemen-risiko/ http://www.darmawansaputra.com/2015/12/elemen-utama-dalam-risk-management.html
  • 25. 25 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” ETIKA BISNIS, CSR DAN MANAJEMEN RESIKO “ PT PERTAMINA “ ETIKA BISNIS PT PERTAMINA PT. PERTAMINA (persero) adalah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang usaha minyak, gas bumi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang terkait baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tujuan dari PT. PERTAMINA itu sendiri adalah memberikan yang terbaik serta kontribusi nyata bagi kesejahteraan bangsa dan negara dalam hal pemanfaatan potensi yang dimiliki bangsa Indonesia. PT. PERTAMINA juga berkomitmen untuk berupaya untuk melalukan perbaikan dan inovasi baru sesuai tuntutan kondisi global. PT. PERTAMINA (Persero) berkomitmen untuk melaksanakan Tata Kelola perusahaan yang baik sebagai bagian dari usaha untuk pencapaian Visi dan Misi perusahaan. Etika Kerja dan Bisnis (EKB) merupakan salah satu wujud komitmen tersebut. EKB mencakup seperangkat aturan perilaku yang dimiliki oleh pekerja PT PERTAMINA, baik dalam hubungan internal/antara sesama pekerja PT PERTAMINA maupun dengan pihak eksternal. EKB merupakan referensi bagi pekerja yang mengalami keragu-raguan dalam menjalankan kegiatan bisnis pada situasi-situasi tertentu. EKB Perusahaan terbagi atas tujuh poin utama, yaitu: 1. Kesetaraan & Profesionalisme: Proses menuju World Class PT PERTAMINA dibangun melalui pengembangan pekerja yang profesional berlandaskan tata nilai, berintegritas, berwawasan luas dan saling menghargai serta didukung oleh lingkungan kerja yang kondusif. Bagian ini memuat panduan terkait dengan isu kesamaan kesempatan, pelecehan, Penyalahgunaan Psikotropika, dan Hubungan Profesional. 2. Integritas Bisnis PT PERTAMINA menjalankan seluruh kegiatan bisnisnya secara transparan, wajar, dapat dipertanggungjawabkan dan bersikap independen. Bagian ini memuat panduan terkait dengan Benturan Kepentingan, Cinderamata & Keramahtamahan, dan Korupsi. 3. Pengamanan Data & Informasi PT PERTAMINA mengelola dan menjaga kerahasiaan data dan informasi bisnis dengan baik serta memanfaatkannya secara optimal hanya untuk kepentingan perusahaan. Bagian ini memuat panduan tentang Kerahasiaan Data & Informasi, Kekayaan Intelektual, dan Record Management. 4. Politik
  • 26. 26 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” PT PERTAMINA dikelola secara profesional dan tidak terkait dengan kegiatan politik. Perusahaan bersikap netral terhadap aktivitas politik dan memberi kesempatan kepada setiap pekerja untuk menyalurkan aspirasi politiknya, namun apabila pekerja memutuskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik maka harus mematuhi ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. 5. Finansial, Kinerja & Perlindungan Aset PT PERTAMINA mencatat dan melaporkan transaksi bisnis secara akurat, lengkap, dapat dipertanggungjawabkan dan dipercaya serta mengelola dan melindungi aset perusahaan dalam rangka menjamin kelangsungan usahanya. Aset perusahaan merupakan aset berharga yang dikelola dan/atau dikuasai oleh perusahaan baik berupa aset fisik maupun non-fisik yang digunakan hanya untuk kepentingan bisnis dan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, aset perusahaan harus dijaga dan dikelola dengan baik untuk mempertahankan manfaatnya. 6. Kepedulian Terhadap Komunitas PT PERTAMINA selalu mengutamakan aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan. Dalam bagian ini dijelaskan mengenai aspek HSE (Health, Safety, and Environment) dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. 7. Persaingan Usaha PT PERTAMINA menyadari pentingnya kegiatan rantai suplai secara efektif, efisien, kompetitif, transparan, adil, bertanggung jawab, mendukung dan menumbuh kembangkan kemampuan nasional serta berwawasan lingkungan. Perusahaan mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui persaingan usaha yang sehat serta tunduk dan patuh kepada ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Etika yang dilakukan perusahaan tidak hanya berhubungan dengan perusahaan saja, tetapi perusahaan juga melakukan Etika dengan pihak yang berhubungan langsung dengan perusahaan, seperti: a. Etika Perusahaan dengan Pelanggan 1. Menjual produk sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. 2. Membuka layanan konsumen dan menindaklanjuti keluhan konsumen tanpa melakukan diskriminasi terhadap konsumen. 3. Melakukan promosi yang berkesinambungan secara sehat, fair, jujur, tidak menyesatkan serta diterima oleh norma-norma masyarakat.
  • 27. 27 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” b. Etika Perusahaan dengan Pesaing 1. Melakukan market research dan market intelligent untuk mengetahui posisi pesaing. 2. Melakukan persaingan yang sehat dengan mengedepankan keunggulan produk dan layanan yang bermutu. c. Etika Perusahaan dengan Pemerintah 1. Membina hubungan dan komunikasi yang baik dengan Pemerintah Pusat dan Daerah. 2. Menerapkan standar terbaik (best practices) dengan memperhatikan peraturan yang berlaku mengenai kualitas produk, kesehatan, keselamatan, lingkungan dan pelayanan. d. Etika Perusahaan dengan Masyarakat 1. Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang program sosial dan kemasyarakatan serta kebijakan-kebijakan yang relevan. 2. Memberi kesempatan kepada masyarakat yang ingin mengetahui kegiatan-kegiatan Perusahaan dalam batas tertentu dan untuk mempromosikan produk setempat dalam acara-acara Perusahaan. 3. Mengoptimalkan penyaluran program-program bantuan Perusahaan kepada masyarakat. 4. Melarang pekerja memberikan janji-janji kepada masyarakat di luar kewenangannya. CSR PT. PERTAMINA Tidak hanya Etika Bisnis yang dilakukan PT PERTAMINA, tetapi perusahaan juga melakukan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). CSR adalah fungsi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sosialnya dan lingkungan perusahaan. Sehingga Program-program CSR yang dibuat adalah kegiatan yang baik disusun berdasarkan rencana kerja selama kurun waktu tertentu maupun proposal/surat penawaran kerja sama yang sesuai dengan program kerja dan telah disetujui pimpinan. Mereka yang disebut sebagai penerima program CSR adalah pihak yang menikmati atau menerima program-program CSR. Kegiatan CSR yang dilakukan PT PERTAMINA, yaitu:
  • 28. 28 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” 1. Bidang Pendidikan a. Memberikan akses terhadap pendidikan dengan prioritas di sekitar wilayah operasi dan masyarakat luas secara selektif. b. Meningkatkan kualitas pendidikan secara prioritas disekitar wilayah operasi dan masyarakat luas secara selektif. c. Meningkatkan tata kelola pendidikan yang baik. 2. Bidang Kesehatan a. Menurunkan tingkat kematian ibu dan anak (balita) dengan prioritas di sekitar wilayah operasi dan masyarakat luas secara selektif. b. Meningkatkan gizi anak (balita) dengan prioritas di sekitar wilayah operasi dan masyarakat luas. c. Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan prioritas disekitar wilayah operasi dan masyarakat luas secara selektif. 3. Bidang Lingkungan a. Meminimalisasi dampak negatif terhadap lingkungan akibat kegiatan operasi perusahaan. b. Mendukung konservasi dan kelestarian lingkungan hidup. c. Mendukung pengembangan energi alternatif. 4. Bidang Sarana dan Prasarana Umum dan Bencana Alam. Melakukan pembangunan dan perbaikan sarana prasarana umum sesuai peruntukkan dan kebutuhan, khususnya masyarakat sekitar wilayah kerja operasi perusahaan dan masyarakat luas secara selektif. 5. Bidang Sarana dan Prasarana Umum dan Bencana Alam. a. Melakukan pembangunan dan perbaikan sarana prasarana umum sesuai peruntukkan dan kebutuhan, khususnya masyarakat sekitar wilayah kerja operasi perusahaan dan masyarakat luas secara selektif. Penanggulangan kejadian tanggap darurat baik kepada masyarakat disekitar wilayah kerja perusahaan maupun masyarakat luas.
  • 29. 29 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” b. Mengurangi dampak buruk terjadinya bencana alam. MANAJEMEN RESIKO PT Pertamina Training & Consulting sebagai Anak Perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak dalam bisnis penunjang (non core business), menyadari bahwa bidang usaha yang kami jalankan mengandung risiko yang harus dikelola secara komprehensif, efektif dan efisien untuk memberikan assurance terkait keberlangsungan bisnis, profitabilitas dan pertumbuhan usaha yang sejalan dengan visi, misi, serta strategi perusahaan. Penerapan manajemen risiko menjadi tanggung jawab Direksi, Jajaran Manajemen dan seluruh Pekerja PT Pertamina Training & Consulting. Kesadaran akan risiko (risk awareness) akan terus ditanamkan di setiap jenjang organisasi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya perusahaan. PT Pertamina Training & Consulting menerapkan konsep three lines of defenses dalam pengelolaan risiko, dimana pengelolaan risiko dilakukan oleh semua lini organisasi, dan dilakukan pengawasan (oversight) oleh Dewan Komisaris dan Direksi. Sebagai risk owner, seluruh unit bisnis dan unit pendukung berfungsi sebagai First Line of Defense yang mengelola risiko terkait unit kerjanya. Sementara itu, Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Kepatuhan berfungsi sebagai Second Line of Defence yang memantau penerapan kebijakan dan memberikan panduan dalam pengelolaan risiko. Sedangkan Divisi Internal Audit sebagai Third Line of Defense bertugas memberikan independent assurance terhadap penerapan manajemen risiko di PT Pertamina Training & Consulting. Oleh karena itu, Direksi, Jajaran Manajemen dan seluruh Pekerja PT Pertamina Training & Consulting berkomitmen untuk: a. Menerapkan manajemen risiko secara komprehensif, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan; b. Mempertimbangkan risiko pada setiap perencanaan bisnis dan pada setiap pengambilan keputusan manajemen dengan menentukan tingkat toleransi risiko; c. Menyediakan dan mengalokasikan sumberdaya yang cukup untuk mengoptimalkan penerapan three lines of defense, termasuk dalam peningkatan kompetensi seluruh Pekerja dalam bidang pengelolaan risiko; d. Menanamkan kesadaran akan risiko di setiap jenjang organisasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Budaya Perusahaan.
  • 30. 30 Strategic Management ACHMAD SUSMIYANTO 55118010001 “Bussiness Ethic, CSR dan Risk Management” Sumber: https://www.termpaperwarehouse.com/essay-on/Implementasi-Etika-Bisnis-Dan-Tanggung- Jawab-Sosial-Pt-Pertamina/140790 http://phe.pertamina.com/PublicRelations/CSR.aspx http://www.pertamina-ep.com/id/tentang-pep/etika-kerja-dan-bisnis-ekb https://www.pertamina-ptc.com/main-profile/tata-kelola/kebijakan-manajemen-resiko/