Teks ini membahas tentang sintaksis yang merupakan bagian dari linguistik yang mengkaji struktur kalimat dan hubungan antar kata dalam kalimat. Teks menjelaskan beberapa aspek sintaksis seperti morfologi, struktur kalimat, hubungan gramatikal subjek dan predikat, serta kategori gramatikal seperti kata, frasa, klausa dan kalimat.
Pemerolehan bahasa selain bahasa asli menghasilkan kedwibahasaan. Hal ini terjadi karena dua bahasa yang berkontak sebagai penutur bahasa dapat mempelajari unsur-unsur bahasa lainnya. Kontak bahasa terjadi karena pendukung masing-masing bahasa itu dapat menjadi dwibahasawan berdasarkan alasan-alasan tertentu. Seperti perpindahan penduduk dengan alasan politik, sosial atau ekonomi, nasionalisme, faktor budaya dan pendidikan, faktor perkawinan, dsb.
n this era of globalization The international relationship in every sector is significant. Accordingly, the
translation works in various subject fields are strongly needed . In order to fulfill such needs, the linguists and
translators play important roles to produce good translation works as fast as possible.The question is that how fast
a translation work could be done, and how could translation work be categorized as a good one. This writing aims
to discuss some of specific problems facing the translators in the case of texts from various European languages into
English and some examples into Indonesian. These problems are of both a linguistic and non-lingistic character.The
writing is descriptive in nature and based on the library research.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori LinguistikRicky Subagya
Mata Kuliah Psikolinguistik
Kelompok 2 kelas 3PB2
Dosen Pengampu: Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2018
Pemerolehan bahasa selain bahasa asli menghasilkan kedwibahasaan. Hal ini terjadi karena dua bahasa yang berkontak sebagai penutur bahasa dapat mempelajari unsur-unsur bahasa lainnya. Kontak bahasa terjadi karena pendukung masing-masing bahasa itu dapat menjadi dwibahasawan berdasarkan alasan-alasan tertentu. Seperti perpindahan penduduk dengan alasan politik, sosial atau ekonomi, nasionalisme, faktor budaya dan pendidikan, faktor perkawinan, dsb.
n this era of globalization The international relationship in every sector is significant. Accordingly, the
translation works in various subject fields are strongly needed . In order to fulfill such needs, the linguists and
translators play important roles to produce good translation works as fast as possible.The question is that how fast
a translation work could be done, and how could translation work be categorized as a good one. This writing aims
to discuss some of specific problems facing the translators in the case of texts from various European languages into
English and some examples into Indonesian. These problems are of both a linguistic and non-lingistic character.The
writing is descriptive in nature and based on the library research.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Kelompok 2 Psikolinguistik - Teori-teori LinguistikRicky Subagya
Mata Kuliah Psikolinguistik
Kelompok 2 kelas 3PB2
Dosen Pengampu: Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2018
Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.
Pandangan kesantunan dalam kajian pragmatik diuraikan oleh beberapa ahli. Diantaranya adalah Leech, Robin Lakoff, Bowl dan Levinson. Prinsip kesantunan memiliki beberapa maksim, yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim penerimaan (approbation maxim), maksim kerendah hatian (modesty maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim). Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur (Dewa Putu Wijana, 1996).
Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual; kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Maksim-maksim tersebut menganjurkan agar kita mengungkapkan keyakinan-keyakinan dengan sopan dan menghindari ujaran yang tidak sopan
Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.
Pandangan kesantunan dalam kajian pragmatik diuraikan oleh beberapa ahli. Diantaranya adalah Leech, Robin Lakoff, Bowl dan Levinson. Prinsip kesantunan memiliki beberapa maksim, yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim penerimaan (approbation maxim), maksim kerendah hatian (modesty maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim). Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur (Dewa Putu Wijana, 1996).
Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual; kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Maksim-maksim tersebut menganjurkan agar kita mengungkapkan keyakinan-keyakinan dengan sopan dan menghindari ujaran yang tidak sopan
Convegno Erickson 2015 lab DIDA 76 Radio MagicaSabrina D'Orsi
Workshop per la creazione di contributi audio in classe, presentazione delle risorse del portale www.radiomagica.org con esempi concreti diversificati in base all’età ed eventuali BES.
Makalah Bab 1 Teks cerita sejarah kelas 12 SMA kurikulum 2013 lengkap dengan penjelasan serta contoh-contohnya. SMAN 15 SURABAYA. Made by Syahda Nabilla(Bella), Made widnyana, Alya rifandani, zerlina aurellia, i putu ardi, dary winata. Semoga bermanfaat:)
6. Contoh 1
• Adik guru
Frasa • Guru adik
• Adi menunggu Ani
Kalimat • Ani menunggu Adi
7. Contoh 2
1. Kemarin kami membeli penggaris di toko buku.
2. Kemarin di toko buku kami membeli penggaris.
3. Kami membeli penggaris kemarin di toko buku.
4. Kami membeli penggaris di toko buku kemarin.
5. Di toko buku kami membeli penggaris kemarin.
6. Di toko buku kemarin kami membeli penggaris.
8. Kesimpulan
• Kadang-kadang perubahan urutan
kata tidak berpengaruh terhadap
makna.
• Jadi, meskipun urutan kata dalam
kalimat 1 di atas diubah menjadi seperti
pada kalimat 2, 3, 4, 5, dan 6, maka
makna kalimat tidak berubah.
10. Pengantar
• Tata bahasa atau
gramatika setiap bahasa
mencakup kaidah-kaidah
sintaktis yang
mencerminkan pengetahuan
penutur bahasa atas
fakta-fakta tersebut.
• Misalnya setiap kalimat
11. Contoh kalimat berikut...
*Kami penggaris toko kemarin di
buku membeli.
...terdiri dari atas kata-kata yang
memiliki makna, ternyata tidak
bermakna dari segi urutan kata.
12. Rangkaian kata yang...
...mematuhi kaidah sintaksis
• disebut apik (well-formed)
...TIDAK mematuhi kaidah sintaksis
• disebut tidak apik (ill-formed)
13. Contoh
• Perhatikan rangkaian kata
setelah slide berikut ini.
• Kemudian, tentukan rangkaian
kata mana (kalimat nomor
berapa) yang TIDAK
gramatikal.
14. 4. Dia tidur.
1. Kami bertemu.
5. Dia menidurkan.
2. Kami
6. Dia meniduri.
mempertemukan.
7. Dia menidurkan
3. Kami
anak saya.
mempertemukan
mereka. 8. Dia meniduri
buku saya.
15. 9. Mereka 12.Adi menganggap.
memperlakukan. 13.Adi menganggap
10.Mereka Ani.
memperlakukan 14.Adi menganggap
kami. Ani benar.
11.Mereka 15.Adi menganggap
memperlakukan Ani wanita paling
kami dengan baik. cantik di dunia.
16. Rangkaian kata yang TIDAK
gramatikal adalah kalimat nomor...
2 12 13
5 10
6 9
17. Penjelasan 1
Kaidah-kaidah sintaksis yang
menjelaskan kemampuan untuk
memberi penilaian terhadap
kegramatikalan pada rangkaian kata
tersebut meliputi sejumlah aturan selain
kaidah tentang urutan kata.
18. Penjelasan 2
Kaidah yang mengharuskan kehadiran
objek setelah kata seperti
mempertemukan, menidurkan dan
meniduri yang terdapat pada contoh
kalimat 3, 7, dan 8, berikut ini:
3. Kami mempertemukan mereka.
7. Dia menidurkan anak saya.
8. Dia meniduri buku saya.
19. Penjelasan 3
Kata memperlakukan seperti pada
contoh kalimat 11 berikut memiliki
ciri berbeda, yaitu tidak hanya diikuti
oleh objek (kami), tetapi juga diikuti
oleh keterangan (dengan baik).
11.Mereka memperlakukan kami
dengan baik.
20. Penjelasan 4
Kata menganggap seperti pada contoh kalimat
14 dan 15 berikut masing-masing memiliki ciri
klausa, yaitu Ani benar (contoh kalimat 14) dan
Ani adalah wanita paling cantik di dunia (contoh
kalimat 15).
14.Adi menganggap Ani benar.
15.Adi menganggap Ani wanita paling cantik
di dunia.
21. Kemampuan untuk Didampingi istri pertamanya,
menilai kegramatikalan presiden terpilih Pardamean
kalimat tidak Tobing akan melakukan kunjungan
bergantung pada
muhibah ke kerajaan Humbang
pernah tidaknya
seseorang mendengar Barat di Tapanuli.
kalimat itu sebelumnya. ...maka kita akan
Bila kita melihat menerimanya sebagai
kalimat di samping kalimat yang
berikut ini... gramatikal.
22. Penilaian atas kegramatikalan kalimat
tidak bergantung pada apakah kalimat itu
bermakna atau tidak, seperti yang
terlihat pada contoh kalimat 1 dan 2
berikut ini.
1. Colorless green ideas sleep furiously.
2. Baju barunya itu sudah kumal sejak
dimuliakannya besok.
23. • Kita akan menangkap kejanggalan
dari contoh kalimat 1 & 2 tsb.
• Tetapi, kejanggalannya itu BUKAN
pada soal kegramatikalannya
[karena kalimat-kalimat itu
memang mematuhi kaidah sintaktis
bahasa masing2], MELAINKAN pada
soal kebermaknaannya.
24. Berbeda dengan kejanggalan rangkaian kata
pada contoh kalimat 3 & 4 berikut ini.
3. Furiously sleep ideas green colorless.
4. Besok dimuliakannya sejak kumal sudah
itu barunya baju.
Kejanggalan bentuk pada kedua kalimat
tersebut terletak pada kegramatikalannya,
dan tentu saja pada kebermaknaannya juga.
28. Contoh nomor 1...
a. Laki-laki dan (perempuan
tua)
• Atribut tua pada perempuan saja
b. (Laki-laki dan perempuan)
tua
• Atribut tua pada laki-laki dan perempuan
29. Contoh nomor 2...
a. (Istri kolonel) yang nakal
itu
• Atribut yang nakal pada istri
b. Istri (kolonel yang nakal
itu)
• Atribut yang nakal pada kolonel
30. Kesimpulan
Ketaksaan di sini adalah
ketaksaan struktural, yakni
ketaksaan yang timbul
karena perbedaan struktur.
34. 1. Adi menunggu Ani
Pada contoh kalimat di atas,
Adi menjadi subjek sebagai
pelaku perbuatan atas verba
menunggu, sementara Ani adalah
objek yang dikenai atau menjadi
sasaran perbuatan atas
perbuatan menunggu.
35. 2. Ani menunggu Adi
Pada contoh kalimat di atas,
Ani menjadi subjek sebagai
pelaku perbuatan atas verba
menunggu, sedangkan Adi adalah
objek yang dikenai atau menjadi
sasaran perbuatan atas
perbuatan menunggu.
36. 3. Ani ditunggu Adi
Pada contoh kalimat di atas,
Ani menjadi subjek yang dikenai
atau menjadi sasaran perbuatan
atas perbuatan menunggu,
sedangkan Adi adalah objek
sebagai pelaku perbuatan atas
verba menunggu.
37. Kesimpulan
Hubungan gramatikal pada contoh
kalimat 1 sama dengan yang
terdapat pada contoh kalimat 2,
tetapi maknanya sama dengan yang
ada pada contoh kalimat 3,
walaupun terdapat perbedaan
struktur antara kalimat 1 dan 3.
38. Kaidah sintaktis dalam tata bahasa
meliputi...
Kegramatikalan Ketaksaan
Urutan kata
kalimat struktural
Aspek
Hubungan Makna
produktif
gramatikal struktural
bahasa
40. Struktur kalimat
Urutan & pengelompokan
kata
Subjek dan predikat
41. Perhatikan contoh berikut ini...
Gadis itu memamerkan baju
barunya
Gadis itu memamerkan baju
barunya
Gadi itu memamerka baju barunya
s
n
baju -nya
baru
baju bar
u
42. Diagram di atas disebut
Diagram Pohon
• Diagram pohon itu menunjukkan
bahwa memamerkan baju barunya
bercabang 2, yaitu memamerkan dan
baju barunya.
• Bila memamerkan baju barunya
bercabang menjadi memamerkan baju
dan barunya, maka akan terasa
janggal.
43. • Bi l a baj u bar unya ber cabang
m adi baj u dan bar unya, j uga
enj
akan t er asa t i dak w ar .
aj
• H i t u kar ena bent uk –nya
al
sebenar nya l ebi h dekat
hubungannya dengan baj u dar i pada
dengan bar u, m eski pun ur ut annya
[bai k dal am bent uk l i san m aupun
dal am t ul i san] di sam bungkan pada
kat a bar u.
47. Kategori gramatikal yang
mengisi tempat-tempat
tertentu di dalam konstruksi
bahasa, disebut dengan fungsi
gramatikal, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), dan
keterangan (K).
48. Kata
Partikel Kata Penuh
Nomina Verba
yang dari
Adjektiva Adverbia
ke di
Preposisi Konjungsi
pada Numeralia dll
49. Frasa
Frasa Eksosentris Frasa Endosentris
Frasa yang Frasa yang memiliki
berbentuk preposisi, induk, contohnya
contohnya frasa nominal kucing
• di rumah hitam, dimana kata
• kepada mereka kucing sebagai
dimana di dan nomina menjadi
kepada merupakan induknya.
preposisi.
50. Frasa Endosentris
Frasa endosentris Frasa endosentris
berinduk tunggal berinduk ganda
Frasa yang salah satu Frasa yang salah
konstituennya memiliki satu konstituennya
prilaku sintaksis yang memiliki prilaku
sama dengan seluruh
konstruksi itu, sintaktis yang sama
dengan konstituen
Contohnya frasa
nominal kucing hitam, lain.
dimana kata kucing Contohnya
sebagai nomina • ayah (dan) ibu
menjadi induknya.
• tua (dan) muda
51. Frasa Endosentris Berinduk
Ganda
Frasa Koordinatif Frasa Apostif
Frasa endosentris Frasa endosentris
berinduk ganda yang
berinduk ganda
bagian2nya secara
potensial maupun TIDAK
aktual dapat dihubungkan
dihubungkan dengan dengan
penghubung tunggal,
penghubung
seperti dan, atau,
tetapi. (seringkali dengan
Contohnya jeda)
52. Klausa
Klausa Bebas Klausa Terikat
Klausa yang tidak dapat berdiri
Klausa yang dapat sendiri.
berdiri sendiri, Biasanya ditandai dengan
konjungsi tertentu, seperti
contohnya.. bahwa, sehingga, dll.
• Dia cantik. Contohnya Kami datang
sebelum pertunjukan dimulai.
• Dia di sini. • Kami datang = klausa
bebas
• Dia seorang guru. • Pertunjukan dimulai =
klausa terikat, diikat dgn
• Dia belum datang. konjungsi sebelum
didepannya.
53. Kalimat
Kalimat dikategorikan dalam 5 kriteria,
yaitu:
1. Jumlah dan macam klausa
2. Struktur intern klausa
3. Jenis tanggapan yang diharapkan
4. Sifat hubungan pelaku dan perbuatan
5. Ada atau tidaknya unsur ingkar di dalam
predikat utama.
54. 1a. Jumlah dan macam klausanya
Kalimat sederhana atau Kalimat bersusun atau
tunggal jamak
Kalimat yang terdiri satu
Kalimat yang klausa bebas dan sekurang2nya
terdiri dari satu satu klausa terikat, contohnya
Mereka sadar bahwa berita itu
klausa bebas, tidak benar.
contohnya • Mereka sadar = klausa
bebas
Mereka menikah • Berita itu tidak benar =
klausa terikat, diikat dgn
kemarin. konjungsi bahwa
didepannya.
55. 1b. Jumlah dan macam klausanya
Kalimat majemuk
Kalimat majemuk setara bersusun
Kalimat yang terdiri dari Kalimat yang terdiri atas
gabungan kalimat majemuk dan
lebih dari satu klausa bebas. kalimat bersusun atau sebaliknya,
Ditandai dengan konjungsi contohnya
seperti sedangkan, dan, atau, Mereka sadar bahwa berita itu
tetapi. tidak benar, tetapi mereka sudah
tidak mau peduli lagi.
Contohnya: • Mereka sadar bahwa berita itu
Kami masuk kelompok tidak benar = kalimat bersusun
pertama, sedangkan mereka • Mereka sudah tidak mau
masuk kelompok kedua. peduli lagi = kalimat majemuk
56. 2. Struktur Intern Klausa
Kalimat Lengkap Kalimat Tak Lengkap
Kalimat yang memiliki Kalimat yang salah satu
unsur-unsur pengisi unsur pengisi fungsi
fungsi gramatikal yang gramatikalnya tidak
lengkap, terutama ada.
subjek dan predikat. Contohnya:
Contohnya: • Baik!
Dia makan • Sedang makan.
S P
57. 3. Jenis tanggapan yang
diharapkan
Kalimat • Tanggapan berupa perhatian
Pernyataan • Alfi sedang menuju kemari
Kalimat • Tanggapan berupa jawaban
Pertanyaan • Mengapa dia terlambat?
Kalimat • Tanggapan berupa perintah
Perintah • Ayo kita berangkat!
58. 4a. Sifat hubungan antara pelaku dan
perbuatan
Kalimat Aktif Kalimat Pasif
Kalimat yang Kalimat yang
memperlihatkan subjek memperlihatkan subjek
sebagai pelaku. sebagai tujuan atau sasaran
perbuatan.
Contohnya:
Contohnya:
Adik menendang anjing itu. Anjing itu ditendang adikku.
Adik adalah pelaku Anjing itu menjadi sasaran
perbuatan atas verba perbuatan atas verba
menendang. ditendang.
59. 4b. Sifat hubungan antara pelaku dan
perbuatan
Kalimat Tengah Kalimat Netral
Kalimat yang subjeknya Kalimat yang tidak
merupakan pelaku dan berstruktur pelaku-perbuatan.
tujuan. Contohnya:
Aming pelawak.
Contohnya:
Kalimat di atas tidak
Dia sedang bercukur. berstruktur pelaku-perbuatan,
Subjek dia adalah pelaku karena subjek tidak
yang tengah melakukan melakukan suatu perbuatan.
perbuatan bercukur.
60. 5. Ada tidaknya unsur ingkar dalam
predikat
Kalimat Afirmatif
•Kalimat positif
Kalimat Ingkar
•Kalimat negatif (tidak dan bukan)
73. Tugas Kelompok di Rumah
Tentang kata penuh
• Berikan definisi/penjelasan dari jenis2 kata
penuh beserta contoh masing 3-5 kata.
• Bila Anda menemukan jenis kata penuh yanng
ke-8 dan seterusnya, berikan pula definisi dan
contohnya.
75. Catatlah terlebih dahulu kalimat
berikut ini.
1. Ibu merawat adik saya yang sedang sakit.
2. Ayah bekerja sebagai manajer keuangan di
perusahaan Jepang.
3. Setiap hari kakak saya belajar bahasa Jepang
di kampus.
4. Mahasiswa sedang menyimak penjelasan
tugas kelompok yang diberikan oleh dosen.
76. Tugas Pengerjaan (1)
1. Tentukan jenis kalimat dari salah satu kriteria
kalimat yang telah dijelaskan.
2. Tentukan struktur intern klausanya, bila
kalimat tersebut mengandung klausa, dan
tentukan pula mana yg termasuk klausa
bebas dan mana yg klausa terikat.
3. Tentukan jenis frasa dari kalimat tersebut,
tentukan mana yg termasuk frasa eksosentris
dan mana yg termasuk frasa endosentris.
77. Tugas Pengerjaan (2)
4. Tentukan kaidah struktur frasanya (DM),
mana yang termasuk frasa yang diterangkan
(D), dan mana frasa yang menerangkan (M).
5. Buat diagram pohon dari kalimat tersebut,
dan lengkapi diagram tersebut dengan
memberikan keterangan fungsi gramatikal
(SPOK), jenis frasa, dan jenis kata penuh.
78. Contoh Pengerjaan (1)
Gadis itu memamerkan baju barunya.
1. Jenis kalimat: kalimat tunggal, kalimat
lengkap, kalimat pernyataan, kalimat aktif,
dan kalimat afirmatif.
2. Kalimat tersebut hanya memiliki 1 klausa
bebas, karena terdiri dari subyek (gadis itu),
predikat (memamerkan) dan objek (baju
barunya).
79. Contoh Pengerjaan (2)
Gadis itu memamerkan baju barunya.
3. Tidak termasuk frasa eksosentris, tetapi
termasuk frasa endosentris berinduk tunggal,
yaitu gadis itu dan baju baru, dimana induk
dari frasa itu adalah gadis dan baju.
4. Frasa gadis itu dan baju baru berlaku DM,
dimana D untuk gadis dan baju, sedangkan
M untuk itu dan baru.
80. 5. Diagram pohon dan keterangannya
Gadis itu memamerkan baju
barunya
(S) Gadis itu (P) memamerkan baju barunya
(FN) (O)
Gadis (N) itu (Pr) (P) (O) baju barunya
memamerkan (FN)
baju baru -nya
(FN) (Pr)
baju (N) baru
(A)