Dokumen ini membahas budidaya udang vannamei di Yogyakarta. Tanah budidaya udang sepanjang pantai DIY dan Jawa Tengah merupakan tanah kerajaan. Petambak awalnya menggarap tanah nonproduktif. Kolam dibangun secara asal tanpa rencana. Air diperoleh dari sumur resapan pantai dengan kualitas terpengaruh musim. Limbah langsung dibuang ke kolam dan laut. Udang ditebar padat 80-125 ekor/m2
Teknologi pemijahan buatan yang telah dilakukan di Sumatera Barat ((Padang Pariaman) merupakan langkah awal pen domestikasi Ikan "semah" Tor douronensis untuk tujuan pengembangan budidaya. Ikan yang berasal dari alam dapat dilakukan reproduksinya secara buatan melalui manipulasi hormonal.
Teknologi pemijahan buatan yang telah dilakukan di Sumatera Barat ((Padang Pariaman) merupakan langkah awal pen domestikasi Ikan "semah" Tor douronensis untuk tujuan pengembangan budidaya. Ikan yang berasal dari alam dapat dilakukan reproduksinya secara buatan melalui manipulasi hormonal.
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYAlisa ruliaty 631971
Konsep pembenihan rajungan skala rumah tangga (backyard hatchery rajungan) merupakan penerapan teknik dengan mengadopsi serta menyederhanakan beberapa teknik pemeliharaan yang telah dilakukan di unit pembenihan rajungan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.. Aplikasi teknis di lapangan meliputi (1) Pemanfaatan bak-bak HSRT udang windu yang tidak operasional. (2) Air laut sebagai media pemeliharaan (3) Larva awal atau Zoea di dapatkan dari induk bertelur Tk.III dari alam (4) Kepadatan larva awal 50-100 ekor/liter (5) Pakan : (a) Inokulant chlorella dan rotifera, kepadatan chlorella dipertahankan pada kepadatan 50.000 – 500.000 sel/ml, untuk awal pemeliharaan diperlukan 2 kantong inokulant chlorella sedangkan kepadatan rotifera 5 – 15 ekor/ml diberikan hingga hari ke-7. (b) Nauplius artemia diberikan pada hari ke-dua dengan kepadatan 5-20 ekor /larva/hari dan diberikan 2 kali (pagi dan sore hari) setelah penebaran larva Zoea hingga stadia crab 1 (hari 13 atau 14) (c) Pakan buatan komersial ukuran 100 – 400 mikron diberikan dengan dosis 0,4 - 1 ppm dan frekuensi 4x sehari hingga panen. (d) Udang kupas diblender diberikan sejak crab 1 (hari 13 atau 14) hingga panen (crab 5 pada hari ke-16) sebanyak 10 – 30 gram per 5.000 ekor crab setiap harinya. (6) Penggantian air dilakukan 3 hari sekali sebesar 20%, dan suhu media pemeliharaan di pertahankan minimal 30 oC dengan cara menutup bak dengan terpal (7) Monitoring kesehatan dilakukan secara visual, yaitu dengan mengamati respon larva terhadap cahaya serta persentase larva yang tertarik terhadap cahaya matahari. (8) Pemasangan shelter berupa waring hitam (ukuran 0,5 x 1 m sebanyak 10 buah/bak) untuk memperbesar luas permukaan pada umur pemeliharaan 7 – 8 hari (Sub stadia Zoea 4). Selama 16 hari pemeliharaan diperoleh benih rajungan stadia C-6 dengan SR 8%.
Hasil analisa biaya pada pembenihan rajungan skala rumah tangga dengan mengoperasikan satu unit bak pemeliharaan larva volume 8 m3 selama 16 hari pemeliharaan memberikan keuntungan yang cukup lumayan sebagai hasil sampingan keluarga.
Materi presentasi oleh Christopher Jason Sjarif dari delegasi Petambak Muda Indonesia pada Simposium Nasional Budidaya Udang Vanamei di Banyuwangi 2019
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYAlisa ruliaty 631971
Konsep pembenihan rajungan skala rumah tangga (backyard hatchery rajungan) merupakan penerapan teknik dengan mengadopsi serta menyederhanakan beberapa teknik pemeliharaan yang telah dilakukan di unit pembenihan rajungan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.. Aplikasi teknis di lapangan meliputi (1) Pemanfaatan bak-bak HSRT udang windu yang tidak operasional. (2) Air laut sebagai media pemeliharaan (3) Larva awal atau Zoea di dapatkan dari induk bertelur Tk.III dari alam (4) Kepadatan larva awal 50-100 ekor/liter (5) Pakan : (a) Inokulant chlorella dan rotifera, kepadatan chlorella dipertahankan pada kepadatan 50.000 – 500.000 sel/ml, untuk awal pemeliharaan diperlukan 2 kantong inokulant chlorella sedangkan kepadatan rotifera 5 – 15 ekor/ml diberikan hingga hari ke-7. (b) Nauplius artemia diberikan pada hari ke-dua dengan kepadatan 5-20 ekor /larva/hari dan diberikan 2 kali (pagi dan sore hari) setelah penebaran larva Zoea hingga stadia crab 1 (hari 13 atau 14) (c) Pakan buatan komersial ukuran 100 – 400 mikron diberikan dengan dosis 0,4 - 1 ppm dan frekuensi 4x sehari hingga panen. (d) Udang kupas diblender diberikan sejak crab 1 (hari 13 atau 14) hingga panen (crab 5 pada hari ke-16) sebanyak 10 – 30 gram per 5.000 ekor crab setiap harinya. (6) Penggantian air dilakukan 3 hari sekali sebesar 20%, dan suhu media pemeliharaan di pertahankan minimal 30 oC dengan cara menutup bak dengan terpal (7) Monitoring kesehatan dilakukan secara visual, yaitu dengan mengamati respon larva terhadap cahaya serta persentase larva yang tertarik terhadap cahaya matahari. (8) Pemasangan shelter berupa waring hitam (ukuran 0,5 x 1 m sebanyak 10 buah/bak) untuk memperbesar luas permukaan pada umur pemeliharaan 7 – 8 hari (Sub stadia Zoea 4). Selama 16 hari pemeliharaan diperoleh benih rajungan stadia C-6 dengan SR 8%.
Hasil analisa biaya pada pembenihan rajungan skala rumah tangga dengan mengoperasikan satu unit bak pemeliharaan larva volume 8 m3 selama 16 hari pemeliharaan memberikan keuntungan yang cukup lumayan sebagai hasil sampingan keluarga.
Similar to Selayang Pandang Budidaya Udang di Yogyakarta (20)
Materi presentasi oleh Christopher Jason Sjarif dari delegasi Petambak Muda Indonesia pada Simposium Nasional Budidaya Udang Vanamei di Banyuwangi 2019
Application of Low Protein Diet for Indonesian Shrimp FarmingSyauqy Nurul Aziz
Materi presentasi oleh Prof. Jeong-Dan Kim, Ph.D. dari Kangwon National University Korea pada Simposium Nasional Budidaya Udang Vanamei di Banyuwangi 2019
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...Syauqy Nurul Aziz
MateriPresentasi oleh Andi Kurniawan S.Pi., M.Eng., D.Sc. dari Universitas Brawijaya Malang pada Simposium Nasional Budidaya Udang Vanamei di Banyuwangi 2019
Minimasi Kadar Nitrit di Tambak Udang & Rekayasa Keseimbangan Bakteri - Plank...Syauqy Nurul Aziz
Minimasi Kadar Nitrit di Tambak Udang & Rekayasa Keseimbangan Bakteri - Plankton Melalui Pemenuhan Kebutuhan Mikro Elemen oleh Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc. dari Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Insitut Pertanian Bogor (IPB)
Perkembangan Sertifikasi Perikanan Budidaya di IndonesiaSyauqy Nurul Aziz
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Direktur Pembenihan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Kepala Pelayanan Kesehatan Hewan PT. CP Prima pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPASyauqy Nurul Aziz
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Direktur Produksi and Usaha Budidaya, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Syauqy Nurul Aziz
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Ir. Yanuar Toto Raharjo pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Presentasi berikut adalah materi yang disampaikan oleh Ketua Shrimp Club Indonesia Ir. Iwan Sutanto pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
Akselerasi Pengembangan Budidaya Udang dan Pengendalian Sistem Penjaminan Mut...Syauqy Nurul Aziz
Presentasi berikut adalah materi yang disampakaikan olek Dirjen Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia pada sarasehan perudangan nasional yang diadakan oleh Shrimp Club Indonesia pada 20 Juli 2018
1. Selayang Pandang Budidaya Udang Vannamae
di Yogyakarta
Disusun Oleh :
Nur Aziz (praktisi bddy pantai congot
Yogyakarta)
2. Status tanah : sepanjang garis pantai yang
diperuntukkan lahan tambak/budidaya udang di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari Pantai
Parangkusumo Kab.Bantul sampai Pantai Congot
Kab.Kulonprogo adalah tanah keraton (Kesultanan dan
Pakualaman). Sedang wilayah Propinsi Jawa Tengah
bagian selatan adalah milik Angkatan Darat
Status petambak : petambak dulunya adalah
penggarap lahan non produktif tanah
sultan/pakualaman /AD yang diatur oleh perangkat
desa. Kemudian ada sebagian lahan beralih
penggarapannya ke pihak ketiga (penyewa).
Lay out konstruksi : pembuatan konstruksi lahan
/petakan tambak tidak mengikuti SOP / BAP atau asal
jadi kolam.
3. Sumber Air : diperoleh dari resapan air laut hasil pengeboran di
pinggir pantai dimana kualitasnya sangat terpengaruh musim dan
volume sangat terbatas.
Sistim pembuangan limbah : pembuangan limbah budidaya
langsung di sekitar kolam budidaya (resapan sebelah kolam,
dibuang langsung ke laut ) serta tidak ada pengaturan jarak
dengan sistim pengambilan air untuk budidaya.
Padat tebar : kepadatan penebaran berkisar 80 – 125 ekor per
meter.
Peralatan budidya : untuk pengolahan kualitas air secara umum
menggunakan sistim mekanik ) mesin diesel berbahan bakar solar,
dimana polutannya tidak terkonsentrasi (dimana mana). Sebagian
kecil saja yang menggunakan peralatan listrik (PWA).
Sistim budidaya : sudah menggunakan probiotik walau dalam
jumlah yang terbatas kecuali yang sudah didampingi pabrik
pakan.
4. Persiapan air, dasar kolam ditabur kapur serata
mungkin kemudian isi air sesuai ketinggian
yang diinginkan (80-100cm).
Tehnis yang diterapkan, cacah kecil kecil
batang pisang sepanjang 1 meter dan taburkan
ke dalam kolam berukuran 1000 m. Ganti
dengan bahan yang baru tiap 10 hari
digunakan sampai umur panen.
Kualitas air yang tampak adalah berwarna
kecoklatan dan sedikit berbusa.
5. Mengandung beberapa jenis fitokimia (segala jenis zat kimia
atau nutrien yang diturunkan dari tumbuhan) a.l :
saponin,flavonoid dan tanin serta tidak mengandung
alkaloid,steroid ,triterpenoid. (priyosoeryanto dkk, 2006)
Kandungan kalium dan vitamin lainnya mampu mengobati
penyakit infeksi saluran kemih berikut gejalanya. (merdeka)
Saponin adalah sejenis glikosida (zat komplek yg
mengandung gula) yg banyak ditemukan pada tumbuhan.
Fungsi Kalium adalah untuk menjaga keseimbangan cairan
tubuh dan memastikan otak,saraf, otot dan jantung bisa
bekerja normal. (untuk manusia disarankan konsumsi
sebesar 4700mg/hari)
Fungsi saponin sebagai anti mikrobia
6. Pakan bulan I (Blind Feeding) dengan standar
P/H = 3kg per 100rb benur.
Tehnis : akumulasi pakan 3 hari difermentasi
kemudian diberikan dengan frekuensi 2x
sehari. Diberikan selama 2-3 mgg.
Minggu ke-4 (pelet awal/crumble terakhir)
pakan diberikan pembasahan 0,5-1 jam (pakan
kelihatan mulai mengembang) sebelum ditebar
ke kolam.
Penambahan pakan dilakukan 2-3 hr sekali jika
pakan dianco habis dalam waktu 1-1,5 jam.
7. PROGRAM PAKAN per 100rb
Farm : Ds.Jangkaran Pantai Congot DIY
Periode :
DOC No.Pakan 07.00 11.00 16.00 20.00 P/H KUM Keterangan
1 D-0 1,5 1,5 3,0 3,0
Pakan dibuat fermentasi sebelum dipakan ke
udang. Cara membuat : kumulatif pakan 3hr
dicampur air 15ltr + tetes 2 gelas aqua +
fermipan 20gr + probiotik lactobacilus 0,5ltr
(diperam dlm wadah tertutup)...setelah habis
dibuat lagi
2 D-0 1,6 1,6 3,2 6,2
3 D-0 1,7 1,7 3,4 9,6
4 D-0 1,8 1,8 3,6 13,2
5 D-0 1,9 1,9 3,8 17,0
6 D-0 2,0 2,0 4,0 21,0
7 D-0 2,2 2,2 4,4 25,4
8 D-0 2,4 2,4 4,8 30,2
9 D-0 2,6 2,6 5,2 35,4
10 D-0 2,8 2,8 5,6 41,0
11 D-1 1,8 1,8 2,4 6,0 47,0
12 D-1 2,0 2,0 2,6 6,6 53,6
13 D-1 2,2 2,2 2,9 7,2 60,8
14 D-1 2,3 2,3 3,1 7,8 68,6
15 D-1 2,5 2,5 3,4 8,4 77,0
Pakan dicampur dg "adonan" dosis 2 gelas
aqua per kg pakan (dibuat 1 jam sblm pakan).
Cara buat "adonan" : air 15 ltr + tetes 0,5 botol
+ ragi 20gr (diperam dlm wadah tertutup)klo
habis buat lagi....
16 D-1 2,7 2,7 3,6 9,0 86,0
17 D-1 3,0 3,0 4,0 10,0 96,0
18 D-1 3,0 3,0 4,0 10,0 106,0
19 D-1 3,3 3,3 4,4 11,0 117,0
20 D-1 3,3 3,3 4,4 11,0 128,0
21 D-1 3,4 3,4 3,4 1,8 12,0 140,0
22 D-1 3,4 3,4 3,4 1,8 12,0 152,0
23 D-1 3,7 3,7 3,7 2,0 13,0 165,0
24 D-1 3,7 3,7 3,7 2,0 13,0 178,0
25 D-1 4,0 4,0 4,0 2,1 14,0 192,0
26 D-1/D-2 4,0 4,0 4,0 2,1 14,0 206,0
27 D-1/D-2 4,4 4,4 4,4 2,3 15,5 221,5
28 D-1/D-2 4,4 4,4 4,4 2,3 15,5 237,0
29 D-1/D-2 4,4 4,4 4,4 2,3 15,5 252,5
30 D-1/D-2 5,0 5,0 5,0 2,6 17,5 270,0
Catatan : umur (doc) 10 mulai turun anco untuk mengecek kesehatan dan populasi udang.
umur 14 hr pakan di anco mulai ditakar (10 gram per kg pakan) dan dicek habis/tidak setelah 2,5 - 3 jam
kalau sudah ketemu habis pakan dianco mulai dilakukan penambahan/pengurangan pakan dan frekuensi
pakan diberikan 4x (jam 6 - 11 - 15 - 19)