[Ringkasan]
1. Teknik pemeliharaan larva udang vaname mencakup persiapan bak pemeliharaan, penebaran benih, pemberian pakan, dan pemanenan benur
2. Pakan yang diberikan tergantung stadia perkembangan, mulai dari zoea, mysis, hingga post larva
3. Proses pemanenan meliputi penurunan air, pengumpulan, transfer, aklimatisasi, hingga pengemasan benur
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYAlisa ruliaty 631971
Konsep pembenihan rajungan skala rumah tangga (backyard hatchery rajungan) merupakan penerapan teknik dengan mengadopsi serta menyederhanakan beberapa teknik pemeliharaan yang telah dilakukan di unit pembenihan rajungan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.. Aplikasi teknis di lapangan meliputi (1) Pemanfaatan bak-bak HSRT udang windu yang tidak operasional. (2) Air laut sebagai media pemeliharaan (3) Larva awal atau Zoea di dapatkan dari induk bertelur Tk.III dari alam (4) Kepadatan larva awal 50-100 ekor/liter (5) Pakan : (a) Inokulant chlorella dan rotifera, kepadatan chlorella dipertahankan pada kepadatan 50.000 – 500.000 sel/ml, untuk awal pemeliharaan diperlukan 2 kantong inokulant chlorella sedangkan kepadatan rotifera 5 – 15 ekor/ml diberikan hingga hari ke-7. (b) Nauplius artemia diberikan pada hari ke-dua dengan kepadatan 5-20 ekor /larva/hari dan diberikan 2 kali (pagi dan sore hari) setelah penebaran larva Zoea hingga stadia crab 1 (hari 13 atau 14) (c) Pakan buatan komersial ukuran 100 – 400 mikron diberikan dengan dosis 0,4 - 1 ppm dan frekuensi 4x sehari hingga panen. (d) Udang kupas diblender diberikan sejak crab 1 (hari 13 atau 14) hingga panen (crab 5 pada hari ke-16) sebanyak 10 – 30 gram per 5.000 ekor crab setiap harinya. (6) Penggantian air dilakukan 3 hari sekali sebesar 20%, dan suhu media pemeliharaan di pertahankan minimal 30 oC dengan cara menutup bak dengan terpal (7) Monitoring kesehatan dilakukan secara visual, yaitu dengan mengamati respon larva terhadap cahaya serta persentase larva yang tertarik terhadap cahaya matahari. (8) Pemasangan shelter berupa waring hitam (ukuran 0,5 x 1 m sebanyak 10 buah/bak) untuk memperbesar luas permukaan pada umur pemeliharaan 7 – 8 hari (Sub stadia Zoea 4). Selama 16 hari pemeliharaan diperoleh benih rajungan stadia C-6 dengan SR 8%.
Hasil analisa biaya pada pembenihan rajungan skala rumah tangga dengan mengoperasikan satu unit bak pemeliharaan larva volume 8 m3 selama 16 hari pemeliharaan memberikan keuntungan yang cukup lumayan sebagai hasil sampingan keluarga.
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYAlisa ruliaty 631971
Konsep pembenihan rajungan skala rumah tangga (backyard hatchery rajungan) merupakan penerapan teknik dengan mengadopsi serta menyederhanakan beberapa teknik pemeliharaan yang telah dilakukan di unit pembenihan rajungan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.. Aplikasi teknis di lapangan meliputi (1) Pemanfaatan bak-bak HSRT udang windu yang tidak operasional. (2) Air laut sebagai media pemeliharaan (3) Larva awal atau Zoea di dapatkan dari induk bertelur Tk.III dari alam (4) Kepadatan larva awal 50-100 ekor/liter (5) Pakan : (a) Inokulant chlorella dan rotifera, kepadatan chlorella dipertahankan pada kepadatan 50.000 – 500.000 sel/ml, untuk awal pemeliharaan diperlukan 2 kantong inokulant chlorella sedangkan kepadatan rotifera 5 – 15 ekor/ml diberikan hingga hari ke-7. (b) Nauplius artemia diberikan pada hari ke-dua dengan kepadatan 5-20 ekor /larva/hari dan diberikan 2 kali (pagi dan sore hari) setelah penebaran larva Zoea hingga stadia crab 1 (hari 13 atau 14) (c) Pakan buatan komersial ukuran 100 – 400 mikron diberikan dengan dosis 0,4 - 1 ppm dan frekuensi 4x sehari hingga panen. (d) Udang kupas diblender diberikan sejak crab 1 (hari 13 atau 14) hingga panen (crab 5 pada hari ke-16) sebanyak 10 – 30 gram per 5.000 ekor crab setiap harinya. (6) Penggantian air dilakukan 3 hari sekali sebesar 20%, dan suhu media pemeliharaan di pertahankan minimal 30 oC dengan cara menutup bak dengan terpal (7) Monitoring kesehatan dilakukan secara visual, yaitu dengan mengamati respon larva terhadap cahaya serta persentase larva yang tertarik terhadap cahaya matahari. (8) Pemasangan shelter berupa waring hitam (ukuran 0,5 x 1 m sebanyak 10 buah/bak) untuk memperbesar luas permukaan pada umur pemeliharaan 7 – 8 hari (Sub stadia Zoea 4). Selama 16 hari pemeliharaan diperoleh benih rajungan stadia C-6 dengan SR 8%.
Hasil analisa biaya pada pembenihan rajungan skala rumah tangga dengan mengoperasikan satu unit bak pemeliharaan larva volume 8 m3 selama 16 hari pemeliharaan memberikan keuntungan yang cukup lumayan sebagai hasil sampingan keluarga.
Kerang abalon merupakan salah satu komoditas unggul yang memiliki nila jual yang tinggi. Permintaan yang terus meningkat akan kerang abalon membuat populasinya di alam kian berkurang. Sehingga, diperlukan suatu proses budidaya untuk mencukupi permintaan kerang abalon dan terlepas dari ketergantungan penangkapan di alam.
PPT TIK TOK SMA N 2 Klaten Biologi Lingkungan Materi Tik Tok (Itik dan Entok)Rico Asta
Tugas biologi lingkungan materi unggas pedaging
SMA N 2 KLATEN
Kelas XII MIPA 5
anggota :
ARDI JUNANDA ( 04 )
BERLIAN FREENANDA A.P ( 08 )
CANTIYA AUFA K ( 09 )
FAJAR ARI N.H ( 15 )
FAKHRUL ARIFIN K.A ( 16 )
M. YUSUF SABILA JAYA ( 22 )
PUPUT YUNIANA EVITA S ( 24 )
RIAWATI KUMARADEWI ( 28 )
RICO ASTA W ( 29 )
SYINDI OKTARIYANI A ( 33 )
Materi : TIK-TOK
Penjelasan tentang TIKTOK
Tiktok adalah keturunan persilangan antara itik betina dan entok jantan. Tiktok kepanjangan dari itik dan entok. Persilangan ini biasanya terjadi bukan karena proses alamiah, melainkan proses yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk kepentingan dan tujuan tertentu, mengingat tiktok adalah persilangan antara itik betina dengan entok jantan yang hampir tidak mungkin terjadi secara alami mengingat postur tubuh kedua unggas tersebut sangat berbeda jauh. Lain halnya persilangan antara entok betina dengan bebek jantan yang bisa terjadi secara alami karena postur bebek jantan yang lebih ramping dari entok betina, persilangan antara bebek jantan dan entok betina disebut tongki atau brati.
Itik dan entok sebenarnya bukan spesies baru, bila ditelusuri lebih lanjut, fosil unggas air ini telah ditemukan pada zaman mesozoik sekitar 80 juta tahun silam. Ketika peradaban manusia tumbuh, unggas air ini menjadi dekat dengan manusia sebagai sumber makanan ataupun sebagai objek perburuan.
hasil persilangan antara keduanya pun sebenarnya sudah cukup lama dikenal oleh manusia, termasuk di Nusantara sendiri. Di Indonesia hasil persilangan antara kedua jenis unggas ini (tanpa membedakan jenis kelamin dari induk persilangan) dikenal dengan sebutan serati, beranti atau brati, togri, ritog, tongki, mandalung, pandalungan dan lain sebagainya.
Tiktok di Indonesia banyak dipelihara dan dibudidayakan sebagai hewan ternak pedaging karena dagingnya yang dikenal enak dan gurih.
ASAL USUL atau SEJARAH
Tik-tok merupakan keturunan persilangan antara itik betina dan enthok jantan. Itik dan enthok bukan spesies baru, fosil unggas air ini telah ditemukan pada zaman mesozoik ± 80 juta tahun silam.
Santoso menuturkan, tik-tok lahir dari obsesinya untuk mendivesivikasikan ternak unggas dengan tahan penyakit, memiliki tekstur seperti daging ayam dan siklus pertumbuhan cepat. Nama tik-tok di patenkan pada tahun 2002 di lembaga paten, Dep. Kehakiman.
PENYEBARAN TIK-TOK
Di Nusantara atau di Indonesia tik-tok sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu karena hewan ini berasal dari itik dan enthok maka jug ditemukan di Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tiktok
dan berbagai sumber lain
BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK.pptxsurya39722
budidaya lele sistem bioflok adalah sistem budidaya dengan memanfaatkan gumpalan atau flok yang mengandung bakteri baik untuk peningkatan pertumbuhan ikan
Ia merupakan contoh slide PPT untuk penyiaran PdP di dalam TV Pendidikan yang telah ditayangkan pada Januari 2021. Sesuai digunakan sebagai garis panduan penyediaan bahan tayangan subjek vokasional khususnya Akuakultur.
Bahan PdP untuk Kolej Vokasiona;, SVM, SKM dan PVMA Akuakultur
Ia adalah bahan mentah untuk Tv pendidikan di Tv Okey pada awal Feb 2021 yang lepas..
Semoga bermanfaat...
Kerang abalon merupakan salah satu komoditas unggul yang memiliki nila jual yang tinggi. Permintaan yang terus meningkat akan kerang abalon membuat populasinya di alam kian berkurang. Sehingga, diperlukan suatu proses budidaya untuk mencukupi permintaan kerang abalon dan terlepas dari ketergantungan penangkapan di alam.
PPT TIK TOK SMA N 2 Klaten Biologi Lingkungan Materi Tik Tok (Itik dan Entok)Rico Asta
Tugas biologi lingkungan materi unggas pedaging
SMA N 2 KLATEN
Kelas XII MIPA 5
anggota :
ARDI JUNANDA ( 04 )
BERLIAN FREENANDA A.P ( 08 )
CANTIYA AUFA K ( 09 )
FAJAR ARI N.H ( 15 )
FAKHRUL ARIFIN K.A ( 16 )
M. YUSUF SABILA JAYA ( 22 )
PUPUT YUNIANA EVITA S ( 24 )
RIAWATI KUMARADEWI ( 28 )
RICO ASTA W ( 29 )
SYINDI OKTARIYANI A ( 33 )
Materi : TIK-TOK
Penjelasan tentang TIKTOK
Tiktok adalah keturunan persilangan antara itik betina dan entok jantan. Tiktok kepanjangan dari itik dan entok. Persilangan ini biasanya terjadi bukan karena proses alamiah, melainkan proses yang sengaja dilakukan oleh manusia untuk kepentingan dan tujuan tertentu, mengingat tiktok adalah persilangan antara itik betina dengan entok jantan yang hampir tidak mungkin terjadi secara alami mengingat postur tubuh kedua unggas tersebut sangat berbeda jauh. Lain halnya persilangan antara entok betina dengan bebek jantan yang bisa terjadi secara alami karena postur bebek jantan yang lebih ramping dari entok betina, persilangan antara bebek jantan dan entok betina disebut tongki atau brati.
Itik dan entok sebenarnya bukan spesies baru, bila ditelusuri lebih lanjut, fosil unggas air ini telah ditemukan pada zaman mesozoik sekitar 80 juta tahun silam. Ketika peradaban manusia tumbuh, unggas air ini menjadi dekat dengan manusia sebagai sumber makanan ataupun sebagai objek perburuan.
hasil persilangan antara keduanya pun sebenarnya sudah cukup lama dikenal oleh manusia, termasuk di Nusantara sendiri. Di Indonesia hasil persilangan antara kedua jenis unggas ini (tanpa membedakan jenis kelamin dari induk persilangan) dikenal dengan sebutan serati, beranti atau brati, togri, ritog, tongki, mandalung, pandalungan dan lain sebagainya.
Tiktok di Indonesia banyak dipelihara dan dibudidayakan sebagai hewan ternak pedaging karena dagingnya yang dikenal enak dan gurih.
ASAL USUL atau SEJARAH
Tik-tok merupakan keturunan persilangan antara itik betina dan enthok jantan. Itik dan enthok bukan spesies baru, fosil unggas air ini telah ditemukan pada zaman mesozoik ± 80 juta tahun silam.
Santoso menuturkan, tik-tok lahir dari obsesinya untuk mendivesivikasikan ternak unggas dengan tahan penyakit, memiliki tekstur seperti daging ayam dan siklus pertumbuhan cepat. Nama tik-tok di patenkan pada tahun 2002 di lembaga paten, Dep. Kehakiman.
PENYEBARAN TIK-TOK
Di Nusantara atau di Indonesia tik-tok sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu karena hewan ini berasal dari itik dan enthok maka jug ditemukan di Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Tiktok
dan berbagai sumber lain
BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK.pptxsurya39722
budidaya lele sistem bioflok adalah sistem budidaya dengan memanfaatkan gumpalan atau flok yang mengandung bakteri baik untuk peningkatan pertumbuhan ikan
Ia merupakan contoh slide PPT untuk penyiaran PdP di dalam TV Pendidikan yang telah ditayangkan pada Januari 2021. Sesuai digunakan sebagai garis panduan penyediaan bahan tayangan subjek vokasional khususnya Akuakultur.
Bahan PdP untuk Kolej Vokasiona;, SVM, SKM dan PVMA Akuakultur
Ia adalah bahan mentah untuk Tv pendidikan di Tv Okey pada awal Feb 2021 yang lepas..
Semoga bermanfaat...
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA
UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)
DI PT.CPP BIRULAUT KHATULISTIWA
KALIANDA, LAMPUNG
Disusun Oleh :
Raka Ananggaresta Nugraha
26010214120020
Pembimbing
Dr.Ir. Suminto, M.Sc
NIP. 19570621 198602 1 001
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
2. Udang vaname merupakan spesies asli pantai lautan pasifik sebelah
barat Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, resmi
diperkenalkan dan dibudidayakan di Indonesia awal tahun 2000.
PENDAHULUAN
Mutu benur rendah
-> Pertumbuhan yang lambat
-> Ukuran yang tidak seragam
-> Rentan terhadap perubahan lingkungan
Pemeliharaan benur yang tidak tepat
-> Padat penebaran yang tidak sesuai
-> Pemberian pakan yang tidak tepat
-> Kualitas air yang tidak tepat
Rendahnya Produksi
Penyebab Kematian
3. 1. Mengetahui teknik pemeliharaan larva udang vaname
2. Mengetahui bagaimana pemberian pakan larva udang
vaname
3. Mengetahui pertumbuhan larva udang vaname
TUJUAN
WAKTU DAN TEMPAT
Tanggal 9 Januari - 2 Februari 2017,
di PT. CPP Birulaut Khatulistiwa, Kalianda, Lampung.
4. • Bak beton 6x7 m (Kedalaman 2,5m,
volume 60 ton)
• Termometer
• Aerasi blower
• Bak fiber
• Bak konikel
• Gayung
• Waring/Jaring/Net panen
• Ember
• Beaker glass
• Timbangan listrik
• Mikroskop
• etc
MATERI DAN METODE
MATERI
ALAT
BAHAN
• Larva udang vaname
• Air laut
• Air tawar
• Pakan alami dan Pakan buatan
5. METODE
DATA PRIMER DATA SEKUNDER
1. Observasi
2. Mengikuti secara
aktif kegiatan-
kegiatan yang
dilakukan di lokasi,
baik di lapangan
maupun laboratorium
3. Wawancara
1. Data yang diperoleh
dari PT.CPP Birulaut
Khatulistiwa
Kalianda, Lampung
2. Studi pustaka
6. Pencucian bak dan alat
Densifeksi bak
Pemasangan aerasi dan alat sirkulasi
Pengisian 40% air pemeliharaan dari total volume bak
METODE DATA PRIMER SEBAGAI BERIKUT
1
2
3
4
Persiapan kolam dan air
Persiapan kolam dan air
Suhu (30-33°C)
Salinitas (20-32 ppt)
pH (7,5-8,3)
DO (> 4,0 ppm)
7. Stadia nauplii
Bersihkan kantong
benih
Aklimatisasi
Penebaran benih di-
lakukan pada pagi hari
1
2
3
4
Penebaran Benih
Stadia Zoea: pakan buatan
diberikan 8x sehari, pakan alami
3x sehari
Stadia Mysis: pakan buatan
diberikan 8x sehari, pakan alami
3x sehari
Stadia Post Larva: pakan buatan
diberikan 6x sehari, pakan alami
3x sehari + Artemia 6x sehari
Pakan buatan berupa bubuk SP
(Spirulina)+RC dan pakan alami
berupa plankton
1
2
3
4
Pemberian Pakan
8. TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA
UDANG VANNAME (Litopenaeus vannamei)
Water Treatment
[Pengozonan]
Air dari tandon sand
filter dipompa
menggunakan pompa
injeksi 20Hp menuju
indoor reservoir
(menggunakan ozon tipe
2 tabung memakai step 8
4 kompatemen :
1. Intake
2. Pasir kasar (Mesh 5-
10) – batu split –
batu kali
3. Pasir halus (mesh 10-
20) – Arang batok
4. Tandon
9. Persiapan Bak Pemeliharaan
Wadah : Bak Beton
Ukuran : 7x6 m, Kedalaman 2,5 m, Volume 60 ton
Teknik Persiapan Bak Pemeliharaan
1
Lakukan pencucian bak dan alat, menggunakan detergen 100gr/10L air
tawar dan dibilas bersih
2
Desinfeksi bak, bak disiram/disemprot larutan povidon iodine 300 ppm
produk (BA 10%) --> larutan formula khusus* 20 ppm 2x dalam 48 jam
sebelum air masuk
3
Pemasangan alat aerasi, pasang selang aerasi pada kran aerasi sesuai
panjang pendeknya, jarak titik antar aerasi 40-50 cm , pasang timah
pemberat dan batu aerasi, jarak batu aerasi dengan lantai 5-10 cm
10. LanjutanTeknik Persiapan Bak Pemeliharaan
4
Pemasangan saringan sirkulasi (mesh 50/120), pasang alat sirkulasi pada
lubang pembuangan yang ada di dasar bak pemeliharaan
5
Uji aerasi, dengan melihat gelembung udara yang keluar, ganti batu aerasi
yang rusak (tersumbat, gelembung udara kecil/terlalu besar)
6
Sterilisasi ulang, isi air 20 cm (batu aerasi terendam) tambahkan formalin
300-500 ppm produk (BA 37%), rendam minimal 12 jam, bilas, keringkat
sekitar 1 jam
11. Persiapan Air Media
Air media dari indoor reservoir dipompa menuju bak pemeliharaan larva
Pengisian air pada bak (40% dari volume total)
Pengaturan aerasi, atur volume aerasi sesuai standar pemeliharaan
nauplii, pastikan gelembung aerasi/volume telah rata
Sterilisasi ulang air media (H-2 penebaran nauplii) dengan melakukan chlorinasi
menggunakan kaporit 5-10 ppm produk (BA 60%), sekitar 12 jam berikan Na-thiosulfat
3-5 ppm
Cek residual chlorine, jika residual chlorine > 0,03 ppm
Treatment air bak, tebar EDTA 10 ppm produk (BA 86%) minimal 6 jam
sebelum stocking dan fungicide 0,07-0,1 ppm sebelum stocking nauplii
1
2
3
4
Teknik persiapan air media
5
6
12. Penebaran Benih
Teknik penebaran benih
1 Penerimaan Nauplii dari CNPD
2
Cek dan pastikan kode hatchery pada kantong sesuai dengan unit dan
modul hatchery
3
Kantong nauplii dicuci dengan larutan yang menandung povidone iodin 300
ppm (10%)
4 Aklimatisasi
5
Buka dan tuangkan naupli secara perlahan sampai seluruhnya masuk ke
dalam bak pemeliharaan
6 Jumlah awal nauplii yang ditebar 5-6 juta/bak atau 100-150 ekor/liter
13. Pakan buatan yang diberikan adalah bubuk SP (Spirulina)+RC5-50/Skretting.
Pakan diberikan 8x sehari pada jam 07.00, 11.00, 13.00, 16.00, 19.00, 23.00,
01.00 dan 04.00, dengan takaran sebagai berikut :
Masukan pakan ke dalam saringan pakan (mesh size 250) larutkan dengan air 8
liter untuk bak pemeliharaan dengan volume 40-60 ton, kemudian kocok sampai
pakan larut, tebar pakan secara merata
Pemberian Pakan
Stadia Zoea
Stadia Jenis Pakan
RC5-50 (gr) SP (gr)
Zoea 1
Zoea 1.2
Zoea 2
Zoea 3
205
288
379
596
34
90
151
238
14. Pemberian pakan alami
Pakan alami diberikan 3x sehari, pada jam 09.00, 13.00 dan 16.00 pakan alami
yang diberikan adalah fitoplankton (Cyclotella sp., Tetraselmis sp. dan
Thallasiosira sp.) sebanyak 0,5-1 ton dengan kepadatan :
Stadia Kepadatan (sel/ml)
Zoea 1 30.000
Zoea 1.2 40.000
Zoea 2 60.000
Zoea 3 80.000
15. Pemberian Pakan
Stadia Mysis
Pakan buatan yang diberikan adalah bubuk SP (Spirulina)+RC50-100/Skretting.
Pakan diberikan 8x sehari pada jam 07.00, 11.00, 13.00, 16.00, 19.00, 23.00,
01.00 dan 04.00, dengan takaran sebagai berikut :
Masukan pakan ke dalam saringan pakan (mesh size 250) larutkan dengan air 12
liter untuk bak pemeliharaan dengan volume 40-60 ton, kemudian kocok sampai
pakan larut, tebar pakan secara merata
Stadia
Jenis Pakan
RC50-100 (gr) SP (gr)
Mysis 1
Mysis 2
Mysis 3
765
970
1154
170
185
92
16. Pemberian pakan alami
Pakan alami diberikan 3x sehari, pada jam 09.00, 13.00 dan 16.00 pakan alami
yang diberikan adalah fitoplankton (Cyclotella sp., Tetraselmis sp. dan
Thallasiosira sp.) sebanyak 1 - 2 ton dengan kepadatan :
Pemberian Artemia sp. diberikan 6x sehari, pada jam 09.00, 13.00, 16.00,
21.00, 01.00 dan 04.00. Dosis pemberian Artemia sp. :
Stadia Kepadatan (sel/ml)
Mysis 1 60.000
Mysis 2 30.000
Mysis 3 10.000
Stadia Artemia sp. (gr)
Mysis 3 497
17. Pemberian Pakan
Stadi Post Larva
Pakan buatan yang diberikan adalah RC100-200/Skretting. Pakan diberikan 6x
sehari pada jam 07.00, 13.00, 16.00, 19.00, 01.00 dan 04.00. Dosis pemberian
pakan buatan stadia post larva :
Masukan pakan ke dalam saringan pakan (mesh size 250) larutkan dengan air 12
liter untuk bak pemeliharaan dengan volume 40-60 ton, kemudian kocok sampai
pakan larut, tebar pakan secara merata
Stadia Jenis Pakan
RC100-200 (gr)
PL 1 1339
PL 2 1478
PL 3 1616
PL 4 1755
18. Pemberian pakan alami
Pakan alami diberikan 3x sehari, pada jam 09.00, 13.00 dan 16.00 pakan alami
yang diberikan adalah fitoplankton (Cyclotella sp., Tetraselmis sp. dan
Thallasiosira sp.) sebanyak 0,5-1 ton dengan kepadatan :
Pemberian Artemia sp. diberikan 6x sehari, pada jam 09.00, 13.00, 16.00,
21.00, 01.00 dan 04.00. Dosis pemberian Artemia sp. :
Stadia Kepadatan (sel/ml)
PL 1 10.000
Stadia Artemia sp. (gr)
PL 1 924
PL 2 995
PL 3 1066
PL 4 1089
21. Pemanenan
Penurunan air di bak larva
• Sisa volume air bak 20-30%
• Lama penurunan air volume bak 50-65 ton (1,5 jam)
Pengumpulan benur di net panen
• Kepadatan di net panen maksimal 150.000 ekor/net panen
• Setelah terkumpul di net panen segera diseser
Transfer benur
• Volume air maksimal 10L (ember besar) dan 8L (ember sedang)
• Kepadatan benur PL besar (max. 10.000 ekor/l) dan PL kecil (15.000 ekor/l)
• DO air transfer benur min 12 ppm
Penampungan
•Kepadatan PL kecil : maksimal 1.500 ekor/L dan PL besar : maksimal 1.000 ekor/L
•Lama Penampungan minimal 5 menit
Aklimatisasi
• Kepadatan PL kecil : maksimal 150 ribu ekor/L dan PL besar : maksimal 100 ribu ekor/L
• Lama aklimatisasi minimal 5 menit
• Pindahkan benur beserta netnya dari tank 1,2, dan 3.
22. TAHAPAN SUHU DO SALINITAS
AIR
PENAMPUNGAN
BENUR
28 – 29 °C 4 ppm
Maksimal 32
ppt
AIR
AKLIMATISASI
Penurunan suhu
tiap tank 2 °C
8 ppm
Maksimal 32
ppt
AIR PACKING 22 -25 °C 14 ppm
Maksimal 32
ppt
Lanjutan pemanenan
23. Scooping
• Kepadatan : PL Kecil
(max. 150 ribu
ekor/net) dan PL
besar (max. 100 ribu
ekor/net)
• Scooping minimal 2
kali celup
• Benur dimasukkan
setelah kantong
plastik terisi air
Packing
• Perbandingan air dan
oksigen minimal 1 : 1
• DO air kantong
minimal 14 ppm;
karbon aktif 0,5-3
gram/L (sesuai jarak)
• Ikat kantong plastik 5
ikatan 2 kuncian (vol.
3-6 L) atau 3 ikatan 2
kuncian (vol. 8-10 L)
Lanjutan pemanenan