Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah di olah. Keadaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan. Beberapa jenis kotoran ternak yang dapat di jadikan pupuk kandang antara lain kotoran sapi, kambing, kerbau, ayam dan lain-lain.
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Benur merupakan akronim dari bahasa jawa yaitu benih urang (bibit udang). Salah satu factor keberhasilan budidaya adalah pemilihan benur yang sehat dan kuat serta memiliki pertumbuhan yang cepat. Pemilihan benur terkait pada semua aspek termasuk pada proses pengangkutan. Kendaraan pengangkut benur tidak boleh digunakan untuk mengangkut bahan yang berbahaya, seperti bahan kimia dan pupuk, yang dapat mengkontaminasi benur. Benur yang dipilih merupakan benur yang bebas dari virus dan diperoleh dari pembenihan (hatchery) bersertifikat yang menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Benih yang dihasilkan telah memenuhi kriteria SPF (Specific Pathogen Free). Induk udang yang didatangkan dari luar negeri harus lulus uji Balai Karantina, min bebas dari WSSV, TSV, IMNV dan EMS.
pupuk organik yang terdapat di gua – gua kelalawar yang dihasilkan dari kotoran kelalawar dan sudah mengendap lama didalam gua dan telah bercampur dengan tanah dan bakteri pengurai
Mengelola air tambak dimulai dari air pertama kali masuk pada kolam budidaya, yaitu treatment pond (tandon), kanal sub inlet, kanal distribusi dan culture pond (tambak budidaya). Oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budidaya, baik secara fisik, kimia maupun microbiologi. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan karena akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu, namun sangat dinamis dimana selalu terjadi perubahan akibat perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis di dalamnya seperti proses fotosintesis, respirasi dan ekskresi hasil metabolism. Namun parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu berada pada kisaran yang bisa ditoleransi oleh udang dan memberikan pertumbuhan yang baik. Kondisi yang nyaman (baik) akan meminimalkan proses perubahan pakan menjadi energi, sehingga pakan yang dimakan akan lebih banyak dikonversi menjadi daging. Dalam pengelolaan air perlu dilakukan pengukuran kualitas air kolam dan sumber secara berkala dan rutin karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air agar tetap berada pada kondisi optimal.
Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur dan lebih mudah di olah. Keadaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan. Beberapa jenis kotoran ternak yang dapat di jadikan pupuk kandang antara lain kotoran sapi, kambing, kerbau, ayam dan lain-lain.
PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENUR - BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
Benur merupakan akronim dari bahasa jawa yaitu benih urang (bibit udang). Salah satu factor keberhasilan budidaya adalah pemilihan benur yang sehat dan kuat serta memiliki pertumbuhan yang cepat. Pemilihan benur terkait pada semua aspek termasuk pada proses pengangkutan. Kendaraan pengangkut benur tidak boleh digunakan untuk mengangkut bahan yang berbahaya, seperti bahan kimia dan pupuk, yang dapat mengkontaminasi benur. Benur yang dipilih merupakan benur yang bebas dari virus dan diperoleh dari pembenihan (hatchery) bersertifikat yang menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Benih yang dihasilkan telah memenuhi kriteria SPF (Specific Pathogen Free). Induk udang yang didatangkan dari luar negeri harus lulus uji Balai Karantina, min bebas dari WSSV, TSV, IMNV dan EMS.
pupuk organik yang terdapat di gua – gua kelalawar yang dihasilkan dari kotoran kelalawar dan sudah mengendap lama didalam gua dan telah bercampur dengan tanah dan bakteri pengurai
Mengelola air tambak dimulai dari air pertama kali masuk pada kolam budidaya, yaitu treatment pond (tandon), kanal sub inlet, kanal distribusi dan culture pond (tambak budidaya). Oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budidaya, baik secara fisik, kimia maupun microbiologi. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan karena akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu, namun sangat dinamis dimana selalu terjadi perubahan akibat perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis di dalamnya seperti proses fotosintesis, respirasi dan ekskresi hasil metabolism. Namun parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu berada pada kisaran yang bisa ditoleransi oleh udang dan memberikan pertumbuhan yang baik. Kondisi yang nyaman (baik) akan meminimalkan proses perubahan pakan menjadi energi, sehingga pakan yang dimakan akan lebih banyak dikonversi menjadi daging. Dalam pengelolaan air perlu dilakukan pengukuran kualitas air kolam dan sumber secara berkala dan rutin karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air agar tetap berada pada kondisi optimal.
Kerang abalon merupakan salah satu komoditas unggul yang memiliki nila jual yang tinggi. Permintaan yang terus meningkat akan kerang abalon membuat populasinya di alam kian berkurang. Sehingga, diperlukan suatu proses budidaya untuk mencukupi permintaan kerang abalon dan terlepas dari ketergantungan penangkapan di alam.
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
Produksi udang sayur ini dimaksudkan untuk memanfaatkan serta memberdayakan bak-bak backyard hatchery udang yang telah lama tidak beroperasi. Produksi udang sayur juga merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi serangan penyakit Myo pada udang vaname.
KAEDAH PERTANIAN SECARA 'NATURAL FARMING'Ayda.N Mazlan
Satu kaedah pertanian yang menggunakan sumber sedia ada dipersekitaran yang terdiri dari micro organisma tempatan (IMO), tumbuhan, haiwan dan faktor persekitaran.
Bahan-bahan input yang digunakan terdiri dari produk fermentasi dan ekstrak dari tumbuhan dan haiwan.
Tidak menggunakan input kimia sintetik (baja, racun perosak, hormon sintetik) .
Dipelopori oleh Mr Cho Han Kyu dari Korea
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
3. 1. Identifikasi dan pemilihan bahan baku
a. Karakteristik bahan baku meliputi :
Sifat fisik, kimia dan biologi
Fungsi bahan secara biologi dan social
Nilai ekonomi bahan (harga dan kompetisi)
Ketersediaan (produksi dan kelangkaan)
b. Seleksi bahan baku meliputi :
informasi yang di dapatkan dari karakterisasi
Tujuan pengolahan bahan pakan
Analisis bahan pakan dari segi positif dan negatif penggunaannya
Dihasilkan bahan pilihan yang digunakan dalam pembuatan pellet
Pengadaan bahan
Dilakukan material prossesing yang meliputi proses fisik, kimiawi
dan biologi.
4. 2. Penghalusan (Grinding)
• Tujuan utama : memperoleh ukuran yang relatif halus dan
seragam, Proses :
a. Pregrind : semua bahan baku kasar yang harus
dihaluskan akan menjalani proses grinding
untuk kemudian ke tahap mixing.
Kelemahan : kurangnya homogenitas bahan pakan yang
dicampur
b. Postgrind : hasil mixing akan disalurkan ke hammer
mill untuk proses grinding yang kedua
kalinya. diperoleh hasil pakan yang jauh
lebih baik. System postgrining cocok untuk feed
mill dimana persentase pakan butiran sangat
dominan.
5. 3. Penyusunan formulasi pakan
a. Sistem kuadrat /bujur sangkar (square method) :
o System pencampuran pakan dengan memakai
metode matematika sederhana.
o Sistem ini mencoba mengurangkan dan
menambahkan komposisi zat-zat pakan yang
dicampurkan.
o Didasarkan pada pembagian bahan-bahan pakan
ikan menurut kandungan proteinnya (Afrianto
dan Liviawaty, 2005).
6. 4. Pencampuran bahan baku (mixing)
• Tujuan : agar seluruh bagian pakan yang dihasilkan
memiliki komposisi yang sama seperti komposisi yang
telah direncanakan
a. pencampuran bahan-bahan yang berjumlah kecil (pre-
mixing)
b. pencampuran lain, (micro-ingredient) antara lain
vitamin dan mineral-mineral yang esensial Pada saat
pencampuran, jumlah bahan baku akan dikontrol
oleh komputer. Setelah bercampur, adonan akan
mengalir ke saringan dengan diameter tertentu. Pada
saat itu, uap air akan bercampur dengan adonan
sehingga memudahkan untuk dicetak.
7. 5. Pencetakan pakan (pelleting)
• Tujuan : untuk menghasilkan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan
kebutuhan ikan.
• Bentuk dan ukuran pakan buatan , diantaranya
emulsi atau suspensi,
pasta,
lempengan (flake),
remah (crumble) dan pellet (Sutikno, 2011).
• Mencetak pelet, flake (remahan), yaitu penambahan bahan perekat (binder)
agar teksturnya kompak dan memiliki ketahanan dalam air untuk beberapa
lama.
• Ketahanan dalam air
Pakan Ikan mas, nila dan ikan yang aktif saat diberi makan, ketahanannya
cukup 1 jam.
Pakan Udang, yaitu sekitar 2 – 3 jam sesuai dengan kebiasaan makannya.
8. 6. Pengeringan (Drying)
• pelet yang baru dicetak dapat dikeringkan
menggunakan mesin pengering khusus (dryer).
• Proses pengeringan dilkukan hingga kadar air
pada pakan tinggal 10-12%. Pada pengeringannya
dilakukan dengan tenaga surya, dengan cara :
Meletakkan pelet pada nyiru atau di lantai beralas
kayu
kemudian dibiarkan terjemur matahari selama 2 jam.
Pelet dapat dibalik, agar pengeringan merata.
Apabila kadar pelet tinggal 10% ditandai dengan
mudahnya pelet dipatahkan tapi tidak hancur, pelet
diangkat dan di kemas (Masyamsir, 2001).
9. 7. Pengemasan (bagging / packaging)
• Tujuan : melindungi pakan dari kerusakan, baik fisik,
kimia, klimatis serta serangan mikrobia dan serangga
selama proses pengangkutan atau penyimpanan.
• Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam
pengemasan adalah :
o Bahan pengemas harus memperhatikan sifat fisika, kimia
dan biologi bahan yang akan di kemas.
o Derivate polistiren dan polietilen lebih banyak digunakan
sebagai bahan pengemas karena tidak mudah di cerna
oleh mikroorganisme, kuat dan ringan.
o Daya tahan suhu pengemas
o Tidak mengandung logam beracun.
10. 8. Penyimpanan
• Hal terpenting pada penyimpanan bahan pakan
dan pakan adalah :
o Kebersihan umum ruangan, sebab ruangan yang
terpengaruh cuaca dan memungkinkan serangga
berkembang biak akan memudahkan terjadinya
kerusakan.
o Keseimbangan keluar-masuk barang. Barang yang
pertama masuk, barang itu yang pertama dikeluarkan
atau “first in first out”.
o Saluran buangan dan sampah harus tersendiri dan
berjalan dengan baik.
o Ukuran bantalan kayu dan posisi penumpukan barang.
12. murni phytoplankton
• dilakukan dalam laboratorium pakan alami
untuk menjaga kemurnian kultur beberapa
jenis phytoplankton yang sudah ada.
Kendalanya adalah sering terjadinya
kontaminasi dari jenis phytoplankton lain.
13. kultur murni Spirulina sp
dilakukan setiap hari, agar tersedia kultur tua
setiap harinya, kultur yang sudah melewati
masa populasi puncaknya dan tidak terpakai
dibuang agar tersedia tempat bagi kultur baru.
kultur yang terkontaminasi akan segera
dibuang agar tidak mengkontaminasi kultur
Spirulina sp yang lainnya. Kontaminasi yang
sering terjadi adalah kontaminasi D.salina
karena paling mudah hidup menyesuaikan
dalam media kultur Spirulina sp.
14. Kultur masal Chlorella sp
• Pada bak volume 8.000–10.00 liter diruangan terbuka. Bak dibersihkan dan
dikeringkan satu hari diisi air laut bersih sampai ketinggian 60-80 cm.
• Ditambah kaporit 10 ppm untuk menghilangkan organisme didalam air laut dan
ditambah Natrium thiosulfat 5 ppm untuk menghilangkan bau kaporit. Serta
diberikan aerasi yang kuat.
• Pemupukan :
o pupuk ZA 50 gr / 1000 liter air,
o TSP 30 gr / 1000 liter air,
o Ures 80 gr / 1000 liter air.
• Pupuk dimasukan ke ember dicampur dengan air dan diaduk hingga merata , lalu
dimasukan dalam bak dengan menggunakan saringan santan.
• Penebaran bibit kepadatan 1-2 juta/ml, sampai warna air bak kultur menjadi hijau.
• Bibit dari stok kultur yang dilakukan sebelumnya,yang sudah tua dijadikan bibit
pengalirannya menggunakan pompa.
• Puncak pertumbuhan Chlorella sp hari ke 3-4 dan hari ke 5-6 dapat dipanen.