“Keadaan perpolitikan makin bergejolak. Pada hari
Kamis yang lalu beberapa petinggi Polri berhasil diungkap
keterlibatannya dalam kasus mafia pajak. KPK yang
awalnya diragukan, perlahan mulai mengungkap kasus
ini...”
Televisi masih dipenuhi berita-berita perpolitikan
Indonesia. Berita tersebut sampai ke telinga masyarakat,
seakan menjadi ajang demokrasi, padahal racun yang
menyakitkan semua lini bangsa ini. Di tempat lain, di
bangsa ini, bencana terus-menerus datang. Mengakibatkan
harga pangan mulai naik karena banyak ladang pertanian
yang hancur.
“Kapan beresnya negara ini? Pemimpinnya tidak
bertanggung jawab.” Celoteh seorang lelaki tua yang
menonton berita itu di televisi. Dia duduk di ruang tengah
rumahnya, di sebuah sofa panjang berwarna abu-abu.
Kegelisahan menaungi banyak orang, termasuk
lelaki itu. Bangsa ini semakin hari semakin tak tentu arah.
Orang-orang yang baik semakin tertekan, yang jahat justru ........
karya : reza nufa
“Keadaan perpolitikan makin bergejolak. Pada hari
Kamis yang lalu beberapa petinggi Polri berhasil diungkap
keterlibatannya dalam kasus mafia pajak. KPK yang
awalnya diragukan, perlahan mulai mengungkap kasus
ini...”
Televisi masih dipenuhi berita-berita perpolitikan
Indonesia. Berita tersebut sampai ke telinga masyarakat,
seakan menjadi ajang demokrasi, padahal racun yang
menyakitkan semua lini bangsa ini. Di tempat lain, di
bangsa ini, bencana terus-menerus datang. Mengakibatkan
harga pangan mulai naik karena banyak ladang pertanian
yang hancur.
“Kapan beresnya negara ini? Pemimpinnya tidak
bertanggung jawab.” Celoteh seorang lelaki tua yang
menonton berita itu di televisi. Dia duduk di ruang tengah
rumahnya, di sebuah sofa panjang berwarna abu-abu.
Kegelisahan menaungi banyak orang, termasuk
lelaki itu. Bangsa ini semakin hari semakin tak tentu arah.
Orang-orang yang baik semakin tertekan, yang jahat justru ........
karya : reza nufa
Después de una larga experiencia en el sector, llena de dedicación y entusiasmo vectorstands fue mas allá creando una filosofía donde la calidad y el servicio no fueran meras palabras. Gracias al trabajo y dedicación de un gran equipo humano hemos centrado todos nuestros esfuerzos en el cliente y en su satisfacción total. Y es por eso, que hemos creado la gama mas completa y versátil en cuanto a sistemas de exposición. Una combinación de elementos y estructuras que permiten infinitas posibilidades en diseño y construcción dando respuesta creativa y eficaz al mundo de la comunicación visual.
How TransUnion Moved to a Risk-Based Approach for Vulnerability ManagementKenna
TransUnion CISO Jasper Ossentjuk believes that with the increased pace of automated and targeted attacks, InfoSec teams can only work smarter—not harder.
Find out how Jasper and his team leverage Kenna to automate key components of vulnerability management while they moved to a risk-based view that dramatically saved time, enhanced team efficacy, and equipped Jasper with high-level reporting that enabled him to share his team's results with his executive peers.
Cerita yang pertama kali saya tulis. . . berceritakan tentang kisah cinta antara Rey, Ifand dan Arvina . . tentu saja cerita ini mungkin bisa langsung ditebak oleh para pembaca mengenai cinta segitiga. tapi semuanya tentu saja tidak bisa kita terka begitu saja. konflik yang terjadi, emosi diri sangat bervariasi. untuk itu bacalah terlebih dahulu sebelum memberikan kesimpulan. selamat membaca
1. SCIENCE OF LOVE
By : AVL
Cuaca cukup cerah. Matahari tanpa malu-malu memancarkan sinarnya di bumi
pagi itu. Kamarku masih seperti biasa, berantakan. ‘kriiiing’ jam weker mulai
bernyanyi. Tanpa sadar tanganku mengambil jam weker itu lalu melemparnya. Pecah!
Dan saat itu pula diriku terbangun. Segera kuambil handuk lalu pergi ke kamar mandi.
Dua menit, tiga menit, lima menit dan akhirnya kulangkahkan kaki dari kamar mandi.
Menyiapkan buku pelajaran ala kadarnya selanjutnya berangkat sekolah. Tak lupa
memberi salam pamit pada kedua orang tua agar dianggap anak berbakti. Terlihat
sesosok lelaki tampan berseragam putih abu-abu menunggu di dalam mobil sembari
berteriak “Aldooooo!!! Al.....,” Aku berlari kecil menghampirinya. Aldo? Yeah its me!
Aku Renaldo Raya. Anak tunggal sekaligus keturunan ketiga dari keluarga besar
‘RAYA’. Suku blasteran, jawa tengah dan palembang. Nggak heran kalau mereka
bilang aku produk non gagal. Pasalnya selain wajahku yang tampan, senyumanku yang
tak kalah manis, pesonaku pun tak pernah lepas dari aura tubuhku. Sebagai kapten
basket dan ketua KIR, kepopuleran sudah tak diragukan. Setiap langkahku menuai
ribuan puja-puji. Satu hal yang wajib diingat dari seorang Aldo. Yaitu segala sesuatu
yang aku ingin pasti bakal aku dapatkan, termasuk urusan wanita. “Al...? hellooooo,”
Ibnu melambaikan tangannya di depan wajahku. “Eh, sorry sorry Nu! Yuk cabut.”
Hari ini terpaksa aku nebeng sama Ibnu karena motor lagi di bengkel. Ibnu
memasukkan cd-player lalu memutar musik pop lagu ADERA-lebih indah yang sangat
enak untuk dinikmati. “Al, gimana sama gebetan lu anak kelas sepuluh itu?” Ibnu
membuka pembicaraan. “Ya ini juga masih gue pikirin caranya buat pdkt sama dia,”.
Ibnu mengangguk-angguk menikmati musik. Mobil memasuki pelataran sekolah. Kami
turun lalu beranjak ke kelas XI IPS1. Saat melewati koridor, terlihat sesosok wanita
berkacamata full frame berjalan sembari menguncir rambutnya yang lurus panjang
tergerai indah. Adalah Rena, cewek kelas sepuluh yang membuat jantungku berdegup
kecang. Membuat fikiran dan hatiku tak menentu karenanya. Tingkahnya yang beda
2. dari cewek lain membuatku didera rasa penasaran. Perlahan Rena berjalan berpapasan
denganku juga Ibnu. Tepat saat Rena berada di hadapanku, tak ragu-ragu kukeluarkan
pesona yang luar biasa. “Renaaaa, mau kemana sih buru-buru amat?” Godaku. Rena
masih terus berjalan tanpa memperdulikanku. Aku hanya tersenyum geli. I believe that
Rena akan menoleh sebentar lagi. And that’s right! Rena balik badan but she said “Mau
tau aja sih lo! Dasar playboy cap kucing.”
*****
“Kak Aldo, acara pelantikan anggota KIR baru kapan ya?” Tanya Shelena adik
kelasku. “Aduh...masalah itu yaa? ehmm gue belum tau dek pastinya. Yang jelas
minggu depan. Tolong lo data siapa aja anak kelas sepuluh yang ikut KIR ya! Gue ada
rapat tim basket hari ini,” Aku mengelus kepalanya. Shelena tersenyum nggak jelas.
padahal aku melakukannya tanpa maksud apa pun. Shelena berlalu, aku berjalan keluar
kelas menuju ke lapangan basket. Ketika aku tepat berada di depan kelas, terlihat
shelena sedang bercerita tentang kejadian tadi kepada teman-temannya. Aku hanya
cengar-cengir. Selintas teringat perkataan Rena tentang aku yang dianggapnya sebagai
playboy cap kucing. Mungkin Rena beranggapan seperti itu karena ia sering melihatku
dekat dengan banyak wanita. Padahal sesungguhnya aku hanya berbuat baik pada semua
orang dengan memberikan perhatian tanpa maksud apa pun. Diantara mereka tak ada
satupun yang aku pacari selama ini termasuk Airin (teman dekat), kecuali Nesya. Nesya
adalah teman sekelasku waktu aku masih duduk di kelas sepuluh. Saat itu Nesya yang
menjabat sebagai ketua KIR berhasil memikat hatiku. Lalu aku menyatakan cinta
padanya dan kami pun jadian. Tiga bulan berjalan, Nesya mengalami kecelakaan
tunggal ketika mengemudi mobil. Aku begitu terpukul. Sampai-sampai nilai pelajaranku
menurun. Aku susah konsentrasi dan alhasil saat penjurusan aku masuk IPS karena nilai
matematikaku turun drastis. Namun sejak kedatangan Rena, aku punya semangat hidup
baru. Lalu aku menjabat sebagai ketua KIR menggantikan Nesya. Satu kejadian indah
dan berkesan saat aku menyatakan cinta padanya. Cara yang klasik, i just say ‘will you
be my girlfriend’. Saat itu Nesya membalas pengakuanku dengan tawa. Sedikit
tersinggung tapi tak lama Nesya menjelaskan semuanya. “Kalau mau nembak itu pakai
ilmu dong Al! Science of love. Kerenan dikit kenapa?” Nesya tersenyum kecil kala itu.
3. Lalu Nesya mengambil sebuah kertas putih bersih tanpa tulisan apapun. Nesya
menyuruhku menyemprotkan cairan yang ada dalam sebuah botol yang entah apa
namanya. Kuturuti perintahnya, kusemprotkan cairan itu. And surprise! Kertas putih itu
berubah menjadi kertas yang bertuliskan ‘yes i will’ berwarna merah jambu. Kata
Nesya, itu ilmu dari KIR. Dimana larutan PP di oleskan lalu disemprot dengan NaOH.
Brilliant! Nesya sungguh Brilliant. “Al, lomba basket diundur dua minggu lagi. So, lo
bisa santai ngurusin diklat KIR sob,” Arjun menepuk bahuku sekaligus menyadarkan
lamunanku tentang Nesya. “Oke, thanks ya sob! By the way playmate kita sama sma
tetangga besok sore jadi nggak?” Tanyaku. “Jadi kok. Eh, gue duluan yaa, biasa...ada
perlu,” Arjun berlalu. Besok sore ada playmate atau yang biasa disebut pertandigan
persahabatan melawan sma adiguna. Ini kali pertama aku mengikuti kompetisi tanpa
Nesya di sisiku. Aku berharap ada yang memberiku spirit esok sore.
Aku berjalan menyusuri koridor yang lumayan sepi. “Aldo!” Sapa Airin lalu
menghampiriku. “Kenapa Rin?” Balasku. “Besok setelah playmate ada acara nggak?”
Ucap Airin gugup. Aku menggeleng. Airin bernafas lega “Bagus deh. Anterin gue ke
toko buku bentar ya? Mau kan?”. Berfikir sejenak lalu aku mengangguk pasti.
Senyuman cerah tergores di bibir Airin. Dan perlu dipertegas sekali lagi, aku
menyetujui ajakkannya bukan karena aku suka dia melainkan tak ingin membuatnya
kecewa. Saat aku masih asik bercengkrama bersama Airin, suddenly Rena lewat di
hadapanku dengan manisnya. “Renaaa, sombong amat sih,” Godaku untuk kesekian
kali. “Emangnya kita pernah kenal?” Jawab Rena ketus. Rena berlalu dan kembali ke
Airin. Airin yang kebingungan dan tampak jealous memanyunkan bibirnya. “Lo kenapa
Rin?” Pancingku. “Oh nggak apa-apa. Rena itu siapa lo? Pacar?” Tanya Airin penuh
Telisik. “Rena? Pacar? Ya kalau pacar sih belum,” Jelasku apa adanya. “Jadi maksud lo
dia gebetan? Ah bertele-tele deh lo, basi!” Airin pergi. “Loh Airin, Rin!.”
*****
“Kak, ini daftar calon anggota KIR kelas sepuluh. Ini namanya dan ini asal
kelasnya. Kakak mau tanding ya? Good luck ya!” Shelena tersenyum. “Iya, do’ain ya.
Eh makasih juga loh udah dibantuin. Yaudah gue duluan yaa” Kutepuk bahu Shelena
4. dan berlalu. Sembari menuju ke lapangan kubaca daftar calon anggota KIR. Ternyata
peminatnya masih banyak. Nggak kalah banyak sama tahun sebelumnya. Tanpa sadar
kaki ini telah memasuki GOR yang sudah dipenuhi penonton. Sorak-sorai bergema
disana-sini. Permainan dimulai. Satu menit, lima menit sampai menit ke tujuh aku
mengalami cidera. “Lo nggak apa-apa Al?” Tanya Ibnu. Aku meringis kesakitan. Dasar
Ibnu bodoh! Bagaimana bisa cidera dibilang nggak apa-apa. “Woy PMR junior!” Arjun
memanggil anggota eskul PMR. Aku yang hampir pingsan karena kekurangan oksigen
diantara kerumunan para pemain basket, akhirnya dapat bernafas lega. Pandanganku
yang hampir menjadi hitam kelam, tiba-tiba terlihat sinar dan bayangan seorang cewek
yang menghampiriku lalu mengobatiku. “Ren, kenapa Aldo nggak dibawa ke UKS
aja?” Tanya Arjun. Dalam sayup-sayup aku mendengar kata ‘Ren’. Ren? Apa itu Rena?
Tapi mata ini masih tak mampu untuk melihat dengan jelas. ketika kerumunan bubar,
barulah aku dapat melihat wajah malaikat penolong itu. Amazing! Ternyata cewek itu
memang Rena. Rena menutup lukaku dengan perban. “Ren, makasih ya lo udah nolong
gue,” Ucapku. “Iya sama-sama. Sorry gue nggak mau bawa lo ke UKS sekarang,
soalnya nanti sekolah kita bakal kalah. Karena gue percaya tim basket kita ada di tangan
lo. Ini pertolongan pertama aja. Kalau lo menang, abis pertandingan kita ketemu di
UKS,” Rena kembali ke pinggir lapangan. Sumpah, kata-kata itu bener-bener buatku
termotivasi. Tanpa merasa terluka dan sugesti menang aku melanjutkan pertandingan.
Permainan berlangsung cukup baik. Kami berhasil mengejar score yang tertinggal. Dari
tempat penonton terdengar sorak-sorai “Aldo....Aldo...! go go go Aldo.”
Yuhuuu, kemenangan ada di team kami. Sesuai janji, jika aku menang maka aku
akan bertemu Rena di UKS. Aku berjalan menuju UKS. “Selamat ya kapten masbro!”
Ucap Ibnu sembari melempar botol yang berisi air mineral. Aku mengacungkan jempol.
Saat aku mau memasuki ruang UKS, seseorang menepuk bahuku “Al, selamat ya! Jadi
kan kita ke toko buku sekarang?” Airin meyakinkanku. “Ee...ee..iya, tapi........,” Jariku
menunjuk kemana-mana tak tentu arah saking bingungnya. “Aaahhh, lo mau batalin ya?
Kok gitu sih?” Airin menunduk sedih. Ekspresi kecewa tampak di wajahnya. “Eh jadi
kok! Siapa bilang nggak jadi? Yuk...,” Ajakku karena tak ingin membuatnya kecewa.
Tak apalah kubatalkan pertemuan pertamaku dengan Rena hari ini. Di toko buku, Airin
5. sibuk memilih buku sementara aku masih memikirkan Rena. Bagaimana jika Rena
masih menungguku disana? Bagaimana jika Rena kecewa dan marah padaku. “Al, lo
kenapa ngelamun aja? mikirin si Rena itu ya? Kenapa sih lo nggak mikirin orang yang
jelas udah suka sama lo,” Airin menatapku tajam. “Loh emangnya siapa?” Tanyaku
polos. Airin tercengang “Selama ini lo memang nggak pernah peka yaa” Ucap Airin lalu
pergi. “Tapi Rin...” Jelasku tapi terlambat. Selama ini tak pernah terbayang kalau Airin
punya rasa juga padaku. maafin aku Airin...
Setelah menenangkan diri , aku bersama motorku yang sudah kembali dari
bengkel berpacu bersama menyusuri jalanan ibu kota walau berpayung hujan. Ketika
melintasi halte dekat sekolah terlihat sosok Rena di sana. Segera kupinggirkan motorku
lalu turun. Rena yang sudah melihatku sontak berbalik arah tak menganggapku ada.
“Ren, gue anter pulang yuk!” Ajakku. “Nggak butuh. Paling juga Cuma omong
kosong,” Rena menjawab dengan ketus. “Lo masih marah ya sama gue masalah tadi?”
Tanyaku. “Yah, bodohnya gue udah mulai percaya sama lo tadinya. Tapi untungnya gue
udah menyadari kebodohan gue,” Rena tersenyum sinis. “Lo kalau ngambek tambah
cantik deh” Godaku. “Ih, ngerayu aja bisanya! Dasar playboy cap kucing. Hatsimmm,”
Rena bersin-bersin. Kulihat Rena begitu kedinginan. Segera kubuka jaketku lalu
kutelungkupkan di tubuhnya. Rena terlihat shock tapi untungnya ia menerima jaketku.
“Kata anak ipa sih, kalau kita kedinginan dan ingin menghangatkan tubuh itu ada
caranya. Coba lo gosok-gosok kedua telapak tangan lo terus lo tempelin deh di pipi lo
atau lompat-lompat. Katanya dengan pergerakan itu akan timbul kalor atau panas . Coba
dong!”. “Masa sih? Terus gue harus percaya sama teori science lo itu? Lo kan anak ips,”
Rena terus bersikap sinis. Hujan mulai reda. “Eitss jangan salah! Gini-gini gue paling
hobi loh sama science. Because science is my life! Wah udah reda, gue duluan yaa,”
Aku pergi meninggalkan jaket itu dengan sengaja agar aku punya kesempatan untuk
bertemu Rena lagi. “Aldo......! Aldo gila, ini jaket lo.”
*****
Dua minggu kemudian...
6. “Pak, ini surat dispensasi untuk calon anggota KIR selama dua hari satu malam
karena kami ingin mengadakan pelantikan,” Jelasku. “Oh iya, saya percayakan semua
sama kamu dan alumni ya, Al!” Balas Pak Abdi. Setelah mendapat izin aku keluar
ruangan kepsek dan langsung memberi instruksi pada siswa-siswi yang mengikuti
pelantikan. Semua sudah siap, kami pun berangkat ke lokasi. Tak jauh dari sekolah.
Sesampainya di lokasi, semua calon anggota mendirikan tenda, beres-beres, pengenalan
senior, materi dan sampai pada acara api unggun. Disini panitia membuat acara seruseruan. Game pertama, senior nembak junior. Apesnya aku mendapat giliran terakhir.
Kuambil undian kertas dan saat dibuka keluarlah nama ‘Sharena Putri’. “Oke, kepada
Sharena silakan maju,” MC memberi instruksi. Jantungku berdegup kencang tak seperti
biasanya. Harap-harap cemas menunggu cewek yang bernama sharena itu. “Rena?,”
Ucapku spontan. Seperti biasa, Rena melemparkan senyuman sinisnya. “Ayo dong
kakak Aldo, mana tembakan mautnyaa?” Teriak MC. “Ehm..ehm..oke, dengerin
semuanya! Rena, gue suka sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?” Tanyaku. Semua
anggota bereteriak histeris. Tapi Rena justru berkata “Gue nggak mau, gue nggak suka
sama lo.”
Apa? Dia nolak? Apa nggak salah denger nih kuping? Ah entahlah. Harusnya
telah kusadari sebelum aku menembaknya di muka umum. Rena kan berbeda dari
cewek-cewek lainnya. Pesonaku dan ketenaranku tak berarti apa-apa di matanya. Pelik!
Walaupun hanya permainan, tapi aku mengungkapkannya dengan sungguh-sungguh.
Ya, tapi semuanya sudah terjadi. Terima tak terima Rena sudah menolakku mentahmentah. Aku kembali ke tenda dengan muka tertekuk. Seseorang duduk di sampingku
lalu tersenyum “Konyol banget sih acara tadi,” Ucapnya. “Menurut gue itu sama sekali
nggak konyol. Justru gue berterima kasih karena melalui game tadi gue bisa
mengungkapkan apa yang ingin gue ungkapin dan juga gue bisa tau apa yang lo rasa ke
gue selama ini,” Jelasku pada Rena. Ya, seseorang yang sedang duduk di sampingku
saat ini adalah Rena, wanita yang baru saja menolakku. “Hah! Pasti ini salah satu taktik
lo kan? Biar lo bisa meluluhkan hati gue and setelah gue luluh, lo bebas nyakitin hati
gue semau lo deh,” Rena tertawa. “Lo kenapa sih? Lo ada dendam sama gue?” Tanyaku
penasaran. Rena tersenyum lalu merebahkan kepalanya di bahuku. Entah ada angin dari
mana Rena bersikap seperti ini padaku. Suasana hening sejenak. Hembusan angin yang
7. sejuk menyelimuti kami. “Gue rasa gue nggak punya kewajiban untuk cerita masalah
pribadi gue ke elo,” Ucapnya. ‘Bummmmm!!!!’ tiba-tiba terdengar suara ledakan.
Ternyata ada pertunjukkan bom rakitan dan kembang api. Rena mengangkat kepalanya
dari bahuku lalu berdiri tersenyum cerah “Waww! Bagus banget ya kombinasi bom
rakitan dan kembang apinya. Teknologi ilmiah bener-bener ajaib!”. “Baru tau lo kalau
science is amazing? Bahkan Gue bisa buat yang lebih dari itu,”. Rena mengangguk
sembari terus memperhatikan pertunjukan malam itu.
*****
“Al, surat rahasia ini kayak mana ya maksudnya?” Tanya Rena sembari melihat
buku KIR. Sejak malam itu, hubunganku dan Rena makin membaik. Rena sudah tak
menunjukkan sikap juteknya padaku. Kami sering menghabiskan waktu bersama.
Hampir seminggu tiga kali kami pergi traveling mencari bahan untuk percobaan KIR.
Terkadang aku menunggunya saat kumpul eskul PMR. Chemistry yang terjalin antara
kami sudah cukup dalam. Aku berniat besok akan menyatakan perasaanku pada Rena
untuk yang kedua kalinya. “Woy, Kak Aldo....?” Rena menyadarkan lamunanku. “Eh
iya, sorry. Kenapa dengan surat rahasia? Lo penasaran? Entar gue tunjukkin. Tunggu
aja yaaa,” Alisku naik turun dengan refleksnya. Rena memegang lehernya menandakan
kalau ia salting berat. Aku hanya cengar-cengir.
Hari sudah sore. Aku berjalan menuju ke lapangan basket dengan gagahnya. Seluruh
pemain sudah berkumpul di lapangan. Setelah toss dengan team, kulirik pojokkan
tempat Rena biasa duduk. Rena mengangkat jempolnya seraya berkata “Pray to God!
Kamu pasti bisa.”
Permainan dimulai. Semuanya berjalan lancar sesuai rencana. Lagi-lagi
kemenangan ada di team kami. Setelah permainan usai, aku menuju ke tempat Rena.
Rena tersenyum padaku. Saat aku berjalan ke tampat Rena berada, di luar kendali,
seseorang berlari ke arahku lalu mencium pipiku. Sontak aku menoleh dan wanita itu
memelukku. Kulihat Rena tertunduk lalu pergi meninggalkan GOR. Tak ada yang dapat
kuperbuat. Yang bisa kulakukan hanya menenangkan hati wanita yang sedang
memelukku. Airin, dialah wanita itu. “Selamat ya Al! lo hebat. Nggak salah kalau gue
bisa suka sama lo dan nggak salah kalau lo ingin yang lebih baik dari gue,” Airin
8. menangis. “Ini nggak ada hubungannya sama yang lebih baik atau buruk. Semua ini
masalah hati. Sayangnya aja hati gue udah terlanjur termiliki. Maafin gue Airin! Jangan
nangis lagi yaa” Kuhapus air mata Airin lalu pergi. Aku berlari mengejar Rena.
Unlucky, Rena sudah tak terlihat. Saat menuju parkiran, terlihat Rena berjalan menuju
halte. Segera aku mengubah rencana penembakan yang seharusnya dilaksanakan esok
hari. Ibnu yang sedang makan siomay kupanggil untuk melaksanakan rencana itu.
sementara Ibnu sibuk membujuk Rena agar mau pergi ke ruang ava (audio visual), aku
menyiapkan bahan. Sesuai saran Nesya, nembak pakai ilmu atau say love with science.
Karton putih kutulis menggunakan pp lalu kusiapkan larutan NaOH juga korek api.
Setelah semua siap, aku menunggu di dalam ruang ava. Semua lampu on.
‘ckrikkk, kreeeekkkk’ suara pintu terbuka mulai terdengar. Melalui cctv yang
ada, aku mengamati gerak-gerik Rena. Dengan benang yang kukaitkan di pintu,
perlahan kutarik dan pintu tertutup. Tampak raut panik di wajah Rena. Aku memasuki
ruang ava dari pintu belakang. Ibnu mematikan semua lampu. Rena berteriak histeris.
Its show time...
‘(Chisss)’ kuhidupkan korek api. Dengan cahaya ala kadarnya kuungkapkan
semuanya. “Lo jangan takut, ada gue disini yang selalu jagain lo" Ucapku. Rena tampak
bingung. Kuraih tangan Rena lalu kuletakkan botol yang berisi cairan NaOH dan dua
buah kertas berisi jawaban yang nantinya akan dipilih oleh Rena. “Maksudnya apa
nih?!” Tanya Rena sinis. “Sekarang coba lo semprot cairan itu ke karton ini dan lo akan
tau apa yang dimaksud pesan rahasia itu,”. Perlahan Rena menyemprotkan NaOH ke
karton putih yang telah kulumasi PP. Tulisan ‘Will you be my girlfriend’ terasa kian
sempurna terlihat. Suddenly Rena melempar botol NaOH itu seraya berkata “Percuma
lo lakukan semua ini. Gue udah terlanjur kecewa sama lo” Rena pergi. Segera
kuluncurkan rencana B. Roket air yang sudah kupersiapkan dengan berbalut kertas yang
bertuliskan ‘please dont go’ meluncur ke arah Rena. Rena mengambil lalu
membacanya. Rena berbalik, menatapku. Aku mengangguk menandakan kalau aku
berharap Rena tidak pergi. Setelah Rena masuk, rencana C dimulai. Setengah lampu
yang ada di ava menyala. LCD proyektor menyala menampilkan video aku dan Rena
dan apa yang terjadi diantara kami selama ini. Dimulai saat Rena masih jutek-juteknya
9. sampai sedekat ini. Juga dalam video itu menjelaskan kehidupanku yang sebenarnya.
Tentang perhatianku terhadap banyak wanita, tentang Airin juga Nesya. Sesekali Rena
mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Film berakhir. Rena menatapku sebentar
lalu beranjak pergi lagi. Segera kutahan lengannya lalu kutarik sehingga kami
berhadapan. Jari-jari tangan Rena kubentuk menjadi sebentuk huruf ‘C’ tapi sedikit
runcing. Rena melihatku heran “Ini apa artinya?” Tanya Rena. “Ini memang nggak ada
artinya kalau nggak gue lengkapi sama sebelahnya” Kusatukan sebentuk huruf ‘C’
punyaku ke tangan Rena. Terbentuklah sebuah hati, cinta or love. Sepertinya kali ini
Rena benar-benar terkesima.
“Masih butuh jawaban nggak?” Tanya Rena memberi harapan. Aku tersenyum
lebar seraya mengangguk yakin. “Oh ya, ini kan kertasnya? Gue pilih yang ini” Rena
menunjukkan salah satu kertas yang kuberikan tadi. Kuambil botol NaOH yang Rena
buang. Saat ingin kusemprotkan, Rena mencegahnya “Eittsss, siapa yang nyuruh
disemprot?”. “Terus gimana dong?”. “Bakar! Ambil korek, bakar sekarang,” Rena
menyalakan korek apinya. Aku melongo nggak jelas. sebenarnya apa sih maunya Rena?
Mengapa ia selalu membuatku bingung. “Ayo bakar!” Gretak Rena. Perlahan kubolakbalikkan kertas itu di atas api. And wow! Lama-lama di atas kertas itu terbentuk sebuah
tulisan berwarna hitam. ‘Yes I will’ itulah tulisannya. Ternyata Rena membuat surat
rahasia juga tapi dengan bahan yang berbeda yaitu jeruk nipis. Dimana Air jeruk nipis
mengandung senyawa hidrokarbon yang mempunyai sifat khas yaitu akan berubah
warna menjadi hitam apabila dipanaskan. Aku geleng-geleng tak percaya. Rena tertawa
geli. Ternyata ada rahasia di balik rahasia. Ibnu yang seharusnya jadi pihakku berubah
menjadi pihak Rena. Ide jahilnya diberikan pada Rena saat Rena dibujuk untuk ke ruang
ava. “Jadi kalian bersekongkol untuk menghancurkan rencana gue?” Tanyaku. Rena dan
Ibnu lirik-lirikan.. Kali ini aku yang dibuat surprise oleh Rena dan Ibnu. Hari ini akan
menjadi lembaran baru yang akan kujalani bersama Rena. Nes, kamu tetap punya
tempat tersendiri di hati ini. Ada satu kesimpulan yang dapat kupetik dari kejadiankejadian yang kualami. Yaitu science is our life, science is very important dan with
science we can get amazing love. Dan cinta mengagumkan itu adalah kamu, Rena!.