Tiga kalimat:
Suci khawatir dengan Ella yang absen tanpa keterangan. Dia menemui Ella dan mengetahui bahwa orang tua Ella akan bercerai, membuat Ella depresi dan ingin bunuh diri. Suci membujuk Ella untuk tetap hidup dan berdoa agar orang tuanya rujuk, yang akhirnya terjadi.
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
Analisis drama berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsikttanitaaprilia
Analisis
• Tema : Kasih sayang seorang ibu
Dapat dibuktikan dari :
o Ibunya berniat mengantarkan kotak bekal ke sekolah Nila
o Dialog dokter dengan Maul,” Walaupun keadaannya begitu, ia sangat menyayangi anaknya itu dan rela melakukan apapun hanya untuk anaknya.”
o Dialog ibu dengan dokter,”tolong gunakan ginjal saya, dokter. Saya tidak peduli asalkan anak saya selamat.”
• Judul : Kasih sayang seorang Ibu
Bukti : dapat ditemukan di atas dari bagian drama tersebut.
• Alur : Maju,Alur yang ditampilkan dalam drama berjalan terus dan tidak ada kaitannya dengan hal-hal di masa lampau.
Bukti :dari adegan satu sampai terakhir.
• Latar (Setting )
o Tempat :
a. di suatu pinggiran kota
dibuktikan dari narasi : Di suatu pinggiran kota hiduplah seorang ibu yang memiliki kekurangan dan ditemani oleh anak semata wayangnya.
b. di lapangan
Dibuktikan dari narasi : Nila memulai pelajaran olahraga di lapangan.
c. di taman sekolah
dibuktikan dari narasi : Ia pergi ke taman sekolah untuk menyantap bekal yang diantarkan oleh ibunya.
d. di kelas
dibuktikan dari narasi : Nila masuk kelas dengan mata sembab.
e. Di rumah
Nila telah tiba di rumah.
f. di rumah sakit
dibuktikan dari narasi : Karena batuk Mama Nila semakin parah , akhirnya ia pergi ke rumah sakit dengan menggunakan BPJS .
g. ruang BK
dibuktikan dari narasi : Ibu guru membawa mereka bertiga ke ruang BK dan menasehatinya
h. dari trotoar hinga terdorong di jalan raya.
dibuktikan dari narasi : Aifah mendorong Nila dari trotoar hingga terdorong di jalan raya dan tanpa diduga.
i. di UGD
dibuktikan dari narasi : Dokter memeriksa keadaan Nila di UGD.
o Waktu :
a. Di suatu pagi yang cerah
dibuktikan dari narasi : Di suatu pagi yang cerah, Nila bergegas pergi kesekolah.
b. Bel telah berbunyi dan di tengah pelajaran olahraga ,
Dibuktikan dari narasi : “Bel telah berbunyi Nila memulai pelajaran olahraga di lapangan . Di tengah pelajaran olahraga , terdengar ada yang memanggilnya.”
c. Pelajaran olahraga telah usai dan Waktunya istirahat
Dibuktikan dari narasi : Pelajaran olahraga telah usai .Waktunya istirahat. Semua murid menuju kantin namun tidak dengan Nila.
d. Bel masuk berbunyi , pelajaran Bahasa Indonesia segera dimulai
Dibuktikan dari narasi : Bel masuk berbunyi , pelajaran Bahasa Indonesia segera dimulai . Nila masuk kelas dengan mata sembab.
e. Jam pulang berbunyi dan semua murid bergegas untuk pulang.
Dibuktikan dari narasi : Jam pulang telah berbunyi . Semua murid bergegas untuk pulang. Nila telah tiba di rumah.
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
Analisis drama berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsikttanitaaprilia
Analisis
• Tema : Kasih sayang seorang ibu
Dapat dibuktikan dari :
o Ibunya berniat mengantarkan kotak bekal ke sekolah Nila
o Dialog dokter dengan Maul,” Walaupun keadaannya begitu, ia sangat menyayangi anaknya itu dan rela melakukan apapun hanya untuk anaknya.”
o Dialog ibu dengan dokter,”tolong gunakan ginjal saya, dokter. Saya tidak peduli asalkan anak saya selamat.”
• Judul : Kasih sayang seorang Ibu
Bukti : dapat ditemukan di atas dari bagian drama tersebut.
• Alur : Maju,Alur yang ditampilkan dalam drama berjalan terus dan tidak ada kaitannya dengan hal-hal di masa lampau.
Bukti :dari adegan satu sampai terakhir.
• Latar (Setting )
o Tempat :
a. di suatu pinggiran kota
dibuktikan dari narasi : Di suatu pinggiran kota hiduplah seorang ibu yang memiliki kekurangan dan ditemani oleh anak semata wayangnya.
b. di lapangan
Dibuktikan dari narasi : Nila memulai pelajaran olahraga di lapangan.
c. di taman sekolah
dibuktikan dari narasi : Ia pergi ke taman sekolah untuk menyantap bekal yang diantarkan oleh ibunya.
d. di kelas
dibuktikan dari narasi : Nila masuk kelas dengan mata sembab.
e. Di rumah
Nila telah tiba di rumah.
f. di rumah sakit
dibuktikan dari narasi : Karena batuk Mama Nila semakin parah , akhirnya ia pergi ke rumah sakit dengan menggunakan BPJS .
g. ruang BK
dibuktikan dari narasi : Ibu guru membawa mereka bertiga ke ruang BK dan menasehatinya
h. dari trotoar hinga terdorong di jalan raya.
dibuktikan dari narasi : Aifah mendorong Nila dari trotoar hingga terdorong di jalan raya dan tanpa diduga.
i. di UGD
dibuktikan dari narasi : Dokter memeriksa keadaan Nila di UGD.
o Waktu :
a. Di suatu pagi yang cerah
dibuktikan dari narasi : Di suatu pagi yang cerah, Nila bergegas pergi kesekolah.
b. Bel telah berbunyi dan di tengah pelajaran olahraga ,
Dibuktikan dari narasi : “Bel telah berbunyi Nila memulai pelajaran olahraga di lapangan . Di tengah pelajaran olahraga , terdengar ada yang memanggilnya.”
c. Pelajaran olahraga telah usai dan Waktunya istirahat
Dibuktikan dari narasi : Pelajaran olahraga telah usai .Waktunya istirahat. Semua murid menuju kantin namun tidak dengan Nila.
d. Bel masuk berbunyi , pelajaran Bahasa Indonesia segera dimulai
Dibuktikan dari narasi : Bel masuk berbunyi , pelajaran Bahasa Indonesia segera dimulai . Nila masuk kelas dengan mata sembab.
e. Jam pulang berbunyi dan semua murid bergegas untuk pulang.
Dibuktikan dari narasi : Jam pulang telah berbunyi . Semua murid bergegas untuk pulang. Nila telah tiba di rumah.
Di sekolah aku terkenal dengan siswi yang dingin, penyendiri dan susah bergaul. Aku sebenarnya biasa aja dengan itu, karena aku lebih suka.... Sepulang sekolah Gray nunggu aku pulang ngerjain tugas aku di perpustakaan...
arvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh mharvinoor, arvinoor siregar, arvinoor siregar sh, arvinoor siregar sh mh, kasus arvinoor siregar, kasus arvinoor siregar sh, kasus arvinoor siregar sh
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. Sahabat Terbaikku
Sinar matahari pagi menelusup celah tirai kamarku, hembusan angin yang sejuk
menambah keenggananku untuk beranjak dari tempat tidur. Namun, aku teringat
pada satu kewajibanku yaitu pergi ke sekolah karena libur semester satu telah
usai. Yang artinya aku akan bertemu teman-teman, dengan segera aku merapikan
tempat tidurku, dan pergi ke kamar mandi penuh semangat.
“Kalau mandi cepat ya nak, ayahmu berangkat lebih awal hari ini” kata ibu yang
sedang sibuk dengan masakannya.
Aku menganggukkan kepala “Oke, Bu”
Sekolah masih cukup sepi. Hanya ada beberapa siswa kelas lain, dan yang pasti
tukang kebun sekolahku. Tidak ada seorang siswa pun yang tampak di kelas 7e.
Artinya, aku adalah orang pertama yang datang. Hal ini membuatku terasa jenuh
karena seorang diri di dalam kelas. Sambil menunggu teman-temanku datang, aku
menyelesaikan membaca novel yang ayah beli kemarin. Ceritanya menarik dan
alur maju yang digunakannya membuat pembaca tidak bingung.
Satu persatu siswa dan siswi mulai berdatangan. Suasana kelasku yang tadinya
sepi berubah menjadi sangat ramai. Suara canda-tawa, sapa kangen begitu jelas.
Mereka saling melepas rindu karena dua pekan tidak bertemu.
Seusai apel pagi siswa-siswi memasuki ruang kelas masing-masing untuk
mendapat pelajaran awal semester dua. Karena guru pengajar belum masuk,
teman-temanku kembali ramai dengan perbincangan yang begitu excited!!
“Anak-anak saya minta perhatiannya sebentar.” bu Aini tiba-tiba datang dengan
anak perempuan bermata coklat bulat, rambutnya terurai lurus sebahu. Dan yang
pasti aku belum pernah melihat dia di sekolah ini.
“Kalian kedatangan teman baru, dia pindahan dari SMP Surabaya. Silahkan
perkenalkan namamu mbak!” perintah bu Aini.
“Iya bu, terimakasih. Perkenalkan nama saya Salsa Ayu Bella. Atau Ella. Saya
pindahan dari SMP Surabaya.” begitu Ella memperkenalkan dirinya dengan penuh
semangat.
“Kamu duduk di sebelah Suci, nanti saya tambah satu bangku lagi.” kata bu Aini.
Ella berjalan mendekatiku.
“Hai…” sapaku ramah.
“Hai juga.” jawabnya begitu lembut.
Aku mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan. “Namaku Suci.”
Ella membalas jabatan tanganku. “Aku Ella. Aku duduk disebelahmu boleh?”
2. “Silahkan!”
Awalnya kami begitu canggung. Namun, dengan obrolan yang begitu
menyenangkan dan sifatnya yang ramah membuat kami lebih cepat akrab.
Bel sekolah telah berbunyi menandakan pelajaran telah usai. Semua murid
berhamburan keluar kelas. Ella menarik lenganku dengan berlari-lari kecil
tergopoh-gopoh.
“Ayo Suci, cepat!”
Aku tak menjawab karena sangat panik. Kami menerobos ratusan murid-murid di
sini.
Sesampainya di gerbang sekolah, Ella mulai mencari mobil yang menjemput
kami. Dia menyipitkan mata, mencari sedan civicnya dari ujung ke ujung dan
akhirnya…
“Nah… itu dia mobil ayahku.” seru Ella.
Aku duduk di sebelah Ella. Sepertinya dia sudah banyak cerita tentang aku ke
orang tuanya. Hal ini terbukti ketika ayah Ella menyapaku dengan begitu akrab,
padahal kami belum pernah bertemu. Ia begitu ramah dan supel, membuat aku
merasa nyaman untuk berbincang-bincang tanpa rasa canggung.
Ternyata ibu sudah menyambut kedatangan kami. Banyak makanan ringan di
ruang tamu. Ibu mempersilahkan masuk, dan mengajak Ella untuk berbincang-
bincang.
“La, ayo ke kamarku.”
Tanpa berkata apa-apa Ella bangkit dari sofa, dan berjalan mengikutiku. Dia
kegirangan saat melihat beberapa koleksi komikku. Dengan cekatan dia memilih
komik. Dia mulai membaca komik yang dipilhnya.
Tidak terasa 5 bulan kami selalu bersama. Banyak kejadian yang kami lalui. Suka
maupun duka. Kami selalu menuangkan apa yang telah terjadi, dari masalah
pelajaran, hobby baru, tentang indahnya jatuh cinta dan sakitnya dihianati
walaupun hanya sekedar cinta monyet.
“La…” Panggilku lirih.Tapi Ella tidak menjawabnya
“La…” Panggilku sekali lagi dan dia masih tetap terdiam
Dengan setengah berteriak. “Ellaaaaa!”
Dia terkejut. “I…iya?”
“Akhir-akhir ini kamu terlihat murung dan sering melamun. Ada apa La?”
Tanyaku dengan nada penuh kecurigaan.
3. “Siapa bilang? I’m okay!” Jawabnya enteng.
“Kamu yakin, La?”
Ella hanya menganggukkan kepala cuek. Akhir-akhir ini sifatnya berubah, dia
terlihat selalu murung, cuek, cepat marah, dan sering melamun. Tidak seperti
biasanya yang selalu ceria, dan selalu terbuka. Mungkin ini hanya perasaanku
saja.
Sudah tiga hari ini dia absen dari sekolah tanpa keterangan. Ella selalu mengirim
surat keterangan jika dia tidak masuk. Dia juga selalu mengabariku tentang
keadaannya. Namun, kali ini tidak ada kabar sedikitpun darinya. Aku mulai
khawatir dengan keadaannya, aku memutuskan untuk pergi ke rumahnya sepulang
sekolah.
Dering bel sekolah mulai terdengar dan semua murid bersorak gembira. Aku
segera membereskan buku pelajaranku dan pergi meninggalkan sekolah. Orang
yang menjemputku atau ojekku telah menunggu di depan gerbang sekolah. Aku
meminta padanya untuk mengantarakanku ke rumah Ella. Dalam sepanjang
perjalanan aku mencoba untuk menghubungi Ella. Namun tak ada jawaban.
“Ellaaaa…” panggilku setengah berteriak. Aku mencoba memanggilnya beberapa
kali namun, masih sama seperti yang tadi tidak ada jawaban. Ketika aku mulai
putus asa, tiba-tiba terdengar seseorang sedang membuka pintu rumah. Dan aku
segera menoleh.
“Bi, Ellanya ada?” tanyaku sopan.
“Mbak Suci ya? Mbak Ella ada kok.” jawab pembantu Ella.
“Boleh saya bertemu dengannya?”
“Maaf, mbak Ellanya lagi sakit dan katanya gak mau di ganggu.”
“Sakit? Sakit apa Bi?” tanyaku khawatir.
“Bibi kurang tau, karena dua hari ini mbak Ella gak keluar dari kamarnya.”
“Maksudnya mengurung diri bi? Lalu bagaimana keadaannya sekarang bi?”
tanyaku mulai panik.
“Terakhir bibi ngantar makanannya, mbak Ella keadaannya mulai membaik.”
Sebenarnya aku ingin melihat keadaan Ella namun bibi selalu menghalanginya.
“Lalu tante sama om ke mana bi? Kok gak kirim surat ke sekolah atau kasih kabar
ke aku?”
“Mamanya mbak Ella sedang di Surabaya katanya ada urusan penting, seminggu
ini papa mbak Ella ditugaskan sementara di luar kota.”
Aku memutuskan untuk pulang. Namun ada sesuatu yang masih mengganjal. Ada
4. apa dengan dia sebenarnya? Apa dia sedang mendapat masalah besar? Mengapa
dia tidak bercerita kepadaku, sahabat yang selalu dia percaya sebagai tempat
curhat dan membagi rasa suka duka? Banyak pertanyaan yang menghantuiku.
Ini adalah hari keenam Ella tidak masuk tanpa keterangan. Kemarin lusa aku
mendatangi rumah Ella namun rumah itu terlihat sepi. Sepertinya sedang tidak ada
orang di rumah. Untuk kesekian kalinya, aku akan menemuinya esok.
Karena hari ini libur aku akan pergi ke rumah Ella di antar pak Mat tukang
ojekku. Aku membawa sesuatu untuk Ella. Semoga dia senang dengan apa yang
aku bawa.
Suasana rumah Ella sangat sepi. Mobil civicnya tidak terparkir di halaman
rumahnya. Mungkin mama Ella sedang keluar rumah atau belum pulang dari
Surabaya. Ketika akan memencet bel, pintu rumah Ella terbuka dan ternyata si
bibi yang membukanya.
Setelah berbasa-basi aku segera meminta ijin untuk bertemu dengan Ella. Namun
masih saja bibi tidak mengijinkanku. Aku mencoba untuk merayunya berkali-kali.
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara gelas terjatuh, sumber suaranya
berasal dari kamar Ella. Segera aku berlari ke kamar Ella tanpa memperdulikan
larangan bibi.
Saat aku membuka pintu kamarnya. “Ellaaaaaaa…!!!”
Aku melihat dia akan memakan beberapa obat-obatan berdosis tinggi setelah gelas
yang akan diraihnya terjatuh. “Apa yang sedang kamu lakukan?”
“Ada apa kamu kemari? Siapa yang menyuruhmu kemari? Aku tidak
membutuhkanmu!” kata Ella dengan nada meninggi.
Ada apa aku kemari? Siapa yang menyuruku? Dia tidak membutuhkanku? Apa
maksudnya? Aku ini sahabatnya. Orang kedua yang selalu berada disampingnya,
saat suka maupun duka.
“Tidak ada yang menyuruhku kemari, aku kemari karena khawatir akan
keadaanmu Ella!” seruku menahan isak tangis.
Benar dugaanku Ella sedang mempunyai masalah yang sangat besar hingga
membuat dirinya seperti ini. Lihatlah, matanya amat sembab dan berkantung
besar, rambutnya berantakan tidak terawat, wajahnya pucat seperti orang yang
tidak mempunyai harapan hidup.
“Ada apa denganmu Ella? Apa yang sedang terjadi?” tanyaku lembut agar emosi
kami tidak pecah.
“I… Ibu” dengan terpenggal Ella mencoba untuk mengatakan sesuatu.
“Dan Ayahku akan bercerai!”
5. Aku tersentak dan sangat terkejut. Isak tangis yang kami tahan tak terbendungkan
lagi. Aku memeluk erat Ella agar dia merasa tenang dan nyaman. Aku melepaskan
pelukan untuk Ella setelah ku rasa Ella sudah mulai tenang. Dia duduk di atas
tempat tidurnya lemas.
“Ella…” aku mencoba membuka pembicaraan dengan nada lembut agar tangisnya
tidak terpecah lagi.
“Iya?” jawabnya lirih
“Aku ingin kamu jujur dan bercerita tentang semua ini apa yang sebenarnya
terjadi?”
Ella tidak menjawab, dia mencoba mengingat semua apa yang sebenarnya telah
terjadi. Beberapa detik kemudian. “Akhir-akhir ini orang tuaku sering
bertengkar.”
“Memang dulu saat di Surabaya orang tuaku pernah bertengkar kecil namun tidak
seperti malam minggu kemarin. Mungkin malam itu adalah puncak dari segalanya
hingga berujung dengan kata perceraian” lanjut Ella yang hampir menitihkan air
mata.
Aku segera menyeka air mataku yang mulai jatuh. “Lalu, orang tuamu sekarang
dim ana La?”
“Ibu lagi ke Surabaya ambil berkas-berkas untuk perceraian. Ayah keluar kota
selama seminggu katanya ada tugas kerja. Aku sudah lelah dengan semua ini. Aku
harus selalu mendengar pertengkaran mereka. Dan akhirnya aku memutuskan
untuk mengakhiri hidupku saja.”
“La, maaf aku tidak selalu berada disampingmu selama 24 jam. Mungkin aku
adalah sahabat yang paling jahat di dunia ini sampai aku tidak tau dengan masalah
yang kamu hadapi saat ini. Dan bukan dengan cara bunuh diri kamu
menyelesaikan masalah itu. Malah kamu akan menambah masalah, La. Sekarang
kamu berusaha agar orang tuamu rujuk kembali dan setelah kamu melakukan
usaha itu segera serahkan masalah ini kepada Tuhan. Yakinlah Dia akan
menunjukkan jalan keluar yang terbaik.” kataku mencoba menenangkannya.
“Bukan kamu yang salah, Ci. Ini salahku. Kamu sudah berusaha menjadi sahabat
yang terbaik. Aku sadar apa yang tadi aku lakukan memang salah besar. Tuhan
sangat membenci hal itu. Aku akan melakukan semua nasihat dan saran darimu
Suci.” kata Ella dengan senyum yang mulai kembali mengembang.
Aku sangat senang mendapat kabar dari Ella, karena orang tuanya tidak jadi
bercerai. Mereka kembali rukun. Dan malam ini Ella mengundangku untuk makan
6. malam bersama di rumahnya.
Kami semua sangat menikmati candle light dinner ini. Tante Anis, Ibu Ella yang
memasak semuanya, masakannya sangat enak suasana ruang makan Ella di sulap
menjadi lebih romantic dan harmonis. Mereka tampak bahagia dengan
keadaannya sekarang.
“Suci, terimakasih kamu sudah menjadi sahabat terbaikku, tempat keluh kesahku,
tempat aku berbagi rasa suka dan duka. Maaf aku banyak merepotkanmu. Dan aku
akan selalu berusaha menjadi sahabat terbaikmu” kata Ella dengan senyum
bahagia menghias wajahnya dan kami saling berpelukan.