Instalasi sistem pompa air tenaga surya di Desa Palanggai, Sumba Timur telah memberikan manfaat besar bagi warga desa. Mereka tidak perlu lagi berjalan jauh atau membayar mahal untuk mendapatkan air bersih, dan dapat menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi, dan mencuci dengan biaya Rp. 10.000 per bulan.
Cubeacon: iBeacon Bluetooth Low Energy (BLE) Technology
SansPower Portofolio
1.
2. Instalasi sistem pompa air tenaga surya telah
memberikan perbedaan yang signifikan pada kehidupan
warga Desa Palanggai. Ibu-ibu tidak lagi harus berjalan
jauh untuk mengambil air, mereka tidak perlu
membayar Rp. 5.000 untuk satu jerigen air yang akan
habis dalam satu hari, bahkan kurang. Mereka hanya
perlu membayar Rp. 10.000 per bulan yang akan
digunakan untuk pemeliharaan sumur. Warga bisa
mencuci setiap hari, padahal sebelumnya hanya bisa
dilakukan satu minggu sekali karena kekurangan akses
air bersih. Anak-anak bisa bersekolah lebih tenang
karena tidak perlu menyisihkan waktu untuk
mengambil air.
Pompa Air Tenaga
Surya yang
Merubah Kehidupan
Warga Palanggai,
SUMBA
3. Palanggai adalah desa kecil di Sumba Timur dengan tanah gersang, berbukit,
menghadap ke arah laut, dan tidak ada akses air bersih maupun listrik yang baik. Daerah
ini merupakan satu dari beberapa daerah termiskin di Indonesia selain Papua dan Papua
Barat dengan presentase kemiskinan hingga 26%, lebih dari dua kali standar nasional.
Kemiskinan tersebut ditambah dengan fakta bahwa 80% masyarakat daerah tersebut
mengandalkan mata pencahariannya dari pertanian lahan tadah hujan sedangkan
kondisi lahan didaerah ini selalu mengalami kekeringan. Kondisi lahan didaerah ini
semakin memburuk akibat adanya perubahan iklim, terlihat dari adanya kekeringan
yang berkepanjangan yang diperkirakan akan semakin memburuk dalam 10 tahun
mendatang.
4. Warga Desa Palanggai tidak memiliki akses air bersih yang
cukup untuk kebutuhan sehari-harinya, seperti untuk
memasak, mandi, dan mencuci. Untuk memenuhi kebutuhan
air, warga desa harus berjalan hingga 12 km menjauh dari bibir
pantai menuju sebuah mata air di padang sabana tandus
Sumba dan membayar Rp 5.000,- untuk membeli 5 liter air.
Kegiatan ini tidak berlangsung pada pagi hari saja, pada sore
hari mereka harus kembali lagi ke mata air dan mengambil
cadangan air untuk malam dan esok hari. Total jarak yang
harus mereka tempuh adalah sekitar 48 km setiap harinya,
hanya untuk mengambil air dari mata air yang tidak terlalu
jernih.
Sebagai organinasi dunia yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pembangunan di negara-negara
berkembang, UNDP (United Nation of Development Program) bersama dengan Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan yang dibantu oleh BAPPEDA NTT, dan GEF (Global Environmental Fund), membentuk Strategic Planning
and Action Strengthen Climate Resilience of Rural Communities (SPARC) atau Perencanaan Strategis dan Tindakan
untuk Memperkuat Iklim Komunitas Pedesaan. Salah satu daerah yang menjadi sasaran program ini adalah daerah
Palanggai, Sumba dengan permasalahan utama akses air bersih, sehingga dibangun Sistem Pompa Air Tenaga Surya
(PATS). Bekerjasama dengan Sans Power sebagai perusahaan penyedia PATS Lorentz, program ini adalah Program
Crowdfunding pertama yang berhasil dijalankan oleh UNDP di Asia Pasifik.
5. Setelah ada Sistem Pompa Air Tenaga Surya
(PATS) mereka tidak perlu berjalan jauh lagi
untuk memenuhi kebutuhan airnya. Mereka
hanya perlu membayar Rp. 10.000,- setiap
bulannya yang akan digunakan sebagai
perawatan dan perbaikan Sistem PATS tersebut.
Sehingga mereka dapat mandi dengan bersih
setiap hari, memasak, menanam sayuran untuk
dikonsumsi sehari-hari dan tidak perlu berjalan
jauh untuk mengambil air.
Selain pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
ketersediaan air yang cukup juga memberikan
peluang untuk mengembangkan mata
pencaharian seperti pengolahan ikan,
peternakan, dan pertanian. Sehingga
memberikan berbagai manfaat bagi warga Desa
Palanggai, termasuk keamanan pangan dan
kesehatan yang lebih baik.
6. Sistem Drip-Irigasi
bertenaga Sinar
Matahari pertama
di Indonesia oleh
SurfAid
Di desa Kanca, kecamatan Parado,
Sumbawa, 51% populasi hidup dalam
kemiskinan (dibandingkan dengan 11%
secara nasional), dengan 40% lainnya berada
di margin kemiskinan. Kebanyakan orang
adalah petani subsisten, dan mengandalkan
hujan musiman. Tetapi karena curah hujan
semakin tidak teratur, kerawanan pangan
dan kemiskinan semakin memburuk. Surfaid
dengan programnya Sistem Drip-Irigasi
Tenaga Surya mencoba untuk
memaksimalkan produktivitas warga dengan
memberikan alternatif pengairan yang selalu
tersedia sepanjang tahun. Hal ini secara
langsung maupun tidak langsung akan
mampu meningkatkan kualitas hidup dan
kesehatan masyarakat khususnya ibu dan
anak.
7. g
Pertanian sebagai mata pencaharian utama warga Desa Kanca bergantung
sepenuhnya pada lahan tadah hujan. Sulitnya akses daerah serta rendahnya
kondisi ekonomi warga, membuat warga Desa Kanca tidak bisa
mengalokasikan dana untuk memperbaiki sistem pertaniannya. Mereka hanya
bisa menanam sedikit jenis tanaman karena rendahnya curah hujan didaerah
tersebut. Apabila kondisi curah hujan semakin rendah, maka mereka akan
mengalami kegagalan panen. Gagal panen menyebabkan kelangkaan pangan
dan semakin menurunnya kualitas kesehatan warga.
Sebagai organisasi amal Internasional yang mendedikasikan program-programnya
untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat khususnya ibu dan
anak, SurfAid tergerak untuk membantu memperbaiki kualitas kesehatan warga
Desa Kanca dengan meningkatkan taraf hidup warga tanpa merubah mata
pencaharian utamanya. Sehingga dibangun Sistem Drip-Irigasi Tenaga Surya.
Bekerjasama dengan Sans Power sebagai sebagai penyedia teknologi Pompa Air
Tenaga Surya (PATS) Lorentz di Indonesia, program ini dibangun dengan tujuan
untuk menyediakan air irigasi sepanjang waktu. Sehingga warga Desa Kanca bisa
menanam berbagai jenis tanaman dan tidak khawatir akan mengalami gagal
panen akibat rendahnya curah hujan didaerah tersebut.
8. w
Berangkat dari latar belakang potensi warga
sekitar dan potensi alam yang ada, perlu dibuat
sistem drip – irigasi yang sesuai. Surfaid bekerja
sama dengan Sans Power mendesain sistem dari
awal hingga operasional pompa di lapangan. Sans
Power mencoba ikut berkontribusi dalam
program ini dengan memberikan dukungan
penyediaan pompa air tenaga surya, dukungan
personil teknis, dukungan edukasi pada warga
lokal, dan tentunya dukungan after sales untuk
menjaga kelanjutan sistem pompa tersebut. Sans
Power mencoba pula mengedukasi warga bahwa
energi surya sangat memungkinkan, aman,
bersih, dan mudah digunakan salah satunya
untuk aplikasi pompa air. Diharapkan dengan
edukasi tersebut sistem dapat terus bertahan
memberikan manfaat berkelanjutan.
9. Sistem Drip-Irigasi Tenaga Surya yang dibangun di Desa Kanca ini adalah
yang pertama di Indonesia. Berjalannya sistem ini telah membuat perubahan
besar
pada warga Desa Kanca. Mereka
tidak perlu lagi mengalami gagal
panen akibat tidak adanya air untuk
irigasi. Selain itu, taraf hidup warga
meningkat karena mereka bisa
menanam berbagai jenis tanaman
konsumsi dan tanaman yang bisa
diperjual belikan sepanjang tahun,
tanpa bergantung dengan curah
hujan. Sistem ini juga memberikan
kontribusi penyelamatan lingkungan
karena akan mengurangi
ketergantungan pada sumber energi
fosil dan meningkatkan penggunaan energi bersih yang berkelanjutan.
Selanjutnya dengan menanamkan prinsip dari warga, oleh warga, untuk
dan memastikan kepemilikan lokal, diharapkan perubahan-perubahan
positif tersebut dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang lebih
lama.
Berjalannya sistem drip – irigasi
tenaga surya ini membantu program
Surfaid membuat kemajuan besar
dalam memberikan dukungan
produksi pangan di Desa Kanca.
Produksi pangan yang mencukupi
dan berkelanjutan diharapkan
mampu meningkatkan tingkat
kesehatan warga. Didukung dengan
sistem kesehatan masyarakat yang
lebih baik, baik dari fasilitas
sanitasi, pola hidup, dan utamanya
kesadaran warga kepada
pentingnya hidup
sehat, akan mampu meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat
10. Pengadaan Air Bersih
dengan Sistem Pompa Air
Tenaga Surya di Padukuhan
Banyumeneng,Gunung Kidul
Warga desa banyumeneng harus berjuang untuk
mengambil air dengan berjalan sekitar 4 km/hari. Lebih dari
itu, disamping cukup besar tenaga yang harus terkuras,
kegiatan tersebut membutuhkan biaya yang sangat ekstra.
Masyarakat disana menghabiskan setidaknya Rp 150.000,00
dari total pendapatan rata-rata mereka Rp 400.000,00 per
bulan untuk membeli air. Tidak hanya dampak ekonomi yang
harus ditanggung oleh masyarakat akibat kekeringan yang
melanda daerah Gunung Kidul ini, tetapi juga dampak sosial
berupa konflik horizontal akibat memperebutkan air untuk
pertanian yang merupakan mata pencaharian utama warga
Dusun Banyumeneng.
11. Banyumeneng, nama dusun ini dalam bahasa Jawa berarti air yang diam. Dusun itu memang
memilki mata air, namun selama berpuluh tahun tak semua warga bisa menikmati alirannya karena
letaknya yang jauh dan berada di bawah tanah. Banyumeneng adalah salah satu daerah di
kabupaten Gunung Kidul yang memiliki permasalahan pemenuhan kebutuhan air sehari-hari. Letak
Geografis Pedukuhan banyumeneng termasuk desa terpencil daerah perbatasan dengan Kabupaten
Bantul. Batuan dasar pembentuk tanah Banyumeneng adalah batu kapur yang membentuk kawasan
karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah, sehingga tidak memungkinkan untuk
pembuatan sumber air pribadi atau sumur. Saat musim hujan tiba, air hujan dapat ditampung dalam
Penampungan Air Hujan (PAH) yang sangat sederhana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap air.
Ketika air dalam PAH mengering akibat musim kemarau, masyarakat setempat harus berjuang
untuk mengambil air ke sumber sungai bawah tanah dengan berjalan sekitar 4 km/hari. Bukan
hanya tenaga yang harus terkuras, tetapi juga kegiatan tersebut membutuhkan biaya yang sangat
ekstra. Masyarakat disana menghabiskan setidaknya Rp 150.000,00 per bulan untuk membeli air.
Sedangkan pendapatan mereka rata-rata hanya sekitar Rp 400.000,00 per bulan. Kekeringan yang
melanda Gunung Kidul ini banyak membawa kerugian bagi masyarakat. Tidak hanya dampak
ekonomi yang harus ditanggung oleh masyarakat, tetapi juga dampak sosial berupa konflik
horizontal akibat memperebutkan air. Hampir seluruh warga Dusun Banyumeneng menggantungkan
hidupnya dari hasil pertanian, walaupun kebanyakan dari mereka memiliki mata pencaharian lebih
dari satu, seperti buruh bangunan, pedagang, karyawan, dan lain-lain. Pada musim hujan, panen
terbesar didominasi padi, sedangkan pada musim kemarau seperti itu, mereka menanam tanaman
yang tidak membutuhkan banyak air, seperti tembakau. Padi yang mereka panen di musim hujan
harus mau bertahan hingga panen berikutnya, atau jika tidak, mereka harus membeli dari orang
lain.
12. Pihak desa pernah memasang pompa air diesel di mata
air itu untuk dialirkan ke tiga dusun di sekitar mata air
tersebut. Ketiga dusun itu adalah Dusun Banyumeneng I,
Dusun Banyumeneng II, dan Dusun Banyumeneng III. Air dari
bawah tanah dipompa ke atas untuk dialirkan ke tampungan
air milik kelompok warga yang ada di dusun-dusun tersebut.
Namun, air bersih kerap tidak berhasil dialirkan di Dusun
Banyumeneng I dan Dusun Banyumeneng II.
Hal itu disebabkan jarak kedua dusun yang cukup jauh
dan letaknya yang berada di dataran lebih tinggi. Selain itu,
mesin diesel yang digunakan memompa air juga kerap
bermasalah sehingga tidak menghasilkan cukup daya untuk
mengangkut air. Jika itu terjadi, warga terpaksa mengambil
air menggunakan jerigen langsung ke mata air tersebut. Kala
itu, tidak mudah untuk mengambil air di tempat itu. Jalan
yang dilalui cukup terjal, berupa pecahan-pecahan batu
kapur yang tak rata. Jalanan menurunnya juga curam
sehingga cukup membahayakan, apalagi jika mengendarai
sepeda motor untuk mengambil air. Adapun lebar jalan
hanya sekitar 2 meter.
Pada tahun 2000, dibangun sebuah sistem pompa air
bertenaga diesel milik PDAM. Pada dasarnya, penggunaan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi pompa menjadi
tantangan tersendiri dalam segi jarak pembelian bahan bakar
yang jauh dan distribusi dengan medan yang sulit. Kemudian,
muncul gagasan untuk menggunakan sistem pompa air
tenaga surya sebagai solusi dari permasalahan kebutuhan air
tersebut oleh salah satu organisasi, yaitu ENERBI (Energi
Bersih Indonesia).
13. Pemilihan sumber energi matahari untuk pompa air merupakan pilihan paling rasional. Pembangunan sistem
pengangkatan air tenaga surya diawali dengan pembuatan sistem pengangkatan air dengan panel surya bertenaga
1200 Wp. Daya tersebut kemudian mampu mengaliri 30 KK di Dusun Banyumeneng I dengan debit rataan 5 m3/hari.
Dengan kesuksesan program tahap I, dilakukan pengembangan tahap lanjutan dengan kapasitas Panel Surya 4000
Wp untuk dimanfaatkan 40 Kepala Keluarga. Hingga saat ini total terdapat 120 KK yang telah mendapatkan manfaat
dari program ini.
Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang energi terbarukan, Sans Power telah dipercaya untuk bekerjasama
dengan ENERBI dengan melakukan pemasangan Sistem Pompa Air Tenaga Surya (PATS) di Padukuhan
Banyumeneng. Sistem Pompa Air Tenaga Surya (PATS) memiliki prinsip kerja merubah sinar matahari menjadi
sumber energi untuk penggerak pompa. Air dipompa dari sumber mata air menuju ke reservoir atau langsung ke
tujuan. Sistem PATS dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan air tanpa menggunakan bahan bakar atau
listrik PLN. Selain itu, penggunaan energi matahari yang termasuk energi baru terbarukan dapat mengurangi dampak
kerusakan lingkungan.
14. Sans Power pertama kali berdiri pada tahun 2011 dengan nama awal CV. Java Surya Teknik. Sebagai perusahaan asli Indonesia yang bergerak dibidang energi terbarukan, CV. Java
Surya Teknik menjadi Premier Sales & Service Partner dari LORENTZ Solar Water Pump Gmbh Germany di Indonesia. Hal tersebut memberikan hak kepada CV. Java Surya Teknik
untuk menjual, memasang dan mendukung jaminan purna jual untuk produk LORENTZ secara ekslusif. 3 tahun beroperasi, CV. Java Surya Teknik berkembang menjadi PT. Java Surya
Teknik dan menjadi Distributor Partner LORENTZ untuk Regional Indonesia di tahun 2014. Pada tahun 2015, kantor pusat PT. Java Surya Teknik secara resmi didirikan di Gedung Graha
Bumiputera, Surabaya. Sebagai upaya pengembangan perusahaan, pada tahun 2015 Tim Java Surya Teknik juga mengikuti Training Advance LORENTZ di LORENTZ Workshop China.
Sans Power sebagai brand resmi dari PT. Java Surya Teknik pertama kali dikenalkan ke publik pada tahun 2016. Pada tahun yang sama, Sans Power menyelenggarakan Pelatihan
untuk Sistem Pompa Air Tenaga Surya LORENTZ yang pertama di Indonesia. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan Dealer Partner LORENTZ seluruh Indonesia. Kemudian, perwakilan
Tim Sans Power juga mengikuti Forum General Diskusi Pompa Air Tenaga Surya bersama dengan perwakilan dari berbagai negara lain di Kantor Pusat LORENTZ di Jerman. Selain
sebagai sebagai Premier Distributor untuk semua partner LORENTZ di Indonesia, Sans Power telah dipercaya untuk melakukan banyak pemasangan Sistem Pompa Air Tenaga Surya
(PATS) di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Pada tahun 2016, Sans Power telah melakukan pemasangan pada lebih dari 30 titik dan telah berhasil mendistribusikan air lebih dari
1000 m3/hari. Pada tahun 2017, lebih dari 40 perusahaan/peseorangan telah terdaftar sebagai dealer/partner dari Sans Power. Selain itu, 3 NGO juga telah bekerja sama dengan Sans
Power untuk memberikan solusi dari berbagai permasalahan kebutuhan air bersih diberbagai daerah sulit air dengan membangun Sistem Pompa Air Tenaga Surya. Pada tahun 2017,
Sans Power juga secara resmi mendirikan LORENTZ Workshop & Service Center di Surabaya. Pada tahun 2018, Sans Power telah berhasil meningkatkan pemasangan Sistem PATS
menjadi lebih dari 150 titik, dengan lebih dari 400.000 Wp panel tenaga surya terpasang, dan lebih dari 6000 m3 air dialirkan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan air bersih
dan atau irigasi untuk berbagai lahan pertanian di seluruh Indonesia.
CV. Java Surya Teknik berdiri,
sebagai Lorentz Premies Sales &
Service Partner.
2011
CV. Java Surya Teknik menjadi
PT. Java Surya Teknik, dan
menjadi Lorentz Distribution
Partner di Regional Indonesia.
2014
Kantor Pusat Java Surya Teknik
berdiri di Surabaya.
Team JST mengikuti training
advance di Lorentz workshop China.
2015
2016
Sans Power sebagai brand baru
PT. Java Surya Teknik dirilis.
Mengadakan workshop Lorentz
Pompa Tenaga Surya Resmi
Pertama di Indonesia.
Menghadiri FGD Pompa Tenaga
Surya dengan berbagai negara
di Kantor Pusat Lorentz Jerman.
Lebih dari 30 titik Sistem
Pompa Tenaga Surya telah
terpasang.
Lebih dari 1000 m3 air dialirkan
setiap harinya.
2017
2018
Lebih dari 6000 m3 air dialirkan
setiap harinya.
Lebih dari 400.000 WP Panel Tenaga
Surya terpasang.
Lebih dari 150 titik Sistem Pompa
Tenaga Surya terpasang.
Lebih dari 100 pelanggan (perumahan,
pemerintahan, swasta, lembaga sosial)
telah mendapatkan manfaat dari
Pompa Tenaga Surya
Lebih dari 40 perusahaan/
perorangan terdaftar sebagai
dealer/partner dari JST.
3 NGO telah bekerjasama
memberikan solusi yang berkaitan
dengan Sistem Pompa Tenaga
Surya.
Lorentz Workshop dan Service
Center berdiri di Surabaya.
Our Story