SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
SAMPAH SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Setiap aktivitas
manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah sampah sebanding dengan
tingkat konsumsi manusia terhadap barang/material yang digunakan sehari-hari.
Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa sumber di internet, sehari setiap warga kota
menghasilkan rata-rata 900 gram sampah, dengan komposisi, 70% sampah organik dan 30%
sampah anorganik. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada
volume sampah. Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia
merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Di beberapa
daerah, produksi sampah juga sangat dipengaruhi oleh adat-istiadat. Sebagai contoh adalah
di Bali. Produksi sampah di pulau Bali sangat tinggi karena adanya pengaruh adat-istiadat
seperti kegiatan upacara keagamaan (pancayadnya) yang mengharuskan masyarakat Bali
menggunakan material-material yang menimbulkan sampah basah. Informasi terkini
berdasarkan survei dari sebuah lembaga swadaya masyarakat Sanur, sampah di Bali setiap
hari diperkirakan 5000 ton dan di dalamnya hanya terdapat 750 ton sampah plastik.
Untuk pengelolaan sampah, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan efisien dan efektif
karena pengelolaan sampah bersifat terpusat, dibuang ke sistem pembuangan akhir (TPA)
yang tercampur. Selain itu, mobil pengangkut sampah yang disediakan oleh pemerintah
sifatnya kurang efektif karena mobil pengangkut sampah tersebut hanya dapat menjangkau
kawasan tertentu yang ada di pinggir jalan besar, sementara yang berada di jalan buntu,
jalan sempit, dan di gang-gang mereka harus menggunakan jasa swasta, sehingga tidak
semua tumpukan sampah di perkotaan dapat teratasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengelolaan sampah di perkotaan yang efektif dan menguntungkan bagi kehidupan
masyarakat kota. Di atas kertas, sampah padat perkotaan mengandung sepertiga hingga
setengah energi batubara per tonnya dan mampu untuk memasok energi dalam skala
nasional. Namun kenyataannya realisasi menjadikan sampah sebagai energi belum
dilaksanakan secara optimal. Sampah memang memiliki potensi yang sangat besar untuk
dijadikan energi listrik, karena produksi sampah setiap tahunnya selalu mengalami
peningkatan.
Sampah di perkotaan memang sebuah permasalahan yang sulit ditanggulangi,
karena jumlah sampah di perkotaan setiap waktunya selalu bertambah dan menyebabkan
berbagai masalah, salah satunya polusi udara. Sedangkan di sisi lain, energi listrik di
perkotaan kini menjadi masalah besar karena kebutuhan listrik perkotaan selalu meningkat
setiap tahun sedangkan produksi listrik yang dilakukan Perusahaan Listrik Negara (PLN)
mengalami kekurangan pasokan. Dan batubara merupakan sumber utama energi listrik
yang diproduksi PLN semakin menipis. Oleh sebab itu penulis bermaksud untuk
mengeluarkan ide yang dapat mengatasi permasalah tersebut.
Ide penulis adalah, mengolah sampah perkotaan menjadi sumber energi listrik yang
dilakukan lewat sekolah-sekolah. Alasan penulis memilih tempat pengolahan berupa
sekolah, karena sekolah merupakan salah satu tempat umum di perkotaan yang
menghasilkan sampah dan memerlukan listrik yang cukup besar. Selain itu, sekolah
merupakan tempat generasi muda menuntut ilmu, sehingga ilmu yang diterima oleh siswa
di sekolah dapat langsung diaplikasikasi. Dalam hal ini adalah memanfaatkan sampah yang
diolah dengan pengetahuan yang diperolehnya. Proses pengolahannya dapat dilakukan
dengan cara menampung sampah dalam sebuah lubang besar yang tertutup (bergantung
dari kemampuan sekolah masing-masing) lalu dibuat lubang yang disalurkan dengan pipa
penyalur panas menuju alat boiler sederhana (alat pengubah panas menjadi uap). Kemudian
sampah dibakar di dalam lubang. Sampah-sampah yang dibakar akan menghasilkan panas
yang akan diserap oleh pipa penyalur panas. Setelah sampai di boiler, menghasilkann panas
yang kemudian diubah menjadi uap sehingga dapat digunakan untuk menggerakkan
generator penghasil energi listrik. Kemudian, energi listrik yang dihasilkan tersebut dapat
digunakan sebagai sumber listrik bagi penerangan, alat-alat sekolah seperti komputer,
lampu taman, penerangan di kantin, dll. Dengan demikian, permasalahan listrik khusunya di
sekolah dapat sedikit teratasi. Jika energi listrik yang dihasilkan berlebihan, maka energi
listrik tersebut dapat dikompensasikan keluar sekolah atau dimanfaatkan secara maksimal
di dalam sekolah. Misalnya sebagai penerangan di jalan sekitar sekolah, penerangan lampu
kelas, kipas angin, dll. Dan jika siswa ingin menambah daya energi listrik yang dihasilkan dari
proses pengolahan sampah tersebut, maka siswa dapat memanfaatkan sampah-sampah
yang ada di daerah-daerah yang menggunakan jasa swasta dalam pengangkutan sampahnya
untuk tidak dibawa ke depo penampungan sementara atau langsung ke TPA tetapi dibawa
ke sekolah-sekolah terdekat yang sudah siap mengelola sampah menjadi energi listrik.
Mereka (para jasa angkutan sampah swasta) lebih diringankan dalam proses pembawaan
sampah mereka untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik di sekolah. Hal ini dapat
memberikan banyak keuntungan, antara lain permasalahan sampah rumah tangga di
perkotaan dapat teratasi, meringankan pendistribusian sampah yang tercecer, meringankan
beban pemerintah mengenai masalah sampah, mengatasi polusi akibat sampah, belajar
hidup sehat, menghindari para oknum yang membuang sampahnya ke kali atau got,
mengurangi bahaya serangan nyamuk, lalat, dan penyakit lainnya, dan terlebih lagi di saat
kondisi hari raya yang datangnya beruntun ditambah musim hujan, sehingga kendala-
kendala seperti itu yang sering terjadi di Bali dapat diselesaikan dengan baik.
Produksi energi listrik secara mandiri yang dilakukan oleh sekolah-sekolah yang dapat
mengurangi beban produksi listrik PLN dan meringankan beban biaya listrik sekolah perlu
direalisasikan, mengingat terobosan pertama diberikan kepada sekolah setaraf SLTA, jika
program ini berjalan lancar, maka akan merambah ke jenjang yang lain.
Selain itu, dengan adanya terobosan seperti ini, dengan tidak sengaja akan memberikan
pengaruh yang positif kepada siswa. Beberapa pengaruh positif tersebut antara lain: siswa
akan lebih terampil dalam menerapkan ilmu yang diterima di sekolah dan meningkatkan
kesadaran siswa terhadap pengelolaan lingkungan yang baik, belajar berkreativitas
(memanfaatkan sampah menjadi sesuatu produk yang bernilai jual), belajar peduli
lingkungan, belajar menerapkan ilmu yang diperoleh dalam berusaha, siswa juga akan dapat
memberikan masukan kepada lingkungan tempat tinggalnya yang mengalami masalah
pengelolaan sampah ataupun masalah kekurangan pasokan listrik PLN untuk memanfaatkan
sampah di sekitarnya, sebagai salah satu sumber energi listrik.
Dasar pemikiran penulis hal ini akan berjalan lancar dan akan sekse, mengingat sampah
basah yang dimiliki penduduk Bali yang beragama Hindu sangat banyak mengeluarkan
sampah, baik di kota maupun di desa. Kondisi di desa yang lebih banyak menghasilkan
sampah basah, akan memudahkan mereka kelak menghasilkan energi listrik yang mampu
digunakan untuk menerangi jalan-jalan yang rawan di desa/ daerah mereka.
Dari gagasan dan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sampah memiliki
potensi yang sangat besar sebagai penghasil energi listrik, karena jumlahnya yang selalu
meningkat tiap tahunnya. Pengelolaan sampah menjadi energi litrik yang dilakukan di
sekolah-sekolah akan memberikan multi-positive effects pada para generasi penerus bangsa
(siswa). Dan bagi masyarakat di perkotaan, akan dapat memberikan kenyamanan berupa
tidak adanya penumpukan sampah di tempat-tempat umum dan pendistribusian aliran
listrik di perkotaan diharapkan memiliki beban lebih ringan sehingga berlangsung dengan
baik karena permasalahan pasokan litrik akan dapat teratasi dengan adanya sampah sebagai
sumber energi listrik.

More Related Content

Similar to Sampah sebagai sumber energi terbarukan

Sampah menjadi sedekah
Sampah menjadi sedekahSampah menjadi sedekah
Sampah menjadi sedekahrmbagus
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanIbnu Siroj
 
Manajemen sampah zero
Manajemen sampah zeroManajemen sampah zero
Manajemen sampah zeroBeta Iriawan
 
Kepadatan penduduk
Kepadatan pendudukKepadatan penduduk
Kepadatan pendudukNovia Senja
 
384155276 pengelolaan sampah_berbasis_masyarakat
384155276 pengelolaan sampah_berbasis_masyarakat384155276 pengelolaan sampah_berbasis_masyarakat
384155276 pengelolaan sampah_berbasis_masyarakatIndriati Dewi
 
Makalah Limbah Bahan Elektronik
Makalah Limbah Bahan ElektronikMakalah Limbah Bahan Elektronik
Makalah Limbah Bahan ElektronikNurul Afdal Haris
 
3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesia3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesiaFajar Rizki
 
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...Johan
 
Pra Proposal PHBD 2016
Pra Proposal PHBD 2016Pra Proposal PHBD 2016
Pra Proposal PHBD 2016Maya Cendana
 
Teknis pengolahan sampah organik dapur
Teknis pengolahan sampah organik dapur Teknis pengolahan sampah organik dapur
Teknis pengolahan sampah organik dapur Risca Ivo
 
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdf
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdfPengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdf
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdfAmaliaTriUtami2
 
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKIs Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKUGK
 
Essay anes (pramuka)
Essay anes    (pramuka)Essay anes    (pramuka)
Essay anes (pramuka)Kecot Tahta
 
Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...
Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...
Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...EducationCommunity
 
Global warming - Sukistono
Global warming - Sukistono Global warming - Sukistono
Global warming - Sukistono Satria
 

Similar to Sampah sebagai sumber energi terbarukan (20)

Sampah menjadi sedekah
Sampah menjadi sedekahSampah menjadi sedekah
Sampah menjadi sedekah
 
Pltsa
PltsaPltsa
Pltsa
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Manajemen sampah zero
Manajemen sampah zeroManajemen sampah zero
Manajemen sampah zero
 
Kepadatan penduduk
Kepadatan pendudukKepadatan penduduk
Kepadatan penduduk
 
384155276 pengelolaan sampah_berbasis_masyarakat
384155276 pengelolaan sampah_berbasis_masyarakat384155276 pengelolaan sampah_berbasis_masyarakat
384155276 pengelolaan sampah_berbasis_masyarakat
 
Makalah Limbah Bahan Elektronik
Makalah Limbah Bahan ElektronikMakalah Limbah Bahan Elektronik
Makalah Limbah Bahan Elektronik
 
3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesia3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesia
 
Ramah sampah ramah dompet
Ramah sampah ramah dompetRamah sampah ramah dompet
Ramah sampah ramah dompet
 
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...
 
Sampah2
Sampah2Sampah2
Sampah2
 
Pra Proposal PHBD 2016
Pra Proposal PHBD 2016Pra Proposal PHBD 2016
Pra Proposal PHBD 2016
 
Plastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdfPlastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Januari 2024.pdf
 
Teknis pengolahan sampah organik dapur
Teknis pengolahan sampah organik dapur Teknis pengolahan sampah organik dapur
Teknis pengolahan sampah organik dapur
 
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdf
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdfPengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdf
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdf
 
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKIs Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
 
Essay anes (pramuka)
Essay anes    (pramuka)Essay anes    (pramuka)
Essay anes (pramuka)
 
288 1597-1-pb
288 1597-1-pb288 1597-1-pb
288 1597-1-pb
 
Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...
Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...
Pendidikan lingkungan hidup (eco education) dalam keluarga melalui gerakan ka...
 
Global warming - Sukistono
Global warming - Sukistono Global warming - Sukistono
Global warming - Sukistono
 

Sampah sebagai sumber energi terbarukan

  • 1. SAMPAH SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang/material yang digunakan sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa sumber di internet, sehari setiap warga kota menghasilkan rata-rata 900 gram sampah, dengan komposisi, 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Di beberapa daerah, produksi sampah juga sangat dipengaruhi oleh adat-istiadat. Sebagai contoh adalah di Bali. Produksi sampah di pulau Bali sangat tinggi karena adanya pengaruh adat-istiadat seperti kegiatan upacara keagamaan (pancayadnya) yang mengharuskan masyarakat Bali menggunakan material-material yang menimbulkan sampah basah. Informasi terkini berdasarkan survei dari sebuah lembaga swadaya masyarakat Sanur, sampah di Bali setiap hari diperkirakan 5000 ton dan di dalamnya hanya terdapat 750 ton sampah plastik. Untuk pengelolaan sampah, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat, dibuang ke sistem pembuangan akhir (TPA) yang tercampur. Selain itu, mobil pengangkut sampah yang disediakan oleh pemerintah sifatnya kurang efektif karena mobil pengangkut sampah tersebut hanya dapat menjangkau kawasan tertentu yang ada di pinggir jalan besar, sementara yang berada di jalan buntu, jalan sempit, dan di gang-gang mereka harus menggunakan jasa swasta, sehingga tidak semua tumpukan sampah di perkotaan dapat teratasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan sampah di perkotaan yang efektif dan menguntungkan bagi kehidupan masyarakat kota. Di atas kertas, sampah padat perkotaan mengandung sepertiga hingga setengah energi batubara per tonnya dan mampu untuk memasok energi dalam skala nasional. Namun kenyataannya realisasi menjadikan sampah sebagai energi belum dilaksanakan secara optimal. Sampah memang memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan energi listrik, karena produksi sampah setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Sampah di perkotaan memang sebuah permasalahan yang sulit ditanggulangi, karena jumlah sampah di perkotaan setiap waktunya selalu bertambah dan menyebabkan berbagai masalah, salah satunya polusi udara. Sedangkan di sisi lain, energi listrik di perkotaan kini menjadi masalah besar karena kebutuhan listrik perkotaan selalu meningkat setiap tahun sedangkan produksi listrik yang dilakukan Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengalami kekurangan pasokan. Dan batubara merupakan sumber utama energi listrik yang diproduksi PLN semakin menipis. Oleh sebab itu penulis bermaksud untuk mengeluarkan ide yang dapat mengatasi permasalah tersebut. Ide penulis adalah, mengolah sampah perkotaan menjadi sumber energi listrik yang
  • 2. dilakukan lewat sekolah-sekolah. Alasan penulis memilih tempat pengolahan berupa sekolah, karena sekolah merupakan salah satu tempat umum di perkotaan yang menghasilkan sampah dan memerlukan listrik yang cukup besar. Selain itu, sekolah merupakan tempat generasi muda menuntut ilmu, sehingga ilmu yang diterima oleh siswa di sekolah dapat langsung diaplikasikasi. Dalam hal ini adalah memanfaatkan sampah yang diolah dengan pengetahuan yang diperolehnya. Proses pengolahannya dapat dilakukan dengan cara menampung sampah dalam sebuah lubang besar yang tertutup (bergantung dari kemampuan sekolah masing-masing) lalu dibuat lubang yang disalurkan dengan pipa penyalur panas menuju alat boiler sederhana (alat pengubah panas menjadi uap). Kemudian sampah dibakar di dalam lubang. Sampah-sampah yang dibakar akan menghasilkan panas yang akan diserap oleh pipa penyalur panas. Setelah sampai di boiler, menghasilkann panas yang kemudian diubah menjadi uap sehingga dapat digunakan untuk menggerakkan generator penghasil energi listrik. Kemudian, energi listrik yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sebagai sumber listrik bagi penerangan, alat-alat sekolah seperti komputer, lampu taman, penerangan di kantin, dll. Dengan demikian, permasalahan listrik khusunya di sekolah dapat sedikit teratasi. Jika energi listrik yang dihasilkan berlebihan, maka energi listrik tersebut dapat dikompensasikan keluar sekolah atau dimanfaatkan secara maksimal di dalam sekolah. Misalnya sebagai penerangan di jalan sekitar sekolah, penerangan lampu kelas, kipas angin, dll. Dan jika siswa ingin menambah daya energi listrik yang dihasilkan dari proses pengolahan sampah tersebut, maka siswa dapat memanfaatkan sampah-sampah yang ada di daerah-daerah yang menggunakan jasa swasta dalam pengangkutan sampahnya untuk tidak dibawa ke depo penampungan sementara atau langsung ke TPA tetapi dibawa ke sekolah-sekolah terdekat yang sudah siap mengelola sampah menjadi energi listrik. Mereka (para jasa angkutan sampah swasta) lebih diringankan dalam proses pembawaan sampah mereka untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik di sekolah. Hal ini dapat memberikan banyak keuntungan, antara lain permasalahan sampah rumah tangga di perkotaan dapat teratasi, meringankan pendistribusian sampah yang tercecer, meringankan beban pemerintah mengenai masalah sampah, mengatasi polusi akibat sampah, belajar hidup sehat, menghindari para oknum yang membuang sampahnya ke kali atau got, mengurangi bahaya serangan nyamuk, lalat, dan penyakit lainnya, dan terlebih lagi di saat kondisi hari raya yang datangnya beruntun ditambah musim hujan, sehingga kendala- kendala seperti itu yang sering terjadi di Bali dapat diselesaikan dengan baik. Produksi energi listrik secara mandiri yang dilakukan oleh sekolah-sekolah yang dapat mengurangi beban produksi listrik PLN dan meringankan beban biaya listrik sekolah perlu direalisasikan, mengingat terobosan pertama diberikan kepada sekolah setaraf SLTA, jika program ini berjalan lancar, maka akan merambah ke jenjang yang lain. Selain itu, dengan adanya terobosan seperti ini, dengan tidak sengaja akan memberikan pengaruh yang positif kepada siswa. Beberapa pengaruh positif tersebut antara lain: siswa akan lebih terampil dalam menerapkan ilmu yang diterima di sekolah dan meningkatkan kesadaran siswa terhadap pengelolaan lingkungan yang baik, belajar berkreativitas (memanfaatkan sampah menjadi sesuatu produk yang bernilai jual), belajar peduli
  • 3. lingkungan, belajar menerapkan ilmu yang diperoleh dalam berusaha, siswa juga akan dapat memberikan masukan kepada lingkungan tempat tinggalnya yang mengalami masalah pengelolaan sampah ataupun masalah kekurangan pasokan listrik PLN untuk memanfaatkan sampah di sekitarnya, sebagai salah satu sumber energi listrik. Dasar pemikiran penulis hal ini akan berjalan lancar dan akan sekse, mengingat sampah basah yang dimiliki penduduk Bali yang beragama Hindu sangat banyak mengeluarkan sampah, baik di kota maupun di desa. Kondisi di desa yang lebih banyak menghasilkan sampah basah, akan memudahkan mereka kelak menghasilkan energi listrik yang mampu digunakan untuk menerangi jalan-jalan yang rawan di desa/ daerah mereka. Dari gagasan dan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sampah memiliki potensi yang sangat besar sebagai penghasil energi listrik, karena jumlahnya yang selalu meningkat tiap tahunnya. Pengelolaan sampah menjadi energi litrik yang dilakukan di sekolah-sekolah akan memberikan multi-positive effects pada para generasi penerus bangsa (siswa). Dan bagi masyarakat di perkotaan, akan dapat memberikan kenyamanan berupa tidak adanya penumpukan sampah di tempat-tempat umum dan pendistribusian aliran listrik di perkotaan diharapkan memiliki beban lebih ringan sehingga berlangsung dengan baik karena permasalahan pasokan litrik akan dapat teratasi dengan adanya sampah sebagai sumber energi listrik.