Dokumen tersebut merupakan ringkasan tentang aliran kehidupan di Sungai Citarum, mulai dari sejarah, potensi, permasalahan, dan upaya pemulihan Sungai Citarum melalui program pengelolaan sumber daya air terpadu."
Instalasi sistem pompa air tenaga surya di Desa Palanggai, Sumba Timur telah memberikan manfaat besar bagi warga desa. Mereka tidak perlu lagi berjalan jauh atau membayar mahal untuk mendapatkan air bersih, dan dapat menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi, dan mencuci dengan biaya Rp. 10.000 per bulan.
Pengadaan Air Bersih System Hydraulic Ram Pump Desa PenglatanFifi62z
Proposal ini mengajukan pengadaan sistem pompa hidrolik (hydraulic ram pump) untuk menyediakan air bersih bagi warga Desa Penglatan. Sumber air yang diusulkan berada di Sungai Candi Kuning dan akan dipompa ke ketinggian menggunakan sistem pompa ini tanpa mesin tambahan. Proposal ini berisi latar belakang masalah, alternatif sumber air, lokasi pompa dan sumber air, serta anggaran biaya proyek yang diestimasi sebesar Rp37,7
(1) Penduduk kampung membersihkan sungai yang dipenuhi sampah dan rumput panjang;
(2) Mereka menebas rumput, membuang sampah, dan membersihkan dasar sungai;
(3) Kerja pembersihan selesai dalam sehari dan kini penduduk dapat menikmati sungai yang bersih.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan tentang aliran kehidupan di Sungai Citarum, mulai dari sejarah, potensi, permasalahan, dan upaya pemulihan Sungai Citarum melalui program pengelolaan sumber daya air terpadu."
Instalasi sistem pompa air tenaga surya di Desa Palanggai, Sumba Timur telah memberikan manfaat besar bagi warga desa. Mereka tidak perlu lagi berjalan jauh atau membayar mahal untuk mendapatkan air bersih, dan dapat menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi, dan mencuci dengan biaya Rp. 10.000 per bulan.
Pengadaan Air Bersih System Hydraulic Ram Pump Desa PenglatanFifi62z
Proposal ini mengajukan pengadaan sistem pompa hidrolik (hydraulic ram pump) untuk menyediakan air bersih bagi warga Desa Penglatan. Sumber air yang diusulkan berada di Sungai Candi Kuning dan akan dipompa ke ketinggian menggunakan sistem pompa ini tanpa mesin tambahan. Proposal ini berisi latar belakang masalah, alternatif sumber air, lokasi pompa dan sumber air, serta anggaran biaya proyek yang diestimasi sebesar Rp37,7
(1) Penduduk kampung membersihkan sungai yang dipenuhi sampah dan rumput panjang;
(2) Mereka menebas rumput, membuang sampah, dan membersihkan dasar sungai;
(3) Kerja pembersihan selesai dalam sehari dan kini penduduk dapat menikmati sungai yang bersih.
Defisit air bersih adalah permasalahan yang sedang dan akan terus menghantui masyarakat Indonesia terutama di daerah padat penduduk. Masalah ini adalah multikausal yang dapat dilihat dari berbagai perspektif. Berbagai hal seperti implementasi regulasi, pertambangan, perilaku apatis, faktor alam, kepadatan penduduk saling berkorelasi satu sama lain. Pengelolaan air tepat guna harus ditingkatkan demi menjaga ketersediaan air bersih yang secara tidak langsung menjaga kelangsungan hidup bangsa ini.
Kota Jakarta sebagai salah satu kawasan metropolitan saat ini cukup banyak dihadapkan pada berbagai macam persoalan terkait pengem-bangan wilayah, antara lain banyak memiliki kawasan kumuh yang menempati ruang-ruang yang bersifat lindung seperti bantaran sungai, di bawah SUTET, kolong jembatan dan kawasan resapan, serta ruang-ruang lainnya yang tidak kita alokasikan sebagai ruang hunian. Hal ini akan mengakibatkan kota Jakarta makin berkembang tak ter-kendali. Di sisi lain desakan pemilik modal juga memaksakan pengem-bangan kawasan-kawasan hunian pada lokasi-lokasi yang seharusnya kita lindungi seperti sempadan pantai, kawasan rawa, dan kawasan genangan. Beberapa Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan jalur hijau yang ada, banyak yang dimanfaatkan untuk keperluan lain yang tidak se-mestinya seperti SPBU, kios-kios PKL, maupun aktivitas hunian ilegal. Akibat penyalahgunaan fungsi lahan yang di luar batas daya dukung tersebut, sekarang kita mulai merasakan gejala dampaknya, yaitu banjir, longsor, kekeringan, land-subsidence dan ruang kota yang tidak tertata dengan baik. Hal ini terutama disebabkan oleh pemusatan semua fungsi di Jakarta; mulai dari fungsi pemerintahan, industri, pendidikan, hingga perkantoran.
Kota yang berkelanjutan (sustainable cities), menurut Wikipedia, dide-finisikan sebagai kota yang bertujuan untuk meminimalkan input (ener-gi, makanan, dan air) dan output limbahnya (panas, polusi air dan polusi udara) dengan menciptkan ecological footprint seminimal mung-kin. Ketidaknyamanan yang dirasakan di Jakarta merupakan suatu in-dikasi bahwa pemusatan fungsi di Jakarta telah menyebabkan Jakarta mengalami kelebihan beban (over-burden) sehingga tidak lagi berke-lanjutan (sustainable).
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas diperlukan konsep pengaturan sehingga ruang kota Jakarta dapat tertata dengan baik. Salah satu usulan yang mengemuka dari para pakar adalah pe-mindahan fungsi pemerintahan keluar dari Jakarta. Meskipun demi-kian, usulan ini perlu ditelaah lebih lanjut untuk mengetahui efektivi-tasnya dalam rangka mewujudkan keberlanjutan Jakarta. Hal ini meru-pakan salah satu substansi yang perlu untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui indikasi kesesuaian suatu fungsi diemban oleh Jakarta beserta kriteria-kriteria yang menyertainya. Demikian pula seandainya suatu fungsi hendak dipindahkan keluar dari Jakarta, wilayah mana idealnya sebagai tujuan pemindahan fungsi tersebut serta kriteria wilayah tujuan tersebut. Hal ini terkait erat dengan kesalingter-gantungan antara Jakarta dengan hinterland di sekitarnya (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur). Dalam kaitan ini, Jakarta memiliki kemiripan dengan Singapura menyangkut kesalingtergan-tungannya dengan hinterland-nya (Johor, Malaysia dan Kepulauan Riau, Indonesia) dan keterbatasan daya dukungnya.
Karya ilmiah ini membahas tentang penyebab banjir di Jakarta dan cara menanggulanginya. Berdasarkan pengamatan, banjir terjadi di Kampung Pulo, Jakarta Timur pada 27 Januari 2014 akibat curah hujan tinggi. Kampung Pulo memiliki luas 3,5 hektar dan ditinggali 2500 jiwa dengan kondisi padat, berdekatan dengan Kali Ciliwung, dan kurangnya lahan resapan air.
Perencanaan infrastruktur air bersih pariwisata Tri Hidayat
1. Rencana pengembangan sarana air bersih di kawasan pantai Goa Cemara untuk menyediakan air bersih yang mencukupi bagi 2000 rumah tangga dan fasilitas umum.
2. Kegiatan tersebut meliputi pembangunan sumur bor, reservoir, jaringan pipa distribusi utama dan RT serta hidran umum dengan anggaran Rp2 miliar.
3. Rencana pelaksanaan selama 180 hari dengan kerjasama pemerintah dan masyarakat melalui kel
Makalah ini membahas tentang krisis air bersih di Indonesia. Air merupakan unsur vital bagi kehidupan namun ketersediaannya semakin berkurang akibat pertambahan populasi dan kerusakan lingkungan. Indonesia kaya akan sumber air namun banyak wilayah yang kekurangan akses air bersih. Makalah ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan, dan sistematika penulisan serta tinjauan pustaka tentang pengertian air, siklus
Menuju Kampus Ramah Air Melalui Terapan Konsep Ekohidrologi merupakan dokumen yang membahas upaya penerapan konsep ekohidrologi untuk mencapai kampus ramah air di Universitas Indonesia. Dok
Defisit air bersih adalah permasalahan yang sedang dan akan terus menghantui masyarakat Indonesia terutama di daerah padat penduduk. Masalah ini adalah multikausal yang dapat dilihat dari berbagai perspektif. Berbagai hal seperti implementasi regulasi, pertambangan, perilaku apatis, faktor alam, kepadatan penduduk saling berkorelasi satu sama lain. Pengelolaan air tepat guna harus ditingkatkan demi menjaga ketersediaan air bersih yang secara tidak langsung menjaga kelangsungan hidup bangsa ini.
Kota Jakarta sebagai salah satu kawasan metropolitan saat ini cukup banyak dihadapkan pada berbagai macam persoalan terkait pengem-bangan wilayah, antara lain banyak memiliki kawasan kumuh yang menempati ruang-ruang yang bersifat lindung seperti bantaran sungai, di bawah SUTET, kolong jembatan dan kawasan resapan, serta ruang-ruang lainnya yang tidak kita alokasikan sebagai ruang hunian. Hal ini akan mengakibatkan kota Jakarta makin berkembang tak ter-kendali. Di sisi lain desakan pemilik modal juga memaksakan pengem-bangan kawasan-kawasan hunian pada lokasi-lokasi yang seharusnya kita lindungi seperti sempadan pantai, kawasan rawa, dan kawasan genangan. Beberapa Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan jalur hijau yang ada, banyak yang dimanfaatkan untuk keperluan lain yang tidak se-mestinya seperti SPBU, kios-kios PKL, maupun aktivitas hunian ilegal. Akibat penyalahgunaan fungsi lahan yang di luar batas daya dukung tersebut, sekarang kita mulai merasakan gejala dampaknya, yaitu banjir, longsor, kekeringan, land-subsidence dan ruang kota yang tidak tertata dengan baik. Hal ini terutama disebabkan oleh pemusatan semua fungsi di Jakarta; mulai dari fungsi pemerintahan, industri, pendidikan, hingga perkantoran.
Kota yang berkelanjutan (sustainable cities), menurut Wikipedia, dide-finisikan sebagai kota yang bertujuan untuk meminimalkan input (ener-gi, makanan, dan air) dan output limbahnya (panas, polusi air dan polusi udara) dengan menciptkan ecological footprint seminimal mung-kin. Ketidaknyamanan yang dirasakan di Jakarta merupakan suatu in-dikasi bahwa pemusatan fungsi di Jakarta telah menyebabkan Jakarta mengalami kelebihan beban (over-burden) sehingga tidak lagi berke-lanjutan (sustainable).
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas diperlukan konsep pengaturan sehingga ruang kota Jakarta dapat tertata dengan baik. Salah satu usulan yang mengemuka dari para pakar adalah pe-mindahan fungsi pemerintahan keluar dari Jakarta. Meskipun demi-kian, usulan ini perlu ditelaah lebih lanjut untuk mengetahui efektivi-tasnya dalam rangka mewujudkan keberlanjutan Jakarta. Hal ini meru-pakan salah satu substansi yang perlu untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui indikasi kesesuaian suatu fungsi diemban oleh Jakarta beserta kriteria-kriteria yang menyertainya. Demikian pula seandainya suatu fungsi hendak dipindahkan keluar dari Jakarta, wilayah mana idealnya sebagai tujuan pemindahan fungsi tersebut serta kriteria wilayah tujuan tersebut. Hal ini terkait erat dengan kesalingter-gantungan antara Jakarta dengan hinterland di sekitarnya (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Cianjur). Dalam kaitan ini, Jakarta memiliki kemiripan dengan Singapura menyangkut kesalingtergan-tungannya dengan hinterland-nya (Johor, Malaysia dan Kepulauan Riau, Indonesia) dan keterbatasan daya dukungnya.
Karya ilmiah ini membahas tentang penyebab banjir di Jakarta dan cara menanggulanginya. Berdasarkan pengamatan, banjir terjadi di Kampung Pulo, Jakarta Timur pada 27 Januari 2014 akibat curah hujan tinggi. Kampung Pulo memiliki luas 3,5 hektar dan ditinggali 2500 jiwa dengan kondisi padat, berdekatan dengan Kali Ciliwung, dan kurangnya lahan resapan air.
Perencanaan infrastruktur air bersih pariwisata Tri Hidayat
1. Rencana pengembangan sarana air bersih di kawasan pantai Goa Cemara untuk menyediakan air bersih yang mencukupi bagi 2000 rumah tangga dan fasilitas umum.
2. Kegiatan tersebut meliputi pembangunan sumur bor, reservoir, jaringan pipa distribusi utama dan RT serta hidran umum dengan anggaran Rp2 miliar.
3. Rencana pelaksanaan selama 180 hari dengan kerjasama pemerintah dan masyarakat melalui kel
Makalah ini membahas tentang krisis air bersih di Indonesia. Air merupakan unsur vital bagi kehidupan namun ketersediaannya semakin berkurang akibat pertambahan populasi dan kerusakan lingkungan. Indonesia kaya akan sumber air namun banyak wilayah yang kekurangan akses air bersih. Makalah ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan, dan sistematika penulisan serta tinjauan pustaka tentang pengertian air, siklus
Menuju Kampus Ramah Air Melalui Terapan Konsep Ekohidrologi merupakan dokumen yang membahas upaya penerapan konsep ekohidrologi untuk mencapai kampus ramah air di Universitas Indonesia. Dok
Dokumen tersebut membahas perkembangan budidaya ikan di perairan umum Sumatera Selatan. Ia menjelaskan bahwa produksi ikan dari tangkapan alami telah menurun, sehingga mendorong pertumbuhan budidaya ikan. Dokumen ini menganalisis kondisi geografis, hidrologi, dan jenis ikan di perairan umum serta tantangan dalam pond engineering untuk budidaya ikan."
Dokumen tersebut membahas tentang waduk, termasuk definisi, komponen, manfaat, dan permasalahan yang ditimbulkan oleh waduk. Waduk dijelaskan sebagai danau buatan yang besar yang digunakan untuk menampung air dan memiliki berbagai komponen seperti bendungan, pelimpah, dan rumah pembangkit listrik. Manfaat waduk meliputi penyediaan air, irigasi, pengendalian banjir, dan pariwisata. Namun waduk juga
Pengambilan batu kali secara besar-besaran di Sungai Serayu telah menyebabkan kerusakan ekosistem sungai dan lingkungan sekitarnya. Aktivitas penambangan telah mengurangi jumlah ikan dan memengaruhi keseimbangan ekosistem sungai karena merusak habitat alami ikan. Selain itu, penambangan juga berdampak pada meningkatnya risiko banjir dan longsor yang merugikan masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang kerusakan lingkungan pesisir Pulau Jawa akibat pembangunan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan. Pembangunan besar-besaran telah menyebabkan abrasi pantai, banjir, kemiskinan masyarakat pesisir, dan kerusakan ekosistem laut. Diperlukan kebijakan baru untuk pembangunan berkelanjutan di Pulau Jawa.
Artikel ini membahas tentang banjir di Bandung Selatan yang disebabkan oleh meluapnya Sungai Citarum. Sungai Citarum merupakan sungai terbesar di Jawa Barat yang sering mengalami banjir akibat curah hujan tinggi dan kerusakan lingkungan di hulunya. Artikel ini menjelaskan penyebab, dampak, dan cara mengatasi masalah banjir di daerah tersebut."
Eceng gondok merupakan gulma air yang tumbuh subur di Danau Kerinci, menyebabkan berbagai masalah. Upaya awal seperti herbisida dan pemindahan manual kurang efektif. Penanggulangan biologis dengan ikan koan berhasil membersihkan danau. Namun, keberadaan ikan koan juga diduga mengganggu keseimbangan ekosistem danau yang terlihat dari berkurangnya beberapa biota. Perlu revitalisasi sungai hulu dan penelitian le
Dokumen tersebut membahas tentang kenampakan alam dan hubungannya dengan keragaman sosial budaya di Indonesia. Kenampakan alam seperti dataran rendah, pegunungan, dan pantai mempengaruhi mata pencaharian masyarakat serta berbagai aspek kebudayaan seperti pakaian, rumah, transportasi, dan bahasa daerah.
Dokumen tersebut membahas tentang konflik antara hak penguasaan perairan pesisir oleh para pemodal berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 dengan keberlangsungan tradisi penangkapan paus secara turun temurun oleh masyarakat Lamalera, Nusa Tenggara Timur. Undang-undang tersebut dianggap memberikan kuasa yang luas kepada para pemodal untuk mengkomersialkan perairan pesisir yang berisiko menggusur hak-hak n
Urun Rembuk. Permukiman dan Ketahanan PanganOswar Mungkasa
Dokumen tersebut membahas tentang permukiman dan ketahanan pangan di Indonesia, termasuk masalah konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian, faktor penyebabnya, dan solusi untuk mengatasinya seperti komitmen pemerintah, pembenahan data, penegakan hukum, insentif, penataan ruang, dan konsep bank tanah dan konsolidasi tanah."
Merengkuh kota ramah pejalan kaki dan Pesepeda. Pembelajaran Mancanegara dan ...Oswar Mungkasa
perkotaan mengalami banyak masalah disebabkan demikian intensifnya penggunaan moda kendaraan bermotor. sudah saatnya melirik alternatif lain yang lebih berkelanjutan yaitu moda berjalan kaki dan bersepeda
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Oswar Mungkasa
Tata kelola kolaboratif dalam pengembangan wilayah berkelanjutan memerlukan kepemimpinan bersama yang mampu meningkatkan kesadaran, memobilisasi, membingkai masalah, dan mengkoordinasi pemangku kepentingan untuk merumuskan strategi bersama. Keterampilan penting pemimpin antara lain menarik perhatian, membangun kepercayaan, dan merumuskan visi bersama.
selama ini skema yang diperkenalkan adalah 3 R (Reuse, Reduce Recycle) kemudian dengan berkembangnya konsep ekonomi sirkuler maka berkembang pula skema lebih baru yang dikenal sebagai upcycling.
Green infrastructure in jakarta basic understanding and implementation effort...Oswar Mungkasa
The implementation of green infrastructure (GI) in Indonesia accelerated by public awareness of the importance of conservation of natural resources and ecosystems. One of the Indonesian government’s efforts to apply the principles of GI in urban areas in a structured and massive manner is through the Green City Development Program (P2KH) Ministry of Public Works and Public Housing (PUPR). The approach taken is Green Planning and Design, Green Open Space, Green Energy, Green Water, Green Waste, Green Building, Green Transportation, Green Community. The city that is the case study for discussion is Jakarta. Jakarta Smart City, Green Buildings, Urban Agriculture, and Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) are programs that successfully implemented. The implementation GI program easily accepted if based on the community.
Tata Kelola Kolaboratif dalam Desain Kebijakan Publik. Studi Kasus Pelaksanaa...Oswar Mungkasa
Makalah ini membahas tata kelola kolaboratif dalam pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Tata kelola kolaboratif melibatkan kolaborasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan non-pemerintah dalam penyusunan kebijakan. Namun hasil penelitian menunjukkan penerapan tata kelola kolaboratif dalam pelaksanaan TPB di Indonesia belum optimal karena keterlibatan pemangku kepentingan masih
Fakta, Isu dan SAran Penyempurnaan BP TAPERAOswar Mungkasa
Dokumen ini membahas tentang optimalisasi peran, fungsi, dan pelayanan Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP-TAPERA) untuk penerima manfaat paska. Dokumen ini menjelaskan beberapa fakta tentang BP-TAPERA, isu-isu yang dihadapi seperti dualisme sumber dana perumahan dan ketersediaan data, serta memberikan saran seperti pengembangan grand design pembiayaan perumahan dan penerapan tata kelola kolaboratif yang
Tata kelola kolaboratif merupakan paradigma baru dalam administrasi publik yang menekankan pada kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan. Tata kelola kolaboratif muncul seiring pergeseran dari paradigma Old Public Administration ke New Public Management yang memberikan peran lebih besar kepada pemangku kepentingan non-pemerintah. Prinsip utama tata kelola kolaboratif adalah melibatkan berbagai pem
Kolaborasi multi-pemangku kepentingan membutuhkan katalis untuk berjalan efektif. Dokumen menjelaskan enam katalis utama yaitu strategi bersama, kejelasan tujuan, inklusivitas luas, pertanggungjawaban yang disetujui, penyelenggaraan bersama, dan inovasi mudah diadaptasi. Katalis-katalis ini mencakup aspek-aspek seperti perencanaan bersama, keterlibatan seluruh pemangku
MAKALAH. Bekerja dari Rumah (working from home). Menuju Tatanan Baru Era Covi...Oswar Mungkasa
Skema bekerja dari rumah (WFH) merupakan bagian dari konsep bekerja jarak jauh yang telah dikenal sejak tahun 1970-an. Walaupun demikian, konsep ini biasanya diterapkan dalam kondisi normal dan bukan karena pandemi seperti saat ini. Makalah ini membahas sejarah, konsep, dan perkembangan terkini dari bekerja jarak jauh serta langkah yang perlu dilakukan oleh berbagai pihak untuk menerapkan ske
PRESENTATION. Public Lecture "Jakarta's Response to COVID 19: Strategy-Lesson...Oswar Mungkasa
1) Jakarta took several steps to respond to COVID-19 including closing public spaces in March, establishing a task force, and implementing large-scale social restrictions (PSBB) in April including limiting gatherings and transport.
2) Lessons learned include the need for improved metropolitan governance and collaborative partnerships between different levels of government and stakeholders. Effective communication is also key.
3) Looking ahead, Jakarta aims to establish a new normal with an emphasis on social capital, digital shift, healthy lifestyles, improved data systems, and a focus on recovery.
LAPORAN. Memori Akhir Jabatan Koordinator Pelaksanaan Program Strategi Ketaha...Oswar Mungkasa
Dokumen ini membahas tentang latar belakang dan tugas Koordinator Ketahanan Kota Jakarta. Jakarta terpilih bergabung dalam jejaring 100 Resilient Cities pada 2016 untuk mengembangkan strategi ketahanan kota. Koordinator ditunjuk untuk memfasilitasi penyusunan strategi ketahanan dan mengoordinasikan pelaksanaannya hingga 2019.
Presentation. Collaboration Towards A Resilient JakartaOswar Mungkasa
Collaborative approach in solving issues of Jakarta to build resilience
Oswar Mungkasa (Former Chief Resilient Officer of Jakarta 100 Resilient Cities Program)
Advocacy Forum on Giving Inputs to the Implementation of the New Urban Agenda in Myanmar - CORDAID Yangon, 22nd January 2020
Pengenalan konsep saleh sosial dalam pembangunan sanitasiOswar Mungkasa
Tulisan ini disiapkan untuk memeriahkan ajang NTU (Nugroho Tri Utomo) Writing Contest for Water and Sanitation 2019 bertema Menuntaskan Akses Sanitasi dan Air Minum Aman Berkelanjutan 2024 yang diselenggarakan oleh Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL).
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Penyusuran Muara Sungai Citarum. Ekspedisi Citarum Wanadri 2009
1.
2. DAFTAR ISI
Ekspedisi Citarum Wanadri 2009........................2
Muara Gembong, Bekasi......................................4
Sekilas Potret Masyarakat Muara..........................9
Pencemaran Air: Berkah atau Bencana?............18
Fotografi: Veronica Wijaya, Candra Samekto, Diella Dachlan
Editor: Candra Samekto. Teks & Layout: Diella Dachlan
xx
3. Ekspedisi Citarum Wanadri 2009
Penyusuran sungai Citarum dari hulu hingga hilir menjadi salah satu
kegiatan ekspedisi Wanadri pada tahun 2009 ini. Wanadri merupakan
perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung, yang didirikan
pada tahun 1964 berlokasi di Bandung.
Dalam kegiatan ekspedisi ini, Wanadri melakukan pendataan dan
pendokumentasian di sepanjang sungai Citarum. Selain mengamati
kondisi sungai berikut permasalahannya, ekspedisi ini juga akan merekam
sisi sosial masyarakat yang hidup di sepanjang aliran sungai Citarum
melalui kegiatan wawancara dan diskusi.
Persiapan kegiatan dilakukan sejak pertengahan tahun 2009 dengan
dukungan dari berbagai pihak, termasuk kontribusi para anggota senior
Wanadri dan sumber pendanaan lainnya. Rencananya, ekspedisi ini
akan dilaksanakan dalam kurun waktu sekitar enam hingga sembilan
bulan, yang juga akan diikuti oleh para anggota Wanadri dari berbagai
angkatan. Kegiatan ekspedisi kali ini dikhususkan untuk merekam
kawasan muara Citarum di daerah Bekasi.
Selain mendapatkan data dan dokumentasi yang merekam kondisi fisik
dan sosial kehidupan di sungai Citarum, diharapkan pula agar kegiatan
ini dapat menjadi bagian dari kampanye kepedulian isu-isu dan
permasalahan Citarum kepada masyarakat luas.
2
5. Muara Gembong, Bekasi
Daerah muara Sungai Citarum yang berada
di Kabupaten Bekasi yaitu Muara Gembong,
terletak sekitar 64 kilometer dari pusat Kota
Bekasi. Secara administratif, kecamatan ini
berada di antara Jakarta Utara dan Kabupaten
Kerawang.
Usaha perikanan banyak ditemui di daerah
ini, misalnya tambak ikan bandeng, keramba
ikan di sungai dan laut yang dikelola
kelompok-kelompok individu, penangkapan
ikan laut, kepiting dan udang oleh nelayan.
4
6. Menurut penduduk setempat, sampai menjelang akhir tahun 80-an, kawasan ini dulunya memiliki kawasan hutan
bakau yang luas. Monyet banyak ditemui disini, demikian juga satwa lain seperti burung dan ular.
5
7. Kini kondisinya jauh berbeda. Dengan semakin pesatnya
perkembangan penduduk di daerah ini, beralihnya fungsi
lahan hutan bakau menjadi lahan usaha dan permukiman,
maka keberadaan satwa tersebut semakin tersingkir dan
jarang terlihat.
Dari segi lingkungan, kondisi sungai pun mengalami
penurunan dan mulai menghadapi berbagai masalah.
Salah satu masalah yang paling sering dikeluhkan oleh
penduduk sekitar adalah pembuangan limbah industri
yang diduga berasal dari Kerawang dan Bekasi.
Limbah ini bukan hanya membuat air sungai menjadi
berbau, tetapi juga mengakibatkan ikan mati, sehingga
merugikan usaha perikanan.
6
8. Masalah banjir yang datang setiap tahun antara bulan
Desember dan Februari pun menyebabkan kerugian
bagi penduduk setempat, seperti usaha tambak ikan
merugi, gagal panen, dan penyakit.
Di pertemuan antara sungai dan laut lepas, juga terjadi
pendangkalan akibat endapan lumpur yang semakin
lama semakin tebal. Di lokasi ini ketinggian air di beberapa
tempat hanya mencapai setengah meter. Sehingga hal
ini menyulitkan bagi perahu nelayan yang seringkali
kandas.
Menurut laporan media, sekitar sebelas hilir sungai di
pantai utara Kabupaten Bekasi ini mengalami
pendangkalan sepanjang 2 kilometer ke arah laut. Sebelas
hilir itu di antaranya Muara Bendera (Citarum), Muara
Mati, Muara Besar, Muara Kuntul, Muara Jaya, Muara
Gobah, Muara Blacan, Sungai Labuh, Cikarang Bekasi
Laut, Muara Bungin, dan Muara Beting. (Koran Tempo,
15 Juli 2008)
7
9. Bencana akibat daya rusak air sepertinya tidak berhenti sampai di sini. Bahaya Abrasi masih terus mengancam
hingga saat ini. Pada beberapa puluh tahun yang lalu bibir pantai masih sekitar 200 hingga 300 meter dari bibir
pantai yang terlihat saat ini (Republika, 16 Juni 2007). Dalam dua tahun terakhir ini abrasi yang terjadi nampak
semakin parah. Penggerusan pantai ini dikatakan telah menghilangkan sekitar seribu hektar lahan tambak petani.
Penduduk sekitar menengarai bahwa pencurian pasir laut dan kerusakan hutan mangrove sebagai penyebab
percepatan terjadinya abrasi (Koran Tempo, 19 Agustus 2004).
8
11. Sekilas Potret
Masyarakat Muara
Sebagian penduduk yang ditemui di dekat perbatasan
antara sungai dan laut lepas adalah nelayan perantau
dari daerah utara Pulau Jawa seperti Cirebon.
Rata-rata mereka bekerja untuk pengusaha
penangkapan ikan. Selain ikan, ada pula udang dan
kepiting.
Awalnya, dari pembangunan satu dua rumah semi
permanen (terbuat dari bambu, papan atau tripleks),
dengan berjalannya waktu maka terbentuklah
perkampungan nelayan seperti sekarang ini. Satu
rumah bisa ditempati oleh lebih dari dua keluarga.
Seringkali ditambah dengan para nelayan perantau
yang singgah untuk bekerja dan menetap sementara.
Kaum perempuan di kawasan ini biasanya bekerja
membantu usaha suaminya dan mengurus keluarga,
namun banyak juga yang merantau dan bekerja
sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negara
tetangga seperti Malaysia atau ke Timur Tengah.
10
12. Ada juga masyarakat di tepi sungai yang mencari
nafkah dengan melayani penyeberangan sungai
menggunakan perahu kayu. Transportasi air ini
menjadi pilihan masyarakat sekitar untuk bepergian
karena lebih murah dan relatif lebih cepat untuk
mencapai pusat perdagangan seperti daerah
Marunda/Cilincing. Sesekali terlihat kapal yang
menjual barang kelontong.
Untuk berbelanja dan berdagang, masyarakat lebih
memilih menuju ke arah Cilincing atau Marunda
(Jakarta Utara) dibandingkan ke kota Bekasi, yang
harus ditempuh dengan waktu sekitar dua hingga
tiga jam melalui perahu dan jalan darat.
Kondisi prasarana di perkampungan nelayan ini
masih sangat minim. Jalan di perkampungan masih
berupa tanah yang berubah menjadi lumpur jika
hujan atau air pasang. Sudah terdapat sarana seperti
puskesmas dan sekolah, meski fasilitasnya masih
terbatas.
11
13. Rumah-rumah di perkampungan ini sebagian besar terbuat dari bahan gedhek (anyaman dinding bambu), tripleks dan
kayu. Jika musim angin, banyak rumah yang dinding dan atapnya terbawa angin. Jika hujan, kebocoran di dalam
sebagian besar rumah adalah hal yang biasa.
Sebagian besar masyarakat di perkampungan ini melakukan kegiatan mandi, cuci dan kakus (MCK) langsung di sungai.
Belum terlihat fasilitas pengelolaan sampah, sehingga sampah menumpuk, baik di kampung maupun aliran sungai.
Ketersediaan air bersih masih menjadi masalah yang
belum terselesaikan. Masyarakat sepanjang sungai dan
sekitar muara diharuskan membeli air bersih dalam
jerigen dikarenakan tidak mempunyai alternatif lain
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Suplai air
bersih ini tersedia dari dari penjual air yang
menggunakan kapal.
Harga air di wilayah Muara Gembong berkisar antara
Rp. 7.000,- hingga Rp. 10.000,- per jerigen isi 20 liter.
Masyarakat menggunakan air ini hanya untuk memasak
dan minum, sedangkan untuk mandi dan mencuci
makanan mereka memilih menggunakan air sungai
yang tersedia secara gratis di belakang rumah.
12
17. Potret Sekilas Masyarakat Muara
Ibu Wani
Ibu Wani (55 tahun), sehari-harinya berjualan
gorengan. Dalam sehari keuntungan yang diperoleh
sekitar Rp 15.000-20.000. Ibu Wani memiliki 5
orang anak, dengan yang paling bungsu berumur 11
tahun dan masih duduk di bangku SD.
Suaminya yang sudah tua dan sakit-sakitan tidak lagi
bisa membantu mencari nafkah. Untuk itu, ibu
Wani menambah penghasilannya dengan mencari
kayu bakar atau mengumpulkan daun yang nama
setempatnya disebut daun “api-api” yang dapat
digunakan untuk atap, atau juga bekerja di tambak
ikan milik tetangganya.
“Hasilnya tidak tentu, berkisar antara Rp 5.000 hingga
Rp 15.000. Untuk makan kadang tidak cukup, tapi
syukurlah anak saya tetap bisa sekolah” kata ibu
Wani menjelaskan.
16
18. Kampungnya baru dilanda angin kencang. Rumah anak
sulungnya terangkat terbawa angin hampir seluruh bagian
dinding dan atapnya, sehingga tidak lagi dapat ditempati.
“Belum ada modal untuk membangun kembali rumah itu,
sementara ini mereka tinggal dengan saya” tutur Ibu Wani
tanpa menunjukkan keputusasaan.
17
19. Pencemaran Air
Berkah atau Bencana?
Perilaku masyarakat umum dan perindustrian yang
memperlakukan Citarum sebagai tempat sampah
dan lokasi pembuangan limbah memang sangat
memprihatinkan.
Sore di hari penyusuran sungai, terlihat orang-orang
berkumpul di tepi sungai untuk mengumpulkan
udang, kepiting, dan berbagai jenis ikan yang terapung.
Ternyata keadaan yang secara rutin terjadi ini
disebabkan oleh adanya buangan limbah yang oleh
masyarakat sekitar diklaim sebagai hasil tindakan
industri tekstil besar yang tidak bertanggungjawab.
Di satu sisi pencemaran ini sangat merugikan
lingkungan dan berbagai kehidupan ekologi yang
ada di dalam sungai. Namun di sisi lain masyarakat
mendapatkan berkah dengan adanya ikan-ikan yang
terapung dan mudah diambil untuk dijual atau
memenuhi kebutuhan lauk tanpa
mempertimbangkan bahaya keracunan atau dampak
jangka panjang yang bisa ditimbulkannya. 18