2. NILAI-NILAI PENDIDIKAN KHD
Inging ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut
wuri handayani. Hasil pemikiran ini lah yang menjadi dasar
pemikiran kami.
Dalam hal ini kami menitik beratkan pada nilai sebagai
penuntun, sopan santun, saling menghargai dan tolong
menolong serta memanusiakan manusia agar menjadi
manusia yang lebih berguna bagi bangsa dan negara.
3. WANUA MAPPATUO
NAEWAI ALENA
Pepatah ini menunjukkan bagaimana tanah Luwu menjadi tanah yang dapat menghidupi seluruh kehidupan
didalamnya. Kehidupan di tanah Luwu yang dimaksud tidak sekadar untuk orang asli Luwu tapi semua suku yang
ada dan berkaitan dengan Luwu karena tanah luwu adalah satu daerah dengan suku majemuk.
Tanah Luwu memiliki sosial masyarakat yang berbeda-beda oleh karena kemajemukan tersebut terdapat asimilasi
budaya dimana masyarakat pegunungan lebih dekat kepada budaya Toraja sedangkan wilayah pesisir lebih dekat
dengan budaya Bugis.
Tanah Luwu menjadi sumber dan memberi kehidupan untuk sekitarnya. Maksudnya adalah Tanah Luwu
memegang teguh kehidupan dan tolong menolong, karena bagi tanah Luwu kehidupan bukan hanya untuk diri
sendiri tapi untuk semua makhluk, bagi masyarakat luwu sungguh tidaklah elok jika melihat kerabat kita dalam
kesusahan (untuk makan, pendidikan dll) inilah yang menjadi inti dari falsafah ini
Untuk itu sebagai bangsa yang majemuk Luwu juga menjunjung tinggi salah satu falsapah bugis yaitu sipakatau,
sipakalebbi, sipakainge
KABUPATEN
LUWU
4. SIPAKATAU
Sipakatau yaitu memanusiakan manusia. Artinya adalah
sebagai manusia tentunya kita harus saling menghormati,
menghargai, berbuat santun, dan tidak membeda-bedakan
antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya baik
itu perbedaan suku, ras, dan agama.
5. Sipakalebbi yaitu memuliakan atau saling menghargai satu
sama lain. Artinya adalah perlakukan manusia lain dengan baik
dan layak, saling toleransi, cinta damai, cinta tanah air, disiplin,
peduli terhadap sesamanya.
SIPAKALEBBI
6. SIPAKAINGE
Sipakainge memiliki arti saling mengingatkan. Artinya adalah
saling mengingatkanlah kalian sebagai sesama manusia,
karena manusia itu tidak luput dari salah. Fungsi dari saling
mengingatkan ini adalah menebalkan karakter dari segala
aspek
7. Budaya Wanua mappatuo naewai alena dan 3 s ini perlu kita
terapkan dalam setiap lini kehidupan terkhusus dalam dunia
pendidikan. Budaya ini menjunjung tinggi rasa sama derajat
sama rata sama rasa, sehingga dalam budaya ini tidak ada
saling mengurui, Ini sejalan dengan filosofi KHD yaitu
menjadi penuntun.
Untuk lebih menerapkan dalam dunia pendidikan maka kita
dapat mengambil sebuah intisari atau pokok dari budaya ini
yaitu budaya
"GOTONG ROYONG"
8. GOTONG ROYONG
Gotong Royong merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Budaya ini tidak saya berfokus hanya pada tolong menolong tapi lebih luas dari
itu, dalam budaya ini kita memerlukan saling toleransi, mengingatkan, peduli, sopan santun
dan lainnya demi untuk mencapai manusia yang berkemanusiaan.
Dalam dunia pendidikan saat ini budaya gotong royong kita sebut dengan kata
"KOLABORASI".
Budaya dari wanua mappatuo naewai alena, budaya 3 S ataupun Gotong Royong ini
merupakan satu dan lain hal yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan. Kami mengambil budaya ini karena melihat fenomena yang terjadi saat
ini masyarakat atau lebih khusus peserta didik kita sudah mulai melupakan nilai-nilai ini
akibat dari perubahan zaman. Sedangkan menurut KHD kodrat Alam dan kodrat Zaman
harus tumbuh sejalan, itu lah yang menjadi tugas kita untuk tetap menjunjung tinggi falsafah
kita tanpa harus ketinggalan zaman. Itulah inti dari KOLABORASI
9. PENERAPAN
- Contohnya Penerapan di Sekolah: jumat bersih, berdoa /
literasi kitab suci, kerja kelompok.
- Contoh penerapan di Masyarakat : massumbung(dalam
kegiatan pernikahan/hajatan lain), diskusi dalam menentukan
kebijakan desa, dll