SlideShare a Scribd company logo
TUGAS MATA KULIAH
TEORI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN
(PWK605)
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Hadi Wahyono, MA.
PERAN INFRASTRUKTUR DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH
TINJAUAN TEORITIS DAN PRAKTIS
Disusun oleh:
BRAMANTIYO MARJUKI
21040116410036
MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
1
I. Pendahuluan
Kebijakan pembangunan wilayah secara umum ditujukan untuk mewujudkan
struktur ekonomi wilayah yang kuat dan menstimulasi aktivitas-aktivitas ekonomi
produktif, yang pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah.
Keberadaan infrastruktur telah lama diketahui sangat berperan dalam mewujudkan
kepentingan tersebut, di samping pembangunan sektor lainnya seperti pembangunan
sumberdaya manusia, konservasi lingkungan dan penguatan kelembagaan wilayah.
Secara teoritis, investasi infrastruktur di suatu wilayah akan memicu
pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut karena infrastruktur dapat memberikan
kemudahan akses untuk aktivitas produksi, memberikan ruang untuk mobilitas
faktor produksi, dan mengurangi pembiayaan untuk distribusi hasil produksi.
Namun dalam tataran praktis, hubungan antara penyediaan dan investasi
infrastruktur tidak selalu linier positif dengan pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi wilayah.
Guild (2000) telah melakukan kajian mengenai peran infrastruktur dalam
pembangunan wilayah, baik secara teoritis maupun praktis. Tulisan ini dimaksudkan
untuk mengelaborasi lebih lanjut temuan tersebut, melihat perkembangannya dalam
kurun 17 tahun setelah penerbitan tulisan Guild (2000), dan melihat konteks
kesesuaiannya dengan kondisi empiris di Indonesia.
II. Peran Infrastruktur Dalam Pembangunan Sosial - Ekonomi
Wilayah
II.1 Infrastruktur Dalam Teori Pembangunan Wilayah
Menurut Guild (2000), peran infrastruktur dalam pembangunan wilayah
secara konseptual setidaknya dapat dilihat dari dua teori pembangunan wilayah,
yaitu Teori Pembangunan Ekonomi Neoklasik (Neoclassical Economic
Development Theory) dan Teori Sebab Akibat Kumulatif (Cumulative Causation
Theory). Dalam Teori Pembangunan Ekonomi Neoklasik, pembangunan mulai
terwujud ketika industri usaha dan industri rumah tangga mampu menggunakan
tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam secara efektif dan efisien. Di sini,
infrastruktur akan memegang peranan penting dan memberikan dua efek positif
dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, ketersediaan infrastruktur akan
meningkatkan produktivitas modal fisik dan modal sumber daya manusia.
Meningkatnya produktivitas akan mampu menurunkan biaya produksi dan logistik,
sehingga pada akhirnya permintaan akan hasil produksi wilayah akan meningkat.
2
Kedua, infrastruktur dapat dipandang sebagai salah satu investasi langsung di dalam
wilayah, sehingga dalam pembangunannya akan menyerap barang dan jasa di sektor
konstruksi, yang berimplikasi pada penambahan terhadap pendapatan dan hasil
produksi wilayah.
Selain Teori Neoklasik, peran infrastruktur juga dianggap cukup penting
dalam Teori Sebab Akibat Kumulatif. Dalam teori ini, pertumbuhan ekonomi
wilayah pertama kali muncul sebagai hasil dari stimulus awal seperti misalnya
kekayaan sumber daya alam wilayah yang kemudian dieksploitasi. Investasi yang
dilakukan untuk mengeksploitasi sumber daya alam akan menarik investasi lebih
lanjut dan mulai menumbuhkan keunggulan atau daya saing wilayah. Infrastruktur
kemudian berperan sebagai penyedia fasilitas umum yang lebih baik dan
melengkapi fasilitas yang disediakan sektor swasta, menghilangkan kendala
kapasitas produksi, dan memperlancar arus barang dan jasa. Iklim usaha dalam
wilayah yang kompetitif sebagai ekses dari ketersediaan infrastruktur akan memicu
investasi swasta yang lebih banyak dan pada akhirnya meningkatkan arus modal
masuk ke dalam wilayah. Infrastruktur juga dapat menjadi faktor penarik munculnya
pasar kerja, dan selanjutnya membentuk aglomerasi ekonomi yang memicu
pertumbuhan ekonomi wilayah. Secara skematis, peran infrastruktur dalam
pembangunan ekonomi wilayah disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Ketarkaitan Output dan Keuntungan dari Investasi Infrastruktur
Angkatan Kerja Investasi Modal Swasta Investasi Infrastruktur
Fungsi Produksi
Output:
Regional dan Sektoral
Investasi
Dorongan
Manfaat Konsumsi
Sumber: Guild (2000)
3
II.2 Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Penguatan Sektoral
dan Sosial.
Guild (2000) mengemukakan bahwa pengaruh infrastruktur terhadap
pembangunan wilayah setidaknya dapat dilihat dari aspek sektoral maupun sosial.
Pengaruh ini bagi setiap wilayah besar kemungkinan akan berbeda-beda. Dilihat
dari kacamata sektoral, infrastruktur berperan dalam pembangunan sektoral melalui
peningkatan produktivitas, melengkapi investasi swasta, dan menjadi bangkitan bagi
masuknya investasi swasta dan rumah tangga. Infrastruktur dapat berperan sebagai
salah satu faktor produksi secara langsung maupun tidak langsung. Contoh dari
peran langsung misalnya, penyediaan listrik, air dan bahan bakar. Peran tidak
langsung misalnya penyediaan jaringan jalan dan jaringan telekomunikasi yang
mampu memperlancar dan mengurangi biaya produksi dan distribusi. Infrastruktur
juga dapat menjadi komplemen dan bangkitan bagi investasi swasta untuk masuk ke
dalam wilayah. Sebagai misal, invcstasi publik dalam bentuk pembangunan
infrastruktur jalan di suatu wilayah akan menarik investor swasta untuk berani
berinvestasi, mengingat mereka tidak perlu mengupayakan modal infrastruktur,
sehingga biaya produksi lebih rendah dan produk dapat lebih kompetitif di pasar.
Dilihat dari aspek sosial, pembangunan infrastruktur akan berdampak pada
perbaikan tiga indikator sosial yang meliputi pendapatan (income), aksesbilitas
(accessibility), dan konsumsi (consumption). Jika infrastruktur meningkatkan
produktivitas, maka pendapatan akan meningkat dan mampu menjadi penarik
berkembangnya pasar kerja. Pasar kerja yang tumbuh akan meningkatkan
pendapatan per kapita wilayah maupun rumah tangga. Efek ini ditunjang dengan
efek infrastruktur terhadap perbaikan aksesbilitas, dengan contoh pekerja yang akan
mempunyai akses yang lebih baik terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan, hiburan
dan pemenuhan kebutuhan lainnya. Kemudahan akses juga berimplikasi pada
kemudahan memperoleh barang dan jasa, sehingga pertumbuhan usaha penyediaan
barang dan jasa akan ikut tumbuh, yang pada gilirannya akan mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah secara lebih cepat. Penduduk di dalam wilayah akan
memiliki waktu untuk melakukan interaksi sosial sebagai ekses dari kualitas
aksesbilitas yang baik. Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas juga akan
memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan kualitas lingkungan, serta mendukung
pemenuhan kebutuhan akan lingkungan tempat tinggal dan berusaha yang sehat.
4
II.3 Realisasi Peran Infrastruktur Dalam Pembangunan Wilayah di
Berbagai Negara.
Guild (2000) selanjutnya menyoroti bagaimana penerapan model konseptual
peran infrastruktur dalam pembangunan wilayah berdasarkan fakta empiris yang
dilaksanakan di berbagai negara. Melalui kajian literatur yang dilakukan, peran
infrastruktur dalam pembangunan wilayah secara empiris dapat dilihat baik dari
aspek sektoral maupun sosial.
Dilihat dari aspek sektoral, literatur-literatur yang dikutip Guild (2000) yang
berasal dari penelitian dari tahun 1980 sampai 2000 di berbagai negara menunjukkan
bahwa pembangunan infrastruktur mampu memicu pertumbuhan ekonomi
sebagaimana diuraikan dalam penjelasan teoritis. Keberadaan infrastruktur dasar
seperti jalan, listrik, air bersih, dan sanitasi mampu mempercepat pertumbuhan
ekonomi wilayah. Sektor yang memperoleh dampak positif tidak hanya aktivitas
ekonomi industri, perdagangan dan jasa, tetapi juga pertanian. Namun demikian
efek pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
ini terdapat variasi-variasi yang dapat disimpulkan ke dalam dua pernyataan,
Pertama, jika ketersediaan infrastruktur meningkatkan produktivitas sektor swasta,
yang terjadi selanjutnya adalah investasi swasta yang lebih besar. Kedua, jika
keberadaan infrastruktur berfungsi menggantikan peran swasta, maka investasi
pembangunan infrastruktur akan menghasilkan investasi swasta yang tidak terlalu
besar. Selain itu, terdapat beberapa kesimpulan umum terkait pengaruh infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Pertama, keberadaan infrastruktur dasar
(jalan, listrik, air) memegang peranan lebih penting daripada infrastruktur
pendukung lain, dan kedua, efek positif infrastruktur lebih muncul di tingkat
nasional dan regional daripada tingkal lokal (metropolitan).
Dilihat dari aspek sosial, kajian empiris yang dikutip Guild (2000)
menunjukkan bahwa keberadaan infrastruktur akan meningkatkan pendapatan yang
lebih tinggi untuk sektor rumah tangga sebagaimana sektor industri. Sektor rumah
tangga mendapat kesempatan untuk memperoleh lapangan pekerjaan melalui
ketersediaan infrastruktur transportasi dan komunikasi. Infrastruktur juga
meningkatkan pendapatan secara langsung karena dalam pembangunan dan
pengelolaannya memerlukan faktor produksi barang dan sumber daya manusia,
walaupun efek pertumbuhannya tidak selalu permanen. Klaim teoritis infrastruktur
dapat meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan dan layanan
sosial lainnya juga dibuktikan dengan kenyataan empiris dari berbagai kajian yang
dilakukan di banyak negara (Guild, 2000).
5
II.4 Implikasi Untuk Perencanaan Pembangunan Wilayah
Apa yang diuraikan dari pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa
perencanaan infrastruktur dapat menghadirkan pembangunan intra dan antar
wilayah sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah. Selanjutnya, bagaimana
mekanisme terbaik untuk mengimplementasikan penyediaan infrastruktur dalam
perencanaan pembangunan wilayah?. Untuk kepentingan ini, Guild (2000) telah
melakukan kajian literatur teoritis, dan mendasarkan asumsi teoritis dari Hensen
(1965) dalam Guild (2000), yang menyebutkan bahwa pengaruh investasi
infrastruktur akan bervariasi efeknya tergantung dari tingkat pembangunan yang ada
di dalam wilayah.
Hensen (1965) dalam Guild (2000) membagi wilayah menjadi tiga kelas,
yaitu wilayah padat (congested), wilayah sedang (intermediate) dan wilayah
tertinggal (lagging). Wilayah padat memiliki karakteristik produktivitas yang tinggi
dibanding tingkat ketersediaan infrastrukturnya. Investasi infrastruktur pada
wilayah ini kemungkinan besar tidak akan terlalu berdampak positif. Wilayah
menengah memiliki potensi peningkatan produktivitas yang besar (sebagai misal,
wilayahnya kaya sumber daya alam), namun tidak memiliki infrastruktur yang
mendukung. Investasi infrastruktur pada wilayah ini akan mampu meningkatkan
produktivitas secara maksimal. Sedangkan wilayah tertinggal dicirikan dengan
kurangnya modal dan sumber daya manusia, sehingga tidak mampu untuk
mengeksploitasi potensi wilayahnya. Investasi infrastruktur pada wilayah seperti ini
tidak akan memberikan efek yang diharapkan dalam waktu singkat.
Lebih lanjut, Hensen (1965) dalam Guild (2000) mengusulkan perlakuan
investasi infrastruktur yang berbeda untuk tiga tipologi wilayah di atas. Untuk
wilayah padat, investasi infrastruktur ditujukan secara spesifik untuk permasalahan
utama yang dihadapi wilayah, tersebut tanpa melakukan ekspansi sistem wilayah.
Hal ini penting karena investasi infrastruktur yang tidak diperhatikan akan membuat
permasalahan di wilayah padat akan membesar dan pada akhirnya menyebabkan
kemunduran dan permasalahan wilayah menjadi semakin kompleks. Sedangkan
untuk wilayah menengah, pembangunan infrastruktur dasar seperti jaringan jalan,
jaringan komunikasi dan energi akan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Adapun
untuk wilayah tertinggal, investasi infrastruktur yang dianggap penting adalah
layanan sosial terlebih dahulu untuk menyiapkan sumber daya wilayah agar dapat
mengelola potensi yang ada untuk kemudian mulai bergerak ke arah produktif.
Preposisi di atas telah dibuktikan kebenarannya secara empiris berdasarkan
studi yang dilakukan di banyak negara, utamanya negara berkembang (Guild, 2000).
6
Dengan demikian pembangunan infrastruktur harus mempertimbangkan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan wilayah dan mempunyai tujuan-tujuan khusus
yang konkret sesuai dengan permasalahan eksisting yang dihadapi setiap wilayah
(Guild, 2000). Bukti empiris dari kajian juga menjawab pertanyaan apakah investasi
infrastruktur terlebih dahulu atau menunggu meningkatnya aktivitas perekonomian
di suatu wilayah baru kemudian didukung pembangunan infrastruktur.
II.5 Perkembangan Lebih Lanjut
Hasil kajian Guild (2000) hanya menyajikan bukti empiris dari hasil kajian
yang dilakukan sampai tahun 2000. Untuk periode dari tahun 2000 sampai saat ini,
kajian-kajian hubungan antara pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan dan
pengembangan ekonomi wilayah antara lain dilakukan oleh Elburz et al. (2017),
yang menemukan adanya variasi hubungan antara pembangunan infrastruktur dan
pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.
Hasil studi Elburz et al. (2017) menemukan bahwa pembangunan
infrastruktur di Amerika Serikat menunjukkan hubungan negatif dengan
pertumbuhan ekonomi wilayah, sementara di negara-negara Eropa justru
sebaliknya. Adapun untuk negara seperti China, India dan Turki menunjukkan tidak
adanya pengaruh yang signifikan. Hubungan positif di Eropa disinyalir disebabkan
oleh kondisi infrastruktur Eropa yang tidak terkoneksi sebelumnya, sehingga
pembangunan infrastruktur dapat memberikan efek yang maksimal.
Hubungan negatif antara pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan
ekonomi wilayah sebagaimana nampak dari kajian Elburz et al, (2017) disinyalir
karena adanya efek negative spillovers sebagai ekses dari kompetisi ekonomi antar
wilayah, yang berujung pada kehilangan pasar. Elburz (2017) juga menemukan
bahwa jenis infrastruktur publik yang paling berperan dalam memajukan wilayah,
lepas dari karakteristik endogen dari wilayah tersebut adalah infrastruktur
telekomunikasi. Elburz (2017), juga menyebutkan bahwa kajian empiris mengenai
hubungan antara investasi infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan
sebelum tahun 1995 banyak yang tidak konsisten secara metodologi dan data,
sehingga tidak bisa diterima sebagai bukti empiris secara komprehensif.
7
III. Peran Infrastruktur Dalam Pembangunan Ekonomi Regional
Indonesia
III.1 Dinamika Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Ekses Terhadap
Pembangunan Infrastruktur di Indonesia
Perencanaan pembangunan wilayah di Indonesia bisa dikatakan terlambat
mengantisipasi perubahan paradigma dibanding dengan perkembangan di luar
negeri. Sampai pada diberlakukannya Undang-undang Penataan Ruang Nomor 24
Tahun 1992 dan kemudian otonomi daerah Tahun 1999, perencanaan
pengembangan wilayah di Indonesia masih menggunakan pendekatan tradisional
dimana keluaran dari perencanaan wilayah adalah gambaran statis kondisi wilayah
di masa depan (dalam bentuk masterplan atau peta). Perencanaan wilayah belum
mempertimbangkan pendekatan proses perencanaan modern yang berorientasi
program daripada hasil akhir (Winarso dan Mattingly, 2002). Jika dilakukan kilas
balik ke belakang, kesadaran dan upaya akan pembangunan berdimensi
kewilayahan, lintas sektor, dan bottom up di Indonesia beserta kebijakan terkait
sudah muncul sejak tahun 1970-an, namun dalam tataran praktek tidak tercapai
karena kuatnya ego sektoral, dan pengaruh sentralisasi pemerintahan (Deni dan
Jumantri, 2002). Selain itu, Pemerintah Orde Baru juga cenderung lebih pragmatis
dan mengejar pembangunan yang berorientasi stabilitas politik.
Pembangunan wilayah yang bersifat sentralistik pragmatis sampai sebelum
berjalannya otonomi daerah disinyalir menjadi salah satu penyebab dari disparitas
ekonomi wilayah di Indonesia. Aktivitas ekonomi industri Indonesia terpusat di
Jawa dan sebagian Sumatera (Kuncoro, 2007 dalam Kuncoro, 2013). Dengan
demikian maka pembangunan infrastruktur lebih banyak dilakukan di Kawasan
Barat Indonesia daripada Kawasan Timur Indonesia. Disparitas ini nampak nyata
dari hasil kajian indeks infrastruktur yang dilakukan Fitriandi et al. (2014) dan Latief
et al. (2016), yang menemukan dominasi pembangunan infrastruktur di provinsi-
provinsi Kawasan Barat Indonesia. Jika dirunut kembali, memang pada dasarnya
penduduk Indonesia lebih terkonsentrasi di kawasan barat daripada kawasan timur.
Potensi penduduk yang besar di barat ini yang membuat industri lebih memilih
wilayah barat daripada wilayah timur sebagai pusat aktivitas produksi, dan secara
otomatis pembangunan infrastruktur mengikuti dari dinamika demografi dan
ekonomi yang terjadi (sesuai dengan pragmatism pemerintah yang telah diuraikan
sebelumnya).
8
III.2 Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di
Indonesia
Profil Demografi yang berimplikasi pada pembangunan infrastuktur dasar,
dan berimplikasi lebih lanjut pada pemusatan aktivitas ekonomi dan aglomerasi di
Kawasan Barat Indonesia, merupakan salah satu permasalahan wilayah mendasar di
Indonesia sampai saat ini. Disparitas ini masih terjadi, bahkan setelah kebijakan
otonomi daerah telah berjalan lebih dari 10 tahun, sebagaimana nampak dari hasil
kajian Kuncoro (2013). Efek dari disparitas ini secara kasat mata dapat dilihat, yaitu
Kawasan Barat Indonesia lebih maju dan makmur dari kawasan timur.
Hasil kajian empiris mengenai hubungan antara pembangunan infrastruktur
dengan pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia antara lain dilakukan oleh
Prasetyo, et al. (2013) yang merangkum hasil kajian dari peneliti-peneliti
sebelumnya yang mengkaji hubungan antara pembangunan infrastruktur dan
pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia (lihat Tabel 1). Sementara kajian
Prasetyo, et al. (2013) lebih berfokus pada melihat hubungan infrastruktur dengan
pertumbuhan ekonomi kabupaten-kabupaten yang termasuk dalam kawasan
perbatasan, dengan hasil berupa hubungan yang kuat antara penyediaan infrastruktur
sosial (kesehatan dan pendidikan). Sedangkan infrastruktur ekonomi yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah infrastruktur telekomunikasi.
Tabel 1. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
(Sumber: Prasetyo et al. 2013)
Peneliti Temuan
Amrullah (2006) Ada hubungan positif antara pembangunan infrastruktur jalan, listrik,
telepon dan air dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, yang tercermin
dari pendapatan per kapita.
Prasetyo (2010) Infrastruktur listrik dan jalan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi, sedangkan infrastruktur air bersih tidak.
Sari (2011) Infrastruktur mampu memperbaiki perekonomian dalam jangka panjang
dan mengurangi kemiskinan di kabupaten-kabupaten tertinggal.
Wahyuni (2011) Ketersediaan infrastruktur mempengaruhi disparitas antar wilayah di
Pulau Jawa, utamanya adalah infrastruktur kesehatan, listrik dan air
bersih.
Radiansyah (2012) Pembangunan infrastruktur dan otonomi daerah berdampak positif
terhadap pertumbuhan ekonomi, yang tercermin dari pendapatan per
kapita
9
IV. Sintesa Akhir dan Kesimpulan
Pengaruh investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah,
dalam kenyataannya tidak sesederhana asumsi-asumsi yang digunakan di dalam
Teori Neo Klasik dan Teori Sebab Akibat Kumulatif. Asumsi-asumsi dalam kedua
teori tersebut hanya berlaku ketika wilayah yang akan direncanakan belum
mengalami perkembangan ekonomi lanjut (wilayah menengah) namun memiliki
banyak potensi. Infrastruktur publik tertentu (pendidikan, komunikasi dan
kesehatan) juga penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah
tertinggal (lagging) guna menyiapkan sumber daya manusia dan faktor endogen lain
di dalam wilayah agar ketika investasi ekonomi mulai masuk, kapasitas sumberdaya
manusia dan kelembagaan wilayah sudah siap.
Berdasarkan hasil kajian empiris di berbagai negara maju dan berkembang,
pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi bersifat tidak permanen.
Amerika Serikat yang sudah mempunyai infrastruktur yang baik mengalami
kemunduran ekonomi walaupun kualitas dan kuantitas infrastruktur terus
ditingkatkan. Sementara negara-negara Eropa masih menunjukkan gairah kemajuan
ekonomi seiiring dengan pembangunan infrastruktur yang terus digalakkan. Dalam
hal ini preposisi Hensen (1965) dalam Guild (2000) lebih terbukti. Karakter endogen
dan tingkat kemajuan wilayah ikut berperan dalam merespon investasi infrastruktur
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk kasus Indonesia, dari hasil kajian yang telah dilakukan, investasi
infrastruktur skala besar masih dibutuhkan dalam rangka menumbuhkan dan
memeratakan ekonomi. Hal ini sesuai asumsi teoritis, baik Teori Neoklasik maupun
Teori Sebab Akibat Kumulatif. Secara umum bisa dikarenakan kualitas dan
kuantitas infrastruktur di Indonesia masih belum baik, ditambah adanya disparitas
antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia sebagai ekses dari pembangunan
selama ini yang cenderung berpusat di barat. Namun demikian, pemahaman
karakteristik kewilayahan (terutama faktor endogen) tetap memegang peran penting
dalam perencanaan pembangunan wilayah di Indonesia, agar investasi infrastruktur
dapat memberikan kemanfaatan maksimal, sebagaimana diuraikan dalam Preposisi
Hensen. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pembangunan infrastruktur di
kawasan timur akan dapat memberikan efek pertumbuhan ekonomi yang lebih baik
daripada kawasan barat. Sementara di kawasan barat, investasi ekonomi baik yang
berasal dari modal asing maupun modal dalam negeri mungkin lebih mementingkan
kesiapan sumberdaya manusia dan kelembagaan (faktor endogen wilayah) daripada
ketersediaan infrastruktur semata.
10
Daftar Pustaka
Deni, R., & Djumantri, M. (2002). Pergeseran Pendekatan Dalam Perencanaan
Pengembangan Wilayah di Indonesia. dalam Winarso, H. et.al (eds.) (2002).
Pemikiran dan Praktek Perencanaan dalam Era Transformasi di Indonesia
(pp. 9-26). Bandung: Departemen Teknik Planologi ITB.
Elburz, Z., Nijkamp, P., & Pels, E. (2015). Public Infrastructure and Regional
Growth: Lessons from meta-analysis. Journal of Transport Geography, 58
(2017), 1-8.
Fitriandi, P., Kakinaka, M., & Kotani, K. (2014). Foreign Direct Investment and
Infrastructure Development in Indonesia: Evidence from Province Level
Data. Asian Journal of Empirical Research, 4 (1), 79-94.
Guild, R. L. (2000). Infrastructure Investment and Interregional Development
Theory, Evidence, and Implications for Planning. Public Works Management
& Policy, 4 (4), 274-285.
Kuncoro, M. (2013). Economic Geography of Indonesia: Can MP3EI Reduce Inter-
Regional Inequality?. South East Asia Journal of Contemporary Business,
Economics and Law, 2 (2), 17-33.
Latief, Y., Berawi, M. A., Rarasati, A. D., Supriadi, L. S., Berawi, A. R. B., &
Hayuningtyas, I. S. (2016). Mapping Priorities for the Development of the
Transportation Infrastructure in the Provincial Capitals of Indonesia.
International Journal of Technology, 4 (2016), 544-552.
Prasetyo, B. A., Priyarsono, D. S., & Mulatsih, S. (2013). Infrastructure, Economic
Growth, and Inequality in Indonesia Land Borders. Economic Journal of
Emerging Markets, 5 (2), 99-108.
Winarso, H., & Mattingly, M. (2003). Spatial Planning in the Programming of Urban
Investment: The Experience of Indonesia’s Integrated Urban Infrastructure
Development Programme, International Development Planning Review, 24
(2), 109 – 125.

More Related Content

What's hot

Open Data + Industri Ekstraktif
Open Data + Industri EkstraktifOpen Data + Industri Ekstraktif
Open Data + Industri Ekstraktif
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Oswar Mungkasa
 
Pembangunan wilayah
Pembangunan  wilayahPembangunan  wilayah
Pembangunan wilayah
niarohania1
 
Akselerasi Pencapaian Visi Pembangunan Daerah
Akselerasi Pencapaian Visi Pembangunan DaerahAkselerasi Pencapaian Visi Pembangunan Daerah
Akselerasi Pencapaian Visi Pembangunan Daerah
Dadang Solihin
 
Proposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian pptProposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian ppt
Aulia Hamunta
 
Dampak Pembangunan Perumahan terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pembangunan Perumahan terhadap Perekonomian IndonesiaDampak Pembangunan Perumahan terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pembangunan Perumahan terhadap Perekonomian Indonesia
Oswar Mungkasa
 
Resume sg 1 16612271
Resume sg 1 16612271Resume sg 1 16612271
Resume sg 1 16612271
Grace Rumondang Pangaribuan
 
Urgensi pengendalian produksi batubara baru
Urgensi pengendalian produksi batubara baruUrgensi pengendalian produksi batubara baru
Urgensi pengendalian produksi batubara baru
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
PUSTAKAVirtualTataRu
 

What's hot (10)

Open Data + Industri Ekstraktif
Open Data + Industri EkstraktifOpen Data + Industri Ekstraktif
Open Data + Industri Ekstraktif
 
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
Tata Kelola Kolaboratif dalam Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Konsep, Pra...
 
Pembangunan wilayah
Pembangunan  wilayahPembangunan  wilayah
Pembangunan wilayah
 
Akselerasi Pencapaian Visi Pembangunan Daerah
Akselerasi Pencapaian Visi Pembangunan DaerahAkselerasi Pencapaian Visi Pembangunan Daerah
Akselerasi Pencapaian Visi Pembangunan Daerah
 
Bulletin ck apr11
Bulletin ck apr11Bulletin ck apr11
Bulletin ck apr11
 
Proposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian pptProposal Penelitian ppt
Proposal Penelitian ppt
 
Dampak Pembangunan Perumahan terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pembangunan Perumahan terhadap Perekonomian IndonesiaDampak Pembangunan Perumahan terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak Pembangunan Perumahan terhadap Perekonomian Indonesia
 
Resume sg 1 16612271
Resume sg 1 16612271Resume sg 1 16612271
Resume sg 1 16612271
 
Urgensi pengendalian produksi batubara baru
Urgensi pengendalian produksi batubara baruUrgensi pengendalian produksi batubara baru
Urgensi pengendalian produksi batubara baru
 
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
Penerapan Tata Kelola Kolaboratif�dalam mewujudkan Smart City. Pemahaman, Pra...
 

Viewers also liked

From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
bramantiyo marjuki
 
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problemsSedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
bramantiyo marjuki
 
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GISPerencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
bramantiyo marjuki
 
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
bramantiyo marjuki
 
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
bramantiyo marjuki
 
Membuat map packages di ArcGIS
Membuat map packages di ArcGISMembuat map packages di ArcGIS
Membuat map packages di ArcGIS
bramantiyo marjuki
 
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI SoftwareTutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
bramantiyo marjuki
 
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM (SIGI-PU) U...
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM  (SIGI-PU) U...APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM  (SIGI-PU) U...
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM (SIGI-PU) U...
bramantiyo marjuki
 
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah BantenKEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
bramantiyo marjuki
 
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi) Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
bramantiyo marjuki
 
Belajar arc gis 10.2 10.3
Belajar arc gis 10.2 10.3Belajar arc gis 10.2 10.3
Belajar arc gis 10.2 10.3Beni Raharjo
 
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF IndonesiaReport Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
bramantiyo marjuki
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
bramantiyo marjuki
 
Modul gps Garmin oregon 550
Modul gps Garmin oregon 550Modul gps Garmin oregon 550
Modul gps Garmin oregon 550
bramantiyo marjuki
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasKebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
bramantiyo marjuki
 
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PUModul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
bramantiyo marjuki
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce InequityWonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity
bramantiyo marjuki
 
Contoh cv template-marketing-manager
Contoh cv template-marketing-managerContoh cv template-marketing-manager
Contoh cv template-marketing-manager
aasupriad
 
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologiAcara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologiaryadipayana
 
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...Siti Aziza
 

Viewers also liked (20)

From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
 
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problemsSedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
Sedimentation in Tempe Lake Sulawesi and its future problems
 
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GISPerencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
Perencanaan Hub Logistik Sederhana Berbasis Tabulasi Silang dan GIS
 
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
 
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
 
Membuat map packages di ArcGIS
Membuat map packages di ArcGISMembuat map packages di ArcGIS
Membuat map packages di ArcGIS
 
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI SoftwareTutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
Tutorial ASTER Imagery Orthorectification Using ENVI Software
 
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM (SIGI-PU) U...
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM  (SIGI-PU) U...APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM  (SIGI-PU) U...
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM (SIGI-PU) U...
 
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah BantenKEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
KEK Tanjung Lesung dan Implikasi Untuk Ekonomi Wilayah Banten
 
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi) Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
Modul Quantum GIS 2 (Aplikasi)
 
Belajar arc gis 10.2 10.3
Belajar arc gis 10.2 10.3Belajar arc gis 10.2 10.3
Belajar arc gis 10.2 10.3
 
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF IndonesiaReport Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
Report Landuse Mapping Kutai Barat, 2011, WWF Indonesia
 
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
Remote Sensing For Geomorphology, Image Processing, Short Tutorial Using ArcG...
 
Modul gps Garmin oregon 550
Modul gps Garmin oregon 550Modul gps Garmin oregon 550
Modul gps Garmin oregon 550
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasKebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
 
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PUModul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce InequityWonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity
 
Contoh cv template-marketing-manager
Contoh cv template-marketing-managerContoh cv template-marketing-manager
Contoh cv template-marketing-manager
 
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologiAcara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
 
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA TRANSFER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOM...
 

Similar to Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its relevance for Indonesia

jurnal Anggaran dan keuangan Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Kontr...
jurnal Anggaran dan keuangan Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Kontr...jurnal Anggaran dan keuangan Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Kontr...
jurnal Anggaran dan keuangan Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Kontr...
heniekowati
 
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGKDita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
UGK
 
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Imm Ida
 
Aspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan PermukimanAspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan Permukimanpindotutuko
 
Pengembangan Investasi Daerah.pptx
Pengembangan Investasi Daerah.pptxPengembangan Investasi Daerah.pptx
Pengembangan Investasi Daerah.pptx
padlah1984
 
Prakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourPrakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colour
tedy2629
 
PPT Instrumen Penelitian 23 juli 2022.pptx
PPT Instrumen Penelitian 23 juli 2022.pptxPPT Instrumen Penelitian 23 juli 2022.pptx
PPT Instrumen Penelitian 23 juli 2022.pptx
NaisyahRahma
 
PPT Instrumen Penelitian 21 juli 2022.pptx
PPT Instrumen Penelitian 21 juli 2022.pptxPPT Instrumen Penelitian 21 juli 2022.pptx
PPT Instrumen Penelitian 21 juli 2022.pptx
NaisyahRahma
 
pembiayaan Pembangunan
pembiayaan Pembangunanpembiayaan Pembangunan
pembiayaan Pembangunan
Utin Dwi Nurul Aini
 
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintah
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintahModul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintah
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintahIr. Zakaria, M.M
 
Ppt the impact of public expenditure components on economic growth in kenya
Ppt the impact of public expenditure components on economic growth in kenyaPpt the impact of public expenditure components on economic growth in kenya
Ppt the impact of public expenditure components on economic growth in kenyaChandra Simbolon
 
Birokrasi di Indonesia
Birokrasi di IndonesiaBirokrasi di Indonesia
Birokrasi di Indonesia
IQChannel
 
9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah
firman sahari
 
9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah
firman sahari
 
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...Ely Goro Leba
 
Policy Brief Pemerintah Kota Madiun (1).pdf
Policy Brief Pemerintah  Kota Madiun (1).pdfPolicy Brief Pemerintah  Kota Madiun (1).pdf
Policy Brief Pemerintah Kota Madiun (1).pdf
KetahananBangsa
 
PPT SEMINAR PENELITIAN.pptx
PPT SEMINAR PENELITIAN.pptxPPT SEMINAR PENELITIAN.pptx
PPT SEMINAR PENELITIAN.pptx
Gisa25
 
Peran TIK Dalam Penyusunan Evidence-based Policy di Era VUCA
Peran TIK Dalam Penyusunan Evidence-based Policy di Era VUCAPeran TIK Dalam Penyusunan Evidence-based Policy di Era VUCA
Peran TIK Dalam Penyusunan Evidence-based Policy di Era VUCA
Tri Widodo W. UTOMO
 

Similar to Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its relevance for Indonesia (20)

jurnal Anggaran dan keuangan Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Kontr...
jurnal Anggaran dan keuangan Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Kontr...jurnal Anggaran dan keuangan Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Kontr...
jurnal Anggaran dan keuangan Penyebab Keterlambatan Penyelesaian Proyek Kontr...
 
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGKDita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
Dita Nurlaila Pratiwi 20333016 .INFRASTRUKTUR EPP Prodi EP UGK
 
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
Kebijakan infrastruktur meningkatkan kualitas lingkungan (KL)
 
Aspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan PermukimanAspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan Permukiman
 
Pengembangan Investasi Daerah.pptx
Pengembangan Investasi Daerah.pptxPengembangan Investasi Daerah.pptx
Pengembangan Investasi Daerah.pptx
 
Prakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colourPrakarsa juli-2010-ina-colour
Prakarsa juli-2010-ina-colour
 
PPT Instrumen Penelitian 23 juli 2022.pptx
PPT Instrumen Penelitian 23 juli 2022.pptxPPT Instrumen Penelitian 23 juli 2022.pptx
PPT Instrumen Penelitian 23 juli 2022.pptx
 
PPT Instrumen Penelitian 21 juli 2022.pptx
PPT Instrumen Penelitian 21 juli 2022.pptxPPT Instrumen Penelitian 21 juli 2022.pptx
PPT Instrumen Penelitian 21 juli 2022.pptx
 
Panduan diseminasi-2018
Panduan diseminasi-2018Panduan diseminasi-2018
Panduan diseminasi-2018
 
pembiayaan Pembangunan
pembiayaan Pembangunanpembiayaan Pembangunan
pembiayaan Pembangunan
 
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintah
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintahModul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintah
Modul 7 manajemen investasi ti sektor pemerintah
 
Ppt the impact of public expenditure components on economic growth in kenya
Ppt the impact of public expenditure components on economic growth in kenyaPpt the impact of public expenditure components on economic growth in kenya
Ppt the impact of public expenditure components on economic growth in kenya
 
Birokrasi di Indonesia
Birokrasi di IndonesiaBirokrasi di Indonesia
Birokrasi di Indonesia
 
9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah
 
9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah9 pembangunan ekonomi daerah
9 pembangunan ekonomi daerah
 
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT     “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
KEMITRAAN SEKTOR PUBLIK – PRIVAT “Public-Private Partnership (PPP)”, MODE...
 
tugas geografi industri
tugas geografi  industri tugas geografi  industri
tugas geografi industri
 
Policy Brief Pemerintah Kota Madiun (1).pdf
Policy Brief Pemerintah  Kota Madiun (1).pdfPolicy Brief Pemerintah  Kota Madiun (1).pdf
Policy Brief Pemerintah Kota Madiun (1).pdf
 
PPT SEMINAR PENELITIAN.pptx
PPT SEMINAR PENELITIAN.pptxPPT SEMINAR PENELITIAN.pptx
PPT SEMINAR PENELITIAN.pptx
 
Peran TIK Dalam Penyusunan Evidence-based Policy di Era VUCA
Peran TIK Dalam Penyusunan Evidence-based Policy di Era VUCAPeran TIK Dalam Penyusunan Evidence-based Policy di Era VUCA
Peran TIK Dalam Penyusunan Evidence-based Policy di Era VUCA
 

More from bramantiyo marjuki

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
bramantiyo marjuki
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
bramantiyo marjuki
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
bramantiyo marjuki
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
bramantiyo marjuki
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
bramantiyo marjuki
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagery
bramantiyo marjuki
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
bramantiyo marjuki
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
bramantiyo marjuki
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
bramantiyo marjuki
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
bramantiyo marjuki
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
bramantiyo marjuki
 
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization PracticesStakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
bramantiyo marjuki
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
bramantiyo marjuki
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
bramantiyo marjuki
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Management
bramantiyo marjuki
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
bramantiyo marjuki
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata,
bramantiyo marjuki
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
bramantiyo marjuki
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
bramantiyo marjuki
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
bramantiyo marjuki
 

More from bramantiyo marjuki (20)

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagery
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
 
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization PracticesStakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Management
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata,
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
 

Recently uploaded

materi Obat obatan saluran pencernaan.pdf
materi Obat obatan saluran pencernaan.pdfmateri Obat obatan saluran pencernaan.pdf
materi Obat obatan saluran pencernaan.pdf
SopiOktapiani
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
NathanielIbram
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docxASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
rms1987mom3anak
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
FazaKhilwan1
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 

Recently uploaded (7)

materi Obat obatan saluran pencernaan.pdf
materi Obat obatan saluran pencernaan.pdfmateri Obat obatan saluran pencernaan.pdf
materi Obat obatan saluran pencernaan.pdf
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docxASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 

Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its relevance for Indonesia

  • 1. TUGAS MATA KULIAH TEORI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN (PWK605) Dosen Pengampu: Dr. Ir. Hadi Wahyono, MA. PERAN INFRASTRUKTUR DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH TINJAUAN TEORITIS DAN PRAKTIS Disusun oleh: BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036 MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017
  • 2. 1 I. Pendahuluan Kebijakan pembangunan wilayah secara umum ditujukan untuk mewujudkan struktur ekonomi wilayah yang kuat dan menstimulasi aktivitas-aktivitas ekonomi produktif, yang pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah. Keberadaan infrastruktur telah lama diketahui sangat berperan dalam mewujudkan kepentingan tersebut, di samping pembangunan sektor lainnya seperti pembangunan sumberdaya manusia, konservasi lingkungan dan penguatan kelembagaan wilayah. Secara teoritis, investasi infrastruktur di suatu wilayah akan memicu pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut karena infrastruktur dapat memberikan kemudahan akses untuk aktivitas produksi, memberikan ruang untuk mobilitas faktor produksi, dan mengurangi pembiayaan untuk distribusi hasil produksi. Namun dalam tataran praktis, hubungan antara penyediaan dan investasi infrastruktur tidak selalu linier positif dengan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi wilayah. Guild (2000) telah melakukan kajian mengenai peran infrastruktur dalam pembangunan wilayah, baik secara teoritis maupun praktis. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengelaborasi lebih lanjut temuan tersebut, melihat perkembangannya dalam kurun 17 tahun setelah penerbitan tulisan Guild (2000), dan melihat konteks kesesuaiannya dengan kondisi empiris di Indonesia. II. Peran Infrastruktur Dalam Pembangunan Sosial - Ekonomi Wilayah II.1 Infrastruktur Dalam Teori Pembangunan Wilayah Menurut Guild (2000), peran infrastruktur dalam pembangunan wilayah secara konseptual setidaknya dapat dilihat dari dua teori pembangunan wilayah, yaitu Teori Pembangunan Ekonomi Neoklasik (Neoclassical Economic Development Theory) dan Teori Sebab Akibat Kumulatif (Cumulative Causation Theory). Dalam Teori Pembangunan Ekonomi Neoklasik, pembangunan mulai terwujud ketika industri usaha dan industri rumah tangga mampu menggunakan tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam secara efektif dan efisien. Di sini, infrastruktur akan memegang peranan penting dan memberikan dua efek positif dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, ketersediaan infrastruktur akan meningkatkan produktivitas modal fisik dan modal sumber daya manusia. Meningkatnya produktivitas akan mampu menurunkan biaya produksi dan logistik, sehingga pada akhirnya permintaan akan hasil produksi wilayah akan meningkat.
  • 3. 2 Kedua, infrastruktur dapat dipandang sebagai salah satu investasi langsung di dalam wilayah, sehingga dalam pembangunannya akan menyerap barang dan jasa di sektor konstruksi, yang berimplikasi pada penambahan terhadap pendapatan dan hasil produksi wilayah. Selain Teori Neoklasik, peran infrastruktur juga dianggap cukup penting dalam Teori Sebab Akibat Kumulatif. Dalam teori ini, pertumbuhan ekonomi wilayah pertama kali muncul sebagai hasil dari stimulus awal seperti misalnya kekayaan sumber daya alam wilayah yang kemudian dieksploitasi. Investasi yang dilakukan untuk mengeksploitasi sumber daya alam akan menarik investasi lebih lanjut dan mulai menumbuhkan keunggulan atau daya saing wilayah. Infrastruktur kemudian berperan sebagai penyedia fasilitas umum yang lebih baik dan melengkapi fasilitas yang disediakan sektor swasta, menghilangkan kendala kapasitas produksi, dan memperlancar arus barang dan jasa. Iklim usaha dalam wilayah yang kompetitif sebagai ekses dari ketersediaan infrastruktur akan memicu investasi swasta yang lebih banyak dan pada akhirnya meningkatkan arus modal masuk ke dalam wilayah. Infrastruktur juga dapat menjadi faktor penarik munculnya pasar kerja, dan selanjutnya membentuk aglomerasi ekonomi yang memicu pertumbuhan ekonomi wilayah. Secara skematis, peran infrastruktur dalam pembangunan ekonomi wilayah disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Ketarkaitan Output dan Keuntungan dari Investasi Infrastruktur Angkatan Kerja Investasi Modal Swasta Investasi Infrastruktur Fungsi Produksi Output: Regional dan Sektoral Investasi Dorongan Manfaat Konsumsi Sumber: Guild (2000)
  • 4. 3 II.2 Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Penguatan Sektoral dan Sosial. Guild (2000) mengemukakan bahwa pengaruh infrastruktur terhadap pembangunan wilayah setidaknya dapat dilihat dari aspek sektoral maupun sosial. Pengaruh ini bagi setiap wilayah besar kemungkinan akan berbeda-beda. Dilihat dari kacamata sektoral, infrastruktur berperan dalam pembangunan sektoral melalui peningkatan produktivitas, melengkapi investasi swasta, dan menjadi bangkitan bagi masuknya investasi swasta dan rumah tangga. Infrastruktur dapat berperan sebagai salah satu faktor produksi secara langsung maupun tidak langsung. Contoh dari peran langsung misalnya, penyediaan listrik, air dan bahan bakar. Peran tidak langsung misalnya penyediaan jaringan jalan dan jaringan telekomunikasi yang mampu memperlancar dan mengurangi biaya produksi dan distribusi. Infrastruktur juga dapat menjadi komplemen dan bangkitan bagi investasi swasta untuk masuk ke dalam wilayah. Sebagai misal, invcstasi publik dalam bentuk pembangunan infrastruktur jalan di suatu wilayah akan menarik investor swasta untuk berani berinvestasi, mengingat mereka tidak perlu mengupayakan modal infrastruktur, sehingga biaya produksi lebih rendah dan produk dapat lebih kompetitif di pasar. Dilihat dari aspek sosial, pembangunan infrastruktur akan berdampak pada perbaikan tiga indikator sosial yang meliputi pendapatan (income), aksesbilitas (accessibility), dan konsumsi (consumption). Jika infrastruktur meningkatkan produktivitas, maka pendapatan akan meningkat dan mampu menjadi penarik berkembangnya pasar kerja. Pasar kerja yang tumbuh akan meningkatkan pendapatan per kapita wilayah maupun rumah tangga. Efek ini ditunjang dengan efek infrastruktur terhadap perbaikan aksesbilitas, dengan contoh pekerja yang akan mempunyai akses yang lebih baik terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan, hiburan dan pemenuhan kebutuhan lainnya. Kemudahan akses juga berimplikasi pada kemudahan memperoleh barang dan jasa, sehingga pertumbuhan usaha penyediaan barang dan jasa akan ikut tumbuh, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara lebih cepat. Penduduk di dalam wilayah akan memiliki waktu untuk melakukan interaksi sosial sebagai ekses dari kualitas aksesbilitas yang baik. Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas juga akan memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan kualitas lingkungan, serta mendukung pemenuhan kebutuhan akan lingkungan tempat tinggal dan berusaha yang sehat.
  • 5. 4 II.3 Realisasi Peran Infrastruktur Dalam Pembangunan Wilayah di Berbagai Negara. Guild (2000) selanjutnya menyoroti bagaimana penerapan model konseptual peran infrastruktur dalam pembangunan wilayah berdasarkan fakta empiris yang dilaksanakan di berbagai negara. Melalui kajian literatur yang dilakukan, peran infrastruktur dalam pembangunan wilayah secara empiris dapat dilihat baik dari aspek sektoral maupun sosial. Dilihat dari aspek sektoral, literatur-literatur yang dikutip Guild (2000) yang berasal dari penelitian dari tahun 1980 sampai 2000 di berbagai negara menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur mampu memicu pertumbuhan ekonomi sebagaimana diuraikan dalam penjelasan teoritis. Keberadaan infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, air bersih, dan sanitasi mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah. Sektor yang memperoleh dampak positif tidak hanya aktivitas ekonomi industri, perdagangan dan jasa, tetapi juga pertanian. Namun demikian efek pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi ini terdapat variasi-variasi yang dapat disimpulkan ke dalam dua pernyataan, Pertama, jika ketersediaan infrastruktur meningkatkan produktivitas sektor swasta, yang terjadi selanjutnya adalah investasi swasta yang lebih besar. Kedua, jika keberadaan infrastruktur berfungsi menggantikan peran swasta, maka investasi pembangunan infrastruktur akan menghasilkan investasi swasta yang tidak terlalu besar. Selain itu, terdapat beberapa kesimpulan umum terkait pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Pertama, keberadaan infrastruktur dasar (jalan, listrik, air) memegang peranan lebih penting daripada infrastruktur pendukung lain, dan kedua, efek positif infrastruktur lebih muncul di tingkat nasional dan regional daripada tingkal lokal (metropolitan). Dilihat dari aspek sosial, kajian empiris yang dikutip Guild (2000) menunjukkan bahwa keberadaan infrastruktur akan meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi untuk sektor rumah tangga sebagaimana sektor industri. Sektor rumah tangga mendapat kesempatan untuk memperoleh lapangan pekerjaan melalui ketersediaan infrastruktur transportasi dan komunikasi. Infrastruktur juga meningkatkan pendapatan secara langsung karena dalam pembangunan dan pengelolaannya memerlukan faktor produksi barang dan sumber daya manusia, walaupun efek pertumbuhannya tidak selalu permanen. Klaim teoritis infrastruktur dapat meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan dan layanan sosial lainnya juga dibuktikan dengan kenyataan empiris dari berbagai kajian yang dilakukan di banyak negara (Guild, 2000).
  • 6. 5 II.4 Implikasi Untuk Perencanaan Pembangunan Wilayah Apa yang diuraikan dari pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa perencanaan infrastruktur dapat menghadirkan pembangunan intra dan antar wilayah sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah. Selanjutnya, bagaimana mekanisme terbaik untuk mengimplementasikan penyediaan infrastruktur dalam perencanaan pembangunan wilayah?. Untuk kepentingan ini, Guild (2000) telah melakukan kajian literatur teoritis, dan mendasarkan asumsi teoritis dari Hensen (1965) dalam Guild (2000), yang menyebutkan bahwa pengaruh investasi infrastruktur akan bervariasi efeknya tergantung dari tingkat pembangunan yang ada di dalam wilayah. Hensen (1965) dalam Guild (2000) membagi wilayah menjadi tiga kelas, yaitu wilayah padat (congested), wilayah sedang (intermediate) dan wilayah tertinggal (lagging). Wilayah padat memiliki karakteristik produktivitas yang tinggi dibanding tingkat ketersediaan infrastrukturnya. Investasi infrastruktur pada wilayah ini kemungkinan besar tidak akan terlalu berdampak positif. Wilayah menengah memiliki potensi peningkatan produktivitas yang besar (sebagai misal, wilayahnya kaya sumber daya alam), namun tidak memiliki infrastruktur yang mendukung. Investasi infrastruktur pada wilayah ini akan mampu meningkatkan produktivitas secara maksimal. Sedangkan wilayah tertinggal dicirikan dengan kurangnya modal dan sumber daya manusia, sehingga tidak mampu untuk mengeksploitasi potensi wilayahnya. Investasi infrastruktur pada wilayah seperti ini tidak akan memberikan efek yang diharapkan dalam waktu singkat. Lebih lanjut, Hensen (1965) dalam Guild (2000) mengusulkan perlakuan investasi infrastruktur yang berbeda untuk tiga tipologi wilayah di atas. Untuk wilayah padat, investasi infrastruktur ditujukan secara spesifik untuk permasalahan utama yang dihadapi wilayah, tersebut tanpa melakukan ekspansi sistem wilayah. Hal ini penting karena investasi infrastruktur yang tidak diperhatikan akan membuat permasalahan di wilayah padat akan membesar dan pada akhirnya menyebabkan kemunduran dan permasalahan wilayah menjadi semakin kompleks. Sedangkan untuk wilayah menengah, pembangunan infrastruktur dasar seperti jaringan jalan, jaringan komunikasi dan energi akan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Adapun untuk wilayah tertinggal, investasi infrastruktur yang dianggap penting adalah layanan sosial terlebih dahulu untuk menyiapkan sumber daya wilayah agar dapat mengelola potensi yang ada untuk kemudian mulai bergerak ke arah produktif. Preposisi di atas telah dibuktikan kebenarannya secara empiris berdasarkan studi yang dilakukan di banyak negara, utamanya negara berkembang (Guild, 2000).
  • 7. 6 Dengan demikian pembangunan infrastruktur harus mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan wilayah dan mempunyai tujuan-tujuan khusus yang konkret sesuai dengan permasalahan eksisting yang dihadapi setiap wilayah (Guild, 2000). Bukti empiris dari kajian juga menjawab pertanyaan apakah investasi infrastruktur terlebih dahulu atau menunggu meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah baru kemudian didukung pembangunan infrastruktur. II.5 Perkembangan Lebih Lanjut Hasil kajian Guild (2000) hanya menyajikan bukti empiris dari hasil kajian yang dilakukan sampai tahun 2000. Untuk periode dari tahun 2000 sampai saat ini, kajian-kajian hubungan antara pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan dan pengembangan ekonomi wilayah antara lain dilakukan oleh Elburz et al. (2017), yang menemukan adanya variasi hubungan antara pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Hasil studi Elburz et al. (2017) menemukan bahwa pembangunan infrastruktur di Amerika Serikat menunjukkan hubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, sementara di negara-negara Eropa justru sebaliknya. Adapun untuk negara seperti China, India dan Turki menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan. Hubungan positif di Eropa disinyalir disebabkan oleh kondisi infrastruktur Eropa yang tidak terkoneksi sebelumnya, sehingga pembangunan infrastruktur dapat memberikan efek yang maksimal. Hubungan negatif antara pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi wilayah sebagaimana nampak dari kajian Elburz et al, (2017) disinyalir karena adanya efek negative spillovers sebagai ekses dari kompetisi ekonomi antar wilayah, yang berujung pada kehilangan pasar. Elburz (2017) juga menemukan bahwa jenis infrastruktur publik yang paling berperan dalam memajukan wilayah, lepas dari karakteristik endogen dari wilayah tersebut adalah infrastruktur telekomunikasi. Elburz (2017), juga menyebutkan bahwa kajian empiris mengenai hubungan antara investasi infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan sebelum tahun 1995 banyak yang tidak konsisten secara metodologi dan data, sehingga tidak bisa diterima sebagai bukti empiris secara komprehensif.
  • 8. 7 III. Peran Infrastruktur Dalam Pembangunan Ekonomi Regional Indonesia III.1 Dinamika Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Ekses Terhadap Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Perencanaan pembangunan wilayah di Indonesia bisa dikatakan terlambat mengantisipasi perubahan paradigma dibanding dengan perkembangan di luar negeri. Sampai pada diberlakukannya Undang-undang Penataan Ruang Nomor 24 Tahun 1992 dan kemudian otonomi daerah Tahun 1999, perencanaan pengembangan wilayah di Indonesia masih menggunakan pendekatan tradisional dimana keluaran dari perencanaan wilayah adalah gambaran statis kondisi wilayah di masa depan (dalam bentuk masterplan atau peta). Perencanaan wilayah belum mempertimbangkan pendekatan proses perencanaan modern yang berorientasi program daripada hasil akhir (Winarso dan Mattingly, 2002). Jika dilakukan kilas balik ke belakang, kesadaran dan upaya akan pembangunan berdimensi kewilayahan, lintas sektor, dan bottom up di Indonesia beserta kebijakan terkait sudah muncul sejak tahun 1970-an, namun dalam tataran praktek tidak tercapai karena kuatnya ego sektoral, dan pengaruh sentralisasi pemerintahan (Deni dan Jumantri, 2002). Selain itu, Pemerintah Orde Baru juga cenderung lebih pragmatis dan mengejar pembangunan yang berorientasi stabilitas politik. Pembangunan wilayah yang bersifat sentralistik pragmatis sampai sebelum berjalannya otonomi daerah disinyalir menjadi salah satu penyebab dari disparitas ekonomi wilayah di Indonesia. Aktivitas ekonomi industri Indonesia terpusat di Jawa dan sebagian Sumatera (Kuncoro, 2007 dalam Kuncoro, 2013). Dengan demikian maka pembangunan infrastruktur lebih banyak dilakukan di Kawasan Barat Indonesia daripada Kawasan Timur Indonesia. Disparitas ini nampak nyata dari hasil kajian indeks infrastruktur yang dilakukan Fitriandi et al. (2014) dan Latief et al. (2016), yang menemukan dominasi pembangunan infrastruktur di provinsi- provinsi Kawasan Barat Indonesia. Jika dirunut kembali, memang pada dasarnya penduduk Indonesia lebih terkonsentrasi di kawasan barat daripada kawasan timur. Potensi penduduk yang besar di barat ini yang membuat industri lebih memilih wilayah barat daripada wilayah timur sebagai pusat aktivitas produksi, dan secara otomatis pembangunan infrastruktur mengikuti dari dinamika demografi dan ekonomi yang terjadi (sesuai dengan pragmatism pemerintah yang telah diuraikan sebelumnya).
  • 9. 8 III.2 Pembangunan Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia Profil Demografi yang berimplikasi pada pembangunan infrastuktur dasar, dan berimplikasi lebih lanjut pada pemusatan aktivitas ekonomi dan aglomerasi di Kawasan Barat Indonesia, merupakan salah satu permasalahan wilayah mendasar di Indonesia sampai saat ini. Disparitas ini masih terjadi, bahkan setelah kebijakan otonomi daerah telah berjalan lebih dari 10 tahun, sebagaimana nampak dari hasil kajian Kuncoro (2013). Efek dari disparitas ini secara kasat mata dapat dilihat, yaitu Kawasan Barat Indonesia lebih maju dan makmur dari kawasan timur. Hasil kajian empiris mengenai hubungan antara pembangunan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia antara lain dilakukan oleh Prasetyo, et al. (2013) yang merangkum hasil kajian dari peneliti-peneliti sebelumnya yang mengkaji hubungan antara pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia (lihat Tabel 1). Sementara kajian Prasetyo, et al. (2013) lebih berfokus pada melihat hubungan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi kabupaten-kabupaten yang termasuk dalam kawasan perbatasan, dengan hasil berupa hubungan yang kuat antara penyediaan infrastruktur sosial (kesehatan dan pendidikan). Sedangkan infrastruktur ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah infrastruktur telekomunikasi. Tabel 1. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah (Sumber: Prasetyo et al. 2013) Peneliti Temuan Amrullah (2006) Ada hubungan positif antara pembangunan infrastruktur jalan, listrik, telepon dan air dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, yang tercermin dari pendapatan per kapita. Prasetyo (2010) Infrastruktur listrik dan jalan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan infrastruktur air bersih tidak. Sari (2011) Infrastruktur mampu memperbaiki perekonomian dalam jangka panjang dan mengurangi kemiskinan di kabupaten-kabupaten tertinggal. Wahyuni (2011) Ketersediaan infrastruktur mempengaruhi disparitas antar wilayah di Pulau Jawa, utamanya adalah infrastruktur kesehatan, listrik dan air bersih. Radiansyah (2012) Pembangunan infrastruktur dan otonomi daerah berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, yang tercermin dari pendapatan per kapita
  • 10. 9 IV. Sintesa Akhir dan Kesimpulan Pengaruh investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah, dalam kenyataannya tidak sesederhana asumsi-asumsi yang digunakan di dalam Teori Neo Klasik dan Teori Sebab Akibat Kumulatif. Asumsi-asumsi dalam kedua teori tersebut hanya berlaku ketika wilayah yang akan direncanakan belum mengalami perkembangan ekonomi lanjut (wilayah menengah) namun memiliki banyak potensi. Infrastruktur publik tertentu (pendidikan, komunikasi dan kesehatan) juga penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di wilayah tertinggal (lagging) guna menyiapkan sumber daya manusia dan faktor endogen lain di dalam wilayah agar ketika investasi ekonomi mulai masuk, kapasitas sumberdaya manusia dan kelembagaan wilayah sudah siap. Berdasarkan hasil kajian empiris di berbagai negara maju dan berkembang, pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi bersifat tidak permanen. Amerika Serikat yang sudah mempunyai infrastruktur yang baik mengalami kemunduran ekonomi walaupun kualitas dan kuantitas infrastruktur terus ditingkatkan. Sementara negara-negara Eropa masih menunjukkan gairah kemajuan ekonomi seiiring dengan pembangunan infrastruktur yang terus digalakkan. Dalam hal ini preposisi Hensen (1965) dalam Guild (2000) lebih terbukti. Karakter endogen dan tingkat kemajuan wilayah ikut berperan dalam merespon investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk kasus Indonesia, dari hasil kajian yang telah dilakukan, investasi infrastruktur skala besar masih dibutuhkan dalam rangka menumbuhkan dan memeratakan ekonomi. Hal ini sesuai asumsi teoritis, baik Teori Neoklasik maupun Teori Sebab Akibat Kumulatif. Secara umum bisa dikarenakan kualitas dan kuantitas infrastruktur di Indonesia masih belum baik, ditambah adanya disparitas antara kawasan barat dan kawasan timur Indonesia sebagai ekses dari pembangunan selama ini yang cenderung berpusat di barat. Namun demikian, pemahaman karakteristik kewilayahan (terutama faktor endogen) tetap memegang peran penting dalam perencanaan pembangunan wilayah di Indonesia, agar investasi infrastruktur dapat memberikan kemanfaatan maksimal, sebagaimana diuraikan dalam Preposisi Hensen. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pembangunan infrastruktur di kawasan timur akan dapat memberikan efek pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada kawasan barat. Sementara di kawasan barat, investasi ekonomi baik yang berasal dari modal asing maupun modal dalam negeri mungkin lebih mementingkan kesiapan sumberdaya manusia dan kelembagaan (faktor endogen wilayah) daripada ketersediaan infrastruktur semata.
  • 11. 10 Daftar Pustaka Deni, R., & Djumantri, M. (2002). Pergeseran Pendekatan Dalam Perencanaan Pengembangan Wilayah di Indonesia. dalam Winarso, H. et.al (eds.) (2002). Pemikiran dan Praktek Perencanaan dalam Era Transformasi di Indonesia (pp. 9-26). Bandung: Departemen Teknik Planologi ITB. Elburz, Z., Nijkamp, P., & Pels, E. (2015). Public Infrastructure and Regional Growth: Lessons from meta-analysis. Journal of Transport Geography, 58 (2017), 1-8. Fitriandi, P., Kakinaka, M., & Kotani, K. (2014). Foreign Direct Investment and Infrastructure Development in Indonesia: Evidence from Province Level Data. Asian Journal of Empirical Research, 4 (1), 79-94. Guild, R. L. (2000). Infrastructure Investment and Interregional Development Theory, Evidence, and Implications for Planning. Public Works Management & Policy, 4 (4), 274-285. Kuncoro, M. (2013). Economic Geography of Indonesia: Can MP3EI Reduce Inter- Regional Inequality?. South East Asia Journal of Contemporary Business, Economics and Law, 2 (2), 17-33. Latief, Y., Berawi, M. A., Rarasati, A. D., Supriadi, L. S., Berawi, A. R. B., & Hayuningtyas, I. S. (2016). Mapping Priorities for the Development of the Transportation Infrastructure in the Provincial Capitals of Indonesia. International Journal of Technology, 4 (2016), 544-552. Prasetyo, B. A., Priyarsono, D. S., & Mulatsih, S. (2013). Infrastructure, Economic Growth, and Inequality in Indonesia Land Borders. Economic Journal of Emerging Markets, 5 (2), 99-108. Winarso, H., & Mattingly, M. (2003). Spatial Planning in the Programming of Urban Investment: The Experience of Indonesia’s Integrated Urban Infrastructure Development Programme, International Development Planning Review, 24 (2), 109 – 125.