Ringkasan dokumen:
1. Dokumen ini membahas latar belakang permasalahan urban sprawl di Kecamatan Ungaran dan wilayah studi perancangan kota di Desa Genuk dan Desa Gedanganak.
2. Tujuan dari laporan ini adalah merancang konsep kota industri yang padat dan nyaman di wilayah studi dengan menggunakan prinsip compact development.
3. Dokumen ini akan menganalisis potensi dan permasalahan wilayah, konsep perancangan, dan unsur
Morfologi Kota Jakarta berkembang dari kota pelabuhan Sunda Kelapa menjadi ibu kota kolonial Batavia dengan pola jalan grid dan kanal, kemudian mengalami ekspansi dengan dibangunnya Koningsplein. Pada masa Orde Baru, Ali Sadikin membangun infrastruktur untuk mengembangkan Jakarta menjadi kota modern.
Dokumen tersebut berisi pedoman tentang teknik analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial budaya dalam penyusunan rencana tata ruang. Pedoman ini memberikan panduan mengenai pengumpulan data, analisis kemampuan lahan, dan analisis kesesuaian lahan untuk penyusunan rencana tata ruang.
Dokumen tersebut membahas delapan kriteria perancangan kota menurut teori Hamid Shirvani, yaitu penggunaan lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pedestrian, pendukung aktivitas, sistem penanda, dan preservasi. Kriteria-kriteria tersebut merupakan aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam perancangan kota agar tercipta kota yang berkelanjutan.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik+Lingkungan, Aspek Ekonomi, Aspek Sosial dan Budaya. Berisi definisi aspek, meliputi apa saja, dan kebutuhan data yang akan dicari dalam rencana tata ruang.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
Ringkasan dokumen:
1. Dokumen ini membahas latar belakang permasalahan urban sprawl di Kecamatan Ungaran dan wilayah studi perancangan kota di Desa Genuk dan Desa Gedanganak.
2. Tujuan dari laporan ini adalah merancang konsep kota industri yang padat dan nyaman di wilayah studi dengan menggunakan prinsip compact development.
3. Dokumen ini akan menganalisis potensi dan permasalahan wilayah, konsep perancangan, dan unsur
Morfologi Kota Jakarta berkembang dari kota pelabuhan Sunda Kelapa menjadi ibu kota kolonial Batavia dengan pola jalan grid dan kanal, kemudian mengalami ekspansi dengan dibangunnya Koningsplein. Pada masa Orde Baru, Ali Sadikin membangun infrastruktur untuk mengembangkan Jakarta menjadi kota modern.
Dokumen tersebut berisi pedoman tentang teknik analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial budaya dalam penyusunan rencana tata ruang. Pedoman ini memberikan panduan mengenai pengumpulan data, analisis kemampuan lahan, dan analisis kesesuaian lahan untuk penyusunan rencana tata ruang.
Dokumen tersebut membahas delapan kriteria perancangan kota menurut teori Hamid Shirvani, yaitu penggunaan lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pedestrian, pendukung aktivitas, sistem penanda, dan preservasi. Kriteria-kriteria tersebut merupakan aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam perancangan kota agar tercipta kota yang berkelanjutan.
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik+Lingkungan, Aspek Ekonomi, Aspek Sosial dan Budaya. Berisi definisi aspek, meliputi apa saja, dan kebutuhan data yang akan dicari dalam rencana tata ruang.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
The document discusses the Indonesian Most Livable City Index conducted by the Indonesian Planners Association (IAP). The index surveys residents across 15 major Indonesian cities to assess perceptions of livability based on factors such as physical environment, transportation, health, education, infrastructure, economic conditions, and neighborhood interactions.
The 2009 survey found the average livability index score for Indonesian cities was 54.17%, indicating that less than half of residents felt their cities were comfortable places to live. Yogyakarta had the highest score at 65.34 while Pontianak had the lowest at 43.65. A 2011 survey found similar average results, with Yogyakarta and Denpasar perceived as the most livable
1. Pada awal abad ke-20, kota-kota besar di Jawa seperti Batavia, Semarang, Bandung, dan Surabaya mengalami perubahan drastis dalam bentuk dan struktur akibat pertambahan penduduk yang sangat cepat.
2. Undang-undang desentralisasi tahun 1905 memberikan otonomi pemerintahan pada tingkat kabupaten dan kota, sehingga banyak kotamadya baru didirikan di Jawa.
3. Arsitek Herman Thomas Karsten berper
Dokumen tersebut membahas tentang unsur-unsur pembentuk ruang kota yang meliputi titik, garis, bidang, dimensi, bentuk, fungsi, batas, dan aktivitas manusia didalamnya. Unsur-unsur tersebut membentuk ruang kota yang berkualitas dan mendukung pola hidup masyarakat perkotaan."
Dokumen tersebut membahas tentang peraturan zonasi dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang. Ia menjelaskan pengertian, fungsi, ketentuan penyusunan, dan kewajiban pemerintah dalam peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona.
Dokumen tersebut membahas tentang rancang kota yang baik dengan menekankan pada 3 poin utama:
1) Kota harus terbaca dan jelas strukturnya untuk memudahkan navigasi
2) Kota harus berkelanjutan dengan menggunakan sumber daya secara efisien dan ramah lingkungan
3) Kota harus mampu mengekspresikan kearifan lokal dalam pengembangannya
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaFitri Indra Wardhono
Dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia dikenal berbagai jenis rencana menurut hirarkhinya, seperti RTRW, RTBL, RDTR, DED dan sebagainya. Di sini ditelaah bagaimana kedudukan RDTR, RTBL dan PZ dalam sistem tersebut.
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANAbuAnshori
Dokumen tersebut membahas tentang proses perencanaan yang dilakukan di wilayah Juwangi, Kemusu, dan Wonosegoro (JKW) di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Proses perencanaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan di wilayah JKW serta memberikan gagasan perencanaan untuk mengembangkan potensi dan mengatasi permasalahan tersebut."
SEMESTER 5. PPT buat Presentasi Final Studio Perencanaan bareng sama kelas A di ruang teater. Layout by Teh Sally. Pas presentasi, poster dan x-banner dipasang di depan. PWK FT UNDIP Semarang 2015 angkatan 2013.
Studio 1 belajar ttg memahami profil wilayah, dari situ bisa ditarik garis besar permasalahan utama di swatu wilayah. Nah di studio 2 ini, diselesaikan masalahnya. Jadi wilstudnya ya sama. Cari data juga, cuma data yg buat perencanaan ini lebih dalam, kalo yg di studio 1 kan kaya secara umum aja gituw. Jadi yg studio 2 ini nentuin dulu mau direncanain kaya gimana, aspek dan objek apa aja yang kena perencanaan, terus nyari data mendalam ttg aspek dan objek itu.
Jadi alurnya bukan survey-->dapat masalah-->tujuan--> rencana, karena itu udah di studio 1; tetapi yang ini tujuan-->rencana-->survey-->perencanaan.
Studio Perencanaan kebagi jadi perencanaan wilayah (regional) sama perencanaan focused area (perkotaan). Kalau kurikulum dulu, studio perencanaannya dipisah jadi 2 itu, kalo sekarang dirapel.
Disini aku ganti wilstud, di studio 1 aku di kelompok Weleri Raya (Welerich), di studio 2 aku di kelompok Kendal Raya (Bondokenceng) haha sempet baper
The document discusses the Indonesian Most Livable City Index conducted by the Indonesian Planners Association (IAP). The index surveys residents across 15 major Indonesian cities to assess perceptions of livability based on factors such as physical environment, transportation, health, education, infrastructure, economic conditions, and neighborhood interactions.
The 2009 survey found the average livability index score for Indonesian cities was 54.17%, indicating that less than half of residents felt their cities were comfortable places to live. Yogyakarta had the highest score at 65.34 while Pontianak had the lowest at 43.65. A 2011 survey found similar average results, with Yogyakarta and Denpasar perceived as the most livable
1. Pada awal abad ke-20, kota-kota besar di Jawa seperti Batavia, Semarang, Bandung, dan Surabaya mengalami perubahan drastis dalam bentuk dan struktur akibat pertambahan penduduk yang sangat cepat.
2. Undang-undang desentralisasi tahun 1905 memberikan otonomi pemerintahan pada tingkat kabupaten dan kota, sehingga banyak kotamadya baru didirikan di Jawa.
3. Arsitek Herman Thomas Karsten berper
Dokumen tersebut membahas tentang unsur-unsur pembentuk ruang kota yang meliputi titik, garis, bidang, dimensi, bentuk, fungsi, batas, dan aktivitas manusia didalamnya. Unsur-unsur tersebut membentuk ruang kota yang berkualitas dan mendukung pola hidup masyarakat perkotaan."
Dokumen tersebut membahas tentang peraturan zonasi dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang. Ia menjelaskan pengertian, fungsi, ketentuan penyusunan, dan kewajiban pemerintah dalam peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona.
Dokumen tersebut membahas tentang rancang kota yang baik dengan menekankan pada 3 poin utama:
1) Kota harus terbaca dan jelas strukturnya untuk memudahkan navigasi
2) Kota harus berkelanjutan dengan menggunakan sumber daya secara efisien dan ramah lingkungan
3) Kota harus mampu mengekspresikan kearifan lokal dalam pengembangannya
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaFitri Indra Wardhono
Dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia dikenal berbagai jenis rencana menurut hirarkhinya, seperti RTRW, RTBL, RDTR, DED dan sebagainya. Di sini ditelaah bagaimana kedudukan RDTR, RTBL dan PZ dalam sistem tersebut.
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANAbuAnshori
Dokumen tersebut membahas tentang proses perencanaan yang dilakukan di wilayah Juwangi, Kemusu, dan Wonosegoro (JKW) di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Proses perencanaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan di wilayah JKW serta memberikan gagasan perencanaan untuk mengembangkan potensi dan mengatasi permasalahan tersebut."
SEMESTER 5. PPT buat Presentasi Final Studio Perencanaan bareng sama kelas A di ruang teater. Layout by Teh Sally. Pas presentasi, poster dan x-banner dipasang di depan. PWK FT UNDIP Semarang 2015 angkatan 2013.
Studio 1 belajar ttg memahami profil wilayah, dari situ bisa ditarik garis besar permasalahan utama di swatu wilayah. Nah di studio 2 ini, diselesaikan masalahnya. Jadi wilstudnya ya sama. Cari data juga, cuma data yg buat perencanaan ini lebih dalam, kalo yg di studio 1 kan kaya secara umum aja gituw. Jadi yg studio 2 ini nentuin dulu mau direncanain kaya gimana, aspek dan objek apa aja yang kena perencanaan, terus nyari data mendalam ttg aspek dan objek itu.
Jadi alurnya bukan survey-->dapat masalah-->tujuan--> rencana, karena itu udah di studio 1; tetapi yang ini tujuan-->rencana-->survey-->perencanaan.
Studio Perencanaan kebagi jadi perencanaan wilayah (regional) sama perencanaan focused area (perkotaan). Kalau kurikulum dulu, studio perencanaannya dipisah jadi 2 itu, kalo sekarang dirapel.
Disini aku ganti wilstud, di studio 1 aku di kelompok Weleri Raya (Welerich), di studio 2 aku di kelompok Kendal Raya (Bondokenceng) haha sempet baper
Dokumen tersebut merangkum strategi pembangunan wilayah dan perkotaan Indonesia dalam era desentralisasi. Beberapa poin penting yang disebutkan adalah perlunya pendekatan bottom-up yang melibatkan masyarakat, kerjasama antar daerah, serta pengaturan hirarki fungsional antar kota untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dokumen tersebut juga membahas tantangan perkotaan seperti pertumbuhan penduduk yang pesat
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Masa Lampau, Organik atau Terencana? (Studi...bramantiyo marjuki
Tulisan ini membandingkan perkembangan kota masa lampau Trowulan, Babilon, dan Virginia City. Trowulan diduga pernah menjadi ibukota Majapahit meski bukti arkeologi menunjukkan telah ada sebelum Majapahit. Babilon dibangun secara terencana dengan tata ruang kotak, sedang Virginia City berkembang secara organik mengikuti pola permukiman.
Dokumen tersebut membahas tentang urban sprawl dan konsep new urbanism. Urban sprawl adalah proses penyebaran kegiatan perkotaan ke wilayah pinggiran yang tidak terstruktur dan tidak terencana, seperti yang terjadi di kawasan metropolitan Jakarta. Konsep new urbanism diciptakan untuk mengatasi masalah urban sprawl dengan merencanakan pembangunan permukiman.
Tiga masalah utama penataan ruang perkotaan di Indonesia yaitu:
1) Pertumbuhan kota yang terlalu pesat dan tersentralisasi di pusat kota menyebabkan beban pengelolaan kota yang berat.
2) Perluasan kota secara horizontal (urban sprawl) merusak lingkungan dan tanah pertanian di pinggiran kota.
3) Diperlukan pengendalian ruang kota dan konsolidasi tanah untuk menata ruang secara terpadu antara kota dan ping
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kawasan perkotaan dan perdesaan serta konsep-konsep pengembangan kedua kawasan tersebut. Dijelaskan bahwa kawasan perkotaan dan perdesaan saling terkait dan bergantung satu sama lain dalam pembangunan.
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...DIANTO IRAWAN
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Ia menjelaskan pentingnya melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan untuk mencapai hasil yang optimal. Metode partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diantaranya meliputi Participatory Rural Appraisal (PRA) dan berbagai teknik lainnya seperti wawancara, diskusi kelompok, pemetaan s
Dokumen ini membahas konsep eco-architecture sebagai pendekatan desain dalam mengatasi degradasi lingkungan, khususnya di kawasan permukiman padat di Kota Bandung. Eco-architecture dijalankan secara sadar oleh perencana dan masyarakat untuk meningkatkan lingkungan secara berkelanjutan. Dokumen ini juga membahas masalah lingkungan dan permukiman yang dihadapi Kota Bandung akibat pertumbuhan kota yang tidak terkendali.
Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang masalah kemacetan lalu lintas di perkotaan yang kompleks dan disebabkan oleh berbagai faktor seperti ketersediaan infrastruktur transportasi dan tata ruang perkotaan. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan penelitian untuk mengetahui kontribusi kebijakan tata guna lahan terhadap pola pergerakan lalu lintas di perkotaan.
1. Dokumen tersebut membahas perencanaan transportasi umum terpadu di kawasan kota mandiri dengan studi kasus di Kawasan Bumi Serpong Damai, Kota Tangerang Selatan.
2. Dokumen menjelaskan bahwa saat ini transportasi umum di kawasan BSD hanya dilayani oleh shuttle BSD dengan tingkat pemenuhan yang masih kurang, sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi.
3. Dokumen menyimpulkan bahwa d
PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH TERJANGKAU MELALUI KEM...Latifah Tio
Dokumen tersebut membahas mengenai perencanaan pembangunan perumahan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kecamatan Mijen, Kota Semarang melalui kemitraan pemerintah, dunia usaha dan LSM. Strategi yang diusulkan adalah perencanaan inovatif dan partisipatif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam hal kemitraan untuk menyediakan perumahan yang layak dan terjangkau bagi MBR.
Ringkasan dokumen tersebut dalam 3 kalimat adalah:
Dokumen tersebut membahas konsep makro, messo, dan mikro dalam perencanaan kawasan industri berkelanjutan di Kedungsepur. Konsep makro yang diangkat adalah pembangunan kawasan industri berkelanjutan yang memperhatikan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dokumen ini juga membahas potensi industri dan integrasi antar daerah di Kawasan Kedungsepur.
Analisis Kemampuan Daerah (Pembiayaan Pembangunan )Kota SurabayaLatifah Tio
Dokumen tersebut memberikan analisis mengenai pembiayaan pembangunan Kota Surabaya berdasarkan data APBD dari tahun 2007 hingga 2013. Terdapat peningkatan pendapatan daerah yang berasal dari PAD, dana perimbangan, dan pendapatan lainnya. Belanja daerah mengalami fluktuasi dan mencakup belanja pegawai, bunga, hibah, bantuan sosial, dan bagi hasil ke daerah lain.
Analisis Kemampuan Daerah (Pembiayaan Pembangunan )Kota SurabayaLatifah Tio
Dokumen tersebut membahas tentang keuangan daerah Kota Surabaya dari tahun 2007-2013, meliputi analisis pendapatan daerah, belanja daerah, dan kemampuan keuangan. Pendapatan daerah Surabaya meningkat namun belum mampu mendanai belanja daerah yang juga meningkat.
Analisis Kemampuan Daerah (Pembiayaan Pembangunan )Kota SurabayaLatifah Tio
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai profil wilayah Kota Surabaya. Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia yang berperan sebagai pusat aktivitas ekonomi, industri, dan transportasi di Jawa Timur. Kota ini memiliki hubungan erat dengan wilayah sekitarnya dalam bidang transportasi, industri, dan ekonomi. Penggunaan lahan terbesar di Surabaya adalah lahan permukiman, diikuti lahan industri yang mendukung perekonomian kota.
Analisis Kemampuan Daerah (Pembiayaan Pembangunan )Kota SurabayaLatifah Tio
Dokumen tersebut merupakan bab pendahuluan dari laporan analisis keuangan Kota Surabaya. Ia menjelaskan latar belakang perlunya menganalisis keuangan Surabaya sebagai kota besar dan ekonomi utama di Jawa Timur. Tujuan analisis ini adalah menggambarkan kondisi keuangan Surabaya dan mengukur kemampuan keuangannya. Ruang lingkupnya meliputi profil wilayah, analisis pendapatan, belanja, dan kemampuan ke
Presentasi Tugas Studio Perencanaan Kecamatan Wonogiri (profil,konstelasi,ana...Latifah Tio
Rangkuman dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas tentang administrasi, potensi, masalah, dan fungsi Kota Wonogiri sebagai pusat kegiatan lokal di Kabupaten Wonogiri. Dokumen ini juga memaparkan model kota sektoral sebagai solusi untuk meningkatkan fungsi Wonogiri.
Profil Wilayah dan Kota Kecamatan WonogiriLatifah Tio
Kecamatan Wonogiri memiliki keterkaitan ekonomi dengan wilayah lain melalui perusahaan-perusahaan yang memproduksi dan memasarkan produknya hingga skala nasional maupun internasional. Sektor perikanan di Kecamatan Wonogiri juga terkait dengan Kota Semarang karena lokasi budidaya ikan yang berada di wilayah Kecamatan Wonogiri. Usaha mikro, kecil, dan menengah turut mendukung keterkaitan ekonomi K
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan WonogiriLatifah Tio
Dokumen tersebut membahas konsep perencanaan pengembangan wilayah Kecamatan Wonogiri dengan menggunakan konsep Independent Core Region. Konsep ini bertujuan agar Kecamatan Wonogiri dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sebagai pusat kegiatan lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Untuk merealisasikan konsep tersebut, dibahas strategi pembagian zona perkotaan, peningkatan sarana prasarana, dan peng
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab iv Latifah Tio
Kelompok ini membentuk jadwal kegiatan kerja, organisasi kerja, dan kode etik untuk mengatur pengerjaan tugas secara terstruktur dan efektif. Jadwal kegiatan meliputi penyusunan proposal, survei lapangan, dan laporan akhir. Organisasi kerja menetapkan pembagian tugas mingguan dan koordinator untuk masing-masing aktivitas. Kode etik berisi aturan pertemuan dan sanksi untuk memastikan kerja sama yang lancar.
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab iii Latifah Tio
Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan data dan metode pengumpulan data yang akurat dan valid untuk keperluan perencanaan suatu wilayah. Data diperlukan untuk menganalisis kondisi fisik dan nonfisik suatu wilayah, yang kemudian diolah menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat kebijakan perencanaan. Beberapa metode pengumpulan data yang disebutkan meliputi survei, observasi, telaah d
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii Latifah Tio
[Ringkasan]
Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat tiga kecamatan yang dianalisis yaitu Kecamatan Manyaran, Wuryantoro, dan Eromoko. Masing-masing kecamatan memiliki karakteristik geografis, demografi, dan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Kecamatan Eromoko merupakan yang terluas dengan lahan pertanian dan tegalan mendominasi, sedangkan Kecamatan Manyaran didominasi lahan tegalan.
Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a Bab ii
Bab ii Rancang Kota
1. 11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Urban Sprawl
Secara umum urban sprawl sering diartikan sebagai pertumbuhan kota yang tidak
terkendali. Berikut ini adalah salah satu pengertian urban sprawl. Urban sprawl is a
phenomenon in growing cities typified by continuental growth of the urban area in a radial
pattern, with the development of low density housing typically on agricultural or
environmental sensitive lands. Urban sprawl typically provides the quarter acre block or
detached housing. However, this type of development tends to impact on food basin and
environmentally sensitive fringe area (Williams.P, 1997). Urban sprawl juga merupakan
terminologi yang dipakai untuk menggambarkan beragam aspek pertumbuhan perkotaan,
termasuk perkembangan kota yang berlebihan, kebutuhan komuting atau transportasi
yang lebih jauh, kemacetan lalu lintas, pengurangan ruang terbuka, dan kegagalan untuk
membangun kembali properti di dalam kota (Brueckner, 2000).
Urban sprawl berpengaruh terhadap struktur tata ruang dapat dilihat dari 3 (tiga)
struktur yaitu struktur fisik, kependudukan dan ekonomi. Pengaruh urban sprawl dari
struktur fisik adalah terjadinya pola penyebaran permukiman yang semakin
meluas/melebar ke samping kiri kanan jalur transportasi, dengan kata lain terjadi
pemusatan fasilitas umum perkotaan di nodes; bagian wilayah tertentu. Dari struktur
kependudukan adalah terjadinya pola penyebaran penduduk diperlihatkan dengan
penyebaran lahan terbangun (permukiman) yang semakin melebar ke samping kiri kanan
jalan arteri. Sedangkan dari struktur ekonomi, pengaruh sprawl adalah terjadinya
perubahan pola kegiatan ekonomi penduduk ke arah non pertanian. Hal ini terlihat
dengan semakin berkurangnya penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan
meningkatnya penduduk yang bekerja di sektor non pertanian (pedagang, buruh industri
dan jasa).
Sumber: http://www.unescap.org
Gambar II.1
Urban Sprawl di Kota Osaka
2. 12
Ruchyat (2010) menjelaskan urban sprawl merupakan suatu proses perubahan
fungsi dari wilayah pedesaan menjadi wilayah perkotaan, sedangkan Yudhistira dan
Harmadi (2008) memandang urban sprawl sebagai proses pertumbuhan kota yang
ditandai dengan pertumbuhan inti kota yang meluber ke daerah sekitarnya sehingga
memunculkan daerah kekotaan baru di daerah tersebut, yang membentuk kota dengan
banyak pusat (Kota Polisentris). Selain itu, Nechyba dan Walsh (2004) mengemukakan
akan pengaruh sprawl yang dapat menimbulkan eksternalitas negatif di lingkungan
perkotaan (misalnya kebisingan dan polusi udara), dimana terdapat hubungan antara
polusi udara dan urban sprawl yaitu dapat meningkatkan emisi per mil perjalanan karena
besarnya kemacetan lalu lintas dan peningkatan mil perjalanan kendaraan karena
keberadaan pembangunan transportasi yang rendah.
Menurut Staley (1999), dalam Pontoh dan Kustiawan (2009), ada 4 (empat) faktor
sebagai karakteristik urban sprawl yaitu :
1. Pengembangan perumahan berkepadatan rendah;
2. Pengembangan kawasan komersial di sepanjang jalur transportasi;
3. Pembangunan yang tersebar (scattered development) dengan kawasan komersil,
pemukiman dan perdagangan retail yang tidak terintegrasi satu sama lainnya;
4. Leap frog developments yaitu terdapatnya lahan yang tidak terbangun dengan
rentang jarak yang jauh diantara kawasan-kawasan terbangun.
Fenomena urban sprawl ditinjau dari prosesnya, secara garis besar terdapat 3 (tiga)
macam proses (Pontoh dan Kustiawan 2009) yaitu :
1. Perembetan konsentris (concentric development) merupakan perembetan areal
kekotaan yang paling lambat;
2. Perembetan memanjang (ribbon development) merupakan perembetan areal
kekotaan ke semua bagian sisi luar kota utama;
3. Perembetan meloncat (leap frog development) merupakan perembetan
berpencar secara sporadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian.
Selain faktor penyebab di atas, Pontoh dan Kustiawan (2009) menambahkan faktor
penyebab proses urban sprawl lainnya yaitu :
1. Kebijakan perencanaan dari pemerintah, terutama kebijakan pembangunan
transportasi dan perumahan;
2. Pembangunan jalan besar antarkota sehingga mendorong munculnya lokasi
pemukiman baru;
3. 13
3. Pemberian subsidi bagi perumahan yang tidak memandang lokasi sehingga
banyak real estate dibangun secara lompat katak;
4. Spekulasi tanah karena pengaruh pembangunan lompat katak tadi dimana
mereka menunggu harga tanah naik terlebih dahulu baru mulai melakukan
pembangunan;
5. Peraturan guna lahan yang ketat di kota sehingga mengundang para investor
mencari tanah di luar kota;
6. Perhitungan beban biaya layanan fasilitas perkotaan yang mahal.
2.2 Compact Development dan Compact City
Compact development is increasing density of urban area allows for more efficient use
of resources, including land and energy. Compact development aims for a more efficient use
of land through higher-density planning. In light of rapid urbanization, many emerging cities
are turning to compact development as a means to more efficiently use scarce resources
required for economic and social activities. Compact development is often supplemented with
mixed-use development to incorporate a variety of functions (housing, offices, retail, etc.).
Densely located, a good combination of built infrastructure can reduce the need for driving
and promote walkability. Without strategic planning and coordination, the increased density
of single-use development might cause problems and unpleasantness due to the lack of utility
services (United Nation Economic and Social Commision for Asia and the Pacific,UN-
ESCAP)
Sebagai sebuah konsep pembangunan, Compact Develpoment menghadirkan sebuah
konsep kota yaitu compact city. Kota kompak menurut Jenks dkk (1996) diartikan sebagai
sebuah strategi kebijakan kota yang sejalan dengan usaha perwujudan pembangunan
berkelanjutan untuk mencapai sebuah sinergi antara kepadatan penduduk kota yang lebih
tinggi pada sebuah ukuran ideal sebuah kota, pengkonsetrasian semua kegiatan kota,
intensifikasi transportasi publik, perwujudan kesejahteraan sosial-ekonomi warga kota
menuju peningkatan taraf dan kualitas hidup kota.
Terdapat enam atribut yang tidak bisa dipisahkan dan semestinya saling
mendukung keberadaan kota kompak yaitu:
1. Sebuah kota yang padat dan mempunyai besaran (skala) ideal untuk mencapai
semua penjuru kotanya, tetapi memiliki ketimpangan sosial-ekonomi penduduk yang
jelas dan masih sangat tergantung pada kendaraan pribadi, belumlah cukup untuk
digolongkan sebagai kota kompak. Sebaliknya, kota dengan sistem transportasi yang
maju, dengan ekonomi warga yang tinggi pula, skala kotanya pun ideal, namun pusat
4. 14
kota itu sendiri akan menjadi senyap di malam hari dan hari libur sebab warga kota
lebih memilih tinggal di wilayah luarnya, belum bisa digolongkan ke dalam kategori
kota kompak pula. Usaha kenaikan kepadatan penduduk dan lingkungan tentunya
terkait dengan optimalisasi lahan dan infrastruktur dalam kota. Dengan demikian,
usaha ini pun akan mempunyai efek positif untuk melindungi lahan-lahan subur di
luar kota. Kenaikan penduduk ini perlu disertai dengan usaha penyatuan berbagai
macam kegiatan dalam area yang sama (mixed use development), sehingga penduduk
yang tinggal di mana pun di dalam kota akan mampu terlayani secara baik oleh sebuah
sistem unit ini. Sistem transportasi umum yang intensif akan membantu dalam
menyelesaikan masalah kerusakan lingkungan dalam kota akibat transportasi
manusia ini, selain mendorong berbagai kegiatan kota lebih aktif.
2. Pertimbangan besaran dan akses kota mutlak diperlukan. Atribut ini juga sebagai
pengendali jarak maupun waktu tempuh kegiatan kota sekaligus usaha untuk
memudahkan pengkoordinasiannya (smart urban management). Sementara itu,
adapun target kota kompak yaitu kesejahteraan sosial-ekonomi setiap penduduk kota
yang makin meningkat (better quality of life). Aspek sosial pada atribut ini pun
adalah interaksi sosial yang harmonis pada semua lapisan masyarakat di tengah kota.
3. Proses menuju sebuah keadaan yang lebih baik. Atribut ini didasari oleh
kenyataan bahwa sebuah kota kompak adalah sebuah target kondisi yang harus dilalui
tahunan karena menyangkut perubahan mendasar pada sebuah kota melalui proses
panjang penerapan serangkaian kebijakan kota.
Selanjutnya diperkuat oleh Roychansyah (2006) yang mengungkapkan bahwa kota
kompak didesain dengan tata guna lahan yang heterogen dan menyatu. Idealnya, setiap
bagian kota menyediakan aneka fasilitas seperti sarana pendidikan, kesehatan, serta pusat
ekonomi yang mudah diakses oleh penduduknya. Dengan demikian, penggunaan lahan
menjadi lebih efektif, penggunaan energi fosil untuk mobilitas warga berkurang, dan
kerekatan sosial dapat terbangun. Langkah lain menuju kota berkelanjutan juga dapat
dimulai dengan dengan melibatkan masyarakat. Setiap kelompok masyarakat di tingkat
terkecil, mulai diperkenalkan dengan konsep reduce, reuse, dan recycle sampah. Desain
kompak ini akan mengatasi masalah urban sprawl.
5. 15
2.3 Perancangan Kota
Perancagan kota merupakan suatu jembatan antara profesi perencana kota dengan
arsitektur yang memiliki fous perhatian pada bentuk fisik kota (catanese, 1986:42).
Berdasarkan disiplin keilmuan, perancangan kota merupakan bagian dari proses
perencanaan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan fisik kota (Shirvani,1985:6).
Perancangan kota memiliki elemen-elemen yang harus diperhatikan yaitu;
1. Tata Guna Lahan
Tujuannya adalah untuk menentukan:
Tipe penggunaan yang diperbolehkan dalam area tertentu
Menciptakan adanya hubungan fungsional antar berbagai area
Floor Area yang memungkinkan untuk setiap penggunaan yang diijinkan
Skala pembangunan baru
Tipe insentif pembangunan yang sesuai untuk area tertentu
2. Bentuk dan Massa Bangunan
Tujuannya adalah untuk menentukan:
Mengatur penampilan bangun-bangunan di antaranya adalah ketinggian
(height), sempadan (setback) dan ketutupan (coverage), bulk, dan
konfigurasinya.
Skala (terkait dengan human vision, sirkulasi, ketetanggaan antar bangunan
dan ukuran ketetanggaan/distrik/bangun-bangunan)
Sumber: http://www.google.com
Gambar II.2
Kemang Village dengan konsep Compact City
antara hunian, perbelanjaan dan perkantoran
6. 16
"Ruang kota" (bentuk dan tipenya, keterkaitan dengan bangunan
pembentuknya, elemen yang ada di dalamnya dll.)
"Massa kota" (urban mass: bangun-bangunan, permukaan lansekap dan
besar atau kecilnya objek dalam kota
3. Sirkulasi dan Parkir
Parkir mempunyai 3 dampak penting:
Keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu fasilitas (terutama komersial)
Dampak visual yang memperburuk kualitas fisik suatu ruang
Alat yang paling kuat dalam menstrukturkan ruang kota dapat membentuk
(shape), mengarahkan (direct) dan mengatur pola aktifitas (activity pattern
control)dampak visual dan lingkungan (terutama dengan perkembangan
jalan ekspress - tol)
4. Ruang Terbuka
Ruang terbuka mempunyai banyak makna:
Softspace (semua elemen lansekap dalam kota)
Hardscape (jalan, jalur jalan kaki dan sejenisnya, tempat parkir terbuka dan
sejenisnya)
Taman-taman, alun-alun (square)
Ruang rekreasional lainnya
5. Jalur Pejalan Kaki
Jalur pedestrian merupakan bagian penting sejalan dengan sirkulasi dan parkir
kendaraan yang memiliki fungsi sebagai berikut
Mereduksi ketergantungan pada mobil
Memperbaiki kualitas lingkungan terutama udara!
Mempromosikan skala kota yang lebih manusia
Memungkinkan adanya integrasi yang lebih baik antara fungsi bangunan
satu dengan yang lain (fasilitas rest room publik, amenities, atau bahkan para
penjual di antara kantor-kantor besar misalnya) perlu adanya street
furniture yang menjadi "pengisi" antar bangun-bangunan
6. Kegiatan Pendukung (Activity Support)
Semua penggunaan dan aktifitas yang membantu memperkuat ruang-ruang publik
kota, termasuk di dalamnya adalah semua fungsi dan penggunaan yang menimbulkan
aktifitas seperti pasar, tempat rekreasi, perpustakaan umum dll.
7. 17
Activity support harus diintegrasikan dan dikoordinasikan melalui
pengaturan antar kegiatan
Activity support harus diarahkan untuk mixed use, keragaman dan intensitas
penggunaan
7. Signage
Pada perancangan kota, signage yang ada harus mampu berfungsi untuk;
Mengatur kompatibilitas anatara media dengan ruang yang ada
Mengurangi dampak visual negatif
Mengurangi kebingungan informasi
8. Preservasi
Bukan hanya untuk bangunan lama tetapi memperhatikan seluruh struktur
(bangun-bangunan) dan tempat (place) yang ada dalam kota baik permanen maupun
temporer sepanjang ekonomis dan signifikan secara kultural.