SlideShare a Scribd company logo
RINGKASAN MATERI MBS
Oleh : Indah Nur Fadilah
N.P.M. : 13.1.01.10.0253
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI
KEDIRI
MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH
M AT E R I P E L AT I H A N P E N G U ATA N K E M A M P U A N
K E PA L A S E K O L A H
DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
2010
KONSEP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Kualitas Pendidikan di Indonesia masih sangat
rendah, sehingga dengan diterapkan MBS disetiap
sekolah akan membantu perbaikan mutu pendidikan.
Untuk tercapainya tujuan pendidikan diperlukan
upaya – upaya penyampurnaan, salah satunya
adalah mempertegas konsep dasar MBS dan
memperkuat pelaksanaannya.
LANDASAN YURIDIS
Penerapan MBS dilandasi oleh peraturan perundang-
undangan pendidikan nasional yang berlaku di Indonesia,
yaitu:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (khususnya yang terkait
dengan MBS adalah Bab XIV, Pasal 51, Ayat (1);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009
tentang Badan Hukum Pendidikan (khususnya yang terkait
dengan MBS adalah Bab II, Pasal 3);
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (khususnya yang
terkait dengan MBS adalah Bab VIII, Pasal 49, Ayat (1);
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan; dan
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
ASUMSI-ASUMSI DITERAPKANNYA MBS
MBS diterapkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah
akan lebih kreatif, inisiatif, dan inovatif dalam meningkatkan kinerja sekolah;
2. dengan pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar
kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih
luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya secara
optimal untuk meningkatkan mutu sekolah;
3. sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi
dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang
tersedia untuk memajukan sekolah;
4. sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya input pendidikan yang
akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran dan tingkat perkembangan serta
kebutuhan peserta didik;
5. pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling mengetahui apa yang
terbaik bagi sekolahnya;
6. penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efektif dan efisien jika dikontrol oleh
warga sekolah dan masyarakat setempat;
7. keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan akan
mampu meningkatkan rasa kepemilikan, dedikasi, transparansi, akuntabilitas, dan
kepercayaan publik terhadap sekolah;
8. sekolah lebih bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada
pemerintah dan pemerintah daerah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada
umumnya sehingga sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk
melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan;
9. sekolah akan mampu bersaing secara sehat dengan sekolah-sekolah lainnya
dalam peningkatan mutu pendidikan melalui upaya-upaya kreatif dan inovatif yang
didukung oleh orangtua siswa, masyarakat sekitar, dan pemerintah daerah
setempat; dan
10. sekolah dapat secara cepat menanggapi perubahan, aspirasi masyarakat, dan
lingkungan yang berubah dengan cepat.
PRAKONDISI YANG DIPERLUKAN UNTUK
MENYELENGGARAKAN MBS
Sekolah yang akan menerapkan MBS perlu menyiapkan persyaratan berikut
:
1. Warga sekolah (sumberdaya manusianya) harus siap diajak untuk
melakukan perubahan pada dirinya, baik pola pikirnya (mind set), pola
hatinya (heart set), maupun pola tindakannya (action set). Artinya, warga
sekolah harus pro-perubahan, bukan pro-kemapanan,
educable/trainable (mau diajak belajar/dilatih).
2. Sekolah sebagai institusi pendidikan juga harus siap untuk menerapkan
MBS sebagaipola baru, misalnya perencanaannya,
pengorganisasiannya, pelaksanaannya, pengkoordinasiannya, dan
pengontrolannya.
3. Kultur sekolah juga harus siap dan kondusif untuk menghadapi tuntutan
baru MBS, misalnya penghargaan terhadap perbedaan pendapat,
menjunjung tinggi hak asasi manusia, musyawarah-mufakat dapat
dilaksanakan.
4. Sekolah memiliki kemampuan mengarahkan dan membimbing
warganya melalui penyusunan kebijakan, rencana, dan program
yang jelas untuk menyelenggarakan MBS.
5. Sekolah memiliki sistem tata kelola yang baik untuk mempromosikan
partisipasi dan transparansi kepada warga sekolah dan masyarakat
sekitar serta akuntabilitas sekolah terhadap publik sehingga sekolah
akan merupakan bagian dari (milik) masyarakat dan bukannya
sekolah yang berada di masyarakat.
6. Dukungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
menerapkan MBS cukup kuat, yang ditunjukkan oleh pemberian
arah, bimbingan, pengaturan, dan monitoring serta evaluasi yang
diperlukan untuk kelancaran penyelenggaraan MBS.
URAIAN
1. Pola Baru Manajemen Pendidikan Masa Depan
Pola Lama Menuju Pola Baru
Subordinasi  Otonomi
Pengambilan keputusan terpusat  Pengambilan keputusan partisipatif
Ruang gerak kaku  Ruang gerak luwes
Pendekatan birokratik  Pendekatan professional
Sentralistik  Desentralistik
Diatur  Motivasi diri
Overregulasi  Deregulasi
Mengontrol  Mempengaruhi
Mengarahkan  Memfasilitasi
Menghindari resiko  Mengelola resiko
Gunakan uang semuanya  Gunakan uang seefisien mungkin
Individual yang cerdas  Teamwork yang cerdas
Informasi terpribadi  Informasi terbagi
Pendelegasian  Pemberdayaan
Organisasi herarkis  Organisasi datar
Secara umum, manajemen berbasis sekolah (MBS)
dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan
otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar
kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan-
keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi
secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh
masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya.), untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku
2. Arti MBS
MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah
melalui pemberian kewenangan dan tanggungjawab yang
lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi,
transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah
yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektivitas,
efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan.
3. Tujuan MBS
Dalam menguraikan karakteristik MBS, pendekatan sistem yaitu input-proses-
output digunakan untuk memandunya.
a. Output yang Diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh
proses pembelajaran dan manajemen di sekolah.
b. Proses :
(1)Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi.
(2)Kepemimpinan sekolah yang kuat.
(3)Lingkungan sekolah yang aman dan tertib.
(4)Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif.
(5)Sekolah memiliki budaya mutu.
(6)Sekolah memiliki “Teamwork” yang kompak, cerdas, dan dinamis.
(7)Sekolah memiliki kewenangan.
(8)Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat
4. Karakteristik MBS
LANJUTAN . . .
(9)Sekolah memiliki keterbukaan (Transparansi) manajemen.
(10)Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan pisik).
(11)Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
(12)Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.
(13) Memiliki komunikasi yang baik .
(14)Sekolah memiliki akuntabilitas.
(15)Manajemen lingkungan hidup sekolah bagus.
(16). Sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas.
c. Input Pendidikan :
1) Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas
2) Sumberdaya Tersedia dan Siap
3) Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi
4) Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi
5) Input Manajemen
6) Fokus pada Pelanggan (Khususnya Siswa)
Berikut adalah urusan-urusan pendidikan yang sebagian
menjadi kewenangan dan tanggungjawab sekolah, yaitu: (a)
proses belajar mengajar, (b) perencanaan dan evaluasi
program sekolah, (c) pengelolaan kurikulum, (d) pengelolaan
ketenagaan, (e) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (f)
pengelolaan keuangan, (g) pelayanan siswa, (h) hubungan
sekolah-masyarakat, dan (i) pengelolaan kultur sekolah.
5. Urusan-urusan yang Menjadi Kewenangan dan Tanggungjawab
Sekolah
PELAKSANAAN MBS
Esensi MBS adalah peningkatan otonomi sekolah,
peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan, dan peningkatan fleksibilitas
pengelolaan sumberdaya sekolah. Konsep ini membawa
konsekuensi bahwa pelaksanaan MBS sudah sepantasnya
menerapkan pendekatan “idiograpik” (membolehkan adanya
keberbagaian cara melaksanakan MBS) dan bukan lagi
menggunakan pendekatan “nomotetik” (cara melaksanakan
MBS yang cenderung seragam/konformitas untuk semua
sekolah).
TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN
1. Melakukan Sosialisasi MBS
2. Memperbanyak Mitra Sekolah
3. Merumuskan Kembali Aturan Sekolah, Peran Unsur-unsur Sekolah,
Kebiasaan dan Hubungan antar Unsur-unsur Sekolah
4. Menerapkan Prinsip-prinsip Tata Kelola yang Baik
5. Mengklarifikasi Fungsi dan Aspek Manajemen Sekolah
6. Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS/RKAS),
Melaksanakan, dan Memonitor serta Mengevaluasinya
7. Meredistribusi Kewenangan dan Tanggung jawab
8. Meningkatkan Kapasitas Sekolah
TATA KELOLA YANG BAIK
Dalam MBS, sekolah diberi otonomi (kewenangan dan
tanggung jawab) yang lebih besar untuk mengelola
sekolahnya. Namun, kewenangan dan tanggung jawab yang
lebih besar hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila
sekolah menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik
yaitu partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efektivitas,
efisiensi, berwawasan ke depan, hukum dilaksanakan dengan
baik, keadilan, demokrasi/egaliterisme, prediktif, peka
terhadap aspirasi stakeholders, dan pasti dalam penjaminan
mutu.
PARTISIPASI
Pengertian
Partisipasi adalah proses di mana stakeholders (warga sekolah dan masyarakat)
terlibat aktif baik secara individual maupun kolektif, secara langsung maupun tidak
langsung, dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan/ pengevaluasian pendidikan sekolah
Tujuan
Tujuan utama peningkatan partisipasi adalah untuk :
(1) meningkatkan dedikasi/ kontribusi stakeholders terhadap penyelenggaraan pendidikan di
sekolah, baik dalam bentuk jasa (pemikiran/intelektualitas, keterampilan), moral,
finansial, dan material/barang
(2) memberdayakan kemampuan yang ada pada stakeholders bagi pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional
(3) meningkatkan peran stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik
sebagai advisor, supporter, mediator, controller, resource linker, and education provider
(4) menjamin agar setiap keputusan dan kebijakan yang diambil benar-benar mencerminkan
aspirasi stakeholders dan menjadikan aspirasi stakeholders sebagai panglima bagi
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
LANJUTAN
Upaya-Upaya Peningkatan Partisipasi
1. Membuat peraturan dan pedoman sekolah
2. Menyediakan sarana partisipasi atau saluran komunikasi
3. Melakukan advokasi, publikasi, komunikasi, dan transparansi kepada
stakeholders.
4. Melibatkan stakeholders secara proporsional dengan mempertimbangkan
relevansi pelibatannya, batas-batas yurisdiksinya, kompetensinya, dan
kompatibilitas tujuan yang akan dicapainya.
LANJUTAN
Indikator Keberhasilan Partisipasi
1. Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkat dalam hal jasa (pemikiran,
keterampilan), finansial, moral, dan material/barang.
2. Meningkatnya kepercayaan stakeholders kepada sekolah, terutama
menyangkut kewibawaan dan kebersihan.
3. Meningkatnya tanggungjawab stakeholders terhadap penyelenggaraan
pendidikan di sekolah.
4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) untuk
peningkatan mutu pendidikan.
5. Meningkatnya kepedulian stakeholders terhadap setiap langkah yang
dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu.
6. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah benar-benar
mengekspresikan aspirasi dan pendapat stakeholders dan mampu
meningkatkan kualitas pendidikan.
TRANSPARANSI
Pengertian
Transparansi sekolah adalah keadaan di mana setiap orang yang
terkait dengan kepentingan pendidikan dapat mengetahui proses dan hasil
pengambilan keputusan dan kebijakan sekolah.
Tujuan
1.Untuk membangun kepercayaan dan keyakinan publik kepada sekolah
bahwa sekolah adalah organisasi pelayanan pendidikan yang bersih dan
berwibawa. Bersih dalam arti tidak KKN dan berwibawa dalam arti
profesional.
2.Untuk menciptakan kepercayaan timbal balik antara sekolah dan publik
melalui penyediaan informasi yang memadai dan menjamin kemudahan
dalam memperoleh informasi yang akurat.
LANJUTAN
Upaya-Upaya Peningkatan Transparansi
Upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam kerangka meningkatkan
transparansi sekolah kepada publik antara lain :
1. Melalui pendayagunaan berbagai jalur komunikasi, baik secara langsung
melalui temu wicara, maupun secara tidak langsung melalui jalur media
tertulis
2. Menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi,
bentuk informasi yang dapat diakses oleh publik ataupun bentuk informasi
yang bersifat rahasia.
LANJUTAN
Indikator Keberhasilan Transparansi
1. meningkatnya keyakinan dan kepercayaan publik kepada sekolah bahwa
sekolah adalah bersih dan wibawa
2. meningkatnya partisipasi publik terhadap penyelenggaraan sekolah
3. bertambahnya wawasan dan pengetahuan publik terhadap penyelenggaraan
sekolah
4. berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku di sekolah
AKUNTABILITAS
Pengertian
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan
tindakan penyelenggara organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggjawaban.
Tujuan
1. Untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah
satu prasyarat untuk terciptanya sekolah yang baik dan terpercaya.
2. Untuk menilai kinerja sekolah dan kepuasan publik terhadap pelayanan
pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah.
3. untuk mengikutsertakan publik dalam pengawasan pelayanan pendidikan.
4. untuk mempertanggungjawabkan komitmen pelayanan pendidikan kepada
publik.
LANJUTAN . . .
Upaya-Upaya Peningkatan Akuntabilitas
1. Sekolah harus menyusun aturan main tentang sistem akuntabilitas termasuk
mekanisme pertanggungjawaban. Ini perlu diupayakan untuk menjaga
kepastian tentang pentingnya akuntabilitas.
2. Sekolah perlu menyusun pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan
kinerja penyelenggara sekolah dan sistem pengawasan dengan sanksi yang
jelas dan tegas.
3. Sekolah menyusun rencana pengembangan sekolah dan menyampaikan
kepada publik/stakeholders di awal setiap tahun anggaran.
4. Menyusun indikator yang jelas tentang pengukuran kinerja sekolah dan
disampaikan kepada stakeholders.
LANJUTAN . . .
Indikator Keberhasilan Akuntabilitas
Keberhasilan akuntabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator berikut, yaitu:
1. Meningkatnya kepercayaan dan kepuasan publik terhadap sekolah,
2. Tumbuhnya kesadaran publik tentang hak untuk menilai terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah,
3. Berkurangnya kasus-kasus KKN di sekolah,
4. Meningkatnya kesesuaian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma
yang berkembang di masyarakat.
MONOTORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari pengelolaan
pendidikan, baik di tingkat mikro (sekolah), meso (dinas pendidikan
kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi), maupun makro (kementerian).
Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dengan monitoring dan evaluasi, kita
dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan pada tingkat sekolah, dinas
pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi, dan departemen.
1. Komponen-Komponen MBS yang Dimonitor dan Dievaluasi
Konteks
Konteks adalah eksternalitas sekolah berupa demand and support
(permintaan dan dukungan) yang berpengaruh pada input sekolah. Dalam
istilah lain, konteks sama artinya dengan istilah kebutuhan. Dengan demikian,
evaluasi konteks berarti evaluasi tentang kebutuhan. Alat yang tepat untuk
melakukan evaluasi konteks adalah penilaian kebutuhan (needs
assessment).
Input
Input adalah segala “sesuatu” yang harus tersedia dan siap karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu harapan, sumberdaya, dan input manajemen. Esensi
evaluasi pada input adalah untuk mendapatkan informasi tentang
“ketersediaan dan kesiapan” input sebagai prasyarat untuk berlangsungnya
proses.
Proses
Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam
MBS sebagai sistem, proses terdiri dari: proses pengambilan keputusan,
proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses
belajar mengajar, proses evaluasi sekolah, dan proses akuntabilitas. Dengan
demikian, fokus evaluasi pada proses adalah pemantauan (monitoring)
implementasi MBS, sehingga dapat ditemukan informasi tentang konsistensi
atau inkonsistensi antara rancangan/disain MBS semula dengan proses
implementasi yang sebenarnya.
Output
Output adalah hasil nyata dari pelaksanaan MBS. Hasil nyata yang
dimaksud dapat berupa prestasi akademik (academic achievement),
misalnya, nilai NUN, dan peringkat lomba karya tulis, maupun prestasi non-
akademik (non-academic achievement).
Outcome
Output adalah hasil MBS jangka panjang, yang berbeda dengan output
yang hanya mengukur hasil MBS sesaat/jangka pendek. Karena itu, fokus
evaluasi outcome adalah pada dampak MBS jangka panjang, Monitoring dan
evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada perubahan konteks, input,
proses, output, dan outcome pada waktu sebelum dan sesudah
melaksanakan MBS.
2. Jenis Monitoring dan Evaluasi: Internal dan Eksternal
Ada dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah, yaitu internal dan
eksternal. Yang dimaksud monitoring dan evaluasi internal adalah monitoring
dan evaluasi yang dilakukan oleh sekolah sendiri. Sedang yang dimaksud
monitoring dan evaluasi eksternal adalah monitoring dan evaluasi yang
dilakukan oleh pihak eksternal sekolah (external institution), misalnya Dinas
Pendidikan, Pengawas, dan Perguruan tinggi, atau gabungan dari ketiganya
3. Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan MBS
Untuk mengevaluasi keberhasilan MBS, sekolah-sekolah yang
melaksanakan MBS harus membuat tonggak-tonggak kunci keberhasilan
untuk kurun waktu tertentu. Tonggak-tonggak kunci keberhasilan MBS
merupakan target-target hasil MBS yang akan dicapai dalam jangka
menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1 tahun). Target-target tersebut
bersumber dari pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, efektivitas dan
efisiensi pendidikan dan tata kelola sekolah yang baik
Ringkasan materi mbs

More Related Content

What's hot

BOS Kinerja TA 2023.pptx
BOS Kinerja TA 2023.pptxBOS Kinerja TA 2023.pptx
BOS Kinerja TA 2023.pptx
ArifBambangPurwanto
 
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptxTugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
AgungNugroho883817
 
Kompetensi Sosial Emosional.pdf
Kompetensi Sosial Emosional.pdfKompetensi Sosial Emosional.pdf
Kompetensi Sosial Emosional.pdf
KwartirRantingBekasi
 
Uraian pembelanjaan kegiatan 8 standar penggunaan dana bos menurut pp nomor 4...
Uraian pembelanjaan kegiatan 8 standar penggunaan dana bos menurut pp nomor 4...Uraian pembelanjaan kegiatan 8 standar penggunaan dana bos menurut pp nomor 4...
Uraian pembelanjaan kegiatan 8 standar penggunaan dana bos menurut pp nomor 4...
RAHMAT HIDAYAT
 
TATA TERTIB SEKOLAH
TATA TERTIB SEKOLAHTATA TERTIB SEKOLAH
TATA TERTIB SEKOLAH
ruce lee
 
Kompetensi kepala sekolah
Kompetensi  kepala sekolahKompetensi  kepala sekolah
Kompetensi kepala sekolahfaturbima
 
001. portofolio budaya mutu
001. portofolio budaya mutu001. portofolio budaya mutu
001. portofolio budaya mutu
Omay Widyana
 
Presentasi 3 sekolah adiwiyata
Presentasi 3 sekolah adiwiyataPresentasi 3 sekolah adiwiyata
Presentasi 3 sekolah adiwiyataHisbulloh Huda
 
AKSI NYATA MERDEKA BELAJARAKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptx
AKSI NYATA MERDEKA BELAJARAKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptxAKSI NYATA MERDEKA BELAJARAKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptx
AKSI NYATA MERDEKA BELAJARAKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptx
Aisyah Safitri Hayati
 
Program kerja wakasek kesiswaan
Program  kerja wakasek  kesiswaanProgram  kerja wakasek  kesiswaan
Program kerja wakasek kesiswaansukur basuki
 
PPT-Pembelajaran Berdeferensiasi_ELFIS SUANTO.pptx
PPT-Pembelajaran Berdeferensiasi_ELFIS SUANTO.pptxPPT-Pembelajaran Berdeferensiasi_ELFIS SUANTO.pptx
PPT-Pembelajaran Berdeferensiasi_ELFIS SUANTO.pptx
tiarayulandari3
 
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...
Irman Ramly
 
Program kerja koperasi_siswa_dan_kantin
Program kerja koperasi_siswa_dan_kantinProgram kerja koperasi_siswa_dan_kantin
Program kerja koperasi_siswa_dan_kantin
MIMaarifBoja
 
Pengenalan Kurikulum Merdeka.pptx
Pengenalan Kurikulum Merdeka.pptxPengenalan Kurikulum Merdeka.pptx
Pengenalan Kurikulum Merdeka.pptx
NurulMunawarah3
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Irman Ramly
 
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptxModul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
NurilFile
 
Notulen Diskusi KS.pdf
Notulen Diskusi KS.pdfNotulen Diskusi KS.pdf
Notulen Diskusi KS.pdf
NiaKurniati59
 

What's hot (20)

BOS Kinerja TA 2023.pptx
BOS Kinerja TA 2023.pptxBOS Kinerja TA 2023.pptx
BOS Kinerja TA 2023.pptx
 
Surat keputusan-uks
Surat keputusan-uksSurat keputusan-uks
Surat keputusan-uks
 
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptxTugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
Tugas Ruang kolaborasi Modul 3.1.pptx
 
Kompetensi Sosial Emosional.pdf
Kompetensi Sosial Emosional.pdfKompetensi Sosial Emosional.pdf
Kompetensi Sosial Emosional.pdf
 
Uraian pembelanjaan kegiatan 8 standar penggunaan dana bos menurut pp nomor 4...
Uraian pembelanjaan kegiatan 8 standar penggunaan dana bos menurut pp nomor 4...Uraian pembelanjaan kegiatan 8 standar penggunaan dana bos menurut pp nomor 4...
Uraian pembelanjaan kegiatan 8 standar penggunaan dana bos menurut pp nomor 4...
 
TATA TERTIB SEKOLAH
TATA TERTIB SEKOLAHTATA TERTIB SEKOLAH
TATA TERTIB SEKOLAH
 
Kompetensi kepala sekolah
Kompetensi  kepala sekolahKompetensi  kepala sekolah
Kompetensi kepala sekolah
 
001. portofolio budaya mutu
001. portofolio budaya mutu001. portofolio budaya mutu
001. portofolio budaya mutu
 
Presentasi 3 sekolah adiwiyata
Presentasi 3 sekolah adiwiyataPresentasi 3 sekolah adiwiyata
Presentasi 3 sekolah adiwiyata
 
AKSI NYATA MERDEKA BELAJARAKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptx
AKSI NYATA MERDEKA BELAJARAKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptxAKSI NYATA MERDEKA BELAJARAKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptx
AKSI NYATA MERDEKA BELAJARAKSI NYATA MERDEKA BELAJAR.pptx
 
Program kerja wakasek kesiswaan
Program  kerja wakasek  kesiswaanProgram  kerja wakasek  kesiswaan
Program kerja wakasek kesiswaan
 
PPT-Pembelajaran Berdeferensiasi_ELFIS SUANTO.pptx
PPT-Pembelajaran Berdeferensiasi_ELFIS SUANTO.pptxPPT-Pembelajaran Berdeferensiasi_ELFIS SUANTO.pptx
PPT-Pembelajaran Berdeferensiasi_ELFIS SUANTO.pptx
 
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pa...
Modul 3.3. Angkatan 5 Reguler. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pa...
 
Program kerja koperasi_siswa_dan_kantin
Program kerja koperasi_siswa_dan_kantinProgram kerja koperasi_siswa_dan_kantin
Program kerja koperasi_siswa_dan_kantin
 
Pengenalan Kurikulum Merdeka.pptx
Pengenalan Kurikulum Merdeka.pptxPengenalan Kurikulum Merdeka.pptx
Pengenalan Kurikulum Merdeka.pptx
 
Program kesiswaan
Program kesiswaanProgram kesiswaan
Program kesiswaan
 
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
Modul 1.1. Angkatan 5 Reguler. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Final...
 
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptxModul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
Modul 1.1 Pemikiran KHD konteks lokal sosial budaya - Muhammad Riyanto.pptx
 
Notulen Diskusi KS.pdf
Notulen Diskusi KS.pdfNotulen Diskusi KS.pdf
Notulen Diskusi KS.pdf
 
Koperasi Sekolah
Koperasi SekolahKoperasi Sekolah
Koperasi Sekolah
 

Viewers also liked

Penerapan manajemen berbasis sekolah di man pangkalan balai kabupaten banyua...
Penerapan manajemen berbasis sekolah  di man pangkalan balai kabupaten banyua...Penerapan manajemen berbasis sekolah  di man pangkalan balai kabupaten banyua...
Penerapan manajemen berbasis sekolah di man pangkalan balai kabupaten banyua...
sadiman dimas
 
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbsMakalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbsrinanj
 
Kimia inti dan radioaktif-radioaktif
Kimia inti dan radioaktif-radioaktifKimia inti dan radioaktif-radioaktif
Kimia inti dan radioaktif-radioaktif
farid miftah
 
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)
 
Kendala-kendala Penyusunan RAPBS/RAKS
Kendala-kendala  Penyusunan RAPBS/RAKSKendala-kendala  Penyusunan RAPBS/RAKS
Kendala-kendala Penyusunan RAPBS/RAKS
Joko Prasetiyo
 
Dampak kemiskinan dan kebijakan pendidikan pada pekerja anak di indonesia
Dampak kemiskinan dan kebijakan pendidikan pada pekerja anak di indonesiaDampak kemiskinan dan kebijakan pendidikan pada pekerja anak di indonesia
Dampak kemiskinan dan kebijakan pendidikan pada pekerja anak di indonesia
Angga Debby Frayudha
 
Informasi bos 2016 (draft 10 des)
Informasi bos 2016 (draft 10 des)Informasi bos 2016 (draft 10 des)
Informasi bos 2016 (draft 10 des)
Syahrir Eeng
 
Model & pendekatan dalam supervisi pendidikan
Model  &  pendekatan dalam  supervisi  pendidikanModel  &  pendekatan dalam  supervisi  pendidikan
Model & pendekatan dalam supervisi pendidikanrofieamirasyka
 
Makalah Pembiayaan Pendidikan
Makalah Pembiayaan PendidikanMakalah Pembiayaan Pendidikan
Makalah Pembiayaan Pendidikan
Agus Sahid Affandi
 
Slid e presentasi
Slid e presentasiSlid e presentasi
Slid e presentasi
Karieks D'Adventure
 
Jenis jenis biaya pendidikan
Jenis jenis biaya pendidikanJenis jenis biaya pendidikan
Jenis jenis biaya pendidikan
yayan andrian
 
7 instrumen-standar-pembiayaan
7 instrumen-standar-pembiayaan7 instrumen-standar-pembiayaan
7 instrumen-standar-pembiayaan
Muhamad Anugrah
 
Konsep dasar anggaran sekolah madrasah (rapbs)
Konsep dasar anggaran sekolah  madrasah (rapbs)Konsep dasar anggaran sekolah  madrasah (rapbs)
Konsep dasar anggaran sekolah madrasah (rapbs)
abdul wahidPS
 
Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana
Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana
Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana
rahayumega yuliana
 
Supervisi Pendidikan Joko Pamungkas (153111244 pai 3g IAIN SURAKRTA)
Supervisi Pendidikan Joko Pamungkas (153111244 pai 3g IAIN SURAKRTA) Supervisi Pendidikan Joko Pamungkas (153111244 pai 3g IAIN SURAKRTA)
Supervisi Pendidikan Joko Pamungkas (153111244 pai 3g IAIN SURAKRTA)
JOKO PAMUNGKAS
 
supervisi pendidikan
supervisi pendidikansupervisi pendidikan
supervisi pendidikan
Ayshah Fatimah
 
Ppt. adm.pend sherly heryanti
Ppt. adm.pend sherly heryantiPpt. adm.pend sherly heryanti
Ppt. adm.pend sherly heryanti
sherly heryanti
 

Viewers also liked (20)

Autobiografisoekarno
AutobiografisoekarnoAutobiografisoekarno
Autobiografisoekarno
 
Penerapan manajemen berbasis sekolah di man pangkalan balai kabupaten banyua...
Penerapan manajemen berbasis sekolah  di man pangkalan balai kabupaten banyua...Penerapan manajemen berbasis sekolah  di man pangkalan balai kabupaten banyua...
Penerapan manajemen berbasis sekolah di man pangkalan balai kabupaten banyua...
 
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbsMakalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
Makalah pelaksanaan dan kunci keberhasilan mbs
 
Mbs
MbsMbs
Mbs
 
Kimia inti dan radioaktif-radioaktif
Kimia inti dan radioaktif-radioaktifKimia inti dan radioaktif-radioaktif
Kimia inti dan radioaktif-radioaktif
 
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
Usulan Naskah Kebijakan - Revitalisasi Dewan Pendidikan & Komite Sekolah
 
Kendala-kendala Penyusunan RAPBS/RAKS
Kendala-kendala  Penyusunan RAPBS/RAKSKendala-kendala  Penyusunan RAPBS/RAKS
Kendala-kendala Penyusunan RAPBS/RAKS
 
Makalah dewan sekolah
Makalah dewan sekolahMakalah dewan sekolah
Makalah dewan sekolah
 
Dampak kemiskinan dan kebijakan pendidikan pada pekerja anak di indonesia
Dampak kemiskinan dan kebijakan pendidikan pada pekerja anak di indonesiaDampak kemiskinan dan kebijakan pendidikan pada pekerja anak di indonesia
Dampak kemiskinan dan kebijakan pendidikan pada pekerja anak di indonesia
 
Informasi bos 2016 (draft 10 des)
Informasi bos 2016 (draft 10 des)Informasi bos 2016 (draft 10 des)
Informasi bos 2016 (draft 10 des)
 
Model & pendekatan dalam supervisi pendidikan
Model  &  pendekatan dalam  supervisi  pendidikanModel  &  pendekatan dalam  supervisi  pendidikan
Model & pendekatan dalam supervisi pendidikan
 
Makalah Pembiayaan Pendidikan
Makalah Pembiayaan PendidikanMakalah Pembiayaan Pendidikan
Makalah Pembiayaan Pendidikan
 
Slid e presentasi
Slid e presentasiSlid e presentasi
Slid e presentasi
 
Jenis jenis biaya pendidikan
Jenis jenis biaya pendidikanJenis jenis biaya pendidikan
Jenis jenis biaya pendidikan
 
7 instrumen-standar-pembiayaan
7 instrumen-standar-pembiayaan7 instrumen-standar-pembiayaan
7 instrumen-standar-pembiayaan
 
Konsep dasar anggaran sekolah madrasah (rapbs)
Konsep dasar anggaran sekolah  madrasah (rapbs)Konsep dasar anggaran sekolah  madrasah (rapbs)
Konsep dasar anggaran sekolah madrasah (rapbs)
 
Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana
Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana
Supervisi pendidikan by Rahayu Mega Yuliana
 
Supervisi Pendidikan Joko Pamungkas (153111244 pai 3g IAIN SURAKRTA)
Supervisi Pendidikan Joko Pamungkas (153111244 pai 3g IAIN SURAKRTA) Supervisi Pendidikan Joko Pamungkas (153111244 pai 3g IAIN SURAKRTA)
Supervisi Pendidikan Joko Pamungkas (153111244 pai 3g IAIN SURAKRTA)
 
supervisi pendidikan
supervisi pendidikansupervisi pendidikan
supervisi pendidikan
 
Ppt. adm.pend sherly heryanti
Ppt. adm.pend sherly heryantiPpt. adm.pend sherly heryanti
Ppt. adm.pend sherly heryanti
 

Similar to Ringkasan materi mbs

Konsep mbs
Konsep mbsKonsep mbs
Konsep mbs
bagibagiilmu
 
MBS “Manajemen Berbasis Sekolah
MBS “Manajemen Berbasis SekolahMBS “Manajemen Berbasis Sekolah
MBS “Manajemen Berbasis Sekolah
Khanifah Inabah
 
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah
Joko Prasetiyo
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
sinta suryani
 
18. yunia mondrow (06111404018)
18. yunia mondrow (06111404018)18. yunia mondrow (06111404018)
18. yunia mondrow (06111404018)Dewi_Sejarah
 
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.pptManagemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
AkbarSetia1
 
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis SekolahManajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Ghian Velina
 
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
adhanoorfedy2
 
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptxResume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
faqihfirman3
 
Konsep Dasar - Manajemen Berbasis Sekolah
Konsep Dasar - Manajemen Berbasis SekolahKonsep Dasar - Manajemen Berbasis Sekolah
Konsep Dasar - Manajemen Berbasis Sekolah
Sobirin15
 
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
ErdinHidayat
 
Konsep manajemen sekolah
Konsep manajemen sekolahKonsep manajemen sekolah
Konsep manajemen sekolah
sugimulyani
 
Tugas tik pitri handayani
Tugas tik pitri handayaniTugas tik pitri handayani
Tugas tik pitri handayani
PitriHandayani5
 
Makalah mbs
Makalah mbsMakalah mbs
Makalah mbs
bagibagiilmu
 
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Implementasi Manajemen Berbasis SekolahImplementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Yoollan MW
 
Konsep dasar mbs
Konsep dasar mbsKonsep dasar mbs
Konsep dasar mbs
Arfa Mantoeng
 
materi-penguatan-mbs
materi-penguatan-mbsmateri-penguatan-mbs
materi-penguatan-mbs
Asman Nur
 

Similar to Ringkasan materi mbs (20)

Makalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolahMakalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolah
 
Konsep mbs
Konsep mbsKonsep mbs
Konsep mbs
 
MBS “Manajemen Berbasis Sekolah
MBS “Manajemen Berbasis SekolahMBS “Manajemen Berbasis Sekolah
MBS “Manajemen Berbasis Sekolah
 
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
18. yunia mondrow (06111404018)
18. yunia mondrow (06111404018)18. yunia mondrow (06111404018)
18. yunia mondrow (06111404018)
 
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.pptManagemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
Managemen Mutu Berbasis Sekolah.ppt
 
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis SekolahManajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
 
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
243277-implementasi-manajemen-berbasis-sekolah-16cac0ed.pdf
 
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptxResume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
Resume MBS_ Kelompok 11_PM 4B.pptx
 
Konsep Dasar - Manajemen Berbasis Sekolah
Konsep Dasar - Manajemen Berbasis SekolahKonsep Dasar - Manajemen Berbasis Sekolah
Konsep Dasar - Manajemen Berbasis Sekolah
 
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
01. m. erdin hidayat 1810125110015 ( uts manajemen berbasis sekolah )
 
Ppt mensek
Ppt mensekPpt mensek
Ppt mensek
 
Konsep manajemen sekolah
Konsep manajemen sekolahKonsep manajemen sekolah
Konsep manajemen sekolah
 
Tugas tik pitri handayani
Tugas tik pitri handayaniTugas tik pitri handayani
Tugas tik pitri handayani
 
Makalah mbs
Makalah mbsMakalah mbs
Makalah mbs
 
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Implementasi Manajemen Berbasis SekolahImplementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
 
Karya ilmiah4
Karya ilmiah4Karya ilmiah4
Karya ilmiah4
 
Konsep dasar mbs
Konsep dasar mbsKonsep dasar mbs
Konsep dasar mbs
 
materi-penguatan-mbs
materi-penguatan-mbsmateri-penguatan-mbs
materi-penguatan-mbs
 

Recently uploaded

Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Universitas Sriwijaya
 
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegaraMATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
vannia34
 
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptxPermasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Zainul Akmal
 
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptxSketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
muhammadriza64
 
PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptxPUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
Dedi Dwitagama
 
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
NurHalifah34
 
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptxPPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
LuhAriyani1
 
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIATRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
Universitas Sriwijaya
 
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Universitas Sriwijaya
 
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
SobriCubi
 
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamilEtikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
NurWana20
 
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docxKOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
sdpurbatua03
 
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
emalestari711
 

Recently uploaded (13)

Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
 
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegaraMATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
MATERI 1 Peraturan Lelang.pptx dalam bernegara
 
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptxPermasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
Permasalahan dan Kebijakan Konvergensi Penurunan Stunting di Desa.pptx
 
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptxSketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
Sketsa Kehidupan Beragama. Riza (1).pptx
 
PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptxPUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
PUBLIC SPEAKING TRAINING DEDI DWITAGAMA BNN JU.pptx
 
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN (Tugas uas Kepemimpinan)
 
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptxPPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
PPT ASAS PERATURAN PERundang UNDANGAN.pptx
 
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIATRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
TRANSFORMASI PEMBERDAYAAN APARATUR NEGARA DI INDONESIA
 
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024
 
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
Penumbuhan POSLUHDES ( pos penyuluhan desa)
 
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamilEtikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
Etikolegal Pelayanan kebidanan ibu hamil
 
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docxKOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
KOSP SD MODEL 1 - datadikdasmen.com.docx
 
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi Budaya Positif
 

Ringkasan materi mbs

  • 1. RINGKASAN MATERI MBS Oleh : Indah Nur Fadilah N.P.M. : 13.1.01.10.0253 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
  • 2. MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH M AT E R I P E L AT I H A N P E N G U ATA N K E M A M P U A N K E PA L A S E K O L A H DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010
  • 3. KONSEP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Kualitas Pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, sehingga dengan diterapkan MBS disetiap sekolah akan membantu perbaikan mutu pendidikan. Untuk tercapainya tujuan pendidikan diperlukan upaya – upaya penyampurnaan, salah satunya adalah mempertegas konsep dasar MBS dan memperkuat pelaksanaannya.
  • 4. LANDASAN YURIDIS Penerapan MBS dilandasi oleh peraturan perundang- undangan pendidikan nasional yang berlaku di Indonesia, yaitu: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (khususnya yang terkait dengan MBS adalah Bab XIV, Pasal 51, Ayat (1); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (khususnya yang terkait dengan MBS adalah Bab II, Pasal 3); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (khususnya yang terkait dengan MBS adalah Bab VIII, Pasal 49, Ayat (1);
  • 5. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah; 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan; dan 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
  • 6. ASUMSI-ASUMSI DITERAPKANNYA MBS MBS diterapkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih kreatif, inisiatif, dan inovatif dalam meningkatkan kinerja sekolah; 2. dengan pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah; 3. sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolah; 4. sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tingkat perkembangan serta kebutuhan peserta didik;
  • 7. 5. pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi sekolahnya; 6. penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efektif dan efisien jika dikontrol oleh warga sekolah dan masyarakat setempat; 7. keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan akan mampu meningkatkan rasa kepemilikan, dedikasi, transparansi, akuntabilitas, dan kepercayaan publik terhadap sekolah; 8. sekolah lebih bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah dan pemerintah daerah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya sehingga sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan; 9. sekolah akan mampu bersaing secara sehat dengan sekolah-sekolah lainnya dalam peningkatan mutu pendidikan melalui upaya-upaya kreatif dan inovatif yang didukung oleh orangtua siswa, masyarakat sekitar, dan pemerintah daerah setempat; dan 10. sekolah dapat secara cepat menanggapi perubahan, aspirasi masyarakat, dan lingkungan yang berubah dengan cepat.
  • 8. PRAKONDISI YANG DIPERLUKAN UNTUK MENYELENGGARAKAN MBS Sekolah yang akan menerapkan MBS perlu menyiapkan persyaratan berikut : 1. Warga sekolah (sumberdaya manusianya) harus siap diajak untuk melakukan perubahan pada dirinya, baik pola pikirnya (mind set), pola hatinya (heart set), maupun pola tindakannya (action set). Artinya, warga sekolah harus pro-perubahan, bukan pro-kemapanan, educable/trainable (mau diajak belajar/dilatih). 2. Sekolah sebagai institusi pendidikan juga harus siap untuk menerapkan MBS sebagaipola baru, misalnya perencanaannya, pengorganisasiannya, pelaksanaannya, pengkoordinasiannya, dan pengontrolannya. 3. Kultur sekolah juga harus siap dan kondusif untuk menghadapi tuntutan baru MBS, misalnya penghargaan terhadap perbedaan pendapat, menjunjung tinggi hak asasi manusia, musyawarah-mufakat dapat dilaksanakan.
  • 9. 4. Sekolah memiliki kemampuan mengarahkan dan membimbing warganya melalui penyusunan kebijakan, rencana, dan program yang jelas untuk menyelenggarakan MBS. 5. Sekolah memiliki sistem tata kelola yang baik untuk mempromosikan partisipasi dan transparansi kepada warga sekolah dan masyarakat sekitar serta akuntabilitas sekolah terhadap publik sehingga sekolah akan merupakan bagian dari (milik) masyarakat dan bukannya sekolah yang berada di masyarakat. 6. Dukungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan MBS cukup kuat, yang ditunjukkan oleh pemberian arah, bimbingan, pengaturan, dan monitoring serta evaluasi yang diperlukan untuk kelancaran penyelenggaraan MBS.
  • 10. URAIAN 1. Pola Baru Manajemen Pendidikan Masa Depan Pola Lama Menuju Pola Baru Subordinasi  Otonomi Pengambilan keputusan terpusat  Pengambilan keputusan partisipatif Ruang gerak kaku  Ruang gerak luwes Pendekatan birokratik  Pendekatan professional Sentralistik  Desentralistik Diatur  Motivasi diri Overregulasi  Deregulasi Mengontrol  Mempengaruhi Mengarahkan  Memfasilitasi Menghindari resiko  Mengelola resiko Gunakan uang semuanya  Gunakan uang seefisien mungkin Individual yang cerdas  Teamwork yang cerdas Informasi terpribadi  Informasi terbagi Pendelegasian  Pemberdayaan Organisasi herarkis  Organisasi datar
  • 11. Secara umum, manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggungjawab) lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan- keluwesan kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dan sebagainya.), untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. Arti MBS
  • 12. MBS bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan. 3. Tujuan MBS
  • 13. Dalam menguraikan karakteristik MBS, pendekatan sistem yaitu input-proses- output digunakan untuk memandunya. a. Output yang Diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. b. Proses : (1)Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi. (2)Kepemimpinan sekolah yang kuat. (3)Lingkungan sekolah yang aman dan tertib. (4)Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. (5)Sekolah memiliki budaya mutu. (6)Sekolah memiliki “Teamwork” yang kompak, cerdas, dan dinamis. (7)Sekolah memiliki kewenangan. (8)Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat 4. Karakteristik MBS
  • 14. LANJUTAN . . . (9)Sekolah memiliki keterbukaan (Transparansi) manajemen. (10)Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan pisik). (11)Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. (12)Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan. (13) Memiliki komunikasi yang baik . (14)Sekolah memiliki akuntabilitas. (15)Manajemen lingkungan hidup sekolah bagus. (16). Sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas.
  • 15. c. Input Pendidikan : 1) Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas 2) Sumberdaya Tersedia dan Siap 3) Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi 4) Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi 5) Input Manajemen 6) Fokus pada Pelanggan (Khususnya Siswa)
  • 16. Berikut adalah urusan-urusan pendidikan yang sebagian menjadi kewenangan dan tanggungjawab sekolah, yaitu: (a) proses belajar mengajar, (b) perencanaan dan evaluasi program sekolah, (c) pengelolaan kurikulum, (d) pengelolaan ketenagaan, (e) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (f) pengelolaan keuangan, (g) pelayanan siswa, (h) hubungan sekolah-masyarakat, dan (i) pengelolaan kultur sekolah. 5. Urusan-urusan yang Menjadi Kewenangan dan Tanggungjawab Sekolah
  • 17. PELAKSANAAN MBS Esensi MBS adalah peningkatan otonomi sekolah, peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan peningkatan fleksibilitas pengelolaan sumberdaya sekolah. Konsep ini membawa konsekuensi bahwa pelaksanaan MBS sudah sepantasnya menerapkan pendekatan “idiograpik” (membolehkan adanya keberbagaian cara melaksanakan MBS) dan bukan lagi menggunakan pendekatan “nomotetik” (cara melaksanakan MBS yang cenderung seragam/konformitas untuk semua sekolah).
  • 18. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN 1. Melakukan Sosialisasi MBS 2. Memperbanyak Mitra Sekolah 3. Merumuskan Kembali Aturan Sekolah, Peran Unsur-unsur Sekolah, Kebiasaan dan Hubungan antar Unsur-unsur Sekolah 4. Menerapkan Prinsip-prinsip Tata Kelola yang Baik 5. Mengklarifikasi Fungsi dan Aspek Manajemen Sekolah 6. Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS/RKAS), Melaksanakan, dan Memonitor serta Mengevaluasinya 7. Meredistribusi Kewenangan dan Tanggung jawab 8. Meningkatkan Kapasitas Sekolah
  • 19. TATA KELOLA YANG BAIK Dalam MBS, sekolah diberi otonomi (kewenangan dan tanggung jawab) yang lebih besar untuk mengelola sekolahnya. Namun, kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila sekolah menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik yaitu partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, berwawasan ke depan, hukum dilaksanakan dengan baik, keadilan, demokrasi/egaliterisme, prediktif, peka terhadap aspirasi stakeholders, dan pasti dalam penjaminan mutu.
  • 20. PARTISIPASI Pengertian Partisipasi adalah proses di mana stakeholders (warga sekolah dan masyarakat) terlibat aktif baik secara individual maupun kolektif, secara langsung maupun tidak langsung, dalam pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/ pengevaluasian pendidikan sekolah Tujuan Tujuan utama peningkatan partisipasi adalah untuk : (1) meningkatkan dedikasi/ kontribusi stakeholders terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik dalam bentuk jasa (pemikiran/intelektualitas, keterampilan), moral, finansial, dan material/barang (2) memberdayakan kemampuan yang ada pada stakeholders bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (3) meningkatkan peran stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik sebagai advisor, supporter, mediator, controller, resource linker, and education provider (4) menjamin agar setiap keputusan dan kebijakan yang diambil benar-benar mencerminkan aspirasi stakeholders dan menjadikan aspirasi stakeholders sebagai panglima bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
  • 21. LANJUTAN Upaya-Upaya Peningkatan Partisipasi 1. Membuat peraturan dan pedoman sekolah 2. Menyediakan sarana partisipasi atau saluran komunikasi 3. Melakukan advokasi, publikasi, komunikasi, dan transparansi kepada stakeholders. 4. Melibatkan stakeholders secara proporsional dengan mempertimbangkan relevansi pelibatannya, batas-batas yurisdiksinya, kompetensinya, dan kompatibilitas tujuan yang akan dicapainya.
  • 22. LANJUTAN Indikator Keberhasilan Partisipasi 1. Kontribusi/dedikasi stakeholders meningkat dalam hal jasa (pemikiran, keterampilan), finansial, moral, dan material/barang. 2. Meningkatnya kepercayaan stakeholders kepada sekolah, terutama menyangkut kewibawaan dan kebersihan. 3. Meningkatnya tanggungjawab stakeholders terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. 4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) untuk peningkatan mutu pendidikan. 5. Meningkatnya kepedulian stakeholders terhadap setiap langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu. 6. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah benar-benar mengekspresikan aspirasi dan pendapat stakeholders dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.
  • 23. TRANSPARANSI Pengertian Transparansi sekolah adalah keadaan di mana setiap orang yang terkait dengan kepentingan pendidikan dapat mengetahui proses dan hasil pengambilan keputusan dan kebijakan sekolah. Tujuan 1.Untuk membangun kepercayaan dan keyakinan publik kepada sekolah bahwa sekolah adalah organisasi pelayanan pendidikan yang bersih dan berwibawa. Bersih dalam arti tidak KKN dan berwibawa dalam arti profesional. 2.Untuk menciptakan kepercayaan timbal balik antara sekolah dan publik melalui penyediaan informasi yang memadai dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat.
  • 24. LANJUTAN Upaya-Upaya Peningkatan Transparansi Upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam kerangka meningkatkan transparansi sekolah kepada publik antara lain : 1. Melalui pendayagunaan berbagai jalur komunikasi, baik secara langsung melalui temu wicara, maupun secara tidak langsung melalui jalur media tertulis 2. Menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi, bentuk informasi yang dapat diakses oleh publik ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia.
  • 25. LANJUTAN Indikator Keberhasilan Transparansi 1. meningkatnya keyakinan dan kepercayaan publik kepada sekolah bahwa sekolah adalah bersih dan wibawa 2. meningkatnya partisipasi publik terhadap penyelenggaraan sekolah 3. bertambahnya wawasan dan pengetahuan publik terhadap penyelenggaraan sekolah 4. berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di sekolah
  • 26. AKUNTABILITAS Pengertian Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan penyelenggara organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggjawaban. Tujuan 1. Untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja sekolah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya sekolah yang baik dan terpercaya. 2. Untuk menilai kinerja sekolah dan kepuasan publik terhadap pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah. 3. untuk mengikutsertakan publik dalam pengawasan pelayanan pendidikan. 4. untuk mempertanggungjawabkan komitmen pelayanan pendidikan kepada publik.
  • 27. LANJUTAN . . . Upaya-Upaya Peningkatan Akuntabilitas 1. Sekolah harus menyusun aturan main tentang sistem akuntabilitas termasuk mekanisme pertanggungjawaban. Ini perlu diupayakan untuk menjaga kepastian tentang pentingnya akuntabilitas. 2. Sekolah perlu menyusun pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara sekolah dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas. 3. Sekolah menyusun rencana pengembangan sekolah dan menyampaikan kepada publik/stakeholders di awal setiap tahun anggaran. 4. Menyusun indikator yang jelas tentang pengukuran kinerja sekolah dan disampaikan kepada stakeholders.
  • 28. LANJUTAN . . . Indikator Keberhasilan Akuntabilitas Keberhasilan akuntabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator berikut, yaitu: 1. Meningkatnya kepercayaan dan kepuasan publik terhadap sekolah, 2. Tumbuhnya kesadaran publik tentang hak untuk menilai terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, 3. Berkurangnya kasus-kasus KKN di sekolah, 4. Meningkatnya kesesuaian kegiatan-kegiatan sekolah dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.
  • 29. MONOTORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari pengelolaan pendidikan, baik di tingkat mikro (sekolah), meso (dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi), maupun makro (kementerian). Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dengan monitoring dan evaluasi, kita dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan pada tingkat sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi, dan departemen.
  • 30. 1. Komponen-Komponen MBS yang Dimonitor dan Dievaluasi Konteks Konteks adalah eksternalitas sekolah berupa demand and support (permintaan dan dukungan) yang berpengaruh pada input sekolah. Dalam istilah lain, konteks sama artinya dengan istilah kebutuhan. Dengan demikian, evaluasi konteks berarti evaluasi tentang kebutuhan. Alat yang tepat untuk melakukan evaluasi konteks adalah penilaian kebutuhan (needs assessment). Input Input adalah segala “sesuatu” yang harus tersedia dan siap karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Input dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu harapan, sumberdaya, dan input manajemen. Esensi evaluasi pada input adalah untuk mendapatkan informasi tentang “ketersediaan dan kesiapan” input sebagai prasyarat untuk berlangsungnya proses.
  • 31. Proses Proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam MBS sebagai sistem, proses terdiri dari: proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, proses evaluasi sekolah, dan proses akuntabilitas. Dengan demikian, fokus evaluasi pada proses adalah pemantauan (monitoring) implementasi MBS, sehingga dapat ditemukan informasi tentang konsistensi atau inkonsistensi antara rancangan/disain MBS semula dengan proses implementasi yang sebenarnya. Output Output adalah hasil nyata dari pelaksanaan MBS. Hasil nyata yang dimaksud dapat berupa prestasi akademik (academic achievement), misalnya, nilai NUN, dan peringkat lomba karya tulis, maupun prestasi non- akademik (non-academic achievement).
  • 32. Outcome Output adalah hasil MBS jangka panjang, yang berbeda dengan output yang hanya mengukur hasil MBS sesaat/jangka pendek. Karena itu, fokus evaluasi outcome adalah pada dampak MBS jangka panjang, Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada perubahan konteks, input, proses, output, dan outcome pada waktu sebelum dan sesudah melaksanakan MBS.
  • 33. 2. Jenis Monitoring dan Evaluasi: Internal dan Eksternal Ada dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah, yaitu internal dan eksternal. Yang dimaksud monitoring dan evaluasi internal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh sekolah sendiri. Sedang yang dimaksud monitoring dan evaluasi eksternal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak eksternal sekolah (external institution), misalnya Dinas Pendidikan, Pengawas, dan Perguruan tinggi, atau gabungan dari ketiganya
  • 34. 3. Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan MBS Untuk mengevaluasi keberhasilan MBS, sekolah-sekolah yang melaksanakan MBS harus membuat tonggak-tonggak kunci keberhasilan untuk kurun waktu tertentu. Tonggak-tonggak kunci keberhasilan MBS merupakan target-target hasil MBS yang akan dicapai dalam jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1 tahun). Target-target tersebut bersumber dari pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, efektivitas dan efisiensi pendidikan dan tata kelola sekolah yang baik