Retorika dakwah adalah seni berpidato untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah secara efektif. Terdapat beberapa prinsip penting dalam merancang retorika dakwah, yaitu mengajak manusia dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebat secara baik-baik serta memperhatikan tingkat pemahaman audiens. Unsur-unsur penting dalam merancang pidato antara lain pendahuluan, pembahasan inti, bu
1. RETORIKA DAKWAH :
TEORI DAN PRAKTEK
Oleh:
DR.FAHRURROZI DAHLAN, MA
Dosen Fakultas Dakwah IAIN Mataram
Materi disampaikan pada acara Perkuliahan di
BKI Fakultas Dakwah IAIN Mataram Semester
Genap 2012 n Pada acara Orientasi Muballigh-
Muballighah dan Penyuluh Agama Tingkat
Provinsi NTB” di PSBB MAN 2 Mataram.
Kamis, 14 April 2011
2. EPISTIMOLOGI RETORIKA
RHETORIC-ENGLISH..Rhetorica-latin.
Retorika: The Art Of Using Language
Effectively.(Cleanth Brooks & Robert Penn
Warren, Modern Rhethoric...)
Retorica= Public Speaking.....
Aristoteles; Retorika: The Art Of
Persuasion.(dalam retorika suatu uraian
harus; singkat, jelas, meyakinkan).
3. NEXT
Retorika (rhetoric) secara harfiyah artinya berpidato
atau kepandaian berbicara. Kini lebih dikenal dengan
nama Public Speaking.
Dewasa ini retorika cenderung dipahami sebagai
“omong kosong” atau “permainan kata-kata” (“words
games”), juga bermakna propaganda (memengaruhi
atau mengendalikan pemikiran-perilaku orang lain).
Teknik propaganda “Words Games” terdiri dari Name
Calling (pemberian julukan buruk, labelling
theory), Glittering Generalities (kebalikan dari name
calling, yakni penjulukan dengan label asosiatif
bercitra baik), dan Eufemism (penghalusan kata untuk
menghindari kesan buruk atau menyembunyikan fakta
sesungguhnya).
4. TUJUAN RETORIKA
Retorika secara umum memiliki dua tujuan:
Pertama, SUASIO (Anjuran): al- Amru bi al-
Ma’ruf
Kedua, DISSUASIO (Penolakan). al- Nahyu an
al- Munkar
Dalam pelaksanaannya retorika meliputi:
INVESTIO : Mencari bahan dan tema yang
akan dibahas.
ORDO COLLOCATIO : Menyusun pidato
dalam skala prioritas...mana yang urgen dan
mana yang tidak.
5. Gaya Bahasa Retorika
1. Metafora (menerangkan sesuatu yang sebelumnya
tidak dikenal dengan mengidentifikasikannya dengan sesuatu
yang dapat disadari secara langsung, jelas dan
dikenal, tamsil);
2. Monopoli Semantik (penafsir tunggal yang
memaksakan kehendak atas teks yang multi-interpretatif);
3. Fantasy Themes (tema-tema yang dimunculkan oleh
penggunaan kata/istilah bisa memukau khalayak);
4. Labelling (penjulukan, audiens diarahkan untuk
menyalahkan orang lain),
5. Kreasi Citra (mencitrakan positif pada satu
pihak, biasanya si subjek yang berbicara);
6. NEXT
6. Kata Topeng (kosakata untuk mengaburkan
makna harfiahnya/realitas sesungguhnya);
7. Kategorisasi (menyudutkan pihak lain atau
skenario menghadapi musuh yang terlalu
kuat, dengan memecah-belah kelompok lawan);
8. Gobbledygook (menggunakan kata berbelit-
belit, abstrak dan tidak secara langsung
menunjuk kepada tema, jawaban normatif);
9. Apostrof (pengalihan amanat dengan
menggunakan proses/kondisi/pihak lain yang
tidak hadir sebagai kambing hitam yang
bertanggung jawab kepada suatu masalah).
7. Retorika Dakwah
Retorika Dakwah dapat dimaknai sebagai
pidato atau ceramah yang berisikan pesan
dakwah, yakni ajakan ke jalan Tuhan (sabili
rabbi) mengacu pada pengertian dakwah
dalam QS. An-Nahl:125:
“Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan
Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka secara
baik-baik…”
Ayat tersebut juga merupakan acuan bagi
pelaksanaan retorika dakwah.
8. NEXT
Menurut Syaikh Muhammad Abduh, ayat tersebut
menunjukkan, dalam garis besarnya, umat yang dihadapi seorang
da’i (objek dakwah) dapat dibagi atas tiga golongan, yang masing-
masingnya dihadapi dengan cara yang berbeda-beda sesuai hadits:
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar (takaran
kemampuan) akal mereka”.
a. Ada golongan cerdik-cendekiawan yang cinta kebenaran, berpikir
kritis, dan cepat tanggap. Mereka ini harus dihadapi dengan
hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dalil dan hujjah yang dapat
diterima oleh kekuatan akan mereka.
b. Ada golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat
berpikir kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian
tinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan mau’idzatul
hasanah, dengan ajaran dan didikan, yang baik-baik, dengan
ajaran-ajaran yang mudah dipahami.
c. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua
golongan tersebut. Mereka ini dipanggil dengan mujadalah billati
hiya ahsan, yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong supaya
berpikir secara sehat.
9. Prinsip Retorika (Dakwah)
Islam
Retorika dakwah sendiri berarti berbicara soal ajaran
Islam. Dalam hal ini, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam
bukunya, Retorika Islam (Khalifa, 2004), menyebutkan
prinsip-prinsip retorika Islam sebagai berikut:
1. Dakwah Islam adalah kewajiban setiap Muslim.
2. Dakwah Rabbaniyah ke Jalan Allah.
3. Mengajak manusia dengan cara hikmah dan
pelajaran yang baik.
4. Cara hikmah a.l. berbicara kepada seseorang
sesuai dengan bahasanya, ramah, memperhatikan
tingkatan pekerjaan dan kedudukan, serta gerakan
bertahap.
10. Karakteristik Retorika Dakwah
Secara ideal, masih menurut Dr. Yusuf Al-
Qaradhawi, karakteristik retorika Islam a.l.
1. Menyeru kepada spiritual dan tidak meremehkan
material.
2. Memikat dengan Idealisme dan Mempedulikan Realita.
3. Mengajak pada keseriusan dan konsistensi, dan tidak
melupakan istirahat dan berhibur.
4. Berorientasi futuristik dan tidak memungkiri masa lalu.
5. Memudahkan dalam berfatwa dan menggembirakan
dalam berdakwah.
6. Menolak aksi teror yang terlarang dan mendukung jihad
yang disyariatkan.
11. Penyusunan Retorika
Dalam teks pidato ada beberapa hal yang
mesti diperhatikan:
EXORDIUM : Pendahuluan
NARRATIO : Pemaparan
CONFIRMATIO : Pembuktian
REPUTATIO : Pertimbangan
PERORATIO : Penutup.
12. TEKNIK PIDATO
Pidato tanpa naskah: pidato secara
impromptu: pidato secara ad libitum, dianggap
baik karena terjadi personal contact.
Pidato dengan naskah:
Rukun Pidato: Exordium : kepala.
Protesis : punggung
Argumenta : perut
Conclusio : penutup (Teori
Kuda)
13. EXORDIUM
Exordium: pendahuluan berfungsi untuk
pengantar ke arah pokok persoalan yang akan
dibahas sekaligus menyiapkan mental (mental
preparation)
Pada exordium yang terpenting adalah attention
arousing, membangkitkan perhatian, degan cara:
• Mengemukakan kutipan;
• Mengajukan pertanyaan;
• Menyajikan ilustrasi yang spesifik;
• Memberikan fakta yang mengejutkan;
• Menyajikan hal yang mengandung rasa
manusiawi
• Mengetengahkan pengalaman yang gajil.
14. NEXT
PROTESIS: pada bagian ini pokok
pembahasan ditampilkan dengan terlebih
dahulu mengemukakan latar belakang
permasalahannya.
ARGUMENTA: alasan yang mendukung hal-
hal yang dikemukakan pada bagian protesis.
Conclusio: kesimpulan dari keseluruhan
uraian sebelumnya.
15. Next
Ada beberapa hal yang harus dihindarkan
dalam aspek conclusio:
Jangan mengemukakan fakta baru.
Jangan menggunakan kata-kata yang
infungsional
Jangan menampilkan hal-hal yang
menimbulkan antiklimaks.
16. SIKAP SEORANG ORATOR DI ATAS MIMBAR
Percaya pada diri sendiri
Bersikap tenang, tidak menunjukkan ketakutan
Menghirup napas panjang dan dalam tanpa
terlihat oleh oudience.
Menatap hadirin pada bagian atas
matanya, bukan pada matanya yang sedang
menyorotkan sinar pandangannya.
Berbicara dengan gaya orisinil, tidak meniru gaya
pidato orang lain.
Berbicara dengan sikap sama-sama sederajat
(talk with yhe people), tidak menggurui (talk to the
people)
17. Next
Berbicara dengan nada turun-naik, tidak datar
menjemukan.
Berbicara dengan mengatur tempo agar dapat
didengar dan dicerna oleh audience.
Berbicara dengan memberikan tekanan-tekanan
(stressing) pada hal-hal tertentu untuk
mendapatkan perhatian hadirin.
Berbicara dengan tetap memelihara kontak
pribadi dengan hadirin.
Berbicara dengan menunjukkan wajah yang cerah
untuk mendapatkan simpati audience.
18. ENAM LANGKAH PERSIAPAN
BERPIDATO
1. Menentukan maksud atau tujuan berpidato
2. Menjajaki situasi dan latar belakang
pendengar/audiens
3. Memilih topik
4. Mengumpulkan bahan/materi pidato
5. Menyusun dan mengembangkan kerangka
pidato
6. Melatih diri
19. TUJUAN BERPIDATO
1. Menyampaikan informasi (informatif)
2. Mempengaruhi (persuasif)
3. Menghibur (rekreatif)
20. JENIS-JENIS PIDATO (menurut
persiapannya)
1. Impromptu (spontan). Keuntungan:· dapat
mengungkapkan perasaan yang sebenarnya,·
dapat membuat si pembicara terus berpikir,·
dapat membuat suasana menjadi segar dan
hidup karena apa yang diungkapkan bersifat
spontan. Kerugian:· dapat menimbulkan
kesimpulan mentah karena pengetahuan tidak
memadai,· dapat mengakibatkan
penyampaian yang tersendat dan tidak lancar,·
dapat menyebabkan demam panggung
sehingga gagasan yang disampaikan “acak-
acakan” dan ngawur
21. Next
2. Naskah/Manuskrip. Keuntungan:· dapat
menyampaikan isi pidato secara jelas,· dapat
lebih fasih berbicara, dapat menghindari hal-hal
yang ngawur dan menyimpang dari isi pidato,·
dapat diperbanyak/diterbitkan. Kerugian:· dapat
mengurangi komunikasi dengan pendengar,·
dapat membuat suasana menjadi kaku. Hal-hal
yang dapat dilakukan:· gunakan gaya percakapan
yang lebih informal dan langsung,· baca naskah
berkali-kali sambil membayangkan
pendengar,·hafalkan sekadarnya sehingga Anda
dapat lebih sering melihat pendengar, ketik
dengan jenis huruf yang mudah dibaca.
22. Next
Memoriter/Menghafal. Keuntungan:· dapat
menyampaikan isi pidato secara jelas,· dapat lebih
fasih berbicara, dapat menghindari hal-hal yang
ngawur dan menyimpang dari isi pidato. Kerugian:·
dapat mengurangi komunikasi dengan pendengar,·
dapat membuat suasana menjadi kaku.· BAHAYA:
lupa terhadap apa yang telah dihafalkan!
4. Ekstemporan. Pidato disiapkan dalam bentuk garis
besar (outline) sebagai pedoman untuk mengatur
gagasan. Keuntungan:· dapat berkomunikasi
langsung dengan pendengar,· dapat menyampaikan
pesan lebih fleksibel. Kerugian (bagi pemula):· dapat
mengurangi kefasihan,· dapat mengakibatkan
penyampaian yang tersendat dan tidak lancar
23. KRITERIA TOPIK YANG BAIK
1. Topik harus sesuai dengan latar belakang
pengetahuan Anda.
2. Topik harus menarik minat Anda.
3. Topik harus sesuai dengan pengetahuan
pendengar.
4. Topik harus menarik minat pendengar.
5. Topik harus jelas ruang lingkup dan
pembatasannya.
6. Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi.
7. Topik harus ditunjang dengan bahan/referensi
yang memadai.
26. MEMILIH KATA
1. Kata-kata harus jelas
a. Gunakan kata-kata yang sederhana, lazim
digunakan, dan tidak berbunga-bunga.
b. Gunakan perulangan gagasan dengan kata
yang berbeda.
c. Hindari istilah teknis.
2. Kata-kata harus tepat
3. Kata-kata harus layak
27. MENGURANGI RASA CEMAS DALAM
BERPIDATO
· Siapkan bahan pidato
· Datanglah lebih awal dari jadwal yang telah
ditetapkan.
· Kenalilah lingkungan tempat berpidato dan
audiens terlebih dahulu.
· Lakukan pemanasan dan pelatihan yang
cukup (secara tidak mencolok).
· Berdoalah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
28. HAL-HAL YANG DILAKUKAN KETIKA
AKAN MEMULAI BERPIDATO
· Rapikan pakaian dan penampilan sebelum maju
berpidato.
· Ambil napas perlahan-lahan.
· Pegang dan ketuk secara perlahan mikrofon
untuk memastikan bahwa mikrofon/pengeras
suara sudah “on”.
· Tataplah secara sekilas audiens.
· Baca bismillah perlahan dan mulailah menyapa
audiens dengan salam.
29. HAL-HAL YANG HARUS DIHINDARI
KETIKA BERPIDATO
· Jangan bersin atau batuk di depan mikrofon.
Setelah itu, ucapkanlah “maaf”.
· Jangan hanya memandang satu arah.
· Jangan pula memandang ke atas atau ke
bawah.
· Jangan terlalu keras atau terlalu lemah
berbicara.
· Jangan berlebihan dalam menggerakkan tangan.
· Jangan sering menggerakkan badan ke
kiri/kanan atau ke depan/belakang.
· Jangan menunjukkan wajah bersedih ketika
berpidato dalam suasana bergembira, dan
30. NEXT
Jangan tergesa-gesa berbicara sehingga banyak
ucapan yang “terpeleset”.
· Jangan menggunakan suara leher.
· Jangan menggaruk-garuk kepala/badan dan
mempermainkan kancing baju.
· Jangan mengucapkan kata-kata asing yang tidak
tepat cara pengucapannya.
· Jangan salah memenggal kata atau kalimat jika
membaca naskah.
· Jangan menggunakan waktu lebih dari yang
ditentukan.
· Jangan menggunakan lelucon yang berbau SARA
dan saru (porno).
31. HAMBATAN KOMUNIKASI SECARA UMUM
Kurang kecakapan dalam berkomunikasi
Sikap komunikator yang kurang tepat
Kurangnya pengetahuan
Kurang memahami sistem sosial.
Prejudice yang tidak mendasar
Jarak fisik
Kesalahan bahasa
Penyajian yang verbalistik
Indera yang rusak
Komunikasi yang berlebihan
Komunikasi satu arah
32. Desain Awal Komunikasi
Salah satu upaya untuk melancarkan komunikasi
yang lebih baik mempergunakan pendekatan A-A
Procedure (from Attention to Action Procedure)
dengan lima langkah yang disingkat AIDDA.
A Attention (perhatian)
I Interest (minat)
D Desire (hasrat)
D Decision (keputusan)
A Action (kegiatan)
Strategi Penyiaran Islam merupakan paduan
perencanaan komunikasi (communication planning)
dengan menejemen komunikasi (communication
management) untuk mecapai tujuan yang telah
ditetapkan.
33. Teknik Komunikasi/Dakwah
R.Wayne Pace, Brent D dan M.Dallas Burnett dalam
bukunya Techniques for effective
communication, tujuan strategi komunikasi
tersebut sebagai berikut:
To secure understanding (Untuk memastikan
bahwa terjadi suatu pengertian dalam
berkomunikasi),
To establish acceptance (Bagaimana cara
penerimaan itu terus dibina dengan baik).
To motive action (Penggiatan untuk
memotivasinya), The goals which the communicator
sought to achieve (Bagaimana mencapai tujuan
yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari
proses komunikator tersebut)
34. Strategi Komunikasi/Dakwah
1. PULL STRATEGI adalah strategi komunikasi dimana proses
komunikasi menekankan pada keberhasilan meraih khalayak
sebanyak mungkin. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesadaran ( awareness ) dan mengarahkan perilaku ( attitude )
khalayak untuk menhasilkan pemahaman yang konprehensif
2. PUSH STRATEGI adalah strategi komunikasi yang
menitikberatkan pada jaringan kemampuan kerja. Proses
komunikasi tidak hanya mengandalkan pada pemberian
informasi persuasif, tetapi juga mampu meningkatkan koordinasi
dan partisipasi aktif masyarakat serta integritas seluruh
pendengar (audience). Strategi ini mengarah pada terwujudnya
kekuatan untuk mendorong loyalitas dan komitmen audience.
3. PROFILE STRATEGI adalah strategi komunikasi untuk
mempertahankan image Lembaga Keislaman. Proses komuikasi
menekankan pada pengolhan identitas lembaga keislaman
melalui komunikasi islami yang bertujuan untuk menjaga
hubungan dengan relasi dan stakeholder lembaga keagamaan.
35. PENYUSUNAN DAN DESAIN KOMUNIKASI/DAKWAH
Dalam menentukan tema dan materi /isi pesan, ada 2
bentuk penyajian :
a. One side issue ( sepihak ): Hanya mengemukakan hal –
hal yang positif saja atau yang negatif saja kepada
khalayak. Isi pesan berisi konsepsi dari komunikator
semata – mata tanpa memperhatikan pendapat –
pendapat lain yang telah berkembang sebelumnya.
b. Both Sides Issue ( Kedua belah pihak ): Menyajikan hal-
hal dari segi positif maupun negatifnya dalam
mempengaruhi khalayak. Isi pesan merupakan konsepsi
dari komunikator maupun pendapat yang telah ada.
c. Menetapkan Metode:
Metode redudancy. Cara mempengaruhi khalayak dengan
jalan mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Pesan
yang berulang-ulang akan menarik perhatian.
36. NEXT
Metode Canalizing. Pada metode ini, komunikator terlebih dahulu mengenal
khalayaknya dan mulai menyampaikan ide sesuai denganb
kepribadian, sikap-sikap dan motif khalayak.
Metode informatif Metode informatif lebih ditujukan pada penggunaan
akal, pikiran khalayak dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa
keterangan dan sebagainya.
Metode persuasif Merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan
dengan jalan membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya
maupun perasaannya.
Metode Edukatif: Diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi pendapat, fakta
dan pengalaman yang merupakan kebenaran dan dapat
dipertanggungjwabkan. Penyampaian isi pesan disusun secara teratur dan
berencana dengan tujuan mengubah perilaku khalayak.
Metode kursif: Mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa, dalam hal ini
khalayak dipaksa untuk menerima gagasan – gagasan atau ide – ide oleh
karena itu pesan dari komunikasi ini selain berisi pendapat juga berisi
ancaman. Metode Kurasif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk
peraturan – peraturan, perintah dan intimidasi.
4. Seleksi dan Penggunaan Media: Penggunaan media merupakan alat
penyalur ide dalam rangka memberikan informasi kepada khalayak.
37. NEXT
Gaya komunikator dapat kita bedakan ke dalam beberapa model seperti;
Komunikator yang membangun, ciri-cirinya:
Mau mendengarkan pendapat orang lain dan dia tidak pernah menganggap
dirinya benar.
Ingin bekerja sama dan memperbincangkan sesuatu persoalan dengan
sesamanya sehingga timbul saling pengertian.
Dia tidak terlalu mendominir situasi dan mau mengadakan komunikasi timbal
balik.
Dia menganggap bahwa buah pikiran orang banyak lebih baik dari seseorang.
Komunikator yang mengendalikan, ciri-cirinya:
Pendapatnya itu merupakan hal yang paling baik sehingga ia tidak mau
mendengarkan pandangan orang lain intern maupun ekstern.
Ia menginginkan komunikasi satu arah saja tidak akan menerima dari arah lain.
Di hubungkan dengan gaya kepemimpinan maka komunikator seperti ini dapat di
samakan dengan gaya kepemimpinan yang otokrasi atau gaya instruksi.
Komunikator yang melepaskan diri, ciri-cirinya:
Ia lebih banyak menerima dari lawannya berkomunikasi
kadang-kadng rasa rendah dirinya timbul sehingga ketidak mampuannya
keluar.
Ia lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan tidak bersungguh-
sungguh menanggapinya.
Sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti sehingga ia
lebih suka melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain.
38. BAGAIMANA PESAN DAKWAH DISAMPAIKAN
Bagaimana pesan di sampaikan?
Dengan lisan/face to face/langsung
Dengan menggunakan media/saluran
Bentuk pesan dapat bersifat informatif, persuasif, dan coersif.
Informatif
Memberikan kerterangan-keterangan dan kemudian dapat mengambil
kesimpulan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif lebih
berhasil daripada pesan persuasif misalnya pada kalangan cendikiawan.
Persuasif
Bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang
bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau
sikap sehingga ada perubahan. Tetapi, perubahan yang terjadi itu adalah
atas kehendak sendiri, misalnya pada waktu di adakan lobbyying, atau
pada waktu istirahat makan bersama
Coersif
Memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dari
penyampaian secara ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan
yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di antara sesamanya dan
pada kalangan publik. Coersiv dapat berbentuk perintah, instruksi dan
sebagainya (biasanya hal ini terjadi pada organisasi tipe keledai).
39. TAHAPAN DALAM KOMUNIKASI MASSA/
DAKWAH IJTIMA’IYYAH
Anticipatory Level: tahap ini untuk
menyampaikan informasi baru atau
memperkenalkan program yg direncanakan.
Accommodation Level: berupaya untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Role Management : belajar bagaimana
menghadapi dan menyelesaikan persoalan
berdasar pada nilai yang dianut dalam proses
komunikasi.
40. SEKIAN DAN TERIMA KASIH
MOHON MAAF JUGA
WASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI
WABARAKATUH