1. RESUME MATERI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
( PAI-BP )
Disusun oleh
MIFTAHUL KHAER, M.Pd.I
KELAS : X (SEPULUH)
SEMESTER : GANJIL
TAHUN PELAJARAN: 2014/2015
SMA PGRI 4 JAKARTA
2. Jl. Raya Cipayung Kec. Cipayung Jakarta Timur
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 2
3. BAB I
MUJAHADAH AN-NAFS, UKHUWAH DAN HUSNUZHON
(Kontrol Diri, Persaudaraan dan Prasangka Baik)
A. Mujahadah An-Nafs (Kontrol Diri)
1. QS. Al-Anfal (8): 72
2. Tajwid
Lafal
Hukum
Bacaan
Alasan Lafal
Hukum
Bacaan
Alasan
Ghunnah Nun ber-tasydid
Idgham
bi
ghunnah
Nun sukun
bertemu huruf
wawu
Ikhfa
Nun sukun
bertemu huruf
fa’
Ikhfa
Nun sukun
bertemu huruf
syin
Mad
thobi’i
Kasroh bertemu
huruf ya’ sukun
Idzhar
Tanwin
kasroh
bertemu huruf
ha’
Mad
wajib
muttashil
Mad thobi’i
bertemu huruf
hamzah di satu
kalimat
Iqlab
Tanwin
kasroh
bertemu huruf
ba’
Mad
wajib
muttashil
Mad thobi’i
bertemu huruf
hamzah di satu
kalimat
Mad
‘aridh
lis
sukun
Mad thobi’i
berada di akhir
ayat/waqaf
3. Mufrodat dan Terjemah
Lafal Arti Lafal Arti
orang-orang yang
berhijrah
dan jika mereka meminta
pertolongan kepadamu
orang-orang yang
berjihad
Dalam agama
orang-orang yang
memberikan tempat
kediaman
Pertolongan
Para pelindung Perjanjian
Perlindungan terhadap
mereka
Maha Melihat
Terjemah QS. Al-Anfal (8): 72:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan
jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 3
4. melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak
ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan
tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama,
Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Anfal (8): 72).
4. Kandungan Ayat
Al-Qur’an surah Al-Anfal (8): 72 menjelaskan tentang:
1) Kaum Muhajirin, yaitu umat Islam yang hijrah ke Madinah baik bersama Nabi
Muhammad saw. maupun yang menyusul berhijrah. Mereka hijrah dan berjihad untuk
memperjuangkan agama Allah swt. baik di Makkah maupun di Madinah.
2) Kaum Ansar, yaitu orang-orang Madinah yang memeluk agama Islam, beriman kepada
Nabi saw. dan mereka berjanji akan sama-sama berjuang di jalan Allah, bersedia
menanggung segala resiko dan akibat yang terjadi dari perjuangan.
3) Kaum Muslimin yang tidak berhijrah ke Madinah. Mereka tinggal di negeri yang
dikuasai oleh kaum musyrikin baik di Mekah maupun beberapa tempat di sekitar kota
Madinah.
QS. Al-Anfal (8): 72 menjelaskan bahwa Kaum Muhajirin dan Anshar telah
memberikan teladan dalam mujahadah an-nafs. Secara bahasa mujahadah artinya
bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya jiwa, nafsu, diri. Jadi mujahadah an-nafs
artinya perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu atau bersungguh-sungguh
menghindari perbuatan yang melanggar hukum-hukum Allah SWT. Dalam bahasa
Indonesia mujahadah an-nafs disebut dengan kontrol diri. Kontrol diri merupakan salah
satu perilaku terpuji yang harus dimiliki setiap muslim.
Menurut Al-Qur’an nafsu dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan (QS. Yusuf
(12) ayat 53)
2) nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk (QS. Al-Qiyamah
(75) ayat 2)
3) nafsu Muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang (QS Al-Fajr (89) ayat 27-30)
Perhatikan hadits berikut ini :
Artinya : ”Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Neraka
dikelilingi dengan syahwat (hal-hal yang menyenangkan nafsu), sedang surga dikelilingi
hal-hal yang tidak disenangi (nafsu)." (HR. Bukhari)
Manfaat dan hikmah kontrol diri, diantaranya adalah:
1) Hati semakin bersih dan tenang
2) Memperoleh kebahagiaan lahir dan batin
3) Diberi kemudahan oleh Allah SWT dalam mengerjakan amal shaleh
4) Dijauhkan dari sifat-sifat tercela, seperti iri, dengki dan sombong
5) Dicintai Allah SWT dan sesama manusia
6) Mendapatkan hidayah yang sempurna dari Allah SWT
7) Mendapatkan ridha dari Allah SWT
B. Ukhuwah (Persaudaraan)
1. QS. Al-Hujurat (49): 10
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 4
5. 2. Tajwid
Lafal
Hukum
Bacaan
Alasan Lafal
Hukum
Bacaan
Alasan
Ghunnah Nun ber-tasydid
Ikhfa
Tanwin
dhammah
bertemu huruf
fa’
Mad
thobi’i
Dhammah
bertemu huruf
wawu sukun
Mad
‘aridh
lis
sukun
Mad thobi’i
berada di akhir
ayat/waqaf
3. Mufrodat dan Terjemah
Lafal Arti Lafal Arti
orang-orang beriman
Maka
damaikanlah/perbaikilah
kalian
Bersaudara Kalian mendapat rahmat
Terjemah QS. Al-Hujurat (49): 10:
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al-Hujurat (49): 10).
4. Kandungan Ayat
QS. Al-Hujurat (49): 10 menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara, oleh karena itu pereratlah tali persaudaraan. Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Dari Abi Musa ra. dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, 'Orang mukmin yang
satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan.
(HR. Bukhari)
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzhalimi atau
mencelakakannya. Barang siapa yang berusaha mencukupi kebutuhan saudaranya, Allah
akan mencukupi kebutuhanya.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Dari Abi Hamzah, Anas bin Malik ra. yaitu pelayan Rasulullah saw. bersabda:
Tidak sempurna iman kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Setiap muslim memiliki hak atas saudaranya yang sesama muslim. Dalam hadits
riwayat Bukhari dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda, “Orang muslim itu adalah
saudara orang muslim, jangan berbuat aniaya kepadanya, jangan membuka aibnya, jangan
menyerahkannya kepada musuh, dan jangan meninggikan bagian rumah sehingga menutup
udara tetangganya kecuali dengan izinnya, jangan mengganggu tetangganya dengan asap
makanan dari periuknya kecuali jika ia memberi segayung dari kuahnya. Jangan membeli
buah-buahan untuk anak-anak, lalu dibawa keluar (diperlihatkan) kepada anak-anak
tetangganya kecuali jika mereka diberi buah-buahan itu. “Kemudian Nabi saw bersabda,
“Peliharalah (norma-norma pergaulan) tetapi (sayang) hanya sedikit di antara kamu yang
memeliharanya. “Dalam hadits shahih lain yang dinyatakan, “Apabila seorang muslim
mendo’akan saudaranya yang ghaib, maka malaikat berkata ‘Amin’, dan semoga kamu pun
mendapat seperti itu.”
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 5
6. Manfaat dan hikmah persaudaraan, diantaranya adalah:
1) Mewujudkan persaudaraan
2) Menjaga persatuan dan kesatuan
3) Menebarkan sifat rahmat bagi sesama manusia
4) Hidup menjadi mudah
C. Husnuzhon (Prasangka Baik)
1. QS. Al-Hujurat (49): 12
2. Tajwid
Lafal
Hukum
Bacaan
Alasan Lafal
Hukum
Bacaan
Alasan
Mad
thobi’i
dhammah
bertemu huruf
wawu sukun
Mad
thobi’i
Kasroh
bertemu huruf
ya’ sukun
Idgham
bi
ghunnah
Tanwin fathah
bertemu huruf
mim
Ikhfa
Tanwin fathah
bertemu huruf
fa’
Ghunnah Nun ber-tasydid
Idgham
bi laa
ghunnah
Tanwin
dhammah
bertemu huruf
ra’
Idgham
bi
ghunnah
Nun sukun
bertemu huruf
ya’
Mad
‘aridh
lis
sukun
Mad thobi’i
berada di akhir
ayat/waqaf
3. Mufrodat dan Terjemah
Lafal Arti Lafal Arti
Jauhilah kalian Memakan
Prasangka Daging
Dosa
Maka kalian
membencinya
Kalian mencari-cari
keburukan/kesalahan
orang
Maha Penerima Taubat
Menggunjingkan Maha Penyayang
Terjemah QS. Al-Hujurat (49): 12:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat (49): 12)
4. Kandungan Ayat
QS. Al-Hujurat (49): 12 menjelaskan bahwa Allah Swt. melarang berprasangka buruk,
yaitu menyangka seseorang melakukan perbuatan buruk Umar bin Al Khathab ra. pernah
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 6
7. berkata, "Janganlah kalian berprasangka terhadap ucapan yang keluar dari saudara mukmin
kecuali dengan prasangka baik. Sedangkan engkau sendiri mendapati adanya kemungkinan
ucapan itu mengandung kebaikan."
Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulllah saw bersabda,
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Jauhilah
prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (HR Bukhari)
Pada QS. Al-Hujurat (49): 12 juga terdapat pemberitahuan tentang larangan berghibah.
Ghibah masih diperbolehkan bila terdapat kemaslahatan yang lebih kuat, seperti misalnya
dalam Jarh (menilai cacat dalam masalah hadits), Ta'dil (menilai baik/peninjauan kembali
dalam masalah hadits), dan nasihat.
Adapun bagi orang-orang yang berghibah/menggunjing orang lain, diwajibkan
bertaubat atas kesalahannya, dan melepaskan diri darinya (bergunjing) serta berkemauan
keras untuk tidak mengulanginya lagi.
Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam az-Zuhd, bahwa 'Umar pernah memberikan
nasihat:
Artinya:“Janganlah sekali-kali engkau menyangka dengan prasangka yang buruk
terhadap sebuah kalimat yang keluar dari (mulut) saudaramu, padahal kalimat tersebut
masih bisa engkau bawakan pada (makna) yang baik.”
Manfaat dan hikmah prasangka baik, diantaranya adalah:
1) Percayadiri
2) Meningkatkan fokus
3) Lebih sukses dalam hidup
4) Akan selalu dihargai dan dihormati orang lain.
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 7
8. BAB II
BERIMAN KEPADA ALLH SWT. MELALUI ASMAUL HUSNA
1. Pengertian Iman
Menurut bahasa iman berasal dari kata aamana yang berarti percaya. Menurut
Rasulullah SAW seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Iman didefinisikan dengan
akad/perjanjian dengan hati, dan ikrar/bersumpah dengan lisan (ucapan) dan
dilakukan/dibuktikan dengan anggota tubuh (arkan).
2. Pengertian Iman kepada Allah SWT
Berdasarkan pengertian iman di atas, dapat kita uraikan bahwa iman kepada Allah
menurut bahasa adalah percaya sepenuhnya kepada Allah SWT., mengagungkan Allah melalui
ucapan-ucapannya yang baik serta melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan
segala larangan-Nya dengan seluruh kemampuan anggota tubuhnya.
3. Iman kepada Allah SWT melalui Asmaul Husna
Asmaul Husna berasal dari kata al-asma yang berarti nama-nama dan al-husna yang
berarti baik. Jadi al-Asmaul Husna secara bahasa diartikan dengan nama-nama yang baik.
Asmaul Husna adalah nama Allah yang terbaik. Dapat dikatakan pula sebagai asma Allah yang
terindah. Ia merupakan puncak keindahan karena di dalamnya terdapat makna terpuji dan
termulia. Nama-nama terindah itu mengandung pengertian kehidupan yang sempurna, yang
tidak didahului dengan ketiadaan dan tidak diakhiri dengan kesirnaan. Tidak berawal dan tidak
berakhir.
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa Asmaul husna berjumlah 99 dan barang siapa
menghafal, menjaga dan mengaplikasikannya dalam sikap keseharian, jaminannya adalah
surga.
Terjemah:
“Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan Nama, seratus kurang satu.
Barang siapa memnhafalnya ia masuk surga. (H.R. Muslim)
Makna yang terkandung dalam asmaul husna adalah sifat-sifat kemahasempurnaan
Allah. Karenanya, Allah menyuruh kita untuk berdoa dengan membaca asmaul husna.
Sebagaimana firman Allah:
Terjemah:
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf (7): 180)
Beberapa diantara asmaul husna adalah:
a. al-Kariim (Maha Mulia)
kemuliaan Allah terdapat pada sifat-sifat-Nya yang Maha sempurna, seperti halnya Allah
Maha Pengasih yang tak pernah pilih kasih, Allah maha Penyayang yang rasa sayang-Nya
tak pernah terbilang, Allah Maha Pemberi Rizki yang tak pernah mengenal pamrih, dan
lain sebagainya. Allah berfirman:
Terjemah:
“Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan
(yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.” (QS. Al-Mu’minun (23): 116)
b. al-Mu’min (Maha Memberi Keamanan)
Keamanan negeri yang kita rasakan sekarang merupakan anugerah dari Allah, yang
terkadang jarang kita syukuri. Oleh karena itu, mari kita syukuri keamanan negeri ini
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 8
9. dengan cara menjaga sikap kita agar bisa memberikan rasa aman kepada orang lain. Firman
Allah:
Terjemah:
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera,
yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang
Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.” (QS. Al-Hasyr (59): 23)
c. al-Wakiil (Maha Penolong/Pelindung)
Allah memiliki sifat Maha Melindungi atau Maha Menolong dari segala sesuatu yang tidak
kita inginkan. Allah adalah satu-satunya Zat yang pantas, dan bahkan harus menjadi
sandaran dalam hidup. Firman Allah:
Terjemah:
(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-
orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah
keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan
Allah adalah Sebaik-baik Pelindung". (QS. Ali ‘Imran (3): 173)
d. al-Matiin (Maha Kuat/Kokoh)
Kekuatan Allah tidak akan pernah terkalahkan oleh siapapun. Kehendak Allah tidak akan
pernah tergoyahkan oleh apapun. Allah berfirman:
Terjemah:
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat
kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat (51): 58)
e. al-Jaami’ (Maha Mengumpulkan)
Maksudnya, Alah yang memadukan hal-hal yang sama, hal-hal yang berbeda dan hal-hal
yang bertentangan. Termasuk juga bahwa Allah yang mengumpulkan seluruh umat
manusia pada hari kebangkitan di Padang Mahsyar. Semua itu sungguh sangat mudah bagi
Allah. Firman Allah:
Terjemah:
"Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima
pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak
menyalahi janji". (QS. Ali ‘Imran (3): 9)
f. al-Akhiir (Maha Akhir)
Nama ini merupakan penegasan bahwa tidak ada zat yang tersisa di alam semesta ini
kecuali Allah yang kekal dan abadi di saat semua makhluk-Nya hancur dan binasa. Firman
Allah:
Terjemah:
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 9
10. " Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu". (QS. Al-Hadid (57): 3)
g. al-‘Adl (Maha Adil)
Keadilan Allah mutlak dan sempurna. Dia tidak membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kesanggupannya. Keadilan Allah tidak dapat dipengaruhi oleh zat apapun,
termasuk dalam memberikan balasan terhadap semua amal manusia yang dilakukan di
dunia. Allah berfirman:
Terjemah:
“Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada
Allah, Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian
mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi
pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan
adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang
pedih disebabkan kekafiran mereka.” (QS. Yunus (10): 4)
4. Hikmah Beriman Kepada Allah SWT
Setelah kita mempelajari duaAsmaul Husnadi atas, ada beberapa pelajaran/hikmah yang
dapat kita petik dari keimanan kepada Allah melalui pemahaman terhadap Asmaul Husna.
Hikmah-hikmah tersebut antara lain:
a. Keimanan kepada Allah harus ditunjukkan dengan melaksanakan perintah-
perintah-Nya. Bukan hanya sebuah pengakuan palsu dengan lisan.
b. Allah memiliki Asmaul Husna dan kita diperintah untuk berdoa dengannya, maka
pelajarilah 99 Asmaul Husna Allah dan berdo’alah dengannya.
c. Mendorong kepada kita agar dapat mewujudkan sifat-sifat mulia Allah dalam
perilaku kita sehari-hari.
d. Allah maha mulia (al-Kariim), maka jadilah khalifah Allah yang memiliki
keluhuran budi.
e. Allah mahamemberi keamanan (al-Mu’miin), maka jadilah khalifah Allah yang
dapat memberikan keamanan untuk mahkluk lain.
f. Allah maha menolong (al-Wakiil), maka hiduplah dengan optimis karena Allah
akan menolong khalifahNya yang mengalami masalah dalam tugasnya.
g. Allah maha kuat/kokoh (al-Matiin), maka jadilah khalifah Allah yang teguh
pendirian dalam menegakkan kebenaran dan kejujuran.
h. Allah Maha Mengumpulkan (al-Jaami’), maka jadilah orang yang selalu
mengumpulkan amal kebaikan, selalu menyatukan perilaku lahiriah dan batiniah.
i. Allah Maha Akhir (al-Akhiir), maka jadilah manusia yang selalu dapat
mengontrol dirinya dalam kehidupan, menjaga dari segala macam perbuatan maksiat dan
senantiasa taat kepada Allah swt.
j. Allah Maha Adil (al-‘Adl), maka jadilah manusia yang adil dalam setiap
keputusan. Keadilan manusia bersifat relatif, semu dan cenderung berubah-ubah karena
dipengaruhi lingkungannya. Oleh karenanya, keadilan manusia tetap dapat ditegakkan
apabila mereka berpegang teguh terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya.
5. Contoh Perilaku Keimanan Terhadap Asmaul Husna
a. Keluhuran Budi
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Mulia (al-karim), maka ia akan
senantiasa menunjukkan keluhuran budi pekertinya dengan perilaku dan perbuatan yang
terpuji serta mulia. Beberapa contoh perilaku tersebut, diantaranya:
1) Selalu memaafkan kesalahan orang lain
2) Selalu menepati janji
3) Memiliki sifat pemurah
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 10
11. b. Memiliki Rasa Aman
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Pemberi aman (al-mu’min), maka ia
akan senantiasa bersikap dan berbuat yang bisa memberikan rasa aman kepada
keluarganya, temannya dan lingkungannya. Beberapa contoh perilaku tersebut,
diantaranya:
1) Mulutnya akan senantiasa terjaga untuk tidak mengeluarkan perkataan yang bisa
menyakiti orang lain
2) Tangannya akan selalu terjaga untuk membantu temannya yang membutuhkan
3) Kakinya akan selalu melakukan aktivitas kebaikan
4) Pikiran dan hatinya akan selalu berusaha menciptakan kondisi lingkungan yang aman
dan nyaman
5) Selalu berusaha menghindari tawuran
c. Tawakal
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Pelindung (al-Wakiil), maka ia akan
senantiasa berserah diri kepada Zat yang mampu memberikan perlindungan dengan
sebenar-benar perlindungan. Sikap berseah diri (tawakal) kepada Allah ini akan disertai
dengan sikap ikhtiar (kesungguhan dalam berusaha) serta ketulusan dalam berdoa sehingga
apapun hasil yang diusahakannya akan selalu diyakini sebagai suatu anugerah terbaik
baginya dari Allah. Selanjutnya, ia akan selalu bersabar di saat belum berhasil dan
bersyukur di saat mendapatkan keberhasilan.
d. Kuat Pendirian
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Kuat (al-Matiin), maka ia akan
senantiasa mempunyai sikap yang kukuh dalam mempertahankan kebaikan dan kebenaran,
tidak akan mudah terpengaruh dengan kondisi dan lingkungan sekitar yang mengajaknya
untuk melakukan perbuatan tidak terpuji.
e. Semangat dalam Kebaikan
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Mengumpulkan (al-Jaami’) dan
Allah Yang Maha Akhir (al-Akhiir), maka ia akan senantiasa berbuat kebajikan dan
berusaha sebaik-baiknya untuk menjauhi maksiat. Karena semua makhluk pasti akan mati
kecuali Allah, dan Dialah yang akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala
amal perbuatannya di dunia.
f. Bersikap Adil
Orang yang yakin bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Adil (al-’Adl), maka ia akan
senantiasa meniru dan melaksanakan sifat adil yang Allah miliki. Ia akan bersikap adil
ketika memimpin musyawarah atau diskusi dengan cara menghargai semua pendapat tanpa
harus memandang latar belakang, pangkat, jabatan atau keakraban hubungan personal.
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 11
12. BAB III
SEMANGAT MENUNTUT ILMU
1. Q.S. At-Taubah (9): 122
Terjemah:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-
Taubah (9): 122).
2. Asbabun Nuzul
Dijelaskan oleh Ali Ash-Shabuni dalam kitab Shafwatut Tafasir bahwa ayat ini turun
ketika Rasulullah saw. hendak mengirimkan pasukan muslimin ke Madinah untuk
menghadapi pasukan kafir dalam sebuah peperangan. Pada saat itu tidak seorang muslim pun
di Kota Madinah karena semuanya pergi ke medan pertempuran. Kemudian Allah
mengingatkan Rasulullah agar menyisihkan sebagian kaum muslimin untuk tetap berada di
Madinah guna menuntut ilmu dan memperdalam keilmuan, khususnya di bidang agama agar
mereka mampu menjadi pengingat bagi kelompok muslim lainnya tatkala mereka kembali
dari medan pertempuran.
3. Kandungan Ayat
1) Penegasan tentang wajibnya menuntut ilmu, terutama ilmu agama
2) Adanya persamaan antara kewajiban menuntut ilmu dan kewajiban membela tanah air
(jihad di jalan Allah)
3) Kedudukan orang yang menuntut ilmu harus mampu menjadi pengingat bagi mereka
yang tidak tahu dan tidak mengerti akan suatu hal
4) Fungsi ilmu adalah untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak terpuji serta hal yang
menjerumuskan manusia ke lembah kenistaan
4. Hadis-Hadis tentang Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya
1) Kewajiban Menuntut Ilmu
Terjemah:
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah).
2) Keutamaan Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya
Terjemah:
“apabila manusia meninggal dunia terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal, yaitu
sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), atau ilmu yang bermanfaat atau anak saleh
yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim).
Terjemah:
Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata: Nabi saw. bersabda: “Tidak boleh hasad (dengki) kecuali
kepada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan
pada jalan kebaikan dan orang yang yang Allah beri karunia ilmu lalu ia menunaikan
dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
5. Kandungan Hadis
a. Kewajiban Menuntut Ilmu
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 12
13. Hukum mencari ilmu atau belajar adalah wajib atau suatu keharusan, baik bagi setiap
muslim laki-laki maupun perempuan. Tidak ada batasan waktu dan usia karena Islam
mengajarkan kepada umatnya dengan konsep long life education atau pendidikan
sepanjang hayat.
b. Keutamaan Menuntut Ilmu
Salah satu keutamaan ilmu adalah pahalanya yang dapat terus mengalir sekalipun orang
tersebut sudah meninggal dunia. Tetapi dengan catatan bahwa ilmu tersebut harus
bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Bahkan Rasulullah saw.
membolehkan seseorang mempunyai sifat dengki terhadap orang yang senantiasa rajin
menuntut ilmu dan kemudian mengamalkannya. Tanda ilmu bermanfaat diantaranya
adalah:
1) Bermanfaat bagi dirinya dengan cara mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
Misal, jika seseorang sudah mengetahui bahwa sholat itu wajib bagi setiap muslim
lalu orang tersebut melaksanakan sholat sesuai dengan ajaran Islam, maka ilmunya
sudah bermanfaat bagi dirinya.
2) Bermanfaat bagi orang lain dengan cara mengajarkan ilmu itu kepada orang lain.
Apabila kita mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada orang lain sehingga ia mampu
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, kemudian orang tersebut
mengajarkannya lagi kepada orang lain, dan begitu seterusnya, maka orang yang
paling pertama mengajarkannya akan terus mendapatkan pahala dari murid-muridnya
tanpa mengurangi pahala mereka semua, sekalipun orang pertama tersebut sudah
meninggal dunia
6. Meneladani Tokoh-Tokoh dalam Semangat Menuntut Ilmu
Salah satu dari sekian banyak tanda akan datangnya kiamat adalah diangkatnya ilmu
dari muka bumi. Maksudnya adalah suatu saat nanti ketika hari kiamat makin dekat akan
datang suatu zaman yang kelompok masyarakatnya tidak peduli lagi terhadap pentingnya ilmu,
terlebih ilmu agama. Mereka seakan hidup bebas tanpa menghiraukan tuntunan dan peraturan.
Kehidupan masyarakat akhir zaman itu bermuara pada pemenuhan kepuasan nafsu
belaka. Mereka hidup dan berinteraksi sesuka hatinya dan tidak peduli pada lingkungan
sekitarnya, meskipun harus mengambil yang bukan miliknya. Pantas saja kalau kondisi zaman
semacam ini adalah pertanda kian dekatnya kiamat, dan semua itu berawal dari diangkatnya
ilmu dari muka bumi. Oleh karena itu, marilah kita menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh
dan sebaik-baiknya. Marilah kita teladani para ulama dan para tokoh terdahulu yang selalu giat
menuntut ilmu sehingga menghasilkan berbagai macam karya fenomenal.
Carilah bahan bacaan baik cetak maupun elektronik termasuk media internet tentang
sejumlah tokoh Islam di bawah ini kemudian isilah kolom yang telah disediakan dengan baik
dan benar sesuai dengan informasi yang didapatkan!
NAMA TOKOH
MASA
HIDUP
LAMANYA
BELAJAR
HASIL
TEMUAN/
KARYA
SUMBER
INFORMASI
1. Syekh ‘Abdul Qadir Al-Jailani
2. Abu Hatim Ar-Razi
3. Imam Syafi’i
4. Imam Al-Ghazali
5. Ali bin Abi Thalib
6. Zaid bin Tsabit
7. Sa’id bin Al-Musayyab
8. Abu Nawas
9. Abu Raihan Al-Biruni
10. Ibnu Sina
11. Al-Khawarizmi
12. Ibnu Haitsam
13. Sufyan Ats-Tsauri
14. Imam Al-Bukhari
15. Imam Muslim
16. Hasan Al-Banna
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 13
14. NAMA TOKOH
MASA
HIDUP
LAMANYA
BELAJAR
HASIL
TEMUAN/
KARYA
SUMBER
INFORMASI
17. Buya Hamka
18. Abu Hurairah
19. Abuya Dimyati
20. Quraish Shihab
21. Hasyim Asy’ari
22. Ahmad Dahlan
23. Gus Dur
24. Ahmadinejad
25. Raden Dewi Sartika
26. Siti Aisyah binti Abu Bakar
27. Habib Luthfi bin Yahya
28. Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi
29. Habib Abdurrahman Assegaf
30. Habib Kuncung
31. Habib Umar bin Muhammad Al-Attas
32. Eyang Hasan Maolani
33. Syekh Syarif Hidayatullah
Kesimpulan/Hikmah Mengenal Tokoh-Tokoh Diatas:
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 14
15. BAB IV
DAKWAH RASULULLAH DI MEKAH
1. Asal Usul Masyarakat Arab
Menurut bahasa, Arab artinya padang pasir, tanah gundul dan gersang tanpa air dan
tanaman. Sebutan Arab diberikan kepada mereka yang hidup di Jazirah Arab, yakni sebuah
jazirah (semenanjung besar) di Asia Barat Daya pada persimpangan Afrika dan Asia.
Perbatasan jazirah Arab yaitu, Laut Merah dan Teluk Aqabah di bagian barat daya, Laut Arab
di bagian tenggara, dan Teluk Oman dan Teluk Persia di bagian timur laut.
Para sejarawan membagi orang Arab menjadi dua, yaitu:
a. Arab Ba’idah yang kini sudah tidak ada lagi keturunannya, seperti ‘Ad, Tsamud, Thasm,
Jadis, Ashab ar-Rass dan penduduk Madyan.
b. Arab Baqiyah yang hingga kini masih ada, yaitu keturunan Bani Qahtan dan Bani Adnan.
Keturunan Bani Adnan ini adalah yang paling menonjol dan darinyalah muncul kabilah-
kabilah Arab. Berikut silsilahnya:
2. Kondisi Masyarakat Arab Pra-Islam
a. Kondisi Politik Arab Pra-Islam
1) Kabilah-Kabilah Badui (Pedalaman)
Masyarakat Arab Badui hidup sebagai kabilah-kabilah kecil yang terpencar di dusun-
dusun. Kesatuan kabilah-kabilah itu diikat oleh ikatan darah dan fanatisme. Sangat
sulit membangun ikatan sebuah kerajaan, karena terdapat tradisi pembangkangan dan
ketidaktundukkan satu kabilah dengan kabilah lainnya.
2) Kerajaan-Kerajaan di Perkotaan
Kerajaan-kerajaan Arab di perkotaan terpusat pada tiga kawasan, yaitu Yaman, utara
jazirah dan Hijaz. Kerajaan-kerajaan yang pernah tumbuh dan berkembang di Yaman
adalah:
a) Kerajaan Ma’in dan Qatban (1200 SM – 700 SM)
b) Kerajaan Saba’ (955 SM – 115 SM)
c) Kerajaan Himyar
Kerajaan-kerajaan yang pernah tumbuh dan berkembang di utara jazirah Arab adalah:
a) Kerajaan Anbath (400 SM – 105 SM)
b) Kerajaan Tadmur
c) Kerajaan Hirah
d) Kerajaan Gassan
b. Agama dan Kepercayaan Arab Pra-Islam
1) Agama Yahudi : dianut oleh Dzunnuwas, pemimpin Kerajaan Himyar
2) Agama Nasrani : dianut oleh masyarakat Yaman keturunan Romawi
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 15
Nabi Ismail as.
‘Adnan
Ma’ad
Nizar
Mudhar Rabi’
Hauzan Ghaftan Tamim Quraisy Abd Qis Bikr Taghlub Hanifah
16. 3) Pemujaan berhala : dianut oleh masyarakat Hijaz, Anbath dan Tadmur.
Sejarah masuknya berhala ke kota Hijaz atau Mekah bermula pada masa
pemerintahan Bani Khuza’ah yang dipimpin oleh ‘Amr bin Luhay. Ia membawa
berhala-berhala dari Syam untuk disembah yang akhirnya diikuti oleh sebagian besar
penduduk Mekah.
3. Perintah Dakwah kepada Rasulullah di Mekah
Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad saw. sering mengasingkan diri dari keramaian.
Beliau sering memusatkan pikirannya untuk menemukan jalan keluar dari kondisi masyarakat
jahiliyah saat itu. Peristiwa pengangkatan Nabi Muhammad sebagai rasulullah terjadi pada
tanggal 17 Ramadhan tahun 610 M. Ketika itu beliau sedang bertafakur di Gua Hira, sekitar 6
km timur laut kota Mekah. Pada saat itu malaikat Jibril muncul di hadapan Nabi saw. dan
menyampaikan wahyu Allah yang pertama, yaitu surat Al-‘Alaq ayat 1 – 5:
Terjemah:
“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (QS. Al-’Alaq (96): 1 - 5).
Beberapa hari setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad tetap bersabar dan
berdiam diri di Gua Hira. Beliau menunggu dengan diliputi perasaan cemas dan khawatir jika
wahyu itu tidak datang lagi kepada dirinya. Hal tersebut merupakan ujian keimanan dan
kemampuan untuk menerima wahyu-wahyu selanjutnya. Pada akhirnya, turunlah wahyu
kedua kepadanya yang sekaligus merupakan perintah Allah untuk mulai menyebarkan agama
Allah kepada seluruh umat manusia. Wahyu tersebut adalah QS. Al-Mudatstsir (74): 1 – 7:
Terjemah:
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu
agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah..” (QS. Al-Mudatstsir (74): 1 – 7).
4. Substansi Dakwah Rasulullah di Mekah
a. Ajaran ketauhidan (mengesakan Allah)
b. Ajaran untuk percaya kepada para malaikat, rasul, kitab-kitab Allah dan takdir
c. Ajaran untuk melaksanakan sholat
d. Ajaran untuk meninggalkan peribadatan menyembah berhala
e. Ajaran tentang persamaan hak dan keadilan
5. Strategi Dakwah Rasulullah di Mekah
a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa
masyarakat Arab jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi
warisan leluhur mereka. Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam
mempertahankannya. Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW
menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri
dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mereka ini kemudian disebut dengan as-sabiqunal
awwalun. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW
tersebut adalah :
1) Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah)
2) Abu Bakar Ash-Shiddiq (sabahat tertua Rasulullah)
3) Ali bin Abi Thalib (sepupu sekaligus Rasulullah)
4) Utsman bin Affan (sahabat Rasulullah)
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 16
17. 5) Zubair bin Awwam (sahabat Rasulullah)
6) Abdurrahman bin Auf (sahabat Rasulullah)
7) Sa’ad bin Abi Waqash (sahabat Rasulullah)
8) Thalhah bin Ubaidillah (sahabat Rasulullah)
9) Abu Ubaidah bin Jarrah (sahabat Rasulullah)
10) Arqam bin al-Arqam (sahabat Rasulullah)
11) Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah)
12) Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah)
b. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni
setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara
terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216 (coba kamu cari
dan pelajari). Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain
sebagai berikut :
1) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah
SWT waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka belum menerima Islam sebagai
agama mereka. Namun ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya
sudah masuk Islam, tetapi merahasiakan keislamannya, pada waktu itu dengan tegas
menyatakan keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib,
dan Zaid bin Haritsah.
2) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan
bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul Bukit Shafa, yang letaknya tidak
jauh dan Ka’bah. Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua yang hadir agar
segera meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah atau
menghambakan diri kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan
Pemelihara alam semesta. Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang
disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi bahagia di dunia dan di
akhirat. Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka Allah SWT,
sengsara di dunia dan di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir ada kelompok yang
menolak disertai teriakan dan ejekan, ada kelompok yang diam saja lalu pulang. Bahkan
Abu Lahab, bukan hanya mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila,
seraya ia berkata “Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan
kami?” Sebagai balasan terhadap kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Qur’an yang
berisi kutukan Allah SWT terhadap Abu Lahab, yakni Surat Al-Lahab, (111): 1-5 (coba
kamu cari dan pelajari ayat Al-Qur’an tersebut).
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam
dua orang kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib
(paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam
pada tahun ke-6 dari kenabian sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M), tidak lama
setelah sebagian kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
3) Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota
Mekah.
6. Ujian dan Rintangan Dakwah Rasulullah di Mekah
a. Kutukan dan ancaman Abu Lahab ketika Rasul mengumpulkan penduduk Mekah di bukit
Shafa untuk mengajaknya beriman kepada Allah.
b. Siksaan kafir Quraisy terhadap sejumlah kaum muslimin, diantaranya adalah Ammar dan
kedua orang tuanya yang disiksa Abu Jahal, serta Bilal bin Rabah yang disiksa Umayyah
bin Khalaf.
c. Pengusiran, pengejekan dan pelemparan batu oleh masyarakat Thaif terhadap Rasul dan
para sahabat yang berkunjung untuk menyebarkan Islam. Rasulullah berhasil
menyelamatkan diri dengan berlindung di salah satu kebun milik Syaibah dan Utbah bin
Rabi’ah.
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 17
18. d. Blokade terhadap keturunan Bani Hasyim, yaitu tidak diperbolehkan melakukan transaksi
jual beli dan tidak boleh melaksanakan proses pernikahan dengan orang lain di luar Bani
Hasyim. Mereka akhirnya tinggal di pemukiman Abu Thalib selama 3 tahun dengan penuh
penderitaan.
e. Fitnah dan ejekan kafir Quraisy terhadap Rasulullah selama berdakwah, terutama pada saat
turunnya perintah shalat setelah Nabi melaksanakan isra dan mi’raj.
f. Usaha pembunuhan para pemuka kafir Quraisy terhadap Rasulullah yang dilakukan pada
malam menjelang perjalanan beliau untuk hijrah ke Madinah
g. Upaya Suraqah bin Malik al-Madlaji dalam membunuh Rasulullah demi mendapatkan
hadiah sayembara berupa 100 ekor unta betina.
7. Perilaku Terpuji Rasulullah dalam Dakwah di Mekah
a. Sikap dan sifat lemah lembut dalam berdakwah
b. Semangat dan berani, tidak takut untuk menyampaikan kebenaran
c. Lebih mengutamakan contoh akhlak yang mulia dalam berdakwah
d. Dakwah dengan cerdas dan pintar, selalu berlandaskan wahyu dari Allah
e. Tidak pernah menyerah untuk berdakwah meskipun banyak mendapatkan perlawanan
Materi PAI-BP Kelas X Semester Ganjil TP. 2014-2015 SMA PGRI 4 Jakarta ----- Miftahul Khaer, M.Pd.I ----- 18