SlideShare a Scribd company logo
(Dewey in The Child and The Curriculum)
Apa itu pendidikan? Bagi John Dewey, pendidikan tidak lain adalah hidup itu sendiri.
Dan hidup ini bukan hanya perkara hidup personal tapi secara luas menyangkut kehidupan
masyarakat itu juga. Karena itu pendidikan adalah sebuah keniscayaan dan berlangsung
secara alami, berfungsi sosial lantaran berlangsung dalam masyarakat itu sendiri, memiliki
nilai dan makna membimbing lantaran kebiasaan hidup generasi lama yang berbeda dengan
generasi baru serta menjadi tanda perkembangan peradaban suatu masyarakat[1]. Pendidikan
tidak lain adalah usaha menjaga keberlangsungan masyarakat itu sendiri. Mengapa
masyarakat perlu mendidik dirinya sendiri?
Menurut Dewey, perubahan yang terjadi dalam masyarakat pasti ada dan tak terhindarkan.
Pandangan ini sebenarnya tidak terlepas dari pemikiran filsafatnya mengenai realitas yang
dipandangnya selalu mengalir. Tidak mengherankan jika Dewey berkata bahwa pendidikan
lantas menjadi sebuah proses pembaharuan terus-menerus demi kelangsungan masyarakat
dan anggota-anggotanya melalui keterampilan, tehnik, kreativitas, dan sebagainya. Sebuah
pembelajaran yang terus disampaikan, dikomunikasikan seturut dengan keadaan yang
dihadapi. Inilah yang membuat dia dikatakan sebagai seorang pemikir progresivisme.
Beberapa karyanya mengenai pendidikan antara lain, My Pedagogic Creed (1897), The
School and Society (1900), Child and Curriculum (1902), Democracy and Education (1916)
dan Experience and Education (1938). Keempat karya terakhir tampaknya merupakan uraian
Dewey sendiri atas apa yang diyakininya dalam My Pedagogic Creed. Dan perlu diingat
bahwa Dewey memikirkan pendidikan (baik formal maupun informal) selalu berada dalam
kerangka kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Pengalaman dan Pendidikan Anak
Mengapa Dewey memfokuskan diri pada pendidikan anak? Bagi Dewey, anak sesungguhnya
adalah salah satu pihak yang rentan terhadap penindasan. Bentuk penindasan ini tampak
dalam pendidikan. Karena itu, Dewey berupaya agar pendidikan sungguh-sungguh memberi
perhatian yang lebih besar kepada anak terutama dalam proses realisasi diri si anak. Dalam
proses pendidikan, Dewey melihat anak sebagai mahkluk yang belum dewasa, belum
berkembang. Di pihak lain, makna, nilai dan tujuan yang dihayati masyarakat berinkarnasi
dalam diri orang dewasa. Karena itu, letak proses pendidikan berada dalam interaksi dua
pihak ini. Dewey menyatakan hal ini berdasar pada penelitiannya atas pendidikan anak
sebelum dan adanya proses industri dalam masyarakat.
Penelitian Dewey mengenai pendidikan terhadap anak sebelum terjadinya industrialisasi di
kota-kota besar memperlihatkan bahwa pendidikan ini berlangsung di tengah keluarga.
Menurut Dewey, keseharian anak dalam keluarga sesungguhnya mengatakan dunia yang
mereka hayati dan hidupi. Jadi, waktu itu belum ada keterpisahan kebutuhan dalam situasi
keluarga dan masyarakat. Di dalam keluarga, anak-anak belajar apa yang dibutuhkan
masyarakat. Dan masyarakat secara tidak langsung mengajarkannya melalui orang tua[2].
Memang pengalaman si anak tidak langsung dari sendirinya menjelaskan apa yang
dibutuhkan masyarakat. Tapi, pengalaman mereka menandakan apa yang terjadi dan menjadi
kecenderungan yang berkembang dalam masyarakat.
Setelah terjadinya industrialisasi, para orang tua harus bekerja. Implikasinya, pendidikan
anak diserahkan kepada mereka yang bertugas mengajari. Pada tahap ini mulai terjadi apa
yang disebut pendidikan formal, adanya sekolah, sebuah lingkungan khusus[3]. Tujuan
adanya sekolah adalah agar pengalaman keseharian yang diperoleh anak dapat membuat
mereka mampu tumbuh dan berkembang dalam situasi masyarakat di mana mereka hidup[4].
Namun, dengan semakin kompleksnya perkembangan masyarakat, tujuan ini semakin
menyimpang. Penyimpangan yang dapat dirasakan secara langsung adalah anak bukan lagi
menjadi pusat dan tujuan dari pendidikan. Anak digantikan oleh pelajaran-pelajaran yang
diberikan. Menurut Dewey, hal ini sangat berbahaya. Mengapa? Karena pelajaran-pelajaran
yang diberikan didasarkan pada satu prinsip pengetahuan yang dirumuskan dan
diinterpretasikan lepas dari pengalaman anak[5].
Pendekatannya kepada pendidikan seperti ini harus dilihat dari gagasan filsafat
instrumentalisnya. Dewey berpandangan bahwa realitas ini tidak pernah tetap, selalu
mengalir. Akal budi manusialah yang dapat menangkap perubahan ini. Akal budi ini
sekaligus menjadi instrumen untuk mencapai keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.
Dalam pendidikan, kasus utamanya adalah anak. Apa yang dimengeri anak adalah apa yang
dijalani dalam keseharian hidupnya. Ia belajar dan berkomunikasi dari apa yang menjadi
pengalamannya. Ia berkembang dari apa yang ia pelajari itu. Karena itu, mengajari sesuatu
yang tidak pernah mencakup pengalamannya akan menjadi bahaya dan kesulitan untuk hidup
dengan lebih baik dalam masyarakat.
Pemahaman Dewey di atas membuat kita melihat bahwa Dewey lebih menekankan psikologi
anak dalam pendidikan. Hal ini tidak berlebihan jika menyimak apa yang dikatakan Dewey
sendiri yakni bahwa dunia anak pada dasarnya utuh, tidak terbagi, integral, dalam dunianya
mereka tidak terlalu memperhatikan fakta dan hukum-hukum kausalitas, bukan kebenaran
kepada fakta-fakta eksternal melainkan simpati dan afeksi yang menjadi kunci pemahaman di
sini[6]. Dari pengertian ini, maka pendidikan anak tidak dapat dipisah-pisahkan. Pendidikan
karena itu adalah proses yang bertujuan baik bagi anak dan sekaligus pula bagi kehidupan
sosial.
Lantas bagaimana dengan pendidikan di sekolah? Apa yang seharusnya diajarkan? Pada poin
inilah kita akan masuk ke dalam kurikulum dari pendidikan formal.
Kurikulum dan Pendidikan Anak
Dewey meyakini bahwa pusat dari kurikulum seharusnya mencakup pengalaman anak.
Kurikulum bukanlah tujuan dalam dirinya sendiri. Jika kurikulum menjadi tujuan pendidikan,
itu berarti anak berhenti berpikir, berhenti merenungkan pengalamannya, dan pada akhirnya
kematian masyarakat itu sendiri. Pendidikan harus membawa konsep mengenai perubahan
dan perkembangan masyarakat. Menurut Dewey, sekolah dan kurikulumnya harus
mengajarkan hal-hal yang berguna bagi anak dalam kehidupan sehari-hari serta akhirnya
mampu menciptakan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum harus mengabdi kepada anak
sehingga dengan bantuan kurikulum anak dapat merealisasikan dirinya, mewujudkan bakat-
bakat, nilai, sikap untuk hidup dalam masyarakat. Dengan kata lain, apa yang tersaji dalam
kurikulum adalah interaksi antar anak didik serta interaksi guru dan murid. Bukan relasi
menguasai atau pun relasi subjek-objek di mana anak adalah pihak yang harus menerima
tanpa bertanya. Interaksi ini bukan hanya persoalan interaksi fisik, tapi juga bersifat
sosiologis. Artinya, nilai, tujuan, sikap, makna telah termasuk di dalamnya. Seringkali, hal-
hal demikian disebut sebagai kurikulum tersembunyi.
Melalui penelitiannya terhadap pendidikan pada masyarakat industri, Dewey melihat sekolah
dan kurikulumnya memisahkan aspek-aspek pengalaman anak menjadi apa yang disebutnya
spesialisasi. Bagi Dewey, dengan pemisahan demikian anak seolah-olah dapat menjawabi
seluruh permasalahan. Dewey justru berpandangan sebaliknya. Pemisahan ini akan membawa
masalah serius di tataran praktis. Pengalaman si anak (brute experience) dikoyakkan dan
diatur menurut sebuah prinsip tertentu. Anak tercerabut dari dunianya. Dewey menyebutkan
3 akibat dari hal ini. Pertama, dunia pribadi anak berhadapan dengan dunia impersonal yang
sempit namun karena ditata berdasarkan prinsip tertentu, anak seolah berhadapan dengan
semua persoalannya. Kedua, keterpisahan integralitas hidup anak dan adanya spesialisasi dan
pembagian dalam kurikulum. Ketiga, prinsip klasifikasi yang logis berhadapan dengan ikatan
yang utuh dari hidup anak. Ketiga hal ini mau mengatakan bahwa anak dan kurikulum seperti
dua aspek yang sangat berbeda.
Sampai di sini kita telah melihat kritik Dewey atas kurikulum yang demikian. Tapi,
pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah mengapa kurikulum tetap diperlukan dalam
pendidikan formal? Kurikulum tetap diperlukan lantaran kurikulum adalah mediasi dalam
pendidikan formal. Kurikulum bukanlah pengganti pengalaman anak. Kurikulum adalah
sebuah peta yang mengarahkan anak mencari jati dirinya[7]. Nilai dan makna kurikulum
hanya terletak dalam metodenya dan wawasan yang diberikannya. Karena itu, anak dan
kurikulum sesungguhnya menggambarkan dua sisi mata uang dari proses yang sama. Apa
yang dimaksud proses di sini. Dewey menggambarkannya dengan baik, “Fakta dan
kebenaran yang dihidupi dalam pengalaman keseharian anak, dan fakta dan kebenaran yang
termuat dalam mata pelajaran pada dasarnya adalah sebuah interaksi awal dan akhir dari satu
realitas.”[8] Dengan kata lain, dalam pandangan Dewey, pendidikan terhadap anak dan
kurikulum sesungguhnya tidaklah berbeda.
Dalam kurikulum tercakuplah pengalaman anak di mana pengalaman mengartikulasikan
keberlangsungan dan interaksi. Di satu sisi, keberlangsungan memaksudkan relasi dengan
dunia di sekitar mereka dan di sisi lain interaksi memaksudkan relasi pengaruh situasional
pribadi atas pengalamannya sendiri terhadap orang lain sampai baik pengalamannya sendiri
maupun orang lain menjadi milik bersama. Akhirnya, semuanya mengarah kepada realisasi
diri yang berguna baik bagi hidup personal maupun kehidupan masyarakat. Jadi,
sebagaimana dalam agama, demikian juga dalam pendidikan: Mendapatkan seluruh
pengetahuan tapi kehilangan jati dirinya adalah sesuatu yang memalukan.
Beberapa Catatan Kritis
John Dewey pada dasarnya adalah seorang filosof yang berpandangan bahwa realitas ini
dibangun melalui tindakan akal budi berdasarkan ingatan kita akan pengalaman masa lalu.
Akal budi menggunakan ingatan ini sebagai cara atau alat untuk menciptakan sesuatu yang
lebih baik lagi. Nilai sesuatu yang baru itu bisa ditemukan melalui sebuah tindakan
eksperimental atas apa yang kita lakukan dan perbuat. Akal budi yang dilihat sebagai cara
atau alat inilah yang menjadikan Dewey sebagai seorang filsuf intrumentalis. Melalui cara
berpikir yang demikian, Dewey berusaha mengaplikasikannya dalam bidang pendidikan.
Sumbangan Dewey pada pendidikan terkenal dengan nama pendidikan yang berpusat kepada
anak. Meskipun demikian, pemikiran Dewey dalam pendidikan ternyata memiliki beberapa
kekurangan.
Pertama, penekanan Dewey terhadap akal budi sebagai alat dan sarana untuk mencapai
kehidupan personal dan masyarakat yang lebih baik didasarkan pada pengalaman sebagai
pengetahuan masa lalu. Ini mengakibatkan makna dan tujuan hidup seseorang bahkan
masyarakat kehilangan pendasarannya. Mengapa? Karena usaha menentukan tujuan yang
tertata dengan baik kehilangan dasar rasional. Pemahaman ini menghantar pada kekurangan
kedua, yakni bagaimana peran pendidik dipikirkan di sini sebagai orang dewasa di mana
nilai, tujuan, makna berinkarnasi di dalam mereka. Kesulitan ini terjadi karena masyarakat
terus berevolusi (progresif) ke arah bentuk yang lebih baik. Bentuk itu disebut Dewey sebagai
masyarakat demokratis. Cuma dasar bagi masyarakat ini ternyata kabur jika mengandalkan
pada pengalaman semata. Ketiga, ketika Dewey menggambarkan masyarakat industri di
Amerika melumpuhkan fungsi intelek dalam sekolah, ia melupakan fakta bahwa sekolah juga
melumpuhkan fungsi intelek dengan membiarkan pembelajaran menjadi tanggung jawab si
anak.
Sumbangsih bagi Pendidikan di Indonesia
Dari apa yang dibahas di atas, kita tahu bahwa gagasan pendidikan John Dewey sebenarnya
menekankan pendidikan yang berbasis pada pengalaman (experiential education) di mana
anak mempertanyakan segala sesuatu yang dialaminya, memikirkannya dan mencari solusi
untuk masalah yang dihadapi. Dalam konteks Indonesia, penerapan gagasan ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan monumen atau candi yang ada untuk pelajaran sejarah.
Kunjungan ke kebun binatang atau cagar alam untuk memahami alam lingkungan ini beserta
isinya. Pembelajaran kinestetik, penggunaan laboratorium, dan sebagainya.
Sejauh ini pendidikan kita memang masih menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Sebagai pendidikan yang berbasis kompetensi, itu berarti skill, kemahiran, kebiasaan
diharapkan dapat dihasilkan dari pendidikan itu. Harapan ini memang berdasar pada
kebutuhan masyarakat kita sendiri. Tapi, proses yang berlangsung seringkali dilumpuhkan
oleh sistem pendidikan yang mekanis. Nilai dan ijazah menjadi dua hal penting dibandingkan
dengan skill, bakat, minat dan keterampilan. Harus diakui masyarakat kita memang sedang
menuju masyarakat industri walaupun sebagian besar masih berkarakter agrikultural dan
malahan sangat multikultural. Inilah tantangan kita bersama dalam menetapkan arah
pendidikan yang sesuai dengan masyarakat kita.
Daftar Pustaka
Dewey, John. Democracy and Education. Diakses dari http://www.gutenberg.org.
…………… Schools and Society. Diakses
darihttp://www.brocku.ca/MeadProject/Dewey/Dewey_1907.html.
…………… The Child and The Curriculum. Diakses dari http://www.gutenberg.org.
[1] Democracy and Education bab 1 – 4.
[2] “The child’s life is an integral, a total one…The things that occupy him are held together
by the unity of the personal and social interests which his life carries along”. The Child and
The Curriculum. Diakses dari http://www.gutenberg.org
[3] The School and Society diakses
darihttp://www.brocku.ca/MeadProject/Dewey/Dewey_1907.html; lih. juga Democracy and
Educationbab 2 bagian 4.
[4] “Since what is required is a transformation of the quality of experience till it partakes in
the interests, purposes, and ideas current in the social group”. Democracy and Education bab
2 bagian 1.
[5] Dewey adalah seorang anti-metafisika. Ia mencoba mendasarkan realitas ini pada
pengalaman keseharian.
[6] The Child and Curriculum.
[7] Idem
[8] Idem

More Related Content

What's hot

Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6
Fennipratiwi95
 
Pendidikan menurut john dewey
Pendidikan menurut john deweyPendidikan menurut john dewey
Pendidikan menurut john dewey
Ahmad Jayadi
 
Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)
Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)
Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)Poetra Chebhungsu
 
Paper Landasan Pendidikan: Landasan Psikologi dalam Pendidikan//Nurul Hasanah...
Paper Landasan Pendidikan: Landasan Psikologi dalam Pendidikan//Nurul Hasanah...Paper Landasan Pendidikan: Landasan Psikologi dalam Pendidikan//Nurul Hasanah...
Paper Landasan Pendidikan: Landasan Psikologi dalam Pendidikan//Nurul Hasanah...
Nurul Hazanah
 
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemPerkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemmasriyah91
 
.Mka lah psikoper zachura,,
.Mka lah psikoper zachura,, .Mka lah psikoper zachura,,
.Mka lah psikoper zachura,,
Arieny HarUno
 
4. tujuan pendidikan
4. tujuan pendidikan4. tujuan pendidikan
4. tujuan pendidikan
FAS DC
 
pendidikan karakter pada anak usia dini
pendidikan karakter pada anak usia dinipendidikan karakter pada anak usia dini
pendidikan karakter pada anak usia dini
Oca Nur Oktavia
 
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikanAliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Potpotya Fitri
 
[==
[==[==
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anak
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anakPengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anak
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anakDiana Tandjung
 
Tugas m1 kb 1 proffesional
Tugas m1 kb 1 proffesionalTugas m1 kb 1 proffesional
Tugas m1 kb 1 proffesional
Ai Syahrie Alfisyah
 
Sos pend
Sos pendSos pend
Sos pend
abdul manan
 
Pendidikan itu tumbuh
Pendidikan itu tumbuhPendidikan itu tumbuh
Pendidikan itu tumbuh
adi
 
PANDANGAN 3 TOKOH DALAM TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOSOSIAL
PANDANGAN 3 TOKOH DALAM TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOSOSIALPANDANGAN 3 TOKOH DALAM TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOSOSIAL
PANDANGAN 3 TOKOH DALAM TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOSOSIAL
Erwina Masir
 
Aliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikanAliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikan
Olivia Tifani
 
Hakikat Pembentukan Anak Berkualitas
Hakikat Pembentukan Anak BerkualitasHakikat Pembentukan Anak Berkualitas
Hakikat Pembentukan Anak Berkualitas
Michelle Rumawir
 
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadianSosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
Fathur Marah
 

What's hot (19)

Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6
 
Pendidikan menurut john dewey
Pendidikan menurut john deweyPendidikan menurut john dewey
Pendidikan menurut john dewey
 
Makalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikanMakalah lingkungan pendidikan
Makalah lingkungan pendidikan
 
Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)
Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)
Makalah kel. 6 (ellen reno m dan wesi susanti)
 
Paper Landasan Pendidikan: Landasan Psikologi dalam Pendidikan//Nurul Hasanah...
Paper Landasan Pendidikan: Landasan Psikologi dalam Pendidikan//Nurul Hasanah...Paper Landasan Pendidikan: Landasan Psikologi dalam Pendidikan//Nurul Hasanah...
Paper Landasan Pendidikan: Landasan Psikologi dalam Pendidikan//Nurul Hasanah...
 
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemPerkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
 
.Mka lah psikoper zachura,,
.Mka lah psikoper zachura,, .Mka lah psikoper zachura,,
.Mka lah psikoper zachura,,
 
4. tujuan pendidikan
4. tujuan pendidikan4. tujuan pendidikan
4. tujuan pendidikan
 
pendidikan karakter pada anak usia dini
pendidikan karakter pada anak usia dinipendidikan karakter pada anak usia dini
pendidikan karakter pada anak usia dini
 
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikanAliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
 
[==
[==[==
[==
 
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anak
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anakPengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anak
Pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepribadian anak
 
Tugas m1 kb 1 proffesional
Tugas m1 kb 1 proffesionalTugas m1 kb 1 proffesional
Tugas m1 kb 1 proffesional
 
Sos pend
Sos pendSos pend
Sos pend
 
Pendidikan itu tumbuh
Pendidikan itu tumbuhPendidikan itu tumbuh
Pendidikan itu tumbuh
 
PANDANGAN 3 TOKOH DALAM TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOSOSIAL
PANDANGAN 3 TOKOH DALAM TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOSOSIALPANDANGAN 3 TOKOH DALAM TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOSOSIAL
PANDANGAN 3 TOKOH DALAM TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOSOSIAL
 
Aliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikanAliran aliran pendidikan
Aliran aliran pendidikan
 
Hakikat Pembentukan Anak Berkualitas
Hakikat Pembentukan Anak BerkualitasHakikat Pembentukan Anak Berkualitas
Hakikat Pembentukan Anak Berkualitas
 
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadianSosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
Sosialisasi dan-pembentukan-kepribadian
 

Viewers also liked

Apresentação Capitalize Brasil
Apresentação Capitalize Brasil Apresentação Capitalize Brasil
Apresentação Capitalize Brasil
CAPITALIZE BRASIL BRASIL
 
Prueba de color acorde a normativa iso 12647
Prueba de color acorde a normativa iso 12647Prueba de color acorde a normativa iso 12647
Prueba de color acorde a normativa iso 12647
Yiined Triiana
 
шаталсан шилбэний тооцоо
шаталсан  шилбэний  тооцоошаталсан  шилбэний  тооцоо
шаталсан шилбэний тооцооoyutan
 
Sap 1
Sap 1Sap 1
《蓮花海》(30) 生命的終極關愛-臨終關顧系列 (6)-癌症病人的寧養護理(2)-癌症的病癥-移喜泰賢金剛上師及啤嗎哈尊金剛上師
《蓮花海》(30) 生命的終極關愛-臨終關顧系列 (6)-癌症病人的寧養護理(2)-癌症的病癥-移喜泰賢金剛上師及啤嗎哈尊金剛上師《蓮花海》(30) 生命的終極關愛-臨終關顧系列 (6)-癌症病人的寧養護理(2)-癌症的病癥-移喜泰賢金剛上師及啤嗎哈尊金剛上師
《蓮花海》(30) 生命的終極關愛-臨終關顧系列 (6)-癌症病人的寧養護理(2)-癌症的病癥-移喜泰賢金剛上師及啤嗎哈尊金剛上師
DudjomBuddhistAssociation
 
Tugas Slideshare Rangkuman Bab 4
Tugas Slideshare Rangkuman Bab 4Tugas Slideshare Rangkuman Bab 4
Tugas Slideshare Rangkuman Bab 4
Muniroh93
 
Ε2 Ικάριο Πέλαγος
Ε2 Ικάριο ΠέλαγοςΕ2 Ικάριο Πέλαγος
Ε2 Ικάριο Πέλαγος
nikzoit
 
ο οδυσσέας στη σπηλιά του πολύφημου
ο οδυσσέας στη σπηλιά του πολύφημουο οδυσσέας στη σπηλιά του πολύφημου
ο οδυσσέας στη σπηλιά του πολύφημουptsgkar
 
Fotoperiodismo Digital: Prontuario y Métodos de Evaluación
Fotoperiodismo Digital: Prontuario y Métodos de EvaluaciónFotoperiodismo Digital: Prontuario y Métodos de Evaluación
Fotoperiodismo Digital: Prontuario y Métodos de Evaluación
Glenda Mercado Figueroa
 
γιαγκουλης καμπανη α3_βιωμ_εργασίες
γιαγκουλης καμπανη α3_βιωμ_εργασίεςγιαγκουλης καμπανη α3_βιωμ_εργασίες
γιαγκουλης καμπανη α3_βιωμ_εργασίεςekrem1111
 
Gerencia de proyectos
Gerencia de proyectosGerencia de proyectos
Gerencia de proyectos
Deicy Chamorro Garcia
 
Día de la paz
Día de la pazDía de la paz
Día de la paz
buinchi
 
ANJOALPAMA
ANJOALPAMAANJOALPAMA
ANJOALPAMA
anjoalpama
 
Mapa conceptual del color
Mapa conceptual del colorMapa conceptual del color
Mapa conceptual del color
patisosa
 
regarder Man of steel 2013 sur putlocker
regarder Man of steel 2013 sur putlockerregarder Man of steel 2013 sur putlocker
regarder Man of steel 2013 sur putlocker
regardermanofsteel2013
 
Receipt-My First Genarated PDF
Receipt-My First Genarated PDFReceipt-My First Genarated PDF
Receipt-My First Genarated PDFSushanta Jena
 
CANTICORUM IUBULO
  CANTICORUM  IUBULO  CANTICORUM  IUBULO
CANTICORUM IUBULO
Jose Vicente Saporta Capella
 
Copia de wesquest
Copia de wesquestCopia de wesquest
Copia de wesquest
Clara Yasmin Canorio Aviles
 

Viewers also liked (20)

Apresentação Capitalize Brasil
Apresentação Capitalize Brasil Apresentação Capitalize Brasil
Apresentação Capitalize Brasil
 
Prueba de color acorde a normativa iso 12647
Prueba de color acorde a normativa iso 12647Prueba de color acorde a normativa iso 12647
Prueba de color acorde a normativa iso 12647
 
шаталсан шилбэний тооцоо
шаталсан  шилбэний  тооцоошаталсан  шилбэний  тооцоо
шаталсан шилбэний тооцоо
 
Sap 1
Sap 1Sap 1
Sap 1
 
《蓮花海》(30) 生命的終極關愛-臨終關顧系列 (6)-癌症病人的寧養護理(2)-癌症的病癥-移喜泰賢金剛上師及啤嗎哈尊金剛上師
《蓮花海》(30) 生命的終極關愛-臨終關顧系列 (6)-癌症病人的寧養護理(2)-癌症的病癥-移喜泰賢金剛上師及啤嗎哈尊金剛上師《蓮花海》(30) 生命的終極關愛-臨終關顧系列 (6)-癌症病人的寧養護理(2)-癌症的病癥-移喜泰賢金剛上師及啤嗎哈尊金剛上師
《蓮花海》(30) 生命的終極關愛-臨終關顧系列 (6)-癌症病人的寧養護理(2)-癌症的病癥-移喜泰賢金剛上師及啤嗎哈尊金剛上師
 
Tugas Slideshare Rangkuman Bab 4
Tugas Slideshare Rangkuman Bab 4Tugas Slideshare Rangkuman Bab 4
Tugas Slideshare Rangkuman Bab 4
 
Ε2 Ικάριο Πέλαγος
Ε2 Ικάριο ΠέλαγοςΕ2 Ικάριο Πέλαγος
Ε2 Ικάριο Πέλαγος
 
ο οδυσσέας στη σπηλιά του πολύφημου
ο οδυσσέας στη σπηλιά του πολύφημουο οδυσσέας στη σπηλιά του πολύφημου
ο οδυσσέας στη σπηλιά του πολύφημου
 
Fotoperiodismo Digital: Prontuario y Métodos de Evaluación
Fotoperiodismo Digital: Prontuario y Métodos de EvaluaciónFotoperiodismo Digital: Prontuario y Métodos de Evaluación
Fotoperiodismo Digital: Prontuario y Métodos de Evaluación
 
γιαγκουλης καμπανη α3_βιωμ_εργασίες
γιαγκουλης καμπανη α3_βιωμ_εργασίεςγιαγκουλης καμπανη α3_βιωμ_εργασίες
γιαγκουλης καμπανη α3_βιωμ_εργασίες
 
Gerencia de proyectos
Gerencia de proyectosGerencia de proyectos
Gerencia de proyectos
 
Día de la paz
Día de la pazDía de la paz
Día de la paz
 
Eşşafihu cancer treatment and medicine 8
Eşşafihu  cancer  treatment  and  medicine 8Eşşafihu  cancer  treatment  and  medicine 8
Eşşafihu cancer treatment and medicine 8
 
ANJOALPAMA
ANJOALPAMAANJOALPAMA
ANJOALPAMA
 
Mapa conceptual del color
Mapa conceptual del colorMapa conceptual del color
Mapa conceptual del color
 
regarder Man of steel 2013 sur putlocker
regarder Man of steel 2013 sur putlockerregarder Man of steel 2013 sur putlocker
regarder Man of steel 2013 sur putlocker
 
Receipt-My First Genarated PDF
Receipt-My First Genarated PDFReceipt-My First Genarated PDF
Receipt-My First Genarated PDF
 
CANTICORUM IUBULO
  CANTICORUM  IUBULO  CANTICORUM  IUBULO
CANTICORUM IUBULO
 
Copia de wesquest
Copia de wesquestCopia de wesquest
Copia de wesquest
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 

Similar to resume

Filsafat pragmatisme
Filsafat pragmatismeFilsafat pragmatisme
Filsafat pragmatismeeddysuranta
 
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Wan Azmanan Wan Yusoff
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikansha_macc
 
Pengertian pendidikan
Pengertian pendidikanPengertian pendidikan
Pengertian pendidikan
presetya
 
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdfnyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
Nyokap Toto
 
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan KurikulumPengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulumpapih
 
Progresivisme in education
Progresivisme in educationProgresivisme in education
Progresivisme in education
Universitas Pelita Harapan
 
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptxPertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
PetrusAdiyelsonNikoN
 
Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3A
Fennipratiwi95
 
PENGANTAR PENDIDIKAN kel 7.pptx
PENGANTAR PENDIDIKAN kel 7.pptxPENGANTAR PENDIDIKAN kel 7.pptx
PENGANTAR PENDIDIKAN kel 7.pptx
MonicaAndriani8
 
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-pentingRevisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Nailal Annisa
 
Unit 5
Unit 5Unit 5
Unit 5
syahya wani
 
Pengantar pendidikan (hakekat pendidikan)
Pengantar pendidikan (hakekat pendidikan)Pengantar pendidikan (hakekat pendidikan)
Pengantar pendidikan (hakekat pendidikan)Irwan Hasan
 
Pendidikan Kristen vs progresivisme
Pendidikan Kristen vs progresivismePendidikan Kristen vs progresivisme
Pendidikan Kristen vs progresivisme
Educating for Shalom
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusia
Sugeng Riadi
 
Learning 2
Learning 2Learning 2
Learning 2
Alfonsus Sam
 
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
setyawatiDK
 
2. MERDEKA BELAJAR PUNGKI HIDAYAT OK.pdf
2. MERDEKA BELAJAR PUNGKI HIDAYAT OK.pdf2. MERDEKA BELAJAR PUNGKI HIDAYAT OK.pdf
2. MERDEKA BELAJAR PUNGKI HIDAYAT OK.pdf
PungkiHidayat
 

Similar to resume (20)

Filsafat pragmatisme
Filsafat pragmatismeFilsafat pragmatisme
Filsafat pragmatisme
 
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
Konseppendidikan 121010031652-phpapp02
 
Konsep pendidikan
Konsep pendidikanKonsep pendidikan
Konsep pendidikan
 
Pengertian pendidikan
Pengertian pendidikanPengertian pendidikan
Pengertian pendidikan
 
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdfnyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
nyokaptoto slot gacor terbaik dan terpercaya.pdf
 
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan KurikulumPengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulum
 
Progresivisme in education
Progresivisme in educationProgresivisme in education
Progresivisme in education
 
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptxPertemuan  9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
Pertemuan 9 - KURIKULUM HUMANISTIK.pptx
 
Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3A
 
PENGANTAR PENDIDIKAN kel 7.pptx
PENGANTAR PENDIDIKAN kel 7.pptxPENGANTAR PENDIDIKAN kel 7.pptx
PENGANTAR PENDIDIKAN kel 7.pptx
 
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-pentingRevisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
Revisi pendidikan-dan-masyarakat-penting
 
Unit 5
Unit 5Unit 5
Unit 5
 
Pengantar pendidikan (hakekat pendidikan)
Pengantar pendidikan (hakekat pendidikan)Pengantar pendidikan (hakekat pendidikan)
Pengantar pendidikan (hakekat pendidikan)
 
Pendidikan Kristen vs progresivisme
Pendidikan Kristen vs progresivismePendidikan Kristen vs progresivisme
Pendidikan Kristen vs progresivisme
 
Pendidikan dan pengajaran
Pendidikan dan pengajaranPendidikan dan pengajaran
Pendidikan dan pengajaran
 
Pendidikan dan pengajaran
Pendidikan dan pengajaranPendidikan dan pengajaran
Pendidikan dan pengajaran
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusia
 
Learning 2
Learning 2Learning 2
Learning 2
 
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)
 
2. MERDEKA BELAJAR PUNGKI HIDAYAT OK.pdf
2. MERDEKA BELAJAR PUNGKI HIDAYAT OK.pdf2. MERDEKA BELAJAR PUNGKI HIDAYAT OK.pdf
2. MERDEKA BELAJAR PUNGKI HIDAYAT OK.pdf
 

resume

  • 1. (Dewey in The Child and The Curriculum) Apa itu pendidikan? Bagi John Dewey, pendidikan tidak lain adalah hidup itu sendiri. Dan hidup ini bukan hanya perkara hidup personal tapi secara luas menyangkut kehidupan masyarakat itu juga. Karena itu pendidikan adalah sebuah keniscayaan dan berlangsung secara alami, berfungsi sosial lantaran berlangsung dalam masyarakat itu sendiri, memiliki nilai dan makna membimbing lantaran kebiasaan hidup generasi lama yang berbeda dengan generasi baru serta menjadi tanda perkembangan peradaban suatu masyarakat[1]. Pendidikan tidak lain adalah usaha menjaga keberlangsungan masyarakat itu sendiri. Mengapa masyarakat perlu mendidik dirinya sendiri? Menurut Dewey, perubahan yang terjadi dalam masyarakat pasti ada dan tak terhindarkan. Pandangan ini sebenarnya tidak terlepas dari pemikiran filsafatnya mengenai realitas yang dipandangnya selalu mengalir. Tidak mengherankan jika Dewey berkata bahwa pendidikan lantas menjadi sebuah proses pembaharuan terus-menerus demi kelangsungan masyarakat dan anggota-anggotanya melalui keterampilan, tehnik, kreativitas, dan sebagainya. Sebuah pembelajaran yang terus disampaikan, dikomunikasikan seturut dengan keadaan yang dihadapi. Inilah yang membuat dia dikatakan sebagai seorang pemikir progresivisme. Beberapa karyanya mengenai pendidikan antara lain, My Pedagogic Creed (1897), The School and Society (1900), Child and Curriculum (1902), Democracy and Education (1916) dan Experience and Education (1938). Keempat karya terakhir tampaknya merupakan uraian Dewey sendiri atas apa yang diyakininya dalam My Pedagogic Creed. Dan perlu diingat bahwa Dewey memikirkan pendidikan (baik formal maupun informal) selalu berada dalam kerangka kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Pengalaman dan Pendidikan Anak Mengapa Dewey memfokuskan diri pada pendidikan anak? Bagi Dewey, anak sesungguhnya adalah salah satu pihak yang rentan terhadap penindasan. Bentuk penindasan ini tampak dalam pendidikan. Karena itu, Dewey berupaya agar pendidikan sungguh-sungguh memberi perhatian yang lebih besar kepada anak terutama dalam proses realisasi diri si anak. Dalam proses pendidikan, Dewey melihat anak sebagai mahkluk yang belum dewasa, belum berkembang. Di pihak lain, makna, nilai dan tujuan yang dihayati masyarakat berinkarnasi dalam diri orang dewasa. Karena itu, letak proses pendidikan berada dalam interaksi dua
  • 2. pihak ini. Dewey menyatakan hal ini berdasar pada penelitiannya atas pendidikan anak sebelum dan adanya proses industri dalam masyarakat. Penelitian Dewey mengenai pendidikan terhadap anak sebelum terjadinya industrialisasi di kota-kota besar memperlihatkan bahwa pendidikan ini berlangsung di tengah keluarga. Menurut Dewey, keseharian anak dalam keluarga sesungguhnya mengatakan dunia yang mereka hayati dan hidupi. Jadi, waktu itu belum ada keterpisahan kebutuhan dalam situasi keluarga dan masyarakat. Di dalam keluarga, anak-anak belajar apa yang dibutuhkan masyarakat. Dan masyarakat secara tidak langsung mengajarkannya melalui orang tua[2]. Memang pengalaman si anak tidak langsung dari sendirinya menjelaskan apa yang dibutuhkan masyarakat. Tapi, pengalaman mereka menandakan apa yang terjadi dan menjadi kecenderungan yang berkembang dalam masyarakat. Setelah terjadinya industrialisasi, para orang tua harus bekerja. Implikasinya, pendidikan anak diserahkan kepada mereka yang bertugas mengajari. Pada tahap ini mulai terjadi apa yang disebut pendidikan formal, adanya sekolah, sebuah lingkungan khusus[3]. Tujuan adanya sekolah adalah agar pengalaman keseharian yang diperoleh anak dapat membuat mereka mampu tumbuh dan berkembang dalam situasi masyarakat di mana mereka hidup[4]. Namun, dengan semakin kompleksnya perkembangan masyarakat, tujuan ini semakin menyimpang. Penyimpangan yang dapat dirasakan secara langsung adalah anak bukan lagi menjadi pusat dan tujuan dari pendidikan. Anak digantikan oleh pelajaran-pelajaran yang diberikan. Menurut Dewey, hal ini sangat berbahaya. Mengapa? Karena pelajaran-pelajaran yang diberikan didasarkan pada satu prinsip pengetahuan yang dirumuskan dan diinterpretasikan lepas dari pengalaman anak[5]. Pendekatannya kepada pendidikan seperti ini harus dilihat dari gagasan filsafat instrumentalisnya. Dewey berpandangan bahwa realitas ini tidak pernah tetap, selalu mengalir. Akal budi manusialah yang dapat menangkap perubahan ini. Akal budi ini sekaligus menjadi instrumen untuk mencapai keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam pendidikan, kasus utamanya adalah anak. Apa yang dimengeri anak adalah apa yang dijalani dalam keseharian hidupnya. Ia belajar dan berkomunikasi dari apa yang menjadi pengalamannya. Ia berkembang dari apa yang ia pelajari itu. Karena itu, mengajari sesuatu yang tidak pernah mencakup pengalamannya akan menjadi bahaya dan kesulitan untuk hidup dengan lebih baik dalam masyarakat.
  • 3. Pemahaman Dewey di atas membuat kita melihat bahwa Dewey lebih menekankan psikologi anak dalam pendidikan. Hal ini tidak berlebihan jika menyimak apa yang dikatakan Dewey sendiri yakni bahwa dunia anak pada dasarnya utuh, tidak terbagi, integral, dalam dunianya mereka tidak terlalu memperhatikan fakta dan hukum-hukum kausalitas, bukan kebenaran kepada fakta-fakta eksternal melainkan simpati dan afeksi yang menjadi kunci pemahaman di sini[6]. Dari pengertian ini, maka pendidikan anak tidak dapat dipisah-pisahkan. Pendidikan karena itu adalah proses yang bertujuan baik bagi anak dan sekaligus pula bagi kehidupan sosial. Lantas bagaimana dengan pendidikan di sekolah? Apa yang seharusnya diajarkan? Pada poin inilah kita akan masuk ke dalam kurikulum dari pendidikan formal. Kurikulum dan Pendidikan Anak Dewey meyakini bahwa pusat dari kurikulum seharusnya mencakup pengalaman anak. Kurikulum bukanlah tujuan dalam dirinya sendiri. Jika kurikulum menjadi tujuan pendidikan, itu berarti anak berhenti berpikir, berhenti merenungkan pengalamannya, dan pada akhirnya kematian masyarakat itu sendiri. Pendidikan harus membawa konsep mengenai perubahan dan perkembangan masyarakat. Menurut Dewey, sekolah dan kurikulumnya harus mengajarkan hal-hal yang berguna bagi anak dalam kehidupan sehari-hari serta akhirnya mampu menciptakan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum harus mengabdi kepada anak sehingga dengan bantuan kurikulum anak dapat merealisasikan dirinya, mewujudkan bakat- bakat, nilai, sikap untuk hidup dalam masyarakat. Dengan kata lain, apa yang tersaji dalam kurikulum adalah interaksi antar anak didik serta interaksi guru dan murid. Bukan relasi menguasai atau pun relasi subjek-objek di mana anak adalah pihak yang harus menerima tanpa bertanya. Interaksi ini bukan hanya persoalan interaksi fisik, tapi juga bersifat sosiologis. Artinya, nilai, tujuan, sikap, makna telah termasuk di dalamnya. Seringkali, hal- hal demikian disebut sebagai kurikulum tersembunyi. Melalui penelitiannya terhadap pendidikan pada masyarakat industri, Dewey melihat sekolah dan kurikulumnya memisahkan aspek-aspek pengalaman anak menjadi apa yang disebutnya spesialisasi. Bagi Dewey, dengan pemisahan demikian anak seolah-olah dapat menjawabi seluruh permasalahan. Dewey justru berpandangan sebaliknya. Pemisahan ini akan membawa masalah serius di tataran praktis. Pengalaman si anak (brute experience) dikoyakkan dan diatur menurut sebuah prinsip tertentu. Anak tercerabut dari dunianya. Dewey menyebutkan 3 akibat dari hal ini. Pertama, dunia pribadi anak berhadapan dengan dunia impersonal yang
  • 4. sempit namun karena ditata berdasarkan prinsip tertentu, anak seolah berhadapan dengan semua persoalannya. Kedua, keterpisahan integralitas hidup anak dan adanya spesialisasi dan pembagian dalam kurikulum. Ketiga, prinsip klasifikasi yang logis berhadapan dengan ikatan yang utuh dari hidup anak. Ketiga hal ini mau mengatakan bahwa anak dan kurikulum seperti dua aspek yang sangat berbeda. Sampai di sini kita telah melihat kritik Dewey atas kurikulum yang demikian. Tapi, pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah mengapa kurikulum tetap diperlukan dalam pendidikan formal? Kurikulum tetap diperlukan lantaran kurikulum adalah mediasi dalam pendidikan formal. Kurikulum bukanlah pengganti pengalaman anak. Kurikulum adalah sebuah peta yang mengarahkan anak mencari jati dirinya[7]. Nilai dan makna kurikulum hanya terletak dalam metodenya dan wawasan yang diberikannya. Karena itu, anak dan kurikulum sesungguhnya menggambarkan dua sisi mata uang dari proses yang sama. Apa yang dimaksud proses di sini. Dewey menggambarkannya dengan baik, “Fakta dan kebenaran yang dihidupi dalam pengalaman keseharian anak, dan fakta dan kebenaran yang termuat dalam mata pelajaran pada dasarnya adalah sebuah interaksi awal dan akhir dari satu realitas.”[8] Dengan kata lain, dalam pandangan Dewey, pendidikan terhadap anak dan kurikulum sesungguhnya tidaklah berbeda. Dalam kurikulum tercakuplah pengalaman anak di mana pengalaman mengartikulasikan keberlangsungan dan interaksi. Di satu sisi, keberlangsungan memaksudkan relasi dengan dunia di sekitar mereka dan di sisi lain interaksi memaksudkan relasi pengaruh situasional pribadi atas pengalamannya sendiri terhadap orang lain sampai baik pengalamannya sendiri maupun orang lain menjadi milik bersama. Akhirnya, semuanya mengarah kepada realisasi diri yang berguna baik bagi hidup personal maupun kehidupan masyarakat. Jadi, sebagaimana dalam agama, demikian juga dalam pendidikan: Mendapatkan seluruh pengetahuan tapi kehilangan jati dirinya adalah sesuatu yang memalukan. Beberapa Catatan Kritis John Dewey pada dasarnya adalah seorang filosof yang berpandangan bahwa realitas ini dibangun melalui tindakan akal budi berdasarkan ingatan kita akan pengalaman masa lalu. Akal budi menggunakan ingatan ini sebagai cara atau alat untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik lagi. Nilai sesuatu yang baru itu bisa ditemukan melalui sebuah tindakan eksperimental atas apa yang kita lakukan dan perbuat. Akal budi yang dilihat sebagai cara atau alat inilah yang menjadikan Dewey sebagai seorang filsuf intrumentalis. Melalui cara
  • 5. berpikir yang demikian, Dewey berusaha mengaplikasikannya dalam bidang pendidikan. Sumbangan Dewey pada pendidikan terkenal dengan nama pendidikan yang berpusat kepada anak. Meskipun demikian, pemikiran Dewey dalam pendidikan ternyata memiliki beberapa kekurangan. Pertama, penekanan Dewey terhadap akal budi sebagai alat dan sarana untuk mencapai kehidupan personal dan masyarakat yang lebih baik didasarkan pada pengalaman sebagai pengetahuan masa lalu. Ini mengakibatkan makna dan tujuan hidup seseorang bahkan masyarakat kehilangan pendasarannya. Mengapa? Karena usaha menentukan tujuan yang tertata dengan baik kehilangan dasar rasional. Pemahaman ini menghantar pada kekurangan kedua, yakni bagaimana peran pendidik dipikirkan di sini sebagai orang dewasa di mana nilai, tujuan, makna berinkarnasi di dalam mereka. Kesulitan ini terjadi karena masyarakat terus berevolusi (progresif) ke arah bentuk yang lebih baik. Bentuk itu disebut Dewey sebagai masyarakat demokratis. Cuma dasar bagi masyarakat ini ternyata kabur jika mengandalkan pada pengalaman semata. Ketiga, ketika Dewey menggambarkan masyarakat industri di Amerika melumpuhkan fungsi intelek dalam sekolah, ia melupakan fakta bahwa sekolah juga melumpuhkan fungsi intelek dengan membiarkan pembelajaran menjadi tanggung jawab si anak. Sumbangsih bagi Pendidikan di Indonesia Dari apa yang dibahas di atas, kita tahu bahwa gagasan pendidikan John Dewey sebenarnya menekankan pendidikan yang berbasis pada pengalaman (experiential education) di mana anak mempertanyakan segala sesuatu yang dialaminya, memikirkannya dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi. Dalam konteks Indonesia, penerapan gagasan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan monumen atau candi yang ada untuk pelajaran sejarah. Kunjungan ke kebun binatang atau cagar alam untuk memahami alam lingkungan ini beserta isinya. Pembelajaran kinestetik, penggunaan laboratorium, dan sebagainya. Sejauh ini pendidikan kita memang masih menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sebagai pendidikan yang berbasis kompetensi, itu berarti skill, kemahiran, kebiasaan diharapkan dapat dihasilkan dari pendidikan itu. Harapan ini memang berdasar pada kebutuhan masyarakat kita sendiri. Tapi, proses yang berlangsung seringkali dilumpuhkan oleh sistem pendidikan yang mekanis. Nilai dan ijazah menjadi dua hal penting dibandingkan dengan skill, bakat, minat dan keterampilan. Harus diakui masyarakat kita memang sedang menuju masyarakat industri walaupun sebagian besar masih berkarakter agrikultural dan
  • 6. malahan sangat multikultural. Inilah tantangan kita bersama dalam menetapkan arah pendidikan yang sesuai dengan masyarakat kita. Daftar Pustaka Dewey, John. Democracy and Education. Diakses dari http://www.gutenberg.org. …………… Schools and Society. Diakses darihttp://www.brocku.ca/MeadProject/Dewey/Dewey_1907.html. …………… The Child and The Curriculum. Diakses dari http://www.gutenberg.org. [1] Democracy and Education bab 1 – 4. [2] “The child’s life is an integral, a total one…The things that occupy him are held together by the unity of the personal and social interests which his life carries along”. The Child and The Curriculum. Diakses dari http://www.gutenberg.org [3] The School and Society diakses darihttp://www.brocku.ca/MeadProject/Dewey/Dewey_1907.html; lih. juga Democracy and Educationbab 2 bagian 4. [4] “Since what is required is a transformation of the quality of experience till it partakes in the interests, purposes, and ideas current in the social group”. Democracy and Education bab 2 bagian 1. [5] Dewey adalah seorang anti-metafisika. Ia mencoba mendasarkan realitas ini pada pengalaman keseharian. [6] The Child and Curriculum. [7] Idem [8] Idem