1. Teori belajar revolusi sosiokultural menekankan pengaruh lingkungan sosial dan budaya terhadap perkembangan kognitif seseorang.
2. Vygotsky mendasari teori ini dengan konsep zona perkembangan proksimal dan mediasi yang menggunakan alat semiotik seperti bahasa.
3. Teori ini berimplikasi pada pendidikan informal, nonformal, dan formal yang melibatkan lingkungan sosial dalam pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang proses sosialisasi dan agen-agen sosialisasi. Proses sosialisasi adalah proses pembelajaran seseorang untuk mengenal dan menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannya secara bertahap sejak lahir hingga dewasa. Agen-agen utama sosialisasi adalah keluarga, teman sebaya, lembaga pendidikan formal, dan media massa, yang membantu membentuk pand
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianSeptia Darmayanti
Makalah ini membahas perkembangan kognitif, emosional, dan kepribadian pada masa remaja menurut teori-teori perkembangan. Secara khusus, makalah ini menjelaskan perkembangan kognitif remaja menurut teori Piaget yaitu melalui tahap operasi formal yang mencakup pemikiran deduktif, induktif, dan abstrak.
Makalah ini membahas tentang perkembangan kehidupan pribadi, pendidikan, karier, dan keluarga. Terdapat penjelasan mengenai pengertian, karakteristik, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan upaya pengembangan dari masing-masing aspek perkembangan tersebut.
1. Teori belajar revolusi sosiokultural menekankan pengaruh lingkungan sosial dan budaya terhadap perkembangan kognitif seseorang.
2. Vygotsky mendasari teori ini dengan konsep zona perkembangan proksimal dan mediasi yang menggunakan alat semiotik seperti bahasa.
3. Teori ini berimplikasi pada pendidikan informal, nonformal, dan formal yang melibatkan lingkungan sosial dalam pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang proses sosialisasi dan agen-agen sosialisasi. Proses sosialisasi adalah proses pembelajaran seseorang untuk mengenal dan menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannya secara bertahap sejak lahir hingga dewasa. Agen-agen utama sosialisasi adalah keluarga, teman sebaya, lembaga pendidikan formal, dan media massa, yang membantu membentuk pand
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianSeptia Darmayanti
Makalah ini membahas perkembangan kognitif, emosional, dan kepribadian pada masa remaja menurut teori-teori perkembangan. Secara khusus, makalah ini menjelaskan perkembangan kognitif remaja menurut teori Piaget yaitu melalui tahap operasi formal yang mencakup pemikiran deduktif, induktif, dan abstrak.
Makalah ini membahas tentang perkembangan kehidupan pribadi, pendidikan, karier, dan keluarga. Terdapat penjelasan mengenai pengertian, karakteristik, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan upaya pengembangan dari masing-masing aspek perkembangan tersebut.
Dokumen tersebut membahas mengenai degradasi moral yang terjadi pada remaja di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengaruh budaya asing, kurangnya perhatian orang tua, dan rendahnya pendidikan. Dokumen tersebut menyarankan pendidikan karakter sejak dini sebagai solusi untuk membentuk remaja yang berkualitas dan mengurangi degradasi moral. Guru dan semua pihak memiliki peran penting dalam implementasi pendid
Dokumen tersebut membahas tentang pendidik, peserta didik, dan perkembangan sosial peserta didik. Ia menjelaskan bahwa pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan proses pembelajaran, sedangkan peserta didik adalah individu yang belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan sosial peserta didik terlihat dari bentuk-bentuk interaksi sosial seperti pembangkian dan agresi yang merupakan bag
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, alat-alat pendidikan, dan lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pandangan tokoh tentang kapan pendidikan seseorang dimulai dan tujuan pendidikan.
penanaman nilai-nilai karakter pada anak usia dini sangat lah penting karena akan berdampak baik untuk masa depan anak tersebut. disini peran pendidik dan orang tua sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan perrkembangan karakter nya.
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikanPotpotya Fitri
Makalah ini membahas tentang aliran-aliran pendidikan klasik seperti empirisme, nativisme, dan naturalisme. Juga dibahas mengenai gerakan baru dalam pendidikan seperti pembelajaran alam sekitar, pusat perhatian, sekolah kerja, dan pengajaran proyek. Terakhir, dibahas mengenai dua aliran pokok pendidikan di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian akademik murid, seperti dukungan keluarga, sikap murid, dan lingkungan sekolah. Faktor-faktor ini berpengaruh besar terhadap kemampuan murid untuk meraih prestasi belajar yang baik atau rendah.
Teks tersebut membahas tentang konsep pertumbuhan, perkembangan, kematangan dan penuaan pada manusia serta hewan. Juga membahas zona perkembangan proksimal dan peran guru dalam memfasilitasi potensi peserta didik, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja.
PANDANGAN 3 TOKOH DALAM TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOSOSIALErwina Masir
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membandingkan pandangan tiga tokoh utama dalam teori perkembangan sosial dan psikososial yaitu Erikson, Vygotsky, dan Kohlberg
2) Erikson memfokuskan pada teori psikososialnya yang menekankan pentingnya hubungan sosial dalam perkembangan individu
3) Vygotsky menekankan peranan lingkungan sosial dan interaksi sosial dalam perkembangan kognitif
1. Dokumen ini membahas dua aliran pendidikan utama di Indonesia yaitu Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam beserta asas, tujuan, dan hasil yang dicapai masing-masing.
2. Taman Siswa didirikan Ki Hajar Dewantara pada 1922 dengan asas pendidikan merdeka dan berdasarkan budaya Indonesia, sedangkan INS Kayu Tanam didirikan Mohammad Syafei pada 1926 dengan penekanan pendidikan rasional dan keterampilan.
BAB I membahas latar belakang masalah mengenai pergantian generasi dan pentingnya generasi pengganti memiliki kualitas. BAB II menjelaskan 1) pengertian anak berkualitas dilihat dari aspek fisik, psikis, sosial, dan spiritual/moral, 2) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan anak berkualitas yaitu keluarga, lembaga pendidikan, dan lingkungan masyarakat, 3) cara membentuk anak ber
Dokumen tersebut membahas tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi dilakukan oleh berbagai agen sosialisasi seperti keluarga, teman sebaya, lembaga pendidikan, dan media massa. Agen-agen tersebut memberikan pengaruh dalam membentuk norma dan nilai seseorang sejak usia dini hingga dewasa.
A Capitalize Brasil oferece oportunidades de afiliados para vender produtos como cursos online e e-commerce, gerando renda sustentável através de um plano de compensação. Os afiliados podem aprender com os cursos e ter crescimento financeiro ao mesmo tempo que ajudam outras pessoas. Os principais produtos incluem cursos online, marketing digital e vendas diretas.
Prueba de color acorde a normativa iso 12647Yiined Triiana
La prueba de color se realizó según la Normativa ISO 12647-7 para evaluar el color de las impresiones. Se comprobó que los colores impresos coincidían con los estándares establecidos y que la calidad cromática era satisfactoria.
Dokumen tersebut membahas mengenai degradasi moral yang terjadi pada remaja di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengaruh budaya asing, kurangnya perhatian orang tua, dan rendahnya pendidikan. Dokumen tersebut menyarankan pendidikan karakter sejak dini sebagai solusi untuk membentuk remaja yang berkualitas dan mengurangi degradasi moral. Guru dan semua pihak memiliki peran penting dalam implementasi pendid
Dokumen tersebut membahas tentang pendidik, peserta didik, dan perkembangan sosial peserta didik. Ia menjelaskan bahwa pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan proses pembelajaran, sedangkan peserta didik adalah individu yang belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan sosial peserta didik terlihat dari bentuk-bentuk interaksi sosial seperti pembangkian dan agresi yang merupakan bag
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan, yaitu tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, alat-alat pendidikan, dan lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pandangan tokoh tentang kapan pendidikan seseorang dimulai dan tujuan pendidikan.
penanaman nilai-nilai karakter pada anak usia dini sangat lah penting karena akan berdampak baik untuk masa depan anak tersebut. disini peran pendidik dan orang tua sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan perrkembangan karakter nya.
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikanPotpotya Fitri
Makalah ini membahas tentang aliran-aliran pendidikan klasik seperti empirisme, nativisme, dan naturalisme. Juga dibahas mengenai gerakan baru dalam pendidikan seperti pembelajaran alam sekitar, pusat perhatian, sekolah kerja, dan pengajaran proyek. Terakhir, dibahas mengenai dua aliran pokok pendidikan di Indonesia.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian akademik murid, seperti dukungan keluarga, sikap murid, dan lingkungan sekolah. Faktor-faktor ini berpengaruh besar terhadap kemampuan murid untuk meraih prestasi belajar yang baik atau rendah.
Teks tersebut membahas tentang konsep pertumbuhan, perkembangan, kematangan dan penuaan pada manusia serta hewan. Juga membahas zona perkembangan proksimal dan peran guru dalam memfasilitasi potensi peserta didik, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial remaja.
PANDANGAN 3 TOKOH DALAM TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PSIKOSOSIALErwina Masir
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membandingkan pandangan tiga tokoh utama dalam teori perkembangan sosial dan psikososial yaitu Erikson, Vygotsky, dan Kohlberg
2) Erikson memfokuskan pada teori psikososialnya yang menekankan pentingnya hubungan sosial dalam perkembangan individu
3) Vygotsky menekankan peranan lingkungan sosial dan interaksi sosial dalam perkembangan kognitif
1. Dokumen ini membahas dua aliran pendidikan utama di Indonesia yaitu Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam beserta asas, tujuan, dan hasil yang dicapai masing-masing.
2. Taman Siswa didirikan Ki Hajar Dewantara pada 1922 dengan asas pendidikan merdeka dan berdasarkan budaya Indonesia, sedangkan INS Kayu Tanam didirikan Mohammad Syafei pada 1926 dengan penekanan pendidikan rasional dan keterampilan.
BAB I membahas latar belakang masalah mengenai pergantian generasi dan pentingnya generasi pengganti memiliki kualitas. BAB II menjelaskan 1) pengertian anak berkualitas dilihat dari aspek fisik, psikis, sosial, dan spiritual/moral, 2) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan anak berkualitas yaitu keluarga, lembaga pendidikan, dan lingkungan masyarakat, 3) cara membentuk anak ber
Dokumen tersebut membahas tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi dilakukan oleh berbagai agen sosialisasi seperti keluarga, teman sebaya, lembaga pendidikan, dan media massa. Agen-agen tersebut memberikan pengaruh dalam membentuk norma dan nilai seseorang sejak usia dini hingga dewasa.
A Capitalize Brasil oferece oportunidades de afiliados para vender produtos como cursos online e e-commerce, gerando renda sustentável através de um plano de compensação. Os afiliados podem aprender com os cursos e ter crescimento financeiro ao mesmo tempo que ajudam outras pessoas. Os principais produtos incluem cursos online, marketing digital e vendas diretas.
Prueba de color acorde a normativa iso 12647Yiined Triiana
La prueba de color se realizó según la Normativa ISO 12647-7 para evaluar el color de las impresiones. Se comprobó que los colores impresos coincidían con los estándares establecidos y que la calidad cromática era satisfactoria.
Program ini menentukan apakah suatu bilangan yang diinputkan merupakan bilangan genap atau ganjil dengan mengecek sisa bagi bilangan tersebut dibagi 2, jika sisa bagi 0 maka bilangan tersebut genap, jika tidak maka bilangan tersebut ganjil. Program ini menggunakan bahasa C++ dan menampilkan hasil pengecekan bilangan genap atau ganjil yang diinputkan user.
Web merupakan layanan penting Internet yang terdiri dari komputer, server, dan perangkat jaringan yang digunakan untuk mengalirkan informasi. Web dibagi menjadi beberapa jenis seperti mesin pencari, portal, perusahaan, dan pribadi. Cara kerjanya adalah dengan memasukkan alamat ke browser, browser meminta halaman dari server, dan server mengirim data ke browser untuk ditampilkan.
Este documento presenta el plan de estudios para un curso de Fotoperiodismo Digital para el año escolar 2012-2013. El curso se enfoca en enseñar diferentes ramas, géneros y técnicas de fotoperiodismo a través de varios proyectos y asignaciones que serán evaluados. Los estudiantes aprenderán habilidades fotográficas y de edición, y crearán un blog y sitio web para publicar su trabajo.
Este documento presenta el proyecto final de la maestría en Gestión de Tecnología Educativa de Deice Chamorro García para la Universidad de Santander. El proyecto se centra en la gerencia de proyectos de tecnología educativa y fue presentado en junio de 2013 bajo la tutoría de Giovanny López.
El documento describe las actividades realizadas en el Colegio Rural Agrupado de Zarza de Granadilla para celebrar el Día de la Paz y la No Violencia el 30 de enero de 2013. Los niños pintaron medallas con palomas que luego se usaron para formar una vidriera con la palabra "paz" que ahora decora la entrada del colegio.
Un grupo de estudiantes de máster se presenta como Anjoalpama, un acrónimo formado por los nombres de sus miembros: Ana, João, Almudena, Patricia, María del Mar. Alguien critica que es un nombre raro para un grupo, pero ellos insisten en que son Anjoalpama y ahora les toca a otros presentarse.
El documento proporciona información sobre una estudiante llamada Patricia Sosa que cursa la materia Teoría de la Forma en el Instituto Universitario Politécnico Santiago Mariño en la Extensión de Barinas, Venezuela.
La alumna Clara Jazmin Canorio de la sección 1 "A" preguntó sobre la taxonomía al profesor William Vegaso Muro en el año 2013 cuando cursaba el primer grado.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas pengertian pendidikan dari berbagai ahli dan sumber, meliputi pendidikan informal, formal, dan non-formal.
2) Ruang lingkup pendidikan mencakup proses belajar seumur hidup di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara keseluruhan.
3) Fungsi pendidikan antara lain adalah transformasi budaya, pembentukan pribadi, penyiapan
Dokumen tersebut membahas tentang munculnya progresivisme dalam dunia pendidikan yang dipengaruhi oleh pemikiran John Dewey. Aliran ini menekankan pada learning by doing, pemecahan masalah, dan kerja kelompok."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian pendidikan, tujuan pendidikan, subjek dan objek pendidikan, serta lingkungan pendidikan. Secara ringkas, pendidikan adalah upaya untuk menuntun perkembangan anak menjadi manusia dewasa yang beriman, berakhlak mulia, kreatif, dan bertanggung jawab. Subjek pendidikan adalah guru dan orang tua, sedangkan objek pendidikan adalah peserta didik. Lingkungan pendidikan meliputi kel
Definisi pendidikan menurut para ahli dapat berupa upaya membimbing manusia menuju kedewasaan, proses pembaharuan pengalaman, atau usaha meningkatkan taraf hidup."
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pendidikan dipandang sebagai proses pembentukan manusia seutuhnya secara berkelanjutan melalui pengembangan potensi diri secara seimbang di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk mencapai tujuan negara mencerdaskan kehidupan bangsa.
Resume perkuliahan membahas dua teori belajar yaitu teori belajar sosio-kultural dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar sosio-kultural menekankan pengaruh lingkungan sosial dan budaya dalam belajar seseorang, sedangkan teori belajar konstruktivisme lebih mengedepankan peran individu dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Kedua teori ini memberi sumbangan besar bagi penerapan pembelajaran aktif
rangkuman buku pengantar pendidikan(Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo)setyawatiDK
Buku "Pengantar Pendidikan" memberikan gambaran menyeluruh tentang hakikat manusia, pengertian pendidikan, unsur-unsur pendidikan, landasan dan asas pendidikan, permasalahan pendidikan, sistem pendidikan nasional, dan hubungan antara pendidikan dengan pembangunan dalam kurang dari tiga kalimat.
1. (Dewey in The Child and The Curriculum)
Apa itu pendidikan? Bagi John Dewey, pendidikan tidak lain adalah hidup itu sendiri.
Dan hidup ini bukan hanya perkara hidup personal tapi secara luas menyangkut kehidupan
masyarakat itu juga. Karena itu pendidikan adalah sebuah keniscayaan dan berlangsung
secara alami, berfungsi sosial lantaran berlangsung dalam masyarakat itu sendiri, memiliki
nilai dan makna membimbing lantaran kebiasaan hidup generasi lama yang berbeda dengan
generasi baru serta menjadi tanda perkembangan peradaban suatu masyarakat[1]. Pendidikan
tidak lain adalah usaha menjaga keberlangsungan masyarakat itu sendiri. Mengapa
masyarakat perlu mendidik dirinya sendiri?
Menurut Dewey, perubahan yang terjadi dalam masyarakat pasti ada dan tak terhindarkan.
Pandangan ini sebenarnya tidak terlepas dari pemikiran filsafatnya mengenai realitas yang
dipandangnya selalu mengalir. Tidak mengherankan jika Dewey berkata bahwa pendidikan
lantas menjadi sebuah proses pembaharuan terus-menerus demi kelangsungan masyarakat
dan anggota-anggotanya melalui keterampilan, tehnik, kreativitas, dan sebagainya. Sebuah
pembelajaran yang terus disampaikan, dikomunikasikan seturut dengan keadaan yang
dihadapi. Inilah yang membuat dia dikatakan sebagai seorang pemikir progresivisme.
Beberapa karyanya mengenai pendidikan antara lain, My Pedagogic Creed (1897), The
School and Society (1900), Child and Curriculum (1902), Democracy and Education (1916)
dan Experience and Education (1938). Keempat karya terakhir tampaknya merupakan uraian
Dewey sendiri atas apa yang diyakininya dalam My Pedagogic Creed. Dan perlu diingat
bahwa Dewey memikirkan pendidikan (baik formal maupun informal) selalu berada dalam
kerangka kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Pengalaman dan Pendidikan Anak
Mengapa Dewey memfokuskan diri pada pendidikan anak? Bagi Dewey, anak sesungguhnya
adalah salah satu pihak yang rentan terhadap penindasan. Bentuk penindasan ini tampak
dalam pendidikan. Karena itu, Dewey berupaya agar pendidikan sungguh-sungguh memberi
perhatian yang lebih besar kepada anak terutama dalam proses realisasi diri si anak. Dalam
proses pendidikan, Dewey melihat anak sebagai mahkluk yang belum dewasa, belum
berkembang. Di pihak lain, makna, nilai dan tujuan yang dihayati masyarakat berinkarnasi
dalam diri orang dewasa. Karena itu, letak proses pendidikan berada dalam interaksi dua
2. pihak ini. Dewey menyatakan hal ini berdasar pada penelitiannya atas pendidikan anak
sebelum dan adanya proses industri dalam masyarakat.
Penelitian Dewey mengenai pendidikan terhadap anak sebelum terjadinya industrialisasi di
kota-kota besar memperlihatkan bahwa pendidikan ini berlangsung di tengah keluarga.
Menurut Dewey, keseharian anak dalam keluarga sesungguhnya mengatakan dunia yang
mereka hayati dan hidupi. Jadi, waktu itu belum ada keterpisahan kebutuhan dalam situasi
keluarga dan masyarakat. Di dalam keluarga, anak-anak belajar apa yang dibutuhkan
masyarakat. Dan masyarakat secara tidak langsung mengajarkannya melalui orang tua[2].
Memang pengalaman si anak tidak langsung dari sendirinya menjelaskan apa yang
dibutuhkan masyarakat. Tapi, pengalaman mereka menandakan apa yang terjadi dan menjadi
kecenderungan yang berkembang dalam masyarakat.
Setelah terjadinya industrialisasi, para orang tua harus bekerja. Implikasinya, pendidikan
anak diserahkan kepada mereka yang bertugas mengajari. Pada tahap ini mulai terjadi apa
yang disebut pendidikan formal, adanya sekolah, sebuah lingkungan khusus[3]. Tujuan
adanya sekolah adalah agar pengalaman keseharian yang diperoleh anak dapat membuat
mereka mampu tumbuh dan berkembang dalam situasi masyarakat di mana mereka hidup[4].
Namun, dengan semakin kompleksnya perkembangan masyarakat, tujuan ini semakin
menyimpang. Penyimpangan yang dapat dirasakan secara langsung adalah anak bukan lagi
menjadi pusat dan tujuan dari pendidikan. Anak digantikan oleh pelajaran-pelajaran yang
diberikan. Menurut Dewey, hal ini sangat berbahaya. Mengapa? Karena pelajaran-pelajaran
yang diberikan didasarkan pada satu prinsip pengetahuan yang dirumuskan dan
diinterpretasikan lepas dari pengalaman anak[5].
Pendekatannya kepada pendidikan seperti ini harus dilihat dari gagasan filsafat
instrumentalisnya. Dewey berpandangan bahwa realitas ini tidak pernah tetap, selalu
mengalir. Akal budi manusialah yang dapat menangkap perubahan ini. Akal budi ini
sekaligus menjadi instrumen untuk mencapai keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.
Dalam pendidikan, kasus utamanya adalah anak. Apa yang dimengeri anak adalah apa yang
dijalani dalam keseharian hidupnya. Ia belajar dan berkomunikasi dari apa yang menjadi
pengalamannya. Ia berkembang dari apa yang ia pelajari itu. Karena itu, mengajari sesuatu
yang tidak pernah mencakup pengalamannya akan menjadi bahaya dan kesulitan untuk hidup
dengan lebih baik dalam masyarakat.
3. Pemahaman Dewey di atas membuat kita melihat bahwa Dewey lebih menekankan psikologi
anak dalam pendidikan. Hal ini tidak berlebihan jika menyimak apa yang dikatakan Dewey
sendiri yakni bahwa dunia anak pada dasarnya utuh, tidak terbagi, integral, dalam dunianya
mereka tidak terlalu memperhatikan fakta dan hukum-hukum kausalitas, bukan kebenaran
kepada fakta-fakta eksternal melainkan simpati dan afeksi yang menjadi kunci pemahaman di
sini[6]. Dari pengertian ini, maka pendidikan anak tidak dapat dipisah-pisahkan. Pendidikan
karena itu adalah proses yang bertujuan baik bagi anak dan sekaligus pula bagi kehidupan
sosial.
Lantas bagaimana dengan pendidikan di sekolah? Apa yang seharusnya diajarkan? Pada poin
inilah kita akan masuk ke dalam kurikulum dari pendidikan formal.
Kurikulum dan Pendidikan Anak
Dewey meyakini bahwa pusat dari kurikulum seharusnya mencakup pengalaman anak.
Kurikulum bukanlah tujuan dalam dirinya sendiri. Jika kurikulum menjadi tujuan pendidikan,
itu berarti anak berhenti berpikir, berhenti merenungkan pengalamannya, dan pada akhirnya
kematian masyarakat itu sendiri. Pendidikan harus membawa konsep mengenai perubahan
dan perkembangan masyarakat. Menurut Dewey, sekolah dan kurikulumnya harus
mengajarkan hal-hal yang berguna bagi anak dalam kehidupan sehari-hari serta akhirnya
mampu menciptakan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum harus mengabdi kepada anak
sehingga dengan bantuan kurikulum anak dapat merealisasikan dirinya, mewujudkan bakat-
bakat, nilai, sikap untuk hidup dalam masyarakat. Dengan kata lain, apa yang tersaji dalam
kurikulum adalah interaksi antar anak didik serta interaksi guru dan murid. Bukan relasi
menguasai atau pun relasi subjek-objek di mana anak adalah pihak yang harus menerima
tanpa bertanya. Interaksi ini bukan hanya persoalan interaksi fisik, tapi juga bersifat
sosiologis. Artinya, nilai, tujuan, sikap, makna telah termasuk di dalamnya. Seringkali, hal-
hal demikian disebut sebagai kurikulum tersembunyi.
Melalui penelitiannya terhadap pendidikan pada masyarakat industri, Dewey melihat sekolah
dan kurikulumnya memisahkan aspek-aspek pengalaman anak menjadi apa yang disebutnya
spesialisasi. Bagi Dewey, dengan pemisahan demikian anak seolah-olah dapat menjawabi
seluruh permasalahan. Dewey justru berpandangan sebaliknya. Pemisahan ini akan membawa
masalah serius di tataran praktis. Pengalaman si anak (brute experience) dikoyakkan dan
diatur menurut sebuah prinsip tertentu. Anak tercerabut dari dunianya. Dewey menyebutkan
3 akibat dari hal ini. Pertama, dunia pribadi anak berhadapan dengan dunia impersonal yang
4. sempit namun karena ditata berdasarkan prinsip tertentu, anak seolah berhadapan dengan
semua persoalannya. Kedua, keterpisahan integralitas hidup anak dan adanya spesialisasi dan
pembagian dalam kurikulum. Ketiga, prinsip klasifikasi yang logis berhadapan dengan ikatan
yang utuh dari hidup anak. Ketiga hal ini mau mengatakan bahwa anak dan kurikulum seperti
dua aspek yang sangat berbeda.
Sampai di sini kita telah melihat kritik Dewey atas kurikulum yang demikian. Tapi,
pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah mengapa kurikulum tetap diperlukan dalam
pendidikan formal? Kurikulum tetap diperlukan lantaran kurikulum adalah mediasi dalam
pendidikan formal. Kurikulum bukanlah pengganti pengalaman anak. Kurikulum adalah
sebuah peta yang mengarahkan anak mencari jati dirinya[7]. Nilai dan makna kurikulum
hanya terletak dalam metodenya dan wawasan yang diberikannya. Karena itu, anak dan
kurikulum sesungguhnya menggambarkan dua sisi mata uang dari proses yang sama. Apa
yang dimaksud proses di sini. Dewey menggambarkannya dengan baik, “Fakta dan
kebenaran yang dihidupi dalam pengalaman keseharian anak, dan fakta dan kebenaran yang
termuat dalam mata pelajaran pada dasarnya adalah sebuah interaksi awal dan akhir dari satu
realitas.”[8] Dengan kata lain, dalam pandangan Dewey, pendidikan terhadap anak dan
kurikulum sesungguhnya tidaklah berbeda.
Dalam kurikulum tercakuplah pengalaman anak di mana pengalaman mengartikulasikan
keberlangsungan dan interaksi. Di satu sisi, keberlangsungan memaksudkan relasi dengan
dunia di sekitar mereka dan di sisi lain interaksi memaksudkan relasi pengaruh situasional
pribadi atas pengalamannya sendiri terhadap orang lain sampai baik pengalamannya sendiri
maupun orang lain menjadi milik bersama. Akhirnya, semuanya mengarah kepada realisasi
diri yang berguna baik bagi hidup personal maupun kehidupan masyarakat. Jadi,
sebagaimana dalam agama, demikian juga dalam pendidikan: Mendapatkan seluruh
pengetahuan tapi kehilangan jati dirinya adalah sesuatu yang memalukan.
Beberapa Catatan Kritis
John Dewey pada dasarnya adalah seorang filosof yang berpandangan bahwa realitas ini
dibangun melalui tindakan akal budi berdasarkan ingatan kita akan pengalaman masa lalu.
Akal budi menggunakan ingatan ini sebagai cara atau alat untuk menciptakan sesuatu yang
lebih baik lagi. Nilai sesuatu yang baru itu bisa ditemukan melalui sebuah tindakan
eksperimental atas apa yang kita lakukan dan perbuat. Akal budi yang dilihat sebagai cara
atau alat inilah yang menjadikan Dewey sebagai seorang filsuf intrumentalis. Melalui cara
5. berpikir yang demikian, Dewey berusaha mengaplikasikannya dalam bidang pendidikan.
Sumbangan Dewey pada pendidikan terkenal dengan nama pendidikan yang berpusat kepada
anak. Meskipun demikian, pemikiran Dewey dalam pendidikan ternyata memiliki beberapa
kekurangan.
Pertama, penekanan Dewey terhadap akal budi sebagai alat dan sarana untuk mencapai
kehidupan personal dan masyarakat yang lebih baik didasarkan pada pengalaman sebagai
pengetahuan masa lalu. Ini mengakibatkan makna dan tujuan hidup seseorang bahkan
masyarakat kehilangan pendasarannya. Mengapa? Karena usaha menentukan tujuan yang
tertata dengan baik kehilangan dasar rasional. Pemahaman ini menghantar pada kekurangan
kedua, yakni bagaimana peran pendidik dipikirkan di sini sebagai orang dewasa di mana
nilai, tujuan, makna berinkarnasi di dalam mereka. Kesulitan ini terjadi karena masyarakat
terus berevolusi (progresif) ke arah bentuk yang lebih baik. Bentuk itu disebut Dewey sebagai
masyarakat demokratis. Cuma dasar bagi masyarakat ini ternyata kabur jika mengandalkan
pada pengalaman semata. Ketiga, ketika Dewey menggambarkan masyarakat industri di
Amerika melumpuhkan fungsi intelek dalam sekolah, ia melupakan fakta bahwa sekolah juga
melumpuhkan fungsi intelek dengan membiarkan pembelajaran menjadi tanggung jawab si
anak.
Sumbangsih bagi Pendidikan di Indonesia
Dari apa yang dibahas di atas, kita tahu bahwa gagasan pendidikan John Dewey sebenarnya
menekankan pendidikan yang berbasis pada pengalaman (experiential education) di mana
anak mempertanyakan segala sesuatu yang dialaminya, memikirkannya dan mencari solusi
untuk masalah yang dihadapi. Dalam konteks Indonesia, penerapan gagasan ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan monumen atau candi yang ada untuk pelajaran sejarah.
Kunjungan ke kebun binatang atau cagar alam untuk memahami alam lingkungan ini beserta
isinya. Pembelajaran kinestetik, penggunaan laboratorium, dan sebagainya.
Sejauh ini pendidikan kita memang masih menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Sebagai pendidikan yang berbasis kompetensi, itu berarti skill, kemahiran, kebiasaan
diharapkan dapat dihasilkan dari pendidikan itu. Harapan ini memang berdasar pada
kebutuhan masyarakat kita sendiri. Tapi, proses yang berlangsung seringkali dilumpuhkan
oleh sistem pendidikan yang mekanis. Nilai dan ijazah menjadi dua hal penting dibandingkan
dengan skill, bakat, minat dan keterampilan. Harus diakui masyarakat kita memang sedang
menuju masyarakat industri walaupun sebagian besar masih berkarakter agrikultural dan
6. malahan sangat multikultural. Inilah tantangan kita bersama dalam menetapkan arah
pendidikan yang sesuai dengan masyarakat kita.
Daftar Pustaka
Dewey, John. Democracy and Education. Diakses dari http://www.gutenberg.org.
…………… Schools and Society. Diakses
darihttp://www.brocku.ca/MeadProject/Dewey/Dewey_1907.html.
…………… The Child and The Curriculum. Diakses dari http://www.gutenberg.org.
[1] Democracy and Education bab 1 – 4.
[2] “The child’s life is an integral, a total one…The things that occupy him are held together
by the unity of the personal and social interests which his life carries along”. The Child and
The Curriculum. Diakses dari http://www.gutenberg.org
[3] The School and Society diakses
darihttp://www.brocku.ca/MeadProject/Dewey/Dewey_1907.html; lih. juga Democracy and
Educationbab 2 bagian 4.
[4] “Since what is required is a transformation of the quality of experience till it partakes in
the interests, purposes, and ideas current in the social group”. Democracy and Education bab
2 bagian 1.
[5] Dewey adalah seorang anti-metafisika. Ia mencoba mendasarkan realitas ini pada
pengalaman keseharian.
[6] The Child and Curriculum.
[7] Idem
[8] Idem