Penjelajahan dan penerokaan telah berlaku sejak zaman tamadun awal manusia dengan tujuan mencari sumber rezeki dan membuka kawasan baru. Beberapa tamadun seperti Mesir, China, Melayu dan Yunani telah melakukan aktiviti ini untuk tujuan perdagangan dan menyebarkan agama. Zaman Renaissance dan kemajuan teknologi pelayaran memudahkan penjelajahan Eropah ke seluruh dunia.
Undang-undang Kedah terdiri dari beberapa kanun tradisional yang kebanyakannya berasal dari warisan undang-undang Melaka. Kanun-kanun tersebut mencakupi berbagai aspek seperti pelabuhan, hukum pidana, pertanian, dan kedudukan pegawai kerajaan. Undang-undang ini mencerminkan kematangan masyarakat Kedah pada masa itu dalam mengatur berbagai aspek kehidupan dan mengatur hubungan antar
Karangan ini membincangkan kepentingan ilmu dalam kehidupan remaja. Ia menyatakan bahawa ilmu penting untuk membalas jasa ibu bapa, mendapat sanjungan masyarakat, dan memperoleh pekerjaan yang baik. Tanpa ilmu, sukar untuk mencapai kehidupan yang selesa. Oleh itu, remaja perlu menghargai ilmu dan terus menambah pengetahuan.
Langkah-langkah yang diusulkan untuk menangani masalah pencemaran bahasa Melayu meliputi (1) penerbit perlu menggunakan bahasa Melayu yang betul dalam penerbitan mereka, (2) membuka Khidmat Nasihat Bahasa untuk masyarakat, dan (3) mengadakan kempen untuk menggalakkan penggunaan bahasa Melayu yang gramatis. Langkah lain adalah mewajibkan pegawai kerajaan menggunakan b
Penjelajahan dan penerokaan telah berlaku sejak zaman tamadun awal manusia dengan tujuan mencari sumber rezeki dan membuka kawasan baru. Beberapa tamadun seperti Mesir, China, Melayu dan Yunani telah melakukan aktiviti ini untuk tujuan perdagangan dan menyebarkan agama. Zaman Renaissance dan kemajuan teknologi pelayaran memudahkan penjelajahan Eropah ke seluruh dunia.
Undang-undang Kedah terdiri dari beberapa kanun tradisional yang kebanyakannya berasal dari warisan undang-undang Melaka. Kanun-kanun tersebut mencakupi berbagai aspek seperti pelabuhan, hukum pidana, pertanian, dan kedudukan pegawai kerajaan. Undang-undang ini mencerminkan kematangan masyarakat Kedah pada masa itu dalam mengatur berbagai aspek kehidupan dan mengatur hubungan antar
Karangan ini membincangkan kepentingan ilmu dalam kehidupan remaja. Ia menyatakan bahawa ilmu penting untuk membalas jasa ibu bapa, mendapat sanjungan masyarakat, dan memperoleh pekerjaan yang baik. Tanpa ilmu, sukar untuk mencapai kehidupan yang selesa. Oleh itu, remaja perlu menghargai ilmu dan terus menambah pengetahuan.
Langkah-langkah yang diusulkan untuk menangani masalah pencemaran bahasa Melayu meliputi (1) penerbit perlu menggunakan bahasa Melayu yang betul dalam penerbitan mereka, (2) membuka Khidmat Nasihat Bahasa untuk masyarakat, dan (3) mengadakan kempen untuk menggalakkan penggunaan bahasa Melayu yang gramatis. Langkah lain adalah mewajibkan pegawai kerajaan menggunakan b
Laras bahasa memainkan peranan penting dalam penggunaan bahasa yang sesuai. Terdapat pelbagai laras bahasa dalam bahasa Melayu yang digunakan mengikut konteks dan situasi. Penguasaan laras-laras bahasa yang sesuai dapat memastikan komunikasi berjalan lancar tanpa kesilapan.
Dokumen tersebut membahas berbagai ragam bahasa yang digunakan dalam percakapan atau tulisan untuk menyampaikan maksud secara tidak langsung atau untuk mengkritik seseorang. Termasuk di antaranya bahasa sindiran, menggiur, mengejek, terbalik, merajuk, tempelak, herdik, besar, kecil, naik, turun, ingkar, seruan, berulang, bertimbal, jenaka dan bukan.
Dokumen tersebut membahas tentang frasa sendi nama, yang terdiri dari kata sendi nama dan frasa nama. Kata sendi nama berfungsi sebagai pelengkap frasa nama dan dapat berupa kata arah. Frasa sendi nama dapat berfungsi sebagai predikat, keterangan untuk frasa kerja, frasa adjektif, dan frasa nama.
Bahasa Melayu Klasik adalah bahasa Melayu yang digunakan pada abad ke-14 hingga abad ke-19 di bawah pengaruh agama Islam dan kerajaan Melayu seperti Melaka, Aceh dan Johor-Riau. Bahasa ini ditandai dengan penggunaan tulisan Jawi dan unsur tatabahasa serta kosa kata yang dipengaruhi bahasa Arab.
Dokumen tersebut membahas mengenai definisi sastera kanak-kanak, remaja, dewasa, dan popular. Ia menjelaskan bahwa sastera kanak-kanak berperanan dalam pembangunan diri dan merangsang imajinasi, manakala sastera remaja relevan dengan perkembangan remaja. Sastera dewasa dan popular pula menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai murni sambil menghibur pembaca. Dokumen ini juga memberikan contoh k
Laras bahasa memainkan peranan penting dalam penggunaan bahasa yang sesuai. Terdapat pelbagai laras bahasa dalam bahasa Melayu yang digunakan mengikut konteks dan situasi. Penguasaan laras-laras bahasa yang sesuai dapat memastikan komunikasi berjalan lancar tanpa kesilapan.
Dokumen tersebut membahas berbagai ragam bahasa yang digunakan dalam percakapan atau tulisan untuk menyampaikan maksud secara tidak langsung atau untuk mengkritik seseorang. Termasuk di antaranya bahasa sindiran, menggiur, mengejek, terbalik, merajuk, tempelak, herdik, besar, kecil, naik, turun, ingkar, seruan, berulang, bertimbal, jenaka dan bukan.
Dokumen tersebut membahas tentang frasa sendi nama, yang terdiri dari kata sendi nama dan frasa nama. Kata sendi nama berfungsi sebagai pelengkap frasa nama dan dapat berupa kata arah. Frasa sendi nama dapat berfungsi sebagai predikat, keterangan untuk frasa kerja, frasa adjektif, dan frasa nama.
Bahasa Melayu Klasik adalah bahasa Melayu yang digunakan pada abad ke-14 hingga abad ke-19 di bawah pengaruh agama Islam dan kerajaan Melayu seperti Melaka, Aceh dan Johor-Riau. Bahasa ini ditandai dengan penggunaan tulisan Jawi dan unsur tatabahasa serta kosa kata yang dipengaruhi bahasa Arab.
Dokumen tersebut membahas mengenai definisi sastera kanak-kanak, remaja, dewasa, dan popular. Ia menjelaskan bahwa sastera kanak-kanak berperanan dalam pembangunan diri dan merangsang imajinasi, manakala sastera remaja relevan dengan perkembangan remaja. Sastera dewasa dan popular pula menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai murni sambil menghibur pembaca. Dokumen ini juga memberikan contoh k
Penggunaan mesin telah memperluas dan mempercepat pelbagai aktiviti manusia dalam bidang pengangkutan, kesihatan, komunikasi, pekerjaan, penyelidikan, dan penerokaan angkasa. Walau bagaimanapun, teknologi juga menghasilkan kesan sampingan seperti pencemaran, pengangguran, dan masalah sosial.
Karangan ini membahas tentang penggunaan komputer dalam berbagai aspek kehidupan seperti pejabat, pusat perubatan, dan pendidikan untuk menyimpan data, menjalankan tugas dengan cepat, mengesan penyakit, mengajar pelajaran, serta menghemat waktu dan biaya.
Cabaran cabaran dalam mengeratkan hubungan etnikCik BaCo
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar hubungan etnik di Malaysia dan cabaran-cabaran dalam memperkukuhkannya. Terdapat tiga konsep utama yaitu masyarakat, budaya, dan perpaduan. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa cabaran seperti persepsi bahwa politik telah merusak hubungan etnik dan adanya kelompok yang tidak melihat pentingnya hubungan antaretnik.
Dokumen tersebut membahas identitas orang Melayu yang terkait dengan adat istiadat, bahasa, dan agama Islam. Dokumen selanjutnya menjelaskan asal usul suku Melayu Riau dan pengaruh budaya setempat terhadap kebudayaan Melayu. Berbagai aspek budaya Melayu diuraikan seperti upacara adat, pakaian tradisional, rumah adat, instrumen musik tradisional, dan beberapa ritual pernikahan adat.
Dokumen tersebut membahas tentang isu pertembungan budaya antara generasi di industri seni dan kebudayaan Malaysia. Ia menyentuh cabaran seperti kelestarian budaya tradisional, pengaruh budaya asing, dan perlunya dasar kebudayaan kebangsaan untuk menyatukan keragaman budaya di Malaysia. Dokumen ini menyimpulkan bahwa dasar kebudayaan kebangsaan mampu menyatukan rakyat Malaysia dari segi kebudayaan meskipun beragam,
Kebudayaan tak bisa dipisahkan dari manusia, karena manusia yang menciptakannya dengan kekuatan akal pikiran yang dimilikinya. Itulah sebabnya kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal.
Kajian-kajian tentang kebudayaan Melayu yang ditemukan dalam sejumlah literatur cenderung membahas aspek-aspek tertentu saja dari kebudayaan Melayu. Kenyataan ini membuat banyak orang mengalami sedikit kesulitan untuk mengetahui gambaran kebudayaan Melayu secara utuh dan menyeluruh.
Buku ini membahas mengenai khazanah kebudayaan yang terbentang dalam
rentang kehidupan orang-orang Melayu, baik berkaitan dengan: nilai, aktifitas
(prilaku), dan benda-benda warisan. Kemudian dibahas juga secara lengkap tentang
periodesasi budaya Melayu, faham yang melekat pada budaya Melayu, sistem nilai
dan norma serta pandangan hidup dan jati diri masyarakat Melayu, dan pembahasan
lainnya tentang adat istiadat beserta seluruh tatanan sistem dari mulai sistem kekerabatan, hukum yang ada pada masyarakat Melayu sampai dengan sistem perekonomian dan sistem pendidikannya.
Buku ini sangat cocok bagi Anda untuk menambah wawasan dan pengetahuan
yang lebih luas tentang gambaran yang ada pada budaya masyarakat Melayu secara
lebih lengkap dan mudah dipahami. Buku ini juga bisa dijadikan rujukan bagi
pembaca untuk bisa mengenal kebudayaan Melayu. Semua pembahasannya bisa
Anda dapatkan di buku ini dengan pembahasan yang relevan.
Buku ini bisa Anda dapatkan di MANGGUSTORE.COM
https://manggustore.com/budaya-melayu-amrizal-sri-kamaliasari/
TAMADUN MELAYU : mampukah berdiri tanpa islam.cekelat DAIM
Tamadun Melayu tidak mampu berdiri sendiri tanpa pengaruh tamadun Islam karena Islam memainkan peranan penting dalam membentuk dan mengembangkan tamadun Melayu sejak abad ke-12 M. Islam mempengaruhi sistem sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Melayu serta mengubah pandangan dunia dan budaya mereka.
Dokumen tersebut membahas tentang pagelaran seni budaya Islam yang diselenggarakan oleh Sanggar Sari el-Muluk di Provinsi Maluku. Acara tersebut melibatkan 350 pendukung dan mementaskan tarian kolosal dengan tema perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pagelaran ini bertujuan untuk melestarikan dan membangkitkan seni budaya di Maluku serta menanamkan nilai-nilai keagamaan.
2,3 kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Warisan negara terdiri dari warisan sejarah, budaya, makanan, dan kesenian yang diwariskan secara turun temurun untuk mempertahankan identiti negara dari pengaruh globalisasi.
Makalah ini membahas pentingnya melestarikan kebudayaan Indonesia di tengah arus globalisasi. Kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa yang perlu dilestarikan. Meskipun terjadi pertukaran budaya, tidak mungkin semua budaya digabung menjadi satu, melainkan setiap bangsa akan tetap mempertahankan ciri khas budayanya masing-masing. Masyarakat perlu sadar akan kekayaan budaya Indonesia dan turut melestarikannya
Makalah ini membahas kosmetika tradisional dari Yogyakarta seperti lulur, obat keputihan dari daun sirih, cem-ceman rambut, dan ratus rambut. Lulur dibuat dari tepung beras, kunyit, kencur, dan temulawak untuk membersihkan kulit dan menghilangkan sel kulit mati. Daun sirih merah memiliki khasiat untuk mengobati keputihan.
Teks tersebut menjelaskan berbagai peradaban Islam di Maluku seperti tradisi tiang Alif dalam masjid, Masjid Tua Wapauwe, ritual Abda'u di Tulehu, dan pukul sapu di Morella dan Mamala. Peradaban-peradaban tersebut mencerminkan akulturasi antara Islam dengan budaya lokal Maluku yang membentuk corak Islam khas di wilayah tersebut.
1. Dokumen tersebut membahas sejarah peradaban manusia purba di Indonesia mulai dari Zaman Batu Tua, Zaman Batu Muda, Zaman Batu Madya, hingga Zaman Batu Besar. Pada setiap zaman ditemukan alat-alat batu dan tulang serta budaya yang berkembang.
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN.docx.pptxAvinaashChandran
BAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIANBAB 3 ETIKA DAN PERADABAN DALAM MASYARAKAT KEPELBAGAIAN
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan seni kraf di Malaysia, mulai dari zaman prasejarah hingga zaman kesultanan Melayu.
2. Pengaruh agama Hindu telah mempengaruhi perkembangan seni kraf dengan meresap ke dalam budaya masyarakat Melayu.
3. Pada zaman kesultanan, seni kraf menjadi simbol status sultan dan mengalami kegemilangan setelah
Similar to Rencana Memartabatkan warisan Melayu (20)
Pantun dua kerat ini memberikan nasihat kepada pembaca untuk selalu berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak atau bersuara, menjaga kesihatan diri, serta memiliki pendirian yang teguh. Pantun ini juga menekankan pentingnya memahami diri sendiri dan mempertimbangkan perasaan orang lain.
Multimedia merupakan penggabungan pelbagai media seperti teks, grafik, audio, animasi dan video untuk menyampaikan maklumat secara interaktif dan dinamik kepada pengguna melalui komputer. Unsur-unsur multimedia seperti teks, grafik, audio dan video mampu mempengaruhi motivasi pengguna dan meningkatkan proses penerimaan maklumat secara visual dan realistik.
1. USAHA MEMARTABAT WARISAN BUDAYA MELAYU KE PERSADA PERADABAN
DUNIA MENDAPAT PERHATIAN
Oleh: Puteri Norakmal Farahin binti Megat Pauzi
Pergerakan arus permodenan pada masa kini seakan-akan telah menenggelamkan satu bangsa
yang pernah menempa nama di mata dunia, bangsa yang pernah disanjung tinggi oleh segenap
cakerawala serta bangsa yang pernah dipandang mulia pada satu ketika dahulu, dan bangsa
tersebut diberi nama Melayu. Ya! Bangsa yang bernama Melayu. Melayu yang dahulunya ‘gah’
dipandang dari segenap aspek jiwa, sering dikecam dek semangat kepahlawanannya yang kental
serta dipandang tinggi oleh kehalusan seni budayanya, kini seakan tidak lagi mampu berdiri
‘gah’ seperti yang digambarkan. Dekad demi dekad silih berganti, namun nama Melayu seakan
mati ditelan bumi. Di manakah perginya semangat bangsa Melayu? Di manakah hilangnya
warisan-warisan budaya Melayu yang pernah berdiri megah membentuk sebuah ketamadunan
yang unggul? Ya! Tepuk dada tanya selera. Warisan budaya Melayu yang seharusnya dipelihara
dan dipulihara kini semakin tenat ditelan zaman. Ciri dan ikon budaya Melayu yang dahulunya
sering dilabel sebagai bangsa yang gagah dek keperwiraan Hang Tuah, padat dengan kesaktian
serta kedaulatan sultan dan raja Melayu, bahkan pernah memiliki ketertinggian nilai seni
persilatan yang menjadi mercu tanda bangsa Melayu, kini semakin hilang sedikit demi sedikit.
Atas aspek kesedaran, masalah ini mendapat perhatian ramai apabila tampilnya
golongan-gologan berwibawa dengan usaha murninya untuk memertabatkan warisan budaya
Melayu agar tidak mati ditelan zaman. Bahkan, mereka menggenggam harapan yang lebih tinggi
iaitu untuk mengangkat budaya Melayu ke persada peradaban dunia. Dek kesedaran inilah,
dilancarkan satu program Seminar Jati Diri Melalui Persilatan Melayu dan Hang Tuah di
Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Tanjong Malim yang dirasmi oleh YAB Datuk Seri
Haji Mohd Ali bin Mohd Rustam, Ketua menteri Melaka. Program ini merupakan usaha murni
salah seorang pejuang budaya Melayu iaitu Profesor Datuk Wira Dr. Abdul Latiff bin Abu Bakar
iaitu Pengarah Institut Peradaban Melayu, UPSI. Apa yang menarik dan mencuri perhatian ramai
pada seminar ini adalah tentang usaha berterusan pejuang budaya Melayu dan YAB Datuk Seri
Haji Mohd Ali bin Mohd Rustam, Ketua menteri Melaka dalam memartabatkan dan mengangkat
warisan budaya Melayu di persada dunia. Dalam ucapannya, beliau telah mendedahkan beberapa
usaha yang kini menjadi satu proses berterusan bagi memelihara dan memulihara warisan
2. peninggalan budaya Melayu yang dahulunya menjadi lambang ketamadunan masyarakat
Melayu.
Salah satu usaha yang menjadi kelangsungan proses memartabatkan budaya warisan
Melayu ke persada peradaban dunia ini adalah dengan penganjuran Seminar Jati Diri Melalui
Persilatan Melayu dan Hang Tuah yang dianjurkan oleh Institut Peradaban Melayu UPSI. Usaha
murni ini sebenarnya telah memberi pendedahan dan membuka mata masyarakat luar serta
genearasi baharu tentang kewujudan Persilatan Hang Tuah yang semakin dipinggirkan. Dua
agenda utama yang menjadi perhatian di sini adalah tentang jati diri Melayu dan persilatan Hang
Tuah. Rata-rata peserta seminar yang hadir sebenarnya terkejut dengan pendedahan dan
maklumat-maklumat yang mereka perolehi sepanjang mengikuti seminar ini. Hal ini demikian
kerana, persilatan Hang Tuah sebelum ini tidak pernah dibentangkan atau didedahkan di
sebarang majlis atau seminar. Ramai dalam kalangan perserta yang juga merupakan pesilat juga,
baru pertama kali mendengar seni silat Hang Tuah. Selain itu, melalui seminar ini juga, pelbagai
pendedahan tentang warisan budaya Melayu diketengahkan serta mendapat perhatian ramai dan
pelbagai usaha telah dilancarkan untuk memartabatkan warisan ini.
Sebagai salah satu usaha untuk memartabatkan warisan Melayu, seni persilatan Melayu
menjadi tumpuan utama. Penganjuran seminar ini memberi pendedahan kepada masyarakat
tentang jati diri orang Melayu serta persilatan wira Melayu iaitu Hang Tuah. Perhatian tertumpu
pada seminar ini apabila salah satu usaha untuk membuka mata masyarakat tentang budaya
Melayu didedahkan melalui persilatan Melayu yang disignifikan dengan Hang Tuah, yang telah
diperkenalkan oleh Tuan Haji Mokhtar Yahya, seorang tokoh silat Malaysia. Hakikatnya,
laksamana Hang Tuah menjadi tokoh lagenda kepada dunia persilatan Melayu. Persilatan
Melayu merupakan salah satu seni mempertahankan diri yang padat dan sarat dengan nilai-nilai
seni serta estetikanya. Nilai kesenian dan estetika silat Melayu ini menjadi salah satu warisan
peninggalan nenek moyang yang telah wujud beribu tahun dahulu dan sememangnya nilai
persilatan ini perlu dipelihara. Melalui pemeliharaan seni persilatan Melayu yang agung ini,
secara tidak langsungnya kita dapat mempamerkan kesesnianya dan kehalusan seni persilatan
Melayu di mata dunia. Selain itu, pemeliharaan budaya warisan Melayu sebegini akan menjadi
lambang kewujudan masyarakat Melayu yang terdahulu lebih agung berbanding masyarakat lain.
Maka, secara tidak langsung kita telah mengangkat kekuatan jati diri Melayu ke satu tahap yang
3. lebih tinggi yang akhirnya akan menjadi warisan peradaban Melayu yang paling istimewa.
Langkah sebeginilah yang akan memartabatkan lagi warisan budaya kita di mata dunia.
Seni persilatan Melayu yang dulunya dilambangi dengan seni mempertahankan diri yang
halus dan estetika haruslah dipelihara dan diamalkan hingga hari ini. Namun, segala teknik dan
kesenian silat Hang Tuah semakin hilang ditelan zaman. Maka, salah satu usaha untuk
memelihara warisan Melayu ini adalah dengan penerbitan buku yang berkaitan dengan warisan
dan jati diri orang Melayu. Menurut YAB Datuk Seri Haji Mohd Ali bin Mohd Rustam, usaha
untuk memartabatkan warisan Melayu juga mendapat perhatian Sekretariat Dunia Melayu Dunia
Islam (DMDI) yang juga merupakan persatuan di bawah pimpinannya. Persatuan ini akan
membantu masyarakat Melayu khususnya Institut Peradaban Melayu dengan menerbitkan buku
berkaitan jati diri Melayu melalui persilatan Hang Tuah serta buku-buku yang berkaitan dengan
warisan seni budaya Melayu. Melalui usaha sebegini, secara tidak langsung kita dapat
memeliharan warisan peninggalan nenek moyang kita. Selain itu, YAB Datuk Seri Haji Mohd
Ali bin Mohd Rustam turut mencadangkan agar ilmu persilatan Hang Tuah yang direka serta
diperkenal oleh Tuan Haji Mokhtar Yahya, mahaguru dan tokoh silat Malaysia akan dapat
diterbitkan dalam bentuk buku. Begitu juga dengan seminar yang telah dijalankan akan dibuku
dan divideokan sebagai panduan kepada masyarakat.
Selain itu, usaha besar ini sebenarnya mencakupi bidang penyelidikan tentang
peninggalan masyarakat Melayu terdahulu. Segala penyelidikan yang direkod sudah tentu dapat
dijadikan panduan bukan sahaja di Malaysia bahkan di negara-negara rumpun Melayu seperti
Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Brunei, Kemboja, Vietnam serta bangsa Melayu yang
tinggal di luar rumpun Melayu. Maka, melalui pendedahan dan usaha sebegini, sebenarnya kita
telah mengambil satu anjakan paradigma dengan memberi ruang kepada kita untuk
memartabatkan warisan budaya Melayu dan mendapat tempat di persada peradaban dunia. Usaha
sebeginilah yang cuba dilakukan oleh YAB Datuk Seri Haji Mohd Ali bin Mohd Rustam dan
Profesor Datuk Wira Dr. Abdul Latiff bin Abu Bakar, Pengarah Institut Peradaban Melayu UPSI.
Perhatian juga tertumpu pada usaha jangka panjang yang dirangka oleh YAB Datuk Seri
Haji Mohd Ali bin Mohd Rustam bersama Kementerian Pelancongan iaitu untuk mewujudkan
sebuah perkampungan Hang Tuah yang terletak di Melaka. Usaha ini sebenarnya akan
4. memberikan nafas baharu kepada dunia persilatan Hang Tuah pada zaman moden ini supaya ia
dapat dihayati oleh generasi kini dan masa datang. Tujuannya, adalah untuk mempamerkan dan
memelihara sejarah dan warisan Hang Tuah, laksamana Melayu sejati supaya sentiasa diingati
dan tidak lapuk ditelan zaman. Perkampungan Hang Tuah ini akan dibina di tanah seluas 10
hektar di Kampung Duyong, Melaka dan merupakan salah satu usaha mega untuk
memartabatkan warisan budaya Melayu ke persada peradaban dunia. Hal ini demikian kerana,
melalui kewujudan perkampungan ini, dunia dan negara luar dapat mengenal budaya masyarakat
Melayu dan secara tidak langsung bangsa Melayu akan terus menjadi bualan mereka sepanjang
zaman. Selain itu, kewujudan perkampungan in juga akan menjadi tumpuan masyarakat dalam
dan luar negara kerana ia padat dan sarat dengan pelbagai warisan bangsa Melayu.
Perkampungan ini akan diisi dengan Balai Adat, gelanggang silat, laluan berkuda, dan Muzium
Hang Tuah. Tambahan lagi, masyarakat di luar dan dalam negara dapat mengenal wira-wira
Melayu dengan lebih dekat apabila lima buah rumah bersaudara iaitu Hang Tuah, Hang Jebat,
Hang Lekir, Hang Lekiu dan Hang Kasturi turut dibina di perkampungan tersebut.
Selain itu, untuk mempromosikan bangsa Melayu di persada peradaban dunia, pelbagai
warisan Melayu dipelihara seperti Perigi Hang Tuah yang memiliki seni sejarah berkurun
lamanya. Kesemua mercu tanda warisan bangsa Melayu telah disatukan di Perkampungan Hang
Tuah supaya masyarakat di luar dapat mengenal asal usul dan sejarah keunggulan bangsa
Melayu. Melalui usaha ini, tidak hairanlah jika Melaka dapat menarik pelancong dari semasa ke
semasa sedangkan ketika perkampungan ini masih dalam proses pembinaan, Melaka sudah pun
mencatat jumlah pelancong sebanyak 12 juta pada tahun 2011 menjadi 13.71 juta pada tahun
berikutnya. Maka, setelah Perkampungan Hang Tuah ini siap kelak, Melaka bakal mencatatkan
jumlah pelancong yang lebih tinggi dan secara tidak langsung Malaysia berpotensi untuk
memartabatkan warisan bangsa Melayu ke peringkat yang lebih tinggi, khususnya ke persada
peradaban dunia.
Bagi merealisasikan usaha untuk memartabatkan warisan budaya Melayu ke persada
peradaban dunia, maka kerajaan negeri Melaka mengambil inisiatif mega dengan menjalin
kerjasama bersama UPSI untuk mempertingkatkan pelbagai aktiviti yang dapat membuka mata
dunia luar terhadap Melaka, bandar pengumpulan warisan budaya Melayu. Oleh itu, satu Majlis
Menandatangani Memorandum Persefahaman (MoU) antara kejaraan negeri Melaka, UPSI dan
5. Institusi Pengajian Tinggi di Melaka telah dijalankan. Memorandum ini ditandatangani adalah
untuk mewujudkan kersama dua hala bagi merancakkan lagi hubungan akademik baik dalam
pendidikan ilmu sains sukan dan kejurulatihan, seni persembahan (teater, tari dan muzik),
program jati diri patriotisme, aspek peradaban, mahupun manuskrip Melayu atau sebagainya.
Persefahaman ini juga sebenarnya bertujuan untuk merancakkan aktiviti di Pusat Kecemerlangan
Persuratan Melayu Antarabangsa Melaka supaya dapat menaikkan warisan budaya Melayu ke
tangga yang lebih tinggi daripada yang sebelumnya. Memorandum Persefahaman ini juga
mencuri perhatian apabila sebanyak lima institusi kerajaan Melaka mengambil bahagian iaitu
Kolej Universiti Islam Melaka (KUIM), Kolej Yayasan Melaka Sdn Bhd (KYMSB), Kolej
Antarabangsa Sains dan Teknologi Melaka (MiCoST), Kolej Antarabangsa Dunia Melayu Dunia
Islam (KADMDI) dan Institut seni Malaysia Melaka (ISMMA).
Hakikatnya, penganjuran Seminar Jati Diri Melalui Persilatan Melayu dan Hang Tuah
sebenarnya meruapakan salah satu usaha awal para pejuang peradaban Melayu untuk menaikkan
martabat warisan Melayu di persada yang lebih tinggi iaitu persada peradaban dunia. Pelbagai
usaha telah diambil untuk merealisasikan impian tersebuat antaranya dengan mengadakan
seminar-seminar, memperkenalkan seni persilatan Hang Tuah oleh tokoh lagenda silat yang
berpengalaman, Tuan Haji Mokhtar Yahya, mempromosikan warisan budaya Melayu dengan
mewujudkan Perkampungan Hang Tuah di Melaka serta mengadakan Memoradum
Persefahaman untuk menaik taraf aktiviti dan imej budaya Melayu. Kesimpulannya, perkara
yang dapat disimpul di sini ialah, bangsa Melayu perlu bangkit untuk menyemarakkan lagi imej
Melayu di mata dunia supaya zaman kegemilangan Melayu dapat dikongsi bersama masyarakat
luar, khususnya negara-negara Melayu serumpun. Secara peribadinya, usaha dan program-
program sebegini akan memberi imej dan nafas baharu kepada warisan budaya Melayu kerana
sebelum ini belum pernah dianjurkan lagi seminar yang berkhusus pada budaya Melayu,
terutamanya tentang Persilatan Hang Tuah. Maka, usaha ini memberi satu persfektif berbeza
masyarakat luar kepada budaya Melayu. Usaha sebegini harus diteruskan kerana dengan usaha
berterusan, sudah pasti kita dapat memartabatkan warisan budaya Melayu ke persada peradaban
dunia. Insya-Allah.