2. Pengalaman Keagamaan
Menurut Rudolf Otto
1. Pengalaman suci yang unik dan seseorang tidak
pernah dapat mengerti dengan jelas deskripsinya
atas apa yang telah dialaminya tersebut.
2. Pengalaman kudus yang akan menimbulkan
perasaan lemah atau tidak berdaya.
3. Pengalaman suci yang akan menimbulkan
kesadaran luar biasa yang tidak terselami dan
mengatasi segala makhluk, sesuatu yang
tersembunyi, yang hanya dapat dialami dalam
perasaan.
4. Pengalaman akan yang suci itu disebut sebagai
mysterium tremendum et fascinasum (suatu
getaran misterius dan mempesona), dan menjadi
sumber dan dasar dari semua perilaku
keagamaan.
3. Manusia dan Agama
Rudolf Otto
Menyatakan bahwa agama merupakan
ungkapan dari perasaan ketuhanan.
Rudolf Otto
Menyatakan bahwa dalam diri manusia
terdapat suatu pembawaan, suatu
kecenderungan, sebuah nisus, yaitu untuk
memuja dan merespon pernyataan dari
Tuhan (JW:h.57).
4. 4 Pendapat Hakekat Pengalaman
Keagamaan
Menyangkal adanya pengalaman keagamaan dan dikatakan
hanya ilusi belaka
Mengakui eksistensi pengalaman keagamaan, namun
mengatakan bahwa pengalaman keagamaan tersebut tidak
dapat dipisahkan, karena sama dengan pengalaman yang
bercorak umum
Mempersamakan antara bentuk sejarah agama dengan
pengalaman keagamaan, dan
Mengakui adanya suatu pengalaman keagamaan murni yang
dapat diidentifikasikan dengan mempergunakan kriteria
tertentu yang dapat diterapkan terhadap ungkapan yang
mana pun.
5. Lanjutan ....
Pengalaman keagamaan adalah pertemuan individu
dengan realitas mutlak, yaitu:
a. sesuatu yang berada di luar jangkauan
pengalaman fisiknya,
b. sesuatu kekuasaan yang melindungi segala
benda dan peristiwa,
c. kekuasaan tertinggi yang dianggap sebagai
dasar eksistensi,
d. sesuatu yang sakral dan menimbulkan
kekaguman yang mendalam dan daya tarik luar
biasa.
6. Ciri-ciri Pengalaman
Keagamaan
1. Yang Kudus itu sebagai suatu kekuasaan dan
kekuatan yang luar biasa.
2. Bersifat ambiguous, dalam arti bersifat menarik dan
menyebalkan, penolong tetapi juga berbahaya.
3. Bersifat non-uilitarian, artinya tidak dapat dikendalikan
untuk kepentingan praktis.
4. Tidak empirik, tidak dapat dipelajari dengan observasi
dan eksperimen.
5. Tidak termasuk pengetahuan, di luar jangkauan
logika dan nalar.
6. Memperkuat atau mendorong para pemujanya.
7. Menimbulkan kewajiban moral bagi para pemujanya.