SlideShare a Scribd company logo
i 
LEGALISASI DAN PENEGAKAN HUKUM KEBERADAAN 
LOKALISASI DALAM PERSPEKTIF PERDA NO.7 TAHUN 2011 
TENTANG KETERTIBAN UMUM (Studi kasus lokalisasi Peleman 
Desa Sidoharjo Kabupaten Tegal) 
PROPOSAL SKRIPSI 
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata Satu (S-1) 
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum 
Oleh 
Dela Asfarina Cahyaningrum 
8111412264 
FAKULTAS HUKUM 
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 
2014
ii 
LEMBAR PENGESAHAN 
Rancangan skripsi ini telah disahkan untuk diajukan sebagai penelitian skripsi oleh 
Dosen Pembimbing pada: 
Hari : 
Tanggal : 
Semarang 
Yang Mengajukan 
Dela Asfarina Cahyaningrum 
NIM.8111412264 
Menyetujui, 
Pembimbing I 
Dr.Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si. 
NIP. 197206192000032001 
Mengetahui, 
Dekan Fakultas Hukum 
Drs. Sartono Sahlan, M.H. 
NIP. 195308251982031003
3 
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL 
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 
FAKULTAS HUKUM 
RANCANGAN SKRIPSI 
PROSAL SKRIPSI 
NAMA : DELA ASFARINA CAHYANINGRUM 
NIM : 8111412264 
JURUSAN : ILMU HUKUM 
FAKULTAS : HUKUM 
I. JUDUL SKRIPSI 
LEGALISASI DAN PENEGAKAN HUKUM KEBERADAAN LOKALISASI 
PERSPEKTIF PERDA NO.7 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM 
(Studi kasus lokalisasi Peleman Desa Sidoharjo Kabupaten Tegal). 
II. LATAR BELAKANG 
Dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia, kita harus dapat memenuhi 
kebutuhan dasar kita yaitu pangan, sandang dan papan. Dalam memenuhi kebutuhan 
dasar tersebut banyak hal yang harus dilakukan. Namun pada kenyataannya 
walaupun telah bekerja keras tak jarang kebutuhan dasar tersebut belum dapat 
terpenuhi sehingga seseorang membutuhkan cara tercepat agar kebutuhan dasar 
mereka dapat terpenuhi, yaitu dengan menjajakan dirinya di tempat prostitusi. Pada 
faktanya untuk melakukan pekerjaan semacam itu tidaklah dihalalkan baik menurut 
agama maupun menurut peraturan daerah didaerah yang ada tempat prostitusi atau 
lokalisasi itu sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan terkadang seseorang tanpa berfikir 
panjang memilih pekerjaan, kadang mereka berfikir hanya itu pekerjaan yang mereka 
mampu lakukan. Namun tanpa disadari efek dari pekerjaan yang mereka lakukan 
berbuntut panjang atau masalah besar. Sama halnya perceraian dalam rumah tangga 
terkadang penyebabnya bukan karena ketidakcocokan namun karena suami kerap
4 
kali berjajan ditempat lokalisasi yang menyebabkan jatah belanja keluarga 
berkurang, kecemburuan, kecekcokan menjadikan kehidupan rumah tangga semakin 
tidak harmonis. Selain itu juga berpeluang besar tertular penyakit virus HIV/AIDS 
karena seks bebas. 
Seperti kita ketahui, dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 Tentang 
Pemberantasan Tidak Pidana Perdagangan Orang, bahwa Human Traficking atau 
perdagangan manusia adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, 
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, 
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, 
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi 
bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang 
kendaliatas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar 
negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. 
Dalam konteks, kegiatan porstitusi di Peleman, segala aktivitas lokalisasi atau 
prostitusi berpotensi terhadap terjadinya Human Traficking melalui perekrutan dan 
mempekerjakan manusia sebagai tuna susila, dan dapat diartikan sebagai sebuah 
usaha yang memang tak lazim untuk dilakukan dalam konteks eksploitasi manusia. 
Namun, karena faktor kemiskinan dan kondisi kesejahteraan masyarakat yang 
belum mencapai tahapan sejahtera seperti yang diharapkan, maka kegaiatan 
porstitusi seperti di Peleman diperkirakan masih akan terus berjalan. Selain itu, 
keterbatasan lapangan kerja dan penurunan kualitas SDM, pendidikan yang rendah, 
skil yang terbatas, juga menjadi salah satu faktor adanya prostitusi. Sehingga 
keterbatasan tersebut membuat sejumlah kalangan masyarakat kehabisan akal dalam 
menunjang kehidupan yang normal sehingga berujung pada bisnis porstitusi. 
Mengenai legalitas lokalisasi di kabupaten Tegal dalam Perda No.7 Tahun 2011 
tentang ketertiban umum, tertulis bahwa tidak diijinkan adanya tempat yang 
dijadikan lokalisasi di wilayah kabupaten Tegal, namun kenyataan nya lokalisasi 
Peleman dsb masih berdiri di kabupaten tegal. Dan dalam de facta penegakan hukum
5 
nya hanya ada aturan ditutupnya tempat prostitusi-prostitusi di bulan ramadhan, 
tidak sesuai dengan de juris. 
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul: 
“LEGALISASI DAN PENEGAKAN HUKUM KEBERADAAN LOKALISASI 
PERSPEKTIF PERDA NO.7 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM 
(Studi kasus lokalisasi Peleman Desa Sidoharjo Kabupaten Tegal).” 
III. RUMUSAN MASALAH 
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai 
berikut: 
1. Apakah lokalisasi Peleman mendapatkan legalisasi dari masyarakat Kabupaten 
Tegal ? 
2. Bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tegal No.7 Tahun 
2011(ketertiban umum) tentang keberadaan lokalisasi peleman dan penegakan 
hukumnya ? 
IV. TUJUAN PENELITIAN 
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan penelitian 
ini adalah sebagai berikut: 
1. Mendeskripsikan faktor adanya lokalisasi dan penegakan hukum akan legalitas 
keberadaan lokalisasi. 
2. Menemukan pengaturan hukum tentang keberadaan lokalisasi Peleman mengacu 
pada Perda No 7 Tahun 2011 Kabupaten Tegal. 
V. MANFAAT PENELITIAN 
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 
1. Manfaat Teoritis 
1.1. Sebagai media pembelajaran metode penelitian hukum sehingga dapat 
menunjang kemampuan individu mahasiswa dalam kehidupan 
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 
1.2. Menambah pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan bagi peneliti 
khususnya mengenai legalitas dan penegakan hukum tentang keberadaan 
lokalisasi.
6 
1.3. Dapat dijadikan acuan atau referensi untuk penelitian berikutnya. 
2. Manfaat Praktis 
2.1. Bagi Peneliti 
Peneliti dapat menemukan berbagai persoalan , faktor yang dihadapi oleh 
para WTS pelaku prostitusi,dan kebijakan pemerintah tentang Perda No.7 
Tahun 2011 Kabupaten Tegal tentang lokalisasi (ketertiban umum) selain 
itu untuk menambah wawasan peneliti dalam bidang hukum khususnya 
hukum tata negara. 
2.2. Bagi Masyarakat 
Dapat memberikan pandangan hukum terhadap masyarakat mengenai 
bentuk legalitas dan penegakan hukum keberadaan lokalisasi di Kabupaten 
Tegal. 
2.3. Bagi Pemerintah 
Dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah Indonesia khususnya 
pemerintah daerah Kabupaten Tegal dalam bentuk legalitas dan penegakan 
hukum keberadaan lokalisasi di Kabupaten Tegal.
7 
TINJAUAN PUSTAKA 
Soedjono D mendefinisikan prostitusi dari asal kata “prostituere” (bahasa latin) 
yang berarti menonjolkan diri dalam hal yang buruk atau tercela atau menyerahkan diri 
secara terang-terangan kepada umum. Selanjutnya di Indonesia istilah ini dikenal dengan 
“pelacuran” yang pada umumnya dirumuskan demikian : “Pelacuran dapat diartikan 
sebagai penyerahan badan wanita dengan pembayaran, kepada orang laki-laki guna 
pemuasan nafsu seksuil orang-orang itu” (1973: 115). 
Prent mengartikan pelacuran sebagai perilaku yang terang-terangan menyerahkan 
diri pada perzinahan (1969: 695). Untuk melengkapi penjelasan Prent mengenai makna 
perzinahan, Soedjono mengartikan perzinahan tersebut sebagai perbuatan percintaan 
sampai bersetubuh antara seseorang yang telah berkeluarga (baik isteri maupun suami) 
dengan orang lain yang bukan isteri atau suaminya (1977: 14). 
Dalam kegiatan prostitusi, cenderung dikenal sebentuk wadah tempat 
berlangsungnya aktivitas prostitusi tersebut. Wadah tersebut berupa tempat yang khusus 
diperuntukkan sebagai tempat konsentrasi kegiatan-kegiatan prostitusi yang disebut 
dengan istilah lokalisasi. Soedjono menyinggung pengertian lokalisasi sebagai sebentuk 
usaha untuk mengumpulkan segala macam aktivitas/kegiatan pelacuran dalam satu 
wadah, selanjutnya hal ini disebutnya sebagai kebijaksanaan lokalisasi pelacuran (1973: 
122-124). Terrence H. Hull, dkk mengartikan lokalisasi sebagai suatu wilayah yang 
dibangun oleh pemerintah yang merupakan salah satu bagian dari kampanye disiplin 
sosial dan pengendalian (1997: 30). Penjelasan mengenai makna lokalisasi juga 
cenderung dibatasi dan didefinisikan oleh pemerintah, salah satunya seperti yang tertuang 
pada Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal no.07 tahun 2011 tentang ketertiban 
umum lokalisasi. 
Lokalisasi cenderung terbagi kedalam beberapa bentuk, Soedjono D membagi 
lokalisasi prostitusi kedalam tiga bentuk, yaitu (1) pelacuran dibordil-bordil, (2) 
pelacuran panggilan, (3) pelacuran jalanan. Pada bentuk pertama, Soedjono D 
menjelaskan bahwa lokalisasi pada bentuk ini telah terlegalisir dan bersifat resmi, pada 
bentuk kedua, lokalisasi lebih bersifat liar karena tidak disetujui dan dilegitimasi
8 
keberadaannya oleh Pemerintah, dan pada bentuk ketiga, ia mendeskripsikannya sebagai 
suatu kegiatan prostitusi yang bersifat terselubung (1973: 116). 
Keberadaan kegiatan prostitusi selanjutnya berkaitan dengan aspek ekonomi, 
dimana sebuah lokalisasi prostitusi memberikan dampak berupa keuntungan finansial 
bagi seluruh individu yang berdomisili diareal lokalisasi tersebut. Fakta ini identik 
dengan kasus Sarkem yang dideskripsikan oleh Mudjijono, dimana saling ketergantungan 
dan saling menguntungkan secara finansial terbentuk antara penghuni wilayah Sarkem 
yang berprofesi sebagai pelaku prostitusi dengan para warga biasa (2005: 95-108). 
Terrence H. Hull, dkk juga mengangkat mengenai keterkaitan industrialisasi dengan 
peningkatan aksi prostitusi, dimana pada akhirnya industrialisasi yang terjadi 
menghadirkan sebentuk demand terhadap keberadaan prostitusi tersebut (1997: 6-8). 
Secara sederhana, konsep keuntungan dari segi ekonomi yang ada pada sebuah lokalisasi 
dapat dianalogikan sebagai suatu objek wisata, dimana pada sebuah objek wisata, seluruh 
unsur masyarakat yang menetap disekitar areal objek wisata tersebut akan terkena imbas 
keuntungan ekonomi, baik mereka adalah pelaku langsung ataupun tidak. 
Secara sosial budaya, ketika keuntungan secara finansial telah tercipta, maka akan 
muncul sebentuk sistem mata pencaharian yang mengisi kehidupan masyarakat yang 
berada pada sebuah lokalisasi. Melalui aktivitas mata pencaharian yang dilaksanakan 
secara harian pada lokalisasi, maka interaksi antara para pelaku prostitusi dan warga 
tercipta secara intens dan aktif. Selanjutnya keseluruhan hubungan-hubungan yang 
terbentuk menciptakan adanya struktur-struktur sebagai sebuah masyarakat yang utuh. 
Strauss menyebutnya dengan teorisasi struktural fungsional, dimana struktur-struktur 
yang berupa pranata-pranata yang ada dalam suatu masyarakat tersusun, saling 
berhubungan, dan saling ketergantungan, yang didasarkan atas fungsi dari masing-masing 
struktur atau pranata tersebut (1987). 
Berdasarkan berbagai penjabaran dan deskripsi teoritik diatas maka selanjutnya 
telaah mengenai prostitusi dan lokalisasi yang dilaksanakan melalui sebentuk observasi 
komparatif pada beberapa lokalisasi yang terdapat disepanjang jalur lintas Barat 
Sumatera Utara ini akan dijabarkan. Telaah difokuskan kepada faktor-faktor yang 
menjadi penjamin keberlangsungan lokalisasi prostitusi tersebut ditengah-tengah
9 
masyarakat, yang selanjutnya akan dituangkan kedalam tiga hal, yaitu faktor 
sejarah/historis, faktor ekonomi, dan faktor sosial budaya. 
Penelitian Terdahulu 
Penelitian ini pertama dilakukan dan setau penulis belum pernah dilakukan. 
Penulisan ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari penulis sendiri dengan dimasukan 
dari berbagai pihak guna membantu penulisan ini. Judul skripsi ini belum pernah dibuat 
oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang sebelumnya, kalaupun 
ada kesamaan pasti lah dilakukan dengan tidak sengaja dan dengan pendekatan yang 
berbeda.
10 
METODE PENELITIAN 
1. Dasar Penelitian 
Penelitian adalah “Usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji 
kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode 
ilmiah”. (Soetrisno Hadi, 1993: 4). Sedangkan “methodologi” berasal dari kata metode 
yang berarti “jalan ke”. Metodologi penelitian dapat diartikan, “sebagai suatu cara atau 
jalan yang harus digunakan untuk tujuan menemukan, mengembangkan dan menguji 
kebenaran suatu pengetahuan”. (Soerjono Sukanto, 1985: 45) 
Menurut kamus Webster New International, “penelitian adalah penyelidikan yang 
hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip, suatu penyelidikan yang amat 
cerdik untuk menetapkan sesuatu” (Nazir 2002:12) 
Menurut L.J. Moleong, penelitian “merupakan suatu upaya untuk menemukan 
kebenaran atau untuk lebih memberikan kebenaran”(Moleong 2009:49). Peneliti dalam 
menemukan suatu kebenaran atau meluruskan kebenaran dilakukan oleh peneliti melalui 
model-model penelitian yang dapat mendukung tersusunnya skripsi ini. 
Menurut Afifudin dan Saebani dalam bukunya (2009:36) “penelitian merupakan 
suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh jawaban atau penjelasan mengenai suatu 
gejala yang diamati”. 
Penelitian atau research diartikan juga sebagai “suatu aktivitas ‘pencarian 
kembali’ pada kebenaran” (Fajar dan Achmad 2009:20). Pencarian kebenaran menurut 
Fajar dan Achmad merupakan upaya-upaya manusia untuk memahami dunia dengan 
segala rahasia yang terkandung di dalamnya untuk mendapatkan solusi atau jalan keluar 
dari setiap masalah yang dihadapi. 
Definisi penelitian hukum tersebut memiliki persamaan dengan apa yang 
dimaksud dengan doctrinal research sebagaimana yang dimaksud oleh Terry Hutchinson 
yang telah dibahas sebelumnya. Jika dipahami, sesungguhnya kegiatan sehari-hari 
seorang dosen pada fakultas hukum, caturwangsa peradilan (polisi, jaksa, hakim, dan 
advokat) serta profesi hukum yang bebas seperti notaris, dan kegiatan penulisan di bidang 
hukum, sesungguhnya tidak pernah lepas dari kegiatan penelitian hukum.(Sunaryati 
Hartono 1994:131)
11 
Pada hakekatnya, metodologi sebagai cara yang lazim dipakai dalam penelitian 
memberikan pedoman tentang cara-cara mempelajari, menganalisa, dan memahami 
permasalahan-permasalahan yang ada. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu 
metodologi merupakan unsur mutlak yang harus ada di dalam penelitian dan 
pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa diperlukan 
usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran dari 
pengetahuan melalui suatu metode ilmiah. (Soetrisno Hadi, 1993: 4) Maka dalam 
penyusunan skripsi ini diperlukan metode penelitian yang disusun sebagai berikut: 
Metodologi penelitian merupakan panduan peneliti mengenai urut-urutan 
bagaimana penelitian dilakukan. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam 
penulisan skripsi inii adalah metode penelitian kualitatif. 
Metodologi kualitatif adalah “penelitian yang menghasilkan prosedur analisis 
yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya” 
(Moleong 2009:6). Sedangkan menurut Afifudin dan Saebani (2009:57) metode 
penelitian kualitatif diartikan sebagai “metode penelitian yang digunakan untuk meneliti 
kondisi objek yang alamiaah, (lawannya eksperimen) dimana peneliti merupakan 
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), 
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna 
daripada generalisasi”. 
2. Pendekatan Penelitian 
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah 
penelitian hukum normatif atau normatif yuridis atau penelitian hukum kepustakaan 
(library research), yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan 
pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum 
sekunder, dan bahan hukum tersier. 
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif mencakup lima macam 
penelitian, yaitu penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sisitematika 
hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian perbandingan hukum dan 
penelitian sejarah hukum. (Soerjono Sukanto, 1985: 11)
12 
Dalam penelitian ini langkah-langkah teknis menggunakan pola penelitian hukum 
normatif, dimana penelitian ini meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem 
norma. Sistem norma yang dimaksud adalah “mengenai asas-asas, norma, kaidah dari 
peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, serta doktrin”. (Fajar dan 
Achmad 2009:34) 
Aspek yuridis dalam penelitian ini adalah Perda No.7 Tahun 2011 Kabupaten Tegal 
(Ketertiban Umum) tentang lokalisasi. Aspek normatif dalam penelitian ini adalah 
bagaimanakah fungsi pemerintah daerah dalam penegakan hukum tentang keberadaan 
lokalisasi Peleman di Kabupaten Tegal dan bagaimana legalitasnya. 
3. Fokus Penelitian 
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis artinya hasil penelitian ini berusaha 
memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang suatu keadaan atau gejala 
yang diteliti. (Soerjono Sukanto, 1985: 10) Sehingga penelitian ini diharapkan mampu 
memberi gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala hal yang 
berkaitan dengan penegakan hukum tentang keberadaan lokalisasi Peleman di Kabupaten 
Tegal dan bagaimana legalitasnya. 
Fokus penelitian merupakan tahapan yang sangat menentukan dalam penelitian 
kualitatif walaupun sifatnya masih tentatif (dapat diubah sesuai dengan latar penelitian). 
Fokus penelitian pada dasarnya adalah “masalah pokok yang bersumber dari pengalaman 
peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun 
kepustakaan lainnya” (Moleong 2009:97). 
Penentuan fokus penelitian kualitatif diarahkan pada tiga pendekatan yaitu 
Informatical approach, pendekatan partisipatif murni, pendekatan literatur atau 
dokumentatif. Informatical approach merupakan penentuan fokus penelitian dari hasil 
informasi yang dikemukakan secara langsung oleh key informant (instrumen kunci) yang 
ada di lokasi penelitian. Pendekatan partisipatif murni merupakan hasil penjelajahan 
secara langsung dengan situasi sosial yang ada di lapangan, dan fokus ditetapkan setelah 
diperoleh secara apa adanya di lapangan. Sedangkan pendekatan literatur atau 
dokumentatif diartikan sebagai bagian dari penentuan fokus penelitian dengan
13 
mempertimbangkan penelitian-penelitian yang telah ada atau melalui pemenungan 
teoritis yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. 
Penulis mengemukakan fokus dari penelitian ini adalah membahas mengenai 
alasan adanya lokalisasi di Kabupaten Tegal namun tentang legalisasi masih 
dipertanyakan dan bagaimana pengaturan hukum / penegakan hukum yang terkait dengan 
persoalan ini. 
4. Sumber Data 
Sumber data menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah 
“kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain” 
(Moleong 2009:157). Menurut Arikunto (2002:107) sumber data penelitian adalah 
subyek dimana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan 
menjadi: 
a. Data Primer 
Data primer adalah “kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau 
diwawancarai” (Moleong 2009:157). Data primer dalam penelitian hukum dapat dilihat 
sebagai data yang merupakan perilaku hukum dari warga masyarakat. Bahan hukum 
primer dalam penelitian hukum terdiri “peraturan perundang-undangan, yurisprudensi 
atau keputusan pengadilan, dan perjanjian internasional” (Fajar dan Achmad 2010:157). 
Data primer dalam penelitian ini berasal dari dokumen. Dokumen merupakan “catatan 
peristiwa yang sudah berlalu yang dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya 
monumental dari seseorang” (Affifudin dan Saebani 2009:117). 
Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa segala peraturan 
perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap debitur yang 
benda jaminannya disalahgunakan oleh kreditur yang tidak bertanggungjawab dalam 
menjaga benda yang dijaminkan. 
b. Data Sekunder 
Data sekunder dalam penelitian hukum adalah data yang diperoleh dari hasil 
penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka
14 
yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yang sering disebut sebagai bahan 
hukum. 
Studi kepustakaan/literatur dalam penelitian ini adalah buku-buku, majalah 
ilmiah, arsip, desertasi, tesis, internet, dan karya ilmiah lainnya yang terkait dengan 
penelitian ini. Menurut Fajar dan Achmad dalam bukunya (2010:156) “bahan hukum 
sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum 
primer”. 
c. Data Tersier 
Data tersier juga merupakan bahan hukum yang dapat menjelaskan baik bahan 
hukum primer maupun sekunder, yang berupa kamus, ensiklopedia, dan lain-lain. 
5. Teknik Pengumpulan Data 
Dalam penelitian hukum normatif atau kepustakaan, teknik pengumpulan data 
dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum, baik dahan hukum primer, 
sekunder, maupun tersier, dan atau bahan hukum non-hukum. 
Menurut Afifuddin dan Saebani (2009:131) “teknik pengumpulan data dalam 
penelitian kualitatif lebih banyak dilakukan menggunakan teknik wawancara, observasi, 
dan metode library research (studi kepustakaan)”. 
Menurut Fajar dan Achmad (2010:160) ”penelusuran bahan-bahan hukum 
tersebut dapat dilakukan dengan membaca, mendengarkan, maupun sekarang banyak 
dilakukan dengan media internet”. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan 
teknik pengumpulan data sebagai berikut: 
a. Library Research (Studi Kepustakaan) 
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi 
kepustakaan, yaitu cara pengumpulan data dengan bersumber pada bahan-bahan pustaka. 
Studi ini akan menganalisis obyek penelitian dengan menggunakan data sekunder, yaitu 
data yang diperoleh dari hasil penelitian dan kajian bahan-bahan pustaka. Bahan-bahan 
pustaka yang dimaksud adalah sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka yang berada 
di bagian akhir proposal ini. Sebagai suatu penelitian hukum, data sekunder yang 
dipergunakan terdiri dari:
15 
1) Bahan hukum primer, yang berupa data hasil wawancara dari pakar hukum yang 
berkaitan dengan penegakan hukum tentang keberadaan lokalisasi Peleman di 
Kabupaten Tegal dan bagaimana legalitasnya dan UU di luar itu yang saling 
berkaitan. 
2) Bahan hukum sekunder, yang berupa literatur-literatur tertulis yang berkaitan dengan 
pokok masalah dalam studi ini, baik berbentuk buku-buku, makalah-makalah, 
laporan penelitian, artikel surat kabar, dan lain sebagainya; dan 
3) Bahan hukum tersier, yang merupakan bahan penjelasan mengenai bahan hukum 
primer maupun sekunder, berupa kamus, ensiklopedia, dan sebagainya. 
b. Grounded Theory (Teori Dasar) 
Teori dasar adalah “teknik induktif yang dikembangkan untuk penelitian kualitatif 
dan dimanfaatkan juga untuk topik-topik yang berkaitan dengan hukum, sosial, 
pendidikan, kesehatan, dan sebagainya” (Moleong 2009:233). Istilah Grounded berarti 
bahwa teori dikembangkan dari penelitian yang berasal dari bawah dasar data. 
Menurut Nazir (2003:74) Grounded Research adalah metode penelitian yang 
mendasarkan kepada fakta dan menggunakan analisis perbandingan bertujuan untuk 
mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan 
mengembangkan teori dimana pengumpulan data dan analisis data berjalan pada waktu 
yang bersamaan. Langkah-langkah dari teori-dari-dasar terjadi secara simultan. Peneliti 
akan melaksanakan pengamatan, pengumpulan data, dan membangun teori pada waktu 
yang bersamaan. Dalam penelitian ini teori yang akan menjadi “grounded theory” adalah 
teori dari Aristoteles (Marbun, dkk 2004:5) yang memerintahkan dalam negara bukanlah 
manusia, melainkan pikiran yang adil, dan kesusilaan lah yang menentukan baik 
buruknya suatu hukum. Teori tersebut akan peneliti kembangkan menjadi suatu jawaban 
dari penelitian ini. 
c. Interview (Wawancara) 
Menurut Moleong (2009:186) “wawancara adalah percakapan dengan maksud 
tertentu. Wawancara/percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara 
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang 
memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.
16 
Menurut Afifuddin dan Saebani (2010:131) “wawancara adalah metode pengambilan 
data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau 
responden”. 
Menurut Nadzir (2003:193) wawancara adalah “proses memperoleh keterangan 
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara 
pewawancara dan terwawancara dengan menggunakan panduan wawancara”. 
6. Obyektifitas dan Keabsahan Data 
Pemeriksaan keabsahan data ini diterapkan dalam rangka membuktikan kebenaran 
temuan hasil penelitian dengan kenyataan dilapangan. Menurut Lincoln dan Guba 
(Moleong, Lexy , 1988: 75), untuk memeriksa keabsahan data pada penelitian kualitatif 
antara lain digunakan taraf kepercayaan data (credibility). Teknik yang digunakan untuk 
melacak credibility dalam penelitian ini adalah teknik tringulasi (triangulation). 
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar 
data ini.(Moleong, Lexy , 1988: 178) Proses pemeriksaan data dalam penelitian ini 
dilakukan dengan mengecek dan membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil 
observasi dan data pelengkap lainnya. Triangulasi yang digunakan antara lain sebagai 
berikut : 
a. Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek baik kepercayaan 
suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode 
kualitatif. 
b. Memanfaatkan pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat 
kepercayaan data dari pemanfaatan pengamat akan membantu mengurangi bias 
dalam pengumpulan data. 
Menurut Patton dalam bukunya Moleong. Triangulasi dengan sumber dapat 
ditempuh dengan jalan sebagai berikut: 
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 
b. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa 
yang dikatakan secara pribadi. 
c. Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang sewaktu diteliti dengan 
sepanjang waktu.
17 
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan 
pandangan orang, seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan, orang berada, 
pejabat pemerintah. 
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber, diantaranya: 
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. 
b. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa 
yang dikatakan secara pribadi. 
c. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan 
pandangan orang, seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan, orang berada, 
pejabat pemerintah. 
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 
Bagan triangulasi pada pengujian validitas data dapat digambarkan 
sebagai berikut: 
Sumber yang berbeda 
Data Sama Teknik yang berbeda 
Data valid 
Waktu yang berbeda 
Bagan II. Triangulasi (Sumber: Moleong, 2000:178) 
Berdasarkan pendapat Moleong diatas, maka penulis melakukan perbandingan 
data yang telah diperoleh. Yaitu data-data sekunder hasil kajian pustaka akan 
dibandingkan dengan data-data primer yang diperoleh di fakta-fakta yang ditemui 
lapangan. Sehingga kebenaran dari data yang diperoleh dapat dipercaya dan meyakinkan. 
Penelitian ini membutuhkan suatu validasi, yang dimaksud dengan validasi adalah 
suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil 
yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi
18 
dengan baik. Maka peneliti melakukan validasi terhadap penelitiannya dengan 
memperhatikan hal-hal, diantaranya: 
a. Protokol validasi harus sudah tersedia dan telah disetujui; 
b. Data validasi dari hasil penelitian harus dikumpulkan, dicatat dan disimpulkan; 
c. Laporan validasi harus direview oleh tiap departemen terkait dan disetujuinya; 
d. Data validasi harus terdokumentasi dengan baik; 
e. Jika terdapat perubahan pada proses yang divalidasi harus dilaporkan; 
f. Kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian secara akademik maupun 
logistik. 
7. Teknik Analisis Data 
Setelah data dapat dikumpulkan kemudian diolah secara kualitatif yaitu data yang 
diperoleh melalui penelitian dilapangan maupun penelitian kepustakaan disusun secara 
sistematis dan selanjutnya dianalisa secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah 
yang akan dibahas. Data tersebut kemudian dianalisa secara interprestatif menggunakan 
teori maupun hukum positif yang telah dituangkan kemudian secara induktif ditarik 
kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. 
Pengumpulan 
Data 
Penyajian Data 
Reduksi Data 
Penarikan 
kesimpulan/ 
verifikasi 
Bagan III Analisis Data Kualitatif (Sumber: Milles dan Huberman dalam 
Rachman (1999:120)) 
Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi dan terkait. Pertama-tama 
peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan menggunakan wawancara atau
19 
observasi yang disebut tahap pengumpulan data. Karena data yang di kumpulkan banyak 
maka di adakan reduksi data, setelah direduksi kemudian diadakan sajian data, selain itu 
pengumpulan data juga di gunakan untuk penyajian data, selain itu pengumpulan data 
juga di gunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut selesai di lakukan, 
maka diambil kesimpulan.
20 
DAFTAR PUSTAKA 
A. Literatur/Buku-Buku 
Afifudin, dan B.A. Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. 
Pustaka Setia. 
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. 
Renika Cipta. 
Fakultas Hukum UNNES. 2013. Kaidah Selingkung, Pedoman Penulisan Skripsi 
Fakultas Hukum. Semarang: Fakutas Hukum. 
Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 
Soekanto, Soerjono. 1981. Pengantar Penulisan Hukum. Jakarta: UI Press. 
Ida Nurdaeni, SH, 2006, Tesis, Perlindungan Nasabah Terhadap Pembuatan syarat-syarat 
Baku Dalam Perjanjian Gadai Pada Perum Pegadaian Cabang 
Mrican Kota Semarang, Program Studi Magister Kenotariatan, 
Universitas Diponegoro, Semarang. 
Nazariah, 2008, Skripsi, Penyalahgunaan Hak Atas Benda Jaminan Yang di Kaitkan 
Dengan Gadai. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara. 
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: 
PT. Rhineka Cipta 
Hull, Terrence H, dkk. 1997. Pelacuran di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya. 
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 
Koentjaraningrat. 1981. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia 
_____________ . 1997. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: PT. Rhineka Cipta 
Mudjijono. 2005. SARKEM: Reproduksi Sosial Pelacuran. Cetakan pertama. 
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
21 
Moeloeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja 
Rosdakarya 
Purwoko, Herudjati. 2003. Tiga Wajah Budaya: Artefak, Perilaku, dan Rekayasa. 
Semarang: Masscom Media 
Soedjono D. 1973. Patologi Sosial: Gelandangan, Penyalahgunaan Narkoba. Cetakan 
kedua. Bandung: 
Soedjono. 1977. Pelacuran, ditinjau dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam 
Masyarakat. Bandung: PT Karya Nusantara 
Strauss, Anselm L. 1987. Qualitative Analysis For Social Scientists. Cambridge: 
Cambridge University Press 
B. Peraturan Perundang-Undangan 
 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dalam satu naskah. 
 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 
 PP No. 10 Tahun 1990 tentang Aturan Dasar Pegadaian 
C. Sumber Non Buku 
 http://agusrahady.blogspot.com/ diakses pada 20 Oktober 2014, pukul 08.43 
wib 
 http://yukalaw.blogspot.com/2012/02/hak-gadai.html diakses pada 20 
Oktober 2014, pukul 23.12 wib 
 http://hasyimsoska.blogspot.com/2011/02/hukum-jaminan-resume.html 
diakses pada 20 Oktober 2014, pukul 08.23 wib 
 http://www.jurnalhukum.com/macam-macam-hak-kebendaan/ diakses pada 
20 Oktober 2014, pukul 23.32 wib 
 http://ikhwanm.blogspot.com/2007/07/prostitusi-dan-lokalisasi-faktor-faktor. 
html diakses pada 20 Oktober 2014, pukul 23.32 wib

More Related Content

What's hot

Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Vallen Hoven
 
Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)
Teuku Alaidinsyah
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
Makalah tugas sosiologi hukum
Makalah tugas sosiologi hukumMakalah tugas sosiologi hukum
Makalah tugas sosiologi hukum
Septian Muna Barakati
 
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Hansel Kalama
 
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
rupaka
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
Nakano
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
Dian Oktavia
 
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Arman Solit
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
nurul khaiva
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatNuelimmanuel22
 
SANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HANSANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HAN
Vallen Hoven
 
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi ManusiaTeori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
dichasenja
 
Materi kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi HukumMateri kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi Hukum
Nur Fitrianna Damayanti
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
yudikrismen1
 
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
Bab 6   pertanggungjawaban pidanaBab 6   pertanggungjawaban pidana
Bab 6 pertanggungjawaban pidanaNuelimmanuel22
 
Makalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negaraMakalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negara
Nina Ruspina
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
villa kuta indah
 
Presentasi Fakultas Hukum (FH)
Presentasi Fakultas Hukum (FH)Presentasi Fakultas Hukum (FH)
Presentasi Fakultas Hukum (FH)
Buka Mata 2017
 

What's hot (20)

Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
Makalah tugas sosiologi hukum
Makalah tugas sosiologi hukumMakalah tugas sosiologi hukum
Makalah tugas sosiologi hukum
 
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
Paper Hukum Pembuktian (Hansel)
 
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
Soal dan Jawaban Hukum lingkungan
 
Perbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum PidanaPerbandingan Hukum Pidana
Perbandingan Hukum Pidana
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
Contoh Legal Opinion (Pendapat Hukum)
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
Ciri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adatCiri dan sifat hukum adat
Ciri dan sifat hukum adat
 
SANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HANSANKSI dalam HAN
SANKSI dalam HAN
 
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi ManusiaTeori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
Teori dan Prinsip Hak Asasi Manusia
 
Materi kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi HukumMateri kuliah Antropologi Hukum
Materi kuliah Antropologi Hukum
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
Bab 6   pertanggungjawaban pidanaBab 6   pertanggungjawaban pidana
Bab 6 pertanggungjawaban pidana
 
Makalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negaraMakalah hukum administrasi negara
Makalah hukum administrasi negara
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
Presentasi Fakultas Hukum (FH)
Presentasi Fakultas Hukum (FH)Presentasi Fakultas Hukum (FH)
Presentasi Fakultas Hukum (FH)
 

Similar to PROPOSAL SKRIPSI

RESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docxRESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docx
ratihmila211
 
PENANGGULANGAN PELACURAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDER
PENANGGULANGAN PELACURAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDERPENANGGULANGAN PELACURAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDER
PENANGGULANGAN PELACURAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDERiiyuss88
 
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus NarkotikaDokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
LBH Masyarakat
 
Rekomendasi pertanyaan dpr ri
Rekomendasi pertanyaan dpr riRekomendasi pertanyaan dpr ri
Rekomendasi pertanyaan dpr rippibelanda
 
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannyaPPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
RidwanRafif1
 
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptxXIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
donihasmanto
 
Kewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsiKewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsistevenson2708
 
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan Pencegahannya
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan PencegahannyaTugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan Pencegahannya
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan PencegahannyaSiti Nurjannah
 
Penegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesiaPenegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesia
Liling InkInk
 
Sistem hukum dan peradilan nasional
Sistem hukum dan peradilan nasionalSistem hukum dan peradilan nasional
Sistem hukum dan peradilan nasional
Ahmad Faathin
 
remisi bagi koruptor
remisi bagi koruptorremisi bagi koruptor
remisi bagi koruptor
Ir. Soekarno
 
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptxMaria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
MariaDwinoverin
 
Hukum Perorangan.pptx
Hukum Perorangan.pptxHukum Perorangan.pptx
Hukum Perorangan.pptx
angelpaulinasiahaann
 
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdfpenegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
RendySahputra1
 
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosProposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosAndy Susanto
 
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota BengkuluPerkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
Fitriani Az-zahra
 
Uas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perekUas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perek
Brigita Manohara
 
Uas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perekUas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perek
Brigita Manohara
 
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
SMPScienceMutiaraIns
 

Similar to PROPOSAL SKRIPSI (20)

RESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docxRESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docx
 
PENANGGULANGAN PELACURAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDER
PENANGGULANGAN PELACURAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDERPENANGGULANGAN PELACURAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDER
PENANGGULANGAN PELACURAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DAN GENDER
 
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus NarkotikaDokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
Dokumentasi Pelanggaran Hak Tersangka Kasus Narkotika
 
Hukum
HukumHukum
Hukum
 
Rekomendasi pertanyaan dpr ri
Rekomendasi pertanyaan dpr riRekomendasi pertanyaan dpr ri
Rekomendasi pertanyaan dpr ri
 
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannyaPPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
PPT ilmu soial dasar mengenai hukum dan penegakannya
 
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptxXIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
 
Kewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsiKewarganegaraan tentang dampak korupsi
Kewarganegaraan tentang dampak korupsi
 
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan Pencegahannya
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan PencegahannyaTugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan Pencegahannya
Tugas Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Korupsi dan Pencegahannya
 
Penegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesiaPenegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesia
 
Sistem hukum dan peradilan nasional
Sistem hukum dan peradilan nasionalSistem hukum dan peradilan nasional
Sistem hukum dan peradilan nasional
 
remisi bagi koruptor
remisi bagi koruptorremisi bagi koruptor
remisi bagi koruptor
 
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptxMaria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
Maria Dwinoverine_2109112142_PIH.pptx
 
Hukum Perorangan.pptx
Hukum Perorangan.pptxHukum Perorangan.pptx
Hukum Perorangan.pptx
 
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdfpenegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
penegakanhukumdiindonesia-131214194655-phpapp02 (1).pdf
 
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosProposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
 
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota BengkuluPerkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
Perkembangan Pelaksanaan Sanksi Adat Dalam Masyarakat Kota Bengkulu
 
Uas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perekUas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perek
 
Uas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perekUas, artikel soal perek
Uas, artikel soal perek
 
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
Power point Implemetasi PERDA Nomor 9 tahun 2009 tentang penganggulangan pril...
 

More from DELA ASFARINA

Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
DELA ASFARINA
 
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak AnakManuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
DELA ASFARINA
 
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikanpenerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
DELA ASFARINA
 
kasus konsultasi hukum
kasus konsultasi hukumkasus konsultasi hukum
kasus konsultasi hukum
DELA ASFARINA
 
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
DELA ASFARINA
 
Makalah kelangkaan bbm (hukum politik)
Makalah kelangkaan bbm (hukum politik)Makalah kelangkaan bbm (hukum politik)
Makalah kelangkaan bbm (hukum politik)
DELA ASFARINA
 
Lap kkl fak hukum unnes
Lap kkl fak hukum unnesLap kkl fak hukum unnes
Lap kkl fak hukum unnesDELA ASFARINA
 

More from DELA ASFARINA (7)

Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
 
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak AnakManuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
Manuskrip skripsi percepatan Kota Layak Anak
 
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikanpenerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
 
kasus konsultasi hukum
kasus konsultasi hukumkasus konsultasi hukum
kasus konsultasi hukum
 
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
Analisis Putusan praperadilan kasus budi gunawan oleh hakim sarpin rizaldi
 
Makalah kelangkaan bbm (hukum politik)
Makalah kelangkaan bbm (hukum politik)Makalah kelangkaan bbm (hukum politik)
Makalah kelangkaan bbm (hukum politik)
 
Lap kkl fak hukum unnes
Lap kkl fak hukum unnesLap kkl fak hukum unnes
Lap kkl fak hukum unnes
 

Recently uploaded

Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 

Recently uploaded (20)

Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 

PROPOSAL SKRIPSI

  • 1. i LEGALISASI DAN PENEGAKAN HUKUM KEBERADAAN LOKALISASI DALAM PERSPEKTIF PERDA NO.7 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM (Studi kasus lokalisasi Peleman Desa Sidoharjo Kabupaten Tegal) PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata Satu (S-1) Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh Dela Asfarina Cahyaningrum 8111412264 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014
  • 2. ii LEMBAR PENGESAHAN Rancangan skripsi ini telah disahkan untuk diajukan sebagai penelitian skripsi oleh Dosen Pembimbing pada: Hari : Tanggal : Semarang Yang Mengajukan Dela Asfarina Cahyaningrum NIM.8111412264 Menyetujui, Pembimbing I Dr.Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si. NIP. 197206192000032001 Mengetahui, Dekan Fakultas Hukum Drs. Sartono Sahlan, M.H. NIP. 195308251982031003
  • 3. 3 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS HUKUM RANCANGAN SKRIPSI PROSAL SKRIPSI NAMA : DELA ASFARINA CAHYANINGRUM NIM : 8111412264 JURUSAN : ILMU HUKUM FAKULTAS : HUKUM I. JUDUL SKRIPSI LEGALISASI DAN PENEGAKAN HUKUM KEBERADAAN LOKALISASI PERSPEKTIF PERDA NO.7 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM (Studi kasus lokalisasi Peleman Desa Sidoharjo Kabupaten Tegal). II. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia, kita harus dapat memenuhi kebutuhan dasar kita yaitu pangan, sandang dan papan. Dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut banyak hal yang harus dilakukan. Namun pada kenyataannya walaupun telah bekerja keras tak jarang kebutuhan dasar tersebut belum dapat terpenuhi sehingga seseorang membutuhkan cara tercepat agar kebutuhan dasar mereka dapat terpenuhi, yaitu dengan menjajakan dirinya di tempat prostitusi. Pada faktanya untuk melakukan pekerjaan semacam itu tidaklah dihalalkan baik menurut agama maupun menurut peraturan daerah didaerah yang ada tempat prostitusi atau lokalisasi itu sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan terkadang seseorang tanpa berfikir panjang memilih pekerjaan, kadang mereka berfikir hanya itu pekerjaan yang mereka mampu lakukan. Namun tanpa disadari efek dari pekerjaan yang mereka lakukan berbuntut panjang atau masalah besar. Sama halnya perceraian dalam rumah tangga terkadang penyebabnya bukan karena ketidakcocokan namun karena suami kerap
  • 4. 4 kali berjajan ditempat lokalisasi yang menyebabkan jatah belanja keluarga berkurang, kecemburuan, kecekcokan menjadikan kehidupan rumah tangga semakin tidak harmonis. Selain itu juga berpeluang besar tertular penyakit virus HIV/AIDS karena seks bebas. Seperti kita ketahui, dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tidak Pidana Perdagangan Orang, bahwa Human Traficking atau perdagangan manusia adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendaliatas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Dalam konteks, kegiatan porstitusi di Peleman, segala aktivitas lokalisasi atau prostitusi berpotensi terhadap terjadinya Human Traficking melalui perekrutan dan mempekerjakan manusia sebagai tuna susila, dan dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang memang tak lazim untuk dilakukan dalam konteks eksploitasi manusia. Namun, karena faktor kemiskinan dan kondisi kesejahteraan masyarakat yang belum mencapai tahapan sejahtera seperti yang diharapkan, maka kegaiatan porstitusi seperti di Peleman diperkirakan masih akan terus berjalan. Selain itu, keterbatasan lapangan kerja dan penurunan kualitas SDM, pendidikan yang rendah, skil yang terbatas, juga menjadi salah satu faktor adanya prostitusi. Sehingga keterbatasan tersebut membuat sejumlah kalangan masyarakat kehabisan akal dalam menunjang kehidupan yang normal sehingga berujung pada bisnis porstitusi. Mengenai legalitas lokalisasi di kabupaten Tegal dalam Perda No.7 Tahun 2011 tentang ketertiban umum, tertulis bahwa tidak diijinkan adanya tempat yang dijadikan lokalisasi di wilayah kabupaten Tegal, namun kenyataan nya lokalisasi Peleman dsb masih berdiri di kabupaten tegal. Dan dalam de facta penegakan hukum
  • 5. 5 nya hanya ada aturan ditutupnya tempat prostitusi-prostitusi di bulan ramadhan, tidak sesuai dengan de juris. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul: “LEGALISASI DAN PENEGAKAN HUKUM KEBERADAAN LOKALISASI PERSPEKTIF PERDA NO.7 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM (Studi kasus lokalisasi Peleman Desa Sidoharjo Kabupaten Tegal).” III. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah lokalisasi Peleman mendapatkan legalisasi dari masyarakat Kabupaten Tegal ? 2. Bagaimana pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tegal No.7 Tahun 2011(ketertiban umum) tentang keberadaan lokalisasi peleman dan penegakan hukumnya ? IV. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan faktor adanya lokalisasi dan penegakan hukum akan legalitas keberadaan lokalisasi. 2. Menemukan pengaturan hukum tentang keberadaan lokalisasi Peleman mengacu pada Perda No 7 Tahun 2011 Kabupaten Tegal. V. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis 1.1. Sebagai media pembelajaran metode penelitian hukum sehingga dapat menunjang kemampuan individu mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 1.2. Menambah pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan bagi peneliti khususnya mengenai legalitas dan penegakan hukum tentang keberadaan lokalisasi.
  • 6. 6 1.3. Dapat dijadikan acuan atau referensi untuk penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis 2.1. Bagi Peneliti Peneliti dapat menemukan berbagai persoalan , faktor yang dihadapi oleh para WTS pelaku prostitusi,dan kebijakan pemerintah tentang Perda No.7 Tahun 2011 Kabupaten Tegal tentang lokalisasi (ketertiban umum) selain itu untuk menambah wawasan peneliti dalam bidang hukum khususnya hukum tata negara. 2.2. Bagi Masyarakat Dapat memberikan pandangan hukum terhadap masyarakat mengenai bentuk legalitas dan penegakan hukum keberadaan lokalisasi di Kabupaten Tegal. 2.3. Bagi Pemerintah Dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah Indonesia khususnya pemerintah daerah Kabupaten Tegal dalam bentuk legalitas dan penegakan hukum keberadaan lokalisasi di Kabupaten Tegal.
  • 7. 7 TINJAUAN PUSTAKA Soedjono D mendefinisikan prostitusi dari asal kata “prostituere” (bahasa latin) yang berarti menonjolkan diri dalam hal yang buruk atau tercela atau menyerahkan diri secara terang-terangan kepada umum. Selanjutnya di Indonesia istilah ini dikenal dengan “pelacuran” yang pada umumnya dirumuskan demikian : “Pelacuran dapat diartikan sebagai penyerahan badan wanita dengan pembayaran, kepada orang laki-laki guna pemuasan nafsu seksuil orang-orang itu” (1973: 115). Prent mengartikan pelacuran sebagai perilaku yang terang-terangan menyerahkan diri pada perzinahan (1969: 695). Untuk melengkapi penjelasan Prent mengenai makna perzinahan, Soedjono mengartikan perzinahan tersebut sebagai perbuatan percintaan sampai bersetubuh antara seseorang yang telah berkeluarga (baik isteri maupun suami) dengan orang lain yang bukan isteri atau suaminya (1977: 14). Dalam kegiatan prostitusi, cenderung dikenal sebentuk wadah tempat berlangsungnya aktivitas prostitusi tersebut. Wadah tersebut berupa tempat yang khusus diperuntukkan sebagai tempat konsentrasi kegiatan-kegiatan prostitusi yang disebut dengan istilah lokalisasi. Soedjono menyinggung pengertian lokalisasi sebagai sebentuk usaha untuk mengumpulkan segala macam aktivitas/kegiatan pelacuran dalam satu wadah, selanjutnya hal ini disebutnya sebagai kebijaksanaan lokalisasi pelacuran (1973: 122-124). Terrence H. Hull, dkk mengartikan lokalisasi sebagai suatu wilayah yang dibangun oleh pemerintah yang merupakan salah satu bagian dari kampanye disiplin sosial dan pengendalian (1997: 30). Penjelasan mengenai makna lokalisasi juga cenderung dibatasi dan didefinisikan oleh pemerintah, salah satunya seperti yang tertuang pada Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal no.07 tahun 2011 tentang ketertiban umum lokalisasi. Lokalisasi cenderung terbagi kedalam beberapa bentuk, Soedjono D membagi lokalisasi prostitusi kedalam tiga bentuk, yaitu (1) pelacuran dibordil-bordil, (2) pelacuran panggilan, (3) pelacuran jalanan. Pada bentuk pertama, Soedjono D menjelaskan bahwa lokalisasi pada bentuk ini telah terlegalisir dan bersifat resmi, pada bentuk kedua, lokalisasi lebih bersifat liar karena tidak disetujui dan dilegitimasi
  • 8. 8 keberadaannya oleh Pemerintah, dan pada bentuk ketiga, ia mendeskripsikannya sebagai suatu kegiatan prostitusi yang bersifat terselubung (1973: 116). Keberadaan kegiatan prostitusi selanjutnya berkaitan dengan aspek ekonomi, dimana sebuah lokalisasi prostitusi memberikan dampak berupa keuntungan finansial bagi seluruh individu yang berdomisili diareal lokalisasi tersebut. Fakta ini identik dengan kasus Sarkem yang dideskripsikan oleh Mudjijono, dimana saling ketergantungan dan saling menguntungkan secara finansial terbentuk antara penghuni wilayah Sarkem yang berprofesi sebagai pelaku prostitusi dengan para warga biasa (2005: 95-108). Terrence H. Hull, dkk juga mengangkat mengenai keterkaitan industrialisasi dengan peningkatan aksi prostitusi, dimana pada akhirnya industrialisasi yang terjadi menghadirkan sebentuk demand terhadap keberadaan prostitusi tersebut (1997: 6-8). Secara sederhana, konsep keuntungan dari segi ekonomi yang ada pada sebuah lokalisasi dapat dianalogikan sebagai suatu objek wisata, dimana pada sebuah objek wisata, seluruh unsur masyarakat yang menetap disekitar areal objek wisata tersebut akan terkena imbas keuntungan ekonomi, baik mereka adalah pelaku langsung ataupun tidak. Secara sosial budaya, ketika keuntungan secara finansial telah tercipta, maka akan muncul sebentuk sistem mata pencaharian yang mengisi kehidupan masyarakat yang berada pada sebuah lokalisasi. Melalui aktivitas mata pencaharian yang dilaksanakan secara harian pada lokalisasi, maka interaksi antara para pelaku prostitusi dan warga tercipta secara intens dan aktif. Selanjutnya keseluruhan hubungan-hubungan yang terbentuk menciptakan adanya struktur-struktur sebagai sebuah masyarakat yang utuh. Strauss menyebutnya dengan teorisasi struktural fungsional, dimana struktur-struktur yang berupa pranata-pranata yang ada dalam suatu masyarakat tersusun, saling berhubungan, dan saling ketergantungan, yang didasarkan atas fungsi dari masing-masing struktur atau pranata tersebut (1987). Berdasarkan berbagai penjabaran dan deskripsi teoritik diatas maka selanjutnya telaah mengenai prostitusi dan lokalisasi yang dilaksanakan melalui sebentuk observasi komparatif pada beberapa lokalisasi yang terdapat disepanjang jalur lintas Barat Sumatera Utara ini akan dijabarkan. Telaah difokuskan kepada faktor-faktor yang menjadi penjamin keberlangsungan lokalisasi prostitusi tersebut ditengah-tengah
  • 9. 9 masyarakat, yang selanjutnya akan dituangkan kedalam tiga hal, yaitu faktor sejarah/historis, faktor ekonomi, dan faktor sosial budaya. Penelitian Terdahulu Penelitian ini pertama dilakukan dan setau penulis belum pernah dilakukan. Penulisan ini dilakukan atas ide dan pemikiran dari penulis sendiri dengan dimasukan dari berbagai pihak guna membantu penulisan ini. Judul skripsi ini belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang sebelumnya, kalaupun ada kesamaan pasti lah dilakukan dengan tidak sengaja dan dengan pendekatan yang berbeda.
  • 10. 10 METODE PENELITIAN 1. Dasar Penelitian Penelitian adalah “Usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah”. (Soetrisno Hadi, 1993: 4). Sedangkan “methodologi” berasal dari kata metode yang berarti “jalan ke”. Metodologi penelitian dapat diartikan, “sebagai suatu cara atau jalan yang harus digunakan untuk tujuan menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan”. (Soerjono Sukanto, 1985: 45) Menurut kamus Webster New International, “penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip, suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu” (Nazir 2002:12) Menurut L.J. Moleong, penelitian “merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih memberikan kebenaran”(Moleong 2009:49). Peneliti dalam menemukan suatu kebenaran atau meluruskan kebenaran dilakukan oleh peneliti melalui model-model penelitian yang dapat mendukung tersusunnya skripsi ini. Menurut Afifudin dan Saebani dalam bukunya (2009:36) “penelitian merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh jawaban atau penjelasan mengenai suatu gejala yang diamati”. Penelitian atau research diartikan juga sebagai “suatu aktivitas ‘pencarian kembali’ pada kebenaran” (Fajar dan Achmad 2009:20). Pencarian kebenaran menurut Fajar dan Achmad merupakan upaya-upaya manusia untuk memahami dunia dengan segala rahasia yang terkandung di dalamnya untuk mendapatkan solusi atau jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi. Definisi penelitian hukum tersebut memiliki persamaan dengan apa yang dimaksud dengan doctrinal research sebagaimana yang dimaksud oleh Terry Hutchinson yang telah dibahas sebelumnya. Jika dipahami, sesungguhnya kegiatan sehari-hari seorang dosen pada fakultas hukum, caturwangsa peradilan (polisi, jaksa, hakim, dan advokat) serta profesi hukum yang bebas seperti notaris, dan kegiatan penulisan di bidang hukum, sesungguhnya tidak pernah lepas dari kegiatan penelitian hukum.(Sunaryati Hartono 1994:131)
  • 11. 11 Pada hakekatnya, metodologi sebagai cara yang lazim dipakai dalam penelitian memberikan pedoman tentang cara-cara mempelajari, menganalisa, dan memahami permasalahan-permasalahan yang ada. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu metodologi merupakan unsur mutlak yang harus ada di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa diperlukan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran dari pengetahuan melalui suatu metode ilmiah. (Soetrisno Hadi, 1993: 4) Maka dalam penyusunan skripsi ini diperlukan metode penelitian yang disusun sebagai berikut: Metodologi penelitian merupakan panduan peneliti mengenai urut-urutan bagaimana penelitian dilakukan. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi inii adalah metode penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif adalah “penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya” (Moleong 2009:6). Sedangkan menurut Afifudin dan Saebani (2009:57) metode penelitian kualitatif diartikan sebagai “metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiaah, (lawannya eksperimen) dimana peneliti merupakan instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi”. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau normatif yuridis atau penelitian hukum kepustakaan (library research), yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif mencakup lima macam penelitian, yaitu penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sisitematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian perbandingan hukum dan penelitian sejarah hukum. (Soerjono Sukanto, 1985: 11)
  • 12. 12 Dalam penelitian ini langkah-langkah teknis menggunakan pola penelitian hukum normatif, dimana penelitian ini meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah “mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, serta doktrin”. (Fajar dan Achmad 2009:34) Aspek yuridis dalam penelitian ini adalah Perda No.7 Tahun 2011 Kabupaten Tegal (Ketertiban Umum) tentang lokalisasi. Aspek normatif dalam penelitian ini adalah bagaimanakah fungsi pemerintah daerah dalam penegakan hukum tentang keberadaan lokalisasi Peleman di Kabupaten Tegal dan bagaimana legalitasnya. 3. Fokus Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analisis artinya hasil penelitian ini berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti. (Soerjono Sukanto, 1985: 10) Sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala hal yang berkaitan dengan penegakan hukum tentang keberadaan lokalisasi Peleman di Kabupaten Tegal dan bagaimana legalitasnya. Fokus penelitian merupakan tahapan yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif walaupun sifatnya masih tentatif (dapat diubah sesuai dengan latar penelitian). Fokus penelitian pada dasarnya adalah “masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya” (Moleong 2009:97). Penentuan fokus penelitian kualitatif diarahkan pada tiga pendekatan yaitu Informatical approach, pendekatan partisipatif murni, pendekatan literatur atau dokumentatif. Informatical approach merupakan penentuan fokus penelitian dari hasil informasi yang dikemukakan secara langsung oleh key informant (instrumen kunci) yang ada di lokasi penelitian. Pendekatan partisipatif murni merupakan hasil penjelajahan secara langsung dengan situasi sosial yang ada di lapangan, dan fokus ditetapkan setelah diperoleh secara apa adanya di lapangan. Sedangkan pendekatan literatur atau dokumentatif diartikan sebagai bagian dari penentuan fokus penelitian dengan
  • 13. 13 mempertimbangkan penelitian-penelitian yang telah ada atau melalui pemenungan teoritis yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Penulis mengemukakan fokus dari penelitian ini adalah membahas mengenai alasan adanya lokalisasi di Kabupaten Tegal namun tentang legalisasi masih dipertanyakan dan bagaimana pengaturan hukum / penegakan hukum yang terkait dengan persoalan ini. 4. Sumber Data Sumber data menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah “kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain” (Moleong 2009:157). Menurut Arikunto (2002:107) sumber data penelitian adalah subyek dimana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi: a. Data Primer Data primer adalah “kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai” (Moleong 2009:157). Data primer dalam penelitian hukum dapat dilihat sebagai data yang merupakan perilaku hukum dari warga masyarakat. Bahan hukum primer dalam penelitian hukum terdiri “peraturan perundang-undangan, yurisprudensi atau keputusan pengadilan, dan perjanjian internasional” (Fajar dan Achmad 2010:157). Data primer dalam penelitian ini berasal dari dokumen. Dokumen merupakan “catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” (Affifudin dan Saebani 2009:117). Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap debitur yang benda jaminannya disalahgunakan oleh kreditur yang tidak bertanggungjawab dalam menjaga benda yang dijaminkan. b. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian hukum adalah data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka
  • 14. 14 yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yang sering disebut sebagai bahan hukum. Studi kepustakaan/literatur dalam penelitian ini adalah buku-buku, majalah ilmiah, arsip, desertasi, tesis, internet, dan karya ilmiah lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Menurut Fajar dan Achmad dalam bukunya (2010:156) “bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer”. c. Data Tersier Data tersier juga merupakan bahan hukum yang dapat menjelaskan baik bahan hukum primer maupun sekunder, yang berupa kamus, ensiklopedia, dan lain-lain. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian hukum normatif atau kepustakaan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum, baik dahan hukum primer, sekunder, maupun tersier, dan atau bahan hukum non-hukum. Menurut Afifuddin dan Saebani (2009:131) “teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif lebih banyak dilakukan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan metode library research (studi kepustakaan)”. Menurut Fajar dan Achmad (2010:160) ”penelusuran bahan-bahan hukum tersebut dapat dilakukan dengan membaca, mendengarkan, maupun sekarang banyak dilakukan dengan media internet”. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Library Research (Studi Kepustakaan) Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan, yaitu cara pengumpulan data dengan bersumber pada bahan-bahan pustaka. Studi ini akan menganalisis obyek penelitian dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian dan kajian bahan-bahan pustaka. Bahan-bahan pustaka yang dimaksud adalah sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka yang berada di bagian akhir proposal ini. Sebagai suatu penelitian hukum, data sekunder yang dipergunakan terdiri dari:
  • 15. 15 1) Bahan hukum primer, yang berupa data hasil wawancara dari pakar hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum tentang keberadaan lokalisasi Peleman di Kabupaten Tegal dan bagaimana legalitasnya dan UU di luar itu yang saling berkaitan. 2) Bahan hukum sekunder, yang berupa literatur-literatur tertulis yang berkaitan dengan pokok masalah dalam studi ini, baik berbentuk buku-buku, makalah-makalah, laporan penelitian, artikel surat kabar, dan lain sebagainya; dan 3) Bahan hukum tersier, yang merupakan bahan penjelasan mengenai bahan hukum primer maupun sekunder, berupa kamus, ensiklopedia, dan sebagainya. b. Grounded Theory (Teori Dasar) Teori dasar adalah “teknik induktif yang dikembangkan untuk penelitian kualitatif dan dimanfaatkan juga untuk topik-topik yang berkaitan dengan hukum, sosial, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya” (Moleong 2009:233). Istilah Grounded berarti bahwa teori dikembangkan dari penelitian yang berasal dari bawah dasar data. Menurut Nazir (2003:74) Grounded Research adalah metode penelitian yang mendasarkan kepada fakta dan menggunakan analisis perbandingan bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan mengembangkan teori dimana pengumpulan data dan analisis data berjalan pada waktu yang bersamaan. Langkah-langkah dari teori-dari-dasar terjadi secara simultan. Peneliti akan melaksanakan pengamatan, pengumpulan data, dan membangun teori pada waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini teori yang akan menjadi “grounded theory” adalah teori dari Aristoteles (Marbun, dkk 2004:5) yang memerintahkan dalam negara bukanlah manusia, melainkan pikiran yang adil, dan kesusilaan lah yang menentukan baik buruknya suatu hukum. Teori tersebut akan peneliti kembangkan menjadi suatu jawaban dari penelitian ini. c. Interview (Wawancara) Menurut Moleong (2009:186) “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara/percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.
  • 16. 16 Menurut Afifuddin dan Saebani (2010:131) “wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau responden”. Menurut Nadzir (2003:193) wawancara adalah “proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dan terwawancara dengan menggunakan panduan wawancara”. 6. Obyektifitas dan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data ini diterapkan dalam rangka membuktikan kebenaran temuan hasil penelitian dengan kenyataan dilapangan. Menurut Lincoln dan Guba (Moleong, Lexy , 1988: 75), untuk memeriksa keabsahan data pada penelitian kualitatif antara lain digunakan taraf kepercayaan data (credibility). Teknik yang digunakan untuk melacak credibility dalam penelitian ini adalah teknik tringulasi (triangulation). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data ini.(Moleong, Lexy , 1988: 178) Proses pemeriksaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengecek dan membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil observasi dan data pelengkap lainnya. Triangulasi yang digunakan antara lain sebagai berikut : a. Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek baik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif. b. Memanfaatkan pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data dari pemanfaatan pengamat akan membantu mengurangi bias dalam pengumpulan data. Menurut Patton dalam bukunya Moleong. Triangulasi dengan sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. b. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang sewaktu diteliti dengan sepanjang waktu.
  • 17. 17 d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan, orang berada, pejabat pemerintah. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber, diantaranya: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. b. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan, orang berada, pejabat pemerintah. d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Bagan triangulasi pada pengujian validitas data dapat digambarkan sebagai berikut: Sumber yang berbeda Data Sama Teknik yang berbeda Data valid Waktu yang berbeda Bagan II. Triangulasi (Sumber: Moleong, 2000:178) Berdasarkan pendapat Moleong diatas, maka penulis melakukan perbandingan data yang telah diperoleh. Yaitu data-data sekunder hasil kajian pustaka akan dibandingkan dengan data-data primer yang diperoleh di fakta-fakta yang ditemui lapangan. Sehingga kebenaran dari data yang diperoleh dapat dipercaya dan meyakinkan. Penelitian ini membutuhkan suatu validasi, yang dimaksud dengan validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi
  • 18. 18 dengan baik. Maka peneliti melakukan validasi terhadap penelitiannya dengan memperhatikan hal-hal, diantaranya: a. Protokol validasi harus sudah tersedia dan telah disetujui; b. Data validasi dari hasil penelitian harus dikumpulkan, dicatat dan disimpulkan; c. Laporan validasi harus direview oleh tiap departemen terkait dan disetujuinya; d. Data validasi harus terdokumentasi dengan baik; e. Jika terdapat perubahan pada proses yang divalidasi harus dilaporkan; f. Kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian secara akademik maupun logistik. 7. Teknik Analisis Data Setelah data dapat dikumpulkan kemudian diolah secara kualitatif yaitu data yang diperoleh melalui penelitian dilapangan maupun penelitian kepustakaan disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisa secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Data tersebut kemudian dianalisa secara interprestatif menggunakan teori maupun hukum positif yang telah dituangkan kemudian secara induktif ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Penarikan kesimpulan/ verifikasi Bagan III Analisis Data Kualitatif (Sumber: Milles dan Huberman dalam Rachman (1999:120)) Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi dan terkait. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan menggunakan wawancara atau
  • 19. 19 observasi yang disebut tahap pengumpulan data. Karena data yang di kumpulkan banyak maka di adakan reduksi data, setelah direduksi kemudian diadakan sajian data, selain itu pengumpulan data juga di gunakan untuk penyajian data, selain itu pengumpulan data juga di gunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut selesai di lakukan, maka diambil kesimpulan.
  • 20. 20 DAFTAR PUSTAKA A. Literatur/Buku-Buku Afifudin, dan B.A. Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Renika Cipta. Fakultas Hukum UNNES. 2013. Kaidah Selingkung, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum. Semarang: Fakutas Hukum. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Soekanto, Soerjono. 1981. Pengantar Penulisan Hukum. Jakarta: UI Press. Ida Nurdaeni, SH, 2006, Tesis, Perlindungan Nasabah Terhadap Pembuatan syarat-syarat Baku Dalam Perjanjian Gadai Pada Perum Pegadaian Cabang Mrican Kota Semarang, Program Studi Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro, Semarang. Nazariah, 2008, Skripsi, Penyalahgunaan Hak Atas Benda Jaminan Yang di Kaitkan Dengan Gadai. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara. Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rhineka Cipta Hull, Terrence H, dkk. 1997. Pelacuran di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Koentjaraningrat. 1981. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia _____________ . 1997. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: PT. Rhineka Cipta Mudjijono. 2005. SARKEM: Reproduksi Sosial Pelacuran. Cetakan pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  • 21. 21 Moeloeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Purwoko, Herudjati. 2003. Tiga Wajah Budaya: Artefak, Perilaku, dan Rekayasa. Semarang: Masscom Media Soedjono D. 1973. Patologi Sosial: Gelandangan, Penyalahgunaan Narkoba. Cetakan kedua. Bandung: Soedjono. 1977. Pelacuran, ditinjau dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam Masyarakat. Bandung: PT Karya Nusantara Strauss, Anselm L. 1987. Qualitative Analysis For Social Scientists. Cambridge: Cambridge University Press B. Peraturan Perundang-Undangan  Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dalam satu naskah.  Kitab Undang-Undang Hukum Perdata  PP No. 10 Tahun 1990 tentang Aturan Dasar Pegadaian C. Sumber Non Buku  http://agusrahady.blogspot.com/ diakses pada 20 Oktober 2014, pukul 08.43 wib  http://yukalaw.blogspot.com/2012/02/hak-gadai.html diakses pada 20 Oktober 2014, pukul 23.12 wib  http://hasyimsoska.blogspot.com/2011/02/hukum-jaminan-resume.html diakses pada 20 Oktober 2014, pukul 08.23 wib  http://www.jurnalhukum.com/macam-macam-hak-kebendaan/ diakses pada 20 Oktober 2014, pukul 23.32 wib  http://ikhwanm.blogspot.com/2007/07/prostitusi-dan-lokalisasi-faktor-faktor. html diakses pada 20 Oktober 2014, pukul 23.32 wib