Proposal ini membahas rencana penelitian tentang fenomena bullying di SMPN 125 Jakarta yang akan meneliti faktor-faktor penyebab bullying dan dampaknya terhadap siswa, serta upaya pencegahannya. Penelitian ini akan menggunakan wawancara dan kuesioner untuk mengumpulkan data dari siswa dan kepala sekolah."
1. PROPOSAL KEGIATAN PENELITIAN
FENOMEN SIKAP BULLYING TERHADAP SISWA SMPN 125
JAKARTA BERKAITAN DENGAN PENGARUH SOSIAL DAN
PERKEMBANGAN LINGKUNGAN SEKOLAH
DI SUSUN OLEH :
1. RAIHAN ATHALLAH RAMADHAN 20220303084
2. IRFAN RIPAI 20220303058
3. DUTA ANDRIYAN WIBOWO 20220303049
4. RYAN SAPUTRA 20220303031
5. AMANDA SYAHDILA WIJAYA 20220303016
6. RAHAYU YULIYANTI 20220303011
7. RAHYUNI YUNNENGSIH 20220303008
8. VIRDHA YANA ZAHWA 20220303009
9. BUNGA RAHMA SAFINA 20220303003
10. ERLINDA PUTRI 20220303002
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ESA INGGUL
JAKARTA BARAT
2022
2. i
LEMBAR PENGESAHAN:
KETUA PELAKSANA
DUTA ANDRIYAN
WIBOWO
(20220303049)
DOSEN PEMBIMBING
H. ROHMAT ROMDONI
SOLEH ,Lc, MA
NIK
MENYETUJUI,
KEPALA SEKOLAH SMP125
JAKARTA JAKARTA
NAMA
NIK
3. ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal Kegiatan
Penelitian dengan judul “Fenomena Sikap Bullying Terhadap Siswa SMPN 125
JAKARTA Berkaitan Dengan Pengaruh Sosial dan Perkembangan Lingkungan
Sekolah” ini dengan baik.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak H.Rohmat Romdoni Soleh, Lc, MA
selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak saran dan materi selama
penyusunan proposal ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak yang telah
banyak memberikan kontribusi dan bantuannya dengan memberikan ide, merancang,
dan membantu menyelesaikan pembuatan proposal kegiatan ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa proposal kegiatan yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi peyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik di masa mendatang.
Harapan kami semoga proposal kegiatan ini dapat bermanfaat baik bagi kami
sendiri maupun pembacanya.
4. iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN: ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2 Tujuan Kegiatan..................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.4 Lokasi Kegiatan...................................................................................................2
1.5 Mekanisme dan Rancangan.................................................................................2
1.6 Jadwal Pelaksanaan.............................................................................................2
BAB II .......................................................................................................................................... 3
TINJAU PUSTAKA.................................................................................................................... 3
2.1 Bullying ...............................................................................................................3
a. Pengertian Bullying .............................................................................................3
b. Peran Dalam Bullying..........................................................................................4
c. Faktor Penyebab Bullying ...................................................................................4
d. Jenis-Jenis Tindakan Bullying.............................................................................7
e. Upaya-Upaya Pencegahan Bullying.....................................................................8
2.2 Pemberian Sosialisasi Pada Remaja...................................................................10
2.3 Membangun Rasa Percaya Diri Pada Remaja ...............................................13
BAB III....................................................................................................................................... 17
PENDEKATAN DAN METODOLOGI ................................................................................. 17
3.1 Profil Responden ...............................................................................................17
3.2 Teknik Pengambilan Data .................................................................................17
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia berbagai kasus bully sudah tidak asing terdengar di telinga para
pengamat media massa. News anchor membacakan melalui media elektronik
televisi, penyiar menjelaskan melalui media elektronik radio, dan para wartawan
menuliskannya di berbagai surat kabar. Seringkali hukum dan pemerintah kurang
cepat dan cermat dalam menangani kasus bully di Indonesia. Akhirnya pelaku dan
korban bully terus bertambah seiring berjalannya waktu. Semakin banyak yang
jahat, semakin banyak pula yang tertindas. Bullying itu sendiri adalah tindakan
mengintimidasi seseorang melalui sikap, tindakan, dan perkataan. Jadi, bullying
tidak terbatas pada penyiksaan secara fisik, tetapi juga psikis. Mengucilkan dan
menggosipkan seseorang juga termasuk tindakan bullying. Komitmen pengakuan
dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan
bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan anak telah banyak diterbitkan, namun dalam
implementasinya di lapangan masih menunjukkan adanya berbagai kekerasan yang
menimpa pada anak antara lain adalah bullying.
Menurut Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Erlinda,
selama Januari hingga April sudah tercatat 8 laporan kekerasan serupa, yaitu 2 kasus
di Sekolah Dasar (SD), 2 kasus di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sisanya di
Sekolah Menengah Atas (SMA). Dari hasil penelitian KPAI ternyata sebanyak 17%
kekerasan terhadap anak terjadi di sekolah. Bahkan pada 2013, tercatat 181 kasus
yang berujung pada tewasnya korban kurangnya rasa solidaritas, kasih sayang dan
kebersamaan. Perilaku bullying yang bahkan sampai menghilangkan nyawa
menumbuhkan bibit gangguan kejiwaan kepada anak, baik korban maupun pelaku.
Sulitnya menghentikan bullying karena korban biasanya pernah terlibat atau
menjadi pelaku bullying terhadap orang lain.
1.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan yang ingin kami capai yaitu meliputi:
1. Untuk mengetahui apakah ada indikasi bentuk bullying pada SMPN 125 Jakarta
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk bullying yang terjadi di SMPN 125 Jakarta
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bullying di
SMPN 125 Jakarta
4. Untuk mengetahui peran dan sikap pelaku, korban, & saksi dalam pristiwa
bullying yang terjadi di SMPN 125 Jakarta
6. 2
5. Untuk mengetahui dampak bullying pada remaja khususnya siswa/I SMPN 125J
akarta.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat bullying pada siswa/siswi SMPN 125 Jakarta
2. Bagaimana tingkat percaya diri pada siswa/siswi SMPN 125 Jakarta
3. Bagaimana pengaruh antara bullying terhadap kepercayaan diri pada siswa
SMPN 125 Jakarta
1.4 Lokasi Kegiatan
Tempat penelitian yang kami lakukan berada di SMPN 125 Jakarta, Jl. Utan Jati
No.6, RT.8/RW.11, Pegadungan, Kec. Kalideres, Kota Jakarta Barat, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 11830
1.5 Mekanisme dan Rancangan
No. Nama Kegiatan Tanggal
1. Menyusun Panitia
2. Survei Lokasi
3. Pembuatan Proposal
4. Penyerahan Proposal
5. Persiapan
6. Pelaksanaan
7. Evaluasi
1.6 Jadwal Pelaksanaan
No. Jadwal Kegiatan
1. Penjelasan Mengenai Bullying
2. Wawancara
3. Proses Pengambilan Data
4. Memberikan Cendra Mata Kepada Siswa/Siswi dan Kepala Sekolah
7. 3
BAB II
TINJAU PUSTAKA
2.1 Bullying
a. Pengertian Bullying
Mungkin tidak semua orang tahu mengenai apa yang dimaksud dengan
bullying atau perundungan. Secara umum, pengertian bullying adalah perilaku
agresif yang tidak diinginkan di antara anak-anak (khususnya usia sekolah),
yang melibatkan ketidak seimbangan kekuatan antara pelaku dan korban.
Sebuah tindakan dapat dikategorikan sebagai perundungan apabila perilaku
tersebut sangat agresif dan mencakup ketidak seimbangan kekuatan antara anak
yang melakukan perundungan, baik berupa kekuatan fisik, akses informasi pada
hal yang memalukan dari korban, atau memiliki popularitas sehingga mampu
mengendalikan dan membahayakan korban
Terjadi pengulangan perilaku intimidasi atau berpotensi untuk terjadi lebih
dari satu kali. Perundungan artinya juga bisa dideskripsikan sebagai perbuatan
yang dapat membahayakan anak lain, menyebarkan rumor yang merugikan
korban, melakukan penyerangan secara fisik atau verbal, hingga mengucilkan
anak dari sebuah kelompok secara sengaja. Selain orangtua, Arti bullying di atas
juga perlu dipahami oleh anak-anak agar mereka bisa mengetahui atau
mengidentifikasi mana tindakan yang termasuk bullying dan tidak.
Setelah memahami apa itu bullying, Anda dan anak-anak juga perlu
mengetahui apa bedanya bullying dan bercanda. Ada kalanya, arti bullying dan
bercanda sulit dibedakan karena keduanya dapat bersifat iseng atau mengerjai
anak yang menjadi korban. Namun, ada batasan yang sangat jelas antara
bullying dan bercanda. Bercanda dilakukan anak-anak sebagai salah satu cara
komunikasi dan bentuk interaksi sosial. Tindakan ini dapat mempererat
hubungan pertemanan di antara anak karena mereka bisa tertawa bersama dan
menjadi lebih akrab. Bahkan, sebagian bentuk candaan mungkin hanya dapat
dilakukan pada anak-anak yang berteman akrab. Sementara itu, perbedaan
mencolok dengan pengertian bullying adalah tujuan pelaku yang melakukan
perundungan karena perasaan benci dan bermaksud menyakiti. Tujuan
melakukan bullying bukanlah untuk membangun hubungan, melainkan untuk
mempermalukan dan menyakiti korban sehingga pelakunya merasa lebih hebat.
8. 4
b. Peran Dalam Bullying
Ada empat peran yang muncul saat terjadi bullying, yaitu:
1. Bullies (pelaku bullying)
yaitu seseorang yang secara fisik dan/atau emosional melukai orang lain
secara berulang-ulang. Pelaku bullying juga cenderung memperlihatkan
simptom depresi yang lebih tinggi daripada orang yang tidak terlibat dalam
perilaku bullying dan simptom depresi yang lebih rendah daripada victim
atau korban. Pelaku bullying cenderung mendominasi orang lain dan
memiliki kemampuan sosial dan pemahaman akan emosi orang lain yang
sama.
2. Victim (korban bullying)
yaitu seseorang yang sering menjadi target dari perilaku agresif, tindakan
yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan melawan
penyerangnya. Korban bullying cenderung menarik diri, depresi, cemas dan
takut akan situasi baru.
3. Bully-Victim
yaitu pihak yang terlibat dalam perilaku agresif, tetapi juga menjadi korban
perilaku agresif Bully victim menunjukkan level agresivitas verbal dan fisik
yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lain.
4. Netral
yaitu pihak yang tidak terlibat dalam perilaku agresif atau bullying.
c. Faktor Penyebab Bullying
1. Pernah Menyaksikan dan Merasakan Kekerasan
Orang yang pernah menyaksikan dan merasakan kekerasan di rumah lebih
berisiko melakukan tindakan bully kepada orang lain. Jika ada anak atau
anggota keluarga yang melakukan bullying, jangan buru-buru
menghakiminya. Cari tahu apakah mereka sedang memiliki masalah internal
dengan keluarganya. Apabila ini yang jadi penyebabnya, cobalah untuk
memberikan mereka dukungan dan bimbingan.
2. Memiliki Orang Tua Yang Bersifat Permisif
Orang tua yang bersifat permisif atau serba mengizinkan, dinilai menjadi
salah satu alasan mengapa bullying bisa terjadi. Sebab, orang tua dengan
faktor bullying ini cenderung tidak membuat peraturan yang bisa mengawasi
anak-anaknya sehingga mereka bebas melakukan apa saja, termasuk
perundungan di luar rumah.
9. 5
3. Kurangnya Hubungan Dengan Orang Tua
Memiliki hubungan atau komunikasi yang buruk dengan orangtua dipercaya
dapat membuat seorang anak berisiko melakukan tindakan bullying. Dengan
memiliki hubungan yang erat dengan orangtua, si kecil diharapkan dapat
memiliki rasa empati dan mengenal rasa kasih sayang. Dengan begitu,
dirinya dipercaya tidak akan melakukan tindakan perundungan.
4. Memiliki Saudara Kandung Yang Abusif
Anak-anak yang memiliki kakak kandung abusif atau sering melakukan
kekerasan fisik, cenderung akan mencontoh perbuatan saudaranya. Ditambah
lagi, faktor terjadinya bullying ini dapat membuat si kecil merasa tidak
punya kekuatan. Untuk mendapatkan kekuatan dan dominasi, akhirnya
mereka melampiaskan kepada orang lain di luar rumah.
5. Tidak Percaya Diri
Anak-anak yang tidak percaya diri cenderung akan melakukan bullying.
Sebab, tindakan ini dapat membuat mereka merasa memiliki kekuatan dan
dominasi. Tidak hanya itu, anak-anak yang tidak percaya diri ini juga
cenderung berbohong mengenai kemampuan dirinya, demi menutupi rasa
kurang percaya diri yang mereka miliki.
6. Kebiasaan Mengejek Orang Lain
Kebiasaan mengejek orang lain dinilai sebagai faktor penyebab bullying
menurut para ahli. Ejekan ini dapat mengarah pada penampilan, kemampuan,
ras, budaya, dan gaya hidup orang lain. Penindasan yang dilakukan oleh
pelaku bullying ini sering kali datang dari rasa takut atau kurangnya
pemahaman terhadap lingkungan di sekitarnya.
7. Haus Akan Kekuasan
Anak-anak yang selalu haus akan kekuasaan dan terus ingin memegang
kontrol juga cenderung melakukan tindakan bullying. Mereka hanya mau
bekerja sama jika yang orang lain mengikuti peraturan yang dibuatnya. Jika
segala sesuatu tidak berjalan sesuai rencananya, maka mereka dapat mulai
melakukan tindakan bullying.
8. Ingin Menjadi Populer Di Lingkungannya
Anak-anak yang ingin dikenal atau menjadi populer di lingkungannya dinilai
berisiko melakukan tindakan bullying. Mereka akan menunjukkan sifat ingin
memerintah, mengontrol, dan menuntut teman-temannya demi popularitas
dan pengakuan dari orang-orang di sekitarnya.
10. 6
9. Tidak Dibekali Pendidikan Empati
Minimnya bekal pendidikan empati dapat menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya bullying. Tanpa empati, anak tidak bisa atau bahkan
tidak mau mengerti apa yang dirasakan oleh orang lain. Mereka pun bisa
menyalahkan korban-korbannya. Kurangnya rasa empati ini dapat membuat
anak-anak merasa bahwa tindakan bullying-nya hanyalah candaan semata, di
saat orang lain merasa sakit hati akibat tindakan tak terpuji itu.
10. Tidak Mendapatkan Yang Mereka Mau
Di saat anak-anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka
cenderung akan merasa frustrasi. Sebagian anak dapat menerima situasi ini
dengan lapang dada. Namun, beberapa anak tidak kuat menahan perasaan
tersebut. Hasilnya, mereka dapat melakukan tindakan bullying demi
kepentingan pribadi. Umumnya, hal ini disebabkan oleh sifat perfeksionis.
Sebagai orangtua, cobalah ajarkan kepada mereka bahwa segala sesuatu
tidak harus menjadi sempurna.
11. Menggunakan Kekuatan Fisik Untuk Mengintimidasi
Tubuh besar dan fisik yang kuat dapat disalahgunakan anak-anak untuk
mendapatkan apa yang mereka mau dengan cara bullying. Mereka akan
mengontrol situasi dengan membuat anak-anak yang lain merasa lemah.
12. Dorongan Untuk Bisa Berbaur Dengan Teman-Teman
Salah satu penyebab bullying di sekolah yang perlu diwaspadai adalah
dorongan untuk bisa berbaur dengan teman-temannya. Dorongan untuk
berbaur ini dapat membuat anak melakukan berbagai cara agar bisa dikenal
di sekolahnya, salah satunya menggunakan kekerasan dan melakukan
tindakan bullying. Sebenarnya, anak-anak yang melakukan bullying untuk
berbaur dengan temannya dapat merasa tidak nyaman dengan perilaku
buruknya. Hanya saja, mereka rela melakukannya demi bisa diterima teman-
temannya di sekolah.
13. Minimnya Perhatian Sekolah Terhadap Fenomena Bullying
Faktor bullying di sekolah yang tak boleh disepelekan adalah kurangnya
perhatian sekolah terhadap fenomena bullying. Faktor penyebab bullying
menurut para ahli ini membuat siswa dan siswi menganggap bahwa tindakan
bullying adalah hal yang biasa. Sehingga, mereka terus melakukannya di
sekolah. Untuk mengatasinya, peran guru dan pihak sekolah lainnya sangat
diperlukan. Sekolah disarankan untuk menanggapi masalah bullying secara
serius.
11. 7
d. Jenis-Jenis Tindakan Bullying
1. Bullying Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling
dapat diidentifikasi di antara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun
kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan
yang dilaporkan. Jenis penindasan secara fisik di antaranya adalah memukul,
mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar,
serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, serta
merusak dan menghancurkan pakaian serta barangbarang milik anak yang
tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin
berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk
mencederai secara serius.
2. Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan,
baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah
dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya,
tanpa terdeteksi. Penindasan verbal dapat diteriakkan di taman bermain
bercampur dengan hingar binger yang terdengar oleh pengawas, diabaikan
karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik di
antara teman sebaya. Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan,
fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa
ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat
berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, e-
mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman
kekerasan, tuduhantuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta
gosip.
3. Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasionaladalah
pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran,
suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak
yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap
akan mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk
mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan
untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap
tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas,
bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
12. 8
4. Cyber Bullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya
teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus
menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik dari sms,
pesan di internet dan media sosial lainnya.
5. Seksual Bullying
Adalah tindakan yang berbahaya dan memalukan seseorang secara seksual.
Intimidasi seksual ini termasuk pemanggilan nama seksual atau cat-calling,
gerakan vulgar, menyentuh, dan materi pornografi.
e. Upaya-Upaya Pencegahan Bullying
1. Membantu para siswa/siswi untuk mengetahui dan memahami bullying.
Dengan menambah pengetahuan para siswa/siswi tersebut mengenai
bullying, mereka dapat lebih mudah untuk mengenali saat bullying menimpa
mereka atau orang-orang di dekat mereka. Selain itu para siswa/siswi juga
perlu dibekali dengan pengetahuan untuk menghadapi bullying dan
bagaimana mencari Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman mengenai bullying, diantaranya:
a. Memberitahu pada mereka bahwa bullying tidak baik dan tidak dapat
dibenarkan dengan alasan maupun tujuan apapun. Setiap orang layak
diperlakukan dengan hormat, apapun perbedaan yang mereka miliki.
b. Menjelaskan mengenai dampak-dampak bullying bagi pihak-pihak yang
terlibat maupun bagi yang menjadi “saksi bisu”
2. Memberikan saran mengenai cara-cara menghadapi bullying. Setelah
diberikannya pemahaman terkait bullying, para siswa/siswi juga perlu
dibekali pengetahuan dan keterampilan ketika mereka menjadi sasaran dari
bullying agar dapat menghadapinya dengan aman tanpa menggunakan
caracara yang agresif ataupun kekerasan, yang dapat semakin memperburuk
keadaan. Cara-cara yang dapat digunakan, misalnya dengan mengabaikan
pelaku, menjauhi pelaku, atau menyampaikan keberatan mereka terhadap
pelaku dengan terbuka dan percaya diri. Mereka juga dapat menghindari
bullying dengan berada di sekitar orang-orang dewasa, atau sekelompok
siswa/siswi lain. Apabila menjadi korban bullying dan cara-cara di atas
sudah dilakukan namun tidak berhasil, sebaiknya didorong untuk
menyampaikan masalah tersebut kepada orang-orang dewasa yang mereka
percayai, baik itu guru di sekolah maupun orangtua atau anggota keluarga
lainnya di rumah.
13. 9
3. Membangun sebuah hubungan dan komunikasi dua arah. Biasanya pelaku
bullying akan mengancam atau mempermalukan korban bila mereka
mengadu kepada orang lain, dan hal inilah yang biasanya membuat seorang
korban bullying tidak mau mengadukan kejadian yang menimpa mereka
kepada orang lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk senantiasa
membangun hubungan dan menjalin komunikasi dua arah, agar mereka
dapat merasa aman dengan menceritakan masalah yang mereka alami
dengan orang-orang terdekat mereka, dan tidak terpengaruh oleh
ancamanancaman yang mereka terima dari para pelaku bullying. Dalam
kehidupan masa kini yang serba sibuk dan penuh aktivitas, semakin sulit
bagi para orangtua dan anggota keluarga.
4. Mendorong mereka untuk tidak menjadi “saksi bisu” dalam kasus bullying.
Siswa-siswi yang menyaksikan kasus bullying juga dapat membantu dengan
cara:
a. Menemani atau menjadi teman bagi korban bullying,misalnya dengan
mengajak bermain atau berkegiatan bersama.
b. Menjauhkan korban dari situasi-situasi yang memungkinkan ia
mengalami bullying.
c. Mengajak korban bicara mengenai perlakuan yang ia terima,
mendengarkan ia bercerita dan mengungkapkan perasaannya.
d. Apabila dibutuhkan, sebisa mungkin membantu korban untuk
mengadukan permasalahannya kepada orang dewasa yang dapat
dipercaya.
e. Membantu mereka untuk menemukan minat dan potensi dalam diri.
Dengan mengetahui minat dan potensi dalam diri, mereka akan
terdorong untuk mengembangkan diri dan bertemu serta berteman
dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Hal ini akan
meningkatkan rasa percaya diri dan mendukung kehidupan sosial mereka
sehingga membantu melindungi mereka dari bullying tersebut.
f. Memberikan teladan lewat sikap dan perilaku. Sebaik dan sebagus
lapapun slogan, saran serta nasihat yang mereka dapatkan, kembali lagi
pada lingkungan mereka untuk melihat sikap dan perilaku seperti apa
yang diterima oleh masyarakat. Walaupun tidak terlihat demikian, siswa-
siswi juga memerhatikan dan merekam bagaimana orang dewasa
mengelola stres dan konflik, serta bagaimana mereka memperlakukan
orang-orang lain di sekitar mereka. Apabila kita ingin ikut serta dalam
memerangi bullying tersebut, hal paling sederhana yang dapat kita
lakukan adalah dengan tidak melakukan bullying atau hal-hal lain yang
mirip dengan bullying. Disadari maupun tidak, orang dewasa juga dapat
menjadi korban ataupun pelaku bullying, misalnya dengan melakukan
14. 10
bullying di tempat kerja, ataupun melakukan kekerasan verbal terhadap
orang-orang di sekitar kita.
2.2 Pemberian Sosialisasi Pada Remaja
1. Pengertian Sosialisasi
Secara umum, pengertian sosialisasi adalah suatu proses belajar mengajar dalam
berperilaku dimasyarakat. Beberapa orang juga mengatakan bahwa sosialisasi
adalah proses penanaman nilai, kebiasaan, dan aturan dalam bertingkah laku di
masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya. Dalam proses sosialisasi
sendiri, manusia disesuaikan dengan peran dan status sosial masing-masing di
dalam kelompok masyarakat. Dengan adanya proses sosialisasi, maka seseorang
bisa mengetahui, memahami sekaligus menjalankan hak dan kewajibannya
berdasarkan peran status masing-masing sesuai budaya masyarakat. Dalam
kehidupan sehari hari , hampir semua dari kita pernah merasakan perlakuan yang
tidak menyenangkan dalam pergaulan. Perlakuan tidak menyenangkan itu bisa
saja dalam bentuk kata kata atau mungkin bahkan dalam bentuk fisik. Hal
demikian saat ini lebih dikenal dengan istilah Perundungan atau Bullying. Salah
satu pencegahannya dengan adanya memberikan sosialisasi anti perundungan
pada anak, dan diharapkan dengan adanya sosialisasi anti perundungan tidak ada
lagi aksi bullying di lingkungan sekolah. Berikut pengertian sosialisasi menurut
oara ahli :
a. Soejono Dirdjosisworo
Soejono Dirdjosisworo mengungkapkan bahwa pengertian sosialisasi
memuat tiga arti, yaitu:
Proses belajar; suatu proses akomodasi dimana manusia menahan, mengubah
impuls- impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan
masyarakatnya.
Kebiasaan; dalam bersosialisasi setiap manusia mempelajari sikap, ide-ide,
kebiasaan, pola-pola nilai dan tingkah laku, serta ukuran kepatuhan tingkah
laku di dalam masyarakat di lingkungan ia hidup
Sifat dan kecakapan; proses sosialisasi mengajarkan manusia untuk
merangkai dan mengembangkan dari semua sifat dan kecakapan sebagai
suatu kesatuan dalam diri seseorang.
b. Charlotte Buhler
Menurut Charlotte Buhler, sosialisasi merupakan suatu proses belajar dan
menyesuaikan diri untuk membantu anggota masyarakat dalam memahami
bagaimana bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya.
Ia juga berpendapat bahwa sosialisasi bertujuan agar anggota masyarakat
dapat berperan.
c. Peter L. Berger
15. 11
Menurut Peter L. Berger, sosialisasi merupakan suatu proses belajar seorang
anak untuk menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
d. Edward S. Greenberg
Menurut Greenberg, sosialisasi merupakan suatu proses perubahan dari
individu untuk diterima atau sesuai dengan keinginan dari pihak luar dunia
luar. Hal itu bertujuan agar ia dapat ikut serta berpartisipasi secara aktif
sebagai anggota suatu organisasi.an berfungsi dalam kelompok tersebut.
2. Fungsi Sosialisasi
a. Membentuk pola perilaku dan kepribadian individu berdasarkan nilai dan
norma di masyarakat.
b. Menjaga keteraturan hidup masyarakat berdasarkan nilai dan norma yang
diajarkan
c. Menjaga integrasi kelompok dalam masyarakat.
3. Tujuan Sosialisasi
a. Memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam
kehidupan masyarakat.
b. Mengembangkan pengetahuan seseorang agar dapat berkomunikasi secara
efektif dengan orang lain.
c. Menamkan nilai dan norma bertingkah laku sesuai peraturan dan
kepercayaan masyarakat.
d. Untuk memahami peranan dan status sosial masing-masing individu.
e. Untuk menghapus atau menghilangkan tingkah laku yang bermasalah untuk
digantikan dengan tingkah laku yang baru yang di inginkan oleh siswa.
4. Manfaat Sosialisasi
a. Lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru
b. Membuat lebih percaya diri
c. Melatih kemampuan berkomunikasi
d. Mau berbagi
e. Mengajarkan saling berbagi
5. Syarat Terjadinya Sosialisasi
a. Apa yang disosialisasikan adalah sebuah informasi yang diberikan kepada
siswa berupa nilai, norma, dan peran.
b. Menjelaskan cara mensosialisasikan dengan cara melibatkan proses
pembelajaran
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi
a. Sifat Dasar
Sifat dasar seseorang meliputi karakter, watak, serta sifat emosional. Sifat
dasar merupakan warisan dari ayah dan ibu yang diturunkan melalui gen.
16. 12
Gen telah ada sejak anak masih berupa embrio yang di dalamnya mewarisi
sifat-sifat sang ayah dan ibu.
b. Lingkungan Prenatal
Embrio berada dalam rahim ibu untuk beberapa waktu. Lingkungan inilah
yang disebut lingkungan prenatal. Pada masa ini sang ibu berusaha memberi
pengaruh-pengaruh yang baik kepada bayinya. Misalnya mengkonsumsi
susu ibu hamil yang bertujuan menambah gizi bayi atau senantiasa
mendengarkan musik klasik guna merangsang kecerdasan otak bayi. Tidak
menutup kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh tidak langsung yang
berasal dari sang ibu, seperti penyakit ibu yang dapat mempengaruhi kondisi
sang bayi, gangguan endoktrin, penyakit bawaan atau shock pada saat
kelahiran
c. Perbedaan Perorangan
Setelah lahir, seorang anak akan tumbuh dewasa dengan karakteristiknya
sendiri-sendiri. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,
seperti ciri fisik (bentuk badan, warna kulit, warna mata, dan bentuk
rambut), ciri-ciri normal, emosional, personal, dan sosial. Perbedaan
perorangan ini mampu mempengaruhi sosialisasi seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah kondisi sekitar individu baik lingkungan
alam, kebudayaan, dan masyarakat yang dapat mempengaruhi proses
sosialisasi. Kondisi lingkungan sekitar tidak menentukan, tetapi mampu
mempengaruhi dan membatasi proses sosialisasi seseorang. Potensi manusia
tidak dapat berkembang secara otomatis melainkan memerlukan lingkungan
sosial yang tepat. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh interaksi dengan
sesama, bahasa, dan cinta/kasih sayang. Dalam interaksi diperlukan
pertumbuhan kecerdasan, pertumbuhan sosial dan emosional, mempelajari
pola-pola kebudayaan dan berpartisipasi dalam masyarakat. Melalui interaksi
orang dapat belajar tentang pola perilaku yang tepat serta belajar hak,
kewajiban dan tanggung jawab. Bahasa digunakan untuk mempelajari
simbol - simbol kebudayaan, merumuskan dan memahami kebudayaan,
memahami gagasan yang kompleks dan menyatakan pandangan maupun
nilai seseorang. Cinta sangat diperlukan untuk kesehatan mental dan fisik
seseorang. Lingkungan dimana ia tinggal sangat berpengaruh pada
sosialisasi. Lingkungan yang “buruk” akan mempengaruhi perkembangan
pribadinya. Contoh : Dari keluarga “Broken Home” akan berpengaruh
negatif pada perkembangan pribadi anak seperti rendah diri, suka berontak,
nakal dan sebagainya.
17. 13
e. Motivasi
Dalam menjalani kehidupan, setiap individu mempunyai motivasi-motivasi
untuk menjadikan hidupnya lebih berarti. Motivasi merupakan kekuatan
dalam diri seseorang yang menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu.
Motivasi yang dimiliki seseorang mampu mempengaruhi seseorang tersebut
dalam bersosialisasi. Orang yang mempunyai motivasi besar dalam
bersosialisasi tentu berbeda apabila dibandingkan dengan seseorang yang
tidak mempunyai motivasi.
2.3 Membangun Rasa Percaya Diri Pada Remaja
a. Pengertian Percaya Diri
Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan
penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih
pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya
menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas
keputusan atau pendapatnya. Sedangkan kepercayaan diri adalah sikap positif
seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya. Hal ini bukan berarti individu tersebut mampu dan kompeten
melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya
hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan induvidu tersebut
dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia
bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan
yang realistik terhadap diri sendiri. Pada zaman modern ini, presentase orang
mengalami krisis percaya diri seperempat dari masyarakat di berbagai belahan
dunia. Percaya diri merupakan salah satu pangkal dari sikap dan perilaku anak.
Apabila anak tidak mempunyai rasa percaya diri, anak akan merasa malu kapan
dan dimana saja bila dia tampil, dan tidak berani untuk bergaul, anak juga tidak
untuk menunjukkan kemampuan yang dimilikinya kepada orang lain. Karena hal
tersebut akan mengakibatkan kemampuan anak tidak berkembang secara
maksimal.
b. Manfaat Memiliki Rasa Percaya Diri
Tidak takut menghadapi tantangan yaitu percaya diri dapat membuat kita selalu
berpikir positif dan tenang ketika menghadapi tantangan karena kita merasa
mampu dan percaya bahwa dapat melewati tantangan tersebut.
Dapat menerima kekurangan dengan memiliki percaya diri, kita dapat menerima
kekurangan yang ada dalam diri kita dan memaksimalkan kelebihan yang kita
miliki. Kita dapat menggunakan kelebihan tersebut untuk mencapai tujuan kita.
Membuat hidup lebih menyenangkan Memiliki rasa percaya diri dapat membuat
18. 14
hidup menjadi jauh lebih positif. Hal ini dikarenakan rasa percaya diri
mengajarkan untuk tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain.
c. Faktor-Faktor Percaya Diri
1. Keadaan Fisik
Pada dasarnya, tidak ada kondisi fisik yang sempurna yang dimiliki oleh
seseorang, tetapi dalam beberapa kasus ada beberapa orang yang memiliki
kondisi fisik mendekati sempurna. Kondisi fisik yang mendekati sempurna
bisa menambah rasa percaya diri. Kondisi fisik yang dimaksud yakni wajah
(ganteng atau cantik), tinggi badan (normal atau di bawah normal), berat
badan (kurus, norma, atau gemuk), dan bentuk tubuh yang ideal. Sementara
itu, jika seseorang mempunyai kondisi fisik yang kurang ideal maka akan
muncul rasa malu atau minder bahkan rasa takut dalam melakukan interaksi
sosial. Namun, bagi yang tidak memiliki kondisi fisik yang mendekati
sempurna jangan minder karena setiap manusia yang diciptakan pasti
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Tetap bersyukur adalah salah satu
cara untuk menghilangkan rasa minder dan khawatir itu.
2. Tingkat Pendidikan
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya untuk bisa melanjutkan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi karena mereka (orang tua)
beranggapan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang anak maka
anak itu lebih dipandang oleh orang lain. Apalagi jika kedua orang tua
mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi juga maka mereka akan berusaha
dan bekerja keras semaksimal mungkin supaya anaknya bisa menyelesaikan
tingkat pendidikan yang tinggi.
3. Gelar Pendidikan
Setelah menyelesaikan setiap tingkat pendidikan tinggi maka seseorang akan
diberikan gelar. Adanya gelar yang disematkan pada seseorang maka rasa
percaya diri pada orang tersebut akan bertambah. Bertambahnya rasa
percaya diri akan memengaruhi kehidupannya di kemudian hari. Dengan
demikian, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka bisa
menambah rasa percaya di dalam dirinya. Namun, dalam beberapa kasus,
tingkat pendidikan tinggi bisa menurunkan rasa percaya diri. Misalnya,
setelah menyelesaikan tingkat pendidikan tinggi, tetapi orang tersebut belum
juga mendapatkan pekerjaan sehingga merasa ilmu yang didapatkan tidak
berguna.
19. 15
4. Kualitas Hubungan Dalam Keluarga
Sebuah keluarga yang harmonis akan memunculkan rasa kasih sayang pada
setiap anggota keluarga khususnya anak. Kasih sayang ini sangat diperlukan
bagi seorang anak karena memiliki perjalanan hidup yang masih panjang.
Kasih sayang yang baik dalam sebuah keluarga bisa memberikan
pengalaman yang baik juga untuk anak. Semakin banyak pengalaman baik
yang didapatkan dari sebuah keluarga maka rasa percaya diri seorang anak
akan bertambah. Namun, jika hubungan dalam sebuah keluarga tidak
berjalan dengan harmonis maka bisa terjadi kekerasan pada seorang anak.
Kekerasan ini bisa menghasilkan pengalaman buruk. Pengalaman buruk ini
sangat tidak baik bagi seorang anak karena akan memunculkan rasa takut
dan bisa mengurangi rasa percaya diri ketika melakukan interaksi sosial.
Kualitas hubungan keluarga bisa dikatakan sebagai salah satu faktor penting
supaya rasa percaya diri pada seorang anak bisa terjaga bahkan akan lebih
bagus jika rasa percaya diri itu meningkat
d. Cara Meningkatkan Rasa Percaya Diri
1. Bergaul dengan orang-orang yang memiliki rasa percaya diri Lingkungan
bisa membentuk suatu kepercayaan diri pada seseorang sehingga lingkungan
bisa dikatakan sebagai salah satu aspek penting dalam pembentuka rasa
percaya diri. Jika kita berbaur dengan orang-orang yang mempunyai rasa
percaya diri maka rasa percaya diri yang ada di dalam diri akan meningkat.
2. Musuh alami percaya diri adalah rasa takut yang ada di dalam diri sendiri.
Rasa takut pada seseorang bisa membuat dirinya tidak berani melakukan
interaksi dengan orang lain dan tidak berani melakukan suatu hal yang susah
karena takut gagal.
3. Objektif menilai diri sendiri
Seseorang harus jujur dalam menilai diri sendiri karena penilaian yang jujur
akan membuat diri sendiri tahu akan batas kemampuannya. Maksudnya,
setiap orang mempunyai keahliannya masing-masing sehingga diri tidak
semua hal bisa dikerjakan dengan maksimal.
4. Membiasakan diri berpikir positif
Berpikir positif akan menghasilkan energi positif di dalam diri. Dengan
energi positif inilah rasa percaya diri seseorang bisa semakin bertambah
sehingga akan muncul rasa senang dan berani dalam melakukan suatu hal
khususnya saat melakukan interaksi social
20. 16
5. Melakukan pola hidup yang sehat
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pola hidup yang sehat akan
berdampak baik bagi kesehatan fisik ataupun kesehatan mental seseorang.
Bukan hanya itu, pola hidup yang sehat bisa juga meningkatkan rasa percaya
diri pada seseorang.
21. 17
BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
3.1 Profil Responden
Profil responden merupakan salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk
memberikan gambaran mengenai identitas responden dalam penelitian ini dengan
cara pengelompokan menjadi beberapa kelompok berdasarkan profil siswa yaitu;
jenis kelamin, usia, tingkat kelas, jurusan. Kriteria responden yang menjadi sumber
data penelitian ini adalah siswa yang memiliki pengetahuan atau pemahaman
mengenai kasus bullying di sekolah.
3.2 Teknik Pengambilan Data
1. Wawancara
a. Wawancara
atau interview merupakan salah satu wujud dari komunikasi interpersonal
dimana merupakan suatu bentuk komunikasi yang langsung tanpa perantara
media antar individu, dalam hal ini peran sebagai pembicara dan pendengar
dilakukan secara bergantian, serta sering kali peran itu menyatu. Wawancara
merupakan suatu proses komunikasi dyadic dengan tujuan dan maksud yang
serius yang dirancang untuk pertukaran perilaku dan melibatkan proses tanya
jawab. Yang dimaksud dengan proses pada hal ini adalah terjadinya suatu
proses yang dinamis yang saling bergantian dengan beberapa variabel yang
terlibat dimana derajat dari system/struktur tidak terlalu pasti (fleksibel).
Sedangkan yang dimaksud dengan dyadic adalah bahwa interview atau
wawancara merupakan interaksi antar dua pihak (individu ke individu) tidak
lebih dari dua pihak yaitu interviewer (pewawancara) dan interviewee (orang
yang diwawancarai). Wawancara berbeda dengan percakapan biasa.
Wawancara merupakan salah satu cara untuk melakukan asesmen yang
mempunyai beberapa ciri. Ciri-ciri wawancara adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Mempunyai tujuan dan maksud yang jelas.
2. Pewawancara bertanggung jawab untuk mengarahkan interaksi dan
memilih isi pembicaraan.
3. Tidak ada pertanyaan yang bersifat timbal balik antara pewawancara dan
klien.
4. Perilaku pewawancara direncanakan dan diatur.
5. Biasanya pewawancara diharuskan menerima permintaan klien untuk
suatu kegiatan wawancara walaupun dalam beberapa situasi (sekolah,
rumah, kantor). Untuk hal-hal tertentu anak dan orangtua diharuskan
datang guna melakukan wawancara.
6. Pewawancara disyaratkan untuk memberikan atensi yang
berkesinambungan selama terjadi interaksi.
7. Wawancara secara formal direncanakan dalam suatu pertemuan.
8. Kenyataan dan perasaan yang tidak menyenangkan tidak perlu dihindari.
22. 18
b. Keterampilan yang harus dimiliki seorang pewawancara
1. Mendengarkan
Kemampuan untuk mendengarkan secara kreatif dan empatik diperlukan
untuk dapat mengorek lebih dalam isi dari permukaan yang disampaikan,
kemampuan ini merupakan kunci dalam proses wawancara. Menjadi
pendengar yang baik berarti harus dapat terbebas dari sekedar
mendengarkan dan dapat memberikan perhatian penuh pada klien,
pendengar yang baik tidak hanya memusatkan perhatiannya pada “apa
yang dikatakan” tetapi juga “bagaimana mengatakannya”. Perhatian
tidak hanya terpusat pada klien, tetapi juga pada dirinya sendiri dalam
arti sadar terhadap kebutuhan, nilai dan standar yang dimiliki yang
kemungkinan berpengaruh terhadap penangkapan pewawancara tentang
isi pembicaraan dengan klien.
2. Mengobservasi suara dan pembicara ucapan
Sering kali ada beberapa orang tidak mau mengatakan persoalannya
secara langsung pada saat wawancara. Banyak dari mereka yang merasa
ragu dan tidak nyaman, jika hal ini terjadi tugas kita sebagai
pewawancara adalah membuatnya nyaman dan tenang, caranya bisa
dengan mencoba untuk mengerti “mengapa” mereka tidak bisa
menjawab hal yang ingin pewawancara tanyakan. Pewawancara juga
dapat memperkirakan kondisi psikologis klien dari caranya berbicara dan
isi pembicara. Oleh karena itu, keterampilan ini dinilai penting untuk
membantu memfokuskan masalah. Berikut merupakan beberapa hal yang
dapat dilakukan pewawancara agar terjalinnya wawancara dengan baik,
diantaranya :
➢ Intensitas suara (suara sangat keras, sangat lembut, monoton).
➢ Kecepatan pembicaraan (sangat lambat, tersentak-sentak, monoton,
sedang)
➢ Kelancaran berbicara (bloking, keragu-raguan).
➢ Spontanitas (spontan, ragu-ragu, tidak dapat lugas, malu
mengucapkan sesuatu).
➢ Waktu reaksi (cepat/lambat dan menanggapi pertanyaan baik yang
umum maupun khusus).
➢ Relevansi pembicaraan dengan topik (relevan/tidak relevan)
➢ Sopan santun dalam berbicara.
➢ Penyimpangan dalam mengucapkan sesuatu (ekolalia, kata yang
bercampur baur).
➢ Pengaturan pembicaraan (teratur, melompat-lompat).
➢ Perbendaharaan kata (banyak-sedikit).
➢ Kualitas suara (mendesah, parau, serak).
➢ Penguasaan pembicaraan (pengulangan, pembetulan, kata tidak
komplit).
23. 19
3. Mengobservasi bahasa non verbal (Perilaku)
Dalam wawancara seorang pewawancara perlu memperhatikan bentuk
komunikasi verbal dan non verbal saat wawancara berlangsung. Selain
itu, pewawancara juga harus memiliki keterampilan dalam membuka dan
mengakhiri wawancara. Pesan-pesan non verbal dapat:
1. Memperkuat dan memverifikasikan pesan-pesan verbal seseorang.
2. Menekankan pesan verbal.
3. Pesan pesan non verbal mungkin menggantikan pesanpesan verbal.
4. Kadang-kadang simbol-simbol non verbal tidak konsisten dengan
simbol-simbol verbal. Bahkan mungkin berlawanan, jadi bukan
sekedar apa yang dikatakan, tapi bagaimana cara mengatakannya.
5. Mengobservasi penampilan. Mengintegrasikan observasi.
c. Bentuk- bentuk wawancara
1. Information giving, bertujuan untuk menyampaikan informasi, misalnya:
orientasi, seperti pemberian instruksi pekerjaan.
2. Information gathering, bertujuan untuk mendapatkan atau
mengumpulkan informasi.
3. Seleksi, meliputi screening (seleksi awal), determinasi (penentuan,
misalnya menentukan gaji atau penempatan karyawan).
4. Wawancara untuk masalah perilaku pada interviewee nya, antara lain
evaluasi, review (kilas balik pekerjaan), penilaian, correction, reprimand
(teguran), pendisiplinan, pemisahan, firing (PHK). Wawancara jenis ini
merupakan wawancara yang paling sulit karena sangat membutuhkan
data-data yang akurat.
5. Problem-problem yang ada pada interviewer, seperti menerima
complain, grievances (keluhan), menerima saran, menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang sifatnya khusus.
6. Problem solving (non-direct), adanya sharing problem secara timbale
balik, dan pemberian saran.
7. Persuasi (direct), pada saat penjualan jasa & produk, quasicommercial
selling, penerimaan anggota member.
d. Model pendekatan dalam wawancara
1. Direct interview
Kelebihan: mudah dipelajari, memerlukan waktu yang lebih sedikit,
menyediakan data yang bisa digunakan, bisa digunakan sebagai
suplemen/metode tambahan dalam mengumpulkan data, dapat
direplikasi/diulang-ulang. Kekurangan: tidak fleksibel, terbatas dalam
variasi & kedalaman mengenai topik, tidak member kesempatan kepada
interviewer untuk menggunakan teknik yang bermacam-macam, sering
digunakan untuk menggantikan alat pengumpul data yang lebih efektif &
efisien daripada menggunakan wawancara, validitas informasi yang
24. 20
didapat patut dipertanyakan, terutama pada intonasi suara & jenis
kelamin interviewernya & hal-hal yang bisa menimbulkan bias.
2. Non-direct interview
Kelebihan: interviewer lebih fleksibel dalam mengajukan pertanyaan,
memberi kesempatan untuk lebih luas & menggali lebih dalam mengenai
suatu topic. Memberi kesempatan kepada interviewer untuk menjalin
hubungan yang lebih mantap, memberi kemungkinan kepada interviewer
untuk mengekspresikan dirinya lebih luas. Kekurangan: memakan
banyak waktu, membutuhkan kepekaan kepada interviewee/interviewer
yang sesitif, umumnya menghasilkan data yang tidak dapat
dikuantifikasikan, memungkinkan kepada seseorang untuk memberikan
informasi melebihi dari apa yang dibutuhkan/yang bisa diproses.
e. Tahap-tahap wawancara
Tahap opening (pembuka), Terdapat dua langkah dalam opening, yaitu:
1. Rapport merupakan suatu proses yang menciptakan itikad baik dan
kepercayaan diantara interviewer dan interviewee dan ini sering dimulai
dengan suatu pengenalan diri atau suatu sapaan. Berhati-hatilah pada
tahap ini, karena dapat mematikan partisipasi responden, juga apabila
interviewer terlalu banyak bicara yang manis-manis, terutama yang tidak
jujur. Contoh :
➢ Bahasa verbal seperti “Selamat pagi, perkenalkan saya putri, saya
mahasiswa dari universitas esa unggul.”
➢ Perilaku non verbal seperti berjabat tangan, anggukan, senyuman,
dan suara yang menyenangkan.
➢ Pertanyaan lanjutan yang sifatnya personal seperti “apa kabar dik?”
atau topik-topik lain seperti tentang cuaca, keluarga, dan kejadian
terkini.
➢ Selingan humor
2. Orientasi, tahap ini bisa disebut juga penjelasan tujuan dan proses
wawancara, bagaimana informasi akan digunakan, dan alasan mengapa
interviewee terpilih. Ada beberapa teknik yang dapat membantu rapport
dan orientasi pada tahap opening, yaitu :
➢ Menyimpulkan masalah
➢ Menjelaskan timbulnya masalah
➢ Sebutkan manfaat keterlibatan interviewee dalam proses wawancara
➢ Meminta saran dan bantuan
➢ Mengarahkan pembicara yang berhubungan dengan posisi dan hal-
hal yang diketahui interviewee atau issue tersebut
➢ Mengarahkan pembicara mengenai pihak yang merekomendasikan
interviewee
➢ Mengarahkan pembicara mengenai lembaga yang menaungi
interviewer
➢ Meminta waktu secara spesifik
25. 21
➢ Bertanya
➢ Menggabungkan beberapa teknik opening
Selain itu, tahap opening juga harus disertai dengan observasi non
verbal, sopan santun dan etika interviewee akan mempengaruhi kesan
pertama yang dibangun, misalnya :
➢ Etika memasuki ruangan wawancara
➢ Etika berhadapan dengan lawan bicara
➢ Kontak mata
➢ Penampilan
➢ Berjabat tangan
➢ Sentuhan
3. Tahap body (inti), ada beberapa yang perlu diperhatikan pada tahap ini
yatu :
1. Tipe pertanyaan, Ada beberapa pertanyaan yaitu :
➢ pertanyaan pembuka meliputi tidak ada jawaban “ya” atau
“tidak”; menggali lebih banyak informasi, diawali dengan
5W+1H; menggabungkan opini, sudut pandang, pikiran dan
perasaan; mencipatakan percakapan yang berkesinangbungan.
➢ Pertanyaan penutup meliputi hanya menggali fakta; membatasi
percakapan dan jawaban; diawali dengan “mampukah”, “
sudahkah”, “apakah” ; interviewee merasa diinterograsi;
menciptakan suasana tanya jawab; interviewer lebih banyak
bicara.
➢ Primary question atau pertanyaan awal meliputi mengenalkan
topik pembicaraan.
➢ Secondary question atau pertanyaan kedua meliputi pertanyaan
untuk informasi lebih lanjut.
2. Menyusun pertanyaan, yang harus diperhatikan :
➢ Menggunakan bahasa yang baku, jelas dan mudah dipahami
➢ Berhati-hati dalam pengucapan
➢ Memberikan pertanyaan sesuai dengan panduan untuk hasil
reliable
➢ Memberikan penjelasan jika terkesan kurang relevan
➢ Memberikan pertanyaan sesai tingkat pengetahuan interviewee
➢ Hindari pertanyaan yang rumit
Berdasarkan materi yang telah kami rangkum, berikut adalah beberapa
pertanyaan yang akan kami tanyakan kepada siswa-siswi terkait kasus
ini, yaitu sebagai berikut:
1. Apa pandangan anda tentang bullying?
2. Efek apa saja yang anda ketahui akibat dari bulying?
26. 22
3. Menurut anda mengapa kasus bullying sering terjadi di sekolah-
sekolah?
4. Apa sikap anda jika disekitar terjadi pembullyan?
5. Menurut anda apakah bully dapat mempengaruhi rasa kepercayaan
diri seseorang?
6. Menurut anda jika seorang korban bully itu menjadi tidak percaya
diri kira-kira dampak apa yang akan terjadi kepadanya?
7. Mengapa korban bully kepercayaan dirinya menurun?
8. Menurut anda apa dampak bully bagi kesehatan mental seseorang?
9. Jika seandainya anda menjadi korban bully hal apa yang akan kamu
lakukan?
10. Apa pendapat dan sikap anda jika Anda secara tiba-tiba terkena
bullying tanpa sebab dan akibat?
11. Apakah anda termasuk korban bullying ?
2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui
atau menyelidiki tingkah laku non verbal yakni dengan menggunakan teknik
observasi. Menurut Sugiyono (2018),observasi merupakan teknik pengumpulan
data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lain. Observasi juga tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang
lain. Melalui kegiatan observasi peneliti dapat belajar tentang perilaku dan
makna dari perilaku tersebut. Observasi dalam penelitian ini yaitu dengan
melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui kondisi yang
sebenarnya para pedagang mikro di Kecamatan Menteng untuk menerapkan
pencatatan menerapkan metode Laba Kotor sampai pembuatan laporan
keuangan bulanan. Menurut Yusuf (2013), kunci keberhasilan dari observasi
sebagai teknik dalam pengumpulan data sangat banyak ditentukan oleh peneliti
itu sendiri, karena peneliti melihat dan mendengarkan objek penelitian dan
kemudian peneliti menyimpulkan dari apa yang diamati. Peneliti yang memberi
makna tentang apa yang diamatinya dalam reliatas dan dalam konteks yang
alami, ialah yang bertanya dan juga yang melihat bagaimana hubungan antara
satu aspek dengan aspek yang lain pada objek yang ditelitinya.
27. 23
3. Dokumentasi
Istilah dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang dalam bahasa Belanda
disebut document, dalam bahasa Inggris disebut document. Kalau kita mengacu
ke bahasa Inggris maka istilah document dapat merupakan kata kerja (document)
serta kata benda (document). Kata kerja to document berarti menyediakan
dokumen, membuktikan dengan menunjukkan adanya dokumen. Sebagai kata
benda, dokumen berarti wahana informasi, data yang terekam atau dimuat dalam
wahana tersebut beserta maknanya yang digunakan untuk belajar, kesaksian,
penelitian, rekreasi dan sejenisnya. Dengan demikian, dokumen bisa mempunyai
konotasi yang berbeda serta ruang lingkup yang sedikit berlainan.(Sulistyo-
Basuki, 1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia,(1976) menjelaskan istilah
dokumen sebagai (1) sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat dipergunakan
sebagai bukti atau keterangan, seperti surat lahir, surat nikah, surat perjanjian.
Adapun dokumen-dokumen yang bertalian dengan perkara korupsi dipelajari
Jaksa Agung; (2) naskah karangan yang dikirim dengan pos. Pada umumnya,
biaya dokumen lebih murah dari pada surat biasa. Pengertian dokumen yang
diambil dari kamus tersebut memberi penegasan bahwa dokumen memilik
makna sebagai sesuatu yang tertulis dan tercetak sebagai bukti apabila
diperlukan. Dari berbagai definisi dan uraian mengenai dokumentasi tersebut
telah memberi gambaran tentang pengertian dokumen sehingga dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Perkataan dokumen berasal dari bahasa Belanda document dan dalam bahasa
Inggris dengan ejaan yang sama, yakni document. Dalam bahasa Latin
tertulis documentum.
2. Pada dasarnya dokumen tertulis atau tercetak dan dapat dipergunakan
sebagai bukti suatu keterangan.
3. Wujud dokumen dapat berupa surat, akta piagam atau rekaman lain.
4. Dokumen yang memiliki nilai hukum terkuat adalah dokumen asli.
5. Dokumen berguna, antara lain untuk:
➢ sumber keterangan
➢ sumber penyelidikan/penelitian ilmiah
➢ alat bantu bukti keabsahan suatu keterangan.
Dengan sendirinya hal tersebut menuntut kepastian bahwa istilah dokumentasi
harus sesuai dengan tugas dokumentasi, memiliki arti pasti serta dapat diterima
oleh kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang pengolahan informasi.