Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieDedy Wiranto
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorang bisa merumuskan tujuan hidup.
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieDedy Wiranto
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorang bisa merumuskan tujuan hidup.
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
PRINSIP-PRINSIP UMUM TENTANG BELAJAR DAN PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DALAM KAITANYA DENGAN SISTEM PENGAJARAN MATAKULIAH PSIKOLOGI PENDIDIDIKAN STAIN SALATIGA),
PRINSIP-PRINSIP UMUM TENTANG BELAJAR DAN PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DALAM KAITANYA DENGAN SISTEM PENGAJARAN MATAKULIAH PSIKOLOGI PENDIDIDIKAN STAIN SALATIGA),
PRINSIP-PRINSIP UMUM TENTANG BELAJAR DAN PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DALAM KAITANYA DENGAN SISTEM PENGAJARAN MATAKULIAH PSIKOLOGI PENDIDIDIKAN STAIN SALATIGA),
TUGAS INI BERISI TENTANG : PRINSIP-PRINSIP UMUM TENTANG BELAJAR DAN PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DALAM KAITANYA DENGAN SISTEM PENGAJARAN MATAKULIAH PSIKOLOGI PENDIDIDIKAN STAIN SALATIGA),
3. PENGERTIAN PRINSIP
Prinsip dapat diartikan menjadi
beberapa makna yaitu:
Sesuatu yang dipegang sebagai
panutan yang utama
(Badudu&Zein, 2001:1089).
Sesuatu yang menjadi dasar dari
pokok berpikir, berpijak dsb (Syah
Djanilus, 1993)
Sesuatu kebenaran yang
kebenarannya sudah terbukti dengan
4. PENGERTIAN PRINSIP
BELAJAR
Prinsip Belajar adalah landasan
berpikir, landasan berpijak, dan
sumber motivasi agar Proses Belajar
dan Pembelajaran dapat berjalan
dengan baik antara pendidik dengan
peserta didik.
5. PRINSIP – PRINSIP BELAJAR
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam
kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar
pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa
adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage
dan Berliner, 1984: 335). Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi
berhubungan erat dengan emosi, minat, dan
kebutuhan anak didik.
Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi yang datang
dari dalam diri anak didik, disebut ‘’motivasi
intrinsik’’, dan motivasi yang di akibatkan dari luar
diri anak didik, disebut ‘’motivasi ekstrinsik’’.
6. 2. Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap
bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak
mempunyai dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasinya
sendiri.
Guru di dalam interaksi edukatif di harapkan benarbenar menerapkan aktivitas anak didik, yaitu
belajar sambil bekerja (learning by doing).
Melakukan aktivitas atau bekerja adalah bentuk
pernyataan dari anak didik bahwa pada hakikatnya
belajar adalah perubahan yang terjadi setelah
melakukan aktivitas atau bekerja. Pada kelas-kelas
rendah di sekolah dasar,
7. 3. Keterlibatan langsung atau berpengalaman
Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam
penggolongan pengalaman belajar yang
dituangkan dalam kerucut pengalamannya
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik
adalah belajar melalui pengalaman langsung.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya
pengulangan barang kali yang paling tua adalah
yang dikemukakan oleh teori psikologi daya.
Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal,
merasakan, berfikir, dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang.
8. 5. Tantangan
Teori medan (field theory) dari Kurt Lewin
mengemukakan bahwa siswa dalam situsi belajar
berada dalam suatu medan atau lapangan
psikologis. Dalam situasi belajar siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi
selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan
belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi
hambatan itu.
6. Balikan atau penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan teori belajar
operant conditioning dari B.F. Skinner. yang
diperkuatkan tentang responsnya. Namun
dorongan belajar menurut B.F.Skinner tidak saja
oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga
yang tidak menyenangkan. (Gage dan
Berline, 1984:272).
9. 7. Perbedaan individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak
ada dua orang yang sama persis, tiap siswa
memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
Perbedaan itu terdapat pada karakteristik
psikis, kepribadian, sifat-sifatnya.
Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan
hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu
perlu di perhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran.
10. IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
BAGI SISWA DAN GURU
Perhatian dan motivasi
Implikasi bagi siswa.
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap
semua rangsangan yang mengarah kearah tujuan
belajar.adanya tuntutan untuk selalu memberikan
perhatian ini, menyebabkan siswa harus
membangkitkan perhatiannya kepada segala
pesan yang dipelajaarinya.
Implikasi bagi guru:
Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang
menarik.Mengkondisikan proses belajar aktif.
Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di
dalam belajar (misalnya kebutuhan untuk
dihargai, tidak merasa tertekan, dsb).
1.
11. 2. Keaktifan.
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa:
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud
perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi
yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan,
ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat
karya tulis, membuat klipping, dan perilaku sejenis
lainnya.
Implikasi prinsip keaktifan bagi guru:
Memberikan kesempatan melakukan pengamatan,
penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen.
Memberikan tugas individual dan kelompok melalui
kontrol guru.
Menggunakan multi metode dan multi media di
dalam pembelajaran.
12. 3. Keterlibatan langsung atau berpengalaman.
Implikasi bagi siswa:
Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan
menyebabkan siswa memperoleh pengalaman
atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku
misalnya: siswa berdiskusi untuk membuat
laporan, siswa melakukan reaksi kimia dan
sejenisnya.
Implikasi bagi guru:
Mengaktifan peran individual atau kelompok kecil
di dalam penyelesaian tugas.
Menggunakan media secara langsung dan
melibatkan siswa untuk melakukan berbagai
percobaan atau eksperimen.
Memberi keleluasaan kepada siswa untuk
melakukan berbagai percobaan atau eksperimen.
13. 4. Pengulangan
Implikasi bagi siswa:
Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa
adalah kesadaran siswa untuk bersedia
mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk
satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini,
diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam
melakukan pengulangan.
Implikasi bagi guru:
Memilah pembelajaran yang berisi pesan yang
membutuhkan pengulangan.
Merancang kegiatan pengulangan.
Mengembangkan soal-soal latihan.
Mengimplementasikan kegiatan-kegiatan
pengulangan yang bervariasi.
14. 5. Tantangan
Implikasi prinsip ini bagi siswa adalah tuntutan yang
dimiliki dan kesadaran pada diri siswa akan
adanya kebutuhan untuk selalu
memperoleh, memproses, dan mengolah pesan.
Siswa juga harus memiliki keingintahuan yang
besar terhadap segala permasalahan yang
dihadapi. Bentuk-bentuk perilaku: melakukan
eksperimen, mencari tahu pemecahan masalah.
Implikasi bagi guru:
Merancang dan mengelola kegiatan inkuiri dan
eksperimen.
Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah
kepada siswa.
Mendorong siswa untuk membuat kesimpulan
pada setiap sesi pembelajaran.
15. 6. Balikan dan penguatan
Implikasi bagi siswa:
Bentuk-bentuk perilaku dalam memperoleh
penguatan: segera mencocokkan jawaban dengan
kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap nilai
yang di caoai dan yang lainnya.
Implikasi bagi guru:
memberikan balikan dan penguatan secara
tepat, baik tenik, waktu maupun bentuknya.
memberikan kepada siswa jawaban yang benar.
mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa.
memberikan lembar jawaban atau kerja siswa.
16. 7. Perbedaan individual
Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi
siswa diantaranya adalah menentukan tempat
duduk dikelas, menyusun jadwal belajar, adanya
perilaku fisik dan psikis yang berbeda.
Implikasi bagi guru:
Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami
kekuatan dan kelemahan dirinya dan untuk
selanjutnya mendapat perlakuan dan layanan
kegiatan belajar yang mereka butuhklan.
Para siswa harus terus didorong memahami
potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu
merencanakan dan melaksanakan kegiatan.