artikel ilmiah ini bercerita tentang pola hubungan masyarakat asimetris dan simetris. Idealnya, humas harus bertindak jujur dalam memberikan informasi internal dan eksternal. Humas memang menjadi corong bagi kepentingan perusahaan atau organisasi, namun kepentingan publik lebih utama. apalagi bila menyangkut hajat hidup orang banyak
Komunikasi dan perubahan sosial merupakan terjadinya pergeseran dimana nilai-nilai, nomra, sikap dan pola perilaku sudah berjalan yang tak semestinya dan telah menyimpang
artikel ilmiah ini bercerita tentang pola hubungan masyarakat asimetris dan simetris. Idealnya, humas harus bertindak jujur dalam memberikan informasi internal dan eksternal. Humas memang menjadi corong bagi kepentingan perusahaan atau organisasi, namun kepentingan publik lebih utama. apalagi bila menyangkut hajat hidup orang banyak
Komunikasi dan perubahan sosial merupakan terjadinya pergeseran dimana nilai-nilai, nomra, sikap dan pola perilaku sudah berjalan yang tak semestinya dan telah menyimpang
Ciri Komuikasi Antar Pribadi, Sifat Komunikasi antar pribadi, Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi, Jenis Hubungan Antar Pribadi, Perkembangan Komunikasi Antar Pribadi
1. A. Prinsip 1:Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Ernst Cassirer mengatajan bahwa
keunggulan dari manusia atau mahkluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal
symbolicum.
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukan sesuatu
lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Kemampuan manusia menggunakan
lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara
manusia dan obyek (baik nyata ataupun abstrak ) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut.
Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat
juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Lambang
bersifat sembarang, manasuka, atau sewenang-wenang
Lambang hadir dimana mana dan tidak henti-hentinya menerpa kita : gosip antar
tetangga, tagihan listrik, buku yang kita baca, lagu lewat radio, berita TV, suara azan dan
sebagainya. Namun alam tidak memberikan penjelasan kepada kita mengapa manusia
menggunakan lambang-lambang tertentu untuk merujuk pada hal-hal tertentu, untuk merujuk
pada hal-hal tertentu, baik yang kongkret maupun yang abstrak. Ada ungkapan “you are what
you read” anda adalah apa yang anda baca. Siapa anda dapat diketahui dari jenis bacaan
anda. Kita bisa membedakan dunia simbolik (pendidikan, pengalaman, selera).
Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna : kitalah yang memberikan makna
pada lambang.
Makna sebenarnya ada dalam kepala kita bukan terletak pada lambang itu sendiri.
kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata mempunyai, yang ia maksudkan
sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong memberi makna (yang telah disetujui bersama)
terhadap kata-kata itu. Persoalan akan timbul bila para peserta komunikasi tidak memberi
makna yang sama pada suatu kata.
Sebagian orang percaya bahwa angka-angka tertentu mengandung makna-makna
tertentu, misalnya kualitas (bagus, atau jelek). Kekuatan, keberuntungan atau kesialan.
Begitulah, angka 9 atau 10, seperti huruf A (nilai ujian mahasiswa), sering diasosiasikan
dengan kualitas atau prestasi yang tinggi. Namun angka rendah pada urutan 1,2,3 justru
2. menunjukan kualitas tertinggi bila digunakan untuk mengukur calon anggota DPR atau
DPRD. Tidak mengherankan bila lambang garuda kita dihiasi dengan sayap jumlah 17 bulu,
ekor berjumlah 8 bulu dan leher berjumlah 45 bulu. Kenyataannya tidak pernah ada seekor
burung dari jenis apapun yang mempunyai susunan seperti iyu. Akan tetapi, angka yang
dianggap paling ”berbahaya” secara universal mungkin angka 13. Banyak orang percaya
bahwa angka 13 adalah angka sial, sehingga kalau bisa angka ini dihindari. Kepercayaan itu
konon berkaitan dengan perjamuan terakhir Yesus Kristus bagi ke 12 muridnya.
Konon,kalau meja itu dihindari 13 tamu , maka tamu pertama atau tamu terakhir yg
meninggalkan kursinya, akan mati penasaran dalam waktu tidak lebih dari 12 bulan.
Ketakutan akan angka 13 ini telah menjadi sejenis “penyakit” yg di sebut triskadaikophobia.
Sebagai satu satunya makhluk yg menggunakan lambang, manusia sering mementingkan
lambang dari pada hakikat yg dilambangkan.
B. Prinsip 2:Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Kita tidak dapat berkomunikasi (we cannot not comunicate). Tidak berarti bahwa
semua perilaku adalah komunikasi. Cobalah anda minta seseorang tidak berkomunikasi amat
sulit baginya untuk berbuat demikian, karna setiap perilakunya punya potensi untuk
ditafsirkan. Kalau ia tersenyum, ia ditafsirkan bahagia; kalau ia cemberut, dia ditafsirkan
ngambek. Bahkan ketika kita berdiam diri sekalipun, ketika kita mengundurkan diri dari
komunikasi dan lalu menyendiri, sebenarnya kita mengkomunikasikan banyak pesan. Tak
jarang pula seseorang yang diam, memiliki banyak makna dari sikap diamnya tersebut dan
makna yang ada di kepala anda akan berbeda dengan makna yang di tangkap oleh orang lain.
C. Prinsip 3:Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi di sandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukan muatan (isi)
komunikasi, yaitu yg dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara
mengatakannya yg juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu,
dan bagaiman seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat “aku benci kamu” yg
di ucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali justru beratu sebaliknya
3. D. Prinsip 4: Komunikasi Berlangsung Dalam Tingkat Kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang
tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika anda melamun sementara orang memperhatikan
anda) hingga komunikasi yg benar benar direncanakan dan disadari (ketika anda
menyampaikan pidato). Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. Meskipun
kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita
potensial ditafsirkan orang lain dalam berkomunikasi biasanya kesadaran kita lebih tinggi
dalam situasi khusus dari pada dalam situasi rutin, misalnya ketika anda sedang diuji secara
lisan oleh dosen anda atau ketika anda berdialog dengan orang asing yg berbahasa inggris
dibandingkan dengan ketika anda bersenda gurau kepada keluarga atau kawan kawan anda.
E. Prinsip 5: Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks isi dan ruang (termasuk iklim, suhu,
intensitas cahaya, dsb), waktu, sosial dan psikologis. Topik topik yg lajim dipercakapan
dirumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti “lelucon”, acara televisi, mobil, bisnis,
atau perdagangan terasa kurang sopan bila dikemukan di masjid. Tertawa terbahak bahak
atau memakai pakaian dengan warnanya menyala, seperti merah, sebagai perilaku nonverbal
yg wajar dalam suatu pesta dipersepsi kurang berdab bila hal itu ditampakan dalam acara
pemakaman.
F. Prinsip 6: Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Ketika orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka.
Dengan kata lain, komunikasi juga bterikat oleh aturan atu tatakrama. Artinya, orang – orang
memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yg menerima pesan akan merespon.
Prediksi ini selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku
komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. Anda tidak dapat menyapa orang tua
anda atau dosen anda dengan “kamu” atau “elu”, keculai bila anda bersedia menerima
resikonya, misalnya dicapsebagai orang yang kurang ajar. Adnda juga tahu apa yang harus
anda katakan(“terimakasih”) ketika anda menerima hadiah dari orang lain atau ketika
menyenggol seseorang tanpa sengaja (“maaf”). Anda juga tau aturan jam berapa anda harus
menelepon atau bertamu kepada seseorang atau seberapa lama toleransi keterlambatan anda
ketika anda bertemu dengan seseorang.
4. G. Prinsip 7: Komunikasi Bersifat Sistemik
Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (A living system). Organ-orgab dalm
tubuh kita saling berhubungan. Bahkan unsur diri kita yang bersifat jasmani juga
berhubungan dengan unsur kita yang bersifat rohani. Kita hanya dapat menduga lewat kata-
kata yang ia ucapkan dan atau perilaku yang dia tunjukan. Sering kita tidak menyadari sistem
internal kita tersebut dan menggagapnya sebagai sesuatu yang harus demikian adanya,
sehingga kita tidak pernah mempersoalkan lagi. Setiap individu adalah sesuatu sistem internal
H. Prinsip 8: Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Efektiflah Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan
para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Misalnya, penjual yang datang
kerumah untuk mempromosikan barang diaanggap telah melakukan komunikasi efektif bila
akhirnya tuan rumah membeli barang yang dia tawarkan, sesuai dengan dia harapkan penjual
itu, dan tuan rumahpun merasa puas dengan barang yang dibelinya
I. Prinsip 9:Komunikasi Bersifat Konsekuensial
Meskipun banyak model komunikasi linear atau satu arah, sebenrnya komunikasi
manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah. Ketika seseorang berbicara kepada
seseorang lainnya, atau kepada sekelompok orang dalam seperti rapat atau kuliah, sebetulnya
komunikasi itu berjalan dua arah, karena orang-orang yang kita anggap sebagai pendengar
atau penerima pesan sebenarnya juga menjadi “pembicara” atau pemberi pesan pada saat
yang sama, yaitu lewat perilaku nonverbal mereka. Beberapa pakar komunikasi mengakui
sifat circular atau dua arah komunikasi ini, misalnya Frank Dance, 39 Kincaid dan Schram
40yang mereka sebut model komunikasi antar manusia yang memusat, Tubbs yang
menggunakan komunikator 1 dan komunikator 2 untuk kedua belah pihak yang
berkomunikasi tersebut. Komunikasi sirkuler di tandai dengan beberapa hal berikut :
1. Orang-orang yang berkomunikasi di anggap setara, misalnya komunikator A dan
Komunikator B, bukan pengirim(sender) dan penerima (resever), sumber (source) dan
sasaran (destination) atau yang sejenisnya. Dengan kata lain mereka mengirim dan
menerima pesan pada saat yang sama
5. 2. Proses komunikasi di dalam timbal balik (dua – arah), karena itu modelnya pun tidak
lagi di tandai dengan suatu garis luruh bersifat linear (satu-arah)
3. Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan u mpan balik, karena
pesan komunikator A sekaligus umpan balik bagi komunikator B dan sebaliknya
umpan balik B sekaligus pesan B, begitu seterusnya.
4. Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit, misalnya komunikasi antar dua
orang juga sebenarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri
(berfikir) sebagai mekanisme untuk menanggapi pihak lain.
Meskipun sifat sirkuler digunakan untuk menandai proses komunikasi, unsu-unsur proses
komunikasi sebenarnya tidak terpola secara kaku. Pada dasarnya unsur-unsur tersebut tidak
berada dalam suatu tatanan yang bersifat linear, sirkuler, helical, atau tatanan lainnya.unsur-
unsur proses komunikasi boleh jadi beroperasi dalam suatu tatanan tadi, tapi mungkin pula,
tidaknya sebagian, dalam suatu tatanan yang acak. Oleh karena itu, sifat nonsekuensial alih-
alih sirkuler tampaknya lebih tepat di gunakan untuk menandai proses komunikasi.
J. Prinsip 10: Komunikasi Berfisat Prosensual, Dinamis, dan Transaksional
Seperti juga waktu dan eksitensi, komunikas tidak mempunyainawal dan tidak
mempunyai akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung (Continius). Bahkan
kejadian yang sangat sederhanapun, seperti “Tolong ambil garam” melibatkan rangkaian
kejadian yang rumit bila pendengar memenuhi permintaan tersebut. Untuk lebih
memudahkan pengertian, kita dapat megatakan bahwa peristiwa itu dimulai katika orang A
meminta garam dan berakhir ketika orang B membirikan garam itu. Namun kita tidak dapat
mengukur peristiwa itu hanya berdasarkan apa yang terjadi antara permintaan akan garam
dan pemberian garam itu. Baik A atau B telah merujuk pada pengalaman masa lalu mereka
untuk merumuskan dan menafsirkan pesan serta menanggapinya secara layak. Komunikasi
sebagai proses dapat dianalogikan dalam pernyataan Heraclitus enam abad sebelum Masehi
bahwa “ seorang manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali.
Jadi dalam kehidupan manusia, tidak pernah saat yang sama datang dua kali.
Pandangan serupa juga dapat diterapkan padafenomena berikutini. Ketika Anda menonton
sebuah film- Titanic misalnya-untuk kedua kalinya keesokan harinya pada jam yang sama
dan duduk dikursi yang sama sekalipun, maka hakikatnya film itu bukanlah film yang sama,
karena film yang anda tonton kedua untuk kedua kalinya itu adalah film yang pernah anda
6. tonton sebelumnya. Begitu jugalah komunikasi ; komunikasi terjadi sekali waktu dan
kemudian menjadi bagian dari sejarah kita. Dalam proses komunikasi itu, para peserta
mempengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat kaomunikasi verbal ataupun
lewat komunikasi nonverbal. Menanggapi salah satu elemen komunikasi, misalnya pesan
verbal saja dengan mengabaikan semua elemen lainya, menyalahi gambaran komunikasi
yang sebenarnya sebagai proses yang sinambung dan dinamis yang kita sebut sebagai
transaksi. Transaksi menunjukan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan,
sehingga kita tidak dapat mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan lainnya.
Pernyataan bahwa komunikasi telah terjadi sebenarnya bersifat artifisial dalam arti
bahwa kita coba menangkap suatu gambaran diam (statis) dalam proses tersebut dengan
maksud untuk menganalisis kerumitan pristiwa tersebut, dengan menonjolkan komponen-
komponen atau aspek-aspeknya yang penting.implikasi sebagai proses yang dinamis dan
transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah ( dari sekedar berubah
pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).Implisit dalam proses
komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyadian (enconding) dan penyadian balik
(decoding). Kedua proses itu, meskipun secara teoretis dapat dipisahkan, sebenarnyaterjadi
serempak, bukan bergantian. Sebetulnya, para peserta komunikasi merupakan sumber
informasi, dan masing-masing membeeri serta menerima pesan secara serentak. Pandangan
dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa Anda mengalami perubahan sebagai
hasil terjadinya komunikasi. Jadi, perspektif transaksional memberi penekanan pada dua sifat
pristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling mempengaruhi. Para pesertanya menjadi
saling bergantung, dan komunikasi mereka hanya dapat dianilisi berdasarkan konteks
pristiwanya.
K. Prinsip 11:Komunikasi Bersifat Irreversible
Suatu prilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena itu merupakan peristiwa, perilaku
berlangsung dalam waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Misalnya para pemimpin
negara yang menyalahgunakan kekuasaan dan kemudian jatuh dari kekuasaan akibat ulah
mereka, seperti Ferdinand Marcosdan soeharto, dan menimbulkan efek tertentu berupa
perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap para pemimpin itu, pengaruh itu tidak bisa
ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya ,apa lagi bila penyampaian pesan
itu dilakukan untuk pertama kalinya, ketika anda tempil pertama kali untuk melakukan
presentasi atau pidato, anda harus mempersiapkannya secara lebih hati hati, karna kesan
7. halayak terhadap kinerja anda akan cenderung sulit dihilangkan sama sekali berdasarkan
prinsip ini. Curtis et al, mengatakan bahwa kesan pertama itu cenderung abadi. Dalam kaitan
ini, kita bisa memahami pribahasa “sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya”.
Dalam komunikasi massa, sekali wartawan menyiarkan berita yang tanpa disengaja
mencemarkan nama baik seseorang, maka nama baik orang itu sulit dikembalikan lagi ke
posisi semula, meskipun surat kabar, majalah, radio atau televisi itu telah minta maaf dan
memuat hak jawab sumber berita secara lengkap. Ada saja pihak yang telah menaruh
prasangka buruk kepada sumber berita sudah dipulihkan melalui permohonan maaf media
cetak dan media elektronik yang bersangkutan atau pemuatan hak jawab sumber berita secara
lengkap, bahkan bila hal itu misalnya dicetak satu halaman penuh pada halaman dimana
berita pencemaran nama baik sumber berita dimuat sebelumnya.
L. Prinsip 12:Komunikasi Bukan Penasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi.
Namun komunikasi bukanlah penasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau
konflik itu, karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah
struktual. Agar komunikasi efektif, kendala struktual kendala ini harus juga diatasi. Misalnya,
meskipun pemerintah berusaha payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga aceh
dan warga papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memperlakukan
masyarakat di wilayah wilayah itu secara tidak adil, dengan merampas kekayaan alam
mereka dan mengangkutnya kepusat.
Komunikasi antara berbagai etnik, baik antara warga tionghoa dengan warga pribumi,
antara suku madura dengan suku dayak di sambas (kalimantan) atau antara warga pendatang
(bugis makassar) dan warga pribumi di ambon, juga tidak akan efektif bila terdapat
kesenjangan ekonomi yang lebar diantara pihak pihak tersebut, juga bila pihak pihak tertentu
tidak memperoleh akses atau mengalami diskriminasi dalam lapangan pekerjaan yang
seharusnya juga terbuka bagi mereka. Hubungan antara warga tionghoa dan warga pribumi
akan semakin efektif bila warga tionghoa pun diperbolehkan menjadi pegawai negeri dan
anggota TNI, tidak hanya sebagai pedagang atau pegawai bank swasta seperti yang terjadi
selama ini
8. Tugas manajemen komunikasi
PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
OLEH :
MELTA JANNATANISSA BOER
C1D1 12 001
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014