1. RHEUMATOID
ARTHRITIS
Pembimbing: dr. Didiet Pratignyo, Sp.PD, FINASIM Penyaji: Illona Sahara Mahendra - 2010221052
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD CILEGON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
PERIODE 18 OKTOBER – 27 NOVEMBER 20
2. Rheumatoid arthritis merupakan hasil dari respon
autoimun tetapi penyebab spesifiknya tidak diketahui.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan
perkembangan penyakit tersebut, antara lain;
jenis kelamin perempuan, genetik atau adanya
riwayat keluarga, merokok, agen infeksi (contohnya EBV,
Mycoplasma, Retrovirus, Parvovirus B19, dll),
obesitas dan usia.
DEFINISI, ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah
penyakit inflamasi kronis
dengan etiologi yang tidak
diketahui ditandai dengan
poliartritis perifer simetris (Harrison
Principles of Internal Medicine 19e,
2015)
Rheumatoid arthritis adalah penyakit
autoimun yang ditandai
oleh inflamasi sistemik kronik dan pro
gresif, dimana sendi
merupakan target utama.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UI
edisi 6, 2014)
3. EPIDEMIOLOGI
Rheumatoid arthritis diperkirakan mempengaruhi sekitar 0,5-1% dari populasi orang dewasa
di seluruh dunia.
Seperti penyakit autoimun lainnya, rheumatoid arthritis lebih umum terjadi pada wanita
dibandingkan pria dengan rasio 2-3:1.
Penyakit ini cenderung menyerang selama tahun – tahun produktif usia dewasa antara usia
20 sampai 40 tahun dan merupakan kondisi kronis yang melumpuhkan dan sering
menyebabkan rasa sakit dan deformitas (WHO, 2019).
Pada beberapa kelompok etnis tertentu terdapat peningkatan prevalensi, seperti pada etnis
Native American (5-6%).
Faktor genetik memiliki keterlibatan hingga 50% dalam berkembangnya rheumatoid arthritis.
7. DIAGNOSIS
Diagnosis rheumatoid arthritis di indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut American
College of Rheumatology / European League Againts Rheumatism 2010.
Apabila pasien dengan skor 6 maka ditegakkan sebagai rheumatoid arthritis. Penggolongan
distribusi sendi diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan jumlah sendi yang terkena, dengan penempatan
kedalam kategori yang tertinggi yang dapat dimungkinkan yaitu, 1). sendi besar adalah bahu,
siku, lutut, pangkal paha dan pergelangan kaki, 2). Sendi kecil adalah MCP, PIP, MTP II-V,
IP ibu jari dan pergelangan tangan.
8.
9. Tidak ada tes diagnostik tunggal yang definitif untuk konfirmasi diagnosis rheumatoid arthritis.
The american college of rheumatology subcommittee on rheumatoid arthritis (ACRSRA)
merekomendasikan pemeriksaan laboratorium dasar untuk evaluasi antara lain:
darah perifer lengkap, RF, LED atau CRP.
Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal juga direkomendasikan karena akan membantu dalam
pemilihan terapi.
Pemeriksaan pencitraan yang bisa digunakan untuk menilai penderita rheumatoid arhtritis
antara lain foto polos (plain radiograph) dan MRI.
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
10. TATALAKSANA
Menurut Perhimpunan Reumatologi Indonesia (2014) sasaran utama pengoba
tan rheumatoid arthritis adalah meningkatkan kualitas hidup yang baik dengan
mengatasi keluhan, mencegah kerusakan struktural, menormalkan fungsi dan
kehidupan sosialnya. Penekanan peradangan adalah cara yang penting untuk
mencapai sasaran tersebut.
11. 3) PILIHAN PENGOBATAN
1.Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD)
Pemberian DMARD bisa diberikan tunggal atau kombinasi. Pada
pasien-pasien yang tidak respon atau respon minimal dengan pen
gobatan DMARD dengan dosis dan waktu yang optimal, diberika
n pengobatan DMARD tambahan atau diganti dengan DMARD
jenis yang lain .
12. 4) Pembedahan
Tindakan bedah perlu dipertimbangkan pada pasien rheumatoid arthritis
yang tetap mengalami sinovitis refrakter terhadap pengobatan, serta pasi
en yang mengalami keterbatasan gerak (memburuknya fungsi sendi akib
at kerusakan sendi/deformitas). Pasien yang mengalami nyeri yang terus
menerus yang tidak dapat dikendalikan dengan obat juga perlu dikonsult
asikan dengan spesialis bedah. Tindakan sinovektomi yang dilakukan pa
da sinovitis persisten dapat juga dilakukan dengan cara non bedah yaitu
dengan menggunakan radioisotope.
13.
14. DIAGNOSIS BANDING
1. Spondiloartropati seronegatif, misalnya artritis psoriatik.
2. Artritis gout poliartikular
3. Lupus eritematosus sistemik
4. Osteoarthritis
PROGNOSIS
Prediktor prognosis buruk pada stadium dini RA antara lain: skor fungsional yang ren
dah, status social ekonomi rendah, tingkat Pendidikan rendah, ada riwayat keluarga
yang menderita RA, melibatkan banyak sendi, CRP atau LED tinggi saat permulaan
penyakit, RF atau anti-CCP positif, ada perubahan radiologis pada awal penyakit, ad
a nodul rheumatoid/ manifestasi ekstraartikular lainnya.