1. konseling kelompok
TRANSISI KELOMPOK
NOKI NUR ASTUTI 23080200032
ATTA NUR LAILY 23080200037
FATYA MELLYSANI SAFIRA 23080200040
PUJA AMALINDA 23080200041
ULFA HIDAYATUL UMMA 23080200048
SEKAR WAHYU SAFITRI 23080200055
2. A. KARAKTERISTIK TAHAP TRANSISI
1. KECEMASAN
2. MEMBANGUN KEPERCAYAAN
3. PEMBELAAN DIRI DAN PERLAWANAN
4. PENGALAMAN KETAKUTAN-KETAKUTAN UMUM PADA ANGGOTA KELOMPOK
5. PERGUMULAN-PERGUMULAN DALAM PENGUASAAN DIRI
6. KONFLIK
7. KONFRONTASI
TANTANGAN BAGI PEMIMPIN KELMPOK
3. B. MEREAKSI TERHADAP RESISTENSI
ANGGOTA
Pertisipasi dan melibatkan. Cara ini ditempuh bila pemrakarsa perubahan tidak memiliki informasi
lengkap untuk merancang perubahan dan pihak penentang memiliki kekuatan untuk menentang
lalu perlu dilibatkan. Harapannnya orang yang diajak berpartisipasi akan sungguh-sungguh
berkontribusi melaksanakan perubahan.
Memberi fasilitas dan dukungan; dilakukan ketika pihak-pihak menentang karena kesulitan
menyesuaikan dengan proses perubahan.
Negoisasi dan kesepakatan; kelompok-kelompok yang akan dirugikan dengan perubahan dan lalu
menentang diberikan kompensasi. Cara ini lebih mudah dilakukan namun memakan biaya, apalagi
jika dalam negoisasi terjdi tawar menawar yang alot.
Manipulasi dan kerjasama; bisa ditempuh bila cara lain tidak efektif. Namun bisa menjadi masalah
jika orang akhirnya merasa telah dimanipulasi.
Paksaan eksplisit dan implisit; diitempuh ketika pemrakarsa memiliki kekuatan yang cukup dan
perubahan harus cepat terwujud. Efektif mengatasi resistensi apapun namun beresiko menyebabkan
orang sakit hati
4. C.PERAN KONSELOR PADA TAHAP
TRANSISI
Peran konselor dalam tahap transisi adalah memberikan intervensi dengan berfokus
pada eksplorasi tentang munculnya perasaan-perasaan yang mengganggu teknik
dan strategi konseling kelompok
Meningkatkan kepercayaan selama tahap pelasanaan konseling kelompok karena
anggota kelompok dapat bersikap menarik diri dan pasif disebabkan keraguan akan
kemampuan yang dimiliki oleh konselor/pemimpin kelompok. Proses konseling
kelompok bagi anggota akan dihadapkan pada pilihan-pilihan yang menuntut
anggota kelompok membuat pilihan seperti menutup diri atau terbuka, kejujuran
atau berlebih-lebihan, spontanitas atau terkontrol, menerima atau menolak, dan
kohesif atau terpecah.
5. D. MEMBANGUN KOHESIFITAS
KELOMPOK
1. Menjelaskan kepedulian mengenai kompetisi. Pimpinan dapat menjelaskan
keberadaan kompetisi yang tinggi dengan kompetitor (dari dalam maupun luar
organisasi) untuk meningkatkan kohesivitas.
2. Meningkatkan daya tarik antar pribadi. Seringkali, orang mau bergabung dalam
sebuah tim karena identitas maupun kekaguman terhadap anggota tim.
3. Meningkatkan interaksi. Interaksi dipercaya dapat meningkatkan kohesivitas
dengan membuat acara-acara agar intensitas interaksi dapat ditingkatkan dan terjadi
kohesivitas kelompok.
4. Menciptakan tujuan bersama dan nasib bersama yang akan mempengaruhi tiga
variable fungsional dalam efektivitas kelompok, yaitu task interdependence, sense of
potency, dan outcome interdependence
6. E. KARAKTER GRUP YANG KOHESIF
dikatakan kohesif bila memiliki beberapa ciri-ciri berikut:
1. Komitmen yang tinggi.
Suatu keadaan dimana seseorang anggota memihak organisasi tertentu serta
tujuan tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi tersebut.
2. Kerjasama yang baik antar anggota.
Interaksi di dalam kelompok oleh kerja sama, bukan oleh persaingan
3. Mempunyai tujuan di dalam kelompok.
Kelompok mempunyai tujuan-tujuan yang terkait satu dengan lainnya dan sesuai
dengan perkembangan waktu tujuan yang dirumuskan meningkat.
4. Ketertarikan antar anggota.
Ada ketertarikan antaranggota sehingga relasi yang terbentuk menguatkan
jaringan relasi di dalam kelompok.
7. F. FAKTOR YANG BERPENGARUH
PADA KONDISI TERAPEUTIK
1. TAHAP PERSIAPAN / PRA-INTERAKSI
2. TAHAP PERKENALAN ATAU ORIENTASI
3. TAHAP KERJA
4. TAHAP TERMINASI
8. G. PERAN KONSELOR PADA TAHAP
KERJA
1. Memperkuat perubahan anggota yang telah dibuat dan memastikan bahwa
anggota memiliki informasi tentang sumber daya untuk memungkinkan mereka untuk
membuat perubahan selanjutnya.
2. Membantu anggota dalam menentukan bagaimana mereka akan menerapkan
keahlian tertentu dalam berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk
membantu mereka untuk mengembangkan kontrak tertentu dan rencana aksi yang
ditujukan pada perubahan.
3. Membantu anggota konsep apa yang sedang terjadi dalam kelompok dan
mengidentifikasi kunci titik balik.
4. Membantu anggota untuk meringkas perubahan mereka dan melihat kesamaan
dengan anggota lain.
5. Membantu peserta mengembangkan kerangka kerja konseptual yang akan
membantu mereka memahami, mengintegrasikan, menggabungkan, dan mengingat apa
yang telah mereka pelajari dalam kelompok.