2. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis dan saat musim penghujan seringkali
terjadi banjir. terutama pada daerah-daerah dengan resapan air yang kurang. Salah satu
penyakit yang seringkali terjadi saat banjir ‘Leptospirosis’.
Penularannya melalui air seni tikus yang mengandung bakteri leptospira yang terendam banjir/
genangan air seperti lumpur atau selokan, lalu masuk melalui luka seperti luka lecet. Apabila
terinfeksi oleh bakteri Leptospira dan menyebabkan penyakit leprosirosis, maka perlu dilakukan
pengobatan. Sebab, jika tidak dilakukan pengobatan, komplikasi dari penyakit ini dapat menyerang
organ lain dan menyebabkan kerusakan ginjal, distres napas, meningitis, dan bahkan hingga kematian.
3. Definisi
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang
disebabkan oleh infeksi Leptospira interrogans
semua serotipe. Leptospirosis juga dikenal dengan
nama flood fever atau demam banjir karena sering
menyebabkan terjadinya wabah pada saat banjir.
Penyakit ini ditemukan pertama kali oleh Weil pada
tahun 1886
4. 920 kasus
Berdasarkan WHO 2019
provinsi-provinsi Indonesia seperti Jakarta,
Banten, Jogja, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Maluku, Kalimantan Utara, dan Sulawesi
Selatan
Epidemiologi
5. Etiologi
organisme pathogen dari genus
Leptospira yang termasuk dalam
ordo Spirochaeta dalam Famili
Trepanometaceae
Bakteri ini bersifat aerob obligat
dengan pertumbuhan optimal pada
suhu 28 C-30 C dan pH 7,2 – 8,0.
6. Hewan perantara
1. Spesies mamalia kecil, seperti tikus liar (termasuk mencit), bajing,
landak.
2. Hewan domestik (sapi, babi, anjing, domba, kambing, kuda, kerbau).
3. Hewan penghasil bulu (rubah perak) di penangkaran.
4. Reptil dan amfibi mungkin juga membawa leptospira.
8. Fase leptospiremik
a. Demam (38-40 0C)
b. Myalgia → Dapat berupa myalgia berat dan biasanya
muncul pada betis, abdomen (mirip akut abdomen) dan
otot paraspinal (menyebabkan meningism: nyeri kepala,
kaku leher, fotofobia, mual, muntah)
c. Pembengkakan konjungtiva (hari ke 3-4)
d. Menggigil
e. Nyeri kepala
3-9 hari
9. Fase imun
a. Ginjal
Berkurangnya urin (oliguria), hematuria, adanya sel darah atau casts dalam urin, kerusakan ginjal
aku.
a. Liver
Ikterik, hepatomegali dengan nyeri, peningkatan ast atau alt tiga kali dari batas atas normal,
peningkatan bilirubin, alkalin, phosphatase atau gamma
glutamyltranspeptidase, pemanjangan prothrombin time.
a. Paru-paru
Batuk, sesak napas, hemoptisis, hipoksia (saturasi oksigen <94%), laju napas > 30 x/menit, wheezing
dan crackles saat auskultasi, adanya keterlibatan parenkim paru berdasarkan radiografi thoraks atau
ct scan, sindrom gangguan pernapasan akut.
a. Jantung
Sesak napas, nyeri dada, palpitasi, takikardia, crackles pada bagian basal, hipotensiabnormalitas
pada ekg: arithmia, perubahan st/t, abnormalitas konduksi, abnormalitas pergerakan dinding pada
echocardiografi
a. Darah
Perdarahan, trombositopenia <130 x 109 /l, koagulasi berat, koagulopati intravaskular diseminata
a. Neurologi
Berkurangnya tingkat kesadaran, meningism, tanda neurologis fokal.
10. Patogenesis
menginvasi kulit yang tidak utuh (luka terbuka) dan membran
mukosa
Urin/ jaringan tubuh binatang/ air (bertahan 16 hari) dan tanah (24
hari) yang terkontaminasi bakteri leptospira
ke peredaran darah
ke seluruh tubuh (cenderung organ ginjal dan liver)
muncul gejala 1-2 minggu/ sampai 1 bulan
14. Leptopspirosis ringan Leptopspirosis berat
a. Doksisiklin 2 X 100 mg selama 7 hari kecuali pada
anak, ibu hamil, atau bila ada kontraindikasi
Doksisiklin.
b. Alternatif (Bila tidak dapat diberikan doksisiklin)
1. Amoksisilin 3 X 500mg/haripada orang
dewasa
2. Amoksisilin 10-20mg/kgBB per 8 jam pada
anak selama 7 hari
3. Bila alergi Amoksisilin dapat diberikan
golongan Makrolid.
a. Ceftriaxon 1-2 gram iv selama 7 hari
b. Penisilin Prokalin 1.5 juta unit im per 6 jam
selama 7 hari
c. Ampisilin 4 X 1 gram iv per hari selama 7
hari
d. Terapi suportif dibutuhkan bila terdapat
komplikasi seperti gagal ginjal, pendarahan
organ (paru, saluran cerna, saluran kemih,
serebral) syok dan gangguan neorologi.
15. Meningitis aseptik, ensefalitis, mielitis,
radikulitis, neuritis perifer (tidak biasa) pada
minggu kedua karena terjadinya reaksi
hipersensitivitas., syok, perdarahan masif dan
ARDS yang merupakan penyebab utama
kematian leptospirosis berat, Gagal ginjal,
kerusakan hati, perdarahan paru, vaskulitis dan
ganguan jantung berupa miokarditis,
perikarditis dan aritmia
Komplikasi
16. Kasus leptospirosis (90%)
merupakan leptospirosis dengan
gejala ringan > jarang memberat >
dubia ad bonam
Pada leptospirosis berat > tingkat
mortalitas dari leptospirosis
berkisar antara 10-40%
Kebanyakan kematian diakibatkan
oleh gagal ginjal, perdarahan masif,
atau sindrom distres pernafasan
akut.
Prognosis
17. Kesimpulan
● Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira sp
● Penyebaran penyakit ini biasanya melalui urin-urin hewan yang terinfeksi
● Penularan leptospira ke manusia terjadi secara invasif melalui permukaan mukosa/
kulit yang terluka.
● Secara klinis biasanya leptopsirosis dibagi menjadi ikterik dan anikterik dengan fase
spirmetrik dan fase imun.
● Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan penunjang, gold standard >
kultur darah
● Terapi pada leptospirosis disesuaikan dengan ringan beratnya gejala
● Diagnosis banding leptospirosis bisa dilihat dari demamnya > sangat luas
● Komplikasi dapat berupa meningitis, reaksi hipersensitivitas atau komplikasi berat
berupa syok, perdarahan berat, ARDS.
● Prognosis pada leptospirosis tergantungan dengan gejala